• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Belajar

a. Pengertian Belajar

Pada dasarnya, keadaan orang yang belajar tidak sama dengan keadaan sebelum belajar. Atau dengan kata lain, orang yang telah belajar akan menunjukkan suatu perubahan. Perubahan tersebut berupa penambahan informasi, pengembangan sikap atau peningkatan pengertian, penerimaan sikap-sikap baru, perolehan penghargaan baru, dan pengerjaan sesuatu dengan menggunakan apa yang telah dipelajari.

Perubahan-perubahan tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu perubahan pengetahuan (cognitive), perubahan perasaan (affective), dan perubahan perbuatan (behavioural).

Banyak jenis kegiatan yang sering diartikan sebagai belajar.

Witherington dalam Purwanto (1990) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, atau suatu pengertian.

Morgan dalam Purwanto (1990) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan relatif menetap di dalam ingkah laku pengalaman.

Sementara itu, Sudjana (1989) mengemukakan,

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (hlm. 5).

Rusyan, Kusindar, dan Arifin (1989) mengungkapkan,

Belajar dalam arti luas adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk pengusaan, penggunaan, penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar

(2)

commit to user

yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek atau pengalaman yang terorganisasi (hlm. 8).

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku yang dimiliki dalam waktu yang relatif lama (konstan). Menurut pengertian tersebut belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Tingkah laku memiliki unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur jasmaniah, sedangkan unsur subjektif adalah unsur rohaniah. Unsur Subjektif tidak tampak kecuali berdasarkan perubahan tingkah laku.

b. Ciri-ciri Belajar

Ciri-ciri belajar menurut Natawidjaja dan Moen (1991) adalah sebagai berikut.

1) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus.

2) Belajar adalah perbuatan sadar, sehingga belajar selalu mempunyai tujuan.

3) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

4) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh dan mengintegrasikan semua aspek-aspek yang terlibat di dalamnya.

5) Belajar adalah suatu proses interaksi, bukan sekedar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari individu yang belajar.

6) Perubahan tingkah laku berlangsung dari paling sederhana sampai pada yang kompleks.

Berdasarkan enam ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku melalui pengalaman pribadi yang tidak disebabkan kematangan, pertumbuhan, dan insting.

(3)

commit to user c. Tujuan Belajar

Menurut Bloom (2003), tujuan belajar dikelompokkan dalam tiga matra, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

1) Matra Kognitif

Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual.

Jenjang-jenjang tujuan kognitif sebagai berikut.

a) Pengetahuan; merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat.

b) Pemahaman; kemampuan untuk menguasai pengertian.

Pemahaman tampak pada alih bahan dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya, penafsiran, dan memperkirakan

c) Penerapan (aplikasi); kemampuan untuk meggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata meliputi aturan, metode, konsep, prinsip, hukum teori.

d) Analisis (pengkajian); kemampuan untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya lebih mudah dipahami, meliputi identifikasi bagian-bagian, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali prinsip-prinsip organisasi.

e) Sintesis; kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.

f) Evaluasi; kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.

(4)

commit to user 2) Matra Afektif

Matra afektif adalah sikap, perasaan, emosi dan karakteristik moral yang merupakan aspek-aspek penting perkembangan siswa. Hierarki matra ini terdiri dari.

a) Penerimaan (receiving); suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih.

b) Sambutan (responding); suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan untuk merespon, kepuasan yang timbul karena sambutan.

c) Menilai (valuing); penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai.

d) Organisasi (organization); suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.

e) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai; suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu manifestasi daripada kompleks nilai.

Tidak seperti pada matra kognitif tingkat-tingkat pada hierarki ini tampak kurang jelas perbedaannya antara yang satu dengan yang lainnya kurang tampak pada siswa.

3) Matra Psikomotorik

Matra psikomotorik adalah kategori ke tiga tujuan pendidikan, yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecakapan fisik dapat berupa pola- pola gerakan atau ketrampilan fisik yang khusus atau urutan ketrampilan. Struktur hierarki tujuan-tujuan psikomotorik adalah sebagai berikut.

a) Presepsi (perseption); penggunaan lima organ indra untuk memperoleh kesadaran tentang tujuan dan untuk menerjemahkannya menjadi tingkah laku (action).

(5)

commit to user

b) Kesiapan (set); dalam keadaan siap merespon secara mental, fisik dan emosional.

c) Respon terbimbing (guided response); bantuan yang diberikan kepada siswa melalui pertunjukan peran model, misalnya setelah guru mendemonstrasikan suatu tingkah laku, lalu siswa mempraktikkannya sendiri.

d) Mekanisme; respon fisik yang telah dipelajari menjadi suatu kebiasaan, misalnya menunjukkan ketrampilan kerja kayu setelah mengalami pelajaran sebelumnya.

e) Respon yang unik (complex overt response); suatu tindakan motorik yang rumit dipertunjukkan dengan trampil dan efisien.

f) Adaptasi (adaption); mengubah respon-respon dalam situasi baru.

g) Organisasi; menciptakan tindakan-tindakan baru.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Rusyan, et al. (1989) mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah penggerak tingkah laku ke arah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Sedangkan Suprijono (2009) mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Sementara itu, Sardiman (2007) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah penggerak tingkah laku siswa agar siswa tersebut terdorong untuk melakukan kegiatan belajar sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

(6)

commit to user b. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

1) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi (dorongan) dari dalam setiap individu untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini mengacu pada keinginan melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena adanya nilai atau manfaat dari aktivitas itu sendiri.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi (dorongan) dari luar individu untuk melakukan sesuatu. Seseorang akan melibatkan diri ke dalam sebuah aktivitas karena beranggapan bahwa dengan cara itu ia akan mencapai tujuan tertentu.

c. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, di antaranya.

1) Memberi angka

Angka sebagai simbol dari hasil kegiatan belajar. Keinginan memperoleh angka baik bagi siswa merupakan motivasi yang kuat.

2) Memberi hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Hadiah untuk suatu pekerjaan belum tentu menarik bagi seseorang yang tidak senang pada pekerjaan tersebut.

3) Adanya persaingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan baik individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

(7)

commit to user

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

5) Memberi ulangan

Siswa akan belajar lebih giat kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Memberikan ulangan juga merupakan sarana motivasi. Akan tetapi, jangan terlalu sering karena akan terasa membosankan.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Jika mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka aka nada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar.

7) Memberi pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik.

8) Memberi hukuman

Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif. Akan tetapi, apabila diberikan secara tepat dapat menjadi alat motivasi.

9) Adanya hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar memberi arti bahwa pada diri siswa tersebut memiliki motivasi belajar.

10) Minat

Minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar apabila siswa memiliki minat untuk belajar.

11) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, akan timbul gairah untuk terus belajar karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan.

(8)

commit to user

Menurut Uno (2006), indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut.

a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan d) Adanya penghargaan dalam belajar

e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dan ada atau tidaknya peningkatan motivasi belajar dilakukan pengumpulan data motivasi belajar menggunakan metode angket. Lembar angket motivasi belajar siswa diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus.

Pilihan jawaban angket mengacu pada model skala Likert, yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Pada pernyataan positif jawaban selalu mendapat skor 4, sering mendapat skor 3, kadang-kadang mendapat skor 2, dan tidak pernah mendapat skor 1. Sedangkan pada pernyataan negatif jawaban selalu mendapat skor 1, sering mendapat skor 2, kadang-kadang mendapat skor 3, dan tidak pernah mendapat skor 4. Kemudian skor yang diperoleh siswa dikelompokkan berdasarkan kategori tingkat motivasi belajar siswa yaitu motivasi tinggi dan motivasi rendah. Pengkategorian motivasi belajar tersebut disusun sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tella (2007) dan Obinna (2009).

3. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar

Syaodih (2004) mengungkapkan bahwa hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari percakapan- percakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh siswa dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan belajar maupun

(9)

commit to user

ketrampilan motorik. Hampir seluruh perkembangan atau kemajuan hasil karya juga merupakan hasil belajar, sebab proses belajar tidak hanya berlangsung disekolah tetapi juga ditempat kerja dan di masyarakat.

Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar atau tes prestasi belajar atau achievement test.

Sudjana (1990) mengungkapkan bahwa hasil belajar pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai suatu hasil belajar mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar merupakan kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Berdasarkan atas definisi-definisi belajar yang telah dikemukakan di atas, diketahui bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh setelah melakukan proses belajar. Perubahan yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap ilmiah.

Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.

b. Pengertian Matematika

Purwoto (2003) mengemukakan bahwa Matematika adalah pengetahuan tentang pola keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan, mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya ke dalil.

Learner dalam Abdurrahman (1999) mengemukakan bahwa Matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.

Berdasarkan pengertian Matematika di atas maka dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi yang berkenaan dengan bilangan-bilangan. Konsep-konsep atau ide-ide abstrak yang tersusun secara deduktif dan Matematika

(10)

commit to user

merupakan cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

c. Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan definisi hasil belajar dan Matematika yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar Matematika merupakan perubahan yang diperoleh setelah melakukan proses belajar Matematika. Perubahan yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, serta sikap ilmiah pada pelajaran Matematika, perubahan ini dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.

Dalam penelitian ini, hasil belajar Matematika yang ingin ditingkatkan adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Data hasil belajar kognitif diperoleh dengan mengadakan tes yang dilaksanakan di setiap akhir siklus.

4. Hakikat Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

1) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

Rumusan ini lebih menitikberatkan pada unsur siswa, lingkungan, dan proses belajar. Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut.

a) Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku siswa.

Pada hakikatnya pribadi adalah tingkah laku itu sendiri.

Kepribadian mempunyai ciri-ciri (1) berkembang secara berkelanjutan sepanjang hidup manusia. (2) pola organisasi kepribadian berbeda untuk setiap orang dan bersifat unik.

(11)

commit to user

b) Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan.

Melalui interaksi antara individu dan lingkungannya maka siswa memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh terhadap perkembangan tingkah lakunya. Lingkungan secara luas terdiri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial. Sekolah berfungsi menyediakan lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan tingkah laku siswa.

c) Siswa sebagai sebagai suatu organisme yang hidup.

Tiap individu siswa mampu berkembang menurut pola dan caranya sendiri. Potensi-potensi yang siap berkembang misalnya kebutuhan, minat, tujuan, abilitas, intelegensi, emosi dan lain-lain. Aktivitas belajar sesungguhnya bersumber dalam diri siswa. Guru bertindak sebagai organisator belajar bagi siswa yang potensial itu, sehingga tercapai pembelajaran secara optimal.

2) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan siswa untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

Rumusan ini menganut pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi pada kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut.

a) Tujuan Pembelajaran

Warga negara yang baik adalah warga negara yang dapat bekerja di masyarakat. Seorang warga negara yang baik bukan menjadi konsumen, melainkan menjadi seorang produsen.

Untuk itu ia harus memiliki keterampilan berbuat dan bekerja yang bermanfaat bagi masyarakat.

b) Pembelajaran berlangsung dalam suasana kerja.

Siswa mendapat latihan dan pengalaman praktis.

Suasana yang diperlukan ialah yang aktual, seperti dalam keadaan sesungguhnya.

(12)

commit to user

c) Peserta didik sebagai warga negara yang memiliki potensi untuk bekerja.

Siswa memiliki bermacam-macam kemampuan, minat, dan kebutuhan antara lain kebutuhan ingin berdiri sendiri, ingin punya pekerjaan, siswa tidak ingin pasif, ingin melakukan kegiatan, bermain dan bekerja. Untuk itu perlu penyediaan kesempatan bekerja, mencari pengalaman praktis dan memupuk kemampuan jasmaniah dan rohaniah. Dengan berkembangnya kemampuan kerja maka tuntutan dan harapan masyarakat dapat dipenuhi.

3) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi. Implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut.

a) Tujuan pembelajaran ialah menyiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakatnya.

Sekolah berfungsi menyiapkan siswa untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan, yaitu memecahkan masalah-masalah sehari-hari dalam lingkungannya, di rumah dan di sekolah. Oleh karena itu, siswa harus mengenal keadaan kehidupan yang sesungguhnya dan belajar memecahkannya.

b) Kegiatan pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat.

Masyarakat merupakan laboratorium belajar yang paling besar. Prosedur penyelenggaraannya ialah dengan cara membawa siswa ke dalam masyarakat dengan karya wisata, survei, berkemah dan lain-lain atau dengan cara mengundang masyarakat ke dalam sekolah sebagai narasumber. Dengan

(13)

commit to user

demikian akan terjadi timbal balik antara sekolah dan masyarakat.

c) Siswa belajar secara aktif.

Artinya siswa selain aktif di sekolah, juga mencari pengalaman kerja berbagai lapangan kehidupan, dan juga aktif bekerja langsung di masyarakat. Dengan demikian, semua potensi yang dimiliki menjadi berkembang.

d) Guru bertugas sebagai komunikator.

Guru bertugas sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Peranan guru sebagai komunikator, bukan saja memerlukan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan apresiasi. Namun, diperlukan pula ketrampilan berintegrasi dan bekerja sama dengan masyarakat.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

1) Rencana, yaitu penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

2) Kesaling-ketergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada system pembelajaran.

3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang harus dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran agar siswa belajar.

c. Tujuan Pembelajaran

Kebutuhan siswa, mata ajar, dan guru merupakan kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran. Berdasarkan kebutuhan siswa, dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran, dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Sedangkan guru adalah sumber utama

(14)

commit to user

belajar bagi siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan- tujuan pendidikan bermakna dan dapat diukur.

Suatu tujuan pembelajaran hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut.

1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi belajar.

2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan diamati.

3) Tujuan menyatakan tingkah laku minimal perilaku yang dikehendaki Mager merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang menitikberatkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performance) sebagai output pada diri siswa yang dapat diamati. Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar. Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pembelajaran dan metode mengajar.

5. Pembelajaran di Luar Kelas

Pendidikan bukan hanya bagaimana memperoleh pengetahuan.

Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan keterampilan, serta perkembangan diri siswa. Kemampuan atau kompetensi diharapkan dapat dicapai melalui berbagai proses pembelajaran di sekolah.

Pembelajaran di luar kelas merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kapasitas belajar. Siswa dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi daripada belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Belajar di luar kelas dapat menolong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih menantang dan menjembatani antara teori dalam buku dan kenyataan di lapangan. Pembelajaran di luar kelas dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan rancangan program yang dibuat oleh guru. Pembelajaran di luar kelas dapat dilakukan saat pembelajaran normal, sebelum kegiatan pembelajaran di sekolah atau sesudahnya, dan saat libur sekolah.

(15)

commit to user

Lokasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran di luar sekolah antara lain.

a. Lingkungan di dalam sekolah

Lingkungan di dalam sekolah merupakan tempat yang kaya sumber belajar dan menawarkan peluang belajar secara formal dan informal. Selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari di sekolah merupakan sumber belajar yang baik.

b. Lingkungan di luar sekolah

Lingkungan di luar sekolah menawarkan peluang belajar untuk dijadikan sumber belajar. Lingkungan sekitar memperkaya kurikulum.

Berbagai lingkungan yang dapat digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang, museum, dsb.

Secara umum, Wibowo (2010) menjelaskan bahwa pembelajaran di luar kelas dibedakan ke dalam tiga tipe, yaitu.

a. Studi Lapangan atau Kunjungan Lapangan

Studi lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran di luar kelas di mana terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap fakta- fakta guna memperoleh data dengan cara terjun langsung ke lapangan.

Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dilakukan dengan rancangan operasional sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.

Berbagai lokasi yang dapat digunakan untuk studi lapangan sangat beragam, mulai dari lingkungan sekitar sekolah sampai daerah wisata.

Melalui kegiatan studi lapangan, siswa akan memiliki pengalaman belajar yang tinggi karena berinteraksi dengan objek secara langsung. Selain itu, siswa dapat belajar lebih dalam karena berbagai fenomena nyata yang tidak terdapat di dalam buku dapat diamati secara langsung, sehingga memunculkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu siswa akan mendorong mencari jawaban/belajar dengan sungguh- sungguh.

(16)

commit to user b. Pembelajaran Menjelajah Lingkungan

Cara mempelajari sesuatu melalui eksplorasi alam sekitar disebut cara atau pendekatan jelajah lingkungan. Alam sekitar adalah lingkungan di sekitar, dapat berupa lingkungan alam, sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran yang dirancang dengan menerapkan pendekatan JAS (Jelajah Alam Sekitar), dilaksanakan kegiatan belajar dengan mengajak siswa untuk mengenal objek, mengenal gejala dan permasalahannya, serta menelaah dan menemukan kesimpulan atau konsep tenteng hal yang dipelajari.

Kegiatan belajar semacam itu akan mendorong siswa untuk melakukan berbagai tindakan yang akan memberikan pengalaman langsung dan konkrit bagi mereka.

c. Sekolah Projek Komunitas

Sekolah projek komunitas atau pembelajaran berbasis projek (project-based learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar konstektual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Fokus pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin studi,melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara mandiri membangun pengetahuan, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Projek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja yang secara umum siswa melakukan kegiatan mengorganisasi kegiatan kelompok belajar mereka, melakukan pengajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensisntesis informasi.

Amini dan Munandar (2010) mengemukakan

Model pembelajaran pendidikan lingkungan berbasis outdoor terdiri atas desain pembelajaran (yang berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi, metode,

(17)

commit to user

media, prosedur, dan evaluasi pembelajaran), dan implementasi pembelajaran (yang berisi kegiatan pendahuluan;

kegiatan inti yang mencakup eksplorasi, ekspansi, dan aplikasi;

kegiatan penutup) (hlm. 16).

Dengan demikian, tahap-tahap pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) dapat dijelaskan dalam Tabel 2. 1.

Tabel 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran di Luar Kelas

No

Tahap-tahap

Outdoor Learning Rincian Kegiatan 1 Desain

Pembelajaran (Perencanaan)

a. Guru merumuskan dan mengembangkan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator

b. Guru menetapkan tujuan objek, yaitu halaman sekolah dan lamanya waktu observasi

c. Guru menyusun prosedur dan evaluasi pembelajaran

d. Guru menyiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan

e. Guru merencanakan pembagian kelompok siswa 2 Implementasi

Pembelajaran

Pendahuluan a. Guru melakukan apersepsi

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran c. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas Kegiatan Inti a. Guru mengajak siswa menuju lokasi pengamatan

b. Guru membagi kelompok siswa

c. Guru menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan d. Siswa melakukan observasi (eksplorasi)

e. Guru mengajak siswa melakukan diskusi (ekspansi)

Penutup a. Guru melakukan pembahasan hasil observasi (evaluasi pekerjaan siswa)

b. Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

(Amini dan Munandar, 2010)

(18)

commit to user

6. Materi Pokok Kesebangunan dan Kekongruenan

Matematika dibedakan menjadi 3 bidang kajian yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, materi pelajaran Matematika kelas IX semester I adalah geometri dan pengukuran, statistika dan peluang, dan bilangan. Dalam geometri dan pengukuran terdapat bab tentang kesebangunan dan kekongruenan.

a. Kesebangunan

Dua segibanyak (polygon) dikatakan sebangun jika ada korespondensi satu-satu antar titik-titik sudut kedua segibanyak tersebut, sedemikian hingga berlaku.

1) Sudut-sudut yang bersesuaian (berkorespondensi) sama besar, dan 2) Semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian

(berkorespondensi) sama

(Guntoro & Suryopurnomo, 2011).

b. Kekongruenan

Dua segibanyak (polygon) dikatakan kongruen jika ada korespondensi satu-satu antara titik-titik sudut kedua segibanyak tersebut sedemikian hingga berlaku:

1) Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan

2) Semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah satu (Guntoro & Suryopurnomo, 2011).

c. Kesebangunan Dua Segitiga

Dua segitiga dikatakan sebangun jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan semua perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian sama.

1) Teorema kesebangunan sudut-sudut-sudut

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika besar sudut a (∠ ) = besar sudt d (∠ ), ∠ = ∠ , dan ∠ = ∠ , maka ∆ƺu ~∆ .

(19)

commit to user 2) Teorema kesebangunan sudut-sudut

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ∠ =

∠ , ∠ = ∠ , maka ∆ƺu ~∆ . 3) Teorema kesebangunan sisi-sisi-sisi

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ƺu= u =

ƺ , ,maka ∆ƺu ~∆ .

4) Teorema kesebangunan sudut-sisi-sudut

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ƺu= u dan

∠ = ∠ , maka ∆ƺu ~∆ .

(Guntoro & Suryopurnomo, 2011).

d. Kekongruenan Dua Segitiga

Dua segitiga dikatakan kongruen jika sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang.

1) Postulat kekongruenan sisi-sudut-sisi

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ∠ =

∠ , ƺu = , danƺ = , maka ∆ƺu ≅ ∆ . 2) Teorema kekongruenan sudut-sisi-sudut

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ∠ =

∠ , ƺ = , dan ∠ = ∠ maka ∆ƺu ≅ ∆ . 3) Teorema kekongruenan sisi-sisi-sisi

Diberikan dua segitiga ∆ƺu dan ∆ . Jika ƺu = , u = , dan ƺ = , maka ∆ƺu ≅ ∆ .

(Guntoro & Suryopurnomo, 2011).

7. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam Fägerstam dan Blom (2012) dinyatakan bahwa pembelajaran di luar kelas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Siswa menikmati pembelajaran di luar kelas dan menunjukkan peningkatan konsentrasi siswa pada pembelajaran di luar kelas secara berkelompok. Metode pembelajaran di

(20)

commit to user

luar kelas mengakibatkan efek jangka panjang pada hasil aspek kognitif.

Styaningsih (2014) menyatakan bahwa pembelajaran di luar kelas mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar siswa. Sementara itu, Khomsatun (2006) menyatakan bahwa pembelajaran di luar kelas mempengaruhi prestasi belajar siswa.

B. Kerangka Berpikir

Pada latar belakang masalah telah dikemukakan bahwa ditemukan masalah dalam kegiatan pembelajaran Matematika siswa kelas IX SMPN 1 Tirtomoyo yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Motivasi belajar merupakan penggerak tingkah laku siswa agar siswa tersebut terdorong untuk melakukan kegiatan belajar sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa diharapkan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Berdasarkan pernyataan Setyowati (2007), Hartati (2009), dan Burrow (2010) dalam penelitian mereka masing-masing bahwa motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, sehingga peneliti memiliki landasan yang cukup kuat bahwa motivasi belajar yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar telah dilakukan dengan berbagai metode klasik maupun modern. Namun pembelajaran dengan metode tersebut selalu dilakukan di dalam kelas, sehingga peneliti ingin menerapkan suatu pembelajaran lain, yaitu pembelajaran di luar kelas. Hal ini semakin dikuatkan oleh pernyataan dari Fägerstam dan Blom (2012), Styaningsih (2014), AIR (2005), dan Dillon (2006) yang menyatakan dalam penelitian mereka masing-masing bahwa pembelajaran di luar kelas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Adapun skema kerangka berpikir pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2. 1.

(21)

commit to user

Gambar 2. 1. Skema Kerangka Berpikir

1. Pembelajaran menggunakan metode ceramah

2. Siswa tidak aktif dan cenderung diam dan belum memiliki kemauan bertanya

(motivasi belajar siswa rendah) 3. Hasil belajar siswa rendah

1. Tahap Perencanaan

Guru merumuskan indikator,

menetapkan tujuan objek, dan menyusun rencana pembelajaran

2. Tahap Implementasi Pembelajaran a. Pendahuluan

Guru melakukan apersepsi,

menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menyampaikan materi yang akan dibahas

b. Kegiatan Inti

Guru mengajak siswa ke lokasi pengamatan, membagi kelompok, menjelaskan hal yang akan dilakukan, lalu siswa melakukan observasi, kemudian guru mengajak siswa melakukan diskusi.

c. Penutup

Guru melakukan evaluasi pekerjaan siswa, kemudian guru menyimpulkan hasil pembelajaran dengan siswa KONDISI AWAL

Sebelum Penerapan Pembelajaran di Luar Kelas

TINDAKAN

Penerapan

Pembelajaran di Luar Kelas

KONDISI AKHIR

Yang Diharapkan Setelah Penerapan Pembelajaran di Luar kelas

Motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas IX SMPN 1 Tirtomoyo tahun ajaran 2015/2016 pada materi

Kesebangunan meningkat

(22)

commit to user C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir, peneliti merumuskan hipotesis bahwa dengan penerapan pembelajaran di luar kelas (outdoor learning) motivasi dan hasil belajar siswa kelas IX SMPN 1 Tirtomoyo tahun ajaran 2015/2016 dapat meningkat.

Gambar

Tabel 2.1 Tahap-tahap Pembelajaran di Luar Kelas
Gambar 2. 1. Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami apa yang diperolehnya sehingga dapat menerangkan dan menjelaskan kembali serta memanfaatkan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memahami resiliensi ekonomi rumah tangga petani dalam pengelolaan Ume Talang di Desa Lebung Gajah Kecamatan Tulung

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh negatif terhadap niat dalam melakukan pembayaran menggunakan metode Go-Pay pada aplikasi

Tingginya nilai MHD tersebut disebabkan oleh kepadatan penduduk Kota Surakarta yang paling tinggi dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Tengah dan juga curah hujan dalam

Parfum Laundry Gunungsitoli Selatan Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik.. BERIKUT INI JENIS PRODUK

pembelajaran probing promting sendiri akan diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol akan menggunakan model pembelajaran scramble. Dari jumlah

1. Paradigma penelitian Kuantitatif adalah positivism, bahwa dunia kehidupan social dapat diteliti berdasarkan prinsip-prinsip hukum sebab akibat seperti

Bakteri asam laktat termasuk di dalamnya bakteri homofermentatif yang memproduksi sebagian besar utamanya adalah asam laktat, dan heterofermentatif yang selain memproduksi