• Tidak ada hasil yang ditemukan

Responsivitas Dinas Kesehatan Dalam Pembinaan Jamu Tradisional Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Responsivitas Dinas Kesehatan Dalam Pembinaan Jamu Tradisional Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Responsivitas Dinas Kesehatan

Dalam Pembinaan Jamu Tradisional

Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

Disusun oleh :

Wiji Wijayanti D0107022

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Admnistrasi

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

RESPONSIVITAS DINAS KESEHATAN DALAM PEMBINAAN

JAMU TRADISIONAL DI KECAMATAN KROYA KABUPATEN

CILACAP

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Prof.Dr.Ismi Dwi Astuti N,M.Si

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari : Kamis Tanggal : 28 Juli 2011 Panitia Penguji :

1. Drs.Suharsono,M.S

NIP. 195107011979031001

Ketua

(...)

2. Herwan Parwiyanto,S.Sos,M.Si NIP. 1975505052008011033

Sekretaris

(...)

3. Prof.Dr.Ismi Dwi Astuti N,M.Si NIP. 19610825 198601 2 001

Penguji

(...)

Mengetahui, Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

(4)

commit to user

iv

MOTTO

...Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat

QS. AL Mujaadallah Ayat 11

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: ”Aku tidak akan berhenti

(berjalan) sebelum sampai kepada ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan

berjalan sampai bertahun-tahun

QS. AL Kahfi Ayat 60

”Ilmu hanya akan didapat dengan belajar. Kesabaran dan kemurahan hati hanya

akan didapat dengan bersungguh-sungguh. Barang siapa yang menginginkan

kebaikan, akan diberikan kepadanya, dan barang siapa yang menjaga dirinya

dari kejelekan, ia akan dilindungi.”

( Al Hadits Shahihah Al Jami’)

Tidak ada hal yang mustahil di dunia ini dengan izin Allah. Bermimpi, siapkan strategi, dan melangkahlah dengan keyakinan

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh hormat skripsi ini kupersembahkan

kepada :

Bapak dan ibuku yang selalu mencurahkan kasih

sayangnya sepanjang hidupku, selalu memberikan

motivasi dalam meraih mimpi-mimpiku, selalu berdoa

demi kesuksesanku.

Kakakku Supriyanto yang selalu memberi dukungan,

bimbingan, dan doa.

Adikku Yoga Winursita dan Siwi Setyowati Pramudya

N yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan

do’a

Fatkhurrohman yang senantiasa menemani,

mendukung dan memberikan motivasi

Keluarga besarku yang tidak bisa disebutkan satu per

satu yang selalu mendukungkung

Sahabat-sahabatku (Ike, Lusi, Riza, Marat, Uti, Ripi)

yang selalu menemani dan membantuku.

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Wiji Wijayanti, D0107022, Responsivitas Dinas Kesehatan Dalam Pembinaan Jamu Tradisional di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011. 124 halaman.

Perkembangan tekhnologi yang makin pesat membuat perajin jamu tradisional yang di Kecamatan Kroya mencampur sejumlah produksi mereka menggunakan Bahan Kimia Obat. Bahan Kimia Obat merupakan suatu larangan dalam produksi jamu tradisional. Hal ini menjadikan produksi jamu tradisional mendapat larangan produksi dan edar dari Dinas Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji responsivitas Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan terhadap perajin jamu tradisional dan mengetahui hambatan-hambatan dalam mewujudkan responsivitas tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder, yang didapat dari hasil wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Tekhnik pengambilan sampel denganpurposive sampling. Validitas data menggunakan triangulasi data. Analisis yang digunakan adalah analisis interaktif.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan data-data yang diperoleh adalah Berdasarkan empat komponen responsivitas yaitu kemampuan menanggapi permasalahan, kemampuan mengenal kebutuhan, kemampuan memenuhi kebutuhan dan kecepatan dalam memenuhi kebutuhan secara keseluruhan pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan tidak responsif. Terdapat satu komponen dari keempat komponen tersebut diatas yang dinilai cukup responsif yaitu kemampuan dalam menanggapi permasalahan. Sedangkan komponen lainnya tidak responsif. Hambatan yang terjadi dalam pencapaian responsivitas tersebut adalah masalah dana dan komunikasi. Dana tersebut selain sebagai modal juga sebagai nilai keuntungan. Sedangkan komunikasi yaitu lemahnya konsensus dan lemahnya penyampaian pendapat oleh pengusaha jamu. Rekomendasi yang diberikan penulis adalah agar Dinas Kesehatan lebih memperhatikan: (i) kebutuhan-kebutuhan untuk perwujudan CPOTB diantaranya adalah gedung standar CPOTB, Apoteker, perizinan, bahan baku dan pengetahuan tentang tanaman khasiat obat, (ii) Berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan lebih cepat dan terarah agar permasalahan BKO dapat cepat terselesaikan, (iii) Mengintensifkan komunikasi dengan perajin melalui jejak dengar pendapat antara Dinas Kesehatan dan Perajin.

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Wiji Wijayanti, D0107022, Responsiveness Health Office in Development Herbal Medicine in Kroya Sub-district Cilacap Regency. A Thesis, Majoring in Public Administration, Faculty of Political and Social Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011, page.124

Development of rapidly technology having a spesific place in the human life especially in society who made traditional human medicine in Kroya sub-district. They are mix their production with chemical drugs. It is a prohibition in producing traditional herbal medicine. This problem made some of production haven’t permit Health Office to produce and distribution. This research purpose to know responsiveness Health Office doing development of herbal entrepeneur and to know some detentions to being responsive.

This research is descriptive research. Data used by commposed primary and secondary from interview in deep, observation and documentation. Sample used a purposive sampling. The validity used triangulation. whereas analyze used interactive analyze. Result of this research are :

According the four component of responsivess whom clasified by researcher are capability to respect the problem, capability to identify of demand, capability of supply the demand and the time used to supply of demand and its for all are unresponsive. Basicly that four component whom identified by reseacher there is one component was responsive its capability to respect of problem. It seen on Tradisional Manufacturing Practice Good provided to herbal entrepeneur based on health legislation. The others seen that some herbal entrepeneur’s need unfulfilled. The destention of responsivennes are money and communication. Money as capital and as the value of profit. Whereas communication as limited of consensus between Health Office staff and herbal entrepeneur; and as limited of herbal entrepeneur’s aspiration to Health Office.

Reseacher recommens the Health Office: (i) to more identifying and fill up the herbal entrepeneur’s need to purpose realizing the Tradisional Manufacturing Practice Good, its are building, pharmacist, licensing and knowledge about the plant which used efficacy of medicinal plants. (ii) make effort to fulfilled the herbal entrepeneur need’s with quickly and directional. Thus the problem herbal entrepeneur can be resolved. (iii) Futhermore the researcher expect the to increasing communication between the herbal entrepeneur and Health Office staff with trail hearing to realize communication both .

(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Responsivitas Dinas Kesehatan Dalam Pembinaan Jamu Tradisional Di Kecamatan Kroya. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak, maka pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan khusus kepada:

1. Prof.Dr.Ismi Dwi Astuti N,M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap beserta staff di dalamnya khususnya Bagian Farmami

3. Kepala Koperasi Aneka Sari Bapak Amir Fuad beserta staff di dalamnya.

4. Kepada Pengrajin Jamu di Kecamatan Kroya

5. Kepada kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang dan kesabaran yang tiada habisnya dan tidak tergantikan untuk setiap dukungan dan doa restu yang tidak pernah putus.

6. Kepada Kakakku Supriyanto atas doa dan dukungannya

7. Kepada Adikku Yoga Winursita dan Siwi Setyowati Pramudya Ningrum atas do’a dan motivasinya.

8. Kepada Fatkhurrohman yang senantiasa menemani dan memotivasi 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses

penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan AN-07

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surakarta, Penulis

(9)

commit to user A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Tekhnik Pengumpulan Data... 44

C. Tekhnik Analisis Data ... 48

D. Matriks Penelitian... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Kabupaten Cilacap ... 53

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Responsifitas Pembinaan Jamu Tradisional oleh Dinas Kesehatan78 2. Hambatan Responsivitas Dinas Kesehatan ... 106

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Perbedaan New Public Management& New Public Servis... 12 Tabel 3.1 : Matriks Penelitian ... 52 Tabel 4.1 : P4B menurut jenis kelamin periode tahun 2008 ... 57 Tabel 4.2 : Jumlah Perusahan Industri Dan Tenaga Kerja Menurut Kode

Industri Kabupaten Cilacap Tahun 2009 ... 59 Tabel 4.3 : Mata Pencaharian Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut

Lapangan Usaha Akhir Tahun 2009 ... 63 Tabel 4.4 : Banyaknya Buruh Tani, Nelayan, Buruh Industri, Buruh Bangunan,

PNS, TNI/ POLRI Dan Pensiunan Menurut Desa Tahun 2009... 64

Tabel 4.5 : Data Pembagian Perajin Jamu Tradisional Koperasi Aneka Sari 77 Tabel 4.6 : Daftar Hadir Peserta BinTek CPOTB Bekerjasama Dengan BPOM

Semarang ... 83

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Industri skala kecil atau home industry sangat mempengaruhi tingkat perekonomian suatu negara dan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam mengurangi angka pengangguran yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Begitu pula dengan industri jamu tradisional atau obat tradisional di Cilacap khususnya Cilacap Timur kecamatan Kroya yang merupakan industri rumah tangga yang memproduksi jamu tradisional khas daerah Cilacap. Menurut Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa industri ini terbukti mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 6121 orang dari 254 perajin jamu tradisional yang tersisa dari sekitar 1000 perajin pada tahun 1997-2000 pada waktu dulu sewaktu jamu ini dalam masa kejayaannya.

(13)

commit to user

Seiring dengan berkembangnya industri ini serta berkembangnya pengetahuan dan harapan masyarakat pelaku industri jamu, akhirnya terjadi upaya pencampuran jamu tradisional dengan obat kimia dengan harapan mampu meningkatkan kualitas jamu tradisional. Upaya ini dilakukan dengan bekal pengetahuan seadanya dari pelaku industri jamu dan tanpa adanya arahan dari tenaga ahli farmasi serta pantauan atau arahan dari pihak yang berwenang. Usaha pencampuran tersebut ternyata berdampak positif terhadap jumlah produksi industri ini karena harganya yang murah dan khasiat yang cepat terasa namun ternyata berpengaruh terbalik terhadap kelangsungan industri di lingkungan masyarakat. Tidak adanya pantauan, resep atau pengetahuan yang dimiliki oleh pelaku industri jamu dalam indikasi pencampuran obat kimia tertentu mendapat perhatian yang keras dari pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dinas Kesehatan setempat dan sektor kepolisian sebagai upaya yang di kategorikan sebagai kriminalitas.

(14)

commit to user

masih aktif, belum lagi ditambah dengan mereka yang tidak mendatakan diri di Koperasi karena keanggotaannya bersifat sukarela.

BPPOM menghimbau bahwa dengan adanya pencampuran jamu tradisional dengan bahan obat kimia akan membahayakan kesehatan bahkan nyawa bagi konsumen jamu ini. Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Kepala Koperasi Aneka Sari selama ini belum ada konsumen yang mati karena mengonsumsi jamu tradisional Cilacap ataupun komplain dari konsumen yang terkena penyakit dalam akibat meminum obat tradisional atau jamu tradisional ini. Himbauan ini jelas mematikan image jamu tradisional di mata para konsumennya. Selama ini juga belum ada kata sepakat mengenai tolak ukur over dosis yang dihimbaukan oleh BPPOM melalui Dinas Kesehatan atas produksi jamu Cilacap yang menggunakan BKO (Bahan Obat Kimia).

Diungkapkan oleh Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa akibat dari permasalahan ini berbagai ribuan karyawan menjadi menganggur, ratusan salesmanatau distributor menjadi kehilangan pekerjaan mereka, serta pemilik industri kecil jamu tradisional tersebut tidak lagi mempunyai pendapatan atau pemasukan akibat berhentinya usaha mereka. Masalah pelik ini telah terjadi hampir sekitar 10 tahun lamanya namun hingga sampai sekarang belum ada penyelesaian yang tepat yang mampu mewakili kepentingan berbagai pihak yang terlibat di dalamnya.

(15)

commit to user

memberdayakan, dan melindungi kegiatan ekonomi yang bergerak dalam bidang kesehatan khususnya industri jamu tradisional atau obat tradisional. Sekarang ini industri jamu tradisional atau obat tradisional di Cilacap dalam kondisi yang kritis dan memprihatinkan. Bahkan boleh dikatakan hampir punah. Terlihat hanya tinggal segelintir perajin yang mampu bertahan yaitu sejumlah ± 254 perajin dari jumlah sebelumnya yaitu 1000 perajin pada tahun 1997-2000. Dikatakan oleh Sekretaris Koperasi Aneka Sari bahwa menurunnya jumlah perajin tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :

1). Pembunuhan karakter terhadap jamu tradisional Cilacap karena disinyalir menggunakan BKO yang membahayakan kesehatan oleh beberapa oknum tertentu bahwa jamu Cilacap berbahaya untuk dikonsumsi.

2). Plagiat dari daerah lain karena terbuktinya potensi industri rumah tangga ini dalam menghasilkan rupiah yang besar. Apalagi didorong oleh lemahnya eksistensi industri jamu ini di Cilacap.

3). Lemahnya koordinasi antar perajin jamu tradisional di kabupaten Cilacap 4). Preferensi oleh masyarakat sebagai akibat dari pembunuhan karakter

terhadap jamu ini melalui media massa

(16)

commit to user

usaha ini sehingga masyarakat kembali mendapatkan sumber pendapatan mereka.

Sikap Dinas Kesehatan dalam permasalahan ini menjadi suatu perhatian yang penting terkait sebagai lembaga yang membawahi masalah kesehatan masyarakat dan mengingat tingginya potensi ekonomi dalam sektor ini. Diharapkan kebijakan melalui program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan merupakan kebijakan yang tepat dan mampu menjawab persoalan yang terjadi serta sesuai dengan kebutuhan dan harapan stakeholder lainnya yaitu perajin jamu dan konsumen.

Sikap Dinas Kesehatan tersebut dengan memberikan tanggapan bahwa para perajin jamu harus menstandarkan produksinya sesuai dengan ketentuan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Hal ini didukung dengan kegiatan pembinaan yang dilakukan baik formal maupun informal.

(17)

commit to user

dengan kebutuhan dan harapan masyarakat yaitu pembinaan yang responsif terhadap perajin jamu. Responsivitas Dinas Kesehatan dalam pembinaan yang diberikan kepada perajin jamu menjadi hal penting yang harus diamalkan dalam upaya menciptakan tata pemerintahan yang baik sebagai pemberi layanan kepada masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana responsivitas Dinas Kesehatan dalam pembinaan industri jamu atau obat tradisional di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap?

2. Apa hambatan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan jamu tradisional atau obat tradisional di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dibagi dalam tiga tujuan, yaitu : 1. Tujuan Operasional

a. mengetahui responsivitas Dinas Kesehatan dalam pembinaan jamu tradisional atau obat tradisional di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap.

b. mengidentifikasi hambatan-hambatan yang terjadi di dalam pembinaan jamu tradisional atau obat tradisional.

(18)

commit to user

2. Tujuan Fungsional

Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan industri jamu tradisional atau obat tradisional secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat secara umum.

3. Tujuan Individu

Sebagai syarat bagi penulis untuk memenuhi gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. MANFAAT

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain :

1. Sebagai informasi bagi pembuat kebijakan khususnya Dinas Kesehatan mengenai program pembinaan dalam mengatasi masalah produksi jamu yang dianggap membahayakan kesehatan karena adanya kandungan bahan obat kimia berbahaya oleh sejumlah perajin industri jamu tradisional atau obat tradisional.

2. Meningkatkan kegiatan ekonomi para pelaku industri jamu tradisional atau obat tradisional dengan pemenuhan kebutuhan mereka dengan tepat dan cepat.

(19)

commit to user

(20)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori dipergunakan sebagai landasan atau alasan mengapa suatu variabel bebas tertentu dimasukan dalam penelitian karena berdasarkan teori tersebut variabel yang bersangkutan memang bisa mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah satu penyebab (Mustofa, 2009:142).

Seiring dengan berkembangnya kehidupan masyarakat melalui meningkatnya kesejahteraan hidup mereka, pemerintah daerah dituntut untuk menyelenggarakan pemerintah yang aspiratif terhadap suara rakyat, serta melibatkan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan. Sebagai konsekuensinya maka masyarakat harus ditempatkan secara aktif dalam kegiatan penyelenggaraan pemerintah. Pelibatan masyarakat hanya akan terjadi jika mereka diberi ruang dan kesempatan untuk berpartisipasi. Penciptaan kesempatan itu dengan meletakan masyarakat sebagai pihak yang ikut menentukan posisi dalam pelayanan publik. Konsep peletakan masyarakat sebagai pihak yang juga ikut memainkan posisi dalam pelayanan publik terkandung dalam paradigma New Public Management. Dengan demikian maka perlu diterapkannya paradigma New

Public Manajement.

Konsep New public Manajementini dipandang sebagai suatu konsep baru yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan oleh pejabat–pejabat pemerintah serta diupayakan agar para pemimpin birokrasi menemukan alternatif cara-cara pelayanan publik berdasarkan perspektif ekonomi (Thoha, 2008:75).

(21)

commit to user

ekonominya (kepemilikan sumber dana). Hal ini dalam konsep New Public Managementhanya mereka yang memiliki sumber daya ekonomi akan menerima pelayanan prima. Semakin tingginya sumber ekonomi dari penerima pelayanan diharapkan akan bergaris lurus dengan pelayanan yang akan diterima, hal ini sesuai dengan prinsip yang dijalankan dalam dunia bisinis. Hal ini menciptakan ketidakadilan pelayanan publik walaupun tujuannya adalah untuk meningkatkan motivasi pemberian kualitas yang prima. Adanya kelemahan tersebut menciptakan terjadinya pergeseran paradigma pada penyelenggaraan pemerintahan agar tercipta keadilan pada semua lapisan masyarakat yaitu penerapan New Public Service. Konsep New Public Service menerapkan masyarakat sebagai citizenship (kewarganegaraan) yang demokratis yaitu individu bebas secara aktif untuk terlibat dalam komunitas dan kehidupan politik (Thoha, 2008:85).

New Public Service memandang masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani secara adil tanpa membedakan kepemilikian sumber daya. Terdapat pembatasan yang jelas antara hak dan kewajiban antara pemerintah dan masyarakat. Dalam New Public Service menekankan adanya pelibatan secara penuh masyarakat dalam proses pemerintahan. Memandang masyarakat bukan lagi sebagai klien namun sebagai citizenship.

(22)

commit to user

Penerapan masyarakat sebagai citizen yang demokratis dalam perwujudannya dibutuhkan tata pemerintahan yang baik yang mampu memfasilitasi, memenuhi dan mengakomodasi kepentingan dan kebutuhan masyarakat secara adil. Yaitu tanpa membedakan penerima layanan tersebut baik kaya maupun miskin mendapatkan prioritas yang sama. Pelaksanaan prinsip good governance (tata pemerintahan yang baik) menjadi keharusan yang tidak bisa dielakan lagi. Merupakan suatu konsep yang menerapkan prinsip-prinsip suatu pemerintahan yang baik yang sesuai dengan harapan masyarakat.

New Public Manajement and New Public Service konsep tersebut memiliki pandangan pesrpektif yang berbeda. Keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat hanya saja caranya yang berbeda. New Public Service merupakan upaya penyempurnaan atas kekurangan New Public Managementagar lebih berorientasi kepada masyarakat. Dengan demikian sehingga masyarakat akan lebih terlayani dengan baik secara merata dan adil. Pelayanan yang baik akan bisa dirasakan oleh masyarakat bukan hanya yang kuat baik secara ekonomi maupun pengaruhnya dalam kehidupan sosial namun oleh semua lapisan masyarakat.

(23)

commit to user

Tabel 2.1

Perbedaan New Public ManagementandNew Public Service

Perspektif pengetahuan yang positif, interpretatif dan kritis hasil dialog tentang pembagian nilai mekansime & struktur insentif utk mencapai koalisi publik & lembaga privat utk menemukan kesepakatan satu sama lain atas suatu kebutuhan

Struktur organisasi yang

(24)

commit to user

2006:62). Komponen-komponen tersebut merupakan komponen dalam arah menuju pemerintahan yang baik (good governance). Pemerintahan yang baik merupakan kondisi berlangsungnya paradigma New Public Service yang menempatkan masyarakat sebagai citizen yang ikut aktif dalam kegiatan pemerintahan. Pemerintahan yang baik mencerminkan kesinergian antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

1. Good Governance

Pelaksanaan good governance merupakan konsekuensi terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat akan pelayanan yang lebih baik.Good governance merupakan suatu proses demokratisasi agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi secara aktif dalam kebijakan pemerintah, agar pemerintah mampu untuk menerapkan sikap terbuka terhadap masyarakatnya dan pengamalan nilai-nilai lainnya yang terdapat pada nilai-nilai good governance. Tata pemerintahan yang mampu menciptakan keharmonisan

hubungan antara pemerintah, masyarakat dan pihak swasta. Mengakomodasi berbagai kepentingan di dalamnya dengan bijaksana dan responsif tehadap kebutuhan dan kepentingan publik.

Perwujudan good governance salah satunya dilihat melalui kontribusi masing-masing pihak atau stakeholder tersebut dalam proses pemerintahan. Dalam hal ini sering kali terjadi perbedaan kepentingan pada masing-masing stakeholder. Pemerintah dituntut untuk transparan dalam menjalankan jalannya

(25)

commit to user

baik ekonomi, sosial, politik, hukum dan budaya yang dijalankan oleh pemerintah.

Pemerintah harus mampu mempertanggungjawabkan dalam segala kebijakan yang dilakukannya terkait dengan proses pemerintahan yang dijalankannya. Sehingga tercipta adanya akuntabilitas. Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh masyarakat (Dwiyanto, 2006:51).

Pemerintah harus mampu membagi peranan dari masing-masing stake holder yaitu merupakan pihak-pihak yang terlibat baik pemberi dan penerima layanan maupun pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya dengan secara optimal dan adil sesuai dengan kontribusinya. Mengatur dan mengelola masyarakat aktif dalam kegiatan pemerintahan sehingga ikut merasa memiliki dan masyarakat yang partisipatif dalam permasalahan publik yang sedang terjadi. Dengan demikian akan memberikan akses untuk menciptakan komunikasi dua arah secara berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat.

(26)

commit to user

Menurut Kesepakatan APKASI (Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia) dan APEKSI (Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia) bahwa salah satu prinsip dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik yaitu adanya daya tanggap (Fahmal, 2006:66). Kemampuan daya tanggap tersebut mengandung makna kepekaan para penyelenggara pemerintah dalam menangkap aspirasi atau kepentingan masyarakat. Daya tanggap merupakan kemampuan pemerintah dalam menangkap hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat dengan mengidentifikasi kebutuhan dan mengakomodasikan kepentingan masyarakat. Apabila pemerintah mampu mengenali dan menangkap kebutuhan masyarakat maka dapat dikatakan penyelenggaraan pemerintahan tersebut telah responsif (Tangkilisan, 2005:177).

(27)

commit to user

Kemampuan daya tanggap pemerintah terhadap kepentingan dan kebutuhan masyarakat merupakan wujud responsivitas pemerintah kepada masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Dengan demikian responsivitas perlu dan penting untuk diterapkan dalam pemerintahan agar pemerintah selalu tanggap dalam kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya.

2. Responsivitas

Pelayanan publik yang responsif akan memainkan dampak yang signifikan terhadap tujuan pelayanan publik itu sendiri. Hal ini karena pelayanan yang diberikan berangkat dari kebutuhan dan harapan masyarakat selaku penerima layanan sehingga yang diberikan merupakan representasi dari harapan. Dengan demikian pelayanan publik yang sesuai dengan harapan masyarakat menunjukan kinerja yang baik pada suatu pemerintahan yang tidak akan terlepas dari konsep good governance. Upaya mewujudkan pelayanan publik yang responsif dapat dilakukan melalui beberapa cara.

Tangkilisan (2005:222) mengemukakan bahwa responsivitas berkaitan dengan kecepatan tanggapan yang dilakukan oleh aparatur atau petugas terhadap kebutuhan penggunan jasa dalam hal ini masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Dengan demikian bahwa salah satu upaya melihat responsivitas pelayanan publik dapat dilihat melalui kecepatan pemerintah dalam memberikan tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat.

(28)

commit to user

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program–program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat (Dwiyanto, 2006:177). Bukan hanya kemampuan dalam menanggapi kebutuhan masyarakat tetapi merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan program-program dalam upaya memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat tersebut.

Seringkali kepentingan dan kebutuhan masyarakat tersebut saling bertentangan satu sama lain serta isu publik tersebut seringkali merupakan upaya yang sengaja diciptakan oleh sekelompok komunitas tertentu. Kepentingan masyarakat yang saling bertentangan tersebut saling bersaing dalam mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dalam keadaaan ini pemerintah dituntut untuk peka dalam mengidentifikasi kepentingan yang harus mendapatkan prioritas dengan menerapkan azas keterbukaan atau transparansi.

(29)

commit to user

yang dilakukan akan menjadi efektif dan efisien. Hal ini karena mengacu kepada harapan serta aspirasi masyarakat secara langsung dan transparan.

Dalam mewujudkan responsivitas dibutuhkan sikap fleksibilitas organisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan yang terus berubah seiring dengan perubahan lingkungan. Begitupula terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan yang menciptakan kebutuhan yang semakin berubah, organisasi dituntut untuk lebih responsif.

“The organization most sensitive to change in the environment have a strategic organizational capability that enable them to change easily and thus to continue to maintain acceptable result without incurring high reorganization cost. In this way, organizational responsiveness is based on the concept of fleksibility”. (Journal Internasional: Measuring the organizational responsiveness trough managerial fleksibility. volume 22 issue 6 tahun 2009 oleh Antonio J Verdu & Jose Maria Gomez-Gras page 668)

www.emeraldinsight.com/0953-4814.htm

Dalam jurnal internasional Measuring the organizational responsiveness trough managerial fleksibility volume 22 issue 6 tahun 2009 oleh Antonio J Verdu & Jose Maria Gomez-Gras mengemukakan mengenai konsep suatu manajemen fleksibilitas dalam mewujudkan organisasi yang responsif, yaitu :

(30)

commit to user

Dengan demikian dapat dipahami bahwa apabila suatu organisasi ingin menyadari tingkat responsivitasnya terhadap penerima layanan salah satunya dengan menyadari apabila organisasi tersebut sudah tidak lagi fleksibel. Sikap tidak fleksibel tersebut terlihat pada gap yang terjadi yaitu kesenjangan antara yang dipahami oleh organisasi sebagai kebutuhan dengan kebutuhan yang sebenarnya yang terjadi di lapangan. Secara tidak langsung responsivitas organisasi dapat ditunjukan dengan kepekaan organisasi dalam memahami, dan memenuhi kebutuhan lingkungannya.

Dengan menganalisis gap ini kita dapat menentukan kekurangan dan kelebihan yang dapat digunakan untuk menilai perubahan yang dibutuhkan dalam organisasi dan arah manajemen yang diperlukan atau yang seharusnya dilakukan. Dengan demikian untuk mewujudkan responsivitas Dinas Kesehatan yaitu dengan menganalisis kesenjangan yang terjadi antara yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan sebagai bentuk pemberian layanan kepada perajin jamu dan layanan yang dibutuhkan dan diharapkan oleh perajin jamu tersebut.

(31)

commit to user

yang diberikan untuk mengatasinya. Volberda dalam jurnal tersebut juga mengemukakan bahwa:

Volberda (1996) combines more/less variety of capabilities and fast/slow response to distinguish four types of flexibility: steady-state, operational, structural and strategic. Drawing on the literature to date, we will now define the different types of managerial flexibility

1. Strategic flexibility 2. Structural flexibility 3. Operational flexibility 4. Internal and external scopes

(Journal Internasional: Measuring the organizational responsiveness trough managerial fleksibility volume 22 issue 6 tahun 2009 oleh Antonio J Verdu & Jose Maria Gomez-Gras page 670) www.emeraldinsight.com/0953-4814.html

Volberda (1996) dalam jurnal tersebut juga mengemukakan bahwa kombinasi banyak sedikitnya berbagai kemampuan dan cepat lambatnya respon, untuk membedakannya terdapat 4 tipe fleksibilitas yaitu : keadaaan yang kondusif, operasional, struktur dan strategi. Penggambaran literatur tersebut dapat ditetapkan pada perbedaan tipe fleksibilitas manajemen, yaitu 1. Fleksibilitas strategi, berkaitan dengan kemampuan dalam menyesuaikan

perubahan dalam lingkungan

2. Fleksibilitas struktur, berkaitan dengan kegiatan manajerial termasuk di dalamnya manajemen SDM, dan beberapa kegiatan manajerial yang dapat mempengaruhi fleksibilitas struktur seperti sistem kewenangan, job design, training, kerja tim, partisipasi, rekruitmen, dan sistem kompensasi

(32)

commit to user

4. Lingkup internal dan eksternal. Lingkup internal merupakan kemampuan organisasi menyesuaikan dengan lingkungannya sedangkan lingkup eksternal merupakan kemampuan organisasi mempengaruhi lingkungan demikian juga untuk mengembalikan kerentanannya.

Dengan demikian cepat/lambatnya suatu respon organisasi salah satunya dipengaruhi oleh fleksibilitas organisasi melalui manajemennya yang dapat dibedakan kedalam empat hal tersebut diatas. Dalam mengukur responsivitas tidak semua kepentingan masyarakat tersebut harus mendapat perhatian dari pemerintah. Pemerintah harus peka karena banyak diantara masalah yang mengemuka ke publik merupakan masalah yang sengaja diciptakan demi kepentingan salah satu pihak tertentu yang menyebabkan kerugian lebih banyak pada pihak lainnya. Dari hasil penelitian dalam jurnal tersebut diungkapkan mengenai cara melihat responsifitas organisasi bahwa:

“Practising should test the level or organization responsiveness in their companies and take decisions according to what is needed, considering the different dimention fleksibility. These decisions may involve proposing and evaluating alternative or taking into account to speed of activating/deactivating each option and its cost of entry/exit. A measurement scale for organizational responsiveness allows managers to integrate contextual and internal variable in the same variable while simulataneosly taking into the range, cost and speed dimensions of fleksibility”. (Journal Internasional: Measuring the organizational responsiveness trough managerial fleksibility volume 22 issue 6 tahun 2009 oleh Antonio J Verdu & Jose Maria Gomez-Gras page 683)

www.emeraldinsight.com/0953-4814.html

(33)

commit to user

publik harus mengutamakan kebutuhan dasar manusia dan HAM. Hal ini karena eksistensi manusia bergantung dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar dan hakikinya yaitu HAM.

Dalam mewujudkan responsivitas tidak terlepas dari fleksibilitas yang diberikan oleh pemberi layanan dalam memenuhi kebutuhan pihak yang dilayani. Begitupula dalam proses atau rantai dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan penerima layanan atau masyarakat. Berikut merupakan kutipan dalam jurnal internasional bahwa responsivitas dalam proses penyampaian suatu pelayanan membutuhkan kesatuan hubungan antara adanya karaktersitik produk yang inovatif dan memiliki fungsi sesuai yang diharapkan; dan lingkar kebutuhan hidup:

“Responsiveness in the wider supply chain context has been discussed by Fisher (1997), who argue that product characteristic (innovatif or functional) and life cycle need to be linked to the layout and function (conversion and market mediation) of the supply chain”. (Journal Internasional “The Three Dimensions Of Responsiveness” oleh Mattyhias Holweg dalam Journal Internsional Of Operation & Production Management volume 25 issue 7 tahun 2005 page 605) www.emeraldinsight.com/0144-3577.html

(34)

commit to user

“...a consensus that different organisations will need different types of fleksibility in order to be responsive to market needs”. (Journal Internasional “The Three Dimensions Of Responsiveness” oleh Mattyhias Holweg dalam Journal Internsional Of Operation & Production Management volume 25 issue 7 tahun 2005 page 608) www.emeraldinsight.com/0144-3577.html

Dengan demikian dalam menciptakan fleksibilitas organisasi sebagai upaya mewujudkan organisasi yang responsif membutuhkan tipe flekibilitas yag berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam hal ini yaitu kondisi masyarakat. Berikut merupakan kerangka dimensi responsivitas dalam proses rantai penyampaian produk (layanan) dalam jurnal internasional “The Three Dimensions Of Responsiveness” oleh Matthias Holweg dalam Journal Internsional of Operation & Production Management volume 25 issue 7 tahun 2005 page 618 :

Gambar 2.1

(35)

commit to user

“...These commonalities can be grouped into three “dimensions” of responsiveness. These dimensions follow the systems approach of considering a manufacturing system’s inputs (in terms of customer demand), transformation processes (in terms of manufacturing and logistics, as well product customisation), its outputs (in terms of order fulfilment), and its environment (in terms of generic industry variables such as the typical product life cycle, seasonality of demand, etc.)”. (Journal Internasional “The Three Dimensions Of Responsiveness” oleh Mattyhias Holweg dalam Journal Internsional Of Operation & Production Management volume 25 issue 7 tahun 2005 hal 605)www.emeraldinsight.com/0144-3577.html

Bahwa dapat dikelompokan tiga dimensi responsivitas dalam penyampaian pelayanan. Dimensi-dimensi ini mengikuti pendekatan sistem dalam mempertimbangkan suatu sistem input manufacturing (dalam hal permintaan pelanggan), proses transformasi (dalam hal pemenuhan kebutuhan) dan lingkungan itu sendiri (dalam hal variabel industri umum seperti siklus kebutuhan hidup yang khusus, kondisi dari kebutuhan dan lain sebagainya). Konsep tersebut merupakan konsep yang lebih mendekati dengan dunia bisnis namun karena sesuai dengan perkembangan paradigma administrasi negara sekarang ini maka perlu adanya pengadopsian nilai-nilai swasta yang sekiranya dibutuhkan dalam perkembangan kehidupan manusia. Ackoff dalam jurnal ini mengemukakan bahwa :

Ackoff (1971) for example defines a “response” as:

(36)

commit to user

Dalam jurnal tersebut juga dijabarkan bahwa dengan memperhatikan kepada penerapan manajemennya dalam tugas yang responsif, masukan ini diberikan melalui permintaan pelanggan. Dengan adanya perintah analisis masukan dan keluaran digunakan untuk menganalisis proses (rantai responsivitas). Salah satunya adalah dengan permulaan suatu pemenuhan masukan yang spesifik ke dalam sistem dan mengukur keluar dengan waktu yang dibutuhkan. Sistem memproduksi dengan waktu yang responsif dengan keinginan pelanggan dalam menunggunya.

Dalam jurnal ini disimpulkan bahwa beberapa perdebatan yang relevan dapat diidentifikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kontribusi untuk diskusi masalah responsivitas dalam rantai permintaan. Pada kesempatan yang lain lemahnya definisi lebih dahulu oleh Matson kekurangan dalam bukti empirik dalam meruntuhkan klaim time–based, dengan daya saing yang jelas mendemontrasikan kebutuhan yang komprehensif dan pemersatu konsep model responsif. Rantai penyediaan yang responsif seperti dalam gambar diatas terdiri dari :

1. Dimensi produk 2. Dimensi proses 3. Dan dimensi volum

(37)

commit to user

adalah kunci determinan sebagai rantai permintaan seperti pada keseluruhan rantai dalam suatu kehidupan yang diterapkan dalam suatu produksi.

Dimensi proses, merupakan dimensi yang mencakup pengatur waktu produksi yang tidak hanya kegiatan proses manufaktur, tapi juga kemampuan merespon dari operasi penyediaan dan logistik merupakan hal yang tidak kalah penting. Dengan demikian pengaturan rantai penyediaan dalam jangka menyediakan dan poin produk yang biasa diinginkan oleh pelanggan adalah hal yang krusial. Dalam hal ini yaitu kemampuan organisasi dalam proses pemberian layanan dimulai dari pembentukan program atau pengembangan program layanan sampai dengan penghantarannya kepada masyarakat pengguna atau sasaran program.

Sedangkan dimensi volum termasuk faktor permintaan alami dan variabilitas, harapan pelanggan dalam jangka waktu pemesanan sampai pada penyampaiannya dengan waktu yang dibutuhkan dan dengan produk yang beragam, seperti pada faktor distribusi dalam distribusi permintaan di luar jarak dari spesifikasi yang ditawarkan (kualitas melebihi dari yang diharapkan).

Responsivitas menunjukan kinerja pelayanan suatu organsasi. Menurut GDS 2002, melihat responsivitas pelayanan publik dari banyaknya keluhan masyarakat terhadap pelayanan dan tindakan pemerintah dalam menanggapi keluhan tersebut, dan kepedulian pemerintah terhadap masalah kesehatan, pendidikan, maupun UKM, ketiga bidang tersebut dijadikan indikator responsif karena ketiga jenis pelayanan tersebut amat diperlukan oleh masyarakat banyak dan menjadi kebutuhan strategis dari masyarakat luas (Dwiyanto, 2003 : 88).

(38)

commit to user

obat tradisional disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi. Indikator-indikator tersebut antara lain adalah:

1. Kemampuan dalam menanggapi permasalahan jamu atau obat tradisional 2. Kemampuan mengenal dan memahami kebutuhan masyarakat peracik atau

perajin OT

3. Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan 4. Kecepatan dalam memenuhi kebutuhan

Selain itu terdapat beberapa hal yang ikut mempengaruhi responsivitas dalam suatu pelayanan publik. Penerapan responsivitas membutuhkan partisipasi masyarakat dalam proses pemerintahan melalui keterbukaan atau transparansi serta komunikasi yang baik antar pemerintah dan masyarakat. Komunikasi dibutuhkan agar terjamin kesesuaian harapan antara pemerintah dalam masyarakat sehingga apabila terjadi kesalahpahaman dapat terselesaikan dengan baik. Namun sebaliknya apabila tidak ada keselarasan komunikasi diantara keduanya harapan masing-masing pihak akan susah teridentifikasi dengan baik dan tepat.

Rendahnya responsivitas penyelenggaraan pelayanan publik mengindikasikan aparat birokrasi memiliki keengganan memberikan pelayanan publik dengan baik yang disebabkan karena belum adanya komunikasi yang interaktif antara aparat birorasi dengan para pengguna jasa. Yaitu belum adanya komunikasi yang eksternal secara nyata oleh birokrasi (Dwiyanto, 2006:68).

(39)

commit to user

persepsi antara pengguna jasa dan pemberi layanan ataupun arus infomasi yang mengalir di dalamnya belum sesuai dengan kebutuhan. Komunikasi yang baik ditunjang dengan adanya manajemen informasi yang baik sehingga informasi yang ada dapat dikomunikasikan dengan efektif dan efisien.

Manajemen informasi tersebut dapat ditinjau dari segi internal maupun eksternal. Segi internal terlihat melalui manajemen informasi yang dilakukan oleh suatu organisasi atau instansi untuk menunjang jalannya ketercapaian tujuan organisasi serta dalam menangani suatu masalah atau program tertentu dalam diri organsasi.

Dengan beredarnya informasi dari unit ke unit lain maka terjadilah arus informasi atau hubungan informasi antar unit. Hubungan tersebut merupakan hubungan antar sub-sistem dalam suatu kaitan kerja sama suatu sistem. Dengan demikian disebut Sistem Informasi. Karena sistem informasi tersebut dikerjakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen agar tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif, maka disebut Management Sistem Informasi (Amsyah, 2001:03).

Agar suatu program atau fungsi dalam suatu organisasi dalam berjalan dengan baik dibutuhkan suatu sistem informasi yang mampu mendukung jalannya pekerjaan tersebut. Yaitu informasi yang mengalir secara sempurna dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Sistem informasi tersebut merupakan suatu rangkaian informasi yang tersusun sedemikian rupa sehingga di dalamnya terdapat hubungan saling ketergantungan satu sama lain dengan tujuan untuk mewakili berbagai unsur di dalamnya untuk memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya.

(40)

commit to user

mampu menyajikan dan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh publik dengan kecapaian kepentingan bersama. Selain itu komunikasi eksternal juga ditunjukan melalui kemampuannya dalam menjalin komunikasi yang interaktif dengan penerima layanan. Pengelolaan informasi menjadi sedemikian penting dalam menunjang kinerja suatu organisasi agar lebih memahami keadaan dan kebutuhan masyaarakat sehingga tercipta komunikasi yang lancar antara pemerintah dan masyarakat.

Selain komunikasi hal-hal lain yang ikut berpengaruh terhadap responsivitas suatu layanan publik adalah sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas. Sumber daya manusia tersebut meliputi pihak pemberi layanan maupun penerima layanan. Hal lainnya adalah sumber-sumber daya lain meliputi kesediaan fasilitas sarana dan prasarana pendukung pelayanan publik maupun kesediaan alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan.

(41)

commit to user

Agar dalam suatu organisasi publik dapat berperan secara maksimal dalam menjalankan fungsinya, yaitu memberikan layanan publik sesuai dengan prinsip good governance maka sumber daya manusia yang ada di dalamnya harus sesuai dengan kebutuhan dalam penyediaan pelayanan publik. Kesesuaian tersebut meliputi kualitas maupun kuantitasnya. Berkualitas apabila kuantitasnya tidak sesuai atau seimbang dengan fungsi yang harus dijalankan maka fungsi tersebut tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien, begitupula sebaliknya. Sedarmayanti (2010:322) organisasi birokrasi publik dapat dibentuk dengan membagi habis fungsi pemerintahan sehingga tercipta struktur organisasi yang layak dan sesuai dengan dasar pemikiran dan fungsi pemerintahan.

Dengan demikian bahwa agar organisasi publik berjalan dengan baik dan mampu memenuhi tuntutan fungsi organisasi itu sendiri harus diimbangi dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan yang berarti tidak kurang dan tidak berlebih. Begitupula dengan kualitas sumber daya manusia itu sendiri harus sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hessel (2005:188) bahwa aparatur yang berkualitas memiliki beberapa aspek yang perlu dibina yaitu inisiatif, kreativitas, percaya diri sendiri, dinamika, fleksibel, loyalitas, kemampuan berkomunikasi, semangat untuk bekerja kelompok dll.

(42)

commit to user

yang diberikan padanya. Kemampuan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual dibutuhkan oleh seseorang dalam menjalankan berbagai tugas yang berkaitan dengan aktivitas yang berkaitan dengan nalar dan pola pikir yang biasanya diperoleh melalui proses pembelajaran dalam dunia pendidikan. Sedangkan kemampuan fisik berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang berkaitan dengan aktivitas otot yang membutuhkan stamina tubuh yang prima.

Hal berikutnya adalah sumber-sumber daya lain diantaranya adalah kesediaan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang jalannya pelayanan publik serta adanya alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan. Sumber daya manusia yang siap baik secara kualitatif maupun kuantitatif apabila tidak didukung dengan sumber-sumber daya lainnya seperti fasilitas sarana dan alokasi dana yang cukup maka program atau layanan tersebut akan menjadi susah terealisasikan.

Ekowati (2009:80) mengemukakan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dan kepentingan masyarakat melalui pelayanan publik organsasi tidak bisa lepas dari kebutuhan akan financial yang cukup dimana mampu memenuhi kebutuhan pelaksanaan program pelayanan publik. Alokasi sumber daya finansial yang memadai juga dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas yang dibutuhkan terkait dengan pelaksanaan program sehingga masyarakat pengguna dapat menikmati fasilitas sesuai kebutuhan pelaksanaan suatu program.

(43)

commit to user

Adanya pelaksanaan otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah menjadi lebih dekat dengan masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat bisa terlayani dengan baik. Dalam kenyataannya seringkali dijumpai adanya pelayanan dari pemerintah daerah yang justru menyulitkan kepentingan masyarakatnya. Menurut Sutari Sukawi dalam Romli (2007:139) masalah tersebut seringkali ditemui dalam aparat pemerintah daerah salah satunya adalah karena lemahnya sanksi yang tegas sehingga cenderung tidak ada control yang baik dalam kinerja mereka.

Lemahnya displin dan buruknya mental aparatur dalam menjalankan tugasnya merupakan akibat adanya sanksi yang tidak tegas yang bisa menjadikan mereka bekerja dengan lebih professional yang berorientasi efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan yang responsif terhadap masyarakat. Kesan budaya patrimonial pada birokrasi kita harus diubah secara tegas. Menekankan bahwa birokrat bukan pihak yang dilayani tapi justru mereka yang harus melayani kebutuhan dan kepentingan masyarakat dengan baik.

(44)

commit to user

Kompetensi birokrasi yang dituntut oleh good governance adalah kemampuannya untuk menjembatani antara negara dan masyarakat madani, yaitu birokrasi harus mampu memberikan pelayanan publik dengan adil dan inklusif dengan sebaik–baiknya dan hal ini menuntut kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, merumusakannya dalam kebijakan mengimpelementasikannya (Khan dan Meimer dalam Tangkilisan, 2005:187).

Dalam penelitian ini peneliti akan melihat dan menyimpulkan kemampuan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat khususnya mengenai industri jamu tradisional atau obat tradisional dari sisi kesehatan masyarakat dan menyelesaikan masalah yang tengah terjadi agar menjadi produksi yang layak konsumsi sesuai dengan fungsi dari Dinas ini.

3. Kesehatan Dalam Perspketif UU

Kesehatan merupakan aspek kehidupan yang begitu penting dan menetukan aspek kehidupan yang lainnya. Tanpa kesehatan manusia tidak mampu menjalankan aktivitas hidupnya dengan baik. Dengan kesehatan manusia mampu melakukan produktivitasnya dengan baik sehingga mampu berkarya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terdapat hubungan yang positif antara kesehatan dan produktivitas kerja (Todaro & Smith, 2004:413).

(45)

commit to user

mewujudkan kesehatan masyarakat secara adil dan merata dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu kesehatan harus diupayakan pada seluruh masyarakat secara adil dan merata. Kesehatan menunjukan martabat bangsa. Upaya kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya melalui cara tradisional sesuai dengan Pasal 48 ayat 1 (b) : penyelengaraan upaya kesehatan melalui kegiatan pelayanan kesehatan tradisional (UU Kesehatan, 2009:189). Khususnya di Indonesia sebagai negara agraris yang kaya akan jenis flora yang bermanfaat bagi kesehatan manusia yang merupakan kekayaan tersendiri yang tidak semua negara lain memilikinya.

Upaya kesehatan tradisional dalam dilakukan dengan dua jenis kegiatan. Tertuang pada pasal Pasal 59 tentang pelayanan kesehatan tradisional ayat 1 (a): pelayanan kesehatan menggunakan ketrampilan (b) : pelayanan kesehatan yang menggunakan ramuan (UU Kesehatan, 2009:193). Akan menjadi lebih baik apabila dua jenis pelayanan kesehatan tradisional tersebut secara maksimal dan secara berkesinambungan. Ramuan yang berkhasiat dipadukan dengan tekhnik ketrampilan meramu dengan baik dan professional.

(46)

commit to user

meningkatkan, dan menggunakan sediaan farmasi yang dapat dipertanggungjawabkan (UU Kesehatan, 2009:205). Pertanggungjawaban tersebut yaitu tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain termasuk pada konsumen hasil produksi tersebut.

Agar produksi jamu atau obat tradisional sesuai dengan standar kesehatan maka produksinya harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Lembaga Balai Obat dan Makanan RI Nomor : HK.00.05.4.1380 yaitu tentang CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik). Dalam CPOTB tersebut mengandung materi bahan produksi, standar gedung yang digunakan, tekhnisi, izin produksi dan edar. Dengan demikian suatu produksi jamu atau obat tradisional hanya boleh diproduksi dan diedarkan apabila telah sesuai dengan CPOTB melalui izin yang diberikan oleh lembaga-lembaga yang terkait di daerah khususnya Dinas Kesehatan dalam lingkup kabupaten atau kota. Begitu pula mengenai izin industri OT dan pendaftaran OT yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan Nomor : 246/Menkes/Per/V/1990. 4. Konsep Pemikiran

Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat terlihat dalam kerangka pemikiran mengenai penelitian tentang Responsivitas Dinas Kesehatan Dalam Pembinaan Jamu Tradisional atau Obat Tradisional.

(47)

commit to user

menciptakan sejumlah perajin berussaha meningkatkan kualitas jamunya. Hal ini dibuktikan dengan adanya perajin yang berusaha mencampuri jamu produksinya dengan BKO ( Bahan Kimia Obat) namun ada juga yang tetap konsisten dengan ramuan herbal. Adanya sejumlah perajin jamu atau obat tradisional yang menggunakan BKO menyebabkan adanya pemberhentian produksi dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Penggunaan BKO tanpa pengawasan tenaga ahli disinyalir bisa membahayakan kesehatan konsumennya.

Adanya gap antara perajin jamu atau obat tradisional yang menggunakan BKO dan yang tetap konsisten menggunakan ramuan tradisional sehingga menciptakan adanya upaya dari Dinas dengan memberikan pembinaan agar produksi jamu tradisional atau obat tradisional aman bagi kesehatan sehingga tidak membahayakan para konsumennya dan bisa diterima kembali oleh masyarakat luas.

(48)

commit to user

yang lebih baik lagi yaitu lebih berkualitas sehingga mampu meningkatkan kualitas jualnya di pasaran tanpa harus membahayakan kesehatan bagi para konsumennya sehingga mereka perajin yang menggunakan BKO menjadi kembali memproduksi jamu atau obat tradisional yang aman bagi kesehatan atau layak konsumsi dan tidak lagi harus berurusan dengan pihak BPOM.

Pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya maka akan menunjukan kemampuan suatu organisasi pemerintah yang baik yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik pula yaitu pelaksanaan good governance dalam tugas dan fungsinya. Secara tidak langsung apabila suatu organisasi publik mampu menjalankan fungsinya dengan baik salah satunya yaitu pelayanan yang responsif terhadap masyarakat maka organisasi tersebut telah menerapkan nilai-nilai good governance.

Fokus dalam penelitian ini adalah melihat kesesuaian atau responsivitas Dinas Kesehatan dalam memberikan pembinaan dengan yang diharapkan perajin jamu atau obat tradisional. Melihat kesesuaian pembinaan yang dilakukan dengan permasalahan masyarakat perajin jamu atau obat tradisional. Responsivitas tersebut diukur melalui beberapa indikator, diantaranya adalah: 1. Kemampuan dalam menanggapi permasalahan jamu atau obat tradisional 2. Kemampuan mengenal dan memahami kebutuhan masyarakat peracik atau

perajin OT

(49)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Responsivitas

1. kemampuan menanggapi permasalahan

2. kemampuan dalam mengenal dan memahami kebutuhan

3. kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

4. kecepatan dalam memenuhi kebutuhan

IPTEK

Jamu atau OT

BKO Tanpa BKO

Pembinaan DinKes

(50)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus mengenai responsivitas Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dalam pembinaan pada industri jamu tradisional di Cilacap khususnya Kecamatan Kroya.

1. Lokasi Penelitian & Jenis Penelitian

Lokasi penelitian diadakan di Kabupaten Cilacap. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan :

a. Kritisnya indutri jamu tradisional di Cilacap yang berkurangnya perajin usaha jamu dari jumlah sebelumnya sekitar ± 1000 pada tahun 1997-2000 perajin kini hanya sekitar ± 254 perajin jamu tradisional karena adanya indikasi produksi jamu yang menggunakan BKO (Bahan Kimia Obat) sehingga menyebabkan adanya pemberhentian produksi oleh BPOM dan Dinas Kesehatan selaku lembaga di daerah.

b. Harapan meningkatkan perekonomian masyarakat dalam sektor mikro khususnya masyarakat Kroya dimana kebanyakan masyarakat Kroya menggantungkan hidupnya pada sektor usaha jamu tradisional atau obat tradisional.

(51)

commit to user

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena yaitu tentang masalah responsivitas Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan terhadap perajin jamu tradisional atau obat tradisional. Penelitian deskriptif pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan mengenai responsivitas Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan jamu tradisional atau obat tradisional kepada para perajin jamu atau obat tradisional yang berada di kecamatan Kroya pada khususnya.

Tujuan dari jenis penelitian ini adalah agar mampu menghasilkan suatu informasi kualitatif yang representatif dan mampu melakukan deskripsi yang lebih akurat yaitu dengan menggunakan triangulasi data maupun sumber.

3. Desain Penelitian

(52)

commit to user

4. Batasan Penelitian

Pada penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu untuk menganalisis mengenai responsivitas Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan jamu tradisional dan untuk menganalisis kendala/hambatan dalam melakukan pembinaan jamu tradisional yang responsif. Penelitian ini dibatasi hanya pada unit analisis yang telah ditentukan yaitu perajin jamu tradisional khususnya di kecamatan Kroya.

Dalam menjawab formulasi masalah pertama dan kedua dilakukan melalui wawancara kepada sejumlah perajin mengenai sejumlah informasi yang dibutuhkan dalam menunjang kebutuhan penelitian. Informasi akan terus dikumpulkan pada tingkat informasi yang dibutuhkan oleh peneliti sampai pada tingkat jenuh dan mencukupi semua kebutuhan infomasi.

5. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah perajin jamu tradisional khususnya di kecamatan Kroya. Analisis dilakukan untuk mengetahui responsivitas Dinas Kesehatan dalam melakukan pembinaan yang diberikan kepada perajin jamu dalam upaya menciptakan jamu trasisonal yang layak konsumsi.

(53)

commit to user

6. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perajin jamu tradisonal di Cilacap khususnya masyarakat di Kroya. Sampel dalam penelitian diperoleh melalui non-probability sampling yaitu tekhnik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008:218). Tekhnik sampel yang digunakan yaitu dengan teknik Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:219).

Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah sejumlah perajin jamu dimana sampel yang diambil ditentukan berdasarkan pengetahun mereka atas sejumlah informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Diutamakan adalah mereka yang masih melakukan produksi jamu tradisional dan pernah mengikuti pembinaan yang yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Mereka yang masih berproduksi dianggap mereka masih akurat mengenai pengetahuan perkembangan jamu tradisional Cilacap.

7. Sumber data

Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder yang diambil dari individu dan lembaga/instansi yang berkaitan dengan penelitian ini.

1). Data Primer

(54)

commit to user

ataupun dari media-media komunikasi, misalnya telepon dari pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan masalah yang menjadi objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah berasal dari wawancara langsung dengan perajin jamu tradisional di kecamatan Kroya yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara dilakukan kepada perajin jamu yang masih aktif berproduksi dan mengikuti pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan baik formal maupun non-formal. 2). Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dilapangan melainkan diperoleh dari studi dokumentasi yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi sumber data sekunder ini meliputi :

a. Dokumen, dokumen yang ada pada Koperasi Aneka Sari berkait dengan masalah jamu tradisional; data mengenai riwayat jamu tradisional yang ada pada Koperasi Aneka Sari berkait dengan masalah yang diteliti. b. Website seperti penggunaan Google dalam mendukung informasi

mengenai masalah yang diteliti sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti.

c. Arsip, diantaranya arsip mengenai izin produksi yang dimiliki oleh perajin dan arsip kegiatan binaan jamu tradisional yang ada pada Koperasi Aneka Sari dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.

(55)

commit to user

Data tersebut baik primer maupun sekunder sangat bermanfaat dalam mengetahui sejauh mana responsivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap (Dinas Kesehatan) dalam mengelola, merespon dan menangani masalah yang sedang tengah dihadapi oleh sektor industri jamu tradisional di Cilacap khususnya dalam pembinaan jamu tradisional sehingga menjadi produksi yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat secara medis sehingga perekonomian pelaku usaha ini kembali tumbuh dengan produksi jamu tradisional yang layak konsumsi aman bagi kesehatan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada responden. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara mendalam (indepth interview). Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang

bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi. Dalam hal ini subyek yang diteliti posisinya lebih sebagai informan utama dalam penelitian ini dimana sumber data yang diperoleh merupakan sumber data utama dalam menganalisa masalah penelitian.

(56)

commit to user

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2008:233). Peneliti memilih jenis wawancara ini agar informasi atau data yang diperoleh oleh peneliti lebih lengkap dan menggambarkan permasalahan yang tengah terjadi dengan lebih luas sehingga hasil yang didapat lebih representatif terhadap masalah yang terjadi di lapangan.

Dengan demikian selain peneliti mendapatkan informasi yag menunjang penelitian juga mendapatkan ide–ide atau masukan dari informanmengenai masalah yang tengah diteliti.

Peneliti berusaha menggali informasi selengkap-lengkapnya mengenai informasi yang diharapkan oleh peneliti terhadap informan. Wawancara dilakukan dengan mengembangkan indikator dalam sejumlah pertanyaan berkait dengan indikator yang telah ditentukan oleh peneliti bisa tergali dengan lengkap.

2 . Dokumentasi

(57)

commit to user

kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam renstra serta kebijakan-kebijakan lain berkait dengan pembinaan tersebut.

3.Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan. Selain melakukan wawancara peneliti juga mengamati apa yang sedianya terjadi di lapangan mengenai permasalahan tersebut. Dengan demikian hasil yang ditemukan di lapangan akan menjadi lebih obyektif dan peneliti ikut merasakan setiap fenomena yang terjadi.

Jenis obsesrvasi yang akan dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipatif moderat. Moderat participation means that the reseacher maintains a balance between insider and outsider (Stainback,1988 dalam Sugiyono 2008:227). Peneliti selain berperan sebagai orang dalam (perajin) peneliti juga berperan sebagai masyarakat luar yang biasa.

4. Triangulasi Data

Triangulasi data bertujuan untuk mempertajam informasi yang diperoleh oleh peneliti sehingga infornasi atau data yang ditemukan di lapangan akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Selain itu dengan triangulasi akan lebih menguatkan data yang diperoleh di lapangan (Sugiyono, 2008:241).

(58)

commit to user

analisis yaitu perajin jamu tradisional di kecamatan Kroya. Tujuan dari triangulasi tekhnik ini adalah agar informasi yang diperoleh peneliti lebih akurat antara apa yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan.

Dengan demikian selain peneliti melakukan wawancara kepada sejumlah perajin/pengusaha jamu tradisional juga melakukan observasi partisipatif moderat terhadap lingkungan dan kondisi pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan serta melihat dari hasil dokumentasi yang ada pada Dinas Kesehatan atau pada KOPJA Aneka Sari. Triangulasi dilakukan dengan membandingkan data atau informasi yang diperoleh dari beberapa tekhnik pengumpulan data.

(59)

commit to user

C. Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Susanto mencakup tiga proses yaitu pengumpulan data untuk kemudian dilakukan reduksi data, display data ke dalam suatu matriks, kesimpulan melalui menuturan hasil dari penelitian. (Susanto,2006:143)

Miles Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisa kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Dengan demikian analisis data dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Peneliti berusaha mengumpulkan data terus menerus sampai data yang diperoleh dianggap telah lengkap dan tuntas. Aktivitas dalam analisa data yaitu reduksi data, display data dan kesimpulan/verifikasi data (Sugiyono, 2008:246. Analisis data dapat diungkapkan dalan tiga proses yaitu :

1. Reduksi data

(60)

commit to user

2. Sajian/DisplayData Dan Validitas Data

Setelah data terkumpul dan ditelaah selanjutnya data disajikan dalam bentuk suatu informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan adanya pengambilan tindakan. Informasi kemudian dikelompokan sesuai formulasi peneleitian yang diambil. Berbagai informasi yang diperoleh selama dilapangan diklasifikasikan sesuai dengan fokus masing-masing formulasi penelitian. Penyajian tersebut berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Masing-masing indikator akan membahas masalah yang berkaitan dengan indikator tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan. Peneliti akan memilah informasi yang berkaitan dengan penilaian perajin atas responsivitas Dinas Kesehatan dalam pembinaan jamu tradisional dengan informasi yang berkaitan dengan hambatan/kendala yang ditemui dalam pembinaan tersebut.

3. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Gambar

Tabel 2.1  : Perbedaan New Public Management & New Public Servis ........
Gambar 2.1: Three Dimention Of Responsiveness ......................................
Tabel 2.1New Public Management
gambaran dan fungsi dari rantai atau proses penyampaian layanan tersebut.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gaya kepemimp inan kewirausahaan dan efektivitas komunikasi secara simultan memiliki hubungan yang kuat dan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan

- Implementasi Kontrol ke Dalam Rangkaian Berbasis Prosesor : Mahasiswa dapat membangun sistem control hardware dan software dengan kontroler robot mobile manipulator berbasis

Akuntasi biaya adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar atau pihak eksternal

Human Resource Software atau perangkat lunak pengelolaan sumber data manusia adalah jenis perangkat lunak yang digunakan untuk mengelola data sumber daya manusia

Kedua : Dengan ditetapkannya surat keputusan ini maka Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Nomor 0609/SK.3.2/III/2015 Tentang Komite

Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video (Ramlah Jantan & Mahani

Pertama, penelitian dari Eka Sri Muliani yang berjudul Perbedaan Motivasi Belajar Antara Mahasiswa Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja Pada Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 adalah

bidang pendidikan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas SDM dan mencerdaskan kehidupan bangsa nampaknya perlu