LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES
FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO
PENELITIAN
Disusun Oleh :
RIZKY DWI PUSPITA NINGRUM
NPM : 0531010029
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
i
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan rahmat, karunia, serta kekuatan, sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikan penyusunan penelitian dengan judul “Studi Tentang Asa, Asetat
Dan Asam Laktat Yang Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah
Kakao“.
Penelitian merupakan mata kuliah wajib dan diajukan sebagai usaha untuk
memenuhi salah satu persyaratan penyelesaian program pendidikan Strata Satu
(S–1) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan petunjuk, pengalaman,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Melalui tulisan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ir. Retno Dewati, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
3. Ir.Tutuk Harsini ,MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang telah
memberikan pencerahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
4. Ir. Lucky Indrati , MT selaku Dosen Penguji I Penelitian.
ii
selama menyelesaikan penelitian ini serta teman-teman yang telah mendukung
terselesaikannya penyusunan penelitian ini.
Dalam menyusun penelitian ini, kami menyadari masih memiliki
kekurangan. Diharapkan kritik dan saran dari saudara sekalian memicu kami
dalam penyempurnaan yang lebih baik. Semoga semua ini bermanfaat bagi
pengetahuan kita semua. Amin ya rabbal alamin...
Surabaya, Maret 2011
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ………...………... i
DAFTAR ISI ………...………... iii
DAFTAR GAMBAR ………...……….. v
DAFTAR TABEL… ………....………. vi
DAFTAR GRAFIK ... vii
INTI SARI ………...…………...………... viii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ………...…….……….... 1
I.2 Tujuan Penelitian ...…...………...……..… 3
I.3 Manfaat Penelitian ……...…...………...……. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum ... 4
II.2 Tanaman Kakao ... 5
II.2.1 Jenis – Jenis Kakao ... 6
II.2.2 Pemanenan ... 11
II.3 Pengolahan Buah Kakao Menjadi Biji Coklat ... 12
II.3.1 Pengolahan Buah Kakao Pada Kebun ... 12
II.3.2 Pengolahan Buah Kakao Di Pabrik ... 13
II.4.2 Hal yang Berpengaruh Terhadap Fermentasi ... 23
II.4.3 Fermentor ... 25
BAB III METODE PENELITIAN III.1 Bahan – Bahan yang Digunakan ..………....….…... 26
III.2 Alat – Alat yang Digunakan ... 26
III.3 Gambar dan Susunan Alat ... 26
III.4 Variabel yang Dijalankan ... 27
III.5 Metode Penelitian ... 27
III.6 Metode Analisa ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Tabel Hasil Pengamatan ... 28
IV.2. Pengamatan Asam Laktat ... 29
IV.3. Pengamatan Asam Asetat ... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan .……...……….…. 31
V.2 Saran ...………... 31
Gambar 2.1 Buah Kakao
Gambar 2.2 Buah kakao jenis Criollo
Gambar 2.3 Buah kakao jenis Forastero
Gambar 2.4 Buah kakao jenis Trinitario
Gambar 2.5 Penampang buah kakao
Gambar 2.6 Alat fermentasi buah kakao
Tabel 2.1. Ciri – ciri buah kakao jenis Criollo dan Forastero
Tabel 2.2. Komposisi pulp (% berat segar)
Gambar 4.1 Hubungan antara kadar Asam Laktat terhadap Waktu Pengambilan
viii
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Salah satu
tahapan penting dalam penanganan pasca panen kakao adalah proses fermentasi.
Dalam proses fermentasi buah kakao menghasilkan limbah padat dan limbah cair.
limbah cair berupa air hasil pencucian terhadap biji kakao dan air hasil rembesan
selama proses fermentasi yang mengandung senyawa organik. Seiring dengan itu
dalam rangka untuk mengolah atau memanfaatkan air rembesan fermentasi, perlu
mengidentifikasi senyawa – senyawa organik yang terbentuk selama proses
fermentasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar asam asetat dan laktat
pada air hasil fermentsai biji cacao. Kondisi operasi yang dipakai adalah buah
cacao, waktu pengadukan adalah 12 jam. Selain itu penelitian dilakukan pada
Tinggi unggun 15, 20, 25, dan 30 cm dan dengan variasi waktu pengambilan 12,
24,36, 48, dan 60 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang relaif
baik pada asam asetat terdapat pada waktu 36 jam dan tinggi unggun 15 cm
sebesar 5,7100 mg/l sedangkan asama laktat pada waktu 24 jam dan tinggi
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 1
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling
luas di dunia dan termasuk negara penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory
Coast dan Ghana, yakni dengan nilai produksi tahunannya mencapai 572 ribu ton.
Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2006), pada tahun 2003 luas
areal penanaman kakao telah mencapai 917 ribu hektar dan tersebar di seluruh
provinsi, kecuali DKI Jakarta. (T. Wahyudi dan P. Rahardjo)
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu
kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah
menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sector perkebunan
setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
(www.depprin.go.id)
Kegiatan penelitian kakao pada waktu lima tahun yang akan datang telah
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 2
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Indonesia (PPKKI) yang meliputi lima program utama, yaitu peningkatan
produktivitas, peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, konservasi dan
efisiensi sumber daya, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan perkebunan
rakyat. Program utama tersebut dijabarkan ke dalam program-program yang lebih
rinci.
Dalam pelestarian lingkungan di kawasan perkebunan kakao, pada
waktu-waktu yang akan datang, lingkungan dikawasan perkebunan kakao perlu dijaga
kelestariannya agar produk kakao dari Indonesia dapat berkelanjutan
(sustainable). Akhir-akhir ini, isu-isu lingkungan yang terkait dengan masalah
perkebunan kakao dirasakan semakin meningkat sehingga perlu disikapi dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, selain terhadap faktor – faktor biotik dan abiotik,
penelitian untuk pelestarian lingkungan di kawasan perkebunan kakao juga
diarahkan pada faktor – faktor sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di sekitar
perkebunan. (S. Abdoellah)
Salah satu tahapan penting dalam penanganan pasca panen kakao adalah
proses fermentasi. Tahapan ini sangat penting dilalui untuk mempersiapkan biji
kakao basah menjadi biji kakaokering bermutu tinggi dan layak dikonsumsi,
karena selama proses fermentasi biji kakao akan menumbuhkan cita rasa, aroma,
dan warna, karena selama fermentasi terjadi perubahan fisik, aroma, dan cita rasa
di dalam biji kakao. (www.primatani.litbang.deptan.go.id)
Pengolahan buah kakao menjadi biji kakao kering akan menghasilkan
limbah kakao yang apabila dibiarkan terus menerus dan tanpa pengolahan lebih
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 3
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
yang dijadikan tempat pembuangan limbah tersebut. Limbah dari pengolahan
buah kakao terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berupa kulit
buah kakao, sedangkan limbah cair berupa air hasil pencucian terhadap biji kakao
dan air hasil rembesan selama proses fermentasi yang mengandung senyawa
organik.
Seiring dengan itu dalam rangka untuk mengolah atau memanfaatkan air
rembesan fermentasi, perlu mengidentifikasi senyawa – senyawa organik yang
terbentuk selama proses fermentasi.
I.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui asam asetat dan asam laktat yang terbentuk selama proses
fermentasi biji – buah kakao.
I.3. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui asam asetat dan asam laktat yang terbentuk selama proses
fermentasi biji – buah kakao.
2. Dapat menginformasikan bahwa dengan mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi selama fermentasi biji – buah kakao, dapat mengetahui
berapa banyak air rembesan dari pulp biji – buah kakao yang dihasilkan
dan mengetahui asam asetat dan asam laktat yang terbentuk sehingga
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 4
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Umum
Tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di
Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakannya
sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek
(Aztec). Mereka mulai belajar menanam serta mengolah kakao menjadi makanan
dan minuman cokelat.(T.Wahyudi dan P.Rahardjo,2008)
Kakao diperkenalkan ke Eropa, tepatnya di Spanyol , pertama kali oleh
Christopher Columbus sekitar tahun 1502 sepulangnya ia dari pelayaran
terakhirnya di kepulauan Karibia. Dikarenakan manfaat dan flavornya yang khas,
cokelat menyebar dengan cepat di Eropa. Sepanjang abad ke 17 , coklat menyebar
di antara kaum elite Eropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya
menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati
oleh kelas pedagang. (http://miwingnurulwahyuni.wordpress.com)
Di Indonesia, tanaman kakao diperkenalkan oleh orang Spanyol pada
tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi Utara. Ekspor dari pelabuhan Manado ke
Manila tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. Tahun 1919 Indonesia masih
mampu mengekspor sampai 30 ton, Menurut van Hall, pada tahun 1859 sudah
terdapat 10.000 – 12.000 tanaman kakao di Ambon. Dari pohon sebanyak itu
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 5
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan subur di daerah tropis pada garis
lintang 10o LS - 10o LU dan pada ketinggian 0-600 m dari permukaan laut, untuk
pertumbuhan kakao yang optimal, kakao membutuhkan suhu dengan batasan
tertentu, yakni suhu minimum 18-21o C dan maksimum 30-32o C, dengan tingkat
kelembapan yang tinggi dan konstan, yakni di atas 80%. Kisaran curah hujan yang
ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 1.500-2.500 mm per tahun
(A.Wibawa dan J.B.Baon,2008).
II.2. Tanaman Kakao
Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku
Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988),
sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 6
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Gambar 2.1 Buah kakao
II.2.1. Jenis – jenis Kakao
Kakao dibagi tiga kelompok besar, yaitu criollo, forastero,dan trinitario.
1. Jenis Criollo,
a. merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang :
mutunya sangat baik dan dikenal sebagai: cokelat mulia, fine flavour
cocoa, choiced cocoa, dan edel cocoa.
b. Buahnya berwarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintil-bintil
kasar dan lunak.
c. Biji buahnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon
berwarna putih pada waktu basah.
d. Jumlahnya ± 7%, merupakan jenis edel yang dihasilkan di Ekuador,
Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilanka, Indonesia, dan Samoa
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 7
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Gambar 2.2 Buah kakao jenis Criollo
2. Jenis Forastero,
a. merupakan jenis tanaman kakao yang menghasilkan biji cokelat yang :
mutunya sedang atau bulk cocoa, atau dikenal juga sebagai ordinary
cocoa.
b. Buahnya berwarna hijau, kulitnya tebal.
c. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledon berwarna ungu pada waktu
basah.
d. Jumlahnya ± 93% dari produksi kakao dunia merupakan jenis bulk yang
dihasilkan dari Afrika Barat, Brasil dan Dominika.
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 8
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 3. Jenis Trinitario,
a. merupakan hybrida dari jenis Criollo dengan jenis Forastero secara alami,
sehingga kakao jenis ini sangat heterogen.
b. Kakao Trinitario menghasilkan biji yang termasuk fine flavour cocoa dan
ada yang termasuk bulk cocoa.
c. Buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam.
d. Biji buahnya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu
muda sampai ungu tua pada waktu basah
Gambar 2.4 Buah kakao jenis Trinitario
Poedjiwidodo (1996) menggambarkan perbedaan antara kakao criollo dan
forastero.
Tabel 2.1. Ciri – ciri buah kakao jenis Criollo dan Forastero
Ciri – ciri Criollo Forastero
Pertumbuhan tanaman Lemah Kuat
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 9
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Ciri – ciri Criollo Forastero
Masa berbuah Lambat Cepat
Ketahanan terhadap
hama atau penyakit
Peka atau rentan Tahan atau toleran
Kulit buah Tipis, lunak, permukaan
kasar
Tebal, keras, permukaan
halus
Warna kulit buah Merah – oranye Hijau – merah
Alur pada kulit buah Dalam dan dangkal,
berselang – seling
Dalam
Ujung buah Tumpul agak bengkok,
tidak ada bottle neck
Bottle neck ada atau tidak
ada
Biji Bulat Gepeng
Warna endosperma Putih Ungun tua
Rasa Enak Kurang enak
Fermentasi Cepat Lambat
Bentuk buah dan warna kulit buah kakao sangat bervariasi, tergantung
pada kultivarnya. Namun hanya ada dua macam warna, yaitu:
1. Buah yang ketika muda berwarna hijau/ hijau agak putih, bila sudah masak
berwarna kuning, dan
2. Buah yang ketika masih muda berwarna merah, bila sudah masak berwarna
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 10
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Biji kakao dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih,
rasanya asam manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan.
Buah kakao akan masak setelah berumur 5-6 bulan. Pada saat buah masak,
ukuran buah yang terbentuk cukup beragam dan ukuran berkisar 10-30 cm,
diameter 7-15 cm. Di dalam buah, biji tersusun dalam 5 baris mengelilingi poros
buah, jumlahnya beragam antara 20-50 biji per buah. (A.A. Prawoto,2008)
Gambar 2.5 Penampang buah kakao
Komposisi pulp kakao segar disajikan dibawah ini :
Tabel 2.2. Komposisi pulp (% berat segar)
No. Bahan Kadar (%)
1 Air 84,5
2 Pentosa 2,7
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 11
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
4 Glukosa, Fruktosa 10,0
5 Protein 0,6
6 Asam – asam 0,7
7 Garam – garam anorganik 0,8
Sumber : Hardy (1960) dalam (Wood & Lass, 1985)
II.2.2. Pemanenan
Buah kakao umumnya dapat dipanen hampir sepanjang tahun. Selama
setahun, biasanya terdapat satu atau dua puncak panen dan yang terjadi 5 – 6
bulan setelah perubahan musim kemarau ke musim hujan dan musim hujan ke
musim kemarau. Buah kakao dapat dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit
pada buah yang telah matang.
Buah matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang
lepas dari kulit bagian dalam (www.depprin.go.id). Kulit buah kakao matang
mempunyai warna kulit kuning atau oranye yang saat masih muda berwarna hijau
atau merah. Sebaliknya, panen buah yang terlalu tua sebaiknya dihindari untuk
mencegah biji mulai berkecambah. Hal ini akan menurunkan rendemen lemak dan
menambah prosentase biji cacat. Panen buah muda juga menimbulkan hal yang
sama, rendemen lemak rendah, prosentase biji pipih (flat bean) tinggi dan kadar
kulit bijinya juga cenderung tinggi. Selain itu, buah yang terlalu muda akan
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 12
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
II.3. Pengolahan Buah Kakao Menjadi Biji Coklat
II.3.1. Pengolahan buah kakao pada kebun
1. Pemetikan dan sortasi buah
Periode perkembangan buah kakao dari pembungaan sampai buah masak
adalah sekitar 5 – 6 bulan. Buah kakao hendaknya dipetik apabila sudah cukup
masak, yakni ditandai dengan adanya perubahan warna kulit buah.
Pemetikan terhadap buah muda atau lewat masak hendaknya dihindari
karena hanya akan menurunkan mutu biji keringnya, terutama meningkatnya
jumlah biji gepeng dan biji bercambah. Pemetikan buah dapat dilakukan
menggunakan gunting, sabit, atau alat tajam lainnya, asalkan tidak sampai
membuat buah atau bantalan buah rusak.
Buah hasil pemetikan harus dipisahkan antara yang baik dan yang jelek.
Buah jelek dapat berupa buah terserang hama atau penyakit, buah muda, atau
buah lewat masak. Pemanenan meliputi kegiatan pengambilan buah, dan
pengambilan (extract) biji kakao segar. Pada saat masak, warna kulit buah
berubah dari hijau menjadi kuning-jingga, atau dari merah menjadi jingga,
terutama pada lekukan kulit buah.
2. Pemecahan buah
Pemecahan buah dapat dilakukan dengan pemukul kayu, pemukul
berpisau, atau dengan pisau bagi yang sudah berpengalaman. Walaupun
pemecahan dengan pisau tidak direkomendasikan karena berisiko merusak biji,
tetapi pemecahan dengan cara ini paling umum dilakukan. Kerusakan biji segar
karena terpotong pisau dapat meningkatkan biji terserang jamur. Oleh karena itu,
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 13
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
pemecahan, dilakukan sortasi buah dan sortasi biji basah. Buah yang sulit dipecah
biasanya masih mentah dan buah mentah sebaiknya ditinggal di lapangan untuk di
kemudian waktu dapat diambil sebagai biji “lelesan”. Buah – buah yang busuk
atau diserang hama tikus biasanya menghasilkan biji – biji yang berwarna hitam.
Biji – biji demikian harus dipisahkan dari biji – biji yang baik atau superior.
Pemecahan kulit, plasenta, dan rantingnya juga harus dipisahkan dari biji superior.
Proses pemecahan biji harus dilakukan dengan terampil dan penuh
kehati-hatian agar biji tidak rusak. Proses pemecahan buah yang dilakukan mekanik
bukan tidak mungkin dapat diterapkan, tetapi masih banyak dijumpai kesulitan
dalam pengembanganya. Penelitian pembuatan mesin pemecah buah kakao telah
dilakukan oleh beberapa peneliti, tetapi tidak satu pun yang berhasil berkembang
menjadi alat yang komersial karena sulitnya bagian yang memisahkan antara biji
kakao segar dengan pemecahan kulit buah. Keberhasilan pemisahan biji superior
dari biji inferior serta kotoran – kotoran yang melekat di biji akan sangat
berpengaruh terhadap mutu biji kering.
II.3.2. Pengolahan buah kakao pada pabrik
1. Fermentasi
Fermentasi pada awal sejarahnya hanya digunakan untuk membebaskan
biji kakao dari pulp, mencegah pertumbuhan, memperbaiki kenampakan, dan
mempermudah pengolahan berikutnya di pabrikan cokelat. Namun, pada
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 14
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
dilakukan. Tujuannya agar diperoleh biji kakao kering yang bermutu baik dan
memiliki calon aroma serta cita rasa khas cokelat.
Biji kakao yang tidak difermentasi ditandai dengan ciri – ciri bertekstur
pejal, berwarna slaty (keabu – abuan), memiliki rasa sangat pahit dan sepat, serta
bercita rasa cokelat. Biji kakao yang difermentasi dengan baik akan bertekstur
agak remah atau mudah pecah, warna keping biji coklat sampai coklat dengan
sedikit warna ungu, cita rasa pahit dan sepat tidak dominant, dan tentunya
berkualitas baik. Biji kakao yang kurang fermentasi ditandai dengan ciri – ciri
berwarna ungu, bertekstur pejal, didominasi oleh rasa pahit dan sepat, serta sedikit
cita rasa cokelat. (Yusianto, T.wahyudi, dan Sulistyowati, 2008).
Proses fermentasi berlangsung secara alami oleh mikroba dengan bantuan
oksigen dari udara. Mikroba memanfaatkan senyawa gula yang ada di dalam
pulpa sebagai media tumbuh sehingga lapisan pulpa terurai menjadi cairan yang
encer dan keluar lewat lubang-lubang di dasar dan dinding peti fermentasi.
Oksigen, yang semula terhalang lapisan pulpa, dapat masuk ke dalam tumpukan
biji. Kondisi aerob (kaya oksigen) ini dimanfaatkan oleh bakteri aseto-bakteri
untuk mengubah alkohol menjadi asam asetat dengan mengeluarkan bau khas
yang menyengat. Proses oksidasi juga menghasilkan panas (eksotermis) yang
menyebabkan suhu tumpukan biji berangsur naik dan mencapai maksimum
mendekati 45-48 °C setelah hari ke tiga. Pada hari berikutnya, suhu biji cenderung
stabil dan bahkan sedikit menurun sampai hari ke lima (www.aped-project.org).
Waktu fermentasi bervariasi antara 2 – 7 hari sesuai dengan jenis kakao
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 15
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
hari, sementara kakao forastero 3 – 7 hari dan terkadang lebih lama (Yusianto,
dkk, 2008).
Berat biji untuk proses fermentasi sebaiknya tidak kurang dari 40 kg. Hal
ini terkait dengan kemampuan untuk menghasilkan panas yang cukup agar proses
fermentasi berjalan dengan baik.. Biji kakao dimasukkan ke dalam peti pertama
(tingkat atas) sampai ketinggian 40 cm dan kemudian permukaannya ditutup
dengan lembaran karung goni atau daun pisang. Proses fermentasi dibiarkan
selama 48 jam (2 hari), setelah itu biji kakao dibalik dengan cara dipindahkan ke
peti kedua sambil diaduk (www.aped-project.org).
Metode fermentasi bervariasi, tapi pada dasarnya ada dua metode utama
yaitu fermentasi dalam kotak dan dalam tumpukan. Selain dua metode tersebut,
terdapat metode fermentasi dalam keranjang yang juga kerap diterapkan oleh
petani kakao.
Fermentasi biji kakao tidak memerlukan penambahan kultur starter
(biang), karena pulp/daging buah kakao yang mengandung banyak glukosa,
fruktosa, sukrosa, dan asam sitrat sudah dapat mengundang terbentuknya
pertumbuhan mikroorganisme sehingga terjadi fermentasi.
Mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi biji kakao yaitu khamir
(yeast), bakteri asam cuka dan bakteri asam asetat. Pada bagian pulp buah kakao
terjadi perombakan gula menjadi alkohol oleh khamir dan perombakan alkohol
menjadi asam cuka oleh bakteri asam asetat atau bakteri asam laktat. Pada awal
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 16
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Fermentasi biji kakao terjadi dalam dua tahap yaitu fermentasi anaerob
dan fermentasi aerob. Keberadaan asam sitrat membuat lingkungan pulp menjadi
asam sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan terjadi fermentasi
anaerob. Fermantasi aerob diinisiasi oleh bakteri asam laktat dan bakteri asam
asetat. Produk fermentasi yang dihasilkan berupa etanol, asam laktat, dan asam
asetat yang akan berdifusi ke dalam biji dan membuat biji tidak berkecambah.
Reaksi pembentukan asam asetat
C12H22O11 + H2O 2C6H12O6 + 18,8 KJ
sukrosa air glukosa
C6H12O6 2 C2H5OH + 2CO2 + 93,3 KJ
glukosa etanol karbon dioksida
C2H5OH + O2 CH3COOH + H2O + 496 KJ
Etanol oksigen asam asetat air
Reaksi pembentukan asam laktat
C6H12O6 2C2H5OCOOH + Energi
Glukosa enzim laktose asam laktat
a. Fermentasi dalam kotak
Fermentasi ini melibatkan penggunaan kotak kayu yang kuat yang
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 17
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
pembuangan cairan fermentasi atau lubang untuk keluar masuknya udara (aerasi).
Biji dalam kotak fermentasi ditutup dengan daun pisang atau karung goni.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan panas.
Metode fermentasi ini menggunakan kotak yang kedalamannya kurang
dari 42 cm, pengadukan cukup dilakukan sekali saja, yakni setelah dua hari
fermentasi. Metode fermentasi kotak ini menghasilkan biji dengan derajat
fermentasi yang baik dan tingkat keasaman yang lebih rendah dari kotak dengan
dengan kedalaman lebih dari 42 cm.
Gambar 2.6 Alat fermentasi buah kakao
b. Fermentasi dalam tumpukan
Metode fermentasi tumpukan dilakukan dengan cara menimbun atau
menumpuk biji kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut.
Permukaan atas biji ditutup dengan daun pisang atau karung atau penutup lainnya Papan kayu berlubang
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 18
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
yang memungkinkan udara masuk. Penutupan berfungsi untuk mencegah
pembuangan panas yang terlalu besar.
Keuntungan metode fermentasi dalam tumpukan adalah penggunaannya
yang sederhana dan tidak membutuhkan wadah khusus sehingga mudah dilakukan
oleh petani. Namun, karena dilakukan hanya di atas daun pisang, fermentasi ini
harus dilakukan di tempat teduh dan terlindung dari hujan dan cahaya matahari
langsung serta perlu dijaga dari kemungkinan biji menjadi kotor oleh tanah.
c. Fermentasi dalam keranjang
Pada metode ini, biji segar hasil pemanenan di masukkan ke dalam
keranjang bambu atau rotan yang telah dilapisi daun pisang dengan kapasitas lebih
dari 20 kg. Permukaan biji ditutup dengan daun pisang atau karung. Keuntungan
penggunaan fermentasi dengan cara ini adalah wadah mudah didapat, pengadukan
mudah dilakukan, mudah dipindah-pindah, dan biji bias terhindar dari kotor akibat
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 19
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Gambar 2.7 Tahapan pengolahan kakao
2. Perendaman dan Pencucian
Pencucian terhadap biji kakao dilakukan karena masih banyaknya pulpa
yang melekat pada kulit masih tebal sehingga menurunkan kadar kulit biji kering.
Biasanya sebelum pencucian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan perendaman
selama kurang lebih 3 jam. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan jumlah biji
bulat dengan penampilan menarik dan berwarna coklat cerah. Namun, proses ini
tidak mutlak dilakukan, tergantung dari kebiasaan dan permintaan konsumen.
Tujuan perendaman dan pencucian adalah menghentikan proses fermentasi dan
memperbaiki penampilan biji. Biji yang tidak di cuci cenderung memiliki
SIME-CADBURY
Panen
Penyimpanan buah
Pemecahan buah (manual)
Fermentasi (Peti dangkal – 2
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 20
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
penampilan yang kurang menarik, tetapi pencucian yang terlalu bersih berisiko
menyebabkan biji pecah dan mengurangi rendemen. Oleh karena itu, dianjurkan
untuk melakukan pencucian setengah bersih. Cara ini dapat memperbaiki
penampilan fisik biji kakao, mempercepat pengeringan, dan tidak terlalu banyak
mengurangi rendemen. Pencucian dapat dilakukan secara manual, yakni dengan
tangan atau menggunakan mesin cuci.
3. Pengeringan
Proses pengeringan adalah kelanjutan dari tahap oksidatif dari fermentasi
yang berperan penting dalam mengurangi kelat dan pahit. Tujuan utama
pengeringan adalah mengurangi kadar air biji dari sekitar 60% menjadi 6 – 7%
sehingga aman selama pengangkutan dan pengapalan menuju pabrikan. Selain itu,
proses pengeringan dilakukan untuk menghasilkan biji kakao kering yang
berkualitas baik, terutama dalam hal fisik, calon cita rasa, dan aroma yang baik.
Oleh karena tingkat pengeringan berpengaruh penting terhadap cita rasa
dan mutu biji kakao kering. Kecepatan pengeringan juga turut mempengaruhi biji
kering yang dihasilkan. Jika pengeringan terlalu lambat, hal ini bisa menjadi
berbahaya karena bisa menstimulan kehadiran jamur yang berkembang dan masuk
ke dalam biji. Sementara itu, pengeringan yang terlalu cepat juga bisa
mengganggu kesempurnaan reaksi oksidatif yang berlangsung dan dapat
menyebabkan tingkat keasaman berlebih. Hal ini terjadi karena reaksi asam asetat
sangat dipengaruhi oleh pengeringan.
Pengeringan biji kakao yang terlalu cepat tetap menghasilkan aroma asam
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 21
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
pabrik pengolahan cokelat ada proses conching yang berfungsi untuk menurunkan
tingkat keasaman. Peningkatan suhu pengeringan akan meningkatkan kelat dan
asamity sehingga suhuu pengeringan tidak lebih dari 65 – 70 °C. Pengeringan
artifisial meningkatkan kadar asam karena asam asetat dapat dihilangkan selama
proses pengeringan di pabrik.
Pengurangan pahit dan kelat adalah karena oksidasi polifenol menjadi
tanin yang tidak larut dengan bantuan enzim pofenoloksidase. Aktivitas enzim ini
berkurang secara nyata selama fermentasi, yakni sekita 10% dari konsentrasi
awal. Enzim tersebut berubah sesuai dengan tingkat suhu biji. Biji kakao yang
tidak terfermentasi, suhu optimum untuk aktivitas enzim ini adalah 31,5 °C, dan
aktivitas ini menurun dengan tajam pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Pada biji kakao yang difermentasi, suhu optimum enzim berubah menjadi 34,5
°C dan enzim kurang terpengaruh oleh perubahan temperatur. Disimpulkan bahwa
suhu biji kakao selama pengeringan yang optimal adalah tidak lebih dari 65°C.
sementara tingkat pH optimum polifenol oksidase belum diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan antara 5,0 dan 6,0.
Pengeringan biji kakao dapat dilakukan dengan penjemuran, memakai alat
pengering, atau kombinasi keduanya. Cara pengeringan yang dianjurkan adalah
dengan melakukan penjemuran. Namun, bila keadaan tidak memungkinkan,
terutama dengan pengolahan skala besar, penjemuran dapat diganti dengan proses
penghembusan (aspiration) udara dengan suhu lingkungan selama 72 – 80 jam
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 22
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur 4. Tempering
Tempering adalah proses penyesuaian suhu pada biji kakao dengan suhu
udara sekitarnya setelah dikeringkan. Tujuannya adalah agar biji kakao tidak
mengalami kerusakan fisik pada tahap pengolahan berikutnya (misalnya : sortasi
dan pengemasan) serta untuk menjaga stabilitas kadar air dan berat. Tempat
tempering biasa disebut gudang timbun sementara. Kapasitas gudang timbun
sementara ini umumnya adalah 330 kg biji kakao kering/m2. Gudang biasanya
didesain sedemikian rupa agar mampu menampung sekitar 30% jumlah produksi
tahunan. Untuk mempermudah penanganan, di dalam gudang biasanya disisakan
ruang kosong sekitar 20%.
5. Sortasi
Sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat
dan mengelompokkan biji menjadi berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji.
Di Pulau Jawa, sortasi biasanya menggunakan cara manual yang dilakukan
dengan hasil/prestasi kerja sortasi sekitar 100 kg kering/orang/hari atau setara
dengan 300 kg biji kakao segar/orang/hari. Jika pada proses sortasi awal dengan
mesin, prestasi kerja dapat meningkat sampai 150 kg kering/hari atau setara
dengan 450 kg biji segar/orang/hari. Kapasitas mesin sortasi adalah sekitar 750
kg/jam. Sortasi sebaiknya segera dilakukan setelah biji kakao kering lebih dari 5
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 23
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
II.4. Landasan Teori
II.4.1. Fermentasi
Fermentasi merupakan tahapan pengolahan yang sangat vital untuk
menjamin dihasilkannya cita rasa cokelat yang baik. Fermentasi juga sangat
berperan dalam perkembangan aroma dan rasa serta pengurangan rasa sepat dan
pahit.
Kematian biji yang terjadi pada awal proses fermentasi sangat penting
dalam mengawali terjadinya reaksi – reaksi biokimia di dalam biji. Rusaknya
dinding sel dan bercampurnya senyawa – senyawa yang dikandungnya terjadi
sesaat setelah kematian biji. Cairan sel mengandung senyawa – senyawa bakal
calon pembentuk cita rasa kakao dan beberapa enzim penting untuk terjadinya
reaksi enzimatis pembentuk calon cita rasa. Etanol dan asam asetat yang
dihasilkan pada 48 jam pertama proses fermentasi bersama panas merupakan agen
penyebab kematian biji.
II.4.2. Hal – hal yang berpengaruh terhadap fermentasi
Berbagi macam metode fermentasi merupakan pembeda utama dan
merupakan cermin sejumlah besar faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
proses fermentasi. Di antara faktor – faktor yang berpengaruh terhadap fermentasi
adalah sebagai berikut :
1. Kemasakan buah kakao
Biji dari buah yang tidak masak tidak dapat difermentasi dengan normal,
suhu fermentasi sekitar 35 °C, dan setelah beberapa waktu akan meningkat
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 24
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Tingkat kemasakan tidak dapat didefinisikan dengan tepat, tetapi
menunjukkan bahwa buah kakao jauh sekali dari tingkat kemasakan, yaitu pada
tahap ketika pulp masih keras dan biji tidak dapat dilepaskan dari dinding kulit
buah.
2. Tipe kakao
Terdapat perbedaan mendasar perlakuan atau cara fermentasi antara kakao
jenis Criollo dan Forastero. Waktu fermentasi kakao Criollo relatif pendek, yakni
2 – 3 hari, sementara kakao Forastero 3 – 7 hari dan terkadang lebih lama.
Sebagai akibat perbedaan tersebut, fermentasi campuran kedua jenis kakao
tersebut sebaiknya dilakukan.
3. Periode fermentasi
Terdapat variasi sangat besar mengenai waktu fermentasi yang diterapkan,
yakni mulai 1,5 – 10 hari. Perbedaan utama terjadi karena varietas kakao,
utamanya biji kakao Criollo difermentasi selama 2 – 3 hari dan biji Forastero
selama 3 – 7 hari.
4. Pengadukan
Tujuan pengadukan massa biji kakao selama fermentasi adalah untuk
menjamin keseragaman. Adanya perbedaan antara bagian massa biji kakao yang
difermentasi menyebabkan pentingnya pengadukan selama berlangsungnya
fermentasi. Pengadukan dibutuhkan untuk mempermudah udara masuk ke dalam
biji. Terdapat beberapa variasi pada frekuensi pengadukan, yakni mulai dari tanpa
pengadukan sama sekali hingga pengadukan dua kali sehari pada fermentasi
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 25
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur II.4.3. Fermentor
Menurut S. Abdoellah fermentor untuk keperluan penelitian dapat
menggunakan peti fermentasi mini dengan kapasitas 40 kg yang dapat
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 26
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Bahan – bahan yang digunakan
Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah buah kakao diperoleh
dari perkebunan kakao, serta aquadest sebagai bahan pencuci pulpa kakao.
III.2. Alat – alat yang digunakan
Penelitian menggunakan peralatan fermentasi yang berbentuk kotak kayu
yang di beri lubang – lubang pada kayunya, karung goni 1 buah. Serta alat-alat
seperti thermometer 1 buah.
III.3. Gambar susunan alat
Peralatan Fermentasi
Papan kayu berlubang
Papan penyanggga 32 cm
10 cm
32 cm
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 27
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
III.4. Variabel yang digunakan
1. kondisi yang ditetapkan
a. Jenis kakao : Forastero, Criollo, Trinitario
b. Pengadukan : tiap 12 jam
c. Berat biji : 40 kg
2. variabel yang berubah
a. Pengambilan sampel : 12, 24,36, 48, dan 60 jam
b. Tinggi unggun : 15, 20, 25, dan 30 cm
III.5. Metode penetilian
1. Pecah buah kakao, kemudian timbang buah kakao sebanyak 40 kg
2. Masukan biji kakao ke dalam kotak fermentasi, tutup dengan karung
goni untuk mempertahankan panas
3. Lakukan fermentasi selama 60 jam
4. Lakukan pengadukan tiap 12 jam
5. Ambil sampel tiap 12 jam
6. Setelah fermentasi selesai, cuci pulpa dengan aquadest
7. Analisa air rembesan biji kakao, untuk di ketahui kandungan asamnya.
III.6. Metode Analisa
Metoda analisa yang digunakan untuk mengetahui kandungan asam asetat
dan asam laktat yang dihasilkan oleh air rembesan dari biji kakao adalah dengan
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 28
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Pengaruh Tinggi Unggu dan Waktu Pengambilan terhadap Asam Laktat dan Asam Asetat
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 29
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Gambar 4.1 Hubungan antara kadar Asam Laktat terhadap Waktu Pengambilan
Berdasarkan pada gambar 4.1 diperoleh bahwa kadar asam laktat tertinggi
terdapat pada unggun 15 dengan waktu pengambilan 24 jam, sebenernya pada
pengambilan 12 jam, asam laktat sudah terbentuk dan bertambah seiiring
meningkatnya pH pulp dan suhu akan tetapi setelah 24 jam produktivitas asam
laktat ini menurun dikarenakan suhu terus meningkat, maka lactobasilus banyak
yang mati,sehingga tidak bisa membentuk asam laktat dan kondisi berubah
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 30
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
Gambar 4.2 Hubungan antara kadar Asam Asetat terhadap Waktu Pengambilan
Berdasarkan pada gambar 4.2 diperoleh bahwa kadar asam asetat tertinggi
terdapat pada unggun 15 dengan waktu pengambilan 36 jam. Dari pengambilan
pada 12 jam asam asetat sudah terbentuk namun jumlahnya kecil bila
dibandingkan dengan asam laktat. Setelah 36 jam kadar asam asetat dalam sampel
menurun dikarenakan acetobacteri banyak yang mati karena suhu meningkat,
Studi Tentang Asam Asetat Dan Asam Laktat Yang
Dihasilkan Selama Proses Fermentasi Peluruhan Buah Kakao 31
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri – UPN “Veteran” Jawa Timur
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
1. Dari hasil rembesan air fermentasi peluruhan buah kakao dapat
menghasilkan asam asetat dan asam laktat.
2. Kondisi yang terbaik dengan hasil asam asetat 5,7100 mg/l dicapai
pada waktu 36 jam dan tinggi unggun 15 cm dan hasil asam
laktat 116,5900 mg/l dicapai pada waktu 24 jam dan tinggi unggun
15 sebesar
V.2. Saran
Dalam penelitian ini, masih kurang sempurna dan diperlukan
ketelitian yang lebih tinggi dalam melakukan analisa. Penelitian dapat dilanjutnya
dengan meningkatkan kualitasnya dengan cara :
1. Merubah tinggi unggun dan waktu pengambilan untuk mengetahui
perubahan kadar asam asetat dan asam laktat.
Abdoellah, S., “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Mulato, S., S. Widyotomo, 2008, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Prawoto, A. A., 2008, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Tjitrosoepomo, 1988, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Wahyudi, T., P. Rahadjo, 2008, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Wibawa, A., J. B. Baon, 2008, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
Yusianto, T. Wahyudi, dan Sulistyowati, 2008, “panduan lengkap kakao manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir”, Penebar Swadaya : Jakarta.
http://miwingnurulwahyuni.wordpress.com www.depprin.go.id
www.aped-project.org