• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINS! PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINS! PAPUA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH RAPAT

PROSES PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINS! PAPUA Tahun Sidang

Masa Persidangan : Rapat ke

Jenis Rapat Dengan Sifat Rapat Hari/fanggal Pukul Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Acara

Hadir

KETUA RAPAT :

2001-2002 I

4 (empat)

Rapat Kerja ke-4

Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Terbuka

Senin, 8 Oktober 2001

14.30 WIB. sampai dengan 22.15 WIB Ruang Rapat Pansus D Gedung Nusantara II Sabam Sirait

Juliasih, S.H.

Pembahasan Materi Daftar Inventarisasi Masalah Pemerintah

1. Anggota Panitia Kerja Pansus : 34 dari 50 orang Anggota Pansus 2. Pemerintab

- Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (Hari Sabamo, S.IP., M.B.A., M.M.) Pejabat Eselon I Inter Departemen

Selamat siang, salam sejahtera dan Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Rapat saya buka dan rapat saya nyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT DIBUKA)

(2)

KETUA RAPAT (SABAM SIRAIT) :

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara semua baik keadilan dan kemakmuran tadi disebutkan Saudara Jimmy tentang Tap MPR saya kira Pemerintah mengangap Tap itu sama pendapatnya dengan Pansus tinggal menambah lagi nanti pada Timus tadi ada usul juga dari Saudara Morin, Saudara Ruben silakan.

F. PG (DRS. RUBEN GOBAY) :

Hanya koreksi kecil Pak konsideran mengingat Pasal 21 Penetapan Presiden Nomor l/Pnps/1963 tentang Pemerintahan di Irian Barat segera setelah diserahkan Kepada Republik Indonesia.

KETUA RAPAT :

Nanti dicek lagi Tahun 1963 atau Tahun 1962 oleh Timus.

F. TNI/POLRI (DRS. POSMA LUMBAN TOBING):

Komentar sedikit Pak menambahkan tadi ada usul dari Pemerintah DIM Nomor 25, DIM Nomor 26 ini ditunda <lulu dan usul ditambahkan, saya setuju kalau ada beberapa pandangan perlu ditambah kaitannya seperti yang dikatakan teman-teman yaitu suatu koridor untuk tidak lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan demikian juga apabila undang-undang ini menjadi dasar Perdasus yang dilakukan di sana, pemikirannya demikian dan apabila ada saran lagi dari Pemerintah itu tambah bagus ada aspek-aspek tertentu sehingga tidak lari kemana-mana, enak sekali menjabarkannya baik di dalam mengurai isi ini juga di dalam menjabarkan Perdasus nantinya terima kasih.

F. TNI/POLRI (CHRISTINA M. RENTETANA, S.K.M, M.P.H.) :

Tambahan sedikit Pak, tadi seperti yang Bapak Pimpinan

kemukakan bahwa tambahan dari Pemerintah nanti dibahas dalam

Timus karena Timus tidak merubah substansi sehingga perlu untuk di

ketok di sini, kalau kita setuju TAP Nomor IV /MPR-RI/2000

dimasukkan jadi tidak diabaikan Timus yang mengurus karena itu

substansi Pak terima kasih, termasuk DPRD 2000 diketuk terlebih

dahulu kalau kita setuju barn nanti ke Timus.

(3)

PEMERINTAH (MENDAGRI DAN OTONOMI DAERAH/

HARi SABARNO, S.IP., M.B.A., M.M.) :

Begini Pimpinan tanpa ivendahului, memang hams resmi Pemerintah yang ada usul tambahan pada TAP MPR RI Nomor IV/MPR-RI/2000 nanti pembahan itu akan kami sampaikan secara resmi tidak hanya lisan, jadi kalau mau diketuk boleh-boleh saja, nanti secara resmi akan kami susulkan terima kasih.

F. KKI (DRS. ANTHONIUS RAHAIL) :

Sepertinya substansi seperti yang teman dari TNl/Polri karena ini raker maka kita sahkan walaupun secara teknis tertulis disampaikan tetapi dalam Raker ini kita hams mensahkan substansi kemudian formulasi semacam itu bisa di Timus nanti, yang kedua tolong dicek Penetapan Presiden 1/Pnps/1963 terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Kita sepakat dengan prosedur bahwa apabila ada usul pembahan itu hams diajukan secara resmi, itu yang saya anut tetapi kalau ada tambahan dari itu tidak apa-apa untuk mempermudah pekerjaan kita, jadi sesuatu yang diusulkan temyatajadi enak diputuskan sekarang itu tidak keberatan tetapi seperti yang dikatakan Jimmy mesti ada Keputusan DPRD Nomor 7 tahun 2000 mengganti nama Irian Jaya ke Papua yang ingin saya sebutkan ini ke Timus ia hanya menyebutkan nomomya saja, juga tadi disebutkan TAP MPR RI Nomor IV Tahun 2000 tanpa menyebutkan tentang apa.

Oleh karena itu kita menunggu secara tertulis pengusul-pengusul itu sehingga konkret jadi tanpa mengurangi hak Saudara-saudara kita hanya apa yang sudah kita sepakati tanpa menunggu yang tertulis nanti apa-apa yang fraksi-fraksi usulkan tambahan, kecuali yang diusulkan Saudara Jimmy untuk DIM Nomor 25 dan DIM Nomor 26. Saya kira hal ini kita tunda pengesahannya sambil kita menunggu hak asasi dan pasal-pasal di Batang Tubuh supaya ada hubungannya jadi akan lebih baik kalau kita tangguhkan, Raker bisa menerima itu 18, 19 dan 20 kita sepakati Saudara- saudara.

(RAPAT SETUJU)

Sedangkan yang sudah tetap walaupun ada usul tambahan dari

Saudara Jimmy tadi bisa saja karena sudah kita sepakati materi sebetulnya

sudah tetap karena sudah kita sepakat mencari usulan materi yang lebih

(4)

baik usulan tambahan itu nanti kita terima usulan penambahan, jadi DIM Nomor 21 dan DIM Nomor 28 hanya memeriksa tahunnya apa 1962 atau 1963 dari pada Pnps tersebut jadi dengan demikian substansinya kita bisa terima 21.

(RAPAT SETUJU)

DIM Nomor 22 pada prinsipnya sudah dapat kita terima dan ada tambahan dari Sdr. Jimmy, DIM Nomor 23 dan DIM Nomor 24 tetap tidak ada yang menyinggung oleh karena itu kita sahkan (Tok-Tok-Tok).

DIM Nomor 25 dan DIM Nomor 26 seperti tadi diusulkan dan sudah saya katakan kita tunda persetujuannya bersamaan dengan pembicaraan di Batang Tubuh, demikian Saudara-saudara bagian yang mengingat bisa kita sepakati dengan catatan tersebut di atas, DIM Nomor 27 ada usul Pemerintah Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Sorong sebagaimana telah diubah ini sudah dibicarakan tetapi ditunda pembicaraan ini di akhir pembicaraan kita usul dari Pemerintah ini sebenamya sudah hampir disepakati.

WAKIL KETUA RAPAT (DRS. FERRY MURSYIDAN BALDAN) : Artinya kita ingin menjelaskan posisinya bahwa kita sudah setuju untuk ini kita membahas judul kemudian posisinya ketika kita membahas penutup tentang hal ini atau pada penjelasan umum juga mengawali proses ini semula begitu kita sudah setuju judul itu barang kali, penundaannya jadi seperti itu.

PEMERINTAH (MENDAGRI DAN OTONOMI DAERAH/

HARi SABARNO, S.IP., M.B.A., M.M.) :

Boleh Pimpinan tentu Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 ini memang tidak hanya berbicara lrja Tengah dan Irja Barat ada Kabupaten- kabupaten yang tentu nanti di dalam masa penghitungan nantikan kalau kita mengabaikan tidak mengingat sama sekali nanti Kabupaten itu seolah- olah tidak mempunyai hak pada realitasnya sudah ada jadi cuma untuk mengingat saja.

KETUA RAPAT :

Pemerintah kita memang berbicara halus mengingat-ingat memang

tidak penting Pak Menteri tetapi Mengingat penting, apakah tidak lebih

(5)

baik supaya yang diusulkan Pak Ferry, kita bicarakan nanti pada waktunya ini kalau disepakati masuk di mengingat karena pemekaran itu pada rancangan Pasal 70 ada pemekaran, pemekaran itu terbuka fleksibel, Pasal 74 RUU yang disepakati oleh Pansus jadi saya kira supaya bisa disetujui.

PEMERINTAH (MENDAGRI DAN OTONOMI DAERAH HARi SABARNO, S.IP., M.B.A., M.M.) :

Saran dari Pemerintah, kalau itu mau sementara ditinggalkan tetapi nanti pada saat pembahasan yang berkaitan dengan ini dan dalam catatan terjadi DIM bagian mengingat usulan Pemerintah jangan sampai masuk ke sana mengingat sudah habis dan mengingat yang mana lagi, jadi mohon ada catatan saja sebab ada Kabupaten-kabupaten yang posisi dan kedudukannya dilindungi karena ia berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 jadi kalau boleh dalam Pansus ini dalam 3 hari justru saya punya agenda Iain yang nanti masuk Panja kalau bisa dilanjutkan nanti malam kira-kira 5 kali pertemuan lagi sehingga efektif, mohon oleh sekretariat di Inventarisir kembali berapa DIM yang memerlukan pembahasan mana yang sudah disetujui untuk melihat dari sekian pertemuan masih ada sekian DIM yang harus diselesaikan oleh Pansus.

KETUA RAPAT :

Baik Saudara Menteri, kalau Pemerintah lupa nanti mengenai DIM ini kita mengingatkan Pemerintah supaya jangan lupa dengan apa yang diusulkannya, sudah tercapai banyak menurut Pak Ferry 17 ditambah 77 sudah lebih dari seratus yang sudah tercapai 160 dari 400, DIM Pemerintah masih sedikit kalau begitu .... , silakan Ibu Marthina.

F. PG (MARTHINA MEHUE WALLY, S.E.) :

Terima kasih Pimpinan penjelasan Pak Menteri tentang pemekaran provinsi tetapi kalau kita melihat alasan mereka, undang-undang ini berlaku efektif dan belum dicabut sehingga dasar pembentukan provinsi ini pemekarannya kepada pembentukan provinsi dan Kabupaten kalau alasan ini dicabut mungkin itu bisa dipertimbangkan kalau pemekaran wilayah saya kira maaf saja.

KETUA RAPAT :

Saya kira kita tidak merumuskan seperti penjelasan ini tidak

dimasukkan nanti.

(6)

WAKIL KETUA RAPAT (DRS. FERRY MURSYIDAN BALDAN) : Jadi pada dasarnya kite. tunda kalau Pansus mengusulkan pada penutup itu berkaitan dengan dasar hukum dari Kabupaten kota yang dibentuk dengan undang-undang ini. Jadi kalau kita mau memisahkan atau pada ketentuan umum atau di dalam penutup itu bisa permasalahannya kita tidak bisa menghilangkan eksistensi ini begitu saja, kita harus dapat memilah karena kalau tidak sama sekali misalnya kota Sorong nanti Bupati yang dilantik akan hilang kekuasaannya. Jadi itu pada prinsipnya mengenai provinsi tadi Pak Menteri sudah menjelaskan, memang untuk ini kita berkeinginan untuk mencabut dengan undang- undang ini jadi itu posisinya bukan dihilangkan hanya ditunda.

KETUA RAPAT :

Baik Saudara-saudara dapat kita sepakati masalah ini kita tunda, tidak berarti bahwa apa yang sudah kita sepakati jadi ditunda dan apa yang dibahas pada Pansus mengenai hal ini tetap dalam rumusan kita perubahan atas Pasal 70 menjadi Pasal 74 RUU ini.

Saudara-saudara dengan demikian saya kira kita bisa meninggalkan bagian mengingat ini dengan beberapa catatan yang dilakukan Timus beberapa yang ditunda pembicaraannya termasuk DIM Nomor 27 penempatannya yang mulai kita cari dan DIM Nomor 25 dan DIM Nomor 26 yang ditunda juga sambil membicarakan ini di Batang Tubuh.

Jadi Saudara-saudara, kecuali yang tadi saya sebutkan tadi dapat kita terima Saudara-saudara, kita setujui dengan demikian walaupun ada catatan-catatan dan perbaikan dan usaha untuk merumuskan lagi beberapa, menimbang dan mengingat sudah kita selesaikan dan sekarang kita bisa masuk pada ketentuan umum pasal demi pasal.

WAKIL KETUA RAPAT (DRS. FERRY MURSYIDAN BALDAN) :

J adi dalam hal ini Pak Effendy Choirie mendapat input dari Tim

Asistensi ada 63 DIM usulan Pemerintah yang sebetulnya substansinya

tidak berubah hanya perubahan redaksinya saja sejumlah 63 DIM ini

mulai dari DIM Nomor 14 sampai pada DIM. Nomor 427 kita periksa

satu persatu bahasanya saja kita di sini adalah untuk contoh saja yaitu

pada DIM Nomor 44 bisa kita lihat bunyi kalimatnya adalah

perumusannya tidak banyak berubah kemudian melengkapi redaksional

dan melengkapi rumusan banyak kalimat seperti itu sejumlah 63 DIM

sebelum kita sisir itu Pak Ketua.

(7)

KETUA RAPAT :

Jadi begitu terima kasih Pak Ferry yang disebutkan Tim Asistensi berasal dari Papua, mereka dan di sini dalam rangka membantu kami karena merupakan tugas mereka untuk memperlancar pekerjaan kita akan tetapi keputusan terakhir berpulang kepada kita dalam Rapat Kerja memilih mana yang terbaik DIM Nomor 28 mengenai judul ini sudah kita bahas cukup lama untuk itu saya minta persetujuan bersama yaitu dengan persetujuan bersama DPR RI memutuskan dst ... Disini Pemerintah mengajukan persetujuan bersama dengan DPR RI Presiden menyetujui teknik penyusunannya RUU ini diserahkan kepada Timus dan Legal Drafter.

Terima kasih Saudara-saudara kita setujui.dengan catatan sekarang kita masuk pada Ketentuan Umum.

(RAPAT SETUJU)

PEMERINTAH (MENDAGRI DAN OTONOMI DAERAH/

HARi SABARNO, S.IP., M.B.A., M.M.): INTERUPSI

Sebentar Bapak Pimpinan ada tawaran dari Pak Ferry bagaimana kalau sekarang kita skors <lulu nanti dilanjutkan malam Pukul 19.00 WIB.

KETUA RAPAT :

Bagaimana kita skors dan kita lanjutkan malam hari pukul 19.30 WIB tepat dengan demikian rapat saya skors terima kasih.

(RAPAT DISKORS) KETUA RAPAT :

Saudara-saudara skors saya cabut dan Rapat Kerja kembali kita lanjutkan menurut Tim Asistensi mereka mencatat 6 DIM usulan Pemerintah yang mengalami perubahan redaksi yang langsung ke Timus kalau memang yang dibaca Tim Asistensi itu benar, oleh karena itu mari kita uji, kita dahulukan wakil dari Pemerintah dapat kita setujui (Tok- Tok-Tok).

Kita mulai dari DIM Nomor 44 menurut catatan disini apakah menurut Tim dari Pemerintah cukup di Timus kan tadi ada usul dari Sdr.

Tommy dan Ibu Marthina bahwa DIM Nomor -;t.4 usul dari Pemerintah

yang diubah diterima dengan sedemikian rupa.

(8)

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY) :

Mungkin dapat dijelaskan istilah asal usul dan adat istiadat setempat yang menurut kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan istiadat masyarakat setempat yang diakui perlu dijelaskan.

PEMERINTAH (STAF AHLI MENDAGRl/DRS. SITUMORANG, M.Si):

Terima kasih Bapak Pimpinan yang kami hormati, usul Pemerintah

m1

sebenamya terminologi yang sudah digunakan di dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dimana terminologi ini juga dari unsur-unsurnya dimaksudkan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat otonom ciri-cirinya bahwa ia memiliki kewenangan mengatur kepentingan masyarakat setempat asal-usul atau adat istiadat masyarakat setempat harus dihargai di dalam sistem pemerintahan nasional

KETUA RAPAT :

Di sini asal-usul masyarakat setempat seperti yang ada pada penjelasan UUD 1945 penjelasan Pasal 18 bagaimana Pak Alex bisa terima, jadi karena dikutip dari undang-undang dan undang-undang itu masih berlaku sa:ya kira Pak Alex dan Saudara-saudara dapat menyetujui

(RAPAT SETUJU).

Sekarang kita ke DIM Nomor 45 Badan Musyawarah Kampung atau yang disebut dengan nama lain adalah sekumpulan orang yang membentuk satu kesatuan yang terdiri dari atas beberapa unsur di dalam kampung dstdan ini juga ada pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tetapi sangat terbatas pada waktu itu disepakati.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY):

Dirasa-rasa juga kurang konsisten antara DIM Nomor 44 dan DIM Nomor 45 kalau atau dengan nama lain dipakai tentunya harus dengan nama lain pada prinsipnya memang perlu disempurnakan karena di tempat konsep naskah ini kampung atau yang disebut nama lain mungkin ini

pe~:Iu

Timus tetapi tidak ada perubahan substansial karena ini banyak yang redaksional.

KETUA RAPAT :

Karena kutipan Pasal 18 dari penjelasan UUD 45 seperti yang

(9)

diungkapkan Pak Menteri kita serahkan ke Timus dapat disetujui.

(RAPAT SETUJU)

DIM Nomor 47 penyempumaan redaksional dan melengkapi, kalau mau lengkap masyarakat hukum adat itu istilah hukum adat yang berlaku resmi adat adalah kebiasaan yang dipenuhi dan dipatuhi, dipenuhi karena dilembagakan serta dipertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun menurun.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY) :

Di Pansus juga dipertanyakan Pak

Ketua~

apakah orang di luar masyarakat adat setempat menghormati dan mematuhi adat dari suatu masyarakat tertentu itu pertanyaan Pansus.

KETUA RAPAT :

Ada pepatah nenek moyang kita di mana di situ langit di pijak di situ langit di junjung, apakah itu menopang ini saya serahkan kepada Saudara-saudara sekalian.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY):

Pansus tidak mengatakan hanya pada masyarakat setempat, tetapi patut dihormati bukan saja oleh masyarakat setempat.

KETUA RAPAT :

Definisi masyarakat hukum adat juga ada, saya tidak begitu tahu, Pemerintah silakan Pak Budi.

PEMERINTAH (UNIVERSITAS INDONESIA/PROF. BUDI HARSONO):

Yang disebut dengan adat dan dimasukkan adat di sini adalah adat masyarakat setempat oleh karena banyak suku-suku, kalau kita sebut hukum adat itu hukum adat yang mana disitu, hukum adat masyarakat setempat itu yang dimaksudkan adat itu bahwa orang lain harus menghormati adat itu dengan sendirinya kalau dia masuk di situ dia harus menghormati adat setempat.

KETUA RAPAT :

Secara umum sudah dijawab Pak Budi bahwa beradat, walau orang

juga datang harus menghormati adat.

(10)

PEMERINTAH (UNIVERSITAS INDONESIA/PROF. BUDI HARSONO):

Ini ada masyarakat adat, ada masyarakat hukum adat disebut di dalam rancangan Pansus ini ada 9 kali, karena ada hubungannya dengan hak-hak yang mempunyai hak adalah masyarakat hukum adat kalau bicara mengenai masyarakat adat, adat dan hukum adat kan beda mempunyai definisi sendiri kalau adat ada sanksinya, kalau hukum adat sanksinya adalah sanksi hukum.

PEMERINTAH (MENDAGRI DAN OTONOMI DAERAH/

HARi SABARNO, S.IP., M.B.A., M.M.) :

Dari Pemerintah ini ingin dimaksud sebelum masuk ke DIM Nomor 48 yang menceritakan tentang masyarakat adat itu pada waktu berbicara adat sudah harus dikaitkan siapa yang mempertahankan itu masyarakat hukum adat setempat lalu ke bawah bisa bicara masyarakat adat karena DIM Nomor 48 dan DIM Nomor 49 atau g, r itu bisa dibalik setelah masyarakat adat lalu hukum adat baru berbicara masyarakat hukum adat jadi kalau mau urut seperti itu tetapi karena b, g, r sudah dirumuskan seperti itu kami Pemerintah juga berpendapat masih bisa di insert lagi bahwa pengertian adat itu hubungannya dengan masyarakat adat setempat hubungannya seperti apa harus bagaimana hukum adat itu sendiri dan bagaimana masyarakat hukum adat agar ketiga-tiganya jelas posisinya terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih saudara Menteri memang DIM Nomor 47 ini harus kita selesaikan mana yang akan kita pilih sebagai titik tolak yang dari Pansus menghendaki istilah dipatuhi sedangkan Pemerintah menghendaki istilah dipenuhi dan tadi menurut Saudara Alex dipertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun temurun ini tentunya kalau dipakai istilahnya masyarakat adat setempat pendatang harus menyesuaikan itu, saya kira ada 3 hal apa kita memakai istilah yang dipakai Pansus atau Pemerintah atau hanya perbedaan redaksional saja substansinya kita serahkan ke Timus.

F. KKI (DRS. ANTHONIUS RAHAIL):

Pak Ketua inikan menyangkut pengertian kita lihat apa yang

dirumuskan Pemerintah itu dapat kita terima pengertiannya tidak usah

ke Timus.

(11)

bahwa Kepala Daerah bertcinggung jawab kan itu, diperdebatkan kita juga kan sehingga keluarlah rumusan-rumusa.n yang mempertemukan dengan menghormati posisi masing-masing tanpa mencampuri justru kita membangun sehingga lewat rumusan ini. Sebetulnya semangat kita dengan polisi sudah begitu Pak.

F. TNl/POLRI (YAHYA SACAAWIRYA) :

Maksud saya begini Pak karena tadi itu dari DIM pertama Nomor 311 itu tugas keamanan kata keamanan diganti dengan Kepolisian, itu nanti ada klausul yang hilang. Tugas Kepolisian itu apa, makanya kalau di DIM Aceh dicantumkan di ayat berikutnya. Ayat berikutnya di DIM Aceh itu: Kepala Kepolisian Daerah Nanggroe Aceh Darussalam melaksanakan sebagaimana dimaksud dalam Ayat

(1)

di bidang keamanan.

Jadi ini ada penggabungan kalau di aslinya. Jadi kalau memangnya itu disetujui berarti mungkin perlu ada tambahan untuk memperjelas, apakah di DIM Nomor 311 ditambahkan atau bagaimana supaya tidak hilang.

ltu aja sementara, terima kasih.

F. PDKB (PROF. DR. ING. K. TUNGGUL SIRAIT) : INTERUPSI Saudara Ketua. Jadi kalau kita membaca pasal dengan baik, kita lihat juga penjelasannya. Jadi itu ada.

KETUA RAPAT :

Jadi di isi penjelasan itu yang berkaitan adalah bahwa yang dimaksud dengan tugas di bidang keamanan adalah meliputi semua kegiatan yang meliputi profesional Kepolisian dari mulai hal-hal bersifat preventif, represif non-yusticial dan represif pro-yusticial, gitu lho, penjelasan pasalnya. Kemudian kalau kebijakan yang dikoordinasikan dengan Gubemur Nanggroe Aceh Darussalam adalah kebijakan keamanan yang mencakup 4 aspek yaitu ketertiban, ketentraman masyarakat, perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat. Jadi betul-betul tidak mencampuri pada penegakan hukumnya gitu Pak. Jadi ketika itu memang itu yang saya lihat yang kita pahami kenapa coba meng adopt seperti itu. Silakan.

PEMERINTAH (STAF TNl/SUGIHARTO) :

Terima kasih Pak. Saya kira supaya kita tidak terlalu berpanjang-

panjang lebar. Kebetulan Pak Ketua adalah juga Ketua dari Nanggroe

(12)

nafasnya sama. Kalau di sinikan, nggak Bu ini justru mau disetujui semua Bu. Justru mau semua setuju kan gitu. Tadi pertanyaan polisi justru perbedaannya pada relokasi itu, tidak ada kata relokasi di Aceh, yang lain sama. Kalau dicek satu persatu sama artinya dari naskah RUU pertama adalah tugas keamanan pada Ayat ( 1) Pasal 45 diganti tu gas Kepolisian yang lain terns sampai Pasal 46 ayat (3) itu sama ya artinya di dalam persetujuan Gubemur bahkan ketika kira berdiskusi kita bahkan memberi ruang untuk Aceh ini ya saya bandingkan bahwa untuk diganti memang tanpa meminta persetujuan Gubemur. Namun dalam hal-hal tertentu Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh dapat memberi perimbangan kepada Kapolri untuk memberhentikan, dapat sifatnya seperti itu, jadi ini juga sudah mendalam gitu. Memang kita pisahkan pengangkatan dan pemberhentian ya Pak Tunggul ya kita waktu itu sudah. Kalau bisa disetujui berarti sudah sampai Pasal 46 ayat (3). Ayat (4) nya ini adalah saya kira sama ini Pak sebetulnya dan relokasi satuan-satuan Kepolisian Negara RI di Provinsi Papua setelah mendapat persetujuan Gubemur, kalau untuk Aceh pada penempatannya adalah menggambarkan dengan memperhatikan sistem hukum, budaya, adat istiadat dan daerah penugasan.

Sebetulnya sama ini jiwanya sama kalau saya baca intinya.

F. TNJJPOLRI (YAHYA SACAAWIRYA):

Ada sedikit Pak yang DIM Nomor 311, kalau nanti kata keamanan diganti dengan kata Kepolisian berarti hams ada tambahan satu ayat yang menjelaskan tugas Kepolisian itu apa, karena di dalam pasal itu. Itu terjadi penggabungan tugas Kepolisian itu keamanan. Contoh Aceh, Aceh itu gini tugas Kepolisian dilaksanakan oleh Kepolisian Daerah dan seterusnya. Kepala kepolisian bertanggung jawab terhadap bidang keamanan jadi 2.

KETUA RAPAT :

Jadi saya langsung potong saja. Jadi begini, artinya kita membahas

itu, itu kita lihat bahwa ada tugas-tugas penegakan hukum yang tidak

dicampuri oleh polisi, jadi pada tugas keamanan saja, tapi secara

menyeluruh kita kunci dulu bahwa tugas Kepolisian ini adalah bagian

dari tugas Kepolisian Negara RI di Papua. itu kuncinya. Ketika kita mem

back mind kita tidak mencantumkan itu tugas penegakan hukum tidak

bisa kita campuri memang tidak bisa oleh Gubef!Iur, keamanan berkaitan

dengan bahwa di Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 itu menyebutkan

(13)

perlu ke depan itu seseorang yang menjadi itu harus punya brevet katakanlah semacam brevet bahwa dia itu pengalaman bekerja di daerah tertentu sekian tahun, mungkin sewaktu-waktu dia pindah tapi kemudian dia mempunyai pengalaman di tempat lain lalu tiba-tiba dia memenuhi syarat untuk jadi Kapolda, mungkin orang seperti itulah yang dipromosikan kembali ke daerah itu sehingga dia menjadi lebihfamiliar.

Jadi itu saja Pak Ketua.

Jadi saya kira ada DIM-DIM yang tidak perlu yang diusulkan dihapus saya kira DIM Nomor 323 itu saya kira masih relevan untuk masuk di sini kareha ini pengalaman kita sampai hari ini di Papua masih seperti itu. Penembakan massal penembakan aja akhirnya dia datang tidak kenal daerah, semua rakyat di situ dia anggap musuh. Jadi DIM Nomor 321 . ini pun sebenarnya penting karena kita ingin polisi yang betul-betul menguasai kondisi daerah, jadi ada usul menghapus DIM Nomor 320 sampai DIM Nomor 324 saya kira ada DIM yang masih bisa kita pertahankan di sini sehingga kita punya polisi yang ahli Papua, ada polisi yang ahli Aceh, ada polisi yang bisa jadi seorang generalis tapi dia tidak mengerti masalah-masalah karena masalah-masalah Kepolisian bukan sekedar menjaga supaya jangan ada orang merampok tapi membina ketertiban dan Keamanan dalam masyarakat dalam arti yang luas. Berarti yang menguasai kultur yang menguasai macam-macam sehingga dia akan melakukan pendekatan yang komprehensif sehingga masalah- masalah keamanan itu tidak perlu harus dengan bedil tapi mungkin bicara saja orang sudah mengerti. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Jadi saya kira kita batasi <lulu ya dua ini dan saya kira ini supaya cepat. Begini dari Pemerintah.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY) : INTERUPSI

Ketua, sebelum itu Pak Morin, mungkin DIM Nomor 311 sebagaimana dijelaskan oleh pihak Pemerintah mungkin kami tidak terlalu keberatan.

KETUA RAPAT:

Jadi saya kira kalau saya Pimpinan meminta supaya kita meng adopt

saja penuh dari Nanggroe karena dan nanti yang kita diskusikan sedikit

adalah soal Pasal 46 ayat (4), yang masalah relokasi yang sebetulnya

(14)

kita tidak membandingkan tetapi bahwa polisi itu mempunyai wibawa luar biasa dan dihormati. Kalau ada pembunuhan di sebuah desa Kepala Desa cukup menancapkan bendera Belanda sebagai simbol bahwa Pemerintah mengambil over persoalan, datanglah dua orang polisi dan membawa orang itu bawa ke tempat tahanan lalu diurus. Jadi polisi itu menjadi tangan Pemerintah yang betul-betul menegakkan hukum dan sebagainya sehingga kita ingin bahwa kita mengembalikan citra, citra polisi yang selalu melindungi rakyat. Jadi di dalam pasal-pasal yang dirumuskan ini, memberikan peluang untuk bagaimana ke depan Kepolisian di daerah itu kita memberikan peran yang lebih dekat kepada rakyat sehingga tidak terjadi dikotomi bahwa rakyat berhadapan dengan polisi tapi rakyat bersama-sama dengan polisi bagaimana menegakkan ketertiban dan sebagainya.

Kemudian soal relokasi, ini ada pengalaman beberapa waktu yang lalu rakyat Irian menolak satuan Brimob yang kemudian dikirim kembali karena datang dan menganggap seakan-akan daerah itu dalam keadaan perang. Kemudian ada anggota Brimob wah kita mendapat briefing di Jakarta seakan-akan kita datang ke Papua itu untuk berperang. Jadi hal- hal seperti ini memang ke depan hams kita mulai hindari. Jadi tiba-tiba satuannya baru sama sekali tidak memahami kondisi daerah itu sama sekali tidak memahami adat istiadat tiba-tiba dia datang dan terjadi ekses- ekses yang bukan menyelesaikan persoalan tapi menimbulkan persoalan- persoalan baru. Nah hal-hal seperti inilah makanya di sini soal relokasi.

Mari kita bicarakan hal ini sehingga ada pertimbangan mengenai ya di situ harus kalau perlu mereka diberi seminggu apa yang mestinya dia pahami mengenai cara pendekatan terhadap masyarakat di situ. Yang selama ini kita rasakan bahwa tidak ada sikap ya kadang-kadang satuan yang sudah lama bertugas, sudah lama memahami kondisi tapi kondisi yang mereka sudah bangun jadi baik bisa terjadi satuan baru yang drop sama sekali dari satu daerah lain, dia merusak semua yang sudah dibangun oleh satuan yang sudah bertugas sekian lama. Jadi saya kira apa yang sudah ada di Aceh yang bisa kita adopt, kita adopt saja, kemudian hal baru yang mungkin baru sama sekali yang belum ada di Aceh ya mari kita bicarakan.

Kemudian mengenai Pasal 46 ayat (4) yang tadi itu. Perimbangan

ini wajar sehingga ya menghindari hal-hal seperti tadi yang saya katakan

itu. Jadi soal persetujuan ini bukan berarti mengambil alih hak prerogatif

dari Kapolri tetapi juga ada kaitannya dulu dengan promosi bahkan kalau

(15)

kepada putra daerah, di ayat-ayat yang kami susun Pansus itu jelas ingin memberikan prioritas kepada putra-putra daerah, itu hal yang kedua.

Nah soal yang ketiga adalah soal relokasi satuan-satuan tugas. ltu juga kami ingin supaya itu menjadi mendapat persetujuan Gubernur.

Yang terjadi selama ini mengapa? Sebab kadang-kadang penempatan- penempatan itu juga ya itu terjadi karena sistem semuanya sentralisasi, tidak ada kontrol dari masyarakat, tak ada input yang masuk dari masyarakat, tidak ada pertimbangan-pertimbangan yang diberikan, semuanya berdasarkan kebijakan di Jakarta sehingga selalu terjadi soal di daerah. Dalam rangka itu maka kami ingin supaya soal relokasi satuan- satuan itu hams juga dengan persetujuan Gubernur. Gubernur yang tahu persis bahwa di daerah ini dibutuhkan satuan baru, Gubernur yang tahu persis bahwa di daerah ini dibutuhkan satuan tambahan. Gubernur yang tahu pasti bahwa satuan dari daerah A mau dipindahkan ke Papua itu cocok atau tidak. Ini juga sering soal Pak. Sering ada satuan dari daerah- daerah tertentu itu nggak pas persis di daerah itu bahkan dianggap orang asing di daerah itu. Nah kita mau polisi kita ini akrab, dia bagian dari masyarakat, ini prinsipnya dulu. Supaya dia tidak dianggap orang asing apalagi dia dianggap "musuh", nah itu juga justru soal. Jadi kira mulai awalnya itu dengan satu paradigma berpikir yang baru polisi ini bagian dari masyarakat supaya fungsi pelayanan jalan fungsi penegakan hukum jalan optimal, fungsi ketertiban keamanan masyarakat itu juga jalan sebagaimana mestinya. Saya kira dasar-dasarnya cuma di situ, itu yang kemudian kami tuangkan di dalam ayat-ayat dari dua pasal ini. Sementara itu Pak Ketua, teman-teman lain mungkin akan tambahkan. Terima Kasih.

F. PG (DRS. SIMON PATRICE MORIN) :

Terima kasih Pimpinan Rapat, Bapak-bapak dari pihak Pemerintah dan khususnya dari Kepolisian Negara RI.

Kalau di Aceh itu menggunakan persetujuan Gubernur, apa salahnya

di undang-undung ini juga kita gunakan itu sebab bisa saja terjadi begini,

ada orang yang berkarier di daerah dia sudah mempunyai pengalaman di

daerah itu sebenarnya orang itu bisa dipromosikan, bisa dipertimbangkan

untuk dipromosikan. Tiba-tiba dia setengah mati di daerah mempersiapkan

diri memahami kondisi-kondisi di daerah itu tiba-tiba didrop orang yang

baru sama sekali. Nah ini mungkin juga suatu cara untuk mempromosi

perwira-perwira polisi yang betul-betul berprestasi dan mengenal daerah

dan sudah diterima oleh masyarakat. Ini pengalaman kita di masa lampau.

(16)

informasi yang tertutup, sudah terbuka itu informasi. Kita mau akhiri ini semua, kita juga tidak mau sehingga seorang pemimpin polisi di daerah itu tidak well accepted oleh masyarakatnya. Kita mesti tiru polisi-polisi di negara lain yang begitu akrab, dihormati, dihargai dan dia dianggap bagian dari masyarakat. Jadi kontrol anytime oleh masyarakat, akuntabilitasnya kepada masyarakat juga jalan. Nah supaya dia well accepted oleh masyarakat seluruhnya yang dalam hal ini direpresentasi oleh Kepala Daerah/Gubemur maka kita ingin supaya pengangkatan Kapolda di provinsi ini dengan persetujuan Gubemur, tentu Gubemur juga akan minta persetujuan DPRP atau MRP dan sebagainya. Bahwa perlu ada seorang Kapolda di sana iya. ltu sudah jelas di situ. Bahwa polisi di sana bagian dari kesatuan NKRI, iya, itu tidak bisa ditawar- tawar, itu sudah tidak ada problem. Tapi siapa orangnya saya kira dengan pertimbangan-pertimbangan tadi kami ingin supaya dia well acccepted, dia diterima di daerah itu, dia harus melalui persetujuan Gubemur, tentu ada mekanisme persetujuan Gubemur itu melalui pertimbangan DPRP atau MRP dan seterusnya, tapi sebenamya dasamya itu.

Yang kedua, nanti butir-butir yang lain disampaikan oleh teman- teman, salah satu yang ingin kami juga ingin muat di bagian Kepolisian di sini, ini juga berdasarkan fakta bukan trauma ini. Kita setuju trauma selalu harus tidak boleh jadi trauma tapi pengalaman masa lalu kan harus kita akhiri dan memulai sesuatu yang lebih barn dan lebih maju, kan prinsipnya di situ supaya tidak menjadi batu sandungan ke depan.

Oleh sebab itu salah satu hal lagi yang ingin dimuat oleh Pansus di bagian Kepolisian ini adalah fakta yang ada menunjukkan bahwa banyak putra daerah asli itu tidak menempati, tidak mendapat kesempatan, tidak diberikan prioritas untuk menempati posisi-posisi penting di lembaga/

institusi ini. Oleh sebab itu kalau diperhatikan beberapa ayat di sini, itu

dikatakan untuk memberikan prioritas kepada putra-putra daerah untuk

juga dipromosi, sekali-kali kan kita ingin juga seorang kapolda itu putra

daerah kemudian dipromosi menjadi suatu waktu siapa tahu Kapolri bisa

dari Papua kan bagus itu. Nah itu juga termuat dalam beberapa ayat dari

Pasal 45 dan Pasal 46. Sedangkan usulan dari Pemerintah itu kan hanya

dikatakan misalnya di Ayat (7) usulan Pemerintah seleksi untuk menjadi

perwira, bintara dan tamtama Kepolisian Negara RI di Provinsi lrian

Jaya atau Papua dilaksanakan oleh Kepolisian Daerah Provinsi Irian

Jaya (Papua) dengan memperhatikan sistem hukum, budaya, adat, sejarah

dan kebiasaan Gubemur. Nah ini tidak otomatis memberikan prioritas

(17)

lagi menjadi Kapolda di daerah ini. Tapi Pansus tidak masuk sampai di situ, soal pemberhentian kami tidak singgung, kami lepas itu. Tapi kalau soal pengangkatan kami mau itu tetap dengan persetujuan Gubernur.

Sebab Gubernur yang tahu persis kira-kira dari calon-calon yang mau ditempatkan itu ini pas atau tidak, ini cocok atau tidak dengan situasi daerah dengan kondisi daerah, dengan adat istiadat daerah dan seterusnya.

Sebab kalau tidak, daerah hanya menerima dropping-dropping dari pusat dan itu yang terjadi selama ini. Kita mau akhiri itu. Oleh sebab itu kami melepas soal pemberhentian, itu kami tidak singgung tapi kalau soal pengangkatan kami minta supaya itu tetap dengan persetujuan Gubernur sebab kalau tidak maka dropping itu berjalan terns. Saya kira di Aceh juga dengan persetujuan.

Kita juga tahu kadang-kadang, maaf mungkin tidak semua, tapi kita

juga tidak mau seorang Kapolda di daerah itu bisa juga terjadi itu ya

pembuangan. Kita mewakili Kapolda di Provinsi Papua betul-betul

mampu, memimpin fungsi Kepolisian di daerah itu. Bukan karena

pembuangan, bukan karena untuk dipersiapkan untuk mutasi, bukan

dipersiapkan untuk promosi dan seterusnya sebab kadang-kadang kita

nggak tahu ukuran mernprornosi seorang perwira ke atas itu kadang-

kadang kita yang di luar sistem itu sendiri nggak rnengerti. Tentu ada

subyektivitas di dalam lembaga itu sendiri. Apakah menindak rakyat

dengan tegas itu cocok untuk dipromosi atau justru tidak bisa dipromosi

itu masyarakat umum tidak bisa mencampuri beleid di dalam lembaga

itu. Nah oleh sebab itu kita tidak rnau bahwa di Papua ini itu hanya

dropping-dropping, bisa karena rnutasi, bisa karena pembuangan, bisa

karena dipersiapkan untuk prornosi ke tingkat yang atas. Dan alasan

promosi juga itu kita nggak pernah tahu, saya kira Komisi I mungkin

yang tahu itu. Komisi II kami juga sampai selama ini kami belum pernah

tahu walaupun berkali-kali. Kita coba tanya tapi belum pernah secara

gamblang kita tahu. Memang selama ini dikatakan ya karena prestasi

apa segala macam. Tapi ketika proses itu terjadi di dalam dan pengambilan

keputusan dilakukan kita nggak pernah tahu, masyarakat tidak pernah

tahu. Norma-norma umum memang dikemukakan tetapi proses orang

perorang kita tidak pemah tahu. Oleh sebab itu maka Pansus menganggap

bahwa untuk pengangkatan seorang Kapolda di Provinsi Papua, ini juga

karena bukan tanpa soal, karena selama ini kita tahu banyak kasus yang

terjadi terakhir ini kan kasus Wasiyor, itu saya kira internet sudah ke

mana-mana itu tapi kita nggak bisa tutup itu sebagai sesuatu yang

(18)

sekalian, lbu-ibu, Bapak-bapak khususnya Bapak-bapak/lbu-ibu dari pihak Pemerintah khususnya dari pihak Polri. Pertama menyangkut pemberhentian dan pengangkatan seorang Kapolda. Kalau di sini dikatakan pengangkatan seorang Kapolda, itu hanya dengan memperhatikan pertimbangan Gubemur, itu kami menganggap itu relatif.

Kalau kemarin dikatakan bahwa ini hanya untuk memperhalus pengertian kami kira, karena ini bahasa undang-undang, hams eksplisit disebutkan.

Say a menganggap kalau tanpa persetujuan Gubemur, itu kita tahu banyak kasus di daerah ini dan itu banyak sekali menyangkut pihak Polri. Nah oleh sebab itu, kita ubah sedikit pola yang lama, jadi kalau pola yang lama: itukan daerah itu atau aspirasi atau pertimbangan-pertimbangan dari daerah itu kan sering di by pass saja sehingga daerah itu hanya menerima apa saja yang diputuskan oleh Pusat, didrop oleh Pusat tanpa memperhatikan aspirasi dari daerah. Persoalannya adalah kalau hanya memperhatikan pertimbangan Gubemur siapa bisa memberikan jaminan memberikan garansi bahwa pertimbangan Gubemur itu diperhatikan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Artinya persetujuan Pansus oleh sebab itu sadar bahwa kalau soal pemberhentian itu memang Gubemur tidak campur, itu aja sistemnya. Jadi itu ada pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Tapi untuk pengangkatan, saya nggaktahu sekarang ini Pansus polisi sedang dibahas, di Undang-Undang Polisi saya nggak tahu itu masuk atau tidak karena kita konsentrasi di sini. Waktu itu sedang diusulkan supaya kita juga ambil model-model dari beberapa negara- negara lain yang relatif lebih maju. Nah itu di negara-negara lain itu kontrol masyarakat itu sangat kuat sebab pada dasamya memang polisi itu sipil. Kontrol masyarakat itu di negara-negara lain sangat kuat bahkan ada lembaga atau badan yang sekarang coba di adopt di Undang-Undang Polisi yang barn Dewan Kepolisian Nasional atau apa itu, itu pada tingkat Nasional bahkan diusahakan tingkat daerah, Komisi Nasional Kepolisian.

Saya sendiri belum tahu apakah itu masuk di undang-undang yang

bam, tapi prinsip bahwa masyarakat itu hams mengontrol pelaksanaan

tugas Kepolisian itu iya. Dan kalau itu masuk di undang-undang yang

bam Polri, saya kira itu kemajuan yang luar biasa. Nah dalam rangka itu

maka kami menganggap dalam rangka kontrol masyarakat itu bahkan

mungkin di undang-undang yang barn itu masyarakat boleh mengajukan

keberatan terhadap seorang Kepala Polisi yang dianggap katakan kasamya

itu tidak becus, misalnya seorang Kapolda bikin kasus dan sebagainya

itu. ltu masyarakat boleh mengatakan you hams berhenti, tidak boleh

(19)

karena itu untuk Kapolda pun kita harapkan ini bisa hanya dengan memperhatikan pertimbangan dari Gubemur.

Selanjutnya untuk Pasal 46 : Pemberhentian Kepala Kepolisian Daerah Papua dilakukan oleh Kepala Kepolisian Negara RI tanpa pertimbangan Gubemur. Ini mengingat memang bagaimanapun juga untuk pemberhentiannya, ini demi kepentingan karir yang bersangkutan maupun untuk kepentingan keamanan sehingga untuk pemberhentiannya ini langsung oleh Kepala Kepolisian RI. Kemudian mengenai seleksi, seleksi untuk menjadi perwira atau bintara dan tamtama Kepolisian Negara RI di Provinsi Papua dilaksanakan oleh Kepala Kepolisian Daerah Papua dengan memperhatikan sistem hukum, budaya, adat istiadat dan kebijaksanaan Gubemur. Ini mungkin yang lain-lainnya sama dengan ini.

Kemudian pendidikan dan pembinaan perwira Kepolisian Negara RI yang berasal dari Provinsi Papua dilaksanakan secara nasional oleh Kepolisian Negara RI, ini khusus untuk perwiranya. Kemudian penempatan perwira, bintara dan tamtama Kepolisian Negara RI dari luar provinsi Irian Jaya dilaksanakan atas keputusan Kepala Kepolisian Negara RI dengan memperhatikan sistem hukum, budaya dan adat istiadat di daerah penugasan. Saya kira itu yang menyangkut itu.

Selanjutnya dari konsep yang ada yang mungkin menjadi bahan pertimbangan juga bahwa yang menyangkut, untuk Pasal 46 Pak, DIM Nomor 323, 46 untuk DIM Nomor 323 ayat (4): Kepala Kepolisian Negara RI mengatur penempatan baru ataupun relokasi satuan-satuan Kepolisian Negara RI di Provinsi Papua setelah mendapat persetujuan Gubemur. Kemudian Ayat (5) nya: Tata cara pemberian persetujuan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud Ayat ( 4) diatur dalam Peraturan Daerah Khusus. Untuk dua ayat ini dari kami Pemerintah mengharapkan bahwa ini tidak perlu dicantumkan. Ini saya kira akan berkaitan juga dengan bidang pertahanan sehingga ada keleluasaan dalam Polri dalam rangka untuk penempatan maupun lokasi satuannya berdasarkan pertimbangan- pertimbangan keamanan dan dua ayat inipun dalam Undang-undang Nanggroe Aceh itu tidak ada. Demikian penjelasan dari kami dan terima kasih.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY) :

Terima kasih Saudara Pimpinan, Saudara Ketua, Saudara-saudara

(20)

Kami dari Kepolisian, masuk di sini DIM Nomor 311, tadi disebutkan oleh Pimpinan Sidang bahwa ini digariskan mungkin sama dengan Aceh, namun untuk Pasal 45 ayat (1) di situ disebutkan tugas keamanan sedangkan dalam Nanggroe Aceh itu adalah tugas Kepolisian. Jadi untuk Ayat (1) ini perlu diubah: Tugas Kepolisian dilaksanakan oleh Kepolisian daerah Papua sebagai bagian Kepolisian Negara RI. Jadi bukan tugas keamanan tapi tugas Kepolisian. Untuk diketahui bahwa tugas pokok Kepolisian itu mencakup 3 hal baik menyangkut masalah keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum dan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat. Oleh karena itu, supaya sama untuk Pimpinan Rapat bahwa ini diambil sama dengan Aceh, oleh karena itu untuk tugas keamanan ini ganti menjadi tugas Kepolisian, itu yang pertama Pak.

Bisa diterima Pak?

Kami lanjutkan untuk Ayat (2) Kepala Kepolisian Daerah, usulan kami yaitu : Kepala Kepolisian Daerah Papua memimpin pelaksanaan kebijakan teknis Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dalam memelihara keamanan, itu yang kedua.

Kemudian ayat yang ke 3 : Dalam menentukan kebijakan keamanan daerah Provinsi Papua, dikoordinasikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Papua pada Gubernur. Selanjutnya ada saran tambahan ayat ini yaitu hal-hal yang mengenai tugas Kepolisian sebagaimana dimaksud pada Ayat ( 1) di bidang penegakan peraturan daerah termasuk pembiayaannya yang diakibatkan diatur lebih lanjut dalam Perda.

Selanjutnya Ayat (4) yang merupakan jabaran dari Ayat (6) pada usulan dari Panja: Kepala Kepolisian Daerah Papua bertanggung jawab pada Kepala Kepolisian RI. Jadi kita singkat di situ Pak, jadi tidak ditambahkan dengan masalah pembinaan dan sebagainya, jadi kita cukupkan Kepala Kepolisian Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Kepolisian Negara RI.

Kemudian yang kelima: Pengangkatan Kepala Kepolisian Daerah

Papua dilakukan oleh Kepala Kepolisian Negara RI dengan

memperhatikan pertimbangan Gubernur, ini mungkin dari konsep yang

ada dengan persetujuan tapi pihak kami mengharapkan kalau bisa lebih

diperlunak menjadi memperhatikan pertimbangan Gubernur karena

bagaimanapun juga masalah ini adalah merupakan prerogatif Kapolri

dan kita tahu bersama bahwa Menteri sendiri pun tidak hams meminta

pertimbangan tapi langsung merupakan prerogatif dari Presiden. Oleh

(21)

Kemudian yang kedua, berkaitan dengan hari Sabtu ya, kalau bisa memang tidak terlalu sore begitu, itu permintaan kami, setengah hari.

Libur? Oh libur lebih bagus, ya kalau perlu besok sampai malam, nanti Sabtu libur baru nanti mulai hari Selasa begitu, saya kira bagus sekali, jadi kami usul baik Sabtu libur. Kemudian yang ketiga tentu berkaitan dengan materi yang akan kita bahas, mungkin sebenarnya kami ingin melanjutkan yang keuangan tapi Pak Mahfud belum datang, mungkin sore ini pertama kita melihat satu persatu diambil yang tercepat barangkali bisa diambil keputusan dan di sini juga ada tim lengkap dari Kepolisian, mungkin sore ini bisa kita ambil keputusan Kepolisian terutama juga kaitannya dengan kejaksaan. Kami masih menengok apa tim kejaksaan sudah hadir tapi saya kira karena tim Kepolisian lengkap kemudian juga Hankam juga lengkap jadi saya kira sore ini bisa terfokus. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya baik terima kasih. Saya kira untuk hari Sabtu itu nanti kita putuskan besok saja melihat tingkat perkembangan karena pada prinsipnya hari Sabtu tetap kita gunakan sebetulnya meskipun dengan variasi-variasi penggunaan waktunya, ada yang batas ini jangan sore, jangan dan sebagainya, jangan sampai jam berapa dan itu. Kalau ditanya Pak Dirjen ya Pak Sudarsono khususnya dia adalah dari mazhab atau dari aliran yang tidak setuju hari Sabtu berapat itu, itu Pak Darsono itu. Jadi aliran yang tidak setuju untuk rapat pada hari Sabtu. Baik, Bapak lbu sekalian, kita akan mulai pembahasannya karena tadi ada tawaran dari Pemerintah kebetulan pihak Kepolisian itu sudah hadir lengkap, maka kita akan mulai langsung saja pada masalah yang berkaitan dengan Kepolisian yakni pada halaman 19 kalau di bahan Panja itu. Jadi seperti tadi malam kita sudah mendengar argumen-argumen yang menyampaikan perlu juga menjadi kami mengulangi lagi bahwa pemahaman yang kita sampaikan dalam materi-materi di RUU ini adalah materi-materi yang sama persis dengan format Kepolisian di Undang-Undang Otonomi Khusus Aceh sehingga asumsi kita ketika menyusun ini kita tidak perlu lagi membahas terlalu panjang dan terlalu lama karena ini sudah sebuah policy yang dihasilkan ketika merumuskan juga dengan Pemerintah. ltu saja barangkali yang bisa saya sampaikan. Silakan Pemerintah untuk menyampaikan.

PEMERINTAH (IRJEN POLISl/SIAGIAN):

Pimpinan Rapat dan hadirin sekalian yang kami hormati.

(22)

F. TNUPOLRI (YAHYA SACAAWIRYA) :

Kalau saya Sabtu sore, kalau saya siang tarik napas. Terima kasih.

F. PBB (DRS. H.M. QASTHALANI, L.M.L):

Terima kasih. Saya tidak ikut masalah harinya lagi Pak ya, kapan kita tarik napas dan sebagainya barangkali itu sudah bagus. Cuma barangkali kita bertemu fikir mencari cara teknis sehingga pembahasan kita ini bisa agak ekonomis begitu, dengan lancar. Kalau bisa hal-hal yang sudah dicatat di sini sebagai kesepakatan Pansus dan Panja itu kita lewati saja lalu kita sambil menyisir kita lewati manakala bertemu hal- hal yang agak substansial betul dan ada krusialnya mari kita membahasnya tetapi dengan mohon maaf saya mempergunakan istilah ini, tidak lagi berlatar belakang untuk saling meyakinkan, tidak, tetapi untuk saling memberi alasan merasionilkan. J adi seperti kemarin umpamanya masalah 80 : 20 kita tidak bicara lagi secara emosional dan sentimentil tetapi kita ingin mencari alasan yang membuat itu menjadi rasional 80 : 20.

Mengenai lembaga-lembaga yang mungkin baru ditambah sebagai lembaga baru muncul begitu ya kita mencari bagaimana jalan untuk mendudukkannya secara proporsional. ltu sajalah barangkali sehingga alasan-alasan bisa singkat-singkat sajalah untuk membicarakan itu. Terima kasih Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Ya terima kasih. Silakan Pemerintah barangkali ada pikiran.

PEMERINTAH (DIRJEN PUOD/DR. IR. SUDARSONO H, M.A.) : Terima kasih Bapak Pimpinan. Pertama kami ingin menyampaikan permintaan persetujuan yang akan duduk di depan memimpin rombongan Pemerintah. Saya sendiri Sudarsono sebagai Dirjen Otonomi Daerah, Pak Situmorang sebagai staf ahli Menteri Dalam Negeri dan Pak Prof.

Gani, Dirjen Perundang-undangan dan nanti Pak Mahfud sebagai Dirjen

PKPD (Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah). Dalam banyak

kesempatan mohon diperkenankan kami sating tukar menukar tempat

duduk oleh karena kami pun harus juga mendampingi teman-teman di

Panitia Anggaran sehingga ada Pak Gani, Pak Situmorang atau ada Pak

Mahfud begitu. Itu permohonan kami mudah-mudahan dikabulkan Pak

Pimpinan.

(23)

dihadiri oleh 9 dari 10 fraksi dan tercatat di absensi adalah 15 dari 25 Anggota Panja maka dengan ini Rapat Panja saya nyatakan dibuka dan dapat dinyatakan tertutup untuk umum.

(RAPAT DIBUKA)

Bapak dan Ibu sekalian melihat di hadapan Bapak dan Ibu sekalian sudah ada bahan Panja yang memang disiapkan yang harus kita bahas yang merupakan lanjutan pembahasan dari apa yang sudah kita lakukan di tingkat Pansus kemarin. Dan dari beberapa masalah yang tertuang mungkin di sini masih tercatat adanya DIM, mungkin kalau Bapak/Ibu lihat penuangan tertulisnya sudah pada pasal-pasal. Jadi nggak sinkron misalnya kalau baca MRP halaman 6 itu di atas MRP yaitu DIM Nomor 38, DIM Nomor 83, DIM Nomor 90 sampai DIM Nomor 93 itu catatannya tapi Bapak lihat ke belakang itu sudah tidak ada lagi. Jadi saya kira tetap yang untuk bahan ricek kita, juga Bapak-bapak diharapkan tetap memegang bahan DIM sehingga kita bisa lihat langsung materinya karena penuangannya masih beberapa yang membuat harusnya penuangannya adalah pada Pasal 7 sampai Pasal 11 di halaman 10 misalnya untuk point g, ini. Itu contohnya barangkali untuk melengkapi supaya tidak mencari-cari karena sebentar lagi kita mencari DIM-DIM di bahan Panja ini karena itu sudah ada di dalam penuangan yang ada di DIM yang kemarin kita sudah selesaikan pada tingkat Rapat Kerja.

Baik, saya tentu mau minta persetujuan untuk kita melihat mekanisme waktu yang tersedia untuk kita yakni tanggal 11, 12, 13, dan 16, empat hari, 11, 12 besok, 13 hari Sabtu, 16 hari Selasa, karena hari Senin libur, ya hari Minggu, Senin tidak digunakan sementara. Itu jadwal dengan perbandingan materi yang seperti ini barangkali ada saya minta 2 orang dari Panja dan dari pihak Pemerintah untuk memberi pandangan bagaimana sebaiknya kita melakukan proses supaya bisa memenuhi waktu yang ada. Ada pandangan barangkali? Ya silakan Pak Alex.

F. PDIP (ALEXANDER LITAAY):

Saya cuma usul saja Ketua, apapun mekanismenya apapun harinya yang penting Sabtu sore ke atas kita istirahat.

KETUA RAPAT :

Ini bukan usul, ini barn aspirasi Pak Alex kategorinya. Silakan ada

yang ingin menyampaikan, silakan Pak Yahya.

Referensi

Dokumen terkait

differences and accumulated fiscal losses to the extent that it is probable that taxable profit will be available in future years against which the deductible temporary

1) Proses pembelajaran dirasakan sangat bermakna karena dalam setiap proses pembelajaran sebelumnya dilakukan perencanaan dengan melibatkan pihak pengelola dengan

Dari beberapa materi ada 3 materi sampai dengan tadi pukul 18.30 Panja menyelesaikan rapatnya belum tertuntaskan di tingkat Panja yakni yang berkaitan dengan posisi atau

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua sebagaimana telah

Pasal 12 Ayat (2), yang kemarin sore juga kita bicarakan, kita kaitkan dengan Pasal 14 Ayat (2), yaitu yang mengandung usulan mengenai tambahan kata-kata yang

Disitulah yang sebenarnya kami usulkan atau suatu alternatif memberi kesempatan yang sama bagi penanam modal asing dan bagi penanam modal dalam negeri dengan tetap

Kalau pembicara kedua nanti memang tidak datang, maka kita akan mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk diskusi, saya kira.. Namun sebelumnya saya akan sedikit berkomentar

Ini saya juga jadi bingung, kita kan permasalah di Panja ini, kemasalah kelembagaan, kita juga sudah berdebat kenapa perlu ada &#34;lembaga&#34;, sampai