• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memperkenalkan Kembali Budaya Tionghoa Peranakan kepada Generasi Muda di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Memperkenalkan Kembali Budaya Tionghoa Peranakan kepada Generasi Muda di Bandung."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

 

v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

(2)

 

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN……….. vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Permasalahan... 6

1.3Batasan atau Ruang Lingkup………... 6

1.4Tujuan Perancangan……… 6

1.5Sumber dan Teknik Pengumpulan Data……….. 7

1.6Skema Perancangan……….... 8

1.7Sistematika Penulisan………. 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Buku….………...……… 10

2.2 Art Book………... 12

2.3 Etnik dan Budaya.………... 12

2.4 Etnis Cina atau Tionghoa Peranakan……….. 14

2.5 Fotografi……….. 15

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta………... 17

3.2 Analisis Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ………. 43

(3)

 

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

4.1 Konsep Komunikasi………... 46

4.2 Konsep Kreatif………... 47

4.3 Konsep Media……… 48

4.5 Hasil Karya………..…. 49

4.6 Budgeting……….………. 76

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………. 78

5.2 Saran……… 78

DAFTAR PUSTAKA……….. 80

LAMPIRAN………. 83

SARAN DAN KOMENTAR DOSEN PENGUJI………. 90

DATA PRIBADI....………. 91

UCAPAN TERIMA KASIH……… 92

(4)

 

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR FOTO

Gambar II.1 Logo INTI ... 17

Gambar III.1 Kelenteng ... 27

Gambar III.2 Atap Kelenteng ... 28

Gambar III.3 Relief Kelenteng ... 28

Gambar III.4 Tempat Sembahyang... 28

Gambar III.5 Tungku Dupa ... 28

Gambar III.6 Patung Biksu ... 30

Gambar III.7 Patung Singa ... 30

Gambar III.8 Pahatan Naga... 30

Gambar III.9 Relief... 30

Gambar III.10 Lukisan Ikan ... 30

Gambar III.11 Lukisan Legenda ... 30

Gambar III.12 Ukiran Shio ... 31

Gambar III.13 Ukiran Dewa ... 31

Gambar III.14 Klenteng-Klenteng Dan Masyarakat Tionghoa Di Indonesia... 42

Gambar IV.1 Judul Buku ……….…… 50

Gambar IV.2 Cover Buku ………... 52

Gambar IV.3 Half Title ……… 52

Gambar IV.4 Copyright, Title Page ……….. 53

Gambar IV.5 Edition Content ………..…. 53

Gambar IV.6 Daftar Isi ……….… 54

Gambar IV.7 Kata Pengantar………...……….. 54

Gambar IV.8 Bab Pembuka ……….. 55

Gambar IV.9 Bridge Halaman ………..……… 56

Gambar IV.10 Pergantian Bab, Bab I………..………. 56

Gambar IV.11 Pengganti Bab ………...……… 57

Gambar IV.12 Halaman Penjelasan………...……… 58

Gambar IV.13 Kamus Benda ………...………… 58

(5)

 

x Universitas Kristen Maranatha

Gambar IV.15 Halaman Sub Bab Kelenteng……… 60

Gambar IV.16 Halaman Penjelasan Kelenteng……… 60

Gambar IV.17 Kamus Benda Kelenteng……….. 61

Gambar IV.18 Cover Belakang Buku……….. 62

Gambar IV.19 Pembatas Buku dan halaman baliknya………. 62

Gambar IV.20 Pin ……… 63

Gambar IV.21 Stiker………. 64

Gambar IV.22 Kalender Meja………... 65

Gambar IV.23 Kartu Pos ……….. 65

Gambar IV.24 Kipas Lipat ……….. 66

Gambar IV.25 Aplikasi Hoodie ………... 67

Gambar IV.26 Poster ……….. 68

Gambar IV.27 X-Banner ……… 69

Gambar IV.28 Iklan Koran ………... 70

Gambar IV.29 Brosur ………..……….. 70

Gambar IV.30 Situs ………... 71

Gambar IV.31 Mini Banner ……….. 72

Gambar IV.32 Iklan Web ……….. 72

Gambar IV.33 Shopping Bag ……… 73

Gambar IV.34 Berbagai Jenis Packaging ……….. 74

Gambar IV.35 Depan – belakang packaging pembatas buku ………. 75

(6)

1 Universitas Kristen Maranatha 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat. Kita memiliki banyak sekali jenis tarian, makanan khas, upacara adat, pakaian tradisional dan lainnya. Kekayaan budaya kita berasal dari gabungan dari berbagai macam suku dan ras yang tergabung ke dalam negara kesatuan Indonesia, baik yang sudah mengalami proses akulturasi dengan budaya lain ataupun yang masih murni.

Namun ternyata zaman sudah bergeser, dimana teknologi dan paham modern menjadi trend di seluruh dunia. Globalisasi menjadikan tingginya peluang pergeseran jati diri bangsa dan berangsur memindahkan pandangannya ke arah modernitas. Hal tersebut bisa dilihat dari populernya budaya Barat dan Asia (Jepang – Korea) dalam kehidupan sehari – hari generasi muda sekarang. Banyak toko buku dan bioskop dibanjiri oleh produk-produk asing, yang secara tidak langsung membelokkan pandangan generasi kita kepada budaya lain.

“Budaya Nusantara tidak akan pernah mati, tapi di sana-sini tenggelam di

tengah-tengah budaya asing. Itu terjadi ketika kita tidak bangga dengan

budaya sendiri dan menjadikan budaya sebagaimana seni saja” (Anand

Khrisna dalam Dialog Bali Tv 1, 1 Agustus 2006.) adalah salah satu penuturan dari budayawan Indonesia dalam hal budaya Indonesia pada zaman sekarang ini.

(7)

2 Universitas Kristen Maranatha  dimana dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, budaya Tionghoa merupakan salah satu yang berpengaruh, baik dalam dunia sastra, kuliner, fashion sampai arsitektur.

Namun, budaya Tionghoa merupakan budaya yang pernah berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Dimana dalam 32 tahun kekangan dari pemerintahan Orde Baru Indonesia, budaya Tionghoa menjadi tersilamkan dan kebanyakan orang Tionghoa peranakan terpaksa melupakan jati dirinya agar bisa sama seperti orang Indonesia.

Sebuah badan kajian internasional milik University of Maryland mengenai keadaan minoritas dalam sebuah negara, etnis Tionghoa adalah kelompok etnis yang mengalami peminggiran dan diskriminasi terbanyak di Indonesia. Baik dari segi politik, sosial dan budaya. (Minority at Risk, 2005)

Dari sejarahnya, kedatangan kaum Tionghoa dari China pertama kali dipercaya pada tahun 411, dimana Fa Xian, seorang biksu senior dari dinasti Jin Timur hanyut dan mengelana di pulau tempat ia terdampar selama 5 bulan. Kemudian Fa Xian membuat buku yang berjudul Yapon yang artinya “Pulau Jawa”. Yang kemudian disusul oleh Laksamana Cheng Ho yang membawa armada laut sebanyak 7 kali (tahun 1405, 1407, 1412, 1416, 1421, 1424, dan 1430) dengan membawa serta orang-orang Tionghoa. Tujuan kedatangannya adalah untuk berdagang, bertukar budaya, dan ajaran agama.

Penuturan Dr. Pigeaud dan Dr. de Graff untuk menggambarkan Indonesia abad 16 adalah “di kota-kota pelabuhan pulau Jawa kalangan berkuasa terdiri dari keluarga-keluarga campuran, kebanyakan Tionghoa peranakan

Jawa dan Indo-Jawa. Sumber-sumber sejarah pihak Pribumi Indonesia

menyebut, dalam abad ke 16 sejumlah besar orang Tionghoa hidup di

kota-kota pantai Utara Jawa. Disamping Demak, juga di Cirebon, Lasem, Tuban,

(8)

3 Universitas Kristen Maranatha  Perkembangan budaya Tionghoa sempat tersendat pada sejarah Indonesia. Dimulai dari akibat ulah penjajah Belanda, menyebabkan pentingnya diskriminasi kewarganegaraan pada orang Tionghoa di Indonesia. Pada saat itu persaingan Baperki (Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan) yang mengikut Soekarno – PKI dan LPKB (Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa) yang mengikut Angkatan Darat sangat mempengaruhi posisi orang Tionghoa dalam politik Indonesia.

Baperki yang pro multikulturalisme di Indonesia dihancurkan seiring dengan hancurnya PKI pada tahun 1965 oleh LPKB. Peristiwa ini menyebabkan hancurnya kepercayaan kepada rakyat Tionghoa di Indonesia sehingga terjadi pembantaian rasialis besar-besaran. Dan puncaknya adalah pada masa era Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pada tahun 1968. Berkat kebijakan pemerintahannya dan dukungan dari pemikiran LPKB (CSIS pada masa Orde Baru) hasilnya adalah peraturan-peraturan pemerintah sangat mengintimidasi keberadaan kaum Tionghoa peranakan dan melarang semua jenis pementasan dan pelestarian budaya Tionghoa. Kaum Tionghoa peranakan dipaksa untuk meninggalkan semua atribut Tionghoa-nya dan “menjadi” orang Indonesia. (Setiono, 2003)

Peraturan-peraturan pada masyarakat Tionghoa di zaman Orde Baru dapat dibagi menjadi 3 gugus utama:

1. Gugus Stigmatisasi

Kebijakan yang dirumuskan dalam Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Republik Indonesia No. SE 06 / Pres Kab / 6 / 1967 yang melarang pemakaian kata “Tionghoa” dan menggantinya dengan “Cina”. Surat Keputusan ini menghasilkan stigma pada masyarakat Tionghoa peranakan karena kata “Cina” identik dengan persepsi negatif: tidak patriotik, eksklusif dan tidak peduli masalah sosial.

(9)

4 Universitas Kristen Maranatha  Lanjutan dari gugus stigmatisasi, dengan perilaku negatif mereka, maka etnis Cina harus diajunkan, hal yang terjadi adalah pembatasan kuota sekolah (60:40), larangan aktifitas budaya Cina, larangan penggunaan bahasa Cina, larangan menunjukkan identitas sebagai Cina dan sebagainya.

3. Gugus Viktimisasi

Kebijakan yang berusaha menjadikan etnis Cina sebagai binatang korban, kebijakan ini tidak dalam rumusan hukum tapi sanksi sosial. Yang paling halus, etnis Cina harus menyumbang lebih dalam segala hal, yang paling kasar adalah pemerasan dalam urusan Birokrasi (Turnomo Rahardjo 2005:22)

Pembicaraan mengenai Tionghoa di Indonesia biasanya meliputi percaturan orang-orang Tionghoa dalam politik, sosial dan budaya di Indonesia. Kebudayaan Tionghoa merupakan salah satu pembentuk dan bagian integral yang tak terpisahkan dari kebudayaan nasional Indonesia sekarang ini.

(10)

5 Universitas Kristen Maranatha  Salah seorang antropolog Indonesia, Prof Dr James Danandjaja, menyatakan bahwa sebagian besar kaum Tionghoa peranakan di Indonesia sudah hampir meninggalkan jati diri bangsanya karena indoktrinisasi Orde Baru,

“Tekanan rezim Orba inilah yang mengakibatkan banyak warga keturunan

Tionghoa mengalami autohypnotic amnesia, yakni proses melupakan jati diri

atas kemauan sendiri agar bisa diakui sebagai orang Indonesia,”.

Hal ini, menurut James sudah sampai ke dalam generasi muda, dimana hanya generasi yang berumur 40 tahun ke atas yang mengerti budaya asli mereka. Sedangkan generasi muda yang berumur 25 tahun ke bawah hanya ikut-ikutan saja namun tidak mengerti maknanya.

Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi budayawan Tionghoa peranakan, karena meskipun banyak budaya lain di Indonesia yang sudah mulai terlupakan, namun budaya Tionghoa peranakan mengalami penutupan secara legal oleh pemerintahan Orde Baru.

Pulau Jawa merupakan salah satu tempat yang memiliki budaya Tionghoa peranakan yang cukup maju namun sayangnya perkembangan kota modern dan majunya dunia pergaulan anak muda di Jawa sangatlah pesat. Potensi budaya Tionghoa Jawa sangat besar namun tertutup oleh kemajuan pembangunan.

(11)

6 Universitas Kristen Maranatha  bangga akan kebudayaannya dan sadar telah menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Mengapa budaya Tionghoa peranakan Indonesia perlu didokumentasikan ke dalam bentuk buku?

1. Budaya Tionghoa memiliki banyak pengaruh dalam berbagai bidang kebudayaan Indonesia;

2. Kebudayaan Tionghoa sudah terlalu lama disembunyikan dan sudah saatnya membuat dokumentasi hasil budaya Tionghoa peranakan Indonesia sebagai bukti eksistensi.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan:

1. Bagaimana memberikan informasi kebudayaan Tionghoa peranakan kepada generasi muda Indonesia?

2. Bagaimana menumbuhkan minat dan rasa bangga generasi muda untuk mempelajari kebudayaan Tionghoa peranakan?

3. Bagaimana membuat sebuah buku yang bermanfaat dan dapat stand out dari persaingan pasar?

4. Apakah perlu mempromosikan buku sebagai media komunikasi kepada masyarakat, terutama generasi muda?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada perancangan karya tugas akhir ini secara umum adalah book design.

1.3 Tujuan Perancangan

(12)

7 Universitas Kristen Maranatha  2. Menciptakan buku yang dapat menjadi sarana komunikasi dalam

kehidupan bermasyarakat pluralisme.

3. Memberikan nuansa yang baru pada buku, dimana buku tidak akan berperan sebagai photo book biasa. Buku akan menggunakan permainan layout dan kertas agar bisa lebih mengedepankan sisi seninya. Buku akan didominasi oleh gambar (foto) dan akan ada permainan teks meskipun tidak banyak. Dengan menambah kekuatan artistik dari buku, diharapkan akan meningkatkan nilai jual dari buku.

4. Membuat langkah-langkah promosi buku agar dapat lebih menjual kepada target pasar.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Sumber Data

Sumber data budaya Tionghoa peranakan berasal dari buku, majalah, internet, video, karya tulis, foto dan juga dari instansi yang terkait, dalam hal

ini adalah Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) ataupun badan budaya Tionghoa lain.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah :

• Observasi langsung non aktif, dengan mendatangi kelenteng ataupun tempat yang memiliki kebudayaan Tionghoa peranakan.

• Wawancara dengan budayawan ataupun orang yang sudah berkecimpung lama di dunia budaya Tionghoa Indonesia, untuk menambah validnya data yang sudah dikumpulkan.

Studi pustaka melalui buku, koran, majalah, internet, karya tulis, seminar yang berhubungan budaya Tionghoa peranakan.

(13)

8 Universitas Kristen Maranatha 

(14)

9 Universitas Kristen Maranatha 

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan perancangan, sumber dan teknik pengumpulan data, skema perancangan, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH

Berisi tentang data instansi yang terkait; sajian data-data hasil observasi, studi literatur, dan wawancara; tinjauan karya-karya sejenis; analisis terhadap permasalahan berdasarkan data dan fakta; Segmentasi, Targeting, Positioning (STP); dan Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (SWOT)

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

Berisi tentang alasan kenapa meneliti topik tersebut, konsep komunikatif, konsep kreatif, konsep media, dan hasil karya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan yang didapat dalam penelitian dan saran-saran atau masukan yang diberikan agar ke depannya lebih baik lagi.

(15)

78 Universitas Kristen Maranatha 

BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Budaya Tionghoa peranakan di Indonesia pada umumnya sudah tidak dikenali maknanya oleh generasi muda Indonesia sekarang ini. Namun bukannya tidak ada harapan, karena generasi muda Indonesia ternyata memiliki minat dan rasa ingin tahu yang cukup besar kepada budaya Tionghoa peranakan.

Budaya Tionghoa di Indonesia, sudah jauh lebih bebas dan jauh lebih dihargai dibanding saat masa pemerintahan Orde Baru dulu. Hasilnya adalah semakin eratnya akulturasi antara budaya Tionghoa dengan budaya Indonesia. Ditambah lagi boomingnya hasil kebudayaan dan kepercayaan Tionghoa di kalangan masyarakat Indonesia, seperti: Feng Shui, ramalan Shio, lukisan dan sebagainya.

Buku redculture adalah sebuah buku dokumentasi yang membahas perkembangan kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia, maka bisa dibilang juga buku ini adalah buku pendidikan yang bertujuan untuk memperkenalkan kembali. Dengan adanya buku ini, penulis berharap akan ada bukti dari kebudayaan Tionghoa Indonesia yang bisa diterima oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat bisa menyadari dan mengenal adanya budaya Tionghoa Indonesia yang berbeda dengan budaya Tionghoa di negara lain.

1.2 Saran Penulis

(16)

79 Universitas Kristen Maranatha  melupakan budaya aslinya, mau belajar untuk memahami dan senantiasa menjaga keutuhannya.

Saran untuk masyarakat Indonesia, agar perbedaan jangan sampai menimbulkan perpecahan. Budaya Tionghoa peranakan juga merupakan bagian dari budaya integral Indonesia. Dimana keduanya sudah saling menyatu berkat akulturasi selama ratusan tahun, jangan sampai nilai budaya hilang karena budaya modern.

Untuk budgeting, dirasa masih perlu peninjauan ulang karena harga produksi masih terlalu mahal atau harga buku masih belum memenuhi tingkat ideal.

(17)

80 Universitas Kristen Maranatha 

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Buku

Poerwadarminta, W.J.S, 1985. KUBI. Jakarta : Balai Pustaka

Tim Penyusun KBBI, 1989. KBBI. Jakarta : Depdikbud, Balai Pustaka

Jusuf, Teddy, 2000. Sekilas Budaya Tionghoa di Indonesia. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer

Koentjaningrat, 2005. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Suryadinata, Leo. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta : LP3ES Suryadinata, Leo, 2002. Negara dan Etnis Tionghoa (Kasus Indonesia). Jakarta : Pustaka LP3ES

Tan, Mely G, 1998. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia, Suatu Masalah Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta : PT Gramedia

De Graff, H.J, 2004. Cina Muslim di Jawa Abad XV & XVI, Antara Historisitas dan Mitos. Yogryakarta : Tiara Wacana

Suryadinata, Leo, 1981. Dilema Minoritas Cina. Jakarta : PT Grafiti Pers

Suryadinata, Leo, 1997. The Culture of the Chinese Minority in Indonesia. Singapore : Time Books International

Rivers, Charlotte, 2007. Book Art. ________

Puang, Seng Sok, 2001. Penyair. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, IKAPI Puang, Seng Sok, 2001. Kesalahan Sang Kaisar. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, IKAPI

Puang, Seng Sok, 2001. Perkawinan Putri Tikus. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, IKAPI

Puang, Seng Sok, 2001. Janji Setia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, IKAPI Puang, Seng Sok, 2001. Awas! Nian Datang. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, IKAPI

(18)

81 Universitas Kristen Maranatha 

Pustaka Internet

http://ikaning.wordpress.com/2007/10/19/jejak-jejak-akulturasi-budaya-tionghoa-dan-jawa/. Diakses pada 4 Agustus 2009

http://www.koran-jakarta.com/ver02/detail-news.php?id=293&&idkat=52. Diakses 2 Agustus 2009

http://www.budpar.go.id/page.php?ic=511&id=2593. Diakses 5 Agustus 2009 http://www.overseasthinktankforindonesia.com/2009/05/11/meniti-masa-depan-yang-damai/. Diakses 8 Agustus 2009

http://www.infokomunitas.com/index.php?option=com_content&task=view&id=696 &Itemid=74. Diakses 8 Agustus 2009

http://id.wikipedia.org/wiki/Penggunaan_istilah_Cina,_China_dan_Tiongkok. Diakses 8 Agustus 2009

http://budayationghoa.blogspot.com/2009_02_01_archive.html. Diakses 11 Agustus 2009

http://574nk.wordpress.com/2008/03/11/akulturasi-budaya-sunda-tionghoa/. Diakses 11 Agustus 2009

http://jcglobalcitizen.wordpress.com/2009/02/02/makanan-sincia-maknanya/. Diakses 29 Agustus 2009

http://jcglobalcitizen.wordpress.com/2009/05/30/hari-raya-peh-cun/. Diakses 29 Agustus 2009

http://jcglobalcitizen.wordpress.com/2009/04/21/kaki-yang-terlipat/. Diakses 29 Agustus 2009

http://jcglobalcitizen.wordpress.com/2009/01/31/asal-usul-lontong-cap-go-meh/. Diakses 29 Agustus 2009

Pustaka Skripsi

Nugroho, Adi, 2006. Kampanye Merah juga Merah Putih, Pemberdayaan &

Pembauran Etnis Tionghoa Indonesia dalam Kerangka Multikulturalisme. Bandung : Institut Teknologi Bandung

(19)

82 Universitas Kristen Maranatha  Angelina, Laura, 2009. Generasi Kehidupan Barongsai. Bandung : Universitas Kristen Maranatha

Pustaka Gambar

Dokumentasi pribadi di kelenteng Dharmabhakti Dokumentasi pribadi di vihara Samudra Bhakti Dokumentasi pribadi di kelenteng Xie Tian Gong Dokumentasi fotografi dari Laura Angelina, dengan izin

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Peserta yang berkeberatan dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis kepada Panitia Lelang atas penetapan pemenang dan diberi waktu 5 ( lima) hari kerja

Dengan mengkaji dampak perubahan iklim terhadap karakteristik hujan, serta mencermati pengaruh intensitas curah hujan terhadap fenomena banjir, diharapkan

Dalam pengaturan frekuensi pada sis/em tenaga listrik dapat dilakukan dengan metode-metode kontrol.. Namun dalam penelitian ini akan di coba pengendalian frekuensi

Penyelenggaraan Pendidikan Kader di Perhimpunan Mahasiswa Bandung, ada pada skala rendah dari hasil pengolahan kuisioner dari responden, dimana dalam hal ini responden yang

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan

Selesai mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu mengenali latar belakang, dasar-dasar dan prinsip-prinsip strategi belajar mengajar serta mampu membuat

Presentasi diri informan sebagai mahasiswi dan ayam kampus menunjukkan hasil dimana adanya perbedaan dari masing-masing informan dalam mengelola peran dan kesan yang

Mata kuliah membahas konsep dasar kesehatan mental, konsep kepribadian yang sehat, beberapa masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental, dan bentuk-bentuk