• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI OLEH NURUL RAHMADANI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI OLEH NURUL RAHMADANI NIM"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI

SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

OLEH

NURUL RAHMADANI NIM 105711110716

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2020

(2)

ii

PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI

SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh

NURUL RAHMADANI NIM 105711110716

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang tersayang terutama kepada orang tua , keluarga, teman, sahabat dan semua pihak yang selalu bertanya

“kapan skripsimu selesai?”

“kapan wisuda?”

Kalian adalah alasanku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

MOTTO

Tidak harus selalu sama,

seribu manusia akan memandang dan melihat dengan caranya masing-masing.

Percaya dirilah dan jangan takut untuk berbeda

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan”

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis bapak Bachtiar Lira dan ibu Sitti Aisya yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih saying dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

viii

1. Bapak Prof. DR H. Ambo Asse., M. Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah., SE., M.SI., selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Moh Aris Pasigai, SE., MM selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Warda, SE., M.E selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama penyusunan skripsi ini hinga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak

(9)

ix

utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermafaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar

Billahi fii Sabilil Haq, Fatsabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 09 November 2020

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

NURUL RAHMADANI, Tahun 2020, “Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan” (Dibimbing oleh Pembimbing l Moh Aris Pasigai dan Pembimbing ll Warda).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan yaitu data time series dengan rentan waktu tahun 2015-2019 yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang telah dikumpul kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Dimana hasil penelitian yang diperoleh, yaitu pengaruh pendapatan perkapita (X1) berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan (Y) Sedangkan inflasi (X2) berpengaruh positif terhadap kemiskinan tapi tidak signifikan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Pendapatan Perkapita, Inflasi dan Kemiskinan.

(11)

xi

ABSTRACT

NURUL RAHMADANI, 2020, "The Effect of Per capita Income and Inflation on Poverty in South Sulawesi Province" (Supervised by Supervisor I Moh Aris Pasigai and Advisor II Warda).

This study aims to determine the effect of per capita income and inflation on poverty in South Sulawesi province. The type of research used is quantitative research with a quantitative descriptive approach. The data used are time series data with time vulnerabilities for 2015-2019 which were obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of South Sulawesi Province. The data that has been collected is then processed using the SPSS application. Where the research results obtained, namely the effect of per capita income (X1) has a positive but not significant effect on poverty in South Sulawesi Province (Y), while inflation (X2) has a positive effect on poverty but not significant in South Sulawesi Province.

Keywords: Per Capita Income, Inflation And Poverty.

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN………...v

SURAT PERNYATAAN………...vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTAK BAHASA INDONESIA ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan... 8

D. Manfaat ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teori ... 10

(13)

xiii

1. Tinjauan Teori Kemiskinan ... 10

2. Tinjauan Teori Pendapatan Perkapita ... 11

3. Tinjauan Teori Inflasi ... 12

B. Tinjauan Empiris ... 14

C. Kerangka Pemikiran ... 21

D. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 24

D. Populasi dan Sampel ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 29

1. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ... 29

2. Topografi ……….31

3. Sejarah Singkat Provinsi Sulawesi Selatan………32

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ... 35

1. Gambaran Data Penelitian………35

(14)

xiv

2. Hasil Uji Asumsi Klasik………..38

3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda………..42

4. Hasil Uji Hipotesis………..43

C. Analisisdan Interpretasi (Pembahasan) ……….45

1. Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019………45

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019……….46

BAB IV Penutup ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ………...48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51

DAFTAR TABEL

(15)

xv

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Jumlah persentase Penduduk di Sulawesi Selatan ... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ... 25

Tabel 4.1 Data PDRB Perkapita (Atas Dasar Harga Berlaku) ... 36

Tabel 4.2 Data Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran ... 37

Tabel 4.3 Data Jumlah Penduduk Miskin Menurut Daerah ... 38

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 39

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 40

Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 40

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi ... 41

Tabel 4.8 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 42

Tabel 4.9 Hasil Uji T ... 44

Tabel 4.10 Hasil Uji Determinasi ... 45

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran ... 22

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

xvii

Lampiran Halaman

1. Data PDRB Perkapita (Atas Dasar Harga Konstan) ... 52

2. Data Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran ... 53

3. Data Jumlah Penduduk Miskin Menurut Daerah ... 54

4. Hasil Uji Normalitas……… ... 55

5. Hasil Uji Multikolinearitas ……….. 55

6. Hasil Uji Heterokedastisitas ………. 56

7. Hasil Uji Autokolerasi ………. 56

8. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda……… 56

9. Hasil Uji T……… 57

10. Surat Penelitian……….58

11. Balasan Surat Penelitian……… ……… ..59

12. Biografi………...60

(18)

xviii

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan , dan masalah lain yang menjurus ke arah tindakan kekerasan dan kejahatan. Chriswardani (2015) menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga meliputi tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Menurut Supriatna (1997:90) suatu penduduk dikatakan miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya yang menunjukkan lingkaran ketidak berdayaan.

(20)

Hampir 40 persen dari penduduk di Negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia dalam hidup tingkat kemiskinan absolut yang dibatasi pengertiannya dalam hubungannya dengan tingkat pendapatan yang kurang mencukupi.

Kemiskinan dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi menjadi tiga yaitu: Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidak samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal (Waluyo, 2013).

Berdasarkan data BPS tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar 11,25% pada maret 2014, kemudian turun menjadi 11,12% pada maret 2015, dan turun lagi sebesar 10,86% pada maret 2016. Kemudian pada maret 2017 tingkat kemiskinan kembali turun sebesar 10,64% dan pada maret 2018 dan 2019 kembali turun sebesar 9,41%.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih mengalami permasalahan kemiskinan. Meski menjadi salah satu provinsi yang mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi cukup baik, angka kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan

(21)

3

masih terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS dari table 1.1 kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan pada Maret 2019 berjumlah 767,80 ribu mengalami penurunan sebesar 24,83 ribu jiwa jika dibandingkan kondisi Maret 2018 yang berjumlah 792,63 ribu jiwa.

Persentase penduduk miskin Maret 2019 sebesar 8,69 persen juga mengalami penurunan 0,37 poin persen dibandingkan Maret 2018 yang besarnya 9,06 persen. Demikian juga dibandingkan kondisi pada Bulan September 2018, terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,18 poin persen.

Tabel 1.1

Jumlah dan Persentase Penduduk di Sulawesi Selatan Menurut Daerah, 2014-2019

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sept 2015 Mar 2016 Sept 2016 Mar 2017 Sept 2017 Mar 2018 Sept 2018 Mar 2019

162,49 154,40 146,42 157,18 149,13 150,60 153,56 166,50 167,93 168,70 170,10

701,81 651,95 651,30 707,34 657,90 646,20 659,51 659,47 624,70 610,94 597,69

864,30 806,35 797,72 864,51 807,03 796,81 813,07 825,97 792,63 779,64 767,80

5,22 4,93 4,61 4,93 4,51 4,47 4,48 4,76 4,61 4,48 4,44

13,25 12,25 12,23 13,22 12,46 12,30 12,59 12,65 12,24 12,15 11,95

10,28 9,54 9,39 10,12

9,40 9,24 9,38 9,48 9,06 8,87 8,69 Sumber data : BPS

(22)

Secara absolut selama periode Maret 2018–Maret 2019, peduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan 2,17 ribu jiwa, sedangkan di daerah perdesaan mengalami penurunan sebesar 27,01 ribu jiwa. Persentase penduduk miskin di perkotaan turun sebesar 0,17 poin persen, demikian juga di perdesaan menurun sebesar 0,29 poin persen (Tabel 1).

Komposisi penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan dari tahun ke tahun tidak ada perbedaan yang signifikan. Pada bulan Maret 2019 sebagian besar (77,84 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2018 persentasenya 78,81 persen.

Permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam penuntasan kemiskinan adalah pendapatan perkapita dan inflasi.

Pedapatan perkapita yang belum merata dibeberpa wilayah di Indonesia, tentu akan berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pendapatan per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar juga kemungkinan negara itu memiliki tingkat pembangunan dan pendapatan rata-rata penduduk yang tinggi.

(23)

5

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pendapatan perkapita penduduk indonesia pada 2019 sebesar Rp 59,1 juta atau setara US$ 4.174,9. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pendapatan per kapita pada 2018 sebesar Rp 56 juta rupiah, atau setara US$ 3.927,2.

Sementara pada 2017, PDB per kapita sebesar Rp 51,9 juta, setara US$ 3.877.

Sedangkan besaran pendapatan per kapita Sulawesi Selatan bergerak hingga 10,37% atas dasar harga berlaku pada 2017 sebesar Rp 48,21 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan pendapatan per kapita itu sejalan dengan kontribusi kelompok konsumsi pengeluaran rumah tangga yang memberikan kontribusi sebesar 3,23%

terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel yang mencapai 7,23% pada 2017.

Dalam 3 tahun terakhir, PDRB per kalpita Sulsel itu naiknya moderat.

Rata-rata pertumbuhannya di kisaran 10%, bisa menjadi gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat.

Merujuk data BPS Sulsel, PDRB per kapita Sulsel atas harga berlaku pada 2015 sebesar Rp 39,17 juta, lalu meningkat menjadi Rp43,68 juta pada 2016 hingga pada 2017 lalu mencapai angka Rp 43,68 juta pada tahun lalu.

Adapun secara keseluruhan, PDRB Sulsel atas dasar harga berlaku pada 2017 mencapai Rp 418, 93 triliun atau meningkat cukup tinngi dibandingkan dengan tahun sebelum yang berada pada angka Rp 379,63 triliun. Sejalan dengan kenaikan PDRB itu, perekonmian Sulsl juga

(24)

mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,23% pada 2017 meski sector primer justru mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Selain pendapatan perkapita, inflasi juga merupakan faktor terpenting dalam penuntasan kemiskinan di Indonesia. Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus- menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Tingkat laju inflasi di Indonesia berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) laju inflasi pada sepanjang tahun 2018 mencapai 3,13 persen.

Inflasi pada 2018 masih lebih rendah dari kondisi di 2017 yang mencapai 3,61 persen. Disamping itu, inflasi pada tahun 2018 masih berada di rentang target Bank Indonesia yaitu antara 2,5 persen- 4,5 persen.

Angka inflasi tahunan 2018 mencapai 3,13 persen. Sudah lebih rendah dibanding inflasi tahunan 2017 yang sebesar 3,61 persen, tingkat inflasi pada 2018 yang lebih kecil dari 2017 menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mendorong penurunan harga barang. Pada 2014 inflasi tercatat masih di level 8,36 dan kemudian turun menjadi 3,35 persen pada 2015.

Sepanjang tahun 2018, BPS juga mencatat laju inflasi tertinggi terjadi pada bulan januari dan Desember, yakni masing-masing 0,62

(25)

7

persen. Sementara inflasi terendah tercatat terjadi di bulan April 2018, yaitu 0,10 persen.

Sedangkan laju inflasi diprovinsi Sulawesi selatan mengalami sebesar 0,04 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 139,08. Dari 5 kota IHK di Sulawesi Selatan, empat kota (Bulumkumba, Watampone, Makassar, dan Palopo) mengalami inflasi dan satu kota (Parepare) mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bulukumba sebesar 0,18 persen dengan nilai IHK sebesar 144,75 sedangkan deflasi terjadi di kota Parepare sebesar 0,10 persen dengan nilai IHK sebesar 131,91.

Inflasi yang terjadi di Sulawesi Selatan pada Desember 2019 ini disebabkan oleh naiknya harga pada enam kelompok pengeluaran yaitu kelompok kesehatan sebesar (0,51%), kelompok transportasi, komunikasi, dan keuangan sebesar (0,41%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar (0,13%), kelompok sandang sebesar (0,13%), kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,08%), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar (0,01%), sementara itu kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami deflasi sebesar (0,41%). Laju inflasi tahun kalender (Januari- Desember 2019) Sulawesi Selatan sebesar 2,35 persen dan laju inflasi year on year (Desember 2019 terhadap Desember 2018) sebesar 2,35 persen.

Tingginya tingkat kemiskinan yang masih belum terselesaikan sampai sekarang dan beberapa faktor yang menyebabkan tingkat

(26)

kemiskinan salah satunya yaitu pendapatan perkapita dan inflasi. Hal ini yang melatar belakangi peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan ?

2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

(27)

9

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya pengembangan yang berkaitan dengan pendapatan perkapita dan inflasi terhadap kemiskinan di provinsi Sulawesi Selatan.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan saran yang berguna bagi Instansi terkait tentang Pengaruh Pendapatan Perkapita dan Inflasi terhadap Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini di harapkan agar dapat menjadi bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan permasalahan ini.

(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

1. Kemiskinan

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan Bidang Kesejahteraan Rakyat yang dikeluarkan oleh Kementrian Bidang Kesejahteraan (Kesra) tahun 2004 menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok/dasar.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

(29)

11

Kemiskinan dari sisi ekonomi penyebabnya dibagi menjadi tiga yaitu: Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidak samaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya alam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam akses modal (Waluyo, 2013).

Chriswardani (2015) menyatakan bahwa kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga meliputi tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri.

2. Pendapatan Perkapita

Pendapatan regional per kapita atau PDRB per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk disuatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. PDRB perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut (Wikipedia:2011).

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) didefinisikan bertambahnya nilai akhir sebuah barang ataupun jasa yang mampu

(30)

dihasilkan oleh perusahaan yang ada di sebuah daerah maka, akan berdampak kepada pertambahan perolehan PDRB daerah tersebut sehingga perekonomian akan semakin meningkat. Yang pada akhirnya jika terjadi peningkatan pada perekonomian daerah maka akan mendorong bertambahnya pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional. Maka dari itu Pendapatan Daerah Regional Bruto dengan kata lain, adalah jumlah total dari produk yang berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di suatu daeah pada kurun waktu 1 (satu) tahun.

Produk Domestik Bruto (PDB) dalam perhitungannya pruduk domestic bruto dapat dibedakan menjadi dua, yaitu PDB menurut harga berlaku (current price) dan PDB menurut harga konstan (constant price).

Menurut harga berlaku dikalkulasi berdasarkan harga berlaku saat perhitungan PDB dilakukan, sedangkan menurut harga konstan dihitung berdasarkan harga tahun tertentu yang ditetapkan oleh otoritas/pemerintah, sehingga mengabaikan perubahan harga-harga barang dan jasa atau mengabaikan inflasi. Produk domestik bruto menurut harga konstan juga disebut PDB riil, karena perubahan jumlah nilai PDB tersebut disebabkan secara riil oleh jumlah produksi karena perubahan harga.

3. Inflasi

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Inflasi dikatakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.

M. Natsir (2014:253) menyatakan bahwa Inflasi kecenderungan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.

(31)

13

Murni (2013:202) Inflasi merupakan suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus menerus.

Mankiw (2006) Berdasarkan para pendapat ahli tersebut terkait inflasi dapat disimpulkan secara mayoritas adanya proses harga barang- barang naik dan terus-menerus dalam waktu yang relatif panjang karena disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang dan jasa-jasa pada suatu periode tertentu nilai uang menurun.

Inflasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu inflasi tarikan permintaan dan dorongan biaya, artinya inflasi ini bisa disebabkan oleh sisi permintaan dan juga sisi penawaran, antara lain sebagai berikut :

a. Inflasi tarikan Permintaan (demand pull inflation).

Inflasi ini disebabkan adanya permintaan barang dan jasa oleh masyarakat yang terus meningkat dengan tajam sehingga mengakibatkan tingkat harga secara umum naik (misalnya peningkatan pembelanjaan oleh perusahaan/rumah tangga).

b. Inflasi Dorongan penawaran (cost push inflation).

Inflasi yang disebabkan adanya peningkatan biaya produksi dengan ditunjukkan ciri-ciri peningkatan harga barang dan turunnya produksi (harga barang mentah dari luar negeri meningkat, harga BBM mengalami peningkatan).

Beberapa Penggolongan Berdasarkan Atas Besarnya Laju Inflasi.

Penggolongan inflasi terbagi menjadi tiga kategori, antara lain sebagai berikut :

(32)

1. Inflasi Meranyap (Creeping inflation).

Inflasi yang disimbolkan dengan rendahnya laju inflasi yaitu kurang dari 10% per tahun. Dalam jangka waktu yang sama peningkatan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil.

2. Inflasi Menengah (Galloping inflation).

Terjadi jika adanya peningkatan harga yang cukup besar dan bejalan dalam waktu yang relatif pendek yaitu antara 10% hingga 50% per tahun. Dampak yang diberikan yaitu jumlah uang yang minimum yang dipegang oleh masyarakat hanya dapat digunakan sebagai transaksi sehari hari.

3. Inflasi Tinggi (hyperinflation)

Inflasi yang memberikan dampak negative akibat peningkatan harga yang mencapai 5 atau 6 kali dari jumlah biasanya, konsumen rumah tangga tidak memiliki keinginan untuk menginvestasikan atau menyimpan uang. Hal tersebut terjadi jika pemerintah sedang mengalami deficit anggaran belanja dan ditunjukkan dengan laju inflasi lebih dari 50% per tahun.

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Peneliti terdahulu

No Nama

(Tahun)

Judul Metode Hasil

1 Hastina Febriaty dan Nurwani (2017)

Pengaruh Pendapatan Perkapita, Investasi Dan Inflasi

Terhadap Kemiskinan di Provinsi Sumatera

Jenis data dalam penelitian ini

menggunakan data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series)

1. Hasil

regresi/estimasi menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan perkapita, investasi, dan inflasi 88,50%.

Artinya

(33)

15

Utara pendapatan

perkapita, investasi dan inflasi memiliki proporsi pengaruh terhadap kemiskinan sebesar 88.50%

sedangkan sisanya 11,50%

(100%-88,50%) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak ada didalam model regresi 2. Secara simultan

(bersama-sama) Kurs, inflasi dan penyaluran Kredit Sektor Pertanian berbengaruh terhadap ekspor sector pretanian di provinsi Sumatera Utara 3. Secara parsial,

variabel pendapatan perkapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi

Sumatera Utara serta Investasi dan inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi

Sumatera Utara 2 Syifa N. Kiai

Demak, Vecky A.J Masinambo

Pengaruh Belanja Pendidikan Belanja

Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

(34)

w, dan Albert T Londa (2020)

Kesehatan Belanja Modal dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Kota Manado

berupa metode regresi linier berganda dengan model log.

sebagai berikut : 1. Secara persial

variabel Belanja Modal

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Kota Manado 2. Secara parsial

variabel Inflasi, Belanja

Pendidikan dan Belanja

Kesehatan berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Kemiskinan di Kota Manado 3. Pada hasil ini memang tidak ada satupun variabel yang signifikan dengan variabel

kemiskinan diman sudah dilakukan pengolaan data dari data absolut, Logaritma, persen dan kumulatif serta menggangti beberapa variabel sampai menambahkan variabel lain dan hasilnya tetap saja tidak ada yang signifikan tetapi hasil data yang didapatkan bagus dan sesuai dengan teori yang ada. Diduga data bisa

(35)

17

signifikan pada saat adanya bantuan dana dari pemerintah pusat Provinsi selain dari APBD Kota Manado 3 Elda Wahyu

Azizah, Sudarti, Hendra Kusuma (2018)

Pengaruh Pendidikan, Pendapatan Perkapita dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang berbentuk panel. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini berupa dokumentasi

Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 2012- 2016. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa Variabel Pendidikan berpengaruh negative dan signifikan terhadap Kemiskinan Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur. Dengan nilai probabilitasnya 0.000>a=0.10 dan t- hitung -15.35144<t-tabel 2.02439. Variabel Pendapatan perkapita berpengaruh negative dan signifikan terhadap Kemiskinan Kabupaten dan Kota Provinsi JAwa Timur. Dengan nilai probabilitasnya 0.0903>a= 0.10 dan t- hitung -1.702527 < t- tabel 1.28612. Variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemiskinan Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur. Dengan nilai probabilitasnya

0.0000.>a= 0.10 dan t- hitung 47.34174 > t-tabel 1.28612.

4 Nurul Fadlillah, Sukiman, Dan Agustin Susyatna Dewi

Analisis Pengaruh Pendapatan Per Kapita, Tingkat Pengangguran

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor- faktor yang

mempengaruhi Kemiskinan pada 29 kabupaten di Jawa

(36)

(2016) , IPM dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Tahu 2009- 2003

metode survey.

Teknik

pengumpulan data yaitu studi pustaka dan dokumentasi

tengah periode tahun 2009-2013, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Apabila pendapatan perkapita

meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan menurun.

2. Apabila tingkat pengannguran terbuka

meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan meningkat.

3. Apabila indek pembangunan manusia

meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan menurun.

4. Apabila pertumbuhan penduduk

meningkat, maka jumlah penduduk miskin akan meningkat, namun

peningkatannya tidak signifikan (berpengaruh tidak terlalu besar).

5. Variabel pendapatan perkapita

memiliki kofisien paling besar, sehingga variabel pendapatan perkapita adalah variabel yang memiliki

elastisitas paling besar (yang

(37)

19

paling

memengaruhi jumlah penduduk miskin

dibandingkan dengan tiga variabel lainnya).

5 Edyson Susanto, Eny Rochaida, Dan Yana Ulfah (2017)

Pengaruh Inflasi dan Pendidikan Terhadap Pengangguran dan

Kemiskinan

Data penelitian ini merupakan data sekunder dengan menggunakan data time series.

Teknik

pengumpulan data

menggunakan teknik library research

Berdasarkan dari hasil analisis dan

pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dapat diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini

sebagaimana berikut : 1. Inflasi

berpengaruh langsung dan signifikan terhadap

pengangguran di Kota Samarinda.

2. Pendidikan berpengaruh langsung terhadap

Pengannguran di Kota Samarinda, meningkatnya penduduk yang tamat SMA dari tahun ke tahun namun lapangan pekerjaan

semakin sulit di peroleh sehingga penduduk yang mempunyai tingkat

pendidikan SMA sederajat

semakin brsaing ketat dalam pemperoleh pekerjaan.

3. Inflasi

berpengaruh tidak langsung dan tidak

(38)

signifikan terhadap kemiskinan di Kota Samarinda.

4. Inflasi

berpengaruh tidak langsung namun tidak signifikan terhadap kemiskinan melalui

pengangguran di Kota Samarinda 6 l Made

Anom Iswara dan l Gusti Bagus Indrajaya (2014)

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Perkapita, dan tingkat

Pendidikan Terhadap tingkat

Kemiskinan di Provinsi bali tahun 2006- 2011

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data analisis regresi linear berganda.

Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji simultan (F- test) dan uji parsial (t-test) untuk

mengetahui pengaruh antar variabel.

Berdasarkan hasil penelitian ini secara parsial adalah dimana hasil uji t, pendapatan perkapita berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi bali. Dan secara simultan variabel bebas yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan perkapita dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu tingkat kemiskinan di provinsi bali.

7 A.Mahendra Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Perkapita,Infla si dan

Pengangguran

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, inflasi dan pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Sumatera utara, maka

(39)

21

terhadap jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara

partisipan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data analisis regresi linear berganda.

Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji simultan (F- test) dan uji parsial (t-test) untuk

mengetahui pengaruh antar variabel.

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil uji F, disimpulkan bahwa pertumbuhan sekonomi, pendapatan perkapita, inflasi dan pengannguran selama periode 2003 sampai dengan 2014 tidak berpengaruh signifikan secara

secarasimultan terhadap jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada tingkat signifikansi 5%.

Dengan demikian hipotesis penelitian ditolak.

2.berdasarkan uji parsial (uji t), variabel

pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita , inflasi dan pengangguran tidak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%

(a=5%)

1.

C. Kerangka Pemikiran

Salah satu untuk menentukan kemakmuran masyarakat adalah pendapatan perkapita. Jika masyarakat memiliki penghasilan atau gaji tinggi maka masyarakat bisa menghidupi kehidupannya dan menabung untuk biayanya di masa depan. Jika pendapatan masyarakat menurun maka sulit bagi masyarakat itu mencukupi kebutuhan hidupnya dan tentu ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat atau tingkat kemiskinan yang ada pada suatu negara tersebut.

(40)

Sedangkan dari sisi inflasi akibat buruk yang nyata ialah kemerosotan pendapatan riil yang diterima masyarakat. Hal ini tentu akan berdampak pada tingkat kemiskinan yang semakin tinggi. Sehingga pendapatan perkapita dan inflasi tentu akan berpengaruh terhadap kemiskinan.

Berdasarkan teori dan penelitian empiris yang telah dikemukakan di atas, maka untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita dan inflasi terhadap kemiskinan di provinsi Sulawesi selatan, dapat dikemukakan pada kerangka berpikir yang dirumuskan seperti dalam gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran D. Hipotesis

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut di atas maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Diduga pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Sulawesi selatan

H2 : Diduga inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Sulawesi selatan

Pendapatan Perkapita (X1) Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

Inflasi (X2) Indeks Harga Konsumen (IHK)

Kemiskinan (Y) Garis Kemiskinan

(GK)

(41)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang dapat berupa kuantitas, nomor, pengukuran dan statistik (Mustari,2012:37). Dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data sekunder.

Menurut Sugiyono (2008:129) data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau lewat dokumen.

Menurut Sugiyono (2013:13), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah di Provinsi Sulawesi Selatan melalui Badan Pusat Statistik (BPS). Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa masih tingkat kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan masih menjadi salah satu permasalahan yang serius untuk ditangani dimana salah satu faktor yang mungkin berpengaruh terhadap kemiskinan yaitu pendapatan perkapita dan tingkat laju inflasi .

(42)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester VIII tahun 2019/2020.

Secara keseluruhan semua kegiatan dari penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2020.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kemiskinan (Y).

kemiskinan merupakan Jumlah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan menurut provinsi/kabupaten dalam satuan ribu jiwa.

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah Pendapatan Perkapita dan Inflasi.

a) Pendapatan Perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah dibagi jumlah penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk dalam satuan juta rupiah. PDRB perkapita juga biasa digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat kemiskinan di suatu negara, semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur pula negara dan mengurangi kemiskinan tersebut

b) Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa di Provinsi Sulawesi Selatan dalam satuan waktu tertentu yang diukur dalam persen.

(43)

25

Tabel 3.1

Defenisi Operasional Variabel

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah, pendapatan perkapita, inflasi dan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, besaran sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu sampel lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2015- 2019 di Provinsi Sulawesi Selatan . Dalam penentuan sampel maka ditetap oleh peneliti beberapa kriteria yaitu, pendapatan perkapita, inflasi dan kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015-2019.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode observasi non partisipan yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,2008).

Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data sekunder.

Menurut Sugiyono (2008:129) data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain atau lewat dokumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil sumber Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian ini menggunakan model teknik analisis data regresi linear berganda.

No Nama

Variabel

Jenis Variabel

Simbol Sumber Data

1 Kemiskinan Terikat KM BPS

2 Pendapatan Perkapita Bebas PDRB/Perkapita BPS

3 Inflasi Bebas Inf BPS

(44)

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model teknik analisis data regresi linear berganda. Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji simultan (F-test) dan uji parsial (t-test) untuk mengetahui pengaruh antar variabel.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk dapat melakukan analisis regresi berganda. Pengujian tersebut dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi (Erlina, 2011:102).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov satu arah. Pengambilan kesimpulan untuk menentukan apakah suatu data mengikuti distribusi normal atau tidak adalah dengan menilai nilai signifikannya. Jika signifikan > 0,5 maka variabel berdistribusi normal dan sebaliknya jika signifikan < 0,5 maka variabel tidak berdistribusi normal Ghozali (2005)

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel- variabel independen di antara satu dengan lainnya. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.

(45)

27

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. (Kuncoro 2013)

c. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila residual dan nilai prediksi memiliki korelasi atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya sebatas hubungan yang linier, tetapi dalam pola yang berbeda juga dimungkinkan. Oleh karena itu ada beberapa metode uji heteroskedastisitas salah satunya aalah metode Glejser.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu padaperiode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk data time series autokorelasi sering terjadi, namun untuk data crossetion hal ini jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan nilai Durbin Watson, dengan beberapa kriteria :

1. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2. Angka DW di antara -2 dan 2 berarti tidak ada autokorelasi 3. Angka DW diatas 2 bererti ada autokorelasi negatif

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita dan inflasi terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Creative(resistance(begins(when(we(start(to(imagine(what(our(world(M(our(communities,(our(friendships,(our(

[r]

[r]

[r]

Aplikasi ini memiliki sistem single sign on dengan aplikasi kepegawaian, sehingga Anda dapat mengakses aplikasi ini dengan cara login pada aplikasi SIPEG

Pengukuran indeks arsitektur hijau dari Green Building Council Indonesia (GBCI) dalam aspek tata guna lahan di kampung adat Naga memperoleh nilai 9,5 atau 95% dan

Dalam penulisan ini penulis membuat website profile perusahaan sebagai salah satu sarana informasi untuk masyarakat, khususnya mitra perusahaan atau orang-orang yang terkait