• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian Hukum Kewenangan dan Pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepastian Hukum Kewenangan dan Pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahu"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN PENGAWASAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI

DAERAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG

PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

ABSTRAK

Menghadapi era globalisasi perdagangan bebas, isu mengenai kemandirian daerah dalam mengelola pembangunan harus segera mendapat perhatian. Pemerintah Daerah harus memiliki kemandirian dan inisiatif bagi kemampuan pembangunan daerahnya. Salah satu sumber alternatif pembiayaan yang dapat ditempuh oleh Pemerintahan Daerah adalah mengenai penerbitan obligasi daerah yang bertujuan untuk membiayai pembangunan infrastruktur di daerah. Namun pengajuan penerbitan Obligasi Daerah oleh Pemerintah Daerah banyak sekali hambatan yang terjadi di lapangan dalam hal persyaratan administratif salah satunya yaitu ketidakpastian hukum antara peraturan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dalam hal ini ialah mengenai kewenangan dan pengawasan penerbitan Obligasi Daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penulisan ini adalah kewenangan Pemerintahan Daerah dalam Penerbitan Obligasi Daerah pasca diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dan Pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah pasca diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,khususnya di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif. sifatnya deskriptif analisis yaitu menjelaskan suatu segala peristiwa yang sedang diteliti dengan data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Teknis analisis dalam penulisan ini menggunakan teknik analisis normatif kualitatif.

Hasil yang diperoleh dari penulisan ini adalah bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan, Pemerintahan Daerah memiliki kewenangan untuk menerbitkan obligasi daerah dan pada prinsipnya Pemerintahan Daerah dimungkinkan menerbitkan obligasi dengan melakukan pemeriksaan laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pengawasan melalui sektor pasar modal yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan juga harus mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat. Bagi Pemerintahan Provinsi Jawa Barat perlu langkah strategis agar Penerbitan Obligasi Daerah dapat direalisasikan dan perlu membuat kebijakan yang mendukung teralisasinya Penerbitan Obligasi Daerah.

(2)

ix

LEGAL CERTAINTY OF AUTHORITYAND SUPERVISION ON MUNICIPAL BONDS ISSUE IN WEST JAVA REGIONAL GOVERNMENT IN THE IMPLEMENTATION BASED ON LAW

GOVERNMENT TOWARD LAW NUMBER 23 YEAR 2014 REGARDING REGIONAL GOVERNMENT JUNCTO NUMBER 33 YEAR 2004 REGARDING FISCAL BALANCE BETWEEN CENTRAL

GOVERNMENT AND REGIONAL GOVERNMENT

ABSTRACT

In the era of free trade globalization, the issue of regional autonomy in managing development must be addressed. Regional Government should have the independence and initiative for regional development capabilities. One alternative source of financing that can be taken by the Regional Government is the issuance of municipal bonds intended to finance infrastructure development in the region. However, the submission of the Municipal Bond issuance by regional governments a lot of obstacles that occur in the field in terms of administrative requirements, one of which is the legal uncertainty between the rules made by the Central Government in this case is the authority and supervision of the issuance of Municipal Bonds. Based on this, the problem in this research is the authority of the regional government in Issuance of Municipal Bonds after the adoption of the Law Number 23 Year 2014 Regarding Regional Governance and Oversight Issuance of Municipal Bonds after the adoption of the Law Number 23 Year 2014 Regarding Regional Government, particularly in Government West Java Province.

The research is using, method normative. its descriptive analysis of the data used are secondary data consists of primary legal materials, secondary law and tertiary legal materials. Data collection techniques used is a literature study. Technical analysis in this study uses qualitative normative analysis techniques.

The results showed that law the Regional Government has the authority to issue municipal bonds and, in principle, the Regional Government is possible to issue municipal bonds with the examination of financial statements by the Board of Audit and Oversight through the capital markets sector are carried out by the Service Authority Finance and also must get approval from the Central Government. For the Government of West Java province needs a strategic step in order Issuance of Municipal Bonds can be realized and the need to create policies that support teralisasinya Municipal Bond Issuance

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN ...ii

PENGESAHAN PEMBIMBING ...iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG ...iv

PERNYATAAN TELAH MENGIKUTI SIDANG ...V PERSETUJUAN REVISI ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...vii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...11 1

B. Identifikasi Masalah ...h 8

(4)

xiv

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Kerangka Pemikiran...10

F. Metode Penelitian ...14

G. Sistematika Penulisan ...18

BAB II PENYELENGGARAAN OTONOMI SEBAGAI PEMENUHUAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ...20

A. Konsep Negara Kesejahteraan...20

B. Konsep Otonomi Daerah ...25

1. Pengertian dan Prinsip Otonomi Daerah ...25

2. Tujuan Otonomi Daerah di Indonesia ...28

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia ...30

C. Kewenangan Daerah Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah ...36

1. Hubungan Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ...36

2. Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah ...36

(5)

1. Pengertian keuangan daerah ...48

2. Kemandirian keuangan daerah ...51

3. Hubungan antara Keuangan Daerah dan Keuangan Negara ...53

BAB III OBLIGASI DAERAH SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN KERANGKA OTONOMI DAERAH ...57

A.Alternatif Sumber Pembiayaan Dalam Pembangunan Daerah...57

1. Pajak Daerah ...57

2. Retribusi Daerah ...60

3. Bantuan Luar Negeri dan Hibah ...62

4. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ... 64 5. Badan Usaha Milik Daerah ...66

B. Obligasi Daerah ...68

1. Pengertian Obligasi Daerah ...68

2. Pengaturan Obligasi Daerah ...70

3. Jenis-Jenis Obligasi Daerah ...74

(6)

xvi

C.Pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah ...81

1. Penerbitan Obligasi Daerah ...81

2. Pengawasan Oleh Otoritas Jasa Keuangan ...86

3. Pengawasan oleh Badan Pemeriksa Keungan ...89

D.Peran Pasar Modal Penerbitan Obligasi Daerah...91

1. Definisi Pasar Modal ...91

2. Instrumen Pasar Modal ...93

3. Peran Pasar Modal ...95

BAB IV KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN PENGAWASAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI PROVINSI JAWA BARAT ...98

A. Kewenangan Pemerintahan Daerah Jawa Barat terkait Penerbitan

Obligasi Daerah Pasca diberlakukanya Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Juncto

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ...

98

B. Pengawasan Penerbitan Obligasi Terhadap Pemerintahan

(7)

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Juncto

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ...

119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...134

A. Kesimpulan ...134

B. Saran ...135

DAFTAR PUSTAKA ...136

CURRICULUM VITAE ...140

MATRIKS REVISI ...142

(8)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana tercantum dalam

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Pasal tersebut telah

memberikan batasan yang jelas bagi seluruh warga negara Indonesia

bahwa semua aspek kehidupan kita diatur berdasarkan hukum yang

bersifat adil dan berlaku secara menyeluruh. Dalam konteks negara hukum

ini, yang menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,

sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar

1945 yang menyatakan bahwa:

“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan Undang-Undang“.

Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan

pemerintahanan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku

(wetmatigheid van bestuur). Sebagai negara yang menganut desentralisasi

mengandung arti bahwa urusan pemerintahan itu terdiri atas Pemerintah

Pusat dan Pemerintahan Daerah, artinya ada perangkat Pemerintah Pusat

dan ada perangkat Pemerintahan Daerah, yang diberi otonomi yakni

kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan mengurus urusan rumah

tangga daerah.1

1

(9)

Secara hukum, pelaksanaan Otonomi Daerah sebelumnya diatur

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, akan tetapi Undang-Undang tersebut telah dicabut

dan diganti oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi

Daerah. Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah diartikan sebagai kewenangan daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah pada intinya mengatur bahwa Pemerintahan Daerah diarahkan

untuk mampu menyelenggarakan kewenangan dan urusannya secara lebih

efektif dan efisien untuk mewujudkan pelayanan publik dan kesejahteraan

umum secara lebih baik. Hal ini merujuk pada rumusan tujuan negara yang

tercantum dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

yang menyatakan bahwa: “Memajukan Kesejahteraan Umum”.

Bagir Manan berpendapat, bahwa dimensi sosial ekonomi dari

negara berdasarkan atas hukum adalah berupa kewajiban negara atau

Pemerintah untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan sosial

(kesejahteraan umum) dalam suasana sebesar-besarnya kemakmuran

menurut asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Dimensi ini secara

(10)

3

Universitas Kristen Maranatha

state) yang berarti adanya kewajiban Pemerintah Pusat maupun

Pemerintahan Daerah untuk mencapai tujuan negara, yang dijalankan

melalui pembangunan nasional.2 Oleh karenanya, khususnya dalam hal ini Pemerintahan Daerah telah merancang berbagai rencana pembangunan di

berbagai bidang dan sektor untuk mendorong pembangunan di daerah

secara lebih berarti.

Untuk mendorong pembangunan di daerah, Pemerintahan Daerah

senantiasa berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang

berbasis potensi lokal yang diharapkan akan memiliki dampak positif

terhadap bidang dan sektor pembangunan lainnnya. Pada pelaksanaannya,

guna mewujudkan pertumbuhan perekonomian daerah yang baik

diperlukan dukungan berbagai stuktur maupun infrastuktur di daerah yang

lebih memadai.

Guna menyediakan stuktur dan infrastuktur yang memadai, pada

umumnya Pemerintahan Daerah terkendala oleh berbagai keterbatasan,

khususnya dalam pembiayaan pembangunan infrastuktur, Pemerintahan

Daerah masih mengandalkan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah) yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan

Dana Perimbangan, sehingga Pemerintahan Daerah perlu meningkatkan

kemampuan pembiayaan pembangunan di daerah melalui sumber-sumber

pembiayaan baru baik bersifat konvensional maupun non konvensional.

2

(11)

Pada kondisi tersebut, Regulasi telah mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan alternatif pembiayaan pembangunan di daerah yang

dapat diperoleh dari pajak daerah dan retribusi daerah. Selain itu

berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah terdapat salah satu

alternatif pembiayaan yaitu melalui Pinjaman Daerah sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Pinjaman

daerah tersebut dapat dilaksanakan melalui cara penerbitan Obligasi oleh

Pemerintahan Daerah untuk membiayai proyek atau kegiatan yang

memiliki kriteria tertentu, namun demikian Pemerintahan Daerah

seyogyanya perlu mengkaji mengenai kemungkinan penerbitan Obligasi

Daerah tersebut sekaligus mencermati resiko yang akan dihadapi dalam

penerbitan Obligasi.

Secara teoritik yang dimaksud dengan Obligasi Daerah ialah

sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintahan Daerah sebagai bukti bahwa

Pemerintahan Daerah tersebut telah melakukan pinjaman atau utang

jangka panjang kepada masyarakat, dan akan dibayarkan berdasarkan

jangka waktu tertentu dengan persyaratan yang telah sama-sama disetujui.

Artinya, di Indonesia Obligasi Daerah yang diterbitkan oleh Pemerintahan

Daerah harus dijual kepada masyarakat melalui transaksi di pasar modal.

(12)

5

Universitas Kristen Maranatha dimanfaatkan sebagai sumber dana alternatif untuk membiayai

pembangunan daerah.3

Penerbitan Obligasi Daerah diaharapkan akan memberikan banyak

manfaat,baik bagi Pemerintahan Daerah sebagai pihak emiten, investor,

pelaku pasar modal lainnya, serta tentu saja masyarakat luas. Lebih jauh,

manfaat penerbitan Obligasi Daerah antara lain adalah sebagai berikut:4 1. Membiayai defisit anggaran Pemerintahan Daerah yang dapat

memenuhi ketidakcukupan sumber pembiayaan sendiri yang

diakibatkan oleh lemahnya local tax income, minimnya dan transfer

dari Pemerintah Pusat;

2. Percepatan pembangunan daerah dapat memicu dan memacu

pembanguan di daerahnya. Pembangunan tersebut akan menciptakan

multiplier effect (pelipatgandaan manfaat ekonomi)antara lain dalam

penciptaan lapangan kerja dan kesempatan kerja, tersedianya sarana dan

prasarana yang dapat mempercepat perputaran roda perekonomian

sehingga akan meningkatkan kesejahteraan rakyat;

3. Terciptanya instrumen investasi baru. Selain memberikan manfaat

langsung dengan dibangunnya infrastruktur, masyarakat juga dapat

menikmati imbal hasil (yield) dan mungkin juga insentif lain atas

investasinya dalam Obligasi Daerah.

Pemerintah Pusat melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor

111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban

3

Budi Purnomo, Obligasi Daerah, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 50.

4

(13)

Obligasi Daerah, menghimbau bahwa terhadap Obligasi Daerah harus

dilakukan pengawasan oleh lembaga khusus yang berwenang sebagai salah

satu proses agar alternatif pembiayaan melalui Penerbitan Obligasi Daerah

berjalan dengan lancar. Pada saat ini pengawasan dalam penerbitan

Obligasi Daerah dilakukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan daerah,

segala dokumen dan pemeriksaan mengenai anggaran keuangan daerah

Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dalam pengawasan yang dilakukan

oleh Badan Pemeriksa Keuangan Daerah, yang selanjutnya disebut (BPK).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

dijelaskan bahwa Penerbitan Obligasi harus melalui Pengawasan yang

dilakukan oleh akuntan publik yang terdaftar di Pasar Modal.

Pada saat ini salah satu daerah yang menempuh alternatif

pembiayaan yaitu Provinsi Jawa Barat pada tanggal 27 Desember 2013

melalui Surat Gubernur Nomor 588/6253/Admrek telah mengajukan

Permohonan Persetujuan DPRD tentang Rencana Penerbitan Obligasi

Daerah Provinsi Jawa Barat kepada Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat

mengenai Penerbitan Obligasi Daerah untuk merealisasikan pembangunan

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka yang

berdasarkan hasil kajian memerlukan dana sebesar 4 trilyun dengan tenor

selama-lamanya 10 tahun dan bunga kupon setinggi-tingginya 10 tahun

dengan pertimbangan akan berdampak pada peningkatan pembangunan

ekonomi Jawa Barat serta mampu menghasilkan pendapatan bagi daerah.

Namun demikian pada tahun 2016, pengajuan penerbitan Obligasi

(14)

7

Universitas Kristen Maranatha salah satunya ialah dalam regulasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat

dalam ketidaksinkronan aturan Undang-Undang dalam penerbitan Obligasi

Daerah, ketika Pemerintah Pusat menyatakan bahwa pengawasan untuk

terbitnya Obligasi Daerah harus dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan, akan tetapi dalam aturan Obligasi Daerah harus melalui Pasar

Modal, Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal disebutkan bahwa pengawasan Penerbitan Obligasi harus

dilakukan oleh akuntan publik yang terdaftar di Pasar Modal.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditelaah mengenai Kepastian

Hukum terhadap kewenangan dan pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah

khususnya di Pemerintah Provisnsi Jawa Barat dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Obligasi

Daerah dapat diterbitkan melalui penerbitan Obligasi Daerah.

Berdasarkan permasalahan yang timbul dari gambaran diatas yaitu

terkait dengan:

1. Kewenangan Pemerintahan Daerah khususnya Pemerintah Provinsi

Jawa Barat dalam Penerbitan Obligasi Daerah Pasca Diberlakukanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

(15)

2. Pengawasan Penerbitan Obligasi Daerah terhadap Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Barat pasca diberlakukanya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Juncto

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, penulis

melakukan sebuah penelitian dalam bentuk Skripsi dengan judul:

“KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN PENGAWASAN

PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN

OTONOMI DAERAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

B. Identikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang yang terungkap tersebut di atas, dalam

penelitian ini ditemukan beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana kewenangan Pemerintahan Daerah, khususnya Pemerintah

Provinsi Jawa Barat dalam Penerbitan Obligasi Daerah pasca

diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

(16)

9

Universitas Kristen Maranatha tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah ?

2. Bagaimana Pengawasan yang dilakukan terhadap Pemerintahan Daerah

Jawa Barat dalam Penerbitan Obligasi Daerah pasca diberlakukanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian di atas, menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk memahami dan mengkaji kewenangan Pemerintahan Daerah,

khususnya di Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat dalam

Penerbitan Obligasi Daerah pasca diberlakukanya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Juncto

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

2. Untuk memahami dan mengkaji pengawasan penerbitan obligasi

terhadap Pemerintahan Provinsi Jawa Barat Pasca diberlakukanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

(17)

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik

secara teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis yaitu bermanfaat bagi pengembangan hukum, khususnya

Hukum Administrasi Negara terkait kewenangan dan pengawasan

penerbitan Obligasi Daerah, khususnya di Pemerintahan Daerah

Provinsi Jawa Barat.

2. Secara praktis, dari penelitian ini dapat menjadi masukan dan

rekomendasi bagi brbagai pihak, khususnya di Pemerintahan Daerah

Provinsi Jawa Barat terkait Kewenangan dan pengawasan Penerbitan

Obligasi Daerah.

E. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya setiap penyelenggaraan pemerintahan didasarkan

pada hukum yang berlaku sebagaimana dinyatakan dalam konsep Negara

Hukum. Konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental dikembangkan

antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte, dan

lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu “rechtsstaat’. Konsep

Negara hukum atau Negara berdasarkan atas hukum (rechtsstaat atau the

rule of law), yang mengandung prinsip-prinsip asas legalitas, asas

pemisahan (pembagian) kekuasaan, dan asas kekuasaan kehakiman yang

merdeka, semuanya itu bertujuan untuk mengendalikan negara atau

pemerintah dari kemungkinan bertindak sewenang-wenang atau

(18)

11

Universitas Kristen Maranatha berdasarkan hukum (Negara hukum demokratis),5 terkandung pengertian bahwa kekuasaan dibatasi oleh hukum dan sekaligus pula menyatakan

bahwa hukum adalah supreme dibanding semua alat kekuasaan yang ada.6 Berdasarkan pengertian tersebut, maka negara yang menempatkan

hukum sebagai dasar kekuasaannya dan penyelenggaraan kekuasaan

tersebut dalam segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum.7 Oleh karena itu dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan terbagi

menjadi 2 yaitu penyelenggaran pemerintah secara sentralisasi yang berarti

seluruh bidang-bidang pemerintahan diselenggarakan oleh Pemerintah

Pusat dan penyelenggaraan pemerintah secara desentralisasi yang berarti

penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan tidak hanya dijalankan oleh

Pemerintah Pusat, tetapi juga oleh satuan Pemerintahan Daerah, yang

umumnya bertumpu pada prinsip otonomi, yaitu “vrijheid en

zelfstandigheid” atau yang dikenal dengan sebutan Otonomi Daerah yang

berarti terdapat kebebasan dan kemandirian daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga daerah (huishoding).8

Agar kebebasan berotonomi tidak terlepas begitu jauh dari dasar

Negara Kesatuan, diperlukanlah suatu pengikat kesatuan yaitu pengawasan

terhadap daerah. Kemandirian otonomi dan pengawasan terhadap daerah

5 Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia,

Bandung: Alumni, 1993, hlm. 128.

6 Bagir Manan, Pengujian Yustisial Peraturan Perundang-undangan dan Perbuatan Administrasi

Negara di Indonesia, Yogyakarta: Makalah Dalam Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas

Atmajaya, 1994, hlm.8.

7

A. Hamid S. Attamimi, Teori Perundang-undangan Indonesia (Suatu sisi Ilmu Pengetahuan

Perundang undangan Indonesia yang Menjelaskan dan Menjernihkan Pemahaman), Jakarta:

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992, hlm.8

8

(19)

merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan supaya otonomi tidak

menciptakan suatu keadaan yang anarkis, maka harus selalu ada cara-cara

pengendalian yang menempatkan kebebasan tersebut dibawah

kepemimpinan yang bersifat Nasional.9

Secara hukum pelaksanaan Otonomi Daerah diatur dalam Pasal 1

angka 6 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah menyatakan bahwa:

“ Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Oleh karenanya, Pemerintahan Daerah telah merancang berbagai

rencana pembangunan di berbagai bidang dan sektor untuk mendorong

pembangunan di daerah secara lebih berarti.

Guna mendorong pembangunan di Daerah, Pemerintah Daerah

senantiasa berupaya untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian yang

berbasis potensi lokal yang diharapkan akan memiliki dampak positif

terhadap bidang dan sektor pembangunan lainnnya. Dalam pelaksanaannya

untuk mewujudkan pertumbuhan perekonomian daerah yang baik

diperlukan dukungan berbagai stuktur maupun infrastuktur di Daerah

yang lebih memadai.

Dalam penyediaan stuktur dan infrastuktur yang memadai, pada

umumnya Pemerintahan Daerah terkendala oleh berbagai keterbatasan,

khususnya dalam membiayai pembangunan infrastuktur di daerah,

(20)

13

Universitas Kristen Maranatha Pemerintah Daerah masih mengandalkan dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan, sehingga Pemerintah Daerah perlu meningkatkan

kemampuan pembiayaan pembangunan di Daerah melalui sumber-sumber

pembiayaan baru baik bersifat konvensional maupun non konvensional

dengan adanya perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah menurut Ketentuan Umum Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat

dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang

adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam

rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan

mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah.

Suatu sistem hubungan keuangan Pusat Daerah hendaknya dapat

memberikan kejelasan mengenai berapa luas kewenangan yang dipunyai

oleh Pemerintahan Daerah dalam kebebasanya untuk mengadakan

pungutan-pungutan, menetapkan tarif dan seberapa luas kebebasan

Pemerintahan Daerah dalam menentukan besar dan arah pengeluaranya.10 Salah satu alternatif pembiayaan yang dapat diperoleh Pemerintahan

Daerah ialah melalui Pinjaman Daerah dengan cara melakukan Penerbitan

Obligasi Daerah, Adapun yang dimaksud dengan Obligasi Daerah ialah

sertifikat yang diterbitkan oleh Pemerintahan Daerah sebagai bukti bahwa

Pemerintahan Daerah tersebut telah melakukan pinjaman atau utang

jangka panjang kepada masyarakat, dan akan dibayarkan berdasarkan

10

(21)

jangka waktu tertentu dengan persyaratan yang telah sama-sama disetujui.

Artinya, di Indonesia obligasi daerah yang diterbitkan oleh Pemerintahan

Daerah harus dijual kepada masyarakat melalui transaksi di pasar modal.

Hasil penjualan obligasi daerah oleh Pemerintahan Daerah akan

dimanfaatkan sebagai sumber dana alternatif untuk membiayai

pembangunan daerah.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode yuridis-normatif, karena merupakan penelitian hukum normatif

(legal research) atau penelitian hukum doktriner11, yaitu cara pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti

data sekunder.

Penelitian yuridis normatif digunakan karena dalam penelitian ini

akan berusaha menemukan sampai sejauh mana kewenangan dan

pengawasan penerbitan Obligasi Daerah, khususnya di Pemerintahan

Provinsi Jawa Barat.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Sifat Penelitian

Sifat Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu

menjelaskan suatu segala peristiwa yang sedang diteliti dan berkaitan

dengan kejadian sekarang. Dalam penelitian ini peneliti mencoba

(22)

15

Universitas Kristen Maranatha menjelaskan bagaimana kewenangan dan pengawasan penerbitan obligasi

daerah di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat Pasca diberlakukanya

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Juncto Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi ini dilakukan dengan menggunakan Pendekatan

Undang-Undang (statue approach) dan pendekatan konseptual

(conceptual approach). Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan

menelaah undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut isu hukum

yang sedang ditangani.

Pendekatan konseptual beranjakan dari pandangan-pandangan dan

doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum denagn mempelajari

pandangan-pandangan, doktrin dan doktrin didalam ilmu hukum, akan

menghasilkan pengertian hukum dan asas-asas hukum yang relevan.

3. Jenis Data

Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum doktrinal

(normatif), maka jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder, yang mencakup:

a. Bahan Hukum Primer, menggunakan peraturan perundang-undangan

baik Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 33

(23)

dan Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

2011 tentang Pinjaman Daerah, Peraturan Menteri Keuangan Nomor

111/PMK.07/2012 tentang Tata Cara Penerbitan Obligasi Daerah dan

Peraturan Perundang-Undangan lain yang berkaitan perimbangan

keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Provinsi Jawa

Barat.

b. Bahan Hukum Sekunder dalam penelitian ini adalah data hasil

observasi yang terdapat dalam beberapa jurnal penelitian hukum,

beberapa hasil telusuran beberapa situs internet mengenai penelitian

ketentuan perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, serta wawancara pada beberapa tokoh dan pelaku sosial yang

berkenaan ketentuan perimbangan keuangan Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder, karena sulitnya untuk mendapatkan data primer yang

berupa pengamatan langsung di lapangan mengenai pelaksanaan

penerbitan obligasi di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Untuk

mengumpulkan data sekunder tersebut dipergunakan teknik pengumpulan

data dengan cara studi lapangan dan studi kepustakaan yaitu membaca dan

(24)

ketentuan-17

Universitas Kristen Maranatha ketentuan hukum lainnya yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah

pusat dan daerah mengenai penerbitan obligasi.

Jenis data yang diperlukan dalam rangka menjawab permasalahan

dan tujuan penelitian ini, yaitu primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder menyangkut baik

dalam wujud bahan-bahan pustaka, yang dikumpulkan melalui studi

kepustakaan (library research).

5. Analisis Data

Semua data yang telah berhasil diperoleh, setelah dilakukan editing

dan disusun secara sistematis akan dianalisis berdasarkan teknik analisa

data secara yuridis kualitatif, dengan langkah-langkah kategorisasi dan

intepretasi. Analisa kualitatif tersebut dilakukan melalui penalaran

berdasarkan logika untuk dapat menarik kesimpulan yang logis, sebelum

disusun dalam bentuk sebuah laporan penelitian.12

Analisis data yang dilakukan secara kualitatif untuk penarikan

kesimpulan-kesimpulan tersebut, tidak hanya bertujuan mengungkapkan

kebenaran saja, tetapi juga bertujuan untuk memahami gejala-gejala

yang timbul dalam pelaksanaan suatu ketentuan hukum mengenai

penerbitan obligasi. Analisis kualitatif juga dilakukan untuk

mengungkapkan sampai sejauh mana konsistensi dari implementasi

kewenangan Pemerintahan Jawa Barat mengenai Obligasi, dalam

kaitannya untuk mewujudkan pengelolaan tempat lapangan penerbangan

yang ada di majalengka yang sudah pasti ada payung hukumnya.

12

(25)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian sistematika penulisan yang disusun oleh peneliti diuraikan

secara berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II : PENYELENGGARAAN OTONOMI SEBAGAI PEMENUHAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai konsep negara

kesejahteraan, konsep otonomi daerah, kewenangan daerah dalam

penyelengaaraan otonomi daerah, aspek keuangan daerah.

BAB III: OBLIGASI DAERAH SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN

KERANGKA OTONOMI DAERAH

Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai obligasi

daerah, alternatif pembiayaan, pengawasan penerbitan obligasi

daerah, peran pasar modal.

BABIV: KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN

PENGAWASAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23

(26)

19

Universitas Kristen Maranatha JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2004

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA

PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

Dalam bab ini penulis akan menganalisis jawaban dari

identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam BAB I.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memberikan suatu masukan maupun

perbaikan dan urusan dari apa yang diteliti selama penulisan

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab IV dan sesuai dengan identifikasi

masalah pada awal bab, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki

kewenangan untuk menerbitkan obligasi daerah serta memperhatikan

kemampuan daerah dalam memenuhi segala kewajibanya. Landasan

hukumnya yaitu Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007

tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan

Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang

menyatakan bahwa urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

disertai dengan sumber pendanaan,pengalihan sarana dan prasarana.

2. Pada prinsipnya Pemerintahan Daerah dimungkinkan menerbitkan obligasi

dengan peroses antara lain dengan pengawasan yang dilakukan oleh Badan

Pemeriksa Keuangan dan Pengawasan melalui sektor pasar modal yang

dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dan juga selain itu harus

mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat. Persetujuan Pemerintah

Pusat diperlukan karena obligasi daerah memiliki resiko yang lebih tinggi

ketimbang obligasi negara. Di samping itu kuantitas dan waktu

(28)

135

Universitas Kristen Maranatha mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perlu

kehati-hatian yang luar biasa untuk menerbitkan obligasi daerah, sebab, jika

terjadi gagal bayar dampaknya bukan hanya mempengaruhi keuangan

daerah, tetapi juga keuangan negara dalam penerbitan obligasi yang

dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi Jawa Barat.

B. Saran

Sesuai dengan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat

peneliti ajukan adalah:

1. Perlu langkah strategis yang dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi Jawa

Barat agar Penerbitan Obligasi Daerah dapat direalisasikan.

2. Perlu merancang peraturan daerah provinsi jawab arat yang mendukung

(29)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdullah Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala

Daerah Secara Langsung, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007.

Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2008

Azhary, Negara Hukum Indonesia: Analisis Yuridis Normatif tentang

Unsur-unsurnya, Jakarta, UI-Press, 2007.

Busrizalti H.M, Hukum Pemda: Otonomi Daerah dan Implikasinya,

Yogyakarta, Total Media, 2013.

Bratakusumah Deddy dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Dermawan Sjahrial, Manajemen Keuangan, Jakarta, Mitra Wacana Media,

2009.

Fauzi Noer dan R. Yando Zakaria, Mensiasati Otonomi Daerah,

Yogyakarta, Konsorsium Pembaruan Agraria Bekerjasama dengan

INSIST Press, 2000.

Halim Abdul, Manajemen Keuangan Daerah, Yogyakarta, UPP AMP

(30)

137

Universitas Kristen Maranatha Holsti K.J, International Politics: Framework of Analysis (Politik

International: Suatu Kerangka Analisis), Terjemahan, Bandung,

Bina Cipta, 2000.

Huda Ni‟matul, Otonomi Daerah, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,2013.

HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajagrafindo Persada,

2013.

Idjehar Muhammad Budairi , HAM versus Kapitalisme, Yogyakarta,

INSIST Press, 2003.

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung, Alumni, 2008.

Kencana Syafiie dan Inu, Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung,

Refika Aditama, 2005.

Kuncoro Mudrajat, Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi,

Perencanaan, Strategi dan Peluang, Jakarta, Erlangga, 2007.

Lubis Irwansyah, Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis Dengan

Pelaksanaan Hukum, Jakarta, Kompas Gramedia, 2010.

Mahmud Peter, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenamedia Group, 2005.

Manan Bagirdan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata

Negara Indonesia, Bandung,Alumni, 1993.

Manan Bagir, Pengujian Yustisial Peraturan Perundang-undangan dan

(31)

Kuliah Umum Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Yogyakarta,

1994.

Mardiasmo, Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta, Andi Yogyakarta,

2009.

Moechdie Abi dan Haryajid Ramelan, Gerbang Pintar Pasar Modal,

Jakarta, Capital Bridge Advisor, 2012.

Ndraha dan Talidziduhu, Kybernology 1 (Ilmu Pemerintahan Baru),

Jakarta, Rineka Cipta, 2003.

Nurcholis Hanif, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,

Jakarta, Gramedia, 2007.

Nurmantu Safri, Pengantar Perpajakan, Jakarta, Granit, 2005.

Purnomo Budi, Obligasi Daerah, Bandung, Alfabeta, 2009.

Rosidin Utang, Otonomi Daerah Dan Desentralisasi, Bandung, Pustaka

Setia, 2010.

Siswanto dan Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia,

jakarta, Sinar Grafika Offset, 2008.

Suryaningrat Bayu, Mengenal Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Rineka Cipta,

(32)

139

Universitas Kristen Maranatha Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Bandung, Refika Aditama, 2005.

Syarifin Pipin, Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Bandung, Pustaka

Setia, 2006.

Triwibowo Darmawan dan Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara

Kesejahteraan: Peran Negara dalam Produksi dan Alokasi Kesejahteraan Sosial, Jakarta: LP3ES, 2006.

Widjaja HAW, Penyelenggaraan Otonomi di Indonesia, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2007.

Yani Ahmad, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah

di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2008.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Otoritas Jasa Keuangan

(33)

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.

C. Sumber lain-lain

Ahmad Heryawan, “Dalam Penerbitan Obligasi Daerah, Jawa Barat Jadi

Pelopor”. http://www.ahmadheryawan.com/lintas-jabar. diakses

pada tanggal 19 Januari 2016.

Syarif Hidayat, “Tantangan Otonomi Daerah”, Majalah Amanat Nasional,

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya dapat dilakukan dengan melalui pemuliaan tanaman, yakni merupakan suatu metode eksploitasi potensi genetik untuk mendapatkan kultivar unggul baru yang berdaya

Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT jagung hibrida adalah upaya pencapaian sasasaran produksi jagung tahun 2009 yang difokuskan pada kegiatan

Sel parietal sebagai penghasil HCL (asam hidroklorida), menyisipnya sel tersebut hingga ke bagian basal area gastric glands diduga untuk menjangkau setiap sel chief

Penyelesaian numerik persamaan telegraf menggunakan metode beda hingga skema eksplisit Central Time Central Space CTCS, dapat dilakukan dengan langkah-langkah antara lain

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mirzaei (2011), Subanidja (2006), Sudana (2010) size bank berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank karena bank yang

Penelitian ini akan melihat respon yang diberikan oleh ekspor karet alam Indonesia terhadap guncangan yang terjadi pada variabel volume ekspor karet alam itu

Wayang kulit purwa merupakan representasi dari kenyataan kehidupan masyarakat Jawa tentang hubungan manusia dengan manusia yang lain, manusia dengan Alam, dan manusia dengan