• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Table 2 Penelitian Terdahulu. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Sendow et al. (2019)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Table 2 Penelitian Terdahulu. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Sendow et al. (2019)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Tujuan dari penelitian terdahulu untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain itu untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Sehingga hasil-hasil penelitian terdahulu di cantumkan dalam daftar pustaka, dan hasilnya sebagai berikut:

Table 2 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Sendow et

al. (2019)

Analisis Belanja Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Manado dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan

Baik pengeluaran lansung maupun tiak lansung

memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perbaikan ekonomi yang ada di kota Manado, serta tingkat kemiskinan masih dipengaruhi oleh pengeluaran lansung, pengeluaran tidak lansung dan pertumbuhan ekonomi, dimana variabel pertumbuhan ekonomi membuat perantara, serta perhitungan pengeluaran pemerintah terhadap

kemiskinan baik secara lansung maupun tidak lansung.

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh belanja lansung dan belanja tidak lansung terhadap pertumbuhan ekonomi.

Perbedaan: Penelitian ini dilakukan di kota Manado dengan menggunakan metode analisis jalur, dan variabel perantara untuk menghitung dampak terhadap kemiskinan.

2. Anitasari dan Soleh (2015)

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu

Hasil penelitian menunjukan bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Bengkulu.

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan di provinsi bengkulu dan menggunakan waktu penelitian yang berbeda. Pembahasan dalam

(2)

6

penelitian membahas pengeluaran pemerintah secara umum, tidak membahas pengeluaran belanja lansung dan belanja tidak lansung.

3. Insaf dan Zuhroh (2017)

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Tehadap Produk Domestik Regional Bruto pada Koridor Utara Selatan di Provinsi Jawa Timur

Baik secara simultan maupun parsial, belanja operasional dan belanja modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Koridor Utara Selatan Provinsi Jawa Timur.

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan di provinsi jawa timur, dan data yang digunakan dalam penelitian merupakan data panel.

4. Kaat et al.

(2019)

Analisis Pengaruh Belanja Lansung dan Belanja Tidak Lansung

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Pengetasan Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2015

Pertama, belanja lansung tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Kedua, belanja tidak lansung

berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan terhadap 15 kabupaten kota di provinsi sulawesi utara menggunakan data panel. Metode analisis jalur, dan variabel pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai variabel perantara untuk menghitung dampak terhadap kemiskinan.

5. Nurmainah (2013)

Analisis Pengaruh Belanja Modal Pemerintah Daerah, Tenaga Kerja Terserap dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap

Belanja modal pemerintah daerah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah.

(3)

7 Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan (Studi kasus 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah)

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan terhadap 35 kabupaten kota di provinsi jawa tengah dan menggunakan data panel. Penelitian ini membahas pengeluaran pemerintah dari belanja modal saja.

6. Rudibdo dan Sasana (2017)

Pengaruh Belanja Lansung, Belanja Tidak Lansung, Investasi, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah eks- Karesidenan Semarang pada Era Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal

Pengeluaran lansung dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Sementara belanja tidak lansung dan investasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan Wilayah eks-karesidenan semarang, dan menggunakan data panel. Penelitian ini tidak hanya membahas pengaruh belanja lansung dan belanja tidak lansung terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi terdapat juga beberapa variabel seperti investasi non pemerintah dan tenaga kerja. Selain itu memiliki perbedaan dalam waktu penelitian.

7. Ratno (2012)

Pengaruh Belanja Lansung dan Belanja Tidak Lansung terhadap Pertumbuhan Ekonomi Karisidenan Surakarta (Analisis Data Panel Dinamis)

Belanja lansung dan belanja tidak lansung satu tahun sebelumya, serta pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Solo Raya.

Belanja lansung dan belanja tidak lansung satu tahun

sebelumnya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini, sedangkan belanja lansung dan belanja tidak

(4)

8

lansung tahun ini dan dua tahun sebelumnya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Persamaan: Sama-sama meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi, dan menggunakan metode kuantitatif.

Perbedaan: Penelitian dilakukan Wilayah eks-karesidenan surakarta, dan menggunakan data panel.

Dari penelitian terdahulu diatas, jelas terdapat perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan-perbedaan dengan penelitian terdahulu bisa dilihat dari waktu penelitian, jenis data yang digunakan, fokus penelitian, hingga lokasi penelitian yang berbeda. Dalam penelitian ini, difokuskan untuk melihat pengaruh pengeluaran pemerintah yang terdiri dari belanja lansung dan belanja tidak lansung terhadap pertumbuhan ekonomi di kota salatiga. Serta data yang digunakan dalam penelitian merupakan data time series berbentuk semesteran.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagi peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan atau nilai akhir pasar (total market value) dari barang-barang akhir dan jasa-jasa (final goods and services) yang dihasilkan dari suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) merupakan total nilai akhir barang dan jasa yang dikumpulkan dalam suatu wilayah pada periode waktu tertentu biasanya satu tahun. Sedangkan PDB

(5)

9

didefinisikan oleh Badan Pusat Statistik (2020) sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu negara pada periode waktu tertentu. Simon Kuznets dalam Rapanna dan Zulfikry (2017), mendefinisikan “pertumbuhan ekonomi sebagai Peningkatan jangka panjang kapasitas suatu negara dalam menyediakan lebih banyak jenis barang kepada masyarakatnya, sejalan dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang dibutuhkan”.

Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

Teori pertumbuhan ekonomi dalam perkembangannya terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya ada teori pertumbuhan klasik, teori neoklasik, dan teori pertumbuhan endogen. Dari ketiga bagian teori pertumbuhan ini secara umum menjelaskan mengenai peran faktor produksi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi. Dalam kajian ini akan dipaparkan teori pertumbuhan ekonomi yang dianggap cukup untuk menerangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yaitu teori Solow-Swan. Menurut teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Robert Solow dan Trevor Swan ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada peningkatan ketersediaan faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini berdasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat full employment dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu (Suhendra, 2021).

Lebih lanjut lagi teori ini menjelaskan bahwa rasio modal-output dapat berubah dan bersifat dinamis. Untuk menciptakan sejumlah output tertentu, bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika lebih banyak

(6)

10

modal yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, begitu juga sebaliknya. Dengan adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Menurut Todaro (1983), ada tiga faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi yakni akumulasi modal, perkembangan populasi atau pertumbuhan penduduk, dan kemajuan tegnologi. Ketiga faktor tersebut dapat mendorong seluruh kegiatan ekonomi seperti ketersediaan investasi yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan sumberdaya manusia, pertumbuhan penduduk yang nantinya akan meningkatkan jumlah akumulasi kapital, perkembangan tegnologi yang dapat menghasilkan cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan.

Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator utama dari beberapa negara dalam melaksanakan pembangunan. Kemampuan suatu negara dalam mengolah sumber daya ekonominya agar dapat mengasilkan output dari perekonomian negara tersebut dapat dilihat dari besar kecilnya pertumbuhan ekonomi.

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu negara mencerminkan besarnya kapasitas perekonomian yang dialami negara tersebut dalam proses pembangunan ekonominya (Frisdiantara dan Mukhklis, 2016).

Rapanna dan Zulfikry (2017), menyebutkan ada enam manfaat dari pertumbuhan ekonomi yakni: Pertama, digunakan untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu. Kedua, menilai prestasi suatu negara. Ketiga, digunakan sebagai perbandingan perekonomian dengan negara lain. Keempat, menerangkan struktur perekonomian negara. Kelima, mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Keenam, dapat membantu merumuskan kebijakan pemerintah.

2.3 Pengeluaran Pemerintah

Dalam sebuah aktivitas perekonomian pada dasarnya campur tangan pemerintah dilakukan untuk mengatur dan mengembangkan proses penggunaan faktor-faktor produksi agar mendapatkan output. Menurut Mangkoesoebroto (2001), peran pemerintah dalam perekonomian modern dapat di kalsifikasikan

(7)

11

dalam tiga golongan yaitu peran alokasi, peran distribusi, dan peran stabilisasi.

Fungsi-fungsi yang diemban pemerintah dapat dilakukan dengan kebijakan fiskal melalui kebijakan pengeluaran atau belanja pemerintah (Azwar, 2016).

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, pengeluaran pemerintah dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung.

a) Belanja Langsung

Belanja langsung secara umum merupakan anggaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang berkaitan lansung dengan program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Secara rinci jenis-jenis pengeluaran diklasifikasikan sebagai belanja langsung adalah belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja pegawai yang dimaksud disini berupa pengeluaran honorarium atau upah utnuk membiayai program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b) Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung secara umum merupakan anggaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang tidak berkaitan secara langsung dengan produktifitas program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Secara rinci jenis-jenis pengeluaran yang diklasifikasikan sebagai belanja tidak langsung adalah belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, pembagian pendapatan, bantuan keuangan, dan pengeluaran tak terduga. Belanja pegawai yang dimaksud disini adalah belanja kompensasi berupa gaji, tunjangan, atau pendapatan lain yang diterima oleh aparatur sipil negara.

Dasar teori yang dapat digunakan dalam menjelaskan pengeluaran pemerintah adalah teori Keynes dalam Priyono dan Ismail (2012), yang menjelaskan pandangannya terhadap campur tangan pemerintah dalam perekonomian suatu negara. Dengan identitas keseimbangan pendapatan nasional secara matematis dapat dituliskan dalam persamaan Y = C + I + G +

(8)

12

(X-M). Persamaan ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan negara (Y) ditentukan oleh besarnya konsumsi barang dan jasa yang dilakukan oleh sektor rumah tangga (C), ditambah dengan permintaan barang-barang investasi oleh sektor bisnis (I), pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk barang dan jasa (G), dan ekspor neto yaitu nilai dari ekspor barang dan jasa ke luar negeri dikurangi impor barang dan jasa dari luar negeri (X-M) (Azwar, 2016). Dalam teori ini pengeluaran pemerintah merupakan salah satu variabel yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan suatu.

2.4 Peran pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonmi

Peran pemerintah dalam suatu perekonomian dapat dilakukan melalui berbagai instrumen kebijakan seperti kebijakan makro ekonomi dan kebijakan mikro ekonomi, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, kebijakan intern dan kebijakan ekstern, kebijakan yang ekspansif dan kebijakan yang kontraktif.

Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk mengarahkan perkembangan perekonomian pada kondisi stabilitas yang diinginkan guna mencapai tujuan akhir dalam pembangunan ekonomi sehingga kebijakan pembangunan tersebut dapat mendorong pembangunan ekonomi terus berlanjut (sustainable) (Frisdiantara dan Mukhklis, 2016). Pembangunan ekonomi yang terus berlanjut menggambarkan kondisi perekonomian suatu wilayah semakin membaik dari waktu kewaktu, atau biasa di sebut bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi.

Biaya yang akan dikeluarkan oleh pemerintah dilakukan dengan perencanaan dan perhitungan yang matang sehingga kegiatan yang akan dijalankan dapat terlaksana secara efektif. Adanya pengeluaran pemerintah yang dilakukan dengan perencanaan dan perhitungan yang matang merupakan salah satu wujud kebijakan perekonomian yang ditetapkan pemerintah untuk membiayai kegiatannya. Pengeluaran pemerintah tidak dilakukan semata-mata untuk menjalankan roda pemerintah sehari-hari saja, tetapi lebih dari itu juga untuk membiayai kegiatan perekonomian, itu berarti bahwa pemerintah harus bisa mendorong dan merangsang semua aktifitas ekonomi. Pemerintah dituntut agar bisa merintis dan melakukan kegiatan ekonomi yang tidak diminati atau tidak bisa dilakukan oleh masyarakat dan sektor swasta (Ratno, 2012).

(9)

13

Dengan adanya pengeluaran pemerintah yang terdiri dari belanja lansung dan belanja tidak lansung menunjukan peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi sehingga kondisi perekonomian suatu negara atau wilayah menjadi lebih baik. Keberhasilan suatu daerah sangat tergantung pada kebijakan pemerintah daerah melalui alokasi belanjanya. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (Minggu et al., 2019).

Gambar

Table 2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi marketing politik yang digunakan pada saat pemilu 2014 berhasil untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih pada

Rangkuti (2013:20) menjelaskan bahwa “Analisis SWOT adalah proses analisis faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang

Nilai buku adalah nilai bersih suatu aset seperti yang tercantum dalam laporan posisi keuangan, yaitu harga perolehan aset tetap tersebut setelah dikurangi dengan

Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility merupakan sebuah sinyal untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan dalam jangka panjang, karena Corporate Sosial Responsibility

PENGARUH CELEBRITY ENDORSE IWAN FALS TERHADAP BRAND IMAGE PRODUK ”TOP KOPI” (Studi Kasus Pada Desa Gondang Rejo Kecamatan Gondang Wetan Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa

1) Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. 2) Tingkat kedua adalah para pembeli

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 150 HIR ayat (1), bahwa kedua belah pihak yang berperkara dapat mengajukan pertanyaan kepada saksi yang diajukan oleh kedua belah pihak yang

Evaluasi kebijakan adalah tahapan yang paling penting dalam sebuah proses kebijakan, tanpa ada evaluasi suatu kebijakan itu tidak akan ada nilainya karena di