Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL
MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
(Kajian Sosiologi Sastra)
SKRIPSI
diajukan untuk gelar Sarjana Sastra
oleh Rendra Wicaksono NIM 1002672
PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIDKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL
MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
(Kajian Sosiologi Sastra)
Oleh
Rendra Wicaksono
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Saatra
© Rendra Wicaksono 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
ABSTRAK
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH
KARYA MARAH RUSLI (Kajian Sosiologi Sastra)
Rendra Wicaksono 1002672
Wacana perjodohan telah banyak diangkat ke tema novel-novel modern Indonesia sejak angkatan Balai Pustaka. Banyak penulis Minangkabau mengangkat wacana adat yang berbenturan dengan modernitas. Dalam karya-karya angkatan Balai Pustaka, selain mengkultuskan adat sebagai inti masalah, juga mendongkrak pemikiran-pemikiran modern yang sarat akan kemerdekaan individualisme. Penelitian ini menggambarkan bagaimana dan apa saja pandangan-pandangan kaum muda mengenai adat dan modernitas dalam novel.
Objek penelitian ini adalah tentang tema-tema masalah perjodohan sebagaimana yang terjadi pada novel pada zaman Balai Pustaka. Pengaruh barat dan kemerdekaan individual melawan sistem adat lantas dideskripsikan Marah Rusli dalam novel Memang Jodoh yang secara pengerjaan justru telah selesai lima puluh tahun yang silam namun terbit 2013 lalu. Penelitian bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang: 1) struktur novel; 2) Bagaimana masalah perjodohan yang digambarkan dalam novel; 3) Bagaimana penentangan masalah perjodohanyang muncul dalam novel tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menggunakan metode deskriptif analitis dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta disusul dengan analisis. peneliti melakukan pengumpulan data-data yang sesuai dengan rumusan masalah novel. Pengumpulan data-data berupa data pustaka, wawancara diharapkan mampu menjadi bahan agar maksud penelitian bisa terpenuhi. Pisau analisis peneliti yaitu menggunakan pisau sosiologi sastra karena sastra merupakan mimesis atau cerminan masyarakat melalui perenungan pengarang.
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
ABSTRACT
MATCHMAKING COMPLICATIONS IN MEMANG JODOH
BY MARAH RUSLI (SOCIOLOGY OF LITERATURE REVIEW)
Rendra Wicaksono 1002672
The matters on matchmaking have often been adapted as a theme in Indonesian modern novels since the generation of Balai Pustaka. A lot of Minangkabau writer adapt traditional custom themes which have frictions with the modernity. Many of the works within the generation of Balai Pustaka cult not only the traditional custom as the main problem, but also to raise modern thoughts which are loaded by individual freedom. This research portrays on how and what are the point of views of young generations on traditional customs and modernity in this novel.
The objects of this research are on matchmaking problems as portrayed in the works from Balai Pustaka generations. The influence from the Western culture and individual freedom against traditional system that are described by Marah Rusli in Memang Jodoh which was completed 50 years ago but only published in the mid of 2013. This research aims at answering the questions on (1) Novel structure; 2) How matchmaking problem is portrayed in this novel; 3) How is the resistance against matchmaking in this novel.
This research is a qualitative research. It uses descriptive analytical method by describing the facts followed by analyzing these facts. The data gathering is accordant to the problems in this research. The data gathering that is in form of written data and interview, is expected to be sufficient for providing the information. This research uses sociology of literature to examine the problems because literature is a mimetic or a reflection of the society through the point of view of the writer.
vii
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB 2 LANDASAN TEORETIS TENTANG, NOVEL, SOSIOLOGI SASTRA DAN MASALAH PERJODOHAN 2.1. Novel dan Jenis-Jenis Novel ... 11
2.2. Unsur Pembangun Novel ... 12
2.2.1. Analisis Sturktur Semiotik Todorov Aspek sintaksis dan semantik ... 13
2.2.1.1. Aspek Sintaksis ... 13
2.2.1.2. Analisis Aspek Semantik ... 15
2.2.1.2.1. Tokoh dan Penokohan ... 15
2.2.1.2.2. Latar ... 17
viii
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.2. Jenis-Jenis Sosologi Sastra ... 23
2.4. Masyarakat dan Minangkabau 2.4.1. Pengertian Masyarakat Minangkabau ... 27
2.4.2. Adat dan Perjodohan Masyarakat Minangkabau ... 27
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 32
3.2. Sumber Data ... 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.4. Teknik Pengolahan Data... 33
3.5. Prosedur Penelitian ... 33
3.6. Definisi Operasional ... 38
BAB 4 MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI 4.1. Ikhtisar ... 41
4.2. Analisis Struktur Cerpen 4.2.1. Aspek Sintaksis 4.2.1.1. Analisis Urutan Satuan Isi Cerita/Pengaluran ... 46
4.2.1.2. Analisis Alur (Fungsi Utama) ... 62 4.2.3.1. Kehadiran Pencerita ... 127
4.2.3.2. Tipe Pencerita ... 129
ix
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.3. Jenis Perjodohan dalam Novel Memang Jodoh ... 134
4.3.3.1. Perkawinan Ideal ... 134
4.3.3.2. Perkawnan Pantang ... 139
4.3.4. Masalah Perjodohan dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli 4.3.4.1. Penentangan Kaum Muda terhadap Tradisi Perjodohan Minangkabau ... 145
4.3.4.2. Melakukan Perkawinan Pantang: Beda Suku ... 151
4.4. Kesimpulan tentang Masalah Perjodohan ... 155
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Analisis Struktur Novel ... 159
5.2. Masalah Pejodohan dalam Novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ... 161
5.3. Saran ... 164
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perjodohan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia secara singkat dijelaskan berasal dari kata jodoh yang berarti orang yang cocok menjadi suami atau istri. Mesti adanya kecocokan sehingga bisa menjalin sebuah rumah tangga. Pengertian lain menurut Perjodohan terjadi karena telah tiba masanya seseorang dalam sebuah keluarga untuk berumah tangga, jika waktu itu telah tiba maka barulah para kerabat, serta orang tua berusaha membuka mata selebar-lebarnya, yang bertujuan untuk mencari siapa yang pantas untuk dijadikan suami atau istri yang kira -kira cocok bagi anak -anak mereka. Bila calon tersebut telah ditemukan, barulah para keluarga atau kerabat memperbincangkan calon yang sedang diincar tersebut, serta melakukan pendekatan untuk mengetahui apakah diterima atau tidak dipihak calon yang sudah mereka tentukan (Amir dalam Hidayat,2009. Hlm. 12).
Perjodohan pada masyarakat Minangkabau adalah persoalan kebersamaan. Pernikahan dalam falsafah Minangkabau menjadikan semua orang hidup bersama-sama. Maka rumah tangga menjadi urusan bersama, sehingga masalah pribadi dalam hubungan rumah tangga pun mesti diselesaikan bersama. Demikianlah yang disebut stelsel matrilineal. Kehidupan komunal yang menjadikan urusan pernikahan adalah urusan bersama (Navis,1984. Hlm. 193).
2
Minangkabau dianggap menyusahkan atau menjadi beban keluarga pihak suami. Anak yang lahir dari pernikahan campuran antara orang Minangkabau dengan orang non Minangkabau tidak diakui sebagai orang Minangkabau (Navis,1984. Hlm. 193).
Setelah pernikahan terlaksanakan masyarakat Minangkabau memberlakukan peraturan gelar siapa yang akan dipakai si anak kelak ketika lahir. Masyarakat Minangkabtu dulu dan tidak sedikit sekarang, mempunyai struktur kekeluargaan matrilineal, yang rapat hubungannya dengan perkawinan yang bersifat Matrilocal
(pasangan yang baru kawin berpindah ke rumah pihak perempuan): kekeluargaan ditentukan menurut garis matrilineal.
Harta warisan juga tentu akan diurus secara adat dan istiadat. Menurut masyarakat Minangkabau, harta warisan (terutama tanah yang merupakan harta keluarga terpenting) pada dasarnya diturunkan dari ibu kepada anak perempuan. Anak yang lahir dari perkawinan tergolong ke dalam keluarga si isteri. Tentu si suami tinggal di rumah keluarga isteri tetapi masih merupakan orang di luar rumah itu. Si Suami bertanggung jawab terhadap anak-anak saudarinya, sedangkan saudara lelaki istrinya, terutama saudara lelakinya yang tertua, yaitu mamak, dianggapnya harus bertanggung jawab terhadap anaknya sendiri (Teeuw,1980. Hlm. 83).
3
Di samping itu, poligami juga bisa menjadi motif masalah nikah. Teuw (1980. Hlm. 83) menyebutkan bahwa poligami sangat sering berlaku di masyarakat Minangkabau. Seorang lelaki tidak mempunyai kewajiban sosial terhadap keluarga istrinya, dan kalau dijemput oleh beberapa keluarga yang meminang sang suami, maka ini dianggap sebagai tanda kedudukan yang tinggi. Tentu saja ini menjadi permasalahan jika istri pertama tidak merestui poligami itu terjadi. Alih-alih mendogkrak status suami, meskipun dengan alasan tradisi. Kaba Minangkabau berjudul Kaba Tuanku Lareh Simawang yang ditulis Wisran Hadi mengangkat permasalah ini. Tidak rela suaminya menikah lagi, istri pertama dan anaknya rela bunuh diri (Yurma, 2010. Hlm. 4). Demikianlah terkandung dalam novel yang akan diteliti. Tetapi masalah poligami hanya menjadi diceritakan sedikit dalam novel ini yaitu sebagai upaya memisahkan perjodohan yang sudah cocok dan dibinia beberapa tahun.
Pandangan mengenai perjodohan tersebut muncul dari masyarakat itu sendiri. Membentuk pola pikir masyarakatnya sehingga muncul tata cara perjodohan agar terhindar dari kesalahan dihari kelak. Para orang tua yang tujuan awalnya mencari jodoh untuk anak-anak mereka juga akhirnya terlalu mengikut campur. Mereka menjadi penentu masa depan jodohnya untuk dijadikan pendamping hidup seumur hidup. Padahal yang menjalani perjodohan dan pernikahannya kelak adalah anaknya, bukan orang tua si pencari jodoh.
Tema perjodohan memang tidak pernah berhenti diangkat menjadi sebuah karya seni. Khususnya sebuah karya sastra. Perjodohan kerap menjadi titik ide penulis. Tidak hanya penulis-penulis era Balai Pustaka dan sezamannya. Sampai sekarang, Tema perjodohan masih saja menjadi gagasan hangat bagi para penulis sastra.
4
tidak menjadi halangan bagi tokoh utama dalam novel-novel tersebut untuk mengejar sebuah kesepakatan yang dinamai perjodohan. Kenekatan mereka menjadi ironi romantis yang indah dan agung.
Seperti contoh di atas, perjodohan mungkin saja terjadi pada pasangan yang berbeda secara sosial-budaya. Keterikatan mengenai ras, iklim dan lingungan sosial dikemukakan oleh Taine, bahwa karya sastra adalah kompleksitas dari ketiga hal tersebut yang mencakup aspek-aspek realita yang kompleks. Demikianlah khas fakta sastra yang menarik para ahli sastra. Kompleksitas itulah yang menjadikan sebuah karya sastra menjadi monumental. Tema-tema besar mengenai nasib, agama, alam, manusia dan sosial selalu menjadi hal yang menarik bagi penulis novel untuk menjadi bahan perenungan dan subjektivitas pada karyanya (Damono,1979. Hlm. 22).
5
Asri menikahi wanita yang dicintai dan mendapatkan jabatan yang tinggi sehingga mereka hidup bahagia (Teuw, 1978. Hlm. 88-89).
Pertentangan antara pemikiran segar dari pemuda-pemuda dan aturan adat yang kolot adalah novel Salah Asuhan karya Abdul Muis. Diceritakan Hanafi adalah seorang Minangkabatu yang pendidikannya lebih tinggi dari orang lain. sehingga ia merasa martabtnya lebih tinggi daripada bangsanya sendiri. Ia lalu menikahi seorang Indo bernama Corrie, menyia-nyiakan ibu dan istrinya sendiri. Tetapi dalam pernikahannya dengan Corrie, Ia tidak menemukan kebahagiaan seperti yang ia idamkan. Dalam novel ini, Abdul Muis menggambarkan Hanif sebagai tokoh yang melukiskan manusia dibelit oleh persoalan hidup yang nyata. Hanif sebagai orang yang bangga terhadap pendidikannya justru tidak diakui oleh orang-orang Belanda. Ia tetap dianggap sebagai inlander yang tidak tahu diri. Meskipun Insyaf, ia tidak diakui oleh bangsa Minangnya dan keluarganya. Kesengsaraannya juga ditambah ketika Corrie meninggal karena penyakit kolera. Hanif lalu bunuh diri (Teuw, 1978. Hlm. 94-95).
Fakta yang marak pada novel-novel sebelum perang adalah pernikahan dan perjodohan. Beberapa di antaranya memiliki kisah bahagia pada akhirnya dan tidak juga sedikit yang membuat tragis diakhir jalan cerita. Rata-rata penulis Minangkabau menuliskan tentang apa yang terjadi di daerahnya sendiri. Contoh dekat objek penelitian peneliti adalah karya Abdul Muis tersebut. Sebetulnya masih banyak pengarang Minang yang bercerita tentang Minangkabau. Di antaranya adalah Marah Rusli, Abdul Muis, Tulis Sutan Satie, A. St. Pamuntjak dan masih banyak lagi. Namun, bagi penulis, karya yang menjadi monumental adalah karya Marah Rusli dimulai dari karya pertamanya yang merupakan Novel Modern pertama di Indonesia: Sitti Nurbaya, hingga karya terakhirnya berjudul Memang Jodoh meskipun baru dicetak tahun 2013 kemarin.
6
pesan Pengarang sebelum meninggal yaitu novel ini boleh diterbitkan ketika semua tokoh yang terlibat dalam novel ini sudah meninggal. Hal ini sudah diketahui oleh Ajip Rosidi (2013. Hlm. 38) seperti kutipan di bawah ini:
“Ketika meninggal padanya masih ada sebuah naskah roman yang belum diterbitkan berdasarkan riwayat perkawiannya sendiri berjudul Memang Jodoh.”
Pendapat Ajip demikian tegas bahwa ada kecenderungan novel ini dekat dengan kehidupan sang penulisnya sendiri. Bisa jadi ini adalah kisah biografi nyata Marah Rusli yang jelmakan kedalam tokoh Hamli dalam novel Memang Jodoh ini.
Sebetulnya, novel yang menceritakan penentangan adat kuno dalam membela haknya memilih jodoh adalah novel Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928) karya Adinegoro, nama samaran Djamaludin (Rosidi, 2013. Hlm. 38).
Novel-novel itu menjadi novel pertama yang membicarakan tentang penentangan adat dan kemerdekaan memilih jodoh sendiri. Namun novel Memang jodoh menyusul keberadaan novel karya Adinegoro setelah empat puluh tahun novel-novelnya. Novel karya Marah Rusli yang terakhir ini selesai pada tahun 1960 dan terbit lebih dari 50 tahun setelahnya.
7
menjalin plot Marah Rusli jelas terpampang pada novel ini (terbukti juga pada novel pertamanya) karena secara genre tulisan novel bentuknya semi autobiografi. Marah Rusli juga merepresentasikan kondisi sosial masyarakat pada masanya. Marah Rusli berbicara secara nyata lokalitas sistem adat masyarakat Minang yang dinilai mengekang pilihan seorang tokoh bernama Hamli. Sistem adat masyarakat Minang secara umum yang telah dijelaskan diatas, salah satunya membuat peraturan ketat mengenai perjodohan sehingga menuai problem tentang siapa yang akan menjadi jodoh Hamli di kemudian harinya hingga akhir cerita.
Tokoh Hamli digambarkan sedekat mungkin dengan Marah Rusli mulai dari gambaran fisik, dan batinnya. Juga pada tokoh-tokoh lain, yang menjadi penyamaran ialah pengarang mengganti nama-nama tokoh pada kehidupan nyata menjadi nama fiksi.
Marah Rusli sebagai penulis besar novel di Indonesia sudah dikenal. Beliau merupakan penulis penting yang menggerakan dan mewarnai khazanah sastra Indonesia. Marah Rusli dinobatkan sebagai Bapak Roman Modern Indonesia oleh HB. Jassin. Novel-novel karangannya yang telah terbit antara lain Sitti Nurbaya yang terbit tahun 1922, Lasmi tahun 1924, lalu Anak dan Kemenakan tahun 1926, dan akhirnya Memang Jodoh yang selesai tahun 1961 dan terbit 2013.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini dirumuskan masalah yang diangkat. Rumusan masalah tersebut peneliti uraikan kedalam beberapa pertanyaan berikut.
1. Bagaimana struktur novel Memang Jodoh karya Marah Rusli?
2. Bagaimana jenis perjodohan dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli? 3. Bagaimana masalah perjodohan dalam novel Memang Jodoh karya Marah
8
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan struktur novel Memang Jodoh karya Marah Rusli;
2. Menggambarkan jenis perjodohan dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.
3. Menggambarkan masalah perjodohan dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pembacanya, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. Manfaat penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoretis
a. Diharapkan mampu memberikan pemahaman dan berguna dalam penerapan teori sastra, khususnya sosiologi sastra dengan fokus representasi dan penggunaannya dalam menganalisis karya sastra.
b. Diharapkan mampu menambah sumbangan dalam khazanah ilmu sastra terutama yang bergenre novel di Indonesia.
1.4.2. Manfaat Praktis
9
1.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang perjodohan orang-orang minangkabau pernah dilakukan oleh Hari Hidayat. Dalam penelitiannya berjudul Perjodohan dalam
Naskah Randai “Puti Manih Talongsong” karya Wisran Hadi. Hidayat mengungkapkan pertikaian budaya yang dikerucutkan pada konflik paham mengenai perjodohan lintas etnis.
Penelitian mengenai masalah yang timbul akibat terlalu tak terbantahkannya tradisi Minangkabau adalah penelitian yang dilakukan oleh Chairan Hafzan Yurma berjudul Poligami dalam Kaba Tuanku Lareh Simawang (Tinjauan Sosiologi Sastra). Penelitian ini mengungkap faktor-faktor yang melatarbelakani terjadinya
poligami secara naskah yang beliau teliti.
Penelitian lain adalah Konteks Sosial Novel Indonesia 1920 – 1977 oleh Jakob Sumadjo. Terdapat 180 novel yang diteliti oleh beliau. Di dalamnya ada kajian tentang novel yang ditulis Marah Rusli dan kawan-kawan seangkatannya. Penelitian ini secara umum dan rangkum memetakan konteks sosial yang diangkat pada novel di periode tersebut. Mulai dari tokoh, seting, dan tema. Buku tersebut juga memaparkan konteks eksternl novel indonesia pada periode ’20-an sampai ’70-an tentang pengarang-pengarangnya, penerbit dan siapa saja yang menjadi pembaca novel-novel tersebut.
Penelitian mengenai pandangan hidup dan filsafat masyarakat Minangkabau telah dilakukan oleh A. A Navis dalam bukunya Alam Terkembang Jadi Guru. Meskipun ini penelitian antropologi, penelitian ini berguna untuk penelitian-peenlitian selanjutnya yang khususnya mengangkat pernikahan atau sistem Matrilineal.
10
meruntuhkan tatanan kekuasaan tradisional kelas atas. Tatanan kekuasaan itu meliputi birokrasi yang juga berimplikasi kepada sistem pendidikan masa itu. Pendidikan Barat inilah yang bisa jadi menyusup kepada tanggapan penulis menghadapi fakta sosial mengenai perjodohan etnis Minangkabau.
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Metode Penelitin
Metode penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan metode Deskriptif Analisis. Dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Fakta-fakta itu diperoleh dari sumber data yang menjadi objek kajian. Sedangkan analisis dilakukan berdasarkan teori-teori yang relevan untuk mengkaji keseluruhan isi objek kajian (Ratna, 2013. Hlm. 53).
Secara etimologis deskripsi dan analsis berarti menguraikan. Tidak semata-mata menguraikan, tetapi juga memberikan pemahanan dan penjelasan secukupnya.
3.2Sumber Data
Sumber data yang ambil adalah untuk penelitian adalah novel Marah Rusli berjudul Memang Jodoh. Novel ini terbit pertengahan tahun 2013 diterbitkan Mizan sebanyak 551 halaman meskipun naskah matang dari pengarangnya sudah lama selesai yaitu tahun 1961.
Alasan peneliti mengkaji novel tersebut berangkat dari alasan bahwa novel ini secara rinci mengangkat pertentangan antara kaum dogmatis yang masih menganut ajaran adat dengan kaum terpelajar modern yang menentang ajaran adat mengenai permasalah perjodohan di Minangkabau. Perjodohan di Minangkabau memang sudah sangat banyak sekali diangkat sebagai novel terutama novel angkatan Balai Pusataka. Namun demikian, novel ini terbit bukan pada masa balai pustaka, melainkan terbit pada pertengahan 2013.
33
HB. Jassin. Novel-novel karangannya yang telah terbit antara lain Sitti Nurbaya yang terbit tahun 1922, Lasmi tahun 1924, lalu Anak dan Kemenakan tahun 1926, dan akhirnya Memang Jodoh yang selesai tahun 1961 dan terbit 2013.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti yaitu membaca dan menelaah studi pustaka yang relevean dengan objek penelitian. Di antaranya adalah buku-buku penelitian, buku teori, artikel, ataupun kumpulan esai mengenai nikah, perjodohan masyarakat Minangkabau, dan wawancara dengan ahli praktis kebudayaan yang mengamati akan isu-isu budaya dari periode ke periode. Lalu ditambah juga pemikiran dan pengamatan peneliti yang diolah dengan macam-macam reverensi yang relevan.
3.4 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan setelah semua sumber yang diperlukan terkumpul. Data-data tersebut diolah dengan cara sebagai berikut:
3.4.1. Menganalisis struktur cerita guna mengetahui dan memahami unsur pembangunan cerita secara utuh. Struktur tersebut di antaranya adalah aspek sintaksis yang meliputi alur dan pengaluran, aspek semantik yang meliputi latar dan tokoh. Aspek pragmatik yang membahas kehadiran pencerita pun akan dikupas dan dianalisis.
3.4.2. Menganalisis unsur pembangun di luar cerita. Disini peneliti akan menekankan pada masalah perjodohan dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli.
3.5Prosedur Penelitian
34
3.5.1. Peneliti melakukan pembacaan objek kajian berupa novel secara intensif, yaitu pembacaan secara berulang-ulang;
3.5.2. Melakukan penelusuran data terhadap dan selanjutnya melakukan pengklasifikasian sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Penelusuran data berupa pengumpulan studi pustaka yang relevan;
3.5.3. Melakukan analisis berupa strukutur pembangun novel yang mencakup aspek sintaksis yaitu pengaluran dan alur. Aspek semantik yaitu berupa tokoh dan latar. mengenai Tema, gaya bahasa, sudut pandang pencerita juga dibahas di analisis intrinsik;
3.5.4. Memaparkan aturan nikah ideal dan kawin pantang menurut masyarakat Minangkabat yang merupakan tradisi masyarakt Minangkabau;
3.5.5. Mendeskripsikan permasalahan jodoh di dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli;
35
Bagan kerangka 3.1.Kerangka Berpikir Penelitian
Teks novel Memang
36
Tabel 3.1 Teknik Kajian Novel
pendekatan Disiplin/Operasional Unsur-unsur analisis
Tekanan
Mimesis Sosiologi sastra Unsur sintaksis (analisis alur dan
Tabel 3.2 Pedoman Analisis Intrinsik Novel
No Pokok-pokok analisis Penjelasan
Aspek Sintaksis
1 Alur dan pengaluran Menganalisis aspek sintaksis yang
meliputi alur dan pengaluran. Alur adalah fungsi utama dang dibentuk oleh
hubungan logis maupun hubungan waktu (kronologis).
Sedangkan pengaluran yaitu urutan satuan terkecil dari makna yang dipilih dari teks sehingga membentuk satuan paling kecil (sekuen).
37
2 Latar Analisis Latar:
a. Latar tempat b. Latar waktu c. Latar Sosial
3 Tokoh a. Menganalisis tokoh berdasarkan
jenis tokoh yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan
b. Menganalisis tokoh dengan membaca fisik, mental, status sosial, dan tindakan tokoh yang terdapat pada teks.
Aspek Pragmatik:
4 Pencerita Menentukan dan menganalisis kehadiran
pencerita dan tipe penceritaan yang digunakan dalam novel.
Tabel 3.3. Pedoman analisis masalah perjodohan.
No Pokok Analisis Acuan analisis
Masalah Perjodohan
38
memang Jodoh karya Marah Rusli.
2 Upaya menentang perkawinan ideal pada novel Memang Jodoh
Sebagai usaha memadukan pemahaman mengenai objek material yang akan dikaji, definisi operasional bertujuan untuk menghindari kekeliruan dan salah tafsir terhadap konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
3.6.1. Masyarakat Minangkabau mengenal tradisi perjodohan ideal. Perjodohan ideal akan tercapai jika menikahi anak mamak (anak saudara dari ibu), tradisi ambil-mengambil yaitu menikahi secara silang dari adik-kakak keluarga A dengan
adik-kakak keluarga B, perkawinan sekorong, sekampung, senagari, seluhak, yang masih seminangkabau.
39
3.6.2. Masyarakat Minangkabau memiliki adat istiadat yang rumit mengenai pernikahan dan perjodohan. Mereka juga memegang sistem matrilineal dalam urusan perjodohan. Persoalan meencari pesangan, membuat persetujuan, pertunangan, dan perkawinan bahkan sampai kepada segala urusan akibat perkawinan akan ditanggung oleh pihak ibu.
3.6.3. Sastra lahir dari pengaruh timbal-balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural. Sastra menyoroti kehidupan masyarakat terhadap kehidupannya dan rasa ingin untuk mengubah kehidupannya. Jadi novel sebagai jenis karya sastra utama dalam karya masyarakat, dilihat sebagai usaha setia untuk menciptakan kembali kehidupan masyarakat itu berhubungan dengan keluarganya, politiknya, negaranya, peraturan, konflik, tegangan konflik antar kelompok dan kelas sosial.
3.6.4. Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat. Telaah tentang lembaga dan proses sosial. Segi-segi masyarakat mendukung pemahaman bahwa karya sastra tidak mampu dipisahkan dari lingkungan atau peradaban yang telah menghasilkannya.
Rendra Wicaksono, 2015
MASALAH PERJODOHAN DALAM NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
166
DAFTAR PUSTAKA
Damono, S. D. (1979). Sosiologi sastra sebuah pengantar ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Eagleton, T. (2007). Teori Sastra: Sebuah pengantar komprehensif. Bandung: Jalasutra. Faruk. (2012). Pengantar sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Graves, E. E. (2007). Asal-ususl elite minangkabau modern (Respons terhaap Kolonial Belanda
Abad XIX/XX). Jakarta: Buku Obor.
Hidayat, H. (2009). Perjodohan dalam naskah randai puti manih talongsong Karya Wisran Hadi: Tinjauan Sosiologi Sastra. Padang: Studi Sastra Minangkabau FIB Universitas Andalas: tidak diterbitkan.
Kato, T. (2009). Tradisi merantau orang minangkabau. Jakarta: Balai Pustaka.
Koentjaraningrat. (1983). Manusia dan kebudayaan di indonesia. Jakarta: Djambatan.
Labrouse, P (Kumpulan Artikel). (1983). Citra Masyarakat Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.
Mihardja, A. K. (1950). Polemik kebudayaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Navis, A.A. (1984). Alam terkembang jadi guru. Jakarta: Grafiti Pers.
Nurgiyantoro, B. (2012. Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Permadi, T. (2015). Wawancara tentang paradigma perjodohan masyarakat sunda di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jl. Setiabudhi No.229 Bandung.
Prabowo, R. M. 2006. Penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berlatar belakang etnis batak dan etnis jawa. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma: Tidak
Diterbitkan.
167
Ritzer, G. (2012). Teori sosiologi dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir
postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosidi, A. (2013). Ikhtisar sejarah sastra indonesia. Bandung: Pustaka Jaya
Rusli, M. (2013). Memang jodoh. Bandung: Mizan.
Stanton, R. (2007). Teori fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sumardjo, J dan S.K.M. (1988). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sumardjo, J. (1999). Konteks sosial novel indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit Alumni. Teeuw, A. (1980). Sastra baru indonesia. Ende: Nusa Indah.
Teeuw, A. (1988). Sastera dan ilmu sastera. Jakarta: Pustaka Jaya.
Todorov, T. (1985). Ilmu sastra.Jakarta: Djambatan.
Wellek, R & A. W (1989). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Yasa, I. N. (2012). Teori sastra dan penerepannya. Bandung: Karya Putra Darwati.
Yurma, C. N 2010. Poligami dalam kaba tuanku areh simawang (tinjauan sosiologi sastra). Padang: Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas: Tidak Diterbitkan.
Zaimar, O. K.S. (1991). Menelurusi makna zirah karya iwan simatupang. Jakarta: Intermasa.
Zaimar, O.K.S. (2008). Semiotik dan penerapannya dalam karya sastra. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.