• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN GULMA YANG BERBEDA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN PERKEMBANGAN BENIH

KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB

260 DENGAN INTERVAL PENGENDALIAN

GULMA YANG BERBEDA

Oleh

SYUKUR, SP, MP

NIP. 19720401 200604 1 019

BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI

2013

(2)

ABSTRAK

Syukur, SP, MP. 2013. Pengamatan perkembangan benih karet (Hevea

brasiliensis Muell. Arg) klon PB 260 dengan interval pengendalian gulma yang

berbeda. Kajiwidya ini dilakukan di Balai Pelatihan Pertanian Jambi.

Karet merupakan komoditas perkebunan penting, yang di Indonesia nomor dua setelah kelapa sawit. Untuk meningkatkan produktifitas terutama untuk kebun rakyat, diperlukan klon unggul. Pengendalian gulma yang sesuai juga diperlukan untuk mendapatkan batang bawah untuk okulasi. Kajiwidya bertujuan mengetahui interval pengendalian gulma untuk menghasilkan batang yang baik. Kajiwidya dengan pengamatan langsung dilapangan diselenggarakan antara bulan Desember 2012 hingga Juni 2013. Faktor perlakuan pertama tampa pengendalian gulma, perlakuan kedua pengendalian gulma dilakukan satu kali dalam waktu satu bulan, perlakuan ketiga pengendalian gulma satu kali dalam waktu dua bulan, perlakuan keempat pemgendalian gulma satu kali dalam waktu tiga bulan. Hasil kajiwidya menunjukkan bahwa pengedalian gulma dengan interval satu kali dalam waktu satu bulan memberikan perkembangan jumlah daun, perkebangan diameter batang dan perkembangan tinggi batang terbaik.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg) merupakan komoditas perkebunan yang

peranannya sangat penting di Indonesia. Selain sebagai sumber devisa Negara kedua setelah perkebunan kelapa sawit, karet juga mampu mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangannya (Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2010). Disamping itu tanaman karet juga telah menghidupi jutaan orang, karena sebagian besar perkebunan karet diusahakan oleh rakyat. Luas total perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari total areal tersebut, 84,5% merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta dan hanya 7,1% milik negara (Setiawan dan Andoko, 2010 : 47). Dari segi luas lahan, perkebunan karet rakyat terbesar, namun produktifitasnya masih rendah yakni 926 kg/ha jika dibandingkan produktivitas perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha (Dirjenbun, 2010). Selain produksi lateks, pohon karet yang telah habis masa produksi, kayunya dapat digunakan untuk pembuatan mebel (Mokhatar dan Daud, 2011 : 1)

Menurut Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, (2010) Produktivitas perkebunan besar Negara 1.327 kg/ha dan perkebunan besar swasta sebesar 1.565 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan oleh usia tanaman lebih dari 20 tahun, pemeliharaan kebun kurang baik dan sebagian tanaman menggunakan bahan tanam biji sapuan (seedling), bukan dari klon unggul.

Untuk meningkatkan produktivitas perkebunan karet rakyat, pemerintah telah menempuh berbagai upaya antara lain perluasan tanaman, penyuluhan, intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan serta penyebaran klon – klon unggul benih karet. Dalam menunjang keberhasilan peningkatan produktivitas perkebunan karet, telah dilakukan

(4)

usaha khususnya terhadap benih karet (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbanyak tanaman karet dari klon-klon unggul adalah dengan menggunakan teknik okulasi (Setiawan dan Andoko, 2010 : 53). Ada tiga macam tiga macam teknik okulasi pada tanaman karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik okulasi tersebut pada prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur batang bawah dan umur batang atas (Amypalupy, 2009 : 19)

Amypalupy,(1988 : 37) menjelaskan bahwa bahan tanaman karet asal okulasi banyak memberi keuntungan dari sifat-sifat unggul induknya seperti pertumbuhan tanaman seragam, produksi tinggi, mulai berproduksi dalam waktu relatif singkat, mudah dalam penyadapan, dan tahan terhadap penyakit. Menurut Setyamidjaja (1999 : 58), hasil okulasi pada tanaman karet salah satunya adalah stum mata tidur. Stum mata tidur adalah benih hasil okulasi dengan mata tunas okulasi yang belum tumbuh.

Dalam melakukan okulasi dibutuhkan persiapan batang bawah yang merupakan bagian tanaman yang akan diokulasikan dengan batang atas. Batang bawah ini harus mempunyai sistem perakaran yang kuat dan pertumbuhan yang baik (Setiawan dan Andoko, 2007 : 55).

Pemeliharaan dalam penyediaan batang bawah merupakan pekerjaan yang sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pertanaman karet di kemudian hari. Perawatan batang terdiri atas : penyulaman, penyiangan, pemupukan. Penyiangan dalam budidaya tanaman karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Pada umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk menghemat biaya dan tenaga. Menurut Setiawan dan

(5)

Andoko (2005. Hal 88), ada dua cara penyiangan yaitu secara manual dan secara kimia. Selanjutnya dikemukakan oleh Barus (2003) cit Hamidah, (2009 : 1) bahwa tujuan pengendalian gulma umum pada jalur (strip) tanaman karet untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama dengan gulma serta memudahkan pekerjaan okulasi, pemupukan dan pekerjaan pengawasan lainnya. Biasanya pengendalian gulma umum dilakukan jika kondisi penutupan gulma telah mencapai 30 – 50 %.

B. Tujuan Kajiwidya

1. Mengetahui pengaruh pengendalian gulma terhadap pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensies Muell Arg.) Klon PB 260.

2. Sebagai bahan untuk proses mendidik, mengajar dan berlatih dalam pendidikan dan pelatihan khususnya pembibitan karet di Balai Pelatihan Pertanian Jambi.

C. Manfaat Kajiwidya

Hasil kajiwidya ini diharapkan dapat menambah informasi dibidang teknologi pembibitan tanaman karet khususnya penyediaan batang bawah untuk bahan okulasi

(6)

II. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan waktu

Kajiwidya ini dilaksanakan di Balai Pelatihan Pertanian Jambi yang memiliki ketinggian tempat + 35 M dari permukaan laut. Pelaksanaan selama 6 (enam) bulan, dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam kajiwidya ini adalah kecambah karet stadium pancing sampai stadium tombak. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah ayakan, gergaji cangkul, ember, handsprayer, meteran, jangka sorong, mistar, alat tulis dan lain-lain.

C. Metode Kajiwidya

Kajiwidya ini direncanakan dengan 3 perlakuan dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah Tampa pengendalian gulma sebagai control, faktor kedua pengendalian gulma satu kali dalam waktu 1 bulan. Faktor ketiga pengendalian gulma satu kali dalam waktu 2 bulan dan faktor keempat pengendalian gulma satu kali dalam 3 bulan.

Dengan demikian terdapat 12 unit percobaan, masing-masing unit percobaan ada 33 m2. Denah penempatan unit percobaan seperti lampiran 2.

D. Pelaksanaan Kajiwidya

1. Tempat Kajiwidya

Tempat penelitian dipilih dekat dengan sumber air, datar dan terbuka. Areal penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari rumput dan sisa-sisa tanaman lainnya.

(7)

3. Bahan Tanam

Bahan tanam berupa benih karet dari persemaian yang sudah tumbuh berbentuk stadia pancing dan stadia jarum dimana pada kondisi ini benih akan lebih tahan karena masih terdapat cadangan makanan dari biji.

4. Pemeliharaan Tanaman.

Pemeliharaan benih karet selama kajiwidya meliputi penyiraman, penyiangan gulma sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Penyiraman dilakukan pada pagi hari sampai akhir kajiwidya , Pengendalian gulma dilakukan secara manual.

E. Variabel Yang Diamati

1. Jumlah Daun

Jumlah daun dihitung dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya.

2. Diameter Batang

Pengukuran diameter dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya. Untuk keseragaman pengukuran dilakukan 2 cm diatas leher akar pada setiap tanaman sampel dengan mengukur dua sisi tunas. Pengukukuran dilakukan dengan mengunakan jangka sorong dengan satuan mm.

3.Tinggi Batang

Pengukuran tinggi batang dimulai pada 1 bulan setelah tanam, kemudian dilanjutkan 1 bulan satu kali sampai pada akhir kajiwidya. Untuk keseragaman pengukuran dilakukan diatas leher akar / diatas permukaan tanah pada setiap tanaman sampel dengan mengukur dua sisi tunas. Pengukukuran dilakukan dengan mengunakan mista dengan satuan cm.

(8)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perkembangan jumlah daun.

Gambar 1. Perkembangan jumlah daun dengan perlakuan interval pengendalian gulma

Dari gambar 1 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah daun tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu sebanyak 11,48 lembar. Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke tiga menuju bulan keempat sebanyak 3,16 lembar pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan jumlah daun terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan sebanyak 5,75 lembar, sedangkan perkembangan jumlah daun pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masing-masing sebanyak 7,85 dan 7,33 lembar.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun utama 3 – 30 cm. Panjang tangkai anak daun antara 3 – 10 cm pada ujung-ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul, tidak tajam (Nazarudin dan Paimin, 2006).

(9)

B. Perkembangan diameter batang

Gambar 2. Perkembangan diameter batang dengan perlakuan interval pengendalian gulma

Dari gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan diameter batang tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu sebanyak 4,2 mm. Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke dua menuju bulan ketiga sebesar 1,69 mm terjadi pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan diameter batang terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan sebanyak 2,77 mm, sedangkan perkembangan diameter batang pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masing-masing sebanyak 2,99 dan 3,00 mm.

(10)

C. Perkembangan tinggi batang

Gambar 3. Perkembangan tinggi batang dengan perlakuan interval pengendalian gulma

Dari gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan tinggi batang tertinggi terjadi pada pengendalian gulma satu bulan satu kali yaitu setnggi 102,37 cm . Perkembangan rata-rata tertinggi dari bulan ke bulan terjadi pada bulan ke lima menuju bulan enam sebesar 21,39 cm terjadi pada pengendalian gulma satu kali satu bulan. Perkembangan tinggi batang terendah tejadi pada perlakuan tampa penyiangan setinggi 62,48 cm, sedangkan perkembangan tinggi batang pada perlakuan penyiangan satu kali dalam waktu dua bulan dan satu kali dalam tiga bulan masing-masing sebanyak 63,69 mm.

Tinggi rendahnya batang pertama (payung pertama) pada benih karet ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya perkembangan batang kedua yang secara tidak langsung akan berpegaruh dengan singkat atau lambatnya tanaman karet siap disadap (matang sadap).Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk satu payung tunas berkisar 60 hari. Kecapatan tinggi tanamana diduga dipengaruhi oleh faktor genetic yaitu

(11)

faktor internal seperti keberadaan fitohormon dan faktor eksternal (lingkungan), selain itu pada umur 2 bulan setelah tanam sudah mulai terbentuknya tunas kedua (payung kedua) faktor – faktor internal sudah malai tampak. Seiring dengan itu menurut Goncalves et al., (2006) kecepatan tinggi tanaman dipengaruhi oleh faktor genetic berkorelasi dengan fanotif dan lingkungan yaitu tingkat kesuburan tanah dan tingkat kebersihan lahan dari gulma.

(12)

IV.KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penyiangan yang dilakukan satu bulan selali memberi pertumbuhan tanaman yang paling baik.

2. Selain pengendalian gulma, pertumbuhan tanaman juga dipengaruhi oleh genetic dari tanaman itu sendiri dan kesuburan tanah.

B. Saran

Pengendalian gulma merupakan hal yang mutlak dilakukan guna mempercepat tanaman karet sabagai batang bawah untuk dapat diokulasi.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Amypalupy, K. 1988. Pengaruh Pengunaan Mulsa dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam kantong Palstik. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan.

Amypalupy, K. 1990. Pengaruh Tinggi dan Pemotongan Batang Bawah Pada system Pencabutan Dengan Mengunakan Dongkrak Bibit Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet Dalam polybag. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera Selatan.

Amypalupy. K, 2009. Pembuatan Bahan Tanam Dalam Sapta Bina Usaha Tani Karet

Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Sumatera Selatan.

Boerhendy, Kuswandi dan Amypalupy, 1992. Polybag Mini Untuk Mendukung

Pengembangan Karet Rakyat. Pusat Penelitian Perkebunan Sembawa. Sumatera

Selatan.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2010. Statistik Perkebunan Indonesia

Tahun 2008-2010. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Bina Produksi

Perkebunan. Jakarta.

Dinas Perkebunan, 2009. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi tahun 2009. Dinas Perkebunan Jambi.

Hadi dan Anwar, 2006. Dukungan Pusat Penelitian Karet Dalam Penyediaan Benih Karet. Warta Perkareta. 25(1):1-12.

Hamidah (2009) Pengaruh Pengendalian Gulma dan Pemberian Pupuk NPK Phonska Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Mull. Arg) Pada Klon PB 260. ISSN 2085-3584

Mokhatar, S, J, Daud, N, W. (2011). Performance of Hevea brasiliensis on Haplic Acrisol Soil as Affected by Different Source of Fertilizer. Department of Crop

Science, Faculty of Agriculture University Putra Malaysia, (1) 1: 50

Nazaruddin dan F.B.Paimin, 2006. Karet Budidaya dan Pengolahan

StrategiPemasaran.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Pukesmawati.E.S. 2006. Respon Bibit Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Mull Arg) di Polybag Terhadap Pemberian Kinetin. Tesis Universitas Andalas Padang Setiawan, D. H dan A. Andoko. 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia

(14)

Lampiran 1. Denah Penempatan Satuan Percobaan di Lapangan

Faktor dalam Rancangan Acak Lengkap

P3 I P2 I P1 II P0 III

P1 III P0 II P3 II P2 II

P0 I P1 I P2 III P3 III

Keterangan :

P : Perlakuan I, II, III : Ulangan

(15)

Lampiran 2. Dekripsi Klon Karet Prang Besar (PB) 260

Nama Klon : PB 260

Silsilah : Persilangan PB5/51 X PB49 Asal : Prang Besar, Malaysia

Batang : Jagur, Tegak lurus, Bentuk lingkar silendris Kulit batang : Coklat tua, corak alur sempit, putus-putus Mata : Rata,bekas pangkal tangkai kecil agak menonjol

Payung Daun : Mendatar, ukuran lurus, kerapatan sedang-agak tertutup, jarak Antar payung dekat - sedang

Tangkai daun : Mendatar, bentuk lurus, ukuran agak sedang besar, panjang Sedang agak panjang, bentuk kaki rata-rata menonjol

Anak tangkai : Posisi mendatar, bentuk lurus, ukuran besar sedang, ukuran Panjang sedang, sudut anak tangkai sempit

Helaian daun : Warna hijau muda-hijau, kilauan kusam, bentuk oval, tepi daun agak bergelombang, penampang memanjang lurus, penampang melintang rata-rata cekung, letak helaian daun terpisah bersinggungan

Warna lateks : Putih

Gambar

Gambar 1. Perkembangan jumlah daun dengan perlakuan interval pengendalian gulma
Gambar 2. Perkembangan diameter batang dengan perlakuan interval pengendalian   gulma
Gambar 3. Perkembangan tinggi batang dengan perlakuan interval pengendalian  gulma

Referensi

Dokumen terkait

Tədqiqat işindən əldə edilən nəticəyə görə turizm tələbinə ən çox təsir edən faktor turist gələn ölkənin adam başına düşən milli gəliridir, qiymət

The cash low statement is one of the primary statements in inancial reporting (along with the statement of comprehensive income, the balance sheet and the statement of changes in

Alatan dan bahan yang terdapat di dalam bengkel perlu diurus oleh guru yang berpengetahuan kerana sekiranya diurus oleh guru yang tidak mempunyai pengetahuan

Berdasarkan hasil penclitian yang dilakukan Wahyuni (2004) tentang kemampuan adesi Streptococcus agalactiae dari susu sapi perah mastitis subklinis pada sel epitel ambing,

ini, meskipun kasus yang ditangani adalah Kasus Pengangkutan dari n Titik Asal ke 1 Titik Pengumpulan melalui Jaringan Jalan dan dengan menggunakan suatu Armada

Dengan mempertimbangkan hal melalui proses perhitungan production rate sulphuric acid plant, steam turbine generator, dan coal boiler plant , ditemukan kebutuhan produksi

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi maupun keterangan Terdakwa dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan, diperoleh fakta hukum

Ini berarti bahwa fasa yang terbentuk pada cuplikan hasil sintesis dengan metode milling energy tinggi dalam penelitian ini adalah fasa tunggal LaMnO 3+d dimana d = 0,000,