• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pekerja/Buruh merupakan bagian penting di Indonesia khususnya dalam Pembangunan sektor ekonomi. Pekerja/Buruh memberikan perannya untuk pembangunan dalam sektor ekonomi yaitu sebagai penggerak utama bagi jalannya suatu Bisnis dalam Perusahaan, sehingga sudah seharusnya perusahaan dalam hal ini bisa memperlakukan pekerja/buruh dengan baik dan menjadikan mereka sebagai aset yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 3 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatakan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Huruf a Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hubungan Hukum antara pekerja/buruh dengan Perusahaan dibuat secara tertulis dalam suatu Perjanjian Kerja hal ini dijelaskan juga dalam pasal 50 Undang- undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatakan Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh.

berdasarkan pasal 1 ayat 14 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

(2)

2

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Perjanjian Kerja berdasarkan pasal 56 ayat (1) undang-undang No 13 Tahun 2003 terbagi menjadi 2 jenis yaitu Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu dan Perjanjian Kerja yang dibuat untuk waktu tidak tertentu. Pengaturan tentang perjanjian kerja untuk waktu tertentu dan perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu di atur berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut menjelaskan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu sedang di pasal 2 menjelaskan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja yang bersifat tetap.

Dalam penerapannya, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Perjanjian kerja Waktu tidak tertentu memiliki ketentuan-ketentuan yang harus ditaati oleh pengusaha, karna jika dalam hal pengusaha tidak menaati ketentuan-ketentuan yang berlaku terkait dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu maka akan berdampak terhadap Hak-hak yang harus diterima oleh pekerja tersebut.

Hal ini juga berlaku dalam bidang usaha Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh atau

(3)

3

yang sering dikenal dengan Perusahaan Outsourcing, outsourcing adalah penyerahan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi pekerjaan kepada perusahaan penerima pemborongan pekerjaan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh melalui perjanjian pemborongan pekerjaan tertulis.1Outsourcing dalam pengertiannya yang paling luas adalah langkah perusahaan untuk menggunakan jasa perusahaan lain dalam melakukan salah satu aktifitasnya seperti penagihan hutang, pembukuan, pengembangan teknologi informasi, kebersihan kantor, jasa boga, dan penyediaan karyawan kontrak.2 Dalam bidang ketenagakerjaan, outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia/pengarah tenaga kerja. Ini berarti ada perusahaan yang secara khusus melatih/mempersiapkan, menyediakan, mempekerjakan tenaga kerja untuk kepentingan kepentingan perusahaan lain Perusahaan inilah yang mempunyai hubungan kerja secara langsung dengan buruh/pekerja yang dipekerjakan.3 Adapun yang dimaksud dengan hubungan kerja berdasarkan system outsourcing adalah adanya pekerja/buruh yang dipekerjakan di suatu perusahaan dengan sistem kontrak tetapi kontrak tersebut bukan diberikan oleh perusahaan pemberi kerja tetapi oleh perusahaan lain yang merupakan perusahaan pengerah tenaga kerja. 4

1Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, (Jakarta:PT Pradnya Paramita, 2007), Cet. ke-2,h. 147

2 Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto, Strategi Manajemen Pembelian dan Supply Chain, (Jakarta:PT Grasindo, 2005), h. 242.

3 Lalu Husni, Pengantar Hokum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), Cet. ke-10, h. 187.

4 H.P. Rajagukguk, Peran Serta Pekerja dalam Pengelolaan Perusahaan (Codetermination), (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2002), Cet. ke-1, h. 79.

(4)

4

Hubungan kerja termaksud adalah termasuk jenis hubungan kerja berdasarkan perjanjian pengiriman/peminjaman pekerja (uitzendverhouding). Pada hubungan kerja demikian ditemukan adanya 3 (tiga) pihak yang terkait satu sama lain, yaitu:5

a. Perusahaan penyedia atau pengirim tenaga kerja/pekerja (penyedia) b. Perusahaan pengguna tenaga kerja/pekerja (pengguna)

c. Tenaga kerja/pekerja.

Di Indonesia sendiri Bidang usaha Outsourcing diatur dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 63, 64, dan 65. Dalam pasal-pasal tersebut sebenarnya sudah menjelaskan alur peraturan yang berkaitan dengan Pemberi Pekerjaan, Perusahaan Jasa Outsourcing dan Hubungan Hukum yang terjadi antara Ketiga Pihak tersebut. seperti :

a. Pasal 65 ayat 1 menjelaskan Hubungan Hukum antara Perusahaan pemberi Kerja dengan Penerima Kerja diatur secara tertulis dengan bentuk Perjanjian b. Pasal 65 ayat 2 Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menjelaskan bahwa Pekerja yang dapat dilimpahkan kepada perusahaan jasa Penyedia tenaga kerja adalah :

- dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;

- dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;

- merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan

5Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 217-218

(5)

5

- tidak menghambat proses produksi secara langsung

c. Pasal 65 ayat 6 nya menjelaskan Hubungan Kerja yang timbul atas Perjanjian seperti yang dijelaskan pada ayat 1 dibuat dengan Perjanjian tertulis antara Penerima pekerjaan dengan Karyawan sehingga hubungan Hukum yang terbentuk dengan Pekerja adalah Perusahaan penerima Pekerjaan berdasarkan perjanjian pemborongan dan perjanjian penyedia jasa pekerja/buruh.

d. Pasal 65 ayat 7 dan Pasal 66 ayat 2 Huruf a menjelaskan hubugan kerja antara penerima Pekerjaan atau Perusahaan jasa penyedia Pekerja dibuat dalam Bentuk Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Perjanjian kerja Waktu Tidak tertentu.

Selain dalam Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga mengatur dalam bentuk Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain Jo Peraturan Mentri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain, Peraturan ini secara garis besar mengatur tentang Proses Penyerahan sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan lain dan Proses ini juga secara otomatis juga berpengaruh terhadap Hak-hak Pekerja dengan status Outsourcing,

Proses penyerahan sebagian Pekerjaan kepada Perusahaan lain ada sebagai berikut :

(6)

6

1. Perusahan pemberi pekerjaan dan Perusahaan penerima pekerjaan atau Perusahan Penyedia Jasa Pekerja atau Buruh. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Perusahaan pemberi pekerjaan adalah perusahaan yang menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaannya kepada perusahaan penerima pemborongan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dan pada pasal 3 menjelaskan Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan pemberi pekerjaan,

2. Berdasarkan Pasal 24 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain Dalam melakukan usahanya Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan

berdasarkan peraturan perundang-undangan;

b. memiliki tanda daftar perusahaan c. memiliki izin usaha;

d. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan;

e. memiliki izin operasional;

f. mempunyai kantor dan alamat tetap; dan

g. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan.

3. berdasarkan Pasal 65 ayat 1 yang mengatakan Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis

(7)

7

4. Perjanjian tersebut berdasarkan pasal 19 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain harus memuat hal-hal sebagai berikut :

a. jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh;

b. penegasan bahwa perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh bersedia menerima pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh sebelumnya untuk jenis pekerjaan yang terus menerus ada di perusahaan pemberi pekerjaan dalam hal terjadi penggantian perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh; dan

c. hubungan kerja antara perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu.

5. lalu Perjanjian tersebut berdasarkan pasal 20 ayat 1 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain mengatakan Bahwa Perjanjian tersebut harus didaftarkan kepada Instansi yang bertanggung jawab dibidang Ketenagakerjaan Kabupateng/Kota tempat pekerja dilaksanakan.

6. Setelah Perjanjian Tertulis sudah di sepakati Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh dengan Perusahaan Pemberi Pekerjaan berdasarkan pasal 27 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012

(8)

8

tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain mengatakan “Setiap perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh wajib membuat perjanjian kerja secara tertulis dengan pekerja/buruh” dan di lengkapi oleh Pasal 28 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain yang menjelaskan Setiap perjanjian kerja penyediaan jasa pekerja/buruh wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam hal peraturan-peraturan tersebut diatas tidak dilakukan atau dilanggar maka hal ini juga berdampak terhadap perubahan status hubungan hukum antara Pekerja dengan perusahaan penyedia tenaga kerja berubah dari perjanjian Kerja Waktu tertentu ke Perjanjian Kerja Waktu tidak tertentu berdasarkan Pasal 65 ayat 8 dan Pasal 66 ayat 4 undang- undang No 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan. Dan Pasal 30 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain.

Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan Jefry Monang Manalu yang pernah bekerja di 2 (dua) Perusahaan yang bergerak di bidang Penyedia Jasa Pekerja/Buruh Yaitu GMB Group yang terletak di Tangerang Selatan sebagai Legal selama 29 Bulan & Industrial Relation Executive dan PT. Mitraco Intrada di Jakarta Pusat sebagai Human Resource dan Legal Ass Manager selama 6 bulan mengatakan

(9)

9

bahwa selama beliau bekerja, beliau menemukan beberapa hal yang tidak sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini ialah : 6

1. Hubungan Hukum antara Perusahaan Pemberi Kerja dengan Karyawan Outsourcing.

Yang dimaksud dalam pelanggaran ini ialah dimana Pemberi Kerja terkadang dengan tanpa alasan dan pertimbangan Hukum yang sah melalukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan, sehingga mengakibatkan permasalahan Hukum dimana karyawan melakukan Gugatan dan/atau Laporan kepada Pihak- pihak terkait atas Pemutusan Hubungan Kerja yang terjadi, seharusnya berdasarkan Perjanjian yang telah disepakati antara Pemberi Kerja dengan Penerima kerja yang menjadi dasar dilakukannya Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan lain dalam hal Pemberi Pekerja tidak ingin menggunakan Jasa Tenaga Kerja yang bersangkutan seharusnya Pemberi Kerja memberikan Informasi Kepada Penerima Pekerjaan dan penerima pekerjaan yang mempunyai kewengan untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Hubungan Hukum antara Perusahaan Penerima Kerja dengan Karyawan Outsourcing

Yang dimaksud dalam pelanggaran ini ialah dari kedua Perusahaan yang pernah saya bekerja itu mereka tidak memberlakukan Pasal 59 ayat 1 Undang-undang No 13 tahun 2003 dimana karyawan yang sudah bekerja selama 3 tahun dengan 1 kali

6 Wawancara dengan Jefry Monang Manalu, Mantan Karyawan yang Pernah Bekerja di 2 Perusahaan Outsourcing pada tanggal 10 Juni 2020 pukul 16:57.

(10)

10

perpanjangan tidak diangkat sebagai karyawan dengan Hubungan Kerja Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) melainkan dengan Memindahkan entitas karyawan yang bersangkutan ke Perusahaan baru yang 1 dengan Induk Perusahaan dan kembali membuat Hubungan Hukum mulai dari Perjanjian kerja Waktu tertentu lagi. Secara pandangan Hukum memang berikut tidak melanggar ketentuan- ketentuan yang berlaku namun secara social ini akan Karyawan yang bersangkutan dirugikan dalam hal ini seharusnya Karyawan tersebut sudah memiliki status Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu dimana dengan status PKWTT Karyawan yang bersangkutan lebih banyak memiliki Hak dalam hal ini Uang Pesangon, Uang Penghargaan, dan Uang penggantian Hak, dll seperti yang tersebut dalam pasal 156 Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan jika Karyawan dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja secara sepihak.

3. Hak dan Kewajiban Karyawan Outsourcing

Berdasarkan pengalaman saya, Perusahaan Outsourcing dalam Hal ini GMB Group menunggak Pembayaran ke BPJS Ketenagakerjaan sehingga karyawan yang bersangkutan saat mengundurkan diri dan ingin mencairkan Jaminan Hari Tua (JHT) di BPJS Ketenagakerjaan terkendala dengan Kurang saldo sehingga Karyawan tersebut menerima jumlah yang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya mereka terima. hal ini sangat bertentangan dengan Hukum, bahkan saya pernah mewakili Perusahaan dalam Hal ini PT. GMB Group untuk menghadap Kejaksaan Negri Jakarta selatan terakit dengan Tunggakan BPJS selama kurang lebih 8 Bulan.

(11)

11

Dari uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu kajian ilmiah melalui penelitian yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk Skripsi, untuk itu maka penulis memilih judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA OUTSOURCING (STUDI KASUS DI PT MITRACO INTRADA)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis merumuskan masalah yang ada , sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pekerja di PT Mitraco Intrada?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk Mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap Pekerja di PT.

Mitraco Intrada

D. Manfaat Penelitian

Memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan Hubungan Hukum yang menimbulkan Hak dan Kewajiban Masing-masing pihak dan system Outsorcing dan Pemborongan Pekerjaan.

(12)

12 E. Metode Penelitian

I. Tipe Penelitian dan Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Socio-Legal research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.7 Penggunaan Penelitian yuridis empiris digunakan untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Hukum dan penerapan Peraturan terkait dengan Outsourcing dalam Outsourcing atau Penyedia Jasa Tenga kerja.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif, metode pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang bertujuan untuk menganalisa data yang ada seteliti mungkin dengan tujuan menguraikan secara sistematis serta menjelaskan keadaan yang sesungguhnya.8

II. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-

7 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.

134

8 Ronny Hanitijo,Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, hlm 117

(13)

13

literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan9

b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer.

data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau instansi pemerintah terkait melalui observasi/pengamatan, interview/wawancara, questionere/angket. 10 Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari para responden dan narasumber tentang obyek yang akan diteliti melalui wawancara atau tanya jawab. Wawancara akan dilakukan kepada :

1. Mantan Karyawan GMB Group dan PT. Mitraco Intrada 2. Direktur Operasional PT.Mitraco Intrada.

III. Unit Amatan

Yang menjadi unit Amatan dalam penelitian ini ialah : 1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata

2. Undang- undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia No 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain.

9 . Nazir, Metode Penelitian, cetakan ke-5, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 27

10 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm. 44

(14)

14

4. Keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomer KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

IV. Unit Analisa

Dalam skripsi ini yang menjadi unit analisa penulis adalah Bagaimana Hubungan Hukum dalam Sistem Outsourcing atau penyedia Jasa Pekerja.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab dan setiap bab terdiri dari sub bab, dengan sistematika sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan dan Kajian Terdahulu, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II : Menyajikan Tinjauan Pustaka, Pembahasan, dan Analisis mengenai Hubungan Hukum Pekerja Outsourcing dan penerapannya di GMB Group dan PT. Mitraco Intrada.

(15)

15

3. Bab III : Kesimpulan dan saran merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan yang ditarik dari uraian penelitian dan bertalian erat dengan pokok masalah dan saran yang disampaikan penulis dari penelitian yang sudahdilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya karena skripsi dengan judul “ Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Siklus

Anugerah Mega Lestari untuk penjualan dan pembelian barang kena pajak telah dipungut PPN dan penyetoran terdapat selisih dari jumlah pajak masukan dan pajak keluaran yang

Hasil penelitian yang dilakukan di pedagang kaki lima kebersihan diri penjamah makanan kebersihan diri (100%), 9 responden yang mengatakan tidak menggunakan

dari pihak luar. 4) kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial

Perubahan sosial budaya TKI di Kampung Pandan Dalam pada penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif dimana perubahan sosial budaya dilihat dari perubahan perilaku,

Pembentukkan kepribadian remaja yang sesuai dengan visi pendidikan Islam ini diyakini dapat menjadi penangkal dampak negatif globalisasi terhadap perilaku remaja,

Kerangka pemikiran yang digunakan dalam pembentukan model inkubator bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta secara rinci adalah sebagai berikut: Sinergi antara

Hal ini sejalan dengan teori Bandura (1994) mengemukakan bahwa makin besar self-efficacy seseorang makin besar upaya, ketekunan, dan fleksibiltasnya. Dengan