• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI : Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAS Bandung kelas VII A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI : Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAS Bandung kelas VII A."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN

AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI

( Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAS Bandung kelas VII A)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

MUHAMAD SIDIK JUARSA 0704213

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul „PENERAPAN MODEL

“COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS

PERMAINAN BOLAVOLI’ ini adalah sepenuhnya hasil karya saya sendiri. Tidak ada

bagian didalamnya yang termasuk didalamnya kriteria plagiat dari hasil karya orang lain dan

saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya

siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak

lain terhadap keaslian dari karya saya ini.

Bandung, Januari 2014

Muhamad Sidik Juarsa

(3)

LEMBAR PENGESAHAN MUHAMAD SIDIK JUARSA

0704213

PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI

( Studi Penelitian Tindakan di SMP YAS Kota Bandung Kelas VII A)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Drs. Toto Subroto, M. Pd NIP. 196208081987031002

Pembimbing II

(4)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI

( Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAS Bandung kelas VII A)

Oleh: Muhamad Sidik Juarsa

0704213

ABSTRAK

Pembelajaran kooperatif yaitu mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok. Model pembelajaran kooperatif beranjak

dari dasar pemikiran getting better together, yang menekankan pada pemberian kesempatan

belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan

mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta, keterampilan-keterampilan sosial yang

bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang

bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah

satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran, keberhasilan belajar dari

kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual

maupun kelompok

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan di

SMP YAS Bandung kelas VII A dengan jumlah anak 45 orang yang terdiri dari 25 anak laki-laki

dan 20 anak perempuan. Langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan adalah 1. perencanaan,

2. pelaksanaan, 3. pengamatan, dan 4. refleksi. Data-data hasil penelitian berupa data kuantitatif

yaitu data-data yang diperoleh dari hasil belajar anak selama aktifitas pembelajaran. Data

kualitatif yaitu data-data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap keterlaksanaan

pembelajaran tentang kerjasama dalam permainan bolavoli. Semua data diperoleh dari hasil

observasi dan cacatan lapangan yang dilaksanakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

cooperative, terdapat peningkatan kerjasama yang baik terhadap pembelajaran aktivitas

(5)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL “COOPERATIVE LEARNING” DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI

( Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMP YAS Bandung kelas VII A)

By : Muhamad Sidik Juarsa

0704213

ABSTRACT

Cooperative learning is doing something together by helping each other in a team. This

model was acquired from ‘getting better together’ mindset, which force to give a wider learning

chance and more conducive situation to get and develop knowledge, attitude, value, then social

skills that brings a good benefit for society. Cooperative learning is a model where student try to

study and work in a small groups collaboratively which consist of 4-6 student member with a

heterogeneous structure. In cooperative learning, learn is not yet finished if 1 student in the

group has not master the learning material, learning success of group is depend on group

member’s skill and activities, either individually or in groups.

Learning method used was Classroom Action Research (CAR), implemented in SMP

YAS Bandung class VII A with 45 amount of student which consist of 25 boys and 20 girls.

Research steps implemented was 1. Planning 2. Implementation 3. Observation 4. Reflection.

Result of research is in the form of quantitative data which was obtained from the student’s

learning result during learning activity. Qualitative data is a data which was obtained from

observation result of the feasibility learning about cooperation in volleyball game. All of the data

was obtained from results of observation and field notes which was implemented in this research.

According to the research result, it shows that by applying cooperative learning model,

(6)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

1. Secara Teoritis ... 10

2. Secara Praktis ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11

A. Tinjauan Teori ... 11

1. Hakikat Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli ... 11

B. Hakikat Model “Cooperative Learning” ... 19

1. Konsep Dasar Model “Cooperative Learning”……… 19

2. Tujuan Model “Cooperative Learning”………. 20

(7)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Manfaat Model “Cooperative Learning”………... 24

5. Langkah-langkah Model “Cooperative Learning”………… 25

C. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas ... 26

D. Kerangka Berpikir………... 32

b. Hasil Analisis Observasi dan Refleksi Tindakan I ... 51

c. Rencana Perbaikan Tindakan II ... 56

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan II ... 56

4. Hasil pelaksanaan Tindakan II ... 56

a. Hasil Pelaksanaan Tindakan II ... 56

b. Hasil Analisis Observasi dan Refleksi Tindakan II ... 60

c. Rencana Perbaikan Tindakan III ... 62

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan III ... 63

5. Hasil Pelaksanaan Tindakan III ... 64

a. Hasil Pelaksanaan Tindakan III ... 64

b. Hasil Analisis Observasi dan Refleksi Tindakan III ... 67

(8)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Pembahasan Hasil Penelitian………. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN – LAMPIRAN

(9)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

2.1 Rancangan PTK Menurut Kurt Lewin ... 28

(10)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

1.1 Perilaku Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif……….. 25

(11)

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

4.1 Hasil belajar dimensi psikomotor tindakan ke 1 ... 49

4.2 Hasil belajar dimensi kognitif tindakan ke 1 ... 50

4.3 Hasil belajar dimensi afektif ke 1 ... 50

4.4 Hasil belajar dimensi psikomotor tindakan ke 2 ... 58

4.5 Hasil belajar dimensi kognitif tindakan ke 2 ... 58

4.6 Hasil belajar dimensi afektif ke 2 ... 59

4.7 Hasil belajar dimensi psikomotor tindakan ke 3 ... 65

4.8 Hasil belajar dimensi kognitif tindakan ke 3 ... 66

(12)

1

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-pembelajaran-untukku.html, bahwa “Pembelajaran merupakan

segala kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari

suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis

melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar

mengajar.” Sedangkan menurut Gagne dalam Sudjana (2008:87) pembelajaran adalah “Upaya guru meyakinkan siswa bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan prasyarat untuk tugas-tugas belajarnya, menstimulir penggunaan kemampuan siswa

sehingga siswa siap menyelesaikan dan mengatur persyaratan belajar”

Dari dua konsep pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi siswa dengan guru. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan guru agar dapat terjadi proses mendapatkan ilmu dan pengetahuan, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran

adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik, pembelajaran

pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan

belajar dengan tujuan agar terwujud efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang

dilakukan peserta didik.

Dalam konteks pembelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas) ciri utama bahwa

siswa melakukan efisiensi dan efektifitas belajar dapat diamati dari :

a. Adanya perubahan hasil belajar yang mengarah pada tujuan

pembelajaran Penjas

b. Kecenderungan siswa untuk tetap aktif dalam belajar, dalam hal ini

adalah Waktu Aktif Belajar/Berlatih (WAB)

Penjas dalam KTSP (2007) Pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas jasmani untuk meningkatkan individu secara organik

(13)

2

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistematis dan terstruktur, di dalam KTSP dipaparkan tujuan Penjas yaitu :

(1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. (6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Sedangkan menurut Mahendra (2003) Dalam

http://blog.tp.ac.id/tag/dasar-perumusan-tujuan-pembelajaran-penjas, bahwa “Tujuan pembelajaran pendidikan

jasmani mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak

kalah pentingnya dalam domain afektif”. Psikomotorik mencakup aspek kebugaran

jasmani dan perkembangan motorik, kognitif mencakup pengetahuan dan pemahaman,

sementara afektif mencakup sikap.

Merujuk pada rumusan tujuan Penjas tersebut di atas bahwa perubahan

perilaku yang diharapkan terjadi setelah proses belajar mengajar (PBM) Penjas

sangatlah kompleks, bahkan dalam situasi tertentu sulit di amati tingkat

perkembangannya, apalagi jika hanya dilihat setelah PBM berlangsung. Misalnya

dalam domain afektif : Apakah tingkat kejujuran siswa dapat diukur/diamati setelah

PBM berakhir ?, Apakah tingkat sportivitas siswa dapat diukur/diamati setelah PBM

berakhir ?, Apakah tingkat kepatuhan siswa dapat diukur/diamati setelah PBM

berakhir ?

Dari sekian banyak siswa yang memiliki karakter berbeda sangatlah sulit

untuk mengamati tingkat perkembangannya. Hal yang paling penting dalam

menerapkan pembelajaran Penjas adalah pengulangan atau pembiasaan, sehingga

diharapkan hal yang dipelajarinya dapat terinternalisasi ke dalam diri siswa secara

(14)

3

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu indikator pembiasaan dalam pembelajaran Penjas adalah

optimalisasi Waktu Aktif Belajar (WAB). Seperti yang dikemukakan (McLeish, dkk., 1981 ; Philips dan Carlisli, 1983) dalam Lutan (2005:440) yaitu: “Istilah yang mereka tawarkan untuk menamakan WAB adalah motor engagement time (MET) yaitu

jumlah waktu belajar atau berlatih dalam suatu tugas gerak” Maksudnya adalah

berapa lama siswa menghabiskan waktunya untuk beraktifitas dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Semakin besar WAB berarti semakin banyak hal yang

dipelajari. Nasution (1986:92) berpendapat :

We learn what we do, and we do what we learn. Kita belajar apa yang kita

lakukan, dan kita lakukan apa yang kita pelajari. The process of learning is

doing, reacting, undergoing, experiencing. Experiencing means living trough actual situations, All products of learning are achieved by the learner trough his own activity. Proses belajar adalah berbuat, bereaksi, menjalani, mengalami.

Mengalami berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya, semua hasil belajar diperoleh pelajar melalui kegiatannya sendiri”

Dari pendapat tersebut bisa dilihat keterkaitan antara WAB dengan proses

belajar dimana di dalam WAB pasti ada proses belajar. Proses belajar berisi kegiatan

yang di organisasikan oleh guru dan dilakukan bersama-sama siswa dalam peran dan

fungsinya masing-masing. Paul B. Diedrich dalam Nasution (1986:92-93) membuat

suatu daftar aktifitas kerja yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang di kategorikan

ke dalam 8 kategori, yaitu :

a) Visual activities (13) seperti : membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.

b) Oral activities (43) seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

c) Listening activities (11) seperti : mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi,

music, pidato, dan sebagainya.

d) Writing activities (22) seperti : menulis cerita, karangan, laporan, test,

angket, menyalin, dan sebagainya.

e) Drawing activities (8) seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

pola, dan sebagainya.

f) Motor activities (47) seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, me-reparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dn sebagainya.

g) Mental activities (23) seperti : menanggap, mengingat, memecahkan soal,

(15)

4

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h) Emotional activities (23) seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira,

berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

Kondisi WAB saat ini di beberapa sekolah masih bervariasi pada setiap

kategori aktifitas belajar siswa, seperti yang penulis alami pada saat melakukan

Program Latihan Profesi (PLP) di SMP YAS Bandung. Misalnya, saat jam pelajaran

Penjas dimulai, siswa sering menghabiskan waktu berlama-lama dalam mengganti

pakaian, ketika guru membuka pelajaran dan memberikan instruksi untuk berbaris

rapih, tidak semua siswa cepat tanggap untuk segera berbaris, masih ada yang sengaja

memperlambat gerak jalannya, namun ada juga siswa yang sudah siap berbaris untuk

memulai pelajaran. Tidak semua siswa serius mendengarkan penjelasan guru tentang

materi pembelajaran Penjas yang akan di ajarkan, terlihat dari masih adanya siswa

yang berbincang-bincang dengan teman di sebelahnya, pada saat guru

mendemonstrasikan gerakan dasar servis permainan bolavoli semua siswa ikut

melihat, namun pada saat siswa tersebut mencoba melakukan gerakan service masih

ada yang terlihat kaku, tetapi ada juga siswa yang melakukannya dengan cukup baik

padahal jika penulis perhatikan siswa tersebut melihat demonstrasi yang dilakukan

guru secara bersamaan, sedangkan pada prateknya berbeda-beda. Ketika guru

menunjuk salah satu dari siswa tersebut untuk melakukan gerakan yang sudah di

demonstrasikan, siswa selalu merasa gugup atau canggung, terlihat dari cara

bicaranya yang berubah menjadi kaku, ataupun sikapnya yang terlihat malu. Pada saat siswa mengikuti aktivitas permainan atau ”game” yang di buat oleh guru dalam bermain bolavoli, banyak siswa terlihat aktif mengikuti permainan mulai dari

mendengarkan instruksi guru, melihat gerakan temannya, berteriak meminta bola,

dan juga aktif bergerak menjemput bola. Namun ada juga siswa yang lebih memilih

berdiam diri atau tidak aktif saat bermain, adapun siswa yang asik berdua bermain

bolavoli tanpa memperdulikan teman di sekitarnya yang ikut dalam permainan.

Begitu kompleksnya melihat permasalahan suasana pembelajaran Penjas

dalam aktifitas permainan bolavoli di atas, WAB siswa tidak terlihat merata

(bervariasi), ada siswa yang tetap aktif dalam belajar ada juga siswa yang terlihat

(16)

5

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik yang berasal dari internal maupun eksternal seperti dari siswa, guru, fasilitas,

dan lingkungan pembelajaran khususnya dalam permainan bolavoli.

Dari sisi internal siswa, bervariasinya motivasi untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran aktifitas permainan bolavoli di duga di sebabkan oleh beberapa hal

misalnya, bervariasinya kemampuan motorik dan minat siswa. Tidak semua siswa

memiliki kemampuan motorik yang sama dalam pembelajaran aktifitas permainan

bolavoli. Secara faktual kemampuan motorik siswa dapat di kategorikan ke dalam

kategori kemampuan motorik tinggi, sedang, dan rendah. Bagi siswa yang memiliki

kemampuan motorik tinggi, biasanya akan lebih terampil mengikuti proses

pembelajaran aktifitas permainan bolavoli hingga jam pelajaran selesai, siswa lebih

bisa mengikuti instruksi atau tugas gerak yang di berikan guru. Bagi siswa yang

memiliki kemampuan motorik sedang, ada siswa yang terus aktif mengikuti

pembelajaran aktifitas permainan voli ada juga yang tidak, tergantung dari suasana

hatinya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan motorik rendah, biasanya siswa

mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran aktifitas permainan voli,

untuk melakukan tugas gerak yang diberikan guru, siswa cenderung melakukan

kesalahan yang berulang-ulang, biasanya hal tersebut menyebakan motivasi siswa

menurun atau rendah. Begitu juga dengan minat siswa, minat siswa dalam

pembelajaran aktifitas permainan bolavoli belum tentu merata, ada siswa yang

memiliki minat tinggi untuk mengikuti pembelajaran, ada juga siswa yang memiliki

minat rendah, tergantung dari suasana hati siswa, mungkin saja karena siswa tersebut

memiliki masalah lain di luar kegiatan pembelajaran Penjas, yang menyebabkan

suasana hatinya tidak baik, sehingga minat dalam mengikuti kegiatan aktifitas

permainan bolavoli rendah, siswa lebih banyak berdiam diri dan terlihat tidak aktif

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, begitu juga sebaliknya jika suasana hati

siswa baik, biasanya minat dalam mengikuti kegiatan aktifitas permainan voli

meningkat, siswa lebih terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Permasalahan lainnya yang muncul dari dalam diri siswa yang teridentifikasi adalah

sifat-sifat individualistis, misalnya. (1) Sebelum pembelajaran dimulai, kurangnya

siswa dalam bekerjasama untuk mengambil alat-alat kegiatan pembelajaran aktifitas

(17)

6

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permainan bolavoli, nilai-nilai kerjasama terlihat rendah, kebanyakan siswa lebih

memilih-milih teman untuk berpasangan berdasarkan kesamaan keterampilan yang

mereka miliki ataupun dari kedekatan siswa dengan siswa yang lain, kebanyakan

siswa asik berdua bermain bolavoli dengan teman dekatnya tanpa memperdulikan

teman satu kelompoknya yang ikut dalam permainan, mengakibatkan kurangnya

kesempatan kepada sebagian siswa untuk saling berinteraksi, dan belajar

bersama-sama dalam pembelajaran aktifitas permainan bolavoli, sehingga pembelajaran tidak

berjalan dengan efektif.

Dari sisi guru, tidak semua guru Penjas memahami dan terampil

menggunakan model-model pembelajaran Penjas yang inovatif, ada yang tidak

memahami dan juga tidak terampil menggunakan model pembelajaran Penjas, ada

yang memahami model pembelajaran Penjas namun tidak terampil menggunakannya,

ada yang tidak memahami model pembelajaran Penjas namun terampil dalam

mengajar Penjas, ada yang memahami dan juga terampil mengunakan model

pembelajaran Penjas. Namun masih sangat terbatas guru yang memahami dan juga

terampil mengunakan model pembelajaran Penjas, sehingga pembelajaran Penjas

dalam aktivitas permainan bolavoli kurang bervariasi, khususnya guru Penjas di

lingkungan SMP YAS Bandung. Hal yang penulis rasakan pada saat mengamati guru

Penjas mengajar yaitu cenderung memakai model pembelajaran konvensional

(teacher centre), jadi pembelajaran Penjas hanya berpusat pada guru saja, siswa

dituntut untuk bisa melakukan aktivitas yang diberikan. Sedangkan tidak semua siswa

bisa melakukannya, hal tersebut disebabkan oleh kondisi belajar yang berjalan hanya

satu arah saja, yaitu informasi pelajaran hanya diberikan dari pihak guru, tidak ada

timbal balik dari pihak siswa, maksudnya siswa hanya menjadi pendengar saja.

Dari segi fasilitas, fasilitas pembelajaran Penjas untuk permainan bolavoli

yang minim mengakibatkan siswa banyak berdiam diri daripada melakukan

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli karena harus menunggu giliran, seperti

jumlah bola yang sedikit sedangkan jumlah siswa banyak, dan juga kurangnya variasi

alat-alat pembelajaran Penjas dalam permainan bolavoli, sehingga guru yang harus

(18)

7

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

YAS Bandung, seperti membuat net dengan peralatan seadanya, guru yang mengatur

tinggi rendahnya net.

Dari segi lingkungan pembelajaran, lingkungan pembelajaran Penjas di SMP

YAS Bandung yang penulis rasakan yaitu kurang kondusif, dikarenakan lapangan

olahraga untuk pembelajaran Penjas letaknya berada di depan gedung sekolah yang

bersebelahan dengan jalan raya, lapangan olahraga juga sering dipakai sebagai tempat

parkir kendaraan. Sehingga lingkungan untuk melakukan aktivitas pembelajaran

Penjas tidak terlalu luas, siswa pun akan terganggu saat mengikuti pembelajaran

aktifitas permainan voli karena terhalangi oleh kendaraan yang berada di lapangan,

selain itu perhatian siswa terpecah antara mendengarkan instruksi guru dengan suara

bising kendaraan yang lewat di jalan raya, dan juga terganggu oleh keluar masuknya

kendaraan yang berada di lapangan.

Sesuai dengan pengamatan yang penulis alami di atas maka salah satu upaya

yang dapat dilakukan oleh guru adalah menerapkan model-model pembelajaran

Penjas di sekolah. Pemahaman dan keterampilan guru dalam hal menerapkan

model-model pembelajaran Penjas perlu dipelajari lagi kemudian diterapkan sehingga

pembelajaran tidak monoton satu arah dan suasana belajarnya tidak menjemukan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka permasalahan yang

terjadi di dalam pembelajaran aktifitas permainan bolavoli di SMP YAS Bandung

dapat di identifikasi sebagai berikut:

a. Kemampuan motorik siswa yang bervariasi, yaitu kemampuan motorik

tinggi, sedang, dan rendah, sehingga WAB siswa juga bervariasi, bagi siswa

yang memiliki kemampuan motorik tinggi mungkin tidak akan terlalu

banyak melakukan kesalahan dalam tugas gerak yang di instruksikan oleh

guru Penjas di bandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan

motorik sedang dan rendah yang lebih besar kemungkinannya untuk

melakukan kesalahan dalam tugas geraknya sehingga membutuhkan

(19)

8

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Minat siswa yang bervariasi, yaitu minat yang tinggi dan rendah, sehingga

WAB siswa juga bervariasi, bagi siswa yang memiliki minat tinggi mungkin

akan lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran aktifitas permainan

bolavoli sampai jam pelajaran Penjas berakhir, di bandingkan dengan siswa

yang memiliki minat rendah.

c. Nilai-nilai kerjasama yang masih rendah, kebanyakan siswa lebih

memilih-milih teman untuk berpasangan, dan asik berdua bermain bolavoli tanpa

memperdulikan teman satu kelompoknya yang ikut dalam permainan,

mengakibatkan kurangnya kesempatan kepada sebagian siswa untuk saling

berinteraksi, dan belajar bersama-sama dalam pembelajaran aktifitas

permainan bolavoli, sehingga pembelajaran tidak berjalan dengan efektif.

d. Pemahaman dan keterampilan guru Penjas dalam mengembangkan dan

menerapkan model-model pembelajaran Penjas yang inovatif dan kreatif

masih terbatas, bagi guru Penjas yang tidak memahami dan juga tidak

terampil menggunakan model-model pembelajaran Penjas, maka

pembelajaran Penjas dalam aktivitas permainan bolavoli kurang bervariasi

dan juga suasana pembelajarannya akan menjemukan, menyebabkan WAB

rendah karena siswa tidak bersemangat untuk aktif berlatih mengikuti

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, di bandingkan dengan guru

Penjas yang memahami dan juga terampil menggunakan model-model

pembelajaran Penjas.

e. Guru Penjas cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan

permainan bolavoli yang menuntut keterampilan tehnik tinggi, sehingga

bagi sebagian siswa akan mengalami kesulitan, mengakibatkan anak

cenderung melakukan kesalahan yang berulang-ulang, ketimbang

memberikan pembelajaran yang menyeluruh melalui pembelajaran aktifitas

permainan bolavoli, sehingga seluruh siswa bisa senang, menyenangi dan

aktif berlatih.

f. Fasilitas pembelajaran Penjas untuk permainan bolavoli yang minim

mengakibatkan siswa lebih banyak berdiam diri daripada melakukan

(20)

9

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Lingkungan pembelajaran yang kurang kondusif karena lapangan olahraga

yang di pakai sebagai lahan parkir dan juga dekat dengan jalan raya

sehingga siswa kurang fokus dalam pembelajaran aktifitas permainan

bolavoli.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi tersebut di atas, maka dalam

konteks penelitian ini permasalahan yang dikaji. di batasi pada “Penerapan model

pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran aktifitas permainan bolavoli”, khususnya

di SMP YAS Bandung. Alasannya pembatasan masalah ini karena : (1) secara internal

penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai-nilai kerjasama

dan juga mendorong siswa untuk meningkatkan WAB, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama,

siswa yang berbeda latar belakangnya. Penerapan model pembelajaran kooperatif ini

menekankan tentang bagaimana cara meningkatkan aktifitas pembelajaran dalam

permainan bolavoli, sehingga proses belajar mengajar (PBM) khususnya dalam

permainan bolavoli lebih efektif. (2) dari sisi eksternal diantaranya sebagai berikut, (a)

Keterbatasan dana yang penulis miliki untuk meneliti, dimana penulis belum bekerja

dan dalam melakukan penelitian ini masih di biayai oleh orang tua (b) Keterbatasan

kemampuan dalam melakukan penelitian, penulis baru pertama kali melakukan

penelitian, dan masih dalam proses belajar (c) Keterbatasan waktu yang penulis miliki,

karena tidak mudah mengelola waktu antara kegiatan rutin yang sekaligus dilakukan

dengan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK), dan juga sebagai mahasiswa,

batas-batas waktu penelitian di batas-batasi dalam kurun waktu yang sudah penulis tentukan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang

dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana penerapan

model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran aktivitas permainan bolavoli di

(21)

10

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, tujuan

penelitian ini adalah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, khususnya di SMP YAS Bandung.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Memperkuat teori-teori pembelajaran Penjas yang sudah ada dan

menyempurnakannya terkait dengan proses pembelajaran aktivitas permainan

bolavoli di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2. Secara Praktis

Penelitian tidakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi

yang sangat besar bagi semua pihak terkait masalah proses pembelajaran aktivitas

permainan bolavoli di Sekolah Menengah Pertama, diantaranya:

a. Bagi guru dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif di dalam memilih

model-model pembelajaran.

b. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Penjas

dalam permainan bolavoli.

c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam

upaya meningkatkan mutu pembelajaran Penjas di sekolah.

d. Bagi penulis sendiri, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan

dan pengalaman penelitian dalam menerapkan dan mengembangkan

(22)

35

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian

Tujuan operasional pada penelitian ini adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas peneliti dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif pada pembelajaran aktivitas permainan bolavoli yang dapat

mengembangkan hasil kerjasama anak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP YAS Kota Bandung, penelitian

ini khususnya dilaksanakan di kelas VII A dengan jumlah 45 orang yang

terdiri dari 20 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran

2013-2014. Waktu penelitian digambarkan seperti pada matrik di bawah ini:

Matrik 3.1

Tahapan dan Garis-garis Besar Kegiatan Penelitian Bulan

No Nama Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Penyusunan Profosal Skripsi

2 Bimbingan Profosal Skripsi

3 Seminar Profosal Skripsi

4 Surat Keputusan Judul Skripsi

(23)

36

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6 BAB II (Tinjauan Teoritis,

Keragka Berfikir, dan Hipotesis

Dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran

kooperatif dalam pembelajaran aktivitas permainan bolavoli di SMP YAS Kota

Bandung.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hal-hal yang terkait

dengan metode penelitian ini telah dijelaskan atau dipaparkan pada bagian 3

BAB II. Beberapa langkah konkret yang harus dilaksanakan selama proses

penelitian akan dipaparkan lebih lanjut dalam pembahasan langkah-langkah

penelitian di bawah ini.

E. Langkah-langkah Penelitian

Merujuk pada langkah-langkah PTK yang telah dibahas secara

mendalam di BAB II, maka langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian

ini meliputi: (1) Observasi Awal. (2) Perencanaan. (3) Pelaksanaan Tindakan.

(4) Refleksi.

1. Observasi Awal

Observasi Awal adalah kegiatan pertama peneliti untuk melihat

permasalahan pembelajaran Penjas, khususnya dalam pembelajaran aktivitas

(24)

37

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Maksud observasi adalah untuk mengamati kegiatan pembelajaran dan

menganalisis masalah-masalah yang terkait dengan fokus penelitian. Fokus

masalah yang diteliti atau yang diobservasi meliputi kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru, model/metode/strategi/pendekatan yang

digunakan oleh guru, respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran,

interaksi-interaksi akademik yang terjadi sebagai akibat tindakan yang

diberikan oleh guru dan sarana prasarana pendukung pembelajaran yang

terdapat di sekolah yang dijadikan tempat penelitian.

Data-data yang terkait dengan fokus penelitian yang diamati pada

tahap observasi awal ini dicatat dalam catatan lapangan, yang selanjutnya

dijadikan dasar-dasar pembuatan perencanaan tindakan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, salah satu perencanaan yang dibuat peneliti adalah

RPP aktivitas permainan bolavoli. Sesuai dengan batasan masalah yang

dikaji dalam penelitian ini, maka RPP yang dibuat berorientasi pada

penerapan model pembelajaran kooperatif.

2. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah suatu tahap atau proses kegiatan awal

merumuskan masalah secara sistematis dan terprogram untuk mencapai

tujuan agar mendapatkan hasil. Pada tahap perencanaan penelitian ini ada

beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut:

a. Membuat RPP

1) Mempelajari Kurikulum KTSP 2006, silabus dan program

pembelajaran yang ada di SMP YAS Kota Bandung, untuk dijadikan

pedoman pembuatan RPP aktivitas permainan bolavoli dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif.

2) Memahami Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun

2007 tanggal 23 november 2007 yang menjelaskan tentang struktur

penulisan RPP sebagai berikut : a) Identitas mata pelajaran, b)

Standar kompetensi, c) Kompetensi dasar, d) Indikator pencapaian

(25)

38

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktu, h) Metode pembelajaran, i) Kegiatan pembelajaran, j)

Penilaian hasil belajar, k) Sumber belajar.

3) Dalam rangka membuat RPP dalam konteks pembelajaran aktivitas

permainan bolavoli, pada penelitian ini mengenai substansi yang di

tuliskan dalam RPP, peneliti mendiskusikan rancangan RPP dengan

pembimbing skripsi

b. Menyiapkan alat dan sarana pembelajaran

1) Peneliti menyiapkan sarana pembelajaran yaitu lapangan untuk

permainan bolavoli yang sudah ada di SMP YAS Bandung, dengan

membagi-bagi dan memodifikasi lapangan tersebut menjadi empat

bagian untuk di gunakan oleh siswa yang nantinya akan peneliti bagi

menjadi 4 kelompok siswa perempuan dan laki-laki, sesuai dengan

prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu siswa belajar dan

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen.

2) Peneliti juga menyiapkan bolavoli berjumlah delapan buah yang

sudah ada di SMP YAS Bandung. Cone atau yang biasa disebut

dengan corong sebagai pembatas lapangan atau nanti bisa di gunakan

untuk variasi pembelajaran aktivitas permainan bolavoli. Net yang di

variasikan tingginya yaitu sekitar 1,5 meter. Untuk peneliti sendiri

menyiapkan peluit dan juga stopwatch serta daftar hadir nama-nama

siswa yang sudah disediakan di SMP YAS Bandung. Semua paparan

tersebut yaitu sebagai alat pembelajaran dalam aktivitas permainan

bolavoli.

c. Menjalin kerjasama dan kesepahaman dengan observer

1) Peneliti menjalin kerjasama dengan observer, observer dalam

penelitian ini adalah salah satu guru Penjas di sekolah tempat

dilaksanakannya penelitian. Peneliti mendiskusikan tugas-tugas

pokok dengan observer berkaitan dengan Penerapan model

(26)

39

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bolavoli, baik pada saat sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai

atau pada saat pelaksanaan pembelajaran sedang berlangsung.

Observer harus siap membantu peneliti dalam hal memperoleh

data-data yang berupa catatan lapangan dan catatan observer,

Dokumentasi (foto).

2) Karena yang di observasi oleh observer adalah prilaku peneliti

sebagai guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif,

maka observer harus tau hakekat tentang model pembelajaran

kooperatif, caranya observer di minta untuk mempelajari dengan

seksama dan mendiskusikan jika ada hal yang tidak dimengerti

terkait dengan model pembelajaran kooperatif, sehingga nanti di

harapakan observer memiliki kepahaman tentang implementasi

pembelajaran kooperativ.

3. Pelaksanaan Tindakan (action)

Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti

sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang berpedoman

pada rencana tindakan.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti membuat dan

melaksanakan:

a. Pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, dengan

menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif yang

sudah dirancang pada RPP. Selanjutnya untuk dilaksanakan.

b. Pada penerapan RPP dengan model pembelajaran kooperatif ini

peneliti menjadi pengajar dan mencatat kegiatan penelitian,

sedangkan observer dalam penelitian ini adalah salah satu guru

Penjas di sekolah tempat dilaksanakannya penelitian. Observer

dalam hal ini bertugas untuk mengambil foto-foto kegiatan

penelitian dan mengisi lembar observasi.

c. Peneliti mencatat permasalahan yang muncul saat pelaksanaan

(27)

40

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan tahap yang dilaksanakan setelah tahap

pelaksanaan. Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat, dan megevaluasi

hasil-hasil atau respon dari tindakan yang telah dicatat dalam catatan

lapangan. Tahap refleksi adalah bagian yang sangat penting dari PTK.

Refleksi yang ditekankan adalah evaluasi diri peneliti selaku guru dan hasil

yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat diterapkannya model

pembelajaran kooperatif dalam aktivitas permainan bolavoli, dengan tujuan

untuk meningkatkan jumlah WAB. Proses refleksi ini juga dikonsultasikan

dengan pembimbingan.

Jika hasil refleksi terhadap tindakan satu sudah menyimpulkan

bahwa permasalahan sudah terpecahkan, maka tahap penelitian tindakan

kelas dianggap cukup. Tetapi jika hasil refleksi pada siklus pertama masih

mengandung masalah atau muncul masalah baru, maka penelitian tindakan

kelas dilanjutkan dengan penelitian pada siklus ke II.

F. Data Penelitian

1. Sumber data:

Data-data yang digunakan untuk analisis yang dipergunakan dalam

penelitian ini bersumber dari:

a. Guru dalam hal ini peneliti sendiri.

b. Respon siswa khususnya dalam hubungannya dengan diterapkan

model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran aktivitas

permainan bolavoli oleh peneliti/guru.

c. Data observer.

d. Lingkungan sekolah SMP YAS Kota Bandung yang dijadikan

tempat penelitian.

2. Jenis data:

Jenis data dalam penelitian ini berupa data deskriptif kualitatif tentang

permasalahan dan cara pemecahan masalah yang teridentifikasi oleh

(28)

41

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari tiap pelaksanaan pembelajaran, dan hasil observasi terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

3. Alat Pengumpul Data:

Alat pengumpul data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah:

a. Catatan lapangan dan catatan observer.

b. Data tentang kerjasama anak pada saat pembelajaran diambil dari

format catatan lapangan dan format penilaian yang diambil oleh

observer.

c. Alat observasi.

d. Dokumentasi (foto).

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan lanjutan dari tahap pengumpulan

data. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dari suatu

penelitian. Oleh sebab itu, peneliti harus memahami teknik analisis data

agar hasil penelitiannya mempunyai nilai ilmiah yang baik. Dalam

penelitian ini teknik analisis data yang dipergunakan adalah dengan cara

triangulasi data. Triangulasi yaitu menggunakan berbagai sumber data untuk

meningkatkan kualitas penilaian seperti menganalisis, mensintesis,

memaknai, menerangkan, menyimpulkan data yang terkumpul. Triangulasi

data dilakukan antara peneliti, dosen pembimbing, dan mitra peneliti serta

menggunakan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya data yang diperoleh direduksi lalu dikelompokkan. Hasil

yang didapat berupa kebiasaan-kebiasaan yang muncul pada pembelajaran

aktivitas permainan bolavoli, selanjutnya dideskripsikan sehingga menjadi

(29)

75

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasar pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti

mendapatkan kesimpulan atas rumusan masalah yang terdapat di BAB I

yaitu Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli di SMP YAS Bandung dalam

rangka meningkatkan kerjasama anak?, yaitu sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif pada

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli, Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti mengenai pembelajaran aktivitas permainan

bolavoli di SMP YAS Bandung, model pembelajaran kooperatif secara

keseluruhan menunjukan hasil yang baik. Dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif dalam aktivitas permainan bolabasket siswa

selalu bekerjasama, bergerak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif mampu

meningkatkan kemampuan siswa untuk bekerjasama, model pembelajaran

kooperatif dalam pembelajaran aktivitas permainan bolavoli yaitu siswa

dituntut untuk selalu bekerjasama, aktif dan kreatif dalam melakukan tugas

gerak, sehingga proses pembelajaran semakin efektif.

Merujuk pada hakikat model pembelajaran kooperatif yang

menekankan terhadap kerjasama siswa, maka pada tiap indikator afektif

dan sosial, penskoran terhadap siswa pada tiap indikator dengan

menggunakan teknik observasi menekankan pada kerjasama siswa pada

aspek afektif dan sosial, semakin tinggi nilai siswa berarti semakin banyak

atau sering siswa melakukan kerjasama pada saat pembelajaran.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

dapat diterapkan dalam pembelajaran aktivitas permain bolavoli, sehingga

(30)

76

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. SARAN

Dengan berpedoman pada data-data yang diperoleh serta dalam

rangka membantu peningkatan kegiatan dan mengatasi

hambatan-hambatan pada kegiatan belajar-mengajar permainan bolavoli di SMP

YAS bandung, maka penulis mengajukan beberapa saran yang diharapkan

dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Untuk guru pendidikan jasmani diharapkan dapat menerapkan

pemahaman pola-pola bermain bolavoli melalui pembelajaran

pendekatan taktis di sekolah. Proses pembelajaran menggunakan

model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan dalam

pembelajaran aktivitas permainan bolavoli di SMP YAS Bandung,

khususnya siswa kelas VII SMP YAS Bandung. Berdasarkan hal

tersebut, disarankan bagi para guru pendidikan jasmani untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam proses

pembelajaran penjas, khususnya pembelajaran aktivitas permainan

bolavoli.

2. Untuk anak diharapkan dapat menggunakan waktu untuk belajar

dengan baik sehingga informasi maupun demonstrasi yang

diberikan guru dapat diterima dengan baik. Karena melalui model

pembelajaran kooperatif siswa belajar bekerjasama dengan teman

yang lainnya. Siswa lebih bersemangat, aktif dan kreatif dalam

mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.

3. Bagi anak yang belum menguasai gerak-gerak dasar permainan

bolavoli diharapkan berlatih lebih giat lagi agar kemampuan yang

dimilikinya sama dengan anak yang telah menguasai gerak-gerak

dasar permainan bolavoli.

4. Kepada rekan mahasiswa, disarankan untuk menguji kembali

penelitian ini dengan jumlah sampel yang berbeda dan lebih

(31)

77

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagi pihak sekolah, ini merupakan momentum untuk dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di SMP

(32)

76

Muhamad Sidik Juarsa, 2014

Penerapan Model “Cooperative Learning” Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolavoli Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Subroto, T. Dan Yudiana, Y (2010). Modul Permainan Bolavoli: FPOK UPI

Suherman, A. (1998). Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan

Jasmani: Bandung: CV Andira Bandung

Isjoni (2007). “Cooperative Learning” Efektifitas Pembelajaran Kelompok:

Bandung: Alfabeta

Taniredja, T. Pujiati, I. Dan Nyata (2011). Penelitian Tindakan Kelas Untuk

Pengembangan Profesi Guru: Bandung: Alfabeta

Hidayat, Yusup (2011). Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan

Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan: FPOK UPI

Joyce, B. Weil, M. Dan Calhoun, E. (2009). “Models Of Teaching Model-Model Pengajaran: Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Juliantine, T. Subroto, T. Dan Yudiana, Y. (2011). Model-Model Pembelajaran

Pendidikan Jasmani: FPOK UPI

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-belajar/

http://effendi-dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.USTDSB1HImM

http://penjasorkes-zone.blogspot.com/2011/12/tujuan-pendidikan-jasmani.html

http://pojokpenjas.wordpress.com/2007/11/12/hakikat-pendidikan-jasmani/

http://wawan-junaidi.blogspot.com/2011/12/definisi-pendidikan-jasmani.html

http://www.sarjanaku.com/2011/09/bola-voli-sejarah-pengertian-teknik.html

http://smpsyas-bdg.sch-id.net/

http://www.untukku.com/artikel-untukku/pengertian-pembelajaran-untukku.html

Referensi

Dokumen terkait

Skills Needed at Different Managerial Levels Human Skills Conceptu al Skills Technical Skills Top Managers Middle Managers Low-Level Managers. *Dark color = necessary to

10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

Permasalahan ini akan dicari jawabannya pada penelitian Tahap I (Tahun Pertama), sedangkan pada Tahap II (Tahun Kedua) akan dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dimensi dalam kualitas pelayanan yaitu wujud fisik, empati, kehandalan, daya tanggap, dan jaminan berpengaruh terhadap

RANCANG BANGUN VENTILASI ATAP SUSUN MASJID SEBAGAI UPAYA EFEKTIFITAS STACK EFFECT. MELALUI UJI SUDUT KEMIRINGAN ATAP DAN

Setelah dilakukannya penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pada kasus subjek 1 ( a dan b ), karakteristik komunikasi interpersonal yang terjadi adalah kemampuan subjek

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu hubungan subjek yang akrab dengan orang tua, terutama kedekatan subjek dengan ibunya yang sering memanjakannya, ketidaksiapan subjek

13 Tambahan No.. 12