• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak, berdiri pada tahun 2007 dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan kecamatan Kebonagung kabupaten Demak. Pada tahun 2010 MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak terakreditasi. Jumlah kelas di MA Yasua Kebonagung terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa pada tahun 2014/2015 sebanyak 205 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 89 dan siswa perempuan sebanyak 116 yang diampu oleh 4 guru negeri, 11 guru swasta, dan 9 guru TU atau lainnya. MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak terdapat kurikulum pndidikan seks tetapi tidak berdiri sendiri, diberikan melalui mata pelajaran Biologi, ada beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat, proses kehamilan, dan organ-organ reproduksi yang diberikan di kelas XI semester 1. Rata-rata umur siswa di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak antara umur 15-18 tahun.

B. Hasil dan Pembahasan Univariat

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Agustus 2014 di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak. Penelitian dilakukan terhadap 67 siswa laki-laki dan perempuan dengan cara membagikan kuesioner dengan 20 pernyataan tentang pengetahuan dampak seks bebas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka disajikan data sebagai berikut :

(2)

1. Umur

Dari hasil penelitian diperoleh data umur siswa berkisar 14-18 tahun dengan rata-rata 16,15 tahun dan simpangan baku 1,077 tahun. Setelah dikategorikan menurut Poltekes Depkes Jakarta (2010) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

n Variabel Frekuensi Persentase

1 10-13 tahun 0 0,0

2 14-16 tahun 41 61,2

3 17-19 tahun 26 38,8

Jumlah 67 100,0

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas umur responden adalah remaja pertengahan (14-16) sebanyak 41 siswa (61,2%). Berdasarkan teori dari Poltekes Depkes Jakarta (2010) masa remaja terbagi atas masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja tengah (14-16 tahun), masa remaja akhir (17-19 tahun).

2. Pengetahuan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa skor pengetahuan tentang dampak seks bebas berkisar antara 7 sampai dengan 18 rata-rata 13,55 dan simpangan baku 0.606. Setelah dikategorikan menurut Arikunto (2006) menjadi :

(3)

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Dampak Seks Bebas

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Baik 9 13,4

2 Cukup 42 62,7

3 Kurang 16 23,9

Jumlah 67 100,0

Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan tingkat pengetahuan siswa MA Yasua Kebonagung tentang dampak seks bebas kategori cukup yaitu sebanyak 42 siswa (62,7%), kategori kurang sebanyak 16 siswa (23,9%) dan 9 siswa (13,4%) dalam kategori baik.dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas di MA Yasua Kebonagung yaitu pada kategori cukup.

Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil penelitian Citra dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di MA 1 Surakarta Tahun 2012”, terdapat 75% siswa mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini lebih rendah yaitu 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup. Penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Persepsi tentang Seks Bebas Pranikah pada Mahasiswa DIII Kebidanan dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang” (Noviasari, 2012) hanya 20% responden yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup.

(4)

Adapun data mengenai pernyataan pengetahuan tentang dampak seks bebas di MA Yasua Kebonagung kabupaten Demak sebagai berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Jawaban Responden Tiap Pernyataan Pengetahuan tentang Dampak Seks Bebas

No Pernyataan Salah Benar

n % n %

Pengertian Seks Bebas

1. Seks bebas adalah hubungan seks yang dilakukan dengan banyak pasangan/

berganti-ganti pasangan 6 9.0 61 91.0

Faktor yang Mempengaruhi Seks Bebas

2. *Seks bebas bukan merupakan bentuk penyaluran hasrat seksual karena perubahan

hormon pada remaja 20 29.9 47 70.1

3. Meningkatnya informasi dan rangsangan dari media massa yang semakin bebas mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks

bebas 2 3.0 65 97.0

4. *Pendidikan orang tua tentang seks tidak 21 31.3 46 68.7

No. Pernyataan Salah Benar

n % n %

mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks bebas

Dampak Seks Bebas Bagi Diri Sendiri

5. *Seks bebas yang berakibat kehamilan pada remaja, tidak berpengaruh terhadap kejadian

pengguguran kandungan/aborsi. 23 34.3 44 65.7 6. Depresi dan tidak percaya diri merupakan

dampak seks bebas terhadap kejiwaan

seseorang 5 7.5 62 92.5

7. *Seks bebas bukan pemicu terjadinya

penyakit menular seksual (PMS) 14 20.9 53 79.1 8. Seks bebas menyebabkan kesempatan

melanjutkan pendidikan hilang karena

dikeluarkan dari sekolah 5 7.5 62 92.5

9. *Seks bebas tidak dapat menyebabkan

HIV/AIDS 5 7.5 62 92.5

Dampak Seks Bebas Bagi Keluarga

10. Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan

seks bebas tidak akan terganggu kesehatanya 50 74.6 17 25.4 11. *Bayi yang dilahirkan dari hasil hubungan

seks bebas cenderung di sia-siakan ibunya. 61 91.0 6 9.0 12. Seseorang yang hamil/melahirkan bayi

(5)

No. Pernyataan Salah Benar

n % n %

ekonomi keluarga.

13. *Anak yang dilahirkan akibat hamil di luar nikah tidak akan mengalami ancaman

kejiwaan atau tekanan di masyarakat. 19 28.4 48 71.6

Dampak Seks Bebas Bagi Masyarakat

14. *Seks bebas bukan merupakan pemicu remaja putus sekolah karena hamil diluar

nikah 14 20.9 53 79.1

15. Akibat pengguguran kandungan yang tidak aman akan meningkatkan angka kematian ibu

dan angka kematian bayi. 7 10.4 60 89.6

16. Upaya untuk mengurangi pelacuran/ pelecehan anak adalah menurunkan

kemiskinan. 47 70.1 20 29.9

Cara Mengatasi Seks Bebas

17. *Ketersediaan informasi kesehatan reproduksi tidak dapat menanggulangi seks

bebas 36 53.7 31 46.3

18. Seks bebas dapat diatasi dengan

memperbanyak akses ke pelayanan kesehatan 16 23.9 51 76.1 19. *Meminimalkan informasi tentang kebebasan

seks. Dalam hal ini media masa dan hiburan

bukanlah cara mengatasi seks bebas 42 62.7 25 37.3 20. *Informasi kesehatan dari keluarga tidak

mengatasi seks bebas 27 40.3 40 59.7

*: Pernyataan Unfavourable

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada beberapa pernyataan yang masih dijawab salah oleh responden baik itu pernyataan favourable maupun unfavourable. Pernyataan nomor 10 tentang dampak seks bebas bagi keluarga, sebagian besar responden menjawab salah yaitu 74,6%. Pernyataan nomor 11 tentang dampak seks bebas bagi keluarga, lebih banyak responden menjawab salah yaitu 91%. Pernyataan nomor 16 tentang dampak seks bebas bagi masyarakat, mayoritas responden menjawab salah yaitu 70,1%. Pernyataan nomor 17 tentang cara mengatasi seks bebas, separuh lebih responden menjawab salah yaitu 53,7%.

(6)

Pernyataan nomor 19 tentang cara mengatasi seks bebas, sebagian besar responden menjawab salah yaitu 62,7%.

Dari 20 pernyataan yang terdapat dalam kuesioner menunjukkan bahwa mayoritas responden sudah dapat menjawab pernyataan dengan benar. Hanya ada beberapa pernyataan yang masih dijawab salah oleh responden, diantaranya nomor 10, 11, 16, 17, dan 19. Dari pernyataan-pernyataan tersebut, terdapat >50% responden menjawab pernyataan dengan salah, dan selain pernyataan tersebut sudah dijawab dalam kategori cukup dan baik. Mayoritas responden yang menjawab salah tersebut belum mengetahui dampak seks bebas bagi keluarga, dampak seks bebas bagi masyarakat, dan cara mengatasi seks bebas.

Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang dampak seks bebas termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 42 siswa (62,7%). Hal ini sesuai dengan teori pengetahuan menurut Notoadmodjo 2003 dalam Wawan & dewi 2011, Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil penelitian Citra dengan judul “Tingkat

(7)

Pengetahuan Remaja Perempuan dan laki-laki tentang seks bebas di MA 1 Surakarta Tahun 2012”, terdapat 75% siswa mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini lebih rendah yaitu 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup. Penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Persepsi tentang Seks Bebas Pranikah pada Mahasiswa DIII Kebidanan dan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang” (Noviasari, 2012) hanya 20% responden yang mempunyai pengetahuan cukup, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan 62,7% mempunyai pengetahuan tentang dampak seks bebas dalam kategori cukup.

Pada kenyataannya dalam penelitian ini, responden belum mendapatkan informasi dan pendidikan tentang seks bebas terutama dampak seks bebas di sekolah. Padahal diteori dijelaskan bahwa informasi dan pendidikan merupakan faktor-faktor yang memperoleh pengetahuan. Dimana menurut Wawan dan Dewi (2011) Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Seks bebas akan menimbulkan pengaruh buruk baik bagi remaja maupun bagi keluarga dan masyarakat. Dampak seks bebas bagi keluarga diantaranya, menimbulkan aib keluarga, menambah beban ekonomi keluarga, dan pengaruh kejiwaan terhadap anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat dilingkungannyan (ejekan). Sedangkan dampak seks bebas bagi masyarakat antara lain, meningkatnya remaja putus

(8)

sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun, meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, menambah beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun.

Cara mengatasi seks bebas pada remaja yaitu dengan mengikis kemiskinan, menyediakan informasi kesehatan reproduksi, memperbanyak akses pelayanan kesehatan, meningkatkan partisipasi remaja dengan mengembangkan pendidikan sebaya, meninjau ulang peraturan yang membuka peluang terjadinya reduksi atau pernikahan dini, meminimalkan informasi tentang kebebasan seks di media masa, dan menciptakan lingkungan keluarga yang informatif tentang penddidikan seks.

Selain itu berdasarkan hasil wawancara siswa MA Yasua Kebonagung Kabupaten Demak terdapat kurikulum pendidikan seks tetapi tidak berdiri sendiri, diberikan melalui pelajaran biologi, beberapa materi yang diberikan yaitu reproduksi sehat, proses kehamilan, dan organ-organ reproduksi. Diberikan di kelas XI semester 1. Tidak membahas permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan seks bebas.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki beberapa hambatan yang bisa diperbaiki oleh peneliti selanjutnya, antara lain :

(9)

1. Pengambilan data dilaksanakan dalam 1 kelas dengan mengumpulkan semua responden, sehingga suasana gaduh dan responden tidak dapat mengerjakan kuesioner yang diberikan dengan tenang.

2. Dalam penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan tentang dampak seks bebas, namun tidak diteliti tentang sikap siswa terhadap dampak seks bebas.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini adalah rancangan basis data yang terdiri dari rancangan konseptual, logikal, dan fisikal yang telah diimplementasikan dalam Microsoft SQL Server

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Haris (1999 dalam Hawari, 2005) pada pasien penyakit jantung yang dirawat di unit perawatan intensif yang diberikan pemenuhan

Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan perubahan kemampuan membaca tahap pemahaman bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dengan yang menggunakan metode pembelajaran

Sedangkan sisa sianida pada singkong setelah beberapa cara pengolahan yang biasa dilakukan masyarakat Jember berturut- turut, kukus 45 persen, goreng 30 persen dan

Me Memat matuh uhi ket i keten entua tuan pa n paka kaian # ian #ina inas Peg s Pegaw awai Ne ai Nege geri Si ri Sipi pil $i %i l $i %ing ngkun kunga gan n Pemerintah Kabupaten

Dalam hal ketentuan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2)huruf e belum efektif diselenggarakan maka, pemohon izin dapat menggunakan Dokumen

Menyetujui Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Tahunan Perseroan, untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015, termasuk Laporan

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat delapan tupoksi dari 10 tupoksi TN yang penjabaran pelaksanaannya berupa pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk penyediaan