• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pewarisan adalah proses peralihan harta kekayaan dari seseorang yang telah meninggal dunia sebagai pemberi kepada para ahli warisnya sebagai

penerima.1Seiring dengan perkembangan masyarakat telah memicu perkembangan

kebutuhan akan aturan yang berlaku umum untuk menjamin kepastian bagi setiap peristiwa serta kepentingan dalam masyarakat, tidak terkecuali peristiwa pewarisan. Untuk itulah dibentuk hukum waris sebagai kumpulan aturan yang mengatur akibat hukum harta kekayaan pada kematian, yang meliputi peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan orang yang meninggal dunia dan akibat hukum yang ditimbulkan peralihan ini bagi penerimanya, baik dalam hubungan diantara yang bersangkutan, maupun dengan pihak ketiga. Pewaris adalah orang yang

meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan yang akan diwarisi2,

sedangkan ahli waris adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan

pewaris, baik untuk seluruhnya maupun bagian yang seimbang3, Hal penting yang

harus diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa proses pewarisan baru terjadi ketika pewaris meninggal dunia dan ahli waris masih hidup untuk dapat menerima

warisan4.

1

Gregor van der Burght, 1994, Hukum Waris : Buku Kesatu, Media Bina Ilmiah, Bandung, hlm. 1 2

Ibid

3

Zainudin Ali, 2008, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 2 4

(2)

Adanya pewaris dan ahli waris serta peristiwa hukum kematian pewaris yang mendahului ahli waris tidak serta merta menimbulkan pewarisan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pewarisan dapat terjadi dalam hal pewaris meninggalkan harta kekayaan untuk diwarisi. Harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris juga tidak otomatis akan menjadi harta warisan. Untuk memastikan apakah harta kekayaan pewaris termasuk dalam harta warisan, perlu diperhatikan status perkawinannya dan hal-hal lainnya yang membebani harta yang ditinggalkan pewaris. Pengetahuan tentang status perkawinan penting untuk mengetahui bagian harta kekayaan yang termasuk dalam bagian harta bersama dan harta kekayaan pribadi pewaris. untuk itulah perlu diketahui ada atau tidaknya perjanjian kawin.

Harta kekayaan pewaris sebagaimana yang telah tersebut diatas dapat berupa barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Salah satu obyek barang tidak bergerak yang dapat diwarisi adalah Hak Atas Tanah. Hak atas tanah merupakan hak atas permukaan bumi yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta

badan-badan hukum.5 Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa “ Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal

2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.”

5

Boedi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia : Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum

(3)

Salah satu Hak Atas Tanah yang dapat menjadi obyek waris adalah Hak Milik Atas Tanah. Hak Milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang

dipunyai orang atas tanah6, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 20

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yaitu “ Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.”

Hak turun temurun mempunyai makna bahwa hak milik atas tanah dapat dialihkan secara turun temurun melalui pewarisan. Pengaturan lebih lanjut terdapat pada Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria bahwa subyek hukum yang dapat memperoleh hak milik atas tanah adalah hanya Warga Negara Indonesia.Warga negara Indonesia adalah orang yang diakui sebagai warga negara Indonesia oleh Undang-Undang yang berlaku. Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia khususnya Pasal 2 mengatur bahwa “ Yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara”

Hal ini berarti bahwa semua orang bangsa Indonesia asli atau orang-orang bangsa lain yang diakui sebagai warga negara Indonesia dilindungi oleh Undang-Undang, dengan demikian memperoleh hak dan kewajiban yang sama sebagai Warga Negara Indonesia. Untuk memberikan kepastian hukum kepada Warga Negara Indonesia maka diberikan Bukti identitas warga negara Indonesia berupa

6

(4)

Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia dengan Nomor Induk Kependudukan yang akan diberikan pada saat seseorang mencapai usia 17 tahun. Hal ini jika dikaitkan dengan syarat kepemilikan Hak Milik Atas Tanah maka semua warga negara Indonesia baik orang bangsa Indonesia asli maupun warga negara asing yang diakui sebagai warga negara Indonesia berhak untuk memiliki suatu Hak Atas Tanah dengan status Hak Milik, tanpa terkecuali warga keturunan Tionghoa namun implementasi kebijakan ini tidak terjadi di Yogyakarta.

Kota Yogyakarta menjadi pilihan lokasi penelitian ini. Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai Winongo, sungai Code dan sungai Gajahwong. Menurut data dari Badan Pusat Statistik kota Yogyakarta, Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 adalah 388.088 jiwa,

dengan agama mayoritas adalah Islam7. Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota

dengan kerukunan hidup terbaik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Toleransi keanekaragaman budaya warga kota Yogyakarta ini terbukti dari pengakuan terhadap kampung Ketandan sebagai Kampung Pecinan dengan arsitektur

bangunan yang didominasi oleh budaya Tionghoa8. Keberadaan etnis Tionghoa

sebagai salah satu pelaku utama perekonomian Jogja menjadi salah satu faktor sejarah toleransi multikultural tersebut, yang kemudian diakui oleh Sultan Hamengku Buwono VII pada abad ke 19 dengan didirikannya kawasan

7

Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta, http://www.jogjakota.bps.go.id, diakses pada tanggal 3 Agustus 2014

8

(5)

pemukiman kaum Cina Ketandan. Hal ini menjadi penyebab dominasi dan

sentralisasi warga Tionghoa di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.9

Berdasarkan Surat Instruksi Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor K.898/I/A/1975, Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa atau nonpribumi dilarang untuk mempunyai suatu Hak Atas Tanah dengan status Hak Milik di Yogyakarta dan hanya diberi Hak Guna Bangunan, padahalsejak berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA) telah terjadi unifikasi aturan-aturan pertanahan dari seluruh Indonesia, yang artinya UUPA berlaku sebagai hukum nasional. Di Yogyakarta hal ini ditegaskan dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1984 yang menyatakan bahwa UUPA berlaku secara sempurna di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1984, namun dalam praktik pertanahan di Yogyakarta, Surat Instruksi Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor K.898/I/A/1975 masih berlaku.

Salah satu permasalahan yang timbul khususnya terkait peralihan Hak Milik Atas Tanah karena pewarisan terjadi apabila ahli waris utama yang diakui oleh hukum waris adat yaitu isteri merupakan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang mewarisi Hak Milik Atas Tanah dari seorang suami Warga Negara Indonesia asli di kota Yogyakarta. Untuk itu perlu adanya penyelesaian hukum terkait hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka penulisan tesis ini akan diberi judul Hak Waris Isteri Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa

9

(6)

terhadap Hak Milik Atas Tanah dari Suami Warga Negara Indonesia asli di Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa warga negara Indonesia keturunan Tionghoa tidak boleh memiliki tanah dengan status hak milik di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Bagaimana praktik pewarisan Hak Milik Atas Tanah dari suami warga negara Indonesia asli kepada isteri warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di kota Yogyakarta?

C. Keaslian Penelitian

Penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa penelitian dengan judul “ Hak Waris Isteri Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa terhadap Suami Warga Negara Indonesia asli di kota Yogyakarta” belum pernah dilakukan oleh penulis lain. Terdapat judul penelitian yang memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu

1. Kajian Hukum tentang Kepemilikan Hak Milik Atas Tanah bagi Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan oleh Arie Widianto. Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki rumusan masalah yang berbeda dengan penelitian yang bersangkutan, dimana rumusan masalah yang diajukan oleh Arie Widianto adalah

a. Peran notaris dalam membuat perjanjian jual beli tanah untuk warga negara Indonesia keturunan Tionghoa di Yogyakarta

(7)

c. Kejelasan atas adanya perbedaan penerapan antara BPN Pusat dengan Kantor Pertanahan Wilayah Yogyakarta mengenai status hak milik atas

warga negara Indonesia keturunan Tionghoa10

2. Perlindungan Hukum terhadap Ahli Waris sah atas Tanah Hak Milik yang

Belum Dibagi Waris (studi kasus putusan Nomor

073/PDT.G/1988/PN.KDR). Penelitian ini dilakukan oleh Hapsari dengan rumusan masalah

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap ahli waris sah atas tanah yang belum didaftar berkaitan dengan kasus gugatan Nomor 0.73/PDT.G/1988/PN.KDR

b. Apakah dasar hukum yang dijadikan pertimbangan oleh hakim dalam

memutus perkara Nomor 0.73/PDT.G/1988/PN.KDR11

3. Peralihan dan Pendaftaran Hak Milik atas Tanah karena Pewarisan di Masyarakat Hukum Adat Kecamatann Jambi Selatan Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan oleh Shernety Agria dengan rumusan masalah sebagai berikut a. Bagaimana pelaksanaan peralihan dan pendaftaran hak milik atas tanah

karena pewarisan oleh anggota masyarakat hukum adat kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi?

b. Faktor apa sajakah yang menyebabkan anggota masyarakat hukum adat kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi belum melaksanakan pendaftaran hak milik atas tanah karena pewarisan di kantor pertanahan kota Jambi? c. Bagaimana upaya yang dilakukan kantor pertanahan kota Jambi dalam

mengatasi hambatan yang dialami dalam pelaksanaan peralihan dan pendaftaran hak milik atas tanah karena pewarisan oleh anggota

masyarakat hukum adat kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi?12

10

Arie Widianto, „‟Kajian Hukum tentang Kepemilikan Hak Milik atas Tanah bagi Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Ujian Tesis, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2007.

11

Hapsari, “Perlindungan Hukum Terhadap Ahli Waris Sah atas Tanah Hak Milik yang Belum Dibagi Waris (Studi Kasus Putusan Nomor 0.73/PDT.G/1988/PN.KDR)”, Ujian Tesis, Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2012

12

(8)

Masing-masing penelitian di atas memiliki perbedaan judul maupun rumusan masalah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh Arie Widianto memiliki rumusan masalah yang berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis dimana Arie Widianto melakukan kajian hukum tentang aspek perjanjian jual beli hak milik atas tanah di Yogyakarta dan peran notaris serta keabsahan perjanjian jual beli tanah di hadapan notaris oleh warga negara Indonesia keturunan Tionghoa, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari focus pada perlindungan hukum bagi ahli waris sah yang belum di bagi waris. Terakhir adalah penelitian yang dilakukan oleh Shernety Agria tentang peralihan dan pendaftaran hak milik atas tanah pada masyarakat hukum adat di Jambi. Ketiga penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Penulis karena penulis memfokuskan penelitian ini pada sebab larangan kepemilikan tanah dengan status hak milik bagi warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dan praktik pewarisan hak milik atas tanah dari suami warga Negara Indonesia asli kepada isteri warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa di kota Yogyakarta dalam kaitannya dengan Surat Edaran Gubernur DIY PA VIII Nomor K.898/I/A/1975 tentang Penyeragaman Policy Pemberian Hak atas Tanah kepada Seorang WNI non Pribumi.

D. Manfaat yang diharapkan 1. Teoritis

(9)

Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa terhadap Hak Milik Atas Tanah dari Suami Warga Negara Indonesia asli di kota Yogyakarta.

2. Praktik

Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam menyelesaikan persoalan hukum berkaitan dengan Hak Waris Isteri Warga Negara Indonesia Keturunan Tionghoa terhadap Hak Milik Atas Tanah dari Suami Warga Negara Indonesia asli di kota Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis sebab larangan bagi warga negara Indonesia keturunan Tionghoa untuk memiliki tanah dengan status hak milik di kota Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan ketiga penelitian diatas, yang membedakan dengan penelitian ini adalah penulis lebih memfokuskan pada konsep strategi komunikasi pemasaran yang

Adapun alasan penulis menggunakan model pendekatan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan pembakuan nama rupabumi secara tertib administrasi di Kota

Menurut mowen dan minor menjelaskan bahwa kepercayaan konsumen adalah “semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian yang berjudul “Pengaruh Penambahan Pektin dan Gliserol Pada Gel Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dan Lama Pencelupan sebagai

Berdasarkan Sobar, nama “Kampung Gerabah” diperoleh dari pemerintah sehingga desa Anjun Gempol tersebut mulai dikenal dengan nama Kampung Gerabah, namun Kampung

Dengan demikian, barang-barang yang tergolong ke dalam kategori A akan mendapat prioritas dalam penanganan dan untuk selanjutnya, perhitungan penghematan biaya

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pembangunan sistem perizinan online tersebut, melakukan analisa

Contoh dari penerimaan asli daerah adalah penerimaan dari pungutan pajak daerah, dari retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah, dan lainnya yang merupakan sumber