• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BENTUK KODE TANDA PALU TOK DAN PENETAPAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG BENTUK KODE TANDA PALU TOK DAN PENETAPAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

<*

-

PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 7 TAHUN 2007

TENTANG

BENTUK KODE TANDA PALU TOK

DAN PENETAPAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

KABUPATEN KARANGASEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KARANGASEM,

Menimbang : a. bahwa sebagai pciaksanaan Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun

2006 tentang Pcnatausahaan Kayu Rakyat di Kabupatcn Karangasem;

b. bahwa untuk keamanan, kclancaran, dan tertibnya pelaksanaan dimaksud huruf a, maka dipandang pcrlu menetapkan Palu Tok untuk pengesahan dan penetapan Surat Keterangan Asal Usui kayu-kayu basil tebangan kayu rakyat di Kabupaten Karangasem;

c. bahwa berdasarkan pcrtimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b pcrlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Bentuk Kode Tanda Palu Tok dan Penetapan Surat Keterangan Asal Usui (SKAU)

Kabupaten Karangasem;

Mcngingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah- daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lcmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122: Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Pcrundang-undangan (Lcmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125.

(2)

\~/

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang (Lcmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pcrimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Penegelolaan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4206);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Pcrlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1147);

7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2006 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usui (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Hak;

8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55 /Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara;

9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 62/Mcnhut-11/2006 tentang

Pembakuan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 51/Menhut-II/2006

tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usui (SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Hutan Hak;

10. Peraturan Menteri Kchutanan Nomor P. 63/Mcnhut-II/2006 tentang

Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 55/Menhut-II/2006

tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang berasal dari Hutan Negara;

11. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penatausahaan Kayu Rakyat di Kabupaten Karangasem (Lembaran Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2006 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten karangasem Nomor 7);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG BENTUK KODE TANDA PALU

TOK DAN PENETAPAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL

(SKAU) KABUPATEN KARANGASEM.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Karangasem.

2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Karangasem.

3. Bupati adalah Bupati Karangasem.

4. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi adalah Kcpala Dinas Kehutanan Provinsi Bali.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem.

6. Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SPKR) adalah Surat Keterangan yang harus dimiliki oleh perorangan atau Badan Hukum setiap mengadakan penebangan kayu yang

berasal dari hutan hak.

7. Surat Keterangan Asal Usui (SKAU) digunakan sebagai kelengkapan dokumen angkutan yang menyertai hasil hutan yang berasal dari hutan hak dan/atau lahan milik negara diluar dikawasan hutan, yang diangkul dari suatu tcmpat ketempat lain baik didalam maupun diluar wilayah Kabupaten dan/atau Provinsi mcmuat rekapitulasi jenis, jumlah, volume, waktu angkut. alamat/tujuan yang digunakan.

8. Penatausahaan Kayu Rakyat adalah kegiatan yang meliputi pencatatan dan prosedur perencanaan produksi, pemanenan atau penebangan. penandaan, pengukuran dan pengujian.

pengangkutan/peredaran dan penyimpanan. pengolahan dan pelaporan kayu rakyat.

9. DHH-KR adalah Daftar Hasil Hutan Kayu Rakyat yang diperoleh dari hasil pengukuran dan pengujian oleh petugas kehutanan.

10. Palu Tok adalah tanda yang diberikan pada setiap kayu dari hasil tebangan yang mendapatkan Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR).

Pasal 2

(1) Tata cara penerbitan Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR) yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh tim yang telah dibentuk di masing-masing Kecamatan.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Dinas.

BAB II

PENGGUNAAN PALU TOK

Pasal3

(1) Kayu yang telah mendapat Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR), ditebang dan dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki , langsung diadakan/diberikan tanda

tok.

r

(4)

«

(2) Proses dan prosedur pemberian tanda tok ditetapkan sebagai berikut:

a. masyarakat/pemohon dapat mengajukan pengctokan dengan mclampirkan Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR);

b. pengctokan dilaksanakan pada kayu dalam bentuk gelondongan atau kayu olahan;

c. kayu yang akan dilaksanakan pengetokan masih berada pada lokasi penebangan atau

disckitar wilayah penebangan;

d. palu tok yang akan digunakan adalah palu tok nomor seri R 05/Krs;

e. pengetokan dilakukan oleh tim yang dibentuk berdasarkan Kcputusan Kepala Dinas.

BAB III

TATA CARA PENERBITAN SKAU Pasal 4

(1) Surat Keterangan Asal Usui (SKAU) digunakan untuk pengangkutan kayu hutan atau kayu Iahan yang berasal dari hutan hak. yaitu :

a. Jenis Sengon (Parasrianthes Falcataria), Kayu Karet (Havea Brazikinsis) dan Kayu Kelapa (Cocus Mucipera);

b. Jenis-jenis kayu lainnya ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Kehutanan berdasarkan permohonan kepala Dinas;

c. SKAU diterbitkan oleh Perbekel/Lurah diwilayah dimana hasil hutan kayu tersebut akan diangkut;

d. Pejabat penerbit SKAU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan oleh Bupati berdasarkan usulan Kepala Dinas.

(2) Dalam setiap penerbitan SKAU, pemohon mengajukan permohonan penerbitan SKAU kepada Pejabat Penerbit dengan tcmbusan kepada Kepala Dinas.

(3) Permohonan penerbitan SKAU sebagaimana dimaksud ayat (2), dilampiri:

~ a. Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR);

b. Daftar Hasil Hutan Kayu Rakyat (DHH-KR);

c. Identitas pemohon.

(4) Ketentuan pembuatan DHH-KR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan

sebagai berikut :

a. pengisian DHH-KR dilakukan dengan memasukkan data berupa jenis kayu, ukuran.

jumlah.batang dan ukuran dengan menggunakan blanko model BC lb. latau model BL1 b 2;

b. pengisian DHH-KR dilakukan dengan menggunakan mesin ketik;

c. DHH-KR clibuat oleh petugas Tim Kecamatan yang disahkan oleh penerbit kayu yang

bcrsangkutan;

d. DHH-KR dibuat 4 (empat) rangkap dengan mengikuti permintaan sesuai dokumen SKAU;

e. DHH-KR diperiksa dan disahkan oleh pejabat penerbit SKAU dan dipakai dasar penerbitan

SKAU.

(5)

-

_

Pasal 5

Tata cara penerbitan SKAU diatur sebagai berikut:

a. pejabat penerbit SKAU paling lambat 1 (satu) hari setelah menerima permohonan penerbitan SKAU. wajib melakukan pemeriksaan terhadap pernyataan yang diajukan pemohon:

b. dalam menerbitkan SKAU pejabat penerbit wajib melakukan pemeriksaan atas kebenaran Surat Keterangan Penebangan Kayu Rakyat (SKPKR), Asal Usui hasil hutan kayu dan kepcmilikannya yaitu dengan mengecek dan memastikan bahwa hasil hutan kayu tersebut berasal dari lokasi yang benar yang dibuktikan dengan adanya alas titel hak atas tanah;

c. selanjutnya pejabat penerbit melakukan pengukuran atas kayu yang akan diangkut, dan dalam pclaksanaannya dapat menunjuk 1 (satu) orang atau lebih aparatnya;

d. berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud huruf c, apabila dinyatakan benar. maka pejabat penerbit SKAU segcra menandatangani DHH-KR dan menerbitkan SKAU, yang

dilakukan di lokasi/tempat kayu akan diangkut;

e. Perbckel bertanggung jawab atas kebenaran penggunaan SKAU.

Pasal 6

(1) Dalam penerbitan SKAU untuk pengangkutan keluar Provinsi Bali wajib diketahui oleh

petugas Dinas.

(2) Petugas Dinas yang ditunjuk untuk mcnandatangani/mengetahui SKAU adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) masing-masing kecamatan.

Pasal 7

(1) Penggunaan SKAU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 hanya berlaku untuk : a. 1 (satu) kali penggunaan;

b. 1 (satu) pemilik;

c. 1 (satu) jenis komoditas hasil hutan:

d. 1 (satu) alat angkut;

c. 1 (satu)tujuan pengangkutan;

(2) Setiap alat angkut untuk mengangkut hasil hutan menggunakan lebih dari satu dokumen angkutan.

(3) Dalam hal pengangkutan kayu menggunakan beberapa peti kemas dalam satu alat angkut sebagaimana dimaksud pada ayat (I) huruf d, maka setiap peti kemas harus dilengkapi dengan dokumen SKAU.

(4) Penggunaan 1 (satu) alat angkut yang dipcrsyaratkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d. tidak berlaku bagi pengangkutan yang mengalami transit dan perbaikan alat angkut.

(6)

_

~

(5) Setiap pengangkutan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak yang keluar masuk Kabupaten wajib melapor untuk dilakukan pengecekan di pos pemeriksaan hasil hutan.

(6) Untuk memudahkan pcngawasan dan pengendalian peredaran hasil hutan yang berasal dari hutan hak, maka penggunaan SKAU yang keluar Kabupaten harus diketahui pejabat

kehutanan.

Pasal 8

Tata cara perlakuan tcrhadap SKAU yang telah habis masa bcrlakunya dan/atau pcrgantian alat angkut dalam pcrjalanan diatur sebagai berikut:

a. apabila didalam pengangkutan hasil hutan kayu berasal dari hutan hak terjadi ketcrlambatan akibat gangguan/kerusakan alat angkut wajib disertai /dilampiri surat keterangan pengemudi

kendaraan;

b. apabila dalam pengangkutan hasil hutan kayu berasal dari hasil hutan hak terjadi pergantian alat angkut akibat kerusakan wajib disertai/dilampiri dengan surat keterangan dari pengemudi

kendaraan.

Pasal 9

(1) Apabila dalam pengangkutan hasil hutan kayu berasal dari hutan hak, fisik tidak sesuai dokumen dan tidak sesuai dalam pasal 6 maka kepada pemilik/penerima/pengangkut hasil hutan terscbut diberi kesempatan melakukan klasifikasi/melengkapi persyaratan dalam waktu 5 (lima) hari kerja.

(2) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari pemilik/penerima/pengangkut tidak melakukan klasifikasi/melengkapi persyaratan maka hasil hutan kayu dimaksud dikatagorikan tanpa dokumen dan akan diproses lebih lanjut sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB IV

PENGHAPUSAN DAN PEMBATALAN SKAU Pasal 10

(1) Tata cara penghapusan dan pembatalan blanko dokumen SKAU diatur sebagai berikut : a. kerusakan blanko SKAU pada waktu pengiriman. penyimpanan akibat dimakan rayap,

salah cetak dan Iain-Iain wajib dibuatkan bcrita acara pembatalan sah pengadaan blanko dan diketahui oleh Dinas. Terhadap blanko SKAU yang rusak terscbut diberi tanda cap

"TIDAK BERLAKU" pada lembar pertama dan kedua pada pojok kanan atas oleh

pengelola blanko:

b. kesalahan pengisian blanko SKAU oleh petugas/pejabat penerbit wajib dibuatkan bcrita acara pembatalan dan dimatikan dengan memberi cap "TIDAK BERLAKU" pada lembar

pertama dan kedua pada sudut kanan atas;

(7)

w

-

c. berita acara pembatalan blanko SKAU akibat kesalahan pengisian, wajib dicatat dalam buku register oleh pejabat/pctugas penerbit, dilaporkan dan diserahkan kepada pengclola blanko Dinas pada setiap pertanggung jawaban penggunaan blanko:

d. blanko SKAU yang rusak dan telah dibuat berita acara pembatalan wajib dicatat dalam buku register oleh pengclola blanko. dilaporkan dan diserahkan kepada Kepala Dinas Provinsi, pada setiap akhir bulan atau pada setiap pertanggung jawaban penggunaan blanko, sebagai dasar penghapusan untuk diusulkan .

(2) Pembatalan blanko SKAU yang hilang diatur sebagai berikut :

a. apabila terjadi kehilangan blanko sewaktu pengiriman atau penyimpanan sebagai akibat dicuri atau tercecer. wajib dilaporkan oleh pengelola/penerbit blanko kepada Kepala Dinas dan selanjutnya dilaporkan kepada kepolisian untuk dibuatkan berita acara;

b. berdasarkan laporan dan berita acara kehilangan dari kepolisian, wajib dilaporkan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk proses pembatalan.

BABV

PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 11

(1) Dalam rangka ketertiban pelaksanaan penatausahaan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan hak, Dinas bcrkewajiban melakukan pemantauan, pengawasan dan pengendalian prosedurnya oleh Tim Penanggulangan Penertiban Gangguan Hasil Hutan (PPGHH) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati.

(2) Perbekel setiap awal bulan wajib melaporkan penerbitan SKAU kepada Kepala Dinas.

(3) Kepala Dinas setiap awal bulan wajib melaporkan penggunaan SKAU serta realisasi produksi

dan peredaran kayu rakyat kepada Bupati dan Kepala Dinas Provinsi.

(8)

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 12

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan .

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Karangasem.

Ditetapkan di Amlapura pada tanggal 20 Pebruari 2007 QBUPATI KARANGASEM,

I WAYANGEREDEG

Diundangkan di Amlapura pada tanggal 20 Pebruari 2007

SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM,

I MADE MADRI

BERITA DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2007 NOMOR 7

-

Referensi

Dokumen terkait

Dari pemaparan singkat permasalahan diatas apakah kondisi fisik dan keterampilan dasar masih kurang atau sudah baik makapenulissangat tertarik untuk

Untuk menentukan keliling atas kaleng dapat dilakukan seperti Gambar (i), (ii) dan (iii), yaitu dapat menggunakan benang atau menggelindingkan pada sebuah

• Kolom ke-3 (Jumlah serangga yang mati), diisi de- ngan jumlah serangga yang mati untuk tiap perlakuan konsentrasi (dosis) yang diuji. Pada percobaan ini, jumlah serangga yang

Bagi mahasiswa/i yang tidak memenuhi syarat Ujian Sidang Skripsi dan komprehensif (dan/atau memiliki nilai di bawah “B” bagi mahasiswa penerima beasiswa penuh), Maka Ujian sidang

4 615120070 Maria Florencia Perancangan Interior Trans Studio Tanggerang di Tanggerang Selatan, Banten 90 85 5 615120090 Agnes Perancangan Interior Perpustakaan Nasional

Dari pendapat di atas menjelaskan bahwa kondisi kerja yang baik dan menyenangkan akan memberikan dampak yang baik terhadap kinerja, karena dengan kondisi

gugat istri yang dianggap nushu&gt;z dan dengan sendirinya hak-hak istri akan hilang, namun tidak semua istri yang mengajukan cerai gugat itu dikatan nushu&gt;z, dimana dalam

Triplexer yang di gunakan pada contoh kasus kali ini adalah triplexer dengan external DC stop, alasan di perlukan nya DC stop karena digunakan nya MHA pada