• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI DESA JETAK Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI DESA JETAK Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI DESA JETAK

KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

MAHAYU ARIANTI J 210.090.044

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN

MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI DI DESA JETAK

KECAMATAN SIDOHARJO SRAGEN

Mahayu Arianti

Winarsih Nur Ambarwati, S.kep., Ns, ETN. M.Kep. Ambarwati, S. Pd, M. Si

Abstrak

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) kurang dari 6 bulan dapat menimbulkan risiko diare, dehidrasi, produksi ASI menurun dan alergi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Jenis penelitian adalah survei observasional menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berumur 1-6 bulan di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, yaitu 62 ibu. Penelitian ini menggunakan rumus besaran sampel sebanyak 43 ibu dengan teknik pengambilan sampel proporsional random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu dan dukungan keluarga. Penelitian ini menggunakan uji

kolmogorov smirnov untuk menganalisis tingkat pengetahuan ibu dan uji fisher’s

exact untuk menganalisis faktor status pekerjaan dan dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden memiliki pengetahuan cukup 30 orang (69,8%), 29 orang (67,4%) responden bekerja dan 39 orang (90,7%) mendapat dukungan keluarga untuk memberikan MP-ASI. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu (p= 0,02 ≤ α= 1,521) dan dukungan keluarga (p= 0,0001 ≤ α= 0,05) dengan pemberian MP-ASI pada bayi. Sedangkan status pekerjaan ibu (p= 0,296 > α= 0,05) tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemberian MP-ASI pada bayi.

(4)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 2

FACTORS ASSOCIATED WITH COMPLEMENTARY FEEDING IN INFANTS IN RURAL DISTRICTS JETAK SIDOHARJO SRAGEN

By : Mahayu Arianti

Abstract

Complementary feeding are not timely can lead to things that harm, if it is too early (less than 6 months) can pose a risk of diarrhea, dehydration, decreased milk production and allergies. The purpose of this study was to determine the factors associated with the provision of complementary feeding in infants. This type of research was a observational survey by using a cross-sectional approach. The population in this study were all mothers with infants aged 1-6 months in Jetak Village, District Sidoharjo, Sragen, as many as 62 mothers. This study used a sample size formula as much as 43 mothers with a proportional random sampling. Research instrument that was used questionnaires of maternal knowledge level, employment status of the mother and family support . This study used the Kolmogorov Smirnov test to analyze the mother's level of knowledge and Fisher 's exact test to analyze the status of the work and support the family. The results showed more respondents had sufficient knowledge of 30 people (69.8 %), 29 people (67.4 %) of respondents worked and as many as 39 people ( 90.7 %) of respondents received support from the family to give complementary feeding. The conclusion is that there are a significant relationship between the level of mother's knowledge (p= 0,02 ≤ α= 1,521) and support families (p= 0,001 ≤ α= 0,05) and providing complementary feeding in infants. While there is not employment status of the mother (p= 0,296 > α= 0,05) no significant association with the provision of complementary feeding in infants.

(5)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 3 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan pertama bayi yang memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat sangat besar untuk jangka panjang. Kandungan zat gizi ASI yang sempurna membuat bayi tidak akan mengalami kekurangan gizi.

Dilaporkan dalam beberapa studi, WHO telah merekomendasikan bahwa bayi harus secara eksklusif mendapat ASI pada usia 6 bulan pertama, dengan pengenalan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai umur, dan terus memberikan ASI selama 2 tahun (Kalanda, et al., 2006).

Terlalu dini memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) akan menyebabkan pemenuhan kebutuhan ASI bayi berkurang. Sebaliknya, bila terlambat akan sulit mengembangkan keterampilan makan, seperti menggigit, mengunyah, tidak menyukai makanan padat, dan kekurangan gizi penting (Arief, 2009).

Banyak orang tua menganggap bahwa kebutuhan nutrisi bayi tidak cukup hanya dengan ASI, sehingga bayi perlu diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berupa susu atau makanan padat yang lain pada kalangan orang tua sudah menjadi hal yang biasa, dengan berbagai alasan yang diberikan seperti ASI yang keluar sedikit, kesibukan ibu, kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, hemat waktu dan tergiur dengan kandungan susu formula yang ditawar-kan. Kebanyakan orangtua menilai pemberian susu formula setara dengan ASI dan dapat mencukupi kebutuhan gizi sang bayi (Orzy, 2008).

Banyak sikap yang berkembang di masyarakat yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi mereka dalam periode 6 bulan pertama sehingga memberikan makanan pendamping ASI secara dini. Hal ini akan mengganggu pertambahan berat badan bayi (IDAI, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 ibu yang dilakukan peneliti di salah satu posyandu yang berada di Desa Jetak, terdapat 6 ibu memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini, dan 4 ibu memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Faktor-faktor yang Berhu-bungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi di Desa

Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen”

Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhu-bungan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi.

LANDASAN TEORI Makanan Pendamping ASI

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan per-alihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi (Proverawati dan Kusumawati, 2011).

(6)

mem-Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 4 beratkan kinerja pencernaan dan ginjal

bayi. Selain itu, usus bayi belum dapat menyaring protein dalam jumlah besar, sehingga dapat menimbulkan reaksi batuk, diare, kolik, dan alergi (Arief, 2009).

Tujuan pemberian makanan tambahan menurut Marimbi (2010) adalah: Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengem-bangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makanan Pendamping ASI

a. Faktor predisposisi

Tingkat pendidikan, Ibu yang berpendidikan, lebih banyak meng-akses fasilitas kesehatan baik sarana maupun prasarana kesehatan diban-dingkan ibu yang kurang berpen-didikan (Maritalia, 2013).

Tingkat pengetahuan, Kurang-nya pengetahuan ibu tentang ma-kanan yang tepat pada bayi usia dini (< 6 bulan) dapat menyebabkan terjadi masalah gizi pada bayi (Tirtawinata, 2006).

Status pekerjaan, Ibu menyu-sui yang bekerja masih tetap bisa memberikan ASI untuk bayinya dengan cara memompa ASI dan menampungnya di tempat yang steril kemudian membawanya pulang un-tuk diberikan kepada bayi-nya. Jadi bekerja bukan alasan untuk tidak menyusui dan beralih ke susu botol atau pemberian makanan secara dini pada bayi (Chumbley, 2006).

b. Faktor pendukung

Dukungan Keluarga sebagai pengambil keputusan yang terletak kepada suami, orangtua maupun mertua, hal ini sudah menjadi tradisi, bahwa segala sesuatu harus dengan pendapat dan persetujuan suami atau yang berkuasa di rumah. Sehingga hal ini dapat mempe-ngaruhi seorang ibu untuk mem-berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) secara dini pada bayinya (Nugroho, 2011).

Kebiasaan yang keliru di masyarakat dalam pemberian MP-ASI dan makanan padat yang terlalu dini tidak dianjurkan sebab pada bulan-bulan pertama bayi belum dapat menelan dengan baik. Selain itu zat-zat yang terkandung dalam makanan baru ini dapat menye-babkan alergi (Pudjiadi, 2003).

Petugas kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pende-katan yang baik maka pada umumnya ibu akan mematuhi nase-hat petugas kesenase-hatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat untuk ibu memberikan makanan tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini pada bayi (Maritalia, 2013).

METODE PENELITIAN Jenis dan Rancangan Penelitian

(7)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 5 pengukuran pada sekali waktu

(Hidayat, 2007).

Pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional random sampling yaitu cara pengambilannya dapat dilakukan secara undian, artinya setiap strata terwakili sesuai proporsinya (Hidayat, 2007).

Peneliti mengambil sampel ibu yang mempunyai bayi berumur 1–6 bulan secara cluster sampling, kemudian hasil populasi tiap dusun di undi menggunakan proporsional random sampling, sejumlah 43 responden.

Kriteria Inklusi

1) Ibu yang mempunyai bayi usia 1-6 bulan

2) Ibu yang menyusui bayinya

3) Ibu yang tinggal di wilayah Desa Jetak

Kriteria Eksklusi

1) Ibu yang sedang sakit

2) Ibu yang tidak berada dirumah atau sedang berpergian

3) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat pengetahuan, status pekerjaan dan dukungan keluarga.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Usia

Tabel 4.1 Distribusi Responden berda-sarkan Usia

Umur Frekuensi Persentase < 25 tahun

Tabel 4.1 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan umur. Diketahui bahwa responden sebagian besar berumur 25 – 30 tahun yaitu sebanyak 25 orang (58,1%) dan paling sedikit <25 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,0%).

2. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Responden berda-sarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase SMP

Tabel 4.2 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan pendidikan. Diketahui bahwa responden sebagian besar berpendidikan SMA yaitu seba-nyak 30 orang (69,8%) dan paling sedi-kit lulusan SMP yaitu 4 orang (9,3%).

3. Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Responden berda-sarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase IRT

Tabel 4.3 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan pekerjaan. Diketahui bahwa responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 orang (32,6%), dan paling sedikit PNS yaitu 4 orang (9,3%).

4. Jenis Kelamin Bayi

Tabel 4.4 Distribusi Responden berda-sarkan Jenis Kelamin Bayi Jenis Kelamin

(8)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 6

Tabel 4.4 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan jenis kelamin bayi. Diketahui bahwa res-ponden sebagian besar memiliki bayi laki-laki yaitu sebanyak 30 orang (69,8%), lebih banyak dari pada res-ponden yang memiliki bayi perempuan, yaitu 13 orang (30,2%).

Analisa Univariat 1. Pemberian MP-ASI

Tabel 4.5 Distribusi Responden berda-sarkan Pemberian MP-ASI Pemberian

MP-ASI Frekuensi Persentase Diberikan

Tabel 4.5 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan pemberian MP-ASI. Diketahui bahwa responden sebagian besar memberikan MP-ASI kepada bayinya yaitu sebanyak 30 orang (69,8%), lebih banyak daripada yang tidak memberikan.

2. Tingkat Pengetahuan tentang MP-ASI

Tabel 4.6 Distribusi Responden berda-sarkan Tingkat Pengetahuan tentang MP-ASI

Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik

Tabel 4.6 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang MP-ASI. Dike-tahui bahwa responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 30 orang (69,8%), dan paling sedikit berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (11,6%).

3. Status Pekerjaan

Tabel 4.7 Distribusi Responden berda-sarkan Status Pekerjaan Status

Pekerjaan Frekuensi Persentase Tidak Bekerja

Tabel 4.7 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan status pekerjaan. Diketahui bahwa responden sebagian besar bekerja yaitu sebanyak 29 orang (67,4%), lebih banyak daripada yang tidak bekerja yaitu 14 orang (32,6%).

4. Dukungan Keluarga

Tabel 4.8 Distribusi Responden berda-sarkan Dukungan Keluarga Dukungan

Keluarga Frekuensi Persentase Mendukung

Tabel 4.8 memperlihatkan distri-busi responden berdasarkan dukungan keluarga. Diketahui bahwa responden sebagian besar mendapat dukungan dari keluarga untuk memberikan MP-ASI yaitu sebanyak 39 orang (90,7%), dan paling sedikit yang tidak mendapat dukungan sebanyak 4 orang (9,3%).

Analisa Bivariat

1. Hubungan antara Tingkat Penge-tahuan tentang MP-ASI dengan Pemberian MP-ASI

(9)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 7 Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan

antara Tingkat Pengetahuan tentang MP-ASI dengan Pemberian MP-ASI

Diberikan Tidak

Diberikan p

Tabel 4.9 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI. Distribusi silang menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu semakin besar kemung-kinan untuk tidak memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan.

Pengujian statistik menghasilkan nilai signifikansi p = 0,020. Nilai p ≤ 0,05 berarti bahwa pada taraf ketelitian 5% korelasi antara kedua variabel signifikan (H0 ditolak, Ha diterima). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI.

2. Hubungan antara Status Pekerja-an dengPekerja-an PemberiPekerja-an MP-ASI

Distribusi silang responden berdasarkan status pekerjaan dan pemberian MP-ASI tidak memenuhi syarat penggunaan uji chi square. Oleh karena desain tabelnya 2 × 2 maka pengujian statistik dilakukan dengan uji fisher’s exact.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI

Status

Diberikan Tidak

Diberikan p

Tabel 4.10 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan pemberian MP-ASI. Distribusi silang menunjukkan bahwa baik ibu yang bekerja atau tidak bekerja sebagian besar tetap memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan.

Pengujian statistik menghasilkan nilai signifikansi p = 0,726. Nilai p > 0,05 berarti bahwa pada taraf ketelitian 5% korelasi antara kedua variabel tidak signifikan (H0 diterima, Ha ditolak). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian MP-ASI. Ibu bekerja atau tidak bekerja sebagian besar tetap memberikan MP-ASI kepada bayinya yang berumur 0 – 6 bulan.

3. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI

(10)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 8 Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan

antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI

Dukungan

Diberikan Tidak

Diberikan p

Tabel 4.11 memperlihatkan hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI. Distribusi silang menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga cenderung akan memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan.

Pengujian statistik menghasilkan nilai signifikansi p = 0,006. Nilai p ≤ 0,05 berarti bahwa pada taraf ketelitian 5% korelasi antara kedua variabel signifikan (H0 ditolak, Ha diterima). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI.

PEMBAHASAN Umur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden sudah berumur 25 tahun atau lebih yang menunjukkan bahwa para ibu menyusui primipara tersebut telah mencapai kede-wasaan termasuk dalam cara berpikir. Kedewasaan berpikir merupakan faktor positif untuk pengetahuan termasuk juga tentang MP-ASI. Dikemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain kognitif untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak tidak bekerja atau hanya berstatus ibu rumah tangga. Yang lain bekerja sebagai wiraswasta, buruh, atau PNS. Jenis pekerjaan mempengaruhi pengalaman yang kemudian mempengaruhi penge-tahuan. Dalam penelitian ini status pekerjaan dikategorikan dalam dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja sebagai faktor penentu tingkat kesibukan yang mempengaruhi pembe-rian MP-ASI.

Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden adalah lulusan SMA. Pendidikan orang tua merupakan faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak. Ibu yang berpendidikan, lebih banyak mengakses fasilitas kesehatan baik sarana maupun prasarana kesehatan dibandingkan ibu yang kurang berpendidikan (Maritalia, 2013).

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang MP-ASI dengan Pemberian MP-ASI kepada Bayi sebelum Umur 6 Bulan

Tingkat pengetahuan didefinisikan sebagai pemahaman ibu tentang seluk-beluk makanan pendamping ASI dari mulai pengertian, jenis dan saat pemberian makanan yang tepat pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup. Adapun mengenai pemberian MP-ASI diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan MP-ASI kepada bayinya.

(11)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 9 menyusui yang memiliki pengetahuan

lebih baik tentang MP-ASI cenderung tidak memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan.

Ibu menyusui yang memahami dengan baik tentang MP-ASI akan tahu kapan harus memberikan MP-ASI. Menurut Indiarti (2008) MP-ASI adalah makanan padat yang diberikan pada bayi mulai umur 6 bulan, dan pemberian ASI tetap diteruskan hingga bayi berusia 12-24 bulan. Definisi ini memberi petunjuk bahwa MP-ASI seharusnya tidak diberikan sebelum bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang MP-ASI tidak akan memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum berumur 6 bulan.

Mayoritas responden memiliki kemungkinan besar untuk tidak mengetahui waktu pemberian MP-ASI yang tepat. Hal inilah yang menyebab-kan mengapa sebagian besar responden memberikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan. Perilaku menyusui yang keliru ini dapat menyebabkan berbagai masalah gizi bayi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang makanan yang tepat pada bayi usia dini (kurang dari 6 bulan) dapat menyebabkan terjadi masalah gizi pada bayi (Tirtawinata, 2006).

Hubungan antara Status Pekerjaan dengan Pemberian MP-ASI kepada Bayi sebelum Umur 6 Bulan

Status pekerjaan yang dimaksud pada dasarnya adalah aktivitas sehari-hari ibu menyusui yang dilakukan di dalam (ibu rumah tangga) atau di luar rumah. Ibu yang bekerja (di luar rumah) akan memiliki waktu interaksi yang lebih sedikit dengan bayinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar bekerja. Distribusi silang menunjukkan bahwa baik ibu yang bekerja atau tidak

bekerja sebagian besar tetap membe-rikan MP-ASI kepada bayinya sebelum umur 6 bulan.

Pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian MP-ASI. Ibu yang bekerja atau tidak sebagian besar tetap memberikan MP-ASI kepada bayinya yang berumur 0 – 6 bulan. Kesimpulan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pekerjaan sebagai faktor predisposisi dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI (Suhardjo, 1999). Hal ini disebabkan terutama karena masalah kebiasaan. Kebiasaan yang keliru di masyarakat dalam pemberian MP-ASI dan makanan padat yang terlalu dini tidak dianjurkan sebab pada bulan-bulan pertama bayi belum dapat menelan dengan baik. Selain itu zat-zat yang terkandung dalam makanan baru ini dapat menyebabkan alergi (Pudjiadi, 2003).

(12)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 10 Hubungan antara Dukungan

Keluarga tentang MP-ASI dengan Pemberian MP-ASI kepada Bayi sebelum Umur 6 Bulan

Dukungan keluarga didefinisikan sebagai segala bentuk bantuan verbal dari orang terdekat seperti suami, orang tua dan mertua yang memberikan dukungan pemberian MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebagian besar mendapat dukungan dari keluarga untuk memberikan MP-ASI.

Pengujian statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI. Ibu yang mendapat dukungan dari keluarga cenderung akan memberikan MP-ASI kepada bayinya yang berumur 0 – 6 bulan. Kesimpulan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suhardjo (1999) bahwa dukungan keluarga merupakan faktor pendukung pemberian MP-ASI. Hal ini disebabkan karena keluarga (suami, orangtua maupun mertua) menurut tradisi adalah pengambil keputusan. Segala sesuatu harus dengan pendapat dan persetujuan suami atau yang berkuasa di rumah. Hal ini dapat mempengaruhi seorang ibu untuk memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya (Nugroho, 2011).

Penelitian ini memberi informasi bahwa dukungan keluarga untuk memberikan MP-ASI secara dini berpengaruh positif terhadap pemberian MP-ASI secara dini. Temuan ini didukung dalam sudut pandang lain oleh penelitian yang dilakukan Sika-Bright (2010) di Ghana. Penelitian di wilayah sub-Sahara Afrika ini menemukan bahwa dukungan sosial (keluarga dan masyarakat) untuk memberikan ASI secara eksklusif berpengaruh positif terhadap pemberian ASI secara eksklusif

dengan menunda pemberian MP-ASI hingga bayi berumur 6 bulan.

SIMPULAN

1. Tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga merupakan faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini, sedangkan pekerjan ibu bukan merupakan faktor yang berhu-bungan dengan pemberian MP-ASI. 2. Ada hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI dini kepada bayi.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini kepada bayi. 4. Ada hubungan yang signifikan antara

dukungan keluarga dengan pem-berian MP-ASI dini kepada bayi.

SARAN

1. Bagi Masyarakat

Ibu menyusui disarankan terus meningkatkan pengetahuan tentang ASI agar dapat memberikan MP-ASI secara tepat baik waktu maupun jenisnya. Ibu menyusui juga disaran-kan untuk meningkatdisaran-kan pengetahuan tentang teknik menyusui yang tepat sehingga ibu tetap dapat menyusui meskipun disibukkan dengan peker-jaan. Masyarakat khususnya pihak keluarga dianjurkan untuk membe-rikan dukungan kepada ibu menyusui untuk memberikan MP-ASI pada waktu yang tepat.

2. Bagi Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan disarankan terus menggiatkan upaya-upaya sosialisasi kepada ibu menyusui dan umumnya kepada masyarakat khususnya mengenai cara menyusui yang benar termasuk di dalamnya tentang pem-berian MP-ASI.

(13)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen Page 11

Peneliti selanjutnya dengan tema sejenis disarankan untuk mencoba meneliti dari sudut pandang yang lain misalnya tentang pemberian ASI jenis MP-ASI yang tepat sesuai umur bayi. Di samping itu juga perlu ada peningkatan kualitas riset terutama dalam penyusunan instrumen agar hasil penelitian semakin akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, N. (2009). Panduan Ibu Cerdas (ASI dan Tumbuh Kembang Bayi). Yogyakarta: Media Pressindo.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Chumbley, J. (2006). Menyusui. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. IDAI. (2010). Indonesia Menyusui.

Jakarta: Badan Penerbit IDAI

Indiarti, MT., (2008). A to Z the Golden Age (Merawat, Membesarkan, dan Mencerdaskan Bayi Anda Sejak dalam Kandungan Hingga Usia 3 Tahun). Yogyakarta: Penerbit Andi. Kalanda, B.F.,Verhoeff, F.H., Brabin,

B.J. (2006). Breast and Complementary Feeding Practices in Relation to Morbidity and Growth in Malawian Infants. European Journal of Clinical Nutrition & Nature Publishing Group(2006).

Maritalia, D. (2013). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. (2011). ASI dan Tumor Pa-yudara. Yogyakarta: Nuha Medika. Oryz. (2008). Promosi Susu Formula

Menghambat Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 6-11 Bulan Di Kelurahan Pa’baeng-Baeng Makassar Tahun 2007. from:

http://lkpkindonesia.com/2007/03

(Diakses pada 21 Februari 2013)

Pudjiadi, S. (2003). Ilmu Gizi pada Anak (Edisi keempat). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Proverawati, A., dan Kusumawati, E. (2011). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suhardjo. (1999). Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Tirtawinata, C.T. (2006). Makanan dalam Perspektif AL-Qur’an dan Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Bunda.

Mahayu Arianti*:Mahasiswa S-1 Keperawatan FIK UMS

Winarsih Nur Ambarwati, S.kep., Ns, ETN. M.Kep **: Dosen FIK UMS

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi Responden berda-sarkan Pendidikan
Tabel 4.5 memperlihatkan distri-
Tabel 4.9 Hasil
Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Fisher’s

Referensi

Dokumen terkait

Pada aspek afektif tidak dilakukan penghitungan statistika karena parameter bersifat kebutuhan dari realita yang ada di lapangan atau dengan kata lain merupakan

pemerintah Indonesia menerapkan pola a multiple assessment approach yaitu dengan mempertimbangkan hasil penilaian dari beberapa bentuk evaluasi misalkan dari pemerintah

Konsentrasi asam sulfat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa

Disain model pembelajaran proyek berbasis lingkungan perkembangan, hendaknya disusun secara komprehensif yang memuat berbagai komponen seperti topik proyek yang

Rancangan percobaan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan pola 4 x 4 dan menggunakan 2 faktor yaitu faktor perbedaan

Pada tingkatan lokal atau pemilihan caleg setingkat kotamadya/kabupaten dan provinsi maka umumnya iklan politik dibuat dalam bentuk media luar ruang seperti poster, pamflet,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh independensi, keahlian profesional, pengalaman kerja dan motivasi terhadap efektivitas penerapan sistem pengendalian intern pada

Dalam pembuatan game anti korupsi penulis memilih membuat genre arcade karena tujuan dari game ini adalah untuk mengedukasi anak muda tentang kasus korupsi dengan tampilan