• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN (1-20) MELALUI MEDIA MANIK-MANIK DI KELOMPOK B TK ABA DEMAKAN GADINGSARI SANDEN BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN (1-20) MELALUI MEDIA MANIK-MANIK DI KELOMPOK B TK ABA DEMAKAN GADINGSARI SANDEN BANTUL."

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN (1-20) MELALUI MEDIA MANIK-MANIK DI

KELOMPOK B TK ABA DEMAKAN GADINGSARI SANDEN BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nindha Fabriandari NIM 13111244012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Tidak ada akal yang lebih baik daripada orang yang suka berpikir dan tak ada

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua Orang tua saya yang senantiasa memberikan doa, semangat, dan dukungan.

2. Dosen-dosen di Program Studi PGPAUD yang senantiasa memberikan bimbingan.

(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PENJUMLAHAN (1-20) MELALUI MEDIA MANIK-MANIK DI

KELOMPOK B TK ABA DEMAKAN GADINGSARI SANDEN BANTUL

Oleh

Nindha Fabriandari NIM 13111244012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik pada anak kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif yang dilakukan dalam dua Siklus yang masing-masing Siklus terdiri dari perencanan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah semua anak kelompok B TK ABA Demakan, yang berjumlah 13 siswa, yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. Objek penelitian adalah kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif.

Kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) pada anak kelompok B TK ABA Demakan dapat ditingkatkan melalui media manik-manik dengan membilang dan menulis angka, kemudian anak diminta menghitung bilangan 1-5, 6-10, 11-15, dan 16-20 dengan menggunakan media manik-manik dengan cara menggabungkan manik-manik menjadi satu. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dari Pra Siklus. Hasil kemampuan operasi penjumlahan (1-20) dari Pra Siklus sebesar 40,39% dengan kriteria sedang meningkat menjadi 72,85% dengan kriteria tinggi pada Siklus I dan meningkat lagi menjadi 92,59% dengan kriteria sangat tinggi pada Siklus II.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) Melalui Media Manik-manik di Kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan pengumpulan data.

2. Wakil Dekan I yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan pengumpulan data.

3. Ketua Jurusan PAUD yang memberi kemudahan pada penulis dalam menyusun tugas akhir skripsi ini.

4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd. sebagai pembimbing 1 skripsi yang telah memberikan bimbingan selama menyelesaikan tugas ini.

5. Ibu Nur Cholimah, M.Pd. sebagai pembimbing 2 skripsi yang telah memberikan bimbingan selama menyelesaikan tugas ini.

6. Seluruh dosen Prodi PGPAUD yang telah memberikan ilmu-ilmunya.

7. Ibu Sujiarti selaku Kepala Sekolah TK ABA Demakan yang telah memberikan ijin untuk dilakukan pengambilan data di sekolah yang dipimpin. 8. Ibu Isminah, S.Pd. selaku guru kelas kelompok B TK ABA Demakan yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pikiran selama menjadi pengajar dan membantu dalam pelaksanaan penelitian di kelas.

9. Ibu guru TK ABA Demakan yang telah memberikan dukungan dan motivasi sehingga penelitian ini terselesaikan.

(9)
(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 10

1. Hakikat Perkembangan Kognitif ... 10

2. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun ... 13

3. Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan... 14

a. Pengertian Kemampuan Matematika ... 14

b. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan Penjumlahan ... 15

4. Tinjauan tentang Taman Kanak-kanak ... 18

5. Media Pembelajaran ... 19

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 19

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 20

c. Fungsi Media pembelajaran ... 22

d. Manfaat Media pembelajaran ... 23

6. Media manik-manik ... 24

a. Pengertian Manik-manik ... 24

b. Kelebihan dan Kelemahan Manik-manik... 26

c. Langkah-langkah Pembelajaran Operasi Bilangan dengan Manik-manik ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 27

C. Kerangka Pikir ... 28

(11)

xi

E. Definisi Operasional... 29

1. Operasi Bilangan Penjumlahan ... 29

2. Media Manik-manik ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

1. Subjek Penelitian ... 33

2. Objek Penelitian ... 33

C. Tempat Penelitian... 33

D. Waktu Penelitian ... 34

E. Setting Penelitian ... 34

F. Prosedur Penelitian... 34

1. Perencanaan... 34

2. Tindakan ... 35

3. Observasi ... 37

4. Refleksi ... 37

G. Indikator Keberhasilan ... 37

H. Metode Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi ... 38

2. Dokumentasi ... 38

I. Instrumen Penelitian... 39

1. Daftar Cek (Check List) ... 39

2. Portofolio ... 42

J. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

2. Deskripsi Pra Siklus ... 45

3. Siklus I ... 47

4. Siklus II ... 56

B. Pembahasan ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

xii

DAFTAR TABEL

... Halaman Tabel 1 Kisi-kisi Observasi ... 40 Tabel 2 Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(1-5) ... 40 Tabel 3 Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(6-10) ... 41 Tabel 4 Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(11-15) ... 41 Tabel 5 Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(16-20) ... 42 Tabel 6 Kondisi Awal (Pra Siklus) Kemampuan Operasi Bilangan

Penjumlahan (1-20) ... 46 Tabel 7 Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20)

Melalui Media Manik-manik Siklus I ... 52 Tabel 8 Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(1-20) Pra Siklus dan Siklus I ... 53 Tabel 9 Kendala Pelaksanaan Siklus I dan Solusi ... 55 Tabel 10 Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) Melalui

Media Manik-manik Siklus II ... 62 Tabel 11 Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(1-20) Siklus I dan Siklus II ... 63 Tabel 12 Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

... Halaman Gambar 1 Kerangka Pikir ... 28 Gambar 2 Model Penelitian Tindakan Kelas dariKemmis & Taggart ... 32 Gambar 3 Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan

Penjumlahan (1-20) Pra Siklus dan Siklus I... 54 Gambar 4 Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan

Penjumlahan (1-20) Siklus I dan Siklus II ... 64 Gambar 5 Grafik Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 79

Lampiran 2 Kisi-kisi Observasi dan Rubrik Penilaian ... 82

Lampiran 3 Lembar Pengamatan/Observasi dan Portofolio ... 86

Lampiran 4 Jadwal Penelitian ... 93

Lampiran 5 Rencana Kegiatan Harian ... 95

Lampiran 6 Skenario Pembelajaran ... 120

Lampiran 7 Lembar Kerja Anak (LKA) Siklus I ... 145

Lampiran 8 Lembar Kerja Anak (LKA) Siklus II ... 175

Lampiran 9 Hasil Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) ... 184

Lampiran 10 Pernyataan Benar-benar Melakukan Penelitian ... 207

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan anak yang disebut dengan masa usia emas (golden age) yang dimana anak tersebut akan mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan serta diperlihatkan (Harun Rasyid, 2012: 40). Anak usia dini merupakan masa yang tepat untuk melakukan pendidikan (Muhammad Fadillah, 2014: 61) karena anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, yang dimana anak memiliki gaya belajar, minat, dan latar belakang yang berbeda antara satu sama lain. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut perlulah dikembangan melalui suatu pendidikan.

Berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(16)

2

sederajat. Pendidikan TK sendiri pendidikan yang di peruntukkan anak usia dini yang berusia empat sampai dengan enam tahun yang dikelompokan ke dalam kelompok A (4-5 tahun) dan kelompok B (5-6 tahun).

Aspek pertumbuhan dan perkembangan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini meliputi perkembangan fisik motorik, intelektual (kognitif), moral, emosional, sosial, bahasa, dan kreativitas (Slamet Suyanto, 2005: 49). Salah satu perkembangan kemampuan dasar di Taman Kanak-kanak (TK) yaitu bidang perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir (Slamet Suyanto, 2005: 53), dimana berpikir tersebut merupakan kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Matematika merupakan salah satu bagian dari aspek perkembangan kognitif. Konsep dari pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi memilih, membandingkan, mengurutkan, klasifikasi, menghitung, angka, pengukuran, geometri, membuat grafik, pola, dan memecahkan masalah (Slamet Suyanto, 2005: 158). Pembelajaran matematika sendiri sangat erat kaitanya dengan pemahaman akan angka.

(17)

3

demikian,mengenalkan matematika sejak dini bukanlah hal yang salah. Sehingga dengan mengenalkan matematika sejak dini anak akan terstimulasi perkembangan kognitif khususnya pada operasi bilangan.

Operasi bilangan sangat penting bagi anak usia dini, karena dapat melatih berpikir anak secara logis dan matematis (Slamet Suyanto, 2005: 158), maka operasi bilangan perlu untuk diperkenalkan pada anak usia dini. Operasi bilangan pada jenjang pendidikan permulaan meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang serta membandingkan sudah sangat baik (Sudaryanti, 2006: 18). Penjumlahan merupakan salah satu operasi bilangan. Penjumlahan merupakan salah satu operasi bilangan yang penting juga bagi kehidupan sehari-hari, karena dengan penjumlahan manusia dapat melakukan sebuah transaksi antar manusia. Syarat utama mengajarkan anak tentang operasi bilangan adalah anak telah memahami betul bilangan dan angka (Sudaryanti, 2006: 18).

Proses pembelajaran matematika pada anak usia dini diawali dengan benda sebenarnya, benda konkret atau benda nyata dan menarik dalam memahami operasi bilangan. Merujuk pada teori Piaget, anak usia dini belum bisa berpikir abstrak, melainkan berpikir Praoperasional menuju ke konkret maka dari itu pembelajaran matematika pada anak lebih menekankan pada penggunaan media konkret agar anak dapat memahaminya.

(18)

4

yang sedang dipelajarinya. Selain itu penggunakan benda konkret dapat membantu guru sebagai media penyampaian dalam mengajarkan operasi bilangan.

Dari hasil penelitian Rezani Septiyana tahun 2012 tentang peningkatan kemampuan operasi bilangan (1-20) melalui media kartu angka pada kelompok B menunjukkan bahwa pembelajaran operasi bilangan pada anak usia dini dengan menggunakan benda konkret atau benda nyata hasilnya akan lebih baik dan lebih optimal dibandingkan dengan pembelajaran operasi bilangan yang dilakukan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak maka hasilnya akan kurang optimal dan aspek perkembangan anak akan kurang berkembang dengan baik.

Dengan demikian, beberapa pandangan ahli memberikan infomasi bahwa apabila mengenalkan operasi bilangan khususnya penjumlahan pada anak usia dini dilakukan dengan cara menggunakan benda konkret atau nyata, menarik, dan menyenangkan bagi anak dengan syarat anak sudah memahami bilangan dan angka. Oleh karena itu perkembangan kognitif anak akan terstimulasi dengan baik sesuai dengan tahap perkembanganya.

(19)

5

belum tertarik dan terfokus pada kegiatan, karena hal ini penggunaan media yang digunakan kurang optimal tidak sepenuhnya menggunakan benda konkret sehingga anak kurang fokus dan bermain sendiri kemudian dalam menjelaskan hanya dengan menuliskan di papan tulis. Sebagian besar pembelajaran langsung menggunakan soal-soal latihan yang bersifat abstrak dengan menggunakan LKA (Lembar Kerja Anak) bahkan LKA yang digunakan hanya dari majalah yang sudah siap digunakan dimana guru belum membuat LKA hal ini membuat anak kesulitan dalam belajar penjumlahan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada waktu yang sama, menunjukkan bahwa dalam kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) belum optimal. Hal ini terbukti dari hasil pembelajaran membentuk 13 anak hanya 2 anak yang sudah dapat mengoperasikan bilangan penjumlahan (1-20) sedangkan 11 anak yang lain masih belum bisa atau berkesulitan dalam mengoperasikan bilangan penjumlahan (1-20). Ini berarti masih lebih 50% dari siswa di kelas dalam mengoperasikan bilangan penjumlahan (1-20) belum berkembang dengan baik.

Berangkat dari permasalahan ini perlu dicarikan solusi dalam pemecahan masalah di atas. Perbaikan pembelajaran dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam menyampaikan materi pembelajaran pada anak menjadi salah satu solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Penggunaan media yang menarik dan menyenangkan akan membuat anak lebih memahami suatu hal yang dipelajarinya.

(20)

6

pada anak kelompok B usia 5-6 tahun, selain menarik bagi anak, media manik-manik ini dapat memudahkan anak dalam belajar matematika khususnya pada operasi bilangan penjumlahankarena manik-manik merupakan benda konkret yang beraneka macam bentuk dan juga warnanya, kemudian dapat membantu guru dalam mengajarkan operasi bilangan.Menurut Sukayati (dalam Diah Wuri Ariyani, 2014: 7) penggunaan manik-manik dalam pembelajaran mampu meningkatkan minat terhadap pembelajaran dan dapat menumbuhkan suasana yang lebih menyenangkan. Selain itu, penggunaan manik-manik dapat menstimulasi aspek perkembangan selain aspek perkembangan kognitif yaitu seperti aspek perkembangan motorik halus anak ketika anak mengambil manik-manik.

Dengan demikian, berdasarkan observasi yang dilakukan, dengan penggunaan media manik-manik dapat mengoptimalkan kemampuan operasi bilangan penjumlahan anak di kelompok B di TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas terdapat permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan anak dalam operasi bilangan penjumlahan belum berkembang dengan baik.

(21)

7

3. LKA yang digunakan guru hanya dari majalah yang sudah siap untuk dipakai dimana guru belum membuat LKA.

4. Penggunaan media pembelajaran kurang optimal tidak sepenuhnya menggunakan benda konkret.

5. Perhatian anak belum terfokus pada pelajaran.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti membatasi masalah pada meningkatkan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dengan media manik-manik di kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu: “Bagaimana meningkatkan

kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik di kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul?”

E. Tujuan penelitian

(22)

8

F. Manfaat penellitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis maupun praktis:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

b. Sebagai kerangka berpikir dalam perbaikan mutu pembelajaran di Taman Kanak-kanak

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik

1) Menstimulasi perkembangan kognitif anak khususnya operasi bilangan penjumlahan.

2) Meningkatkan konsep operasi bilangan anak khususnya operasi bilangan penjumlahan.

3) Membuat anak tidak bosan dan fokus dalam belajar melalui media yang menarik.

b. Bagi Guru

1) Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam menstimulasi perkembangan kognitif anak kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul

(23)

9 c. Bagi Peneliti

1) Menjadikan pengalaman yang berharga dalam melatih diri menjadi calon pendidik yang lebih baik.

2) Membantu anak untuk dapat belajar dengan suasana yang menyenangkan.

d. Bagi Sekolahan

1) Dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media dalam setiap pembelajaran agar sekolah dapat mencetak anak yang berpestasi terutama dalam hal matematika.

2) Melengkapi fasilitas pembelajaran terutama media pembelajaran. 3) Memberikan kesempatan pelatihan guru dalam penggunaan media

(24)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan perkembangan berpikir. Pikiran adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan untuk pemahaman, penalaran, dan pengetahuan. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Ahmad Susanto, 2011: 47).

Pengertian kognitif adalah penggambaran bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berpikir (Slamet Suyanto, 2005: 53). Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif, pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, mengembangkan kemampuan memilah-milah dan mengelompokan, serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berpikir teliti (Masitoh, 2010: 1.19).

Menurut Williams dalam Ahmad Susanto, (2011: 56) ciri-ciri perilaku kognitif yaitu

(25)

11

b. Berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam, mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah pemikiran yang berbeda-beda.

c. Berpikir Orisinil yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim atau lain dari yang lain yang jarang diberikan kebanyakan orang lain.

d. Berpikir terperinci (elaborasi) yaitu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan, merinci detail-detail, dan memperluas suat gagasan.

Menurut teori Piaget semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama adapun empat tahapan perkembangan kognitif (Slamet Suyanto, 2005: 53), yaitu:

a. Sensorimotor (0-2 Tahun), pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap sensorimotor ini anak sudah dapat menunjukkan tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai reaksi dari stimulus sensoris.

(26)

12

tahu kalau 5-3=2 atau 5-2=3, hal ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu berpikir berkebalikan.

d. Formal Operasional (11 Tahun keatas), pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat analogi, dan mampu mengevaluasi cara berpikirnya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan anak bersifat kontinyu dari tahap ke tahap dan tidak terputus (Slamet Suyanto, 2005: 64). Akan tetapi pada setiap anak akan berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan, terkadang antara tahap satu dengan tahap yang lain tidak terlihat.

Anak usia TK berada pada tahap Praoperasional (2-7 tahun). Istilah Praoperasinal ini dicirikan atau dibagi dengan adanya fungsi semiotik dan fungsi intuitif (Paul Suparno, 2001: 49) pembagian tersebut sebagai berikut:

a. Pemikiran simbolis atau semiotik (2-4 tahun) dimana seorang anak dapat menggunakan simbol atau tanda untuk mempresentasikan suatu benda yang tidak tampak dihadapanya. Pemikiran simbolis yaitu pemikiran dengan menggunakan simbol atau tanda, berkembang sewaktu seorang anak mulai suka menirukan sesuatu.

(27)

13

Dengan demikian, perkembangan kognitif merupakan suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa baik dengan menggunakan simbolis ataupun dengan penglihatan secara langsung.

2. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

Anak usia dini berbeda dengan anak usia di atasnya. Setiap periode memiliki mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sendiri-sendiri. Menurut Sofia Hartati (2005: 17) karakteristik perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak. Anak usia 5-6 tahun merupakan masa perkembangan Praoperasional pada anak merupakan masa perubahan atau jembatan menuju masa operasional konkret dimana anak belum dapat berfikir abstrak. Pendidik maupun orang tua haruslah mengerti dan memahami perkembangan anak pada masa ini karena masa dimana anak mulai siap lebih banyak lagi, karena untuk mengenalkan sesuatu kepada anak, guru harus menggunakan benda konkret dalam pembelajaranya.

(28)

14

Anak usia 5-6 tahun umumnya pada aspek kognitif khusunya matematika sudah harus melakukan beberapa hal dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan PAUD diantaranya adalah (a) menyebutkan lambang bilangan 1-10; (b) menggunakan lambang bilangan untuk menghitung; (c) mencocokan bilangan dengan lambang bilangan.

Dengan demikian berdasarkan karakteristik perkembangan kognitif yang telah disebutkan diatas maka pada usia 5-6 tahun merupakan masa perkembangan Praoperasinal konkret menuju masa operasional konkret dimana anak sudah mampu untuk mengomunikasikan hubungan matematis sederhana terutama penjumlahan dengan menggunakan benda-benda konkret sehingga anak akan mencapai karakteristik perkembangan kognitif tersebut.

3. Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

a. Pengertian Kemampuan Matematika

(29)

15

Matematika merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan pikiranya (Ahmad Susanto, 2011: 98). Berhitung merupakan salah satu cabang dari metematika. Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang dipakai dalam setiap kehidupan manusia. Kemampuan berhitung permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuanya, karakteristik perkembangannya dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak (Ahmad Susanto, 2011: 98). Tanpa matematika mulai dari penambahan, pengurangan, pembagian, sampai perkalian maka kehidupan manusia sehari-hari akan terhenti tidak ada artinya.

Dengan demikian kemampuan berhitung merupakan cabang dari matematika yang sangat penting bagi manusia dan kehidupan manusia, karena denganbekal kemampuan berhitung pada anak usia dini untuk membekali hidupnya di masa depan, oleh karena itu kemampuan berhitung perlu diajarkan sejak dini.

b. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan Penjumlahan

(30)

16

suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan dua konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangan angka bukan nilai (Sudaryanti, 2006: 1). Tanda bilangan menyangkut nilai bilangan itu, sedangkan operasi menyangkut pengerjaan pada nilai bilangan.

(31)

17

Pada anak usia dini kemampuan matematika yang akan dikembangkan adalah: (a) mengenal atau membilang angka; (b) menyebut urutan bilangan; (c) menghitung benda; (d) menghitung himpunan dengan nilai; (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda; (f) mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak; (g) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan; (h) menggunakan konsep waktu misalnya hari ini; (i) menyatakan waktu dengan jam; (j) mengurutkan lima hingga sepuluh benda berdasarkan urutan tinggi besar; (k) mengenai penambahan dan pengurangan (Ahmad Susanto, 2011: 62). Beberapa tahap penjumlahan pada anak usia dini adalah menjumlah di bawah lima, menjumlah di bawah sepuluh, menjumlah di atas sepuluh, dan mengenalkan penjumlahan dengan bantuan garis bilangan (Sudaryanti, 2006: 18).

Secara umum, konsep matematika untuk anak usia dini dalam (Slamet Suyanto, 2005: 158) meliputi: (a) memilih, membandingkan, dan mengurutkan; (b) klasifikasi; (c) menghitung; (d) angka; (e) pengukuran; (f) geometri; (g) membuat grafik; (h) pola; (i) memecahkan masalah. Dalam hal ini memecahkan masalah yaitu kemampuan memecahkan masalah persoalan sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan.

(32)

18

anak (intellegensi) dengan menstimulasi otak anak untuk dapat berpikir logis dan matematis. Dengan diperkenalkan operasi bilangan sejak anak usia dini, maka matematika dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, kemampuan mengenal lambang bilangan dan membilang merupakan konsep dasar yang dapat digunakan dalam operasi bilangan. Operasi bilangan pada anak usia dini dilakukan dengan persoalan sederhana dan menggunakan cara yang sangat sederhana. Konsep penjumlahan harus dikembangkan dari pengalaman nyata kemampuan mengoperasikan bilangan dimulai dari lingkungan yang berada disekitar anak, dengan hal itu maka akan meningkat menuju ke operasi bilangan penjumlahan.

4. Tinjauan tentang Taman Kanak-kanak

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(33)

19

dasar dan lingkungan lainya Masitoh, (2010: 1.6). Pendidikan TK pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat berlangsung secara formal kelembagaan, non formal dan informal dalam keluarga (Harun Rasyid, 2012: 36). Jalur formal meliputi Taman Kanak-kana (TK) dan Raudhatul Athfal (RA), jalur nonformal mencakup Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dam Satuan PAUD Sejenis, kemudian jalur informal meliputi pendidikan keluarga bina keluarga balita (BKB) atau pendidikan oleh masyarakat. Adapun kelompok pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) yaitu kelompok A usia 4-5 tahun dan kelompok B usia 5-6 tahun (Harun Rasyid, 2012: 38).

Dengan demikian Taman Kanak-kanak (TK) merupakan suatu pendidikan formal dengan usia empat sampai enam tahun dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

(34)

20

membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. (Muhammad Fadillah, 2014: 205)

Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 6) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat, serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.

Pendidikan anak usia dini harus mengunakan media yang memugkinkan anak dapat berlajar secara konkret. Hal ini sesuai dengan konsep anak usia dini, yang dimana anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang nyata agar anak tidak menerawang atau bingung (Jamal Ma’mur Asmani, 2010: 66). Terciptanya pengalaman melalui benda nyata anak lebih mengerti maksud dari materi-materi yang diajarkan oleh guru.

Dengan demikian, dari beberapa definisi diatas media pembelajaran merupakan suatu alat yang nyata atau konkret yang dapat dijadikan sebagai sarana perantara untuk menyampaikan sebuah pesan, supaya pesan yang diinginkan dapat tersampaikan dengan tepat, mudah, dan dapat diterima serta dipahami dengan baik oleh anak.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

(35)

21

dengan karakteristiknya (Muhammad Fadillah, 2014: 211) klasifikasi tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Media Audio

Media audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pendengaran), serta hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset. Untuk pendidikan anak usia dini media ini dapat digunakan untuk memutarkan sebuah cerita ataupun lagu-lagu untuk anak-anak. Melalui media ini anak diperintahkan untuk menyimak, mendengarkan atau bahkan menirukan cerita atau lagu yang diputarkan. Manfaat media audio untuk anak usia dini adalah dapat merangsang perkembangan imajinasi dan perkembangan bahasanya.

2) Media Visual

Media visual adalah media yang mengandalkan indera pengelihatan. Dibandingkan dengan media audio, media visual dalam situasi tertentu lebih baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya bagi anak usia dini. Dengan menggunakan penglihatanya, seorang anak akan dapat mengetahui persis tentang sesuatu yang dipelajari. Hanya saja bagi anak yang memiliki keterbatasan dalam pengelihatanya media ini kurang pas untuk diterapkan dalam pembelajaranya.

3) Media Audiovisual

(36)

22

bingkai suara, dan cetak suara; (b) audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti file suara dan video cassette.

c. Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran mempunyai beberapa fungsi yang bermacam-macam. Menurut Levie & Lentz (1982) dalam Arsyad Azhar (2007: 17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi; (b) fungsi afektif; (c) fungsi kognitif; dan (d) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi media visual merupakan inti yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

(37)

23

d. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat dimanfaatkan dari beberapa pola (Arif S. Sadiman, 2003: 181) yaitu

1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas (Classroom setting) media pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemnafaatanya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Guru harus melihat tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapaiya tujua itu, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan itu.

2) Pemanfaatan media diluar situasi kelas dapat dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu;

a) Pemanfaatan secara bebas bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi. Pembuat program media mendistribusikan program media itu di masyarkat pemkai media dengan baik dengan cara diperjual belikan maupun didistribusikan secara bebas, dengan harapan media itu akan digunakan orang dan cukup efketif untuk mencapai tujuan tertentu.

b) Pemanfaatan media secara terkontrol bahwa media itu digunakan dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu.

(38)

24

6. Media Manik-manik

a. Pengertian Manik-manik

Anak usia dini usia 5-6 tahun berada pada tahap kognitif Praoperasional. Menurut Slamet Suyanto (2005: 136) bahwa pada tahap Praoperasional, anak akan belajar dengan baik apabila menggunakan benda konkret. Pada tahap ini anak akan belajar dari benda konkret ke benda abstrak, anak belum mampu berfikir abstrak sehingga membutuhkan benda konkret sebagai bantuan belajar. Menurut Sudaryanti (2006: 19) penjumlahan dapat dilakukan dengan benda-benda konkret yang berada disekitar anak seperti manik-manik.

Media manik-manik merupakan media pembelajaran dengan jenis media visual dengan media yang mengandalkan indera pengelihatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001: 712) manik-manik adalah butir-butir kecil yang diberi lubang dan cocok utuk perhiasan, kalung, dsb. Menurut Niesa (2006: 5) mengemukakan bahwa manik-manik adalah suatu butiran berbentuk segi, bulat, lonjong yang terdiri dari bahan batu, kayu dan berbagai unsur lainya. Penggunaan manik-manik dalam pembelajaran menurut Sukayati (dalam Diah Wuri Ariyani, 2014: 7) mampu meningkatkan minat terhadap pembelajaran dan dapat menumbuhkan suasana yang lebih menyenangkan. Menurut Reni Rahayu (2015: 9) media manik-manik adalah alat peraga untuk pembelajaran proses perhitungan bilangan bulat dengan pendekatan konsep himpunan yang mengmediakan secara konkret proses perhitungan pada bilangan bulat.

(39)

25

kayu dan berbagai unsur lainya yang memiliki lubang untuk masuknya benang atau kawat yang dapat digunakan untuk pembelajaran proses perhitungan penjumlahan bilangan bulat dan mampu meningkatkan minat anak terhadap pembelajaran.

b. Kelebihan dan kelemahan manik-manik

Segala sesuatu pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sebagai suatu media, menurut Sadiman (1996: 31) dalam Reni Rahayu (2015: 10) kelebihan-kelebihan manik-manik antara lain:

1) Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal.

2) Dapat memberikan pembelajaran yang berpusat pada aktifitas anak.

3) Media manik-manik dapat meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan prestasi belajar, meningkatkan keaktifan anak, dan meningkatkan keterampilan anak.

4) Memperjelas masalah dalam bidang apa saja dan untuk semua orang tanpa memandang umur sehingga dapat mencegah atau membetullkan kesalah pahaman.

(40)

26

c. Langkah-langkah Pembelajaran Operasi Bilangan dengan Manik-manik

Operasi bilangan penjumlahan dengan media manik-manik yaitu mengaitkan atau menggabungkan setiap manik-manik yang ada di mangkuk satu dengan manik-manik yang ada di mangkuk lainya. Penjumlahan tersebut menggunakan teknologi sederhana yang berwujud manik-manik. Penggunaan manik-manik sangat mendukung dalam upaya mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak usia dini. Penggunaan media manik-manik dalam mendukung kemampuan operasi bilangan penjumlahan harus dirancang sedemikian rupa, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan juga tingkat perkembangan anak usia dini. Guru sebagai fasilitator dan sebagai orang yang banyak memiliki andil dalam pembelajaran terutama dalam pengambilan keputusan dan operasional pelaksanaan program.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran operasi bilangan penjumlahan (1-20) perlu diperhatikan supaya tujuan dan hasil pembelajaran operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik tercapai. Menurut Nikmah Amalia (2011: 61) langkah-langkah dalam operasi bilangan penjumlahan melalui media manik-manik adalah dengan menggabungkan sejumlah manik-manik kedalam kelompok manik-manik lain yang bewarna sama dengan diawali membilang dan menulis angka. Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaranya:

1) Untuk membuka pembelajaran operasi bilangan penjumlahan (1-20) guru mengajak anak untuk membilang 1-20 bersama-sama.

(41)

27 3) Guru menunjukkan manik-manik

4) Dengan bercerita guru masuk pada konsep penjumlahan.

5) Guru meminta anak menghitung jumlah manik-manik jika dijumlahkan dengan menggabungkan manik-manik yang berada di mangkuk 1 dan 2 ke mangkuk 3.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Rezani Septiyana (2012) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Operasi Bilangan (1-20) Melalui Media Kartu Angka Pada Kelompok B di TK Pertiwi 53 Geblang Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan media kartu angka pada kelompok B dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak khususnya operasi bilangan. Pembelajaran operasi bilangan yang dilakukan pada anak usia dini dengan menggunakan benda konkret atau benda nyata hasilnya akan lebih baik dan lebih optimal. Benda konkret tersebut yang digunakan oleh Rezani Septiyana adalah media kartu angka. Dengan kartu angka yang merupakan benda konkret maka dapat meningkatkan nilai keberhasilan guru dalam melakukan suatu pembelajaran.

(42)

28

penelitian ini berhasil untuk mengoptimalkan perkembangan kognitif anak usia dini.

C. Kerangka Pikir

Perkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan anak yang penting untuk proses berpikir. Perkembangan kognitif pada anak berhubungan dengan pemahaman mengenai matematika. Pada usia 5-6 tahun salah satunya anak dapat memahami tentang operasi bilangan penjumlahan.

Mengingat teori Piaget yang menjelaskan bahwa anak prasekolah berada pada tahap pra operasional. Dalam tahap ini anak belum dapat berpikir abstrak. Anak masih membutuhkan bantuan dengan menggunakan benda konkret atau benda nyata dalam memahami suatu pembelajaran. Manik-manik merupakan benda nyata yang dapat dirasakan oleh seluruh indera pengelihatan manusia. Dalam mengenalkan operasi bilangan penjumlahan (1-20) pada anak usia dini dapat menggunakan manik-manik, sehingga anak lebih mudah untuk mengerti informasi yang didapat dari penggunaan benda nyata yang berupa manik-manik.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibuat kerangka pikir sebagai berikut:

Kemampuan operasi bilangan penjumlahan

(1-20) menggunakan manik-manik di kelompok B dapat

meningkat.

Kondisi Awal Diberi Tindakan Hasil

(43)

29

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir tersebut peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dapat ditingkatkan

melalui media manik-manik di kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul”.

E. Definisi Operasional

Untuk mendapatkan kesamaan arti dalam penelitian ini, dilakukan pendefisian istilah:

1. Operasi bilangan penjumlahan

(44)

30

2. Media manik-manik

Manik-manik adalah media visual secara langsung dalam pembelajaran yang berwujud butiran-butiran yang bentuknya beraneka ragam. Media manik-manik adalah alat peraga untuk pembelajaran proses perhitungan bilangan bulat dengan pendekatan konsep himpunan yang mengmediakan secara konkret proses perhitungan pada bilangan bulat. Sehingga media manik-manik ini yang digunakan dalam penelitian ini dibuat oleh peneliti untuk mempermudah anak dalam memahami konsep operasi bilangan penjumlahan. Selain bentuknya yang beraneka ragam, media manik-manik ini merupakan media yang warnanya beraneka ragam seperti merah, hijau, hitam, putih, kuning, dan sebagainya.

(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut (Suharsimi Arikunto, 2015: 1).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas, dalam pembelajaran di kelas guru harus melibatkan anak secara langsung. Keterlibatan anak langsung dalam pembelajaran akan memberikan kesempatan pada anak untuk menemukan hubungan antara apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan nyata.

(46)

32

penanggulangan berbagai permasalahan peserta didik dan kesulitan mengajar oleh para guru. Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar (Wina Sanjaya, 2010: 33).

Desain penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis & Taggart. Menurut Wijaya Kusumah & dan Dedi Dwitagama (2010: 20), model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model Kemmis & Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan suatu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya Kusumah, 2010: 20). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu Siklus. Untuk pelaksanaanya, jumlah Siklus sangat bergantung pada permasalahan yang perlu diselesaikan.

Penggambaran desain bagan Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis & Taggart menurut Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2010: 20) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Siklus I: 1. Perencanaan I 2. Tindakan I 3. Observasi I 4. Refleksi I

Siklus II: 1. Revisi Perencanaan I 2. Tindakan II

3. Observasi II 4. Refleksi II

(47)

33

Berdasarkan gambaran Siklus tersebut maka dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dilakukan dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah ini merupakan satu Siklus, apabila belum memenuhi target yang diharapkan maka akan dilakukan Siklus berikutnya yang langkah-langkahnya seperti Siklus I dan seterusnya hingga memenuhi target keberhasilan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah semua siswa TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul Kelompok B yang berjumlah 13 siswa, yang terdiri dari 6 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik kelompok B di TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul.

C. Tempat Penelitian

(48)

34

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2016/2017 semester II pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Maret tahun 2017.

E. Setting Penelitian

Setting penelitian merupakan tempat yang digunakan untuk berlangsungnya kegiatan penelitian. Pada penelitian ini akan dilakukan di dalam kelas yaitu kelas kelompok B TK ABA Demakan Gadingsari Sanden Bantul.

F. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan adanya tahapan Siklus Model dari Kemmis & Taggart maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

(49)

35

pembelajaran, aktivitas anak, aktivitas guru, dan evaluasi kegiatan. Persiapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang memuat serangkaian kegiatan pembelajaran satu hari yang berisi tema, sub tema, materi, tujuan, dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.

b) Mempersiapkan media yang dapat atau akan digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran operasi bilangan 1-20 yaitu manik-manik sebagai sumber belajar dan sarana pendukung yang lainya (mangkuk).

c) Menyusun instrumen penilaian yang memuat tingkat pencapaian kemampuan anak mengoperasikan bilangan penjumlahan pada kelompok B. Instrumen penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menyusun dan mempersiapkan pedoman check list untuk anak, sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan tetang kemampuan anak dalam mengoperasikan bilangan penjumlahan dengan menggunakan media manik-manik.

2) Menyusun lembar portofolio yang berupa LKA untuk kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan anak dalam mengoperasikan bilangan penjumlahan.

d) Mempersiapkan dokumentasi yang berupa foto saat pembelajaran operasi bilangan dengan menggunakan media manik-manik.

2. Tindakan

(50)

36

oleh guru dan peneliti serta dalam pelaksanaanya bersifat fleksibel atau terbuka terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung guru dalam mengajarkan berpedoman pada RPPH yang sudah disusun. Guru mengenalkan operasi bilangan penjumlahan dengan cara:

a) Pada kegiatan awal adalah tahap mengkondisikan siswa siap untuk mengikuti pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan apersepsi berupa kegiatan tanya jawab tentang tema pembelajaran hari itu dan cerita yang pernah diketahui oleh siswa serta memancing siswa untuk mau bertanya yang berkaitan dengan tema. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menggali pengalaman siswa tentang tema. Kemudian guru mengajak anak untuk membilang dan menulis lambang bilangan (angka) dengan benar, setelah itu guru menunjukan manik-manik dan memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang salah satunya tentang operasi bilangan penjumlahan dengan menggunakan manik-manik secara klasikal. Untuk menumbuhkan motivasi siswa, guru memberitahu anak bentuk, warna dari manik-manik tersebut dan mangkuk tempat untuk menghitung.

b) Tahap kegiatan inti, guru memberikan tugas tentang penjumlahan dan anak akan menjawabnya serta anak akan menulis jawabanya di LKA sendiri-sendiri yang telah dibuat dan disediakan oleh guru dan peneliti dan kegiatan yang lainya.

(51)

37

materi yang telah dipelajari pada hari itu. Guru bersama siswa bercakap-cakap tentang kegiatan satu hari dan menyimpulkan nilai-nilai positif dari apa yang telah dipelajarinya.

3. Observasi

Peneliti mengamati keterlibatan dan kemampuan anak saat proses pembelajaran operasi bilangan penjumlahan dengan menggunakan media manik-manik. Proses observasi dilakukan selama proses pembelajaran dengan panduan daftar observasi yang telah disiapkan. Membuat catatan saat pengamatan, menilai hasil pembelajaran, dan mendokumentasikan proses pembelajaran.

4. Refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap evaluasi kembali apa yang telah dilakukan selama pembelajaran berlangsung berdasarkan hasil pengamatan. Dari hasil observasi dapat diketahui apakah guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPPH yang telah disepakati atau belum dan apakah sudah sesuai dengan kriteria (target) pembelajaran yang sudah disepakati atau belum. Apabila belum mencapai target yang diharapkan, maka akan dilakukan Siklus II yang bertujuan memperbaiki pembelajaran sebelumnya berdasarkan refleksi pada Siklus sebelumnya.

G. Indikator Keberhasilan

(52)

38

kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) di kelompok B telah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dengan kriteria sangat tinggi.

H. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Suharsimi Arikunto (2006: 136) menyatakan bahwa metode pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data penelitian. Berikut ini beberapa pengumpulan data dalam penelitian kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dilakukan dengan cara:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina Sanjaya, 2010: 86). Bentuk pedoman pengamatan berupa lembar pengamatan yang sudah dirinci menampilkan aspek-aspek dari proses yang harus diamati dan tinggal membubuhkan tanda cek (check list). Berkaitan dengan penelitian ini observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman instrumen pengamatan check list tentang kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dengan menggunakan manik-manik.

2. Dokumentasi

(53)

39

digunakan dalam penelitian ini berupa portofolio yang dapat menggambarkan sejauh mana kemampuan anak. Dokumentasi portofolio tersebut berupa LKA yang dapat menggambarkan sejau mana kemampuan anak berkembang. Dokumentasi tersebut dikumpulkan anak setelah anak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan LKA ini, maka kemampuan anak dalam operasi bilangan penjumlahan dapat diketahui dan dapat dijadikan sebagai bukti otentik sekaligus sebagai bahan evaluasi perkembangan kemampuan anak dalam operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian Tindakan Kelas adalah semua alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang semua proses pembelajaran, jadi bukan hanya proses tindakan saja (Suharsimi Arikuto, 2006: 85). Instrumen untuk pengumpulan PTK adalah instrumen untuk mengobservasi siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Daftar Cek (check list)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen lembar observasi berbentuk daftar cek (chek list). Dafar cek adalah suatu daftar yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal memberi tanda ada atau tidak adanya dengan tanda cek (√) tentang aspek yang

(54)

40

Adapun kisi-kisi observasi terhadap kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) dituang dalam tabel berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi

Variabel Sub Variabel Indikator

Kemampuan operasi bilangan

Kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20)

Menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5 dengan manik-manik Menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10 dengan manik-manik Menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 dengan manik-manik Menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 dengan manik-manik Penelitian tindakan kelas kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) memiliki indikator yang harus dicapai anak. Indikator tersebut akan dibuat rubrik penilaian sehingga dapat menentukan hasil yang dicapai peserta didik. Berikut merupakan rubrik tabel penilaian dalam kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20):

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-5)

Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi

Menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5

dengan manik-manik

Kurang 1

Jika anak belum mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5

Cukup 2

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5 tetapi belum benar

Baik 3

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5 dengan benar tetapi kadang masih dibantu guru

Sangat

Baik 4

(55)

41

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (6-10)

Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi

Menghitung hasil penjumlahan bilangan

6-10 dengan manik-manik

Kurang 1

Jika anak belum mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10

Cukup 2

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10 tetapi belum benar

Baik 3

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10 dengan benar tetapi kadang masih dibantu guru

Sangat

Baik 4

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10 dengan benar tanpa bantuan guru.

Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (11-15)

Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi

Menghitung hasil penjumlahan bilangan

11-15 dengan manik-manik

Kurang 1

Jika anak belum mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15

Cukup 2

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 tetapi belum benar

Baik 3

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 dengan benar tetapi kadang masih dibantu guru Sangat

Baik 4

(56)

42

Tabel 5. Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (16-20)

Aspek yang Diamati Kriteria Skor Deskripsi

Menghitung hasil penjumlahan bilangan

16-20 dengan manik-manik

Kurang 1

Jika anak belum mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20

Cukup 2

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 tetapi belum benar

Baik 3

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 dengan benar tetapi kadang masih dibantu guru Sangat

Baik 4

Jika anak mampu menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 dengan benar tanpa bantuan guru.

2. Portofolio

(57)

43

J. Metode Analisis Data

Menurut Wina Sanjaya (2010: 106), analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterprestasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan ciri dan karakteristik serta bentuk hipotesis PTK, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Menurut Wina Sanjaya (2010: 106), analisis data bisa dilakukan dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan proses belajar khususnya berbagai tindakan yang dilakukan untuk guru; sedangan analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teknik menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data penelitian yang sudah diperoleh, ditulis dengan teknik persentase dengan cara merekap hasil observasi dan hasil dari portofolio. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik kualitatif dan kuantittatif sehingga data kuantitatif akan terdukung.

(58)

44

ketuntasan belajar, data dari penelitian yang dilakukan dianalisa dengan rumus sebagai berikut:

� � = �ℎ � � � ℎ� �� � ℎ � � � %

Data tersebut diintersprestasikan ke dalam kriteria persentase empat tingkatan yaitu:

(59)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK ABA Demakan yang beralamat di Dusun Demakan, Kelurahan Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. TK ABA Demakan berada di di wilayah desa yang dekat dengan kebun dan juga rumah warga. Luas Tanah TK ABA Demakan adalah 120 m2 dan luas bangunan adalah 108 m2. Sekolah ini memiliki Kelompok Bermain (KB) dan Taman Kanak-kanak (TK), 1 ruang Guru dan Kepala Sekolah, 1 ruang yang digunakan untuk UKS, 1 ruang dapur, 2 ruang kamar mandi yang digunakan untuk siswa dan guru, dan permainan outdoor dan indoor. Setiap kelas memiliki 1 guru kelas sedangan untuk Kelompok bermain memiliki 2 guru. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Selain program pembelajaran yang dilakukan, juga terdapat kegiatan pengembangan atau ekstrakulikuler seperti TPA dan menggambar.

2. Deskripsi Pra Siklus

(60)

46

kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) di kelompok B sebagai berikut:

Tabel 6. Kondisi Awal (Pra Siklus) Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20)

No. Indikator Observasi Portofolio Rata-rata

1. Menghitung hasil penjumlahan

bilangan 1-5 46,15% 48,08% 47,12%

2. Menghitung hasil penjumlahan

bilangan 6-10 42,31% 44,23% 43,27%

3. Menghitung hasil penjumlahan

bilangan 11-15 36,54% 38,46% 37,5%

4. Menghitung hasil penjumlahan

bilangan 16-20 32,69% 34,62% 33,66%

Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) 40,39% Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, hanya ada 47,12% dengan kriteria sedang anak yang dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5, 43,27% dengan kriteria sedang anak yang dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10, 37,5% dengan kriteria sedang anak yang dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15, serta 33,66% dengan kriteria sedang anak yang dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20. Dari hasil ini maka diperoleh angka kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) yaitu 40,39%. Dari angka persentase ini maka kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) anak kelompok B pada Pra Siklus masih rendah masih dalam kriteria sedang.

(61)

47

guru memberikan pertanyaakan tentang operasi bilangan penjumlahan (1-20) sebagian besar anak belum bisa menjawab.

Dengan kondisi ini menjadikan landasan peneliti untuk meningkatkan kemampuan anak dalam operasi bilangan penjumlahan (1-20) melalui media manik-manik. Untuk mengetahui keberhasilan penelitian, peneliti sudah menetapkan batas yaitu angka ketuntasan keberhasilan mencapai 80% atau pada kriteria sangat tinggi. Angka ini masih sangat jauh dengan angka yang didapat pada hasil pengamatan Pra Siklus.

3. Siklus I

(62)

48

menuliskan lambang bilangannya. LKA yang digunakan adalah LKA yang berpola. Kegiatan pada Siklus pertama meliputi:

a. Perencanaan

Siklus I rencana yang dilakukan yaitu pada kegiatan awal anak diminta membilang terlebih dahulu secara bersama-sama 1-20 dan menulis angka dengan bertahap, kemudian guru menunjukkan manik-manik. Manik-manik yang digunakan pada Siklus I adalah manik-manik berbentuk bulat dan kotak. Setelah itu anak diminta untuk menghitung manik-manik dan diletakkan di dalam mangkuk secara bersama-sama. Kemudian pada kegiatan inti anak diminta mengerjakan LKA yang telah disediakan oleh guru dan peneliti. Pada pertemuan pertama difokuskan pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5, pertemuan kedua difokuskan pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10, pertemuan ketiga difokuskan pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15, dan pertemuan keempat difokuskan pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 dengan manik-manik.

b. Tindakan

1) Pertemuan Pertama (Rabu, 1 Februari 2017)

(63)

49

Pada kegiatan awal guru mengajak anak untuk membilang dan menulis angka yang difokuskan 1-5. Guru menunjukkan manik-manik berbentuk bulat, kemudian guru menjelaskan cara menghitung penjumlahan 1-5 di depan semua siswa dengan menggunakan manik-manik. Guru menstimulasi dengan cerita-cerita sederhana dan singkat dengan mengambil manik-manik dan diletakkan di mangkuk, setelah itu guru memberikan beberapa pertanyaan kemudian dijawab dengan bersama. Kemudian pada kegiatan inti anak diminta menghitung gambar manik-manik yang difokuskan penjumlahan 1-5 yang ada di LKA yang sudah disediakan oleh guru dengan LKA yang berpola.

2) Pertemuan Kedua (Kamis, 2 Februari 2017)

Setelah dilakukan pertemuan 1 pada Siklus I dengan manik-manik berbentuk bulat, pertemuan 2 pada Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Februari 2017 dengan indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10 dengan manik-manik. Manik-manik yang digunakan adalah manik-manik berbentuk bulat dan kotak.

(64)

50

mengenai penjumlahan 1-5. Kemudian pada kegiatan inti anak diminta menghitung gambar manik-manik yang difokuskan penjumlahan 6-10 yang ada di LKA yang sudah disediakan oleh guru.

3) Pertemuan Ketiga (Jumat, 3 Februari 2017)

Setelah dilakukan pertemuan 2 pada Siklus I dengan manik-manik berbentuk kotak dan bulat, pertemuan 3Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Februari 2017 dengan indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 dengan manik-manik. Manik-manik yang digunakan adalah manik-manik berbentuk kotak dan bulat dengan anak diminta mencoba berdasarkan kelompok tempat duduknya secara bersama-sama.

(65)

51

4) Pertemuan Keempat (Sabtu, 4 Februari 2017)

Setelah dilakukan pertemuan 3 pada Siklus I dengan dengan manik-manik berbentuk kotak dan bulat dengan anak diminta mencoba berdasarkan kelompok tempat duduknya secara bersama-sama, pertemuan 4 pada Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu,4 Februari 2017 dengan indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 dengan manik-manik. Manik-manik yang digunakan adalah manik-manik berbentuk kotak dan bulat dengan anak diminta mencoba berdasarkan kelompok tempat duduknya secara bersama-sama dan menambah jumlah manik-manik.

(66)

52 c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan. Penggunaan media manik-manik yang digunakan pada Siklus I menggunakan manik-manik berbentuk bulat dan kotak. Pengambilan data yang berlangsung 4 pertemuan tanggal 1, 2, 3 dan 4 Februari 2017 dengan observasi dan portofolio, ini bertujuan untuk mengamati kemampuan anak dalam operasi bilangan penjumlahan (1-20) dengan mengacu empat indikator. Berikut hasil dari Siklus I dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) Melalui Media Manik-manik Siklus 1

Pertemuan Indikator Observasi Portofolio Rata-rata Pertama

Menghitung hasil

penjumlahan bilangan 1-5

dengan manik-manik 78,85% 82,69%

80,77%

Kedua

Menghitung hasil penjumlahan bilangan

6-10 dengan manik-manik 75,00% 78,85%

76,93%

Ketiga

Menghitung hasil

penjumlahan bilangan

11-15 dengan manik-manik 69,23% 73,08%

71,16%

Keempat

Menghitung hasil

penjumlahan bilangan

16-20 dengan manik-manik 59,62% 65,38%

62,5% Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) 72,84%

(67)

53

secara klasikal, anak dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 sebesar 71,16% dengan kriteria tinggi yang menggunakan manik-manik berbentuk kotak dan bulat dengan dilakukan berkelompok sesuai tempat duduknya secara bersama-sama, dan anak dapat menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 sebesar 62,5% dengan kriteria tinggi yang menggunakan manik-manik berbentuk kotak dan bulat dengan dilakukan berkelompok sesuai tempat duduknya secara bersama-sama serta jumlah maik-manikya ditambah. Dari hasil ini maka diperoleh angka kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) sebesar 72,84% dengan kriteria tinggi. Hasil pengamatan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) pada kondisi awal (Pra Siklus) dengan Siklus I dapat dilihat pada tabel 8 berikut: Tabel 8. Perbandingan Hasil Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan

(1-20) Pra Siklus dan Siklus I

No. Indikator Pra Siklus Siklus I

1. Menghitung hasil penjumlahan bilangan 1-5

dengan manik-manik 47,12% 80,77%

2. Menghitung hasil penjumlahan bilangan 6-10

dengan manik-manik 43,27% 76,93%

3. Menghitung hasil penjumlahan bilangan

11-15 dengan manik-manik 37,5% 71,16%

4. Menghitung hasil penjumlahan bilangan

16-20 dengan manik-manik 33,66% 62,5%

Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (1-20) 40,39% 72,84%

(68)

54

peningkatan sebesar 33,66% (dari 43,27% menjadi 76,93%). Kemudian pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 11-15 mengalami peningkatan sebesar 33,66% (dari 37,5% menjadi 71,16%). Dan pada indikator menghitung hasil penjumlahan bilangan 16-20 mengalami peningkatan sebesar 28,84% (dari 33,66% menjadi 62,5%). Secara keseluruhan peningkatan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) mengalami peningkatan sebesar 32,45% (dari 40,39% menjadi 72,84%).

Untuk mengetahui lebih jelas perkembangan dari Pra Siklus ke Siklus I dapat dilihat melalui gambar grafik perkembangan Pra Siklus ke Siklus I berikut:

Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan pada setiap indikatornya dari Pra Siklus ke Siklus I, akan tetapi masih belum mencapai indikator keberhasilan jika dilihat secara keseluruhan kemampuan operasi bilangan penjumlahan (1-20) yaitu 72,84% dengan kriteria tinggi,

47.12%

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis & Taggart (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 20)
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi
Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Operasi Bilangan Penjumlahan (11-15)
+7

Referensi

Dokumen terkait

pengembangan kemampuan kognitif melalui media

Dalam upayanya meningkatkan kemampuan menyebutkan bilangan 1- 20, guru TK dituntut untuk dapat menguasai strategi, metode dan teknik pembelajaran dan juga media

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif melalui permainan kartu angka pada kelompok B di TK Masyithoh Wedi Klaten Tahun Ajaran 2012 / 20133.

Penelitian tindakan kelas yang berjudul Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas 1C SLB B, C – Autis Bina Asih

Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal lambang bilangan yaitu guru mengenalkan media kartu angka dan kartu bergambar pada anak, setiap

Tritjahjo Danny S., M.Si Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengenalan konsep bilangan pada anak Kelompok A TK Sosial Samaritania, melalui media

Dampak positif media Kartu gambar angka terhadap peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan, karena media kartu ini dapat merangsang anak lebih cepat mengenal

Observasi yang dilakukan dalam meningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan melalui kartu angka di kelompok A Kober Assa’adah yaitu den- gan kegiatan bermain kartu