• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai refrensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

1. Muhammad Fahaddudin

Menulis skripsi berjudul “Pembelajaran Kitab Kuning Melalui Metode Tarjamah Di Pondok Pesantren Al-Munawir Yogyakarta” tahun 2014. Pada skripsi ini mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang penerapan metode tarjamah di Pondok Pesantren Al-Munawir Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran tarjamah menggunakan metode makna gundul dan gramatika-tarjamah, kedua metode ini masih dirasa efektif sesuai tujuan madrasah diniyah. Karena heterogenesis santri yang berasal dari berbagai daerah dan mengasah kemampuan santri dalam kemahiran gramatikalnya.

(2)

13 2. Marlina Dwi Astuti

Menulis skripsi berjudul “Metode Sorogan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo Bantul” tahun 2015. Pada skripsi ini mendeskripsikan dan meganalisis secara kritis tentang penerapan metode sorogan di Pondok Pesantren Fadlun Minalloh Wonokromo Bantul.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan, santri menjadi lebih aktif dalam menemukan maupun memecahkan suatu masalah, hal ini disebabkan karena proses pelaksanaan pembelajaran berjalan secara individual.

3. Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail

Menulis jurnal berjudul “Metode Pembelajaran Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang” tahun 2018. Pada jurnal ini peneliti mengatakan bahwa pembelajaran kitab kuning di pesantren dilakukan dalam dua bentuk: yaitu secara mandiri dan secara berkelompok. Sedangkan metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan pesantren dalam mentransfer keilmuwan adalah menggunakan metode campuran (mix methods), yaitu adakalanya bandongan dan ada kalanya sorogoan.

4. Syaifullah

Menulis tesis dengan judul “Analisis Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Kitab Kuning di MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurayrah

(3)

14

Mataram” tahun 2017. Kesimpulan dari penelitian ini adalah; (1) Pelajaran diawali dengan memberikan kesempatan kepada salah seorang murid untuk membaca kitab sambil memperbaikinya, selanjutnya ustadz membaca kitab kuning tersebut sambil menerjemahkan arti perkata, santri mendabit kitab mereka, ustdz menjelaskan maksud dari isi kitab tersebut, kemudian diakhiri dengan penyimpulan; (2) Implikasinya bagi santri menjadikan sebagian besar santri memiliki penguasaan yang baik dalam pembelajaran kitab kuning, baik dari segi membaca, memahami maupun menyimpulkan; (3) Kendala-kendala yang dihadapi dan solusinya adalah: kurangnya kedisiplinan santri, solusinya meningkatkan pembinaan dan pengawasan; kurangnya semangat santri, solusinya meningkatkan perhatian dan motivasi; luasnya materi pembelajaran, solusinya para ustdz membuat rangkuman atau garis-garis besar materi pelajaran untuk santri kemudian dikembangkan oleh santri itu sendiri.

B. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian 1. Persepsi

a. Pengertian persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh:

Jalaludin Rahmat (2003:51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi

(4)

15

setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama.

Terkait dengan persepsi Shaleh (2004:88) mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data penginderaan untuk dikembangkan sedemikian sehingga kita dapat menyadari disekeliling kita. Sugihartono, dkk (2013:8) mengemukakan bahwa persepsi merupakan kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat Desideranto dalam Psikologi Komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003:16) beliau mengatakan bahwa persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.

Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

Berbagai batasan tentang persepsi di atas, dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu dalam usahanya mengenal sesuatu yang meliputi aktifitas mengolah suatu stimulus yang ditangkap indera dari suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan

(5)

16

pemahaman tentang stimulus tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu disaat ia menerima stimulus dari lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

Menurut Walgito (2010:101) berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri indvidu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

(6)

17

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada suatu atau sekumpulan objek.

Sedangkan menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaluddin Rahmat (2003:55) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor struktural.

1) Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2) Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

(7)

18 c. Proses terjadinya persepsi

Individu mengenali suatu objek dari luar dan ditangkap melalui inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi menurut walgito (2010: 102) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

2) Proses kealaman atau proses fisik merupakan proses ketika stimulus mengenai alat indera.

3) Proses fisiologis merupakan proses ketika stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak

4) Proses psikologis merupakan terjadinya prosesdi otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.

5) Taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.

(8)

19

Sebelumnya Thoha (2003:145) menyatakan bahwa proses terbentuknya persepsi seseorang didasari pada beberapa tahapan:

1) Stimulus dan Rangsang

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

2) Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.

3) Interpretasi

Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi, dan kepribadian seseorang.

4) Umpan Balik (feed back)

Setelah melalui proses interpretasi informasi yang sudah diterima dan dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan balik terhadap stimulus.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses aktif yang timbul dengan kesadaran terhadap suatu objek yang merupakan faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian, dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap

(9)

20

objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak dihilangkan atau disalah artikan.

2. Metode Jie Sam Soe (Teknik 234) a. Pengertian metode Jie Sam Soe

Sesuai dengan artinya Ji Sam Soe yaitu 234, metode Jie Sam Soe juga mempunyai teknik yang menggunakan angka 2, 3, dan 4. Dimulai dari mengenali dua jenis kalimat (fi’liyah atau ismiiyah), dilanjutkan dengan menemukan tiga unsur pembentuk kalimat yang disingkat dengan SPP (subjek, predikat, dan pelengkap) dan terakhir menentukan salah satu dari empatharakat yang tepat untuk masing-masing kata tersebut berdasarkan pada posisinya sebagai unsur pembentuk kalimat (fathah, dlammah, kasrah, atau sukuun). Untuk membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat, maka harus dimulai dengan memilah kalimat-kalimat yang ada dalam teks itu kemudian menganalisis masing-masing kalimat yang dilanjutkan dengan memberikan harakat yang tepat untuk masing-masing kata dalam kalimat.

(Abdul Haris, 2015:77).

b. Alasan terbentuknya metode Jie Sam Soe

Salah satu alasan terbentuknya atau teciptanya metode Jie Sam Soe yang dicetus oleh Dr. Abdul Haris, MA dikarenakan sampai saat ini masih banyak kalangan pelajar, santri, mahasiswa, dan orang-orang yang belajar

(10)

21

bahasa Arab merasa bahwa salah satu kesulitan mereka dalam belajar bahasa Arab adalah membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat. Hal ini karena untuk dapat mencapai keterampilan itu paling tidak diperlukan dua hal yaitu, kemampuan memahami beberapa konsep gramatika bahasa Arab yang banyak ragamnya (dan biasanya juga rumit memahaminya),dan memahami sejumlah kosa kata bahasa Arab. Selama ini, untuk mencapai keterampilan tersebut dibutuhkan waktu yang relatif lama.

Pada tataran realitas, memang sampai saat ini belum banyak pelajar, santri, mahasiswa, dan orang-orang yang belajar bahasa Arab yang mampu membaca dan memahami teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat dalam waktu yang relatif singkat. Mereka umumnya berlama-lama mempelajari konsep gramatika bahasa Arab (sharf dan nahwu) terlebih dahulu dengan beragam cara dan kajian yang rumit namun kurang aplikatif sehingga tidak menopang kemampuan mereka dalam membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat. Tekanan pembelajaran gramatika (qawaid) pada hafalan kaidah-kaidah dan kemampuan i’rab dengan beragam jenisnya yang berbasis pada analisis peran dan fungsi dalam kalimat pada akhirnya menuntut mereka untuk menghafalkan banyak kaidah-kaidah qawa’id dan hanya disibukkan pada kemampuan melakukan i’rab semata. (Abbdul Harris, 2015: V).

Kenyataan seperti inilah yang membuat beliau merasa tertantang untuk mencoba teknik dan cara lain yang lebih cepat, effisien, dan efektif

(11)

22

untuk membaca teks-teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat. Dari pemikiran tersebut lahirlah metode Jie Sam Soe atau teknik 234.

c. Sekilas tentang buku “5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul Teknik 234”

Buku yang disusun oleh Dr. Abdul Haris, MA yang tak lain adalah dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang berisikan sebuah tawaran teknik membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat yang lebih praktisdan mudah serta tidak tertumpu pada pembahasan konsep qawaaid (gramatika) yang rumut dan kompleks. Dalam buku tersebut

pembahasan konsep qawaaid (gramatika) dipilihkan pada konsep-konsep yang paling dubutuhkan dan fungsional untuk keperluan membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat. Dengan cara seperti ini diharapkan dalam waktu enam kali pertemuan (6 x 100 menit), pembaca dan pembelajar buku ini telah memiliki kemampuan dasar membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat.

Untuk mengenal lebih lanjut tentang buku 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234, penulis menulis deskripsi singkat tentang buku tersebut:

1) Tujuan

Tujuan mempelajari buku ini diharapkan pembaca atau pembelajar memiliki pemahaman tentang lima langkah strategis membaca teks

(12)

23

bahasa Arab yang tidak ber-harakat dan mampu mengaplikasikannya dengan baik dan benar untuk membaca teks bahasa Arab yang tidak ber- harakat tingkat menengah (intermediate).

2) Kalayak Sasaran

Buku ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berkeinginan memiliki kemampuan membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat dari mereka yang sudah pernah mengikuti pembelajaran bahasa Arab minimal pada level elementary (dasar) namun belum mampu membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat.

3) Prinsip-prinsip Penyusunan

Beberapa prinsip yang digunakan dalam penyusunan buku ini adalah sebagai berikut:

a) Memperhatikan tingkat kemampuan pikiran, emosional, sosial, dan membutuhkan pembaca.

b) Memilih konsep-konsep gramatika bahasa Arab yang lebih fungsional untuk kepentingan membaca teks yang tidak ber-harakat.

c) Menyederhanakan bahkan terkadang mengadaptasikan konsep-konsep tersebut dengan bahasa Indonesia agar lebih mudah difahami.

d) Memberikan fokus pada analisis unsur pembentuk kalimat untuk kepentingan membaca teks yang tidak ber-harakat.

(13)

24

e) Mengedepankan “Belajar Berbahasa” dari pada “Belajar tentang Bahasa”.

4) Sistematika Buku

Buku 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234 terdiri dari lima bab yang disusun secara gradual dan berisi lima langkah strategis dan praktis untuk membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat. Dimulai dari Langkah I, yang berisi pengenalan tentang konsep kata yang menjadi dasar penting untuk menganalisis kalimat, dilanjutkan dengan Langkah II, yang mengenalkan konsep murakkab (gabungan kata) untuk memahami konsekwensi harakat akhir kata yang digabungkan, kemudian Langkah III, yang membahas konsep perubahan harakat akhir kata setelah masuk menjadi bagian dari unsur pembentuk kalimat untuk memahami ragam kata yang dapat berubah harakat akhirnya dan kata yang tidak mengalami perubahan apapun setelah masuk dalam kalimat. Setelah itu dilanjutkan dengan Langkah IV, untuk memahami konsep kalimat dan perluasannya, dan diakhiri dengan Langkah V, yang merupakan inti dari buku ini yang berisi satu tawaran untuk menganalisis struktur kalimat dengan teknik 234 (Jie Sam Soe) sebagai salah satu alternatif membaca teks bahasa Arab yang tidak ber-harakat.

5) Metode yang Digunakan

(14)

25

Buku 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234 disusun dengan desain pembelajaran aktif yang lebih dipusatkan pada pembelajar (student centered) untuk lebih banyak menggunakan kemampuannya dalam memahami konsep dan mengaplikasikan konsep tersebut, sementara guru/dosen/tutor lebih banyak berperan sebagai fasilitataor dan motivator belajar. Karena itu disarankan agar dalam proses pembelajarannya lebih banyak dilakukan dengan model kelompok (Collaboration Learning) dan model belajar aktif (Active Learning). (Abbdul Harris, 2015: viii-x).

3. Kitab Gundul (Kitab Kuning) a. Pengertian Kitab Gundul

Dalam dunia pesantren istilah kitab kuning (kitab gundul) belum diketahui secara pasti. Istilah ini didasarkan pada sudut pandang yang berbeda-beda, diantaranya dinyatakan oleh Masdar F. Mas’udi

“kemungkinan besar sebutan itu datang dari pihak orang luar dengan konotasi yang sedikit mengejek. Terlepas dengan maksud apa dan oleh siapa dicetuskannya, istilah itu kini telah mendarah daging di tengah-tengah masyarakat baik diluar maupun di lingkungan pesantren”(Raharjdo, 1995:55).

Akan tetapi sebenarnya, istilah penyebutan kitab kuning dikarenakan kitab ini dicetak di atas kertas yang berwarna kuning. Akan tetapi pendapat ini menimbulkan kontroversi, karena saat ini, seiring dengan kemajuan

(15)

26

teknologi, kitab-kitab itu tidak lagi dicetak diatas kertas kuning akan tetapi sebagian kitab telah dicetak dia atas kertas putih.

Di lembaga-lembag pendidikan khususnya pondok pesantern penyebutan kitab kuning juga dikenal dengan istilah “kitab klasik” (Al-kutub Alqadimah), karena kitab yang ditulis merujuk pada karya-karya tradisional

ulama berbahasa Arab yang gaya dan bentuknya berbeda dengan buku modern (Turmudi, 2004:36). Bahkan istilah kitab kuning juga, dikalangan pondok pesantren juga kerap disebut dengan “kitab gundul”. Disebut demikian karena teks di dalamnya tidak memiliki syakl (harakat). Harakat ialah tanda baca yang menunjukkan huruf ganda, bunyi pendek ataupun panjang dan tidak berbaris yang bertujuan untuk memahami kitab kuning (kitab gundul), maka dari itu di setiap lembaga-lembaga pendidikn khususnya pondok pesantren ada ilmu yang mempelajari tentang cara memahami kitab kuning yaitu ilmu nahwu dan sharf.

Disamping itu pengertian umum yang selama ini dipakai oleh para peneliti pondok pesantren adalah bahwa kitab kuning selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan yang berbahasa Arab, atau berhuruf Arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau yang ditulis dengan format khas pra-modern, sebelum abad ke-17an M. Dalam rumusan yang lebih rinci, definisi dari kitab kuning: pertama ditulis oleh ulama-ulama

“asing”, tetapi secara turun-temurun menjadi referensi yang dipedomani oleh para ulama Indonesia, kedua ditulis oleh ulama Indonesia sebagai karya tulis

(16)

27

yang “independen”, dan ketiga ditulis oleh ulama Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab karya ulama “asing” (Siradj, 2004: 20).

Dengan demikian, penelitian ini menambil pemahaman bahwa yang dimaksud dengan kitab kuning (kitab gundul) ialah kitab yang berbahasa arab tanpa disertai tanda baca (harakat).

b. Ciri-ciri Kitab Gundul

Penjelasan mengenai ciri-ciri kitab kuning sangatlah penting disentuh oleh peneliti, dikarenakan banyak sekali yang salah memahaminya, ada juga yang kebingungan, seperti apakah kitab kuning tersebut, bagaimanakah bentuk dan lainnya. Muhaimin merincikan ciri-ciri kitab kuning dengan mengatakan bahwa ada 6 ciri kitab kuning tersebut:

Ciri-ciri kitab kuning adalah pertama, kitab-kitabnya menggunakan bahasa Arab, kedua umumnya tidak memakai syakl (tanda baca atau baris), bahkan tanpa memakai titik ataupun koma, ketiga berisi keilmuwan yang cukup berbobot, keempat metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu kontemporer kerapkali tampak menipis, kelima lazimnya dikaji dan dipelajari di Pondok Pesantren dan keenam, banyak diantara kertasnya berwarna kuning (Muhaimin, 1993:3000).

Sedangkan menurut Affandi dalam Siradj mengatakan bahwa spesifikasi kitab kuning (kitab gundul) terletak dalam formatnya (lay out), yang terdiri dari dua bagian, yaitu matan, teks asal (inti) dan syarah

(17)

28

(komentar, teks penjelas atas matn). Dalam pembagian semacam ini, matan selalu diletakkan di bagian pinggir (margin) sebelah kanan maupun kiri, sementara syarah, karena penuturannya jauh lebih banyak dan panjang dibandingkan matan, maka diletakkan di bagian tengah setiap halaman kitab kuning. Ukuran panjang-lebar kertas yang digunakan kitab kuning pada umumnya kira-kira 26 cm (kwarto). Ciri khas lainnya terletak dalam penjilidannya yang tidak total, yakni tidak dijilid seperti buku. Ia hanya dilipat berdasarkan kelompok halaman (misalnya, setiap 20 halaman) yang secara teknis dikenal dengan istilah korasan. Jadi dalam satu kitab kuning terdiri dari beberapa korasan yang memungkinkan salah satu atau beberapa korasan dibawa secara terpisah (Siradj, 2004:223).

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri dari kitab kuning (kitab gundul) diantaranya adalah menggunakan kertas berwarna kuning, berbentuk korasan, dan isinya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: matan (ringkasan), teks asal dan syarah (penjelasan), begitu juga tulisannya yang menggunakan bahasa Arab.

c. Jenis-jenis Kitab Gundul

Kitab kuning diklasifikasikan ke dalam empat kategori yaitu dilihat dari kandungan maknanya, dilihat dari kadar penyajiannya, dilihat dari kreatifitas penulisannya, dan dilihat dari penampilan uraiannya. (Siradj, 2004:335).

(18)

29 1) Dilihat dari kandungan maknanya

Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos (naratif) seperti sejarah, hadist, dan tafsir, dan kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah-kaidah keilmuwan seperti nahwu, ushul fikih, dan mushthalah Al-hadist (iatilah-isyilah yang berkenaan dengan hadist).

2) Dilihat dari kadar penyajiannya

Kitab kuning dapat dibagi tiga macam, yaitu mukhtashar, yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan pokok-pokok masalah, baik yang muncul dalam bentuk nadzam atau syair (puisi) maupun dalam bentuk nasr (prosa). Syarah, yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar, menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif, dan banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing, dan kitab kuning yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas, tapi juga tidak terlalu panjang (mutawasithah).

3) Dilihat dari kreativitas penulisannya

Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi tujuah macam, yaitu:

kitab yang menampilkan gagasan-gagasan baru, kitab yang muncul sebagai penyempurnaan terhadap karya yang telah ada, kitab yang berisi komentar (syarah) terhadap kitab yang telah ada, kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain, kitab

(19)

30

yang memperbaharui sistematika kitab-kitab yang telah ada, dan kitab yang berisi kritikan.

4) Dilihat dari penampilan uraiannya

Kitab kuning memiliki lima dasar penampilan, yaitu: pertama mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci dan seterusnya, kedua menyajikan redaksi yang teratur dengan penampilan beberapa penyataan dan kemudian menyusun kesimpulan, ketiga membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap perlu, sehingga penampilan materinya tidak semrawut dan pola pikirnya dapat lurus, keempat memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan sebuah definisi, dan kelima menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi terhadap pernyataan yang dianggap perlu.

d. Pembelajaran Qiroatul Qutub di FAI UMM

Kurikulum program studi pendidikan Agama Islam dibagi menjadi lima kelompok mata kuliah, yakni kelompok mata kuliah MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata kuliah Keilmuwan dan Keterampilan), MKB (Mata kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata kuliah Perilaku Berkarya) dan MBB (Mata kuliah Berkehidupan Bersama).

(Panduan Akademik, 2006/2007: 51).

(20)

31

Salah satu mata kuliah yang khusus diajarkan kepada seluruh mahasiswa jurusan PAI UMM pada semester ganjil ialah Qiroatul Qutub (membaca huruf Arab tanpa harakat) yang diajarkan oleh Dr. Abdul Haris, MA yang tak lain adalah penulis buku 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234, mata kuliah Qiroatul Qutub diajarkan selama dua semester dengan jumlah pertemuan ±24 pertemuan/semesternya, buku rujukan yang digunakan pun menggunakan buku beliau yang berjudul 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234. Pengembangan Qiroatul Qutubdi FAI UMM dahulunya menggunakan diktat khusus, kemudian sejak

2015 terdapat pengembangan dari buku 5 Langkah Jitu Membaca Kitab Gundul teknik 234 yang berasal dari disertasi Dr. Abdul Haris, MA. Sesuai dengan apa yang beliau tulis, beliau menggunakan model kelompok dan model belajar aktif selama mengajar yang membuat mahasiswa berperan aktif didalamnya, disamping itu pula, beliau lebih memilih desain pembelajaran yang lebih memusatkan pembelajaran pada si pembelajar (student centered). Untuk penilaian, beliau memilih untuk menguji satu per satu mahasiswa dengan ujian lisan dengan memberikan teks bahasa Arab tanpa harakat yang nantinya akan dianalisis oleh mahasiswa itu sendiri yang selanjutnya akan dibaca di depan beliau dan jika ada mahasiswa yang salah menganalisis maka beliau akan membantu untuk memperbaikinya.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil- hasil dari penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan tidak lepas dari topik penelitian mengenai Analisis Implementasi Corporate Social

Tentang berapa jumlah hakam yang ideal, Pasal 76 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama tidak menentukan secara rinci, hanya menyebut

Dalam memperhitungkan unsur-unsur ke dalam produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.Full costing merupakan metode pententuan (HPP) yang

“suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas”. Pekerja tentu saja memiliki

hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan metode Ummi dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran pada siswa SMP IT Izzatul Islam Getasan secara umum telah

Karena nilai tersebut diperoleh dari tabel distribusi normal untuk pengujian satu sisi, sementara belum dapat diduga kelompok sampel mana yang memberikan skor yang lebih

Apabila saya terpilih sebagai calon pimpinan Baznas Kabupaten Kuantan Singingi Periode 2021-2026, Surat Pernyataan ini akan dibuktikan dengan Surat Keterangan dari

Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa terdapat tindak tutur lokusi dan ilokusi pada ujuran Mario Teguh dalam acara Golden Ways di Metro TV.. Dari hasil penelitian