• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karbon Organik di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitas Hutan Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karbon Organik di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitas Hutan Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KARBON ORGANIK DI BAWAH PERMUKAAN TANAH

PADA KAWASAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE,

TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI, BALI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan pada Fakultas Kelautan dan Perikanan

Oleh:

I GST. AGUNG INDAH MAHASANI

1214511019

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Karbon Organik Di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Dibimbing oleh I Wayan Gede Astawa Karang dan I Gede Hendrawan.

Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis. Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, dengan sebagian besar dialokasikan di bawah permukaan tanah. Peningkatan CO2

atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global sangat mungkin dapat dikurangi melalui proses pemindahan/sekuestrasi karbon ke dalam tanah (soil carbon sequestration). Semakin banyak karbon disimpan dalam tanah sebagai karbon organik tanah dapat mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim. SOC (Soil Organic Carbon) terdistribusi kedalam lapisan tanah secara beragam dan stabilitasnya juga sangat beragam. Tujuan dari penelitian ini, yaitu : (1) Mengetahui simpanan karbon organik dibawah permukaan tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali dan (2) Mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali. Metode yang digunakan dari penelitian ini adalah loss on ignition (LOI). Total simpanan kandungan karbon organik di dalam tanah kawasan rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai adalah 42,625,842.79 Mg C. Rata – rata simpanan karbon organik secara vertikal pada kawasan rehabilitasi mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai berfluktuasi, pada lapisan permukaan (0-15 cm) nilai karbon organik sebesar 123.503 ± 37.281 Mg ha-1, pada lapisan kedua (15-30 cm) nilai karbon organik sebesar 120.313 ± 47.279 Mg ha-1, pada lapisan ketiga (30-50 cm) nilai karbon organik sebesar 131.684 ± 50.685 Mg ha-1, pada lapisan keempat (50-100 cm) nilai karbon organik sebesar 254.029 ± 60.502 Mg ha-1, dan pada lapisan terakhir (100-110 cm) nilai karbon organik sebesar 123.708 ± 40.027 Mg ha-1.

(7)

vii

ABSTRACT

I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Organic Carbon Under Ground In Mangrove Forest Rehabilitation Zone, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Under supervinon of I Wayan Gede Astawa Karang and I Gede Hendrawan.

The mangrove forest is a transition of ecosystem between land and ocean that occurs in most part throughout the tropical and subtropical coastlines. Ecologically, mangroves serve as an absorbent and a carbon sink, with most allocated under the soil surface. The increase in atmospheric CO2 that contribute to global warming is very likely could be reduced through the process of removal / sequestration of carbon in the soil (soil carbon sequestration). The more carbon stored in the soil as soil organic carbon can reduce the amount of carbon in the atmosphere so as to reduce the effect of global warming and climate change. SOC (Soil Organic Carbon) distributed into the soil layers are varied and stability is also very diverse. The purpose of this study, namely: (1) Determine the deposits of organic carbon below the ground surface in mangrove rehabilitation TAHURA Ngurah Rai, Bali and (2) Knowing the variations vertically deposits of organic carbon stored in the soil in mangrove rehabilitation TAHURA Ngurah Rai, Bali , The method used on this research is the loss on ignition (LOI). Total deposits of the organic carbon content in soil rehabilitation Forest Park area of Ngurah Rai is 42,625,842.79 Mg C. Average organic carbon stored vertically in a mangrove rehabilitation area of Taman Hutan Raya Ngurah Rai fluctuates, the surface layer (0-15 cm) organic carbon value amounted 123.503 ± 37.281 Mg ha-1, the second layer (15-30 cm) organic carbon value of 120.313 ± 47.279 Mg ha-1, the third layer (30-50 cm) organic carbon value of 131.684 ± 50.685 Mg ha-1, the fourth layer (50-100 cm) organic carbon value of 254.029 ± 60.502 Mg ha-1, and the last layer (100 -110 cm) organic carbon value of 123.708 ± 40. 027 Mg ha-1.

(8)

viii

RINGKASAN

I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Karbon Organik Di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Dibimbing oleh I Wayan Gede Astawa Karang dan I Gede Hendrawan.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang banyak memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki indonesia adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang ada di Indonesia terbentang dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi sumberdaya alam ekosistem mangrove tersebut. Ekosistem mangrove terbesar di Bali berada pada tiga kawasan yaitu Tanjung Benoa dan Pulau Serangan yang sering disebut Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali dengan luas 932 ha, kedua Taman Nasional Bali Barat (Menjangan) dengan luas sebesar 634 ha, dan yang terakhir adalah di Pulau Lembongan seluas 200 ha (Kitamura, 1997). Ekosistem hutan mangrove memiliki potensi yang besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penyerapan dan penyimpanan karbon pada ekosistem mangrove terdapat di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan di dalam tanah itu sendiri. Perbedaan simpanan karbon dipengaruhi oleh jumlah pohon dan kerapatan pohon, jenis pohon, serta faktor lingkungan. Karbon yang diserap dan disimpan lebih banyak dialokasikan di dalam tanah. SOC (Soil Organic Carbon) terdistribusi kedalam lapisan tanah secara beragam dan stabilitasnya juga sangat beragam. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simpanan karbon organik di bawah permukaan tanah hutan mangrove rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali dan mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.

Penelitian ini dilakukan di kawasan rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali. Metode yang digunakan dari penelitian ini adalah loss on ignition (LOI). Data yang dikumpulkan meliputi jenis vegetasi mangrove dan tanah mangrove. Pengambilan data tanah mangrove dilakukan di 20 titik lokasi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kawasan rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali didominasi oleh jenis vegetasi mangrove Rhizophora mucronat. Jenis vegetasi mangrove lain yang dapat ditemukan di kawasan rehabilitasi mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali yaitu Rhizhophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan Sonneratia alba.

(9)

-ix

1

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karbon

Organik Di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan

Mangrove, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali”. Dalam penelitian ini

dikemukakan hasil analisis kandungan karbon organik secara vertikal

perkedalaman.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi baghan informasi dalam upaya

rehabilitasi dan pengelolaan ekosistem mangrove agar terciptanya kelestarian

hidup serta dapat berguna bagi beberapa pihak yang membutuhkan informasi yang

ada di dalam skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran, sehingga

penulis dapat mengetahui kekurangan ataupun kelebihan yang penulis miliki dan

semoga dapat membangun kearah yang lebih baik demi kesempurnaan penelitian

selanjutnya. Akhirnya, penulis dengan kerendahan hati berharap semoga skripsi

ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Juli 2016

(11)

xi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Terselesainya penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang mendukung. Untuk itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Arthana, MS selaku dekan Fakultas Kelautan

dan Perikanan Universitas Udayana.

2. Bapak I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku

pembimbing pertama dan Bapak I Gede Hendrawan, S.Si., M.Si., Ph.D

selaku pembimbing ke dua dalam penyelesaian skripsi yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta bantuan dalam

konsultasi dengan penuh dedikasi dan kesabaran.

3. Bapak Ir. I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa, MT selaku penguji pertama dan

Bapak selaku penguji ke dua Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., M.P yang telah

memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga skripsi ini

dapat terwujud.

4. Dosen-dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas

Kelautan dan Perikanan yang telah membagikan pengetahuan, petunjuk,

motivasi, pengalaman, dan kemudahan dalam mengurus administrasi

selama di kampus.

5. Mbak Nuryani Widagti, S.Si, M.Si yang telah memberi bimbingan,

dukungan moral dan bantuan dalam menganalisis data dalam penelitian

ini.

6. Bu Nur Hayati yang telah membantu dalam memberikan informasi dan

masukan dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tua penulis I Gusti Ketut Adnyana dan A. A. Ayu Putri

(12)

xii Agung Mahajaya yang senantiasa memberi doa, nasehat, dukungan dan

bantuan, baik moral maupun materiil.

8. Sahabat-sahabat setia penulis yang selalu siap membantu, mendengarkan

serta menegarkan hati penulis dalam menghadapi segala kesulitan dan

rintangan (Anyelir Foundation: Dhanan, Padma, Pipit, Gung Nanda, dan

Yoga).

9. Teman-teman seperjuangan IK 12 (Aditya, Rizki, Arifin, Gung Gita,

Dewi, Tatak, Lanang, Bayu, Surya, Jaya, Ade, Eva, Anes, Dhanan, Erik,

Tiara, Andreas, Pipit, Sabil, Herlambang, Pita, Padma, Satya, Yoga, Riri,

Dewa Krisna, Gung Nanda, Gus Indra, Ecik, Adi, Gek Mirah, dan

Ekayana) yang selalu bersemangant membantu dan selalu berkerjasama

dalam menyelesaikan semua rintangan dan yang selalu tidak pernah lelah

dalam menghadapi tantangan.

10.Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan

Perikanan Universitas Udayana, terima kasih atas segala bantuan dan

dukungan yang telah diberikan pada proses penyusunan skripsi ini.

11.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas bantuannya pada penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Juli 2016

(13)

xiii

RIWAYAT HIDUP

I Gst. Agung Indah Mahasani lahir di Denpasar

pada hari Sabtu tanggal 19 bulan November tahun

1994. Penulis anak pertama dari pasangan I Gusti Ketut

Adnyana dan Anak Agung Ayu Puri Ardini. Penulis

mengawali pendidikan formal di SDN 26 Dangin Puri

(2000-2006), SMP Negeri 11 Denpasar (2006-2009),

SMA Negeri 7 Denpasar (2009-2012). Pada tahun 2012

penulis lulus seleksi masuk Universitas Udayana

(Unud) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN

Tulis). Penulis memilih Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan

Perikanan. Penulis sekarang bertempat tinggal di Jalan Letda Suji No. 6 Denpasar.

Selama masa studi penulis aktif pada berbagai organisasi diantaranya

menjadi penurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kelautan dan

Perikanan selaku Bendahara II pada tahun 2012-2013 dan Sekertaris I BEM

Fakultas Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013-2014. Selain itu penulis juga

pernah menjadi asisten mata kuliah Ekologi laut Tropis dan Biologi Laut. Penulis

juga telah mengikuti rangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode XI Tahun

2015 di Desa Kebonpadangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian dan Observasi Laut pada bulan

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN BERITA ACARA ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

2.5Karakteristik Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali ... 14

III. METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3Prosedur Penelitian ... 18

3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel ... 18

(15)

xv

3.4 Analisis Data ... 20

3.4.1 Analisis Karbon Organik ... 20

3.4.2 Analisis Distribusi Spasial ... 21

3.5 Kerangka Berfikir Penelitian ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

4.2 Analisis Vegetasi Mangrove ... 24

4.3 Bulk Density ... 28

4.4 Soil Organic Carbon Density ... 33

4.5 Soil Organic Carbon ... 36

V. KESIMPULAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Penyebaran Mangrove di Indonesia ... 6

2. Kolam Karbon di Ekosistem Mangrove ... 11

3. Mekanisme Karbon Bergerak Keluar dan Masuk Dari Lahan Pasang dan Surut ... 12

4. Peta Lokasi Penelitian ... 17

5. Kerangka Berfikir Penelitian ... 23

6. Kondisi Kawasan mangrove rehabilitasi ... 27

7. Kondisi Kawasan mangrove rehabilitasi ... 28

8. Grafik rata-rata bulk density perkedalaman ... 32

9. Grafik rata-rata bulk density per titik ... 32

10.Grafik rata-rata SOC density perkedalaman ... 35

11.Grafik rata-rata SOC density per titik ... 35

12.Grafik rata-rata soil organic carbon perkedalaman ... 38

13.Peta distribusi lapisan kedalaman 0-15 SOC ... 39

14.Peta distribusi lapisan kedalaman 15-30 SOC ... 40

15.Peta distribusi lapisan kedalaman 30-50 SOC ... 41

16.Peta distribusi lapisan kedalaman 50-100 SOC ... 42

17.Peta distribusi lapisan kedalaman 100-110 SOC ... 43

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Titik Koordinat Penelitian ... 16

2. Alat dan Bahan Penelitian ... 17

3. Sebaran Hutan Mangrove di Kawasan Rehabilitasi ... 26

4. Konsentrasi bulk density (g/cm3) pada setiap titik ... 30

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data soil organic carbon (Mg ha-1) pada setiap titik ... 53

2. Data rata-rata hasil perhitungan bulk density, carbon density dan soil organic carbon perkedalaman ... 54

3. Dokumentasi alat dan bahan penelitian ... 55

4. Dokumentasi proses pengambilan sampel ... 56

(19)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki banyak potensi sumber

daya alam. Salah satu sumberdaya alam Indonesia adalah ekosistem mangrove.

Ekosistem mangrove di Indonesia sangat luas yakni berkisar 2,5 juta – 4,25 juta ha,

dan ini diakui oleh dunia bahwa Indonesia mempunyai luas ekosistem mangrove

terluas di dunia (21% luas mangrove dunia) (Santoso, 2005). Bali merupakan

daerah yang memiliki potensi terbesar ekosistem hutan mangrove. Ada tiga

kawasan mangrove yang luas di Pulau Bali, yaitu pertama terletak di sepanjang

Teluk Benoa yang sering disebut Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali (TAHURA

Ngurah Rai) dengan luas 1373,5 ha termasuk Pulau Serangan, kedua Taman

Nasional Bali Barat (Menjangan) dengan luas sebesar 602 ha, dan yang terakhir

adalah di Nusa Lembongan seluas 202 ha (Widagti et al., 2011).

TAHURA Ngurah Rai merupakan ekosistem alam yang didominasi oleh

mangrove dengan luas lahan 1.373,50 Ha berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor: 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993. Sebaran vegetasi

mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai terdiri atas vegetasi alami dan vegetasi

rehabilitasi. Pada kawasan TAHURA Ngurah Rai luas lahan vegetasi rehabilitasi

sekitar 402 ha yang dulunya merupakan kawasan bekas tambak (Kitamura, 1997).

Penanaman tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki lahan tambak tetapi untuk

membantu suksesi agar manfaat rehabilitasi bisa mendukung kembalinya ekosistem

dan berfungsi dengan baik. Salah satu tujuan kegiatan rehabilitasi adalah untuk

mengembalikan fungsi ekosistem mangrove sebagai penyimpan karbon. Kawasan

mangrove TAHURA Ngurah Rai merupakan kawasan yang juga mendapat input

masukan bahan – bahan organik maupun anorganik dari wilayah daratan. Sumber

yang masuk dari daratan ke kawasan hutan mangrove melalui aliran sungai dan

buangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Hal ini

mempengaruhi karakteristik tanah secara alami dan mempengaruhi perkembangan

karena kondisi dapat berbeda-beda secara terus-menerus dalam waktu dan tempat

(20)

2 Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan

yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis (Liu et

al., 2014). Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi baik secara fisik, biologis,

dan ekologis. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai penyerap karbon,

dimana fungsi tersebut menjadikan hutan mangrove dapat menyimpan karbon

dalam jumlah yang besar baik pada vegetasi (biomassa) maupun bahan organik lain

yang terdapat di hutan mangrove (Cahyaningrum dkk 2014). Hutan mangrove

menyimpan karbon di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah,

dengan sebagian besar dialokasikan di bawah permukaan tanah (Alongi, 2012).

Dari berbagai penelitian total stok karbon pada mangrove adalah sebesar

0,18-673,01 ton C ha-1 dan karbon stok sedimen mangrove berkisar antara 0,06-6,77 %

atau setara dengan 0,90-66,12 Mg ha-1 (Afiati dkk 2014). Pada kawasan rehabilitasi

mangrove TAHURA Ngurah Rai total simpanan karbon di atas permukaan tanah,

simpanan karbon di bawah permukaan tanah dan simpanan karbon di dalam tanah

masing – masing sebesar 10.803.114,24 ton C, 7.095.243,46 ton C, dan

57.458.918,73 ton C (Widayantari, 2013).

Sebagai kolam terbesar dari karbon organik terestrial, tanah berinteraksi kuat

dengan komposisi atmosfer, iklim, dan perubahan tutupan lahan (Jobbagy et al.,

2000). Peningkatan CO2 atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global

sangat mungkin dapat dikurangi melalui proses pemindahan/sekuestrasi karbon ke

dalam tanah (soil carbon sequestration) (Markewich & Buell, 2001). Sekuestrasi

karbon organik tanah (soil organic carbon/SOC) dianggap sebagai strategi untuk

mitigasi perubahan iklim dan berkaitan dengan penyimpanan karbon kedalam tanah

(Chan et al., 2008). Semakin banyak karbon disimpan dalam tanah sebagai karbon

organik tanah dapat mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sehingga

dapat mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim (Chan, 2008).

Perbedaan keragaman kandungan karbon organik tanah (soil organic

carbon/SOC) pada kedalaman tanah terjadi karena setiap jenis vegetasi berbeda

dalam distribusi akar vertikalnya dan meninggalkan jejak yang berbeda pada

distribusi kedalaman SOC (Lal, 2005). Pada kedalaman 0,5 m sampai lebih dari 3

(21)

3 penyimpanan karbon (Daniel et al., 2011). Kawasan hutan mangrove reboisasi dan

penghijauan memiliki kandungan karbon yang beragam. Dari hasil penelitian

membuktikan bahwa hutan mangrove jenis Kandelia obovata dan Sonneratia

apetala dengan perbedaan usia jenis mangrove konsentrasi %C meningkat secara

signifikan selama 6 tahun dari 1,14 % menjadi 1,52 % (K. obovate) dan 1,23 %

menjadi 1,68 % (S. apetala) (Lunstrum, 2014). Potensi hutan mangrove sebagai

penyerap dan penyimpan karbon dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan,

potensi simpanan karbon dapat bertambah dikarenakan pertumbuhan dan

perkembangan vegetasi, sedangkan potensi simpanan karbon dapat berkurang

akibat perubahan tata guna lahan.

Studi simpanan karbon total di kawasan rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai

pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode sistematic sampling

untuk mengetahui besarnya simpanan karbon yang terdapat di atas dan di bawah

permukaan tanah (Widayantari, 2013). Dari penelitian tersebut belum diketahui

distribusi simpanan karbon organik secara vertikal. Karena penyimpanan karbon

organik mempengaruhi distribusi bahan organik yang ada di setiap lapisan tanah

(Lunstrum, 2014). Salah satu aspek dari karbon organik tanah yang belum pernah

dilakukan di kawasan TAHURA Nurah Rai Bali adalah distribusi vertikal karbon

organik di dalam tanah. Maka, perlu dilakukan penelitian dasar mengenai simpanan

karbon organik di bawah permukaan tanah pada kawasan rehabilitasi hutan

mangrove TAHURA Ngurah Rai, Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana simpanan karbon organik di bawah permukaan tanah di hutan

mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali?

2. Bagaimana variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan

(22)

4 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui simpanan karbon organik di bawah permukaan tanah di hutan

mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.

2. Mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan

dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui simpanan karbon organik yang terkandung di bawah

permukaan tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.

2. Dapat mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang

terkandung dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai,

Bali.

1.5 Batasan Penelitian

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga peneliti dapat

terarah dengan baik sesuai tujuan penelitian serta dengan adanya keterbatasan

waktu pengerjaan maka perlu adanya batasan penelitian. Batasan penelitian ini

adalah:

1. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada kawasan rehabilitasi hutan

mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.

2. Penelitian yang dilakukan hanya mengukur kandungan karbon organik yang ada

di dalam tanah hutan mangrove rehabilitas.

3. Penelitian ini hanya mengidentifikasi jenis vegetasi mangrove yang terdapat

(23)

5

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Hutan Mangrove

Mangrove terdiri dari berbagai bentuk pertumbuhan, dari pohon, semak,

tanaman merambat, paku/palem, dan herba/rumput yang memiliki kemampuan

umum untuk hidup di tanah yang tergenang air garam secara terus-menerus

(Kitamura 1997). Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan

dan lautan yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis

(Liu et al 2014). Jenis mangrove yang ditemukan di Indonesia lebih banyak

dibanding dengan Negara Asia lainnya, jumlah spesies yang ditemukan sebanyak

48 jenis mangrove (Noor et al., 2006).

Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan

laut. Salah satu komponen utama penyusun ekosistem mangrove adalah vegetasi

mangrove. Mangrove atau mangal merupakan sebutan umum yang digunakan

untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh

beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan untuk

tumbuh dalam perairan asin (Nybakken, 1992).

Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut

sesuai dengan toleransinya terhadap salinitas, lama penggenangan, substrat dan

morfologi pantai. Mangrove dapat di jumpai pada daerah sepanjang muara sungai

atau daerah yang banyak dipengaruhi oleh aliran sungai (fluvio-marine) dan daerah

yang umumnya didominasi oleh faktor laut (marino-fluvial). Seringkali mendengar

dan menyebut mangrove sebagai: “bakau”. Istilah bakau adalah sebutan bagi jenis

utama pohon mangrove (Rhizophora spp.) yang didominan hidupnya di habitat

pantai. Menurut LPP Mangrove (2006) Indonesia mempunyai luas hutan mangrove

terbesar di dunia yaitu 3,7 juta hektar (21,8 % dari luas hutan mangrove di dunia).

Di Indonesia, hutan mangrove dapat ditemukan hampir di setiap provinsi (Gambar

1). Ada 38 jenis mangrove yang tumbuh di Indonesia, di antaranya merupakan

Rhizophora, Bruguiera, Avicennia, Sonneratia, Xylocarpus, Barringtonia,

(24)

6 Gambar 1. Penyebaran Mangrove di Indonesia (Sumber: LPP Mangrove, 2006)

Secara ekologi, pemanfaatan hutan mangrove di daerah pantai yang tidak

dikelola dengan baik akan menurunkan fungsi hutan mangrove itu sendiri dan akan

berdampak negative pada potensi biota dan fungsi ekosistem hutan lainnya sebagai

habitat.

Ada berbgai bentuk adaptasi dari vegetasi mangrove sebagai berikut

(Agustina et al., 2007):

1. Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah, vegetasi mangrove memiliki

bentuk perakaran yang khas, yaitu:

a. Bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora untuk mengambil

oksigen dari udara, seperti pada Avicennia spp., Xylocarpus spp., dan

Sonneratia spp.

b. Bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel, seperti pada

Rhizophora spp.

2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi:

a. Memiliki sel – sel khusus dalam daun yang berfungsi menyimpan

(25)

7

b. Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur

keseimbangan garam.

c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi

penguapan.

Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut dengan

mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan

horizontal yang lebar. Selain untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga

berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Simpanan karbon

pada hutan alam, hutan rawa, dan agroforestri, yaitu masing – masing sebesar

37,2846 ton/ha; 39,2875 ton/ha; dan 36,8416 ton/ha. Simpanan dari ketiga hutan ini

tidak jauh berbeda, sedangkan hutan mangrove memilik simpanan karbon terbesar,

yaitu sebesar 51,5031 ton/ha (Sugirahayu, 2011).

Pada umumnya hutan mangrove pantai lebih tebal dibandingkan dengan hutan

mangrove sungai, tetapi mangrove sungai lebih panjang masuk ke daratan

mengikuti aliran sungai sampai batas salinitas tidak berpengaruh pada tumbuhan

jenis mangrove (Bismark dkk, 2008). Dari hasil penelitian di kawasan Desa

Cangring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu jenis substrat sedimen

mangrove yaitu pada kelas pasir berlempung, liat, dan kelas lempung liat berdebu

(Darmadi dkk, 2012).

2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Sebagaimana tumbuhan lainnya, mangrove mengkonversi cahaya matahari

dan unsur hara (nutrien) menjadi jarigan tumbuhan (bahan organik) melalui proses

fotosintesis. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial, dalam

berbagai bentuk bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. (Bengen,

2004), komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem mangrove berbeda dengan

tumbuhan pada umumnya, bukan tumbuhan itu sendiri melainkan detritus yang

berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya).

Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari

gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman,

(26)

8 terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai.

Menurut Kusmana 2002, fungsi mangrove dapat dikategorikan ke dalam tiga

fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomis seperti

berikut:

a. Fungsi fisik

 Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil

 Mempercepat perluasan lahan

 Mengendalikan intrusi air laut

 Melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang

angin kencang

 Mengolah limbah organik

b. Fungsi biologis/ekologis

 Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawnig

ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai

jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya

 Tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung

 Sumber plasma nufah

c. Fungsi ekonomis

 Hasil hutan berupa kayu

 Hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat – obatan, minuman dan makanan, tannin dan lain – lain

 Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman, pertambangan, industry, infrastruktur, transfortasi, rekreasi dan lain – lain).

Selain manfaat dan fungsi yang disebut diatas hutan mangrove juga memiliki

fungsi sebagai penyimpan karbon. Mangrove merupakan salah satu parameter

ekosistem Blue Carbon, karena mangrove berperan memanfaatkan CO2 untuk

(27)

9 2.3 Siklus Karbon di Hutan Mangrove

Karbon adalah elemen kunci dari kehidupan dan merupakan elemen terbayak

ke empat di alam semesta setelah hydrogen (H), hellum (He) dan oksigen (O).

Siklus karbon adalah pertukaran karbon antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan

atmosfer. Pertukaran karbon ini melalui empat reservoir karbon utama yaitu

atmosfer, biosfer terrestrial, lautan dan sedimen. Pergerakan tahunan karbon dan

pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses – proses kimia, fisika,

geoligi, dan biologi yang bermacam – macam. Siklus karbon merupakan siklus

biogeokimia yang mencakup proses dan reaksi kimia, fisika, geologi, dan biologi

yang membentuk komposisi lingkungan alam (termasuk biosfer, hidrosfer,

pedosfer, atmosfer, dan lithosfer), serta siklus zat dan energy yang membawa

komponen kimiawi bumi dalam ruang dan waktu.

Hutan dan laut adalah tempat alamiah di bumi ini yang berfungsi untuk

menjadi tempat menyerap gas CO2. Gas karbon dioksida diserap oleh tumbuhan

yang sedang tumbuh dan disimpan dalam batang kayunya. Di lautan, gas karbon

dioksida yang digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis, tenggelam ke

dasar lautan bersama kotoran makhluk hidup pemakan fitoplanton dan predator –

predator tingkat tinggi lainnya.

Secara alami, pelepasan karbon hutan ke atmosfir, atau disebut emisi, terjadi

melalui berbagai mekanisme seperti respirasi makhluk hidup, dekomposisi bahan

organik serta pembakaran biomasa. Selain melakukan proses fotosintesis untuk

merubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2), tumbuhan juga melakukan

proses respirasi yang melepaskan CO2. Namun proses ini cenderung tidak

signifikan karena CO2 yang dilepas masih dapat diserap kembali pada saat proses

fotosintesa. Pada saat tumbuhan atau satwa hutan mati, akan terjadi proses

dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO2 ke atmosfer.

Karbon selalu dapat ditemukan dengan tiga cara (Stone et al., 2010). Karbon

itu dapat:

1. diserap dari udara sebagai bagian dari karbon dioksida oleh tumbuhan dan

(28)

10 2. dilepaskan kembali ke udara sebagai bagian dari CO2 oleh tumbuhan, pohon,

binatang dan manusia melalui pernapasan,

3. disimpan di dalam batang pohon, badan binatang, tubuh manusia, serta batuan

dan benda-benda mati lainnya.

Hutan mempunyai peran penting dalam perubahan iklim melalui tiga cara,

yaitu (1) sebagai carbon pool, (2) sebagai sumber emisi CO2 ketika terbakar, (3)

sebagai carbon sink ketika tumbuh dan bertambah luas arealnya. Bila dikelola

secara baik, hutan akan mampu mengatasi jumlah karbon yang berlebih di atmosfer

dengan menyimpan karbon dalam bentuk biomassa, baik di atas maupun di bawah

permukaan tanah. Bahan organik yang mengandung karbon mudah teroksidasi dan

kembali ke atmosfer dalam bentuk CO2. Karbon disimpan di hutan dalam bentuk:

(1) biomassa dalam tanaman hidup yang terdiri dari kayu dan non-kayu, (2) massa

mati (kayu mati dan serasah) dan (3) tanah dalam bahan organik dan humus. Humus

berasal dari dekomposisi serasah. Karbon organik tanah juga merupakan pool yang

sangat penting (Wahyuningrum 2008). Menurut Dury et al. (2002) dalam Balinda

(2008) dalam tegakan hutan, karbon terdapat dalam (Gambar 2):

1. Pepohonan dan akar: Biomassa hidup, baik yang terdapat di atas pemukaan

dan di bawah permukaan tanah dari berbagai jenis pohon, termasuk batang,

daun dan cabang serta akar.

2. Vegetasi lain: Vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba dan

rerumputan).

3. Sampah hutan: Biomassa mati di atas lantai hutan, termasuk sisa

pemanenan.

4. Tanah: karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam

bentuk mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami

peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya

(29)

11 Gambar 2. Kolam karbon di ekosistem mangrove (Sumber: Costal Blue Carbo,

2014)

Karbon yang ditemukan pada ekosistem Blue Carbon dapat diklasifikasikan

sebagai autochthonous atau allochthonous dan tergantung pada proyek, harus

dinilai secara terpisah (Gambar 3) (Middelburg et al. 1997; Kennedy et al. 2010).

 Autochthonous Carbon: Jenis karbon diproduksi dan disimpan di lokasi

yang sama. Tanaman menghilangkan karbon dioksida (CO2) dari

atmosfer/laut melalui fotosintesis (produksi primer) dan mengubahnya

untuk digunakan oleh jaringan tanaman (seperti daun, batang,

akar/rimpang) untuk meningkatkan biomassa tanaman. Sebagian besar

biomassa tanaman dialokasikan ke akar di mana terurai sangat lambat dalam

kondisi anaerob, sehingga menyimpan karbon dalam sedimen.

 Allochthonous Carbon: Jenis karbon diproduksi di satu lokasi dan disimpan di tempat lain. Ekosistem karbon biru sangat hidrodinamis aktif, mereka

terus terkena oleh gelombang, pasang surut dan arus pantai yang membawa

transport sedimen dan menghubungkan karbon organik yang berdekatan

(30)

12 Gambar 3. Mekanisme Karbon bergerak keluar dan masuk dari lahan pasang surut

(Sumber: Costal Blue Carbo, 2014)

2.4 Karbon Organik

Sumber karbon utama adalah CO2 atmosfer yang ditambah oleh tanaman dan

organisme fotoautotrof lainnya. CO2 atmosfer ditambah menjadi bentuk karbon

organik penyusun jaringan tanaman melalui reaksi CO2 + H2O → CH2O + O2.

Jaringan kemudian dikonsumsi oleh herbivora. Sisa tanaman merupakan sumber

karbon langsung untuk tanah, sedangkan tubuh hewan herbivora dan limbahnya

merupakan sumber karbon yang tidak langsung. Selain sisa tanaman dan hewan,

beberapa organisme tanah seperti sianobakteri dan beberapa bakteri fotoautotrof

dan khemoautotrof juga memberikan sumbangan karbon ke dalam tanah karena

kemampuan menambat CO2 (Handayanto dan Hairiah, 2009).

Karbon dapat masuk ke tanah dalam bentuk hidrokarbon aromatik polisiklik

dari pebakaran bahan bakar fosil dan dalam bentuk produk industry seperti

pestisida. Pada ekosistem yang produktif, pergantian (turnover) karbon pada

umumnya berjalan cepat. Semakin tidak produktif suatu ekosistem semakin rendah

(31)

13 Karbon (C) adalah unsur penting pembangun bahan organik, karena sebagian

besar (58%) bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Unsur C, ini diserap

tanaman dalam bentuk gas CO2 dari atmosfir yang selanjutnya digunakan dalam

proses penting yang disebut fotosintesis dan menyimpan hasilnya sebagai materi

organik dalam bentuk biomasa tanaman. Separuh dari 13 jumlah karbon yang

diserap tanaman dari udara bebas tersebut masuk ke dalam tanah melalui sisa

tanaman (serasah), akar tanaman yang mati, dan organisme tanah lainnya dan

mengalami dekomposisi sehingga terakumulasi dalam lapisan tanah (Colins et al.

1992; Hikmat, 2005; Ruddiman, 2007).

Separuh karbon organik dalam tanah berbentuk aromatik, 20% berasosiasi

dengan nitrogen, dan sekitar 30% berada dalam bentuk karbon karbohidrat, asam

lemak, dan karbon alkane. Walaupun karbon organi ada dalam berbagai bentuk,

secara sederhana karbon organik tanah dapat dikelompokan menjadi 3 pool, yakni:

(1) karbon tidak larut (insoluble), (2) karbon larut (soluble), dan (3) karbon

biomassa (Handayanto dan Hairiah, 2009).

Karbon organik tidak larut menyusun sekitar 90% total karbon organik tanah,

meliputi komponen utama dinding sel tanaman (selulosa dan lignin) dan komponen

utama dinding sel jamur dan eksoskeleton fauna tanah (khitin). Karbon organik

tanah tidak larut juga termasuk bahan terlapuk dalam bentuk humus tanah.

Karbon organik larut sebagian besar dihasilkan oleh akar tanaman dalam

bentuk eksudat akar, oleh organisme lain yang menghasilkan eksudat, dan oleh

dekompsisi enzimatik pada karbon tidak larut dan karbon biomassa. Di dalam

tanah, karbon organik larut merupakan susbstrat antara berbagai mikroba tanah.

Jumlah karbon organik yang larut ini biasan kurang dari 1% total karbon organik

tanah, hal ini karena cepat diasimilasi oleh mikroba tanah.

Karbon biomassa terdiri atas mikroorganisme dan fauna tanah. Turnover

karbon biomassa di dalam tanah terutama dilakukan oleh mikroorganisme

perombak (decomposer), dan juga fauna tanah. Semua bahan organik melalui pool

mikroba dulu sebelum diredistribusikan ke pool lainnya. Jumlah pool karbon

(32)

14 Karbon organik tanah adalah karbon yang terkait dengan bahan organik tanah.

Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah yang terdiri dari tumbuhan

dan hewan bahan membusuk serta organisme mikroba, tetapi tidak termasuk bahan

tanaman segar dan peningkatan pembusukan, seperti jerami dan sampah di

permukaan tanah. karbon tanah juga dapat hadir dalam bentuk anorganik, misalnya

kapur atau karbonat di beberapa tanah di daerah kering (Chan, 2008). Pada

ekosistem lain bahan yang dihasilkan akan membusuk dan melepaskan karbon

kembali ke atmosfer sebagai CO2, sedangkan pada ekosistem mangrove

mengandung banyak bahan organik yang tidak membusuk (Purnobasuki, 2012).

Karbon di dalam tanah bersumber dari mikroba dan fauna tanah, selain itu

sisa tanaman (daun, ranting, cabang, batang, dan akar) merupakan penyusun utama

karbon yang masuk kedalam tanah (Handayanto dan Hairiah, 2009). Kandungan

karbon yang tinggi menunjukkan jumlah kandungan bahan organik dalam tanah

tinggi, sebaliknya kandungan karbon yang rendah menunjukkan kandungan bahan

organik di dalam tanah rendah. Bahan organik yang terdapat dalam ekosistem

mangrove dapat berupa bahan organik yang terlarut dalam air (teruspensi) dan

bahan organik yang tertinggal dalam sedimen. Sebagian bahan organik lainnya akan

digunakan langsung oleh tingkatan tropik yang lebih tinggi dan akhirnya dilepaskan

ke dalam kolom air melalui autolysis dari sel-sel mati (Kushartono, 2009). Dalam

lahan pertanian fungsi bahan organik tanah adalah: (a) sebagai penyedia unsur hara

(melalui dekomposisi dan mineralisasi), (b) pemacu aktivitas mikroorganisme dan

fauna tanah, sehingga memperbaiki agregasi tanah dan mengurangi resiko erosi, (c)

pengikat unsur-unsur beracun pada tanah asam (Handayanto dan Hairiah, 2009).

2.5 Karakteristik Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

Taman Hutan Raya Ngurah Rai merupakan kawasan yang telah dikukuhkan

atau ditetapkan sebagai kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA), berdasarkan

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 544/Kpts- II/1993 tanggal 25 September

1993 dengan luas 1.373,50 Ha. TAHURA Ngurah Rai merupakan kawasan

(33)

15 mulai dari Tukad Loloan sampai Tanjung Benoa dan sebagian terdapat di Pulau

Serangan.

Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali adalah kawasan hutan yang di dominasi

oleh ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang tumbuh di kawasan Taman

Hutan Raya Ngurah Rai merupakan vegetasi mangrove alami dan vegetasi

mangrove rehabilitasi dimana vegetasi mangrove rehabilitasi merupakan kawasan

yang dulunya bekas tambak. Jenis mangrove yang mendominasi pada kawasan

TAHURA Ngurah Rai yaitu: Rhizhophora stylosa, Rhizophora mucronata,

Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Avicennia marina,

Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, dan Xylocarpus granatum. Secara umum

di TAHURA Ngurah Rai dijumpai jenis seperti: Sonneratia alba, Rhizophora

apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhyiza, Rhizophora stylosa,

Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Avicennia lanata,

Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Avicennia officinalis, Bruguiera

cylindrical, Sonneratia caseolaris, Lumnitzera racemosa, dan Ceriops decandra

(BPDAS Unda Anyar, 2008). Sedangkan pada kawasan vegetasi mangrove

rehabilitasi jenis yang dominan ditemukan adalah Rhizophora mucronat. Menurut

Kitamura (1997), jenis-jenis vegetasi penyusun hutan mangrove TAHURA Ngurah

Rai terdiri dari jenis-jenis mangrove mayor antara lain Rhizophora, Sonneratia, dan

Avicennia; jenis mangrove minor antara lain Xylocarpus dan Aegiceras; serta

Gambar

Gambar 1. Penyebaran Mangrove di Indonesia (Sumber: LPP Mangrove, 2006)
Gambar 2. Kolam karbon di ekosistem mangrove (Sumber: Costal Blue Carbo, 2014)
Gambar 3. Mekanisme Karbon bergerak keluar dan masuk dari lahan pasang surut (Sumber: Costal Blue Carbo, 2014)

Referensi

Dokumen terkait

Pada prinsipnya PLTU merupakan suatu system konversi energy baik berupa energy kimia yang terkandung dalam bahan bakar fosil maupun energy panas dari

Hasil analisis dari tulisan ini menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran daring yang dilakukan di SDIT Ar-Rahman memunculkan problem baru yang dipengaruhi oleh beberapa

Dalam mencari kasus yang memiliki kemiripan dengan kasus baru, setiap kasus baru akan disamakan dengan semua kasus yang ada pada basis kasus dengan faktor-faktor bagian diatas,

Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar ( regional dan nasional

Model sistem peramalan menggunakan metode fuzzy inference system yang dikembangkan dapat menghasilkan output tentang kebutuhan jumlah produksi dengan memperhatikan dua

Isofluran menurunkan jumlah radikal bebas yang ditunjukkan dengan penurunan kadar MDA dalam darah saat durante operatif dan post operatif pada pasien dengan trauma kepala

Meminta siswa untuk menggambar sesuai dengan kaidah penggambaran yang sesuai dengan aturan pada perusahaan.. Mengingatkan siswa untuk lebih

Berdasarkan hasil uji F dan nilai P tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel Kepemimpinan yang meliputi kemampuan, Kecerdasan, Ketegasan, Kepercayaan dan