• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA DAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN. i

LEMBAR PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR………... v

UCAPAN TERIMA KASIH………. vi

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………. xv

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian………... 1

B Identifikasi dan Perumusan Masalah ………. 11

C Tujuan Penelitian ………..………. 14

D Manfaat Penelitian ... 14

1. Manfaat Teoritis .………... 15

2. Manfaat Praktis ………... 15

E Struktur Organisasi ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS A Kajian Pustaka ...……….. 17

1. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 17

2. Bidang Garapan Administrasi Pendidikan ... 21

3. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah ...……… 23

a. Pengertian Kinerja ...……... 23

b. Penilaian Kinerja Kepala Sekolah ...…...……….. 32

c. Manfaat dan Kegunaan Penilaian Kinerja ... 37

4. Konsep Manajerial Kepala Sekolah ... 39

(2)

H. Asep Suhendi, 2012

a. Konsep Motivasi Kerja ... 46

b. Faktor Motivasi ... 52

c. Motivsi Berprestasi ... 53

. d. Macam-macam Motivasi ... 54

. e. Karakteristik Motivasi Berprestasi ...….. 54

6. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ... 55

a. Pengertian Pelatihan ... 55

b. Konsep Pendidikan dan Pelatihan ... 56

c. Tujuan Pelatihan ... 60

d. Manfaat Pelatihan ... 62

e. Prinsip-prinsip Pendidikan dan Pelatihan ... 64

B Kerangka Berpikir ...……….. 72

C Hipotesis ...……... 73

BAB III METODE PENELITIAN ... 74

A Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 74

B Populasi dan Sampel Penelitian ... 77

1. Populasi ... 77

2. Sampel ...………... 80

C Difinisi Operasional ... 81

D Teknik Pengumpulan Data ... 83

E Instrumen Penelitian ... 90

F Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen ... 93

G Analisis Data ... 101

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 105 A Hasil Penelitian ... 105

1.Gambaran Faktual Kinerja Manajerial Kepala sekolah 105 2. Gambaran Faktual Motivasi Kerja... 111

3. Kondisi Faktual Pendidikan dan Pelatihan... 117

B Uji Hipotesis ... 122

1. Kontribusi Motivasi Kerja (X1) Terhadap Kinerja

(3)

123

2. Kontribusi Pendidikan dan Pelatihan (X2) Terhadap

Kinerja Manajerial Kepala Sekolah Sekolah (Y)... 130

3. Kontribusi Motivasi Kerja (X1), Pendidikan dan Pelatihan (X2) Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah (Y)... 137 a. Path Analysis (Analisis Jalur) ... 137

b. Menghitung Koefisien Jalur Secara Simultan (Keseluruhan)... 140

c. Pengujian Secara Individual... 141

C Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 144

1. Temuan Tentang Motivasi Kerja di SMP Negeri se Kabupaten Karawang dan Kontribusinya terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah... 144 2. Temuan Tentang Pendidikan dan Pelatihan di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang dan Kontribusinya Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah... 147 3. Temuan Tentang Motivasi Kerja, Pendidikan dan Pelatihan di SMP Negeri Se-Kabupaten Karawang dan Kontribusinya Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah... 149 BAB V Kesimpulan, dan Saran ... 153

A Kesimpulan ... 153

B Saran... 155

DAFTAR PUSTAKA ... 159

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 161

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi

dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab

manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Membicarakan

sumberdaya manusia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan atau proses

manajemen seperti strategi perencanaan, pengembangan manajemen dan

pengembangan organisasi. Keterkaitan antara aspek-aspek manajemen itu

sangat erat sekali sehingga sulit bagi kita untuk menghindari dari

pembicaraan secara terpisah satu dengan lainnya.

Supriadi (1998:346) pernah mengungkapkan bahwa kepala sekolah

merupakan seorang manajer yang menjadi sumber daya manusia penting

dalam menentukan mutu pendidikan. Peran kepala sekolah menjadi strategis

dalam menentukan kualitas mutu pendidikan karena kepala sekolah adalah

bukan saja sebagai seorang manajer tetapi juga sebagai administrator,

penentu kebijakan dan pamong di sekolah tersebut. Oleh karena itu tidak

berlebihan jika kepala sekolah adalah variabel yang sering disorot dalam

penelitian pendidikan.

Dari beberapa kompetensi kepala sekolah, kompetensi manajerial

kepala sekolah merupakan komponen penting dalam meningkatkan program

(5)

Dalam kerangka inilah dirasakan perlu menelaah tentang kemampuan kepala

sekolah sebagai manajer dalam mensukseskan otonomi pengelolaan

pendidikan di tingkat sekolah.

Kualitas kepala sekolah sebagai manajer sangat dipengaruhi oleh

kinerja (capability) yang dimiliki dalam upaya memberdayakan guru

sehingga terwujud guru yang profesional yang selalu ingin mengaktualisasi

dalam bentuk peningkatan mutu pendidikan. Kepala sekolah yang

mempunyai kinerja manajerial yang baik yaitu seorang kepala sekolah yang

mempunyai kapasitas intelektual, emosional, dan spiritual yang baik serta

berwawasan luas dan futuristik.

Kapasitas intelektual, emosional dan spiritual kepala sekolah secara

formal didapatkan melalui pendidikan-pendidikan formal tetapi juga

didapatkan melalui pengalaman dan keterlibatan dalam pelatihan-pelatihan.

Kapasitas intelektual diperlukan dalam mencermati, memahami dan

menganalisis setiap informasi yang diperoleh. Kapasitas emosional

diperlukan dalam menghadapi berbagai tekanan dan dalam membangun

kontribusi. Sedangkan kapasitas spiritual diperlukan pada saat melakukan

pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan

yang berpihak pada kebenaran. Adapun wawasan yang luas dan futuristik

merupakan modal dasar dalam membaca tanda-tanda perubahan lingkungan

sekolah sehingga dapat membawa sekolah yang dipimpinnya tetap eksis

(6)

Kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara

mikro, yang secara langsung berkaitan dengan proses pembalajaran di

sekolah. Menurut Mulyasa (2006:89) bahwa “Kepala Sekolah profesional

dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan dampak

positif dan perubahan di sekolah”. Dampak tersebut antara lain terhadap mutu

pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga

kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dan

dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat, keterbukaan

manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan

perbaikan berkelanjutan, responsif, dan antisipatif terhadap kebutuhan,

akuntabilitas dan sustainabilitas. Selain itu juga kemampuan manajerial

kepala sekolah diartikan sebagai seperangkat teknis dalam melaksanakan

tugas sebagai manajer sekolah untuk mendayagunakan segala sumber yang

tersedia untuk mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

“Kemampuan manajerial kepala sekolah dapat juga diartikan sebagai suatu

kompetensi (kemampuan) mengelola yang harus dimiliki kepala sekolah yang

berkaitan dengan tuntunan tugas dan pekerjaan” (Akdon, 2002:34).

Sejalan dengan diberlakukannya Otonomi Daerah serta untuk

mengantisipasi perkembangan dunia pendidikan maka kita dituntut untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing

dalam pasar kerja global, juga dituntut untuk melakukan perubahan dan

(7)

demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan serta mendorong

peningkatan partisipasi masyarakat.

Salah satu usaha pemerintah daerah Jawa Barat dalam meningkatkan

mutu pendidikan di era otonomi pendidikan ini yaitu dengan diterapkannya

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kebijakan strategis ini diterapkan

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

No. 420/Kep. 2556-disdik/2001, tanggal 15 Juli 2001 tentang penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat.

Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu bentuk alternatif

pengelolaan sekolah dalam rangka desentralisasi bidang pendidikan, yang

ditandai adanya otonomi yang luas di tingkat sekolah. Diberikannya otonomi

kepada sekolah dimaksudkan agar sekolah dapat leluasa mengelola sumber

dayanya, yang mencakup orang, uang, bahan pelajaran, media pendidikan,

sarana prasarana dan informasi secara efektif dan efesien guna pencapaian

tujuan sekolah. Sehingga peran sumber daya manusia dalam hal ini kepala

sekolah akan memegang peranan penting untuk mewujudkan pengelolaan

MBS ideal.

Berbicara mengenai pembinaan kualitas sumber daya manusia,

pendidikan dan pelatihan memegang peran yang sangat penting dalam proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas

sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan

(8)

sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui

berbagai usaha pengembangan pendidikan dan pelatihan yang lebih

berkualitas antara lain melalui pengembangan dan pendidikan pelatihan harus

meningkatkan pelaksanaan tugas dan pengembangan karier pegawai,

pendidikan dan pelatihan harus menjadi suatu yang berkelanjutan atau paling

tidak merupakan satu bagian kehidupan dan pelaksanaan tujuan yang diulang

kembali, pendidikan pelatihan harus mempergunakan metodologi dan sistem

penyampaian baru program studi lapangan, diskusi, seminar konferensi,

performance role playing, simulasi studi kasus dan sistem evaluasi, perbaikan

sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan

bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya

pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas kinerja

kepala sekolah. Ini terlihat dari masih rendahnya hasil penilaian kinerja

kepala sekolah khususnya perannya sebagai manajer di SMP Negeri

se-Kabupaten Karawang. Hal ini terlihat dari masih banyaknya siswa-siswi SMP

Negeri se-Kabupaten Karawang yang tidak lulus dalam Ujian Nasional Tahun

2010/2011. Hal tersebut mengindikasikan masih rendahnya peran kepala

sekolah sebagai manajer untuk mengendalikan mutu sekolah. Menurut

Umaedi dalam tembolok Google untuk http://www.ssep.net/director.html

yang ditampilkan pada tanggal 6 Mei 2011 terdapat dua faktor yang dapat

menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang

(9)

Pertama strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat

input oriented. Strategi yang demikian lebih berstandar kepada asumsi bahwa

bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan

buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,

pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis

lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran)

yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi input-output

yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek,

1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah),

melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.

Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat

macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak

faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak

berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan

singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan

pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh

birokrasi pusat.

Kemampuan kepala sekolah merupakan kemampuan melaksanakan

tugas dan fungsinya sebagaimana diungkapkan dalam Kep. Men. Dik. Nas

No. 162/U/2003 pasal 9 ayat 2 tugas dan tanggung jawab kepala sekolah

sebagai: (1) pimpinan (2) manajer (3) pendidik (4) administrator (5)

(10)

Tugas utama dari pengelolaan sumber daya lebih cenderung pada

usaha agar seseorang/personil dapat bekerja secara efektif. Bentuk

kecenderungan usaha itu diantaranya adalah meliputi pendidikan dan

pelatihan, perawatan kesehatan personil untuk kestabilan kerja dalam

organisasi, dan pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium.

Pelatihan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi

suatu keniscayaan bagi organisasi, karena penempatan seseorang secara

langsung dalam pekerjaan tidak menjamin mereka akan berhasil. Begitu pula

dalam organisasi sekolah, pelatihan dalam jabatan akan menjadi kebutuhan

agar usaha menuju pengelolaan sekolah yang lebih efektif dan bermutu dapat

terwujud.

Otonomi dalam bidang pendidikan ini, khususnya otonomi pada

tingkat satuan pendidikan, sekolah-sekolah yang berada di Kabupaten

Karawang harus memiliki sosok seorang manajer, dalam hal ini kepala

sekolah yang handal dan terampil yang mampu memproyeksikan dirinya di

dalam sekolah guna mempengaruhi situasi kerja, semangat kerja,

anggota-anggota staf, sifat berkontribusi di antara sesamanya, dan akan mempengaruhi

hasil kerja yang mungkin dapat dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Bartol (Pabundu Tika, 2005:63)

bahwa „kemampuan manajerial seseorang merupakan suatu proses untuk

mempengaruhi orang lain kearah tujuan organisasi‟.

Kualitas kepala sekolah di SMPN Kabupaten Karawang sebagai

(11)

hasil survai langsung ke lapangan 70 orang kepala sekolah terdiri dari 21

orang jurusan exact, 5 orang jurusan agama, 24 orang jurusan ilmu sosial dan

20 orang sudah strata 2. Jika dilihat dari keahlian yang dimiliki oleh kepala

sekolah, menurut peneliti ini belum mencerminkan tenaga yang profesional di

bidang manajerial sehingga kinerja kepala sekolah belum dapat

memperlihatkan hasil kerja secara optimal yang profesional, yang selalu ingin

mengaktualisasikan dalam bentuk peningkatan kinerja sebagai manager di

sekolah.

Ciri yang konkrit untuk meningkatkan efektifitas sumber daya

manusia adalah motivasi kerja dan program pendidikan pelatihan. Dua ciri

kongkrit tersebut cenderung selalu menjadi bahan penelitian untuk menelaah

adanya kontribusi atau tidak dalam meningkatkan mutu kerja seorang

personil, karena kebutuhan organisasi kerja dan masyarakat selalu berubah.

Sehingga, untuk lebih meningkatkan kinerja manajerial kepala sekolah di

SMPN Kabupaten Karawang maka perlu diadakan Pendidikan dan Latihan

(Diklat), khususnya pendidikan dan latihan di bidang manajerial kepala

sekolah. Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk pengembangan sumber

daya manusia yang amat strategis, sebab dalam program pendidikan dan

pelatihan selalu berkaitan dengan masalah nilai, norma dan prilaku individu

maupun kelompok. Dengan program pendidikan dan pelatihan selalu

(12)

pengembangan profesional, pemecahan masalah, tindakan yang remidial,

motivasi, meningkatkan mobilitas dan keamanan anggota masyarakat.

Menurut Wahjosumidjo, (1999:381) “Tujuan utama pendidikan dan pelatihan

adalah untuk memperoleh kecakapan khusus yang diperlukan oleh kepala

sekolah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas kepemimpinan sekolah.”

Salah satu tuntutan keberhasilan suatu pelatihan adalah sebagai salah

satu alat peningkatan karier peserta, maka timbullah tuntutan secara

pragmatis yang sangat esensial dalam pendidikan dan pelatihan itu harus

lebih bersifat responsif, dilaksanakan secara efektif dan efesien.

1. Bersifat responsif, artinya pendidikan dan pelatihan harus direncanakan

dan dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan dan kebutuhan individu,

organisasi dan masyarakat yang lebih luas.

2. Bersifat efektif, artinya pendidikan dan pelatihan harus menghasilkan

produk yang diperlukan (diinginkan) dan diselenggarakan sedemikian

rupa dengan satu cara yang sungguh-sungguh serta memberikan

kepuasan kepada para peserta dan organisasi.

3. Bersifat efesien, artinya pendidikan dan pelatihan harus mampu berdaya

guna secara ekonomis dan memperoleh manfaat yang seoptimal

mungkin.

Selain dari pada pendidikan dan pelatihan, untuk meningkatkan

efektifitas sumber daya manusia memerlukan motivasi kerja dari seorang

pimpinan, karena manusia adalah insan yang dinamis, namun demikian bukan

(13)

itulah ada suatu dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, lebih-lebih

karena kebutuhan dasar manusia itu banyak ragamnya. Ketika melakukan

pekerjaan perbuatan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong oleh

maksud atau motif tertentu, baik yang obyektif maupun subyektif. Motif atau

dorongan dalam melakukan pekerjaan itu sangat besar pengaruhnya pada

hasil kerja. Seseorang bersedia melakukan pekerjaan bilamana motif yang

mendorongnya cukup kuat dan tidak mendapat saingan atau tantangan dari

motif lain yang berlawanan. Demikian pula sebaliknya orang lain yang tidak

didorong oleh motif yang kuat akan meninggalkan atau sekurang-kurangnya

tidak bergairah dalam melakukan pekerjaan.

Ada dua jenis motif dalam kerangka motivasi, yaitu motif intrinsik

dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik yaitu dorongan dari dalam diri sendiri,

misalnya seseorang bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan

minat, sehingga dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki pengetahuan

dan ketrampilan dalam menyelesaikannya. Sedangkan motif ekstrinsik, yaitu

dorongan dari luar, misalnya bekerja karena upah atau gaji yang tinggi,

mempertahankan kedudukan yang kuat, merasa berjasa karena banyak

pengabdiannya dan lain-lain.

Menurut Sudarwan Danim, (2009:31) Banyak teori yang mendukung terhadap motivasi kerja diantaranya sebagai berikut:

1. Teori psikoanalisa dari Freud, menekankan pada pengalaman masa kanak-kanak sebagai motif yang dapat dan selalu mendorong seseorang melakukan suatu perbuatan. Orang merasa senang dan puas melakukan pekerjaan karena pengaruh masa lampaunya.

(14)

Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan

untuk melakukan perubahan dan pengembangan pendidikan secara

berencana, terarah dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu lulusan.

Banyak masalah yang diakibatkan oleh lulusan pendidikan yang tidak

bermutu, maka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dimulai

dari upaya perbaikan kinerja manajerial kepala sekolah akan menjadi hal

yang amat penting.

Penelitian terdahulu, Dody (2011) dengan judul “Pengaruh kemampuan

manajerial kepala sekolah dan pelaksanaan MBS terhadap kinerja mutu

sekolah di SMA Kabupaten Subang” di mana penelitian ini berangkat dari

masalah rendahnya mutu kinerja sekolah dalam kerangka Manajemen

Berbasis Sekolah. Berdasarkan analisis statistik, nilai koefesien determinasi

kemampuan manajerial kepala sekolah sebesar r2 = 0,299 atau 29,9% menunjukkan bahwa kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap mutu

kinerja sekolah dirasakan oleh warga sekolah masih dirasakan lemah. Hal itu

telah berimplikasi pada tingkat perubahan mutu kinerja sekolah. Hal itu juga

mengandung makna bahwa jika mutu kinerja sekolah ingin ditingkatkan maka

perlu peningkatan pada aspek kemampuan manajerial kepala sekolah.

Hal yang sama berlaku untuk manajemen berbasis sekolah dengan nilai

koefesien determinasi terhadap mutu kinerja sekolah sebesar sebesar r2 =

0,1616 atau 16,16 % menunjukan bahwa manajemen berbasis sekolah tidak

berdiri sendiri untuk dapat melakukan perubahan pada mutu kinerja sekolah,

(15)

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor manajerial kepala

sekolah menjadi faktor yang layak diteliti secara berkesinambungan dan

terencana untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian mutu sekolah

yang baik melalui kinerja manajerial kepala sekolah yang dipengaruhi oleh

motivasi kerja dan pendidikan pelatihan kepala sekolah

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Menurut Sugiyono, (2008:35) definisi masalah adalah:

“Merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka

rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabannya melalui pengumpulan data.”

Identifikasi masalah penelitian diantaranya:

1. Peran kepala sekolah sebagai manajer seperti yang dijelaskan di atas akan

berjalan lebih baik ketika kepala sekolah memiliki kesinergisan antara

keahlian yang dimiliki dengan tugas yang diembannya sebagai manajer di

sekolah.

2. Banyak mengikuti pelatihan-pelatihan, baik yang berkaitan langsung

dengan kekepalasekolahan maupun pelatihan manajemen guna

meningkatkan kualitas kinerja kepala sekolah sebagai manajer,

merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan atas kemampuannya dalam

mengelola dan mengendalikan mutu sekolah.

3. Untuk meningkatkan efektifitas sumber daya manusia memerlukan

(16)

perbuatan yang bersifat sadar, seseorang selalu didorong oleh maksud

atau motif tertentu, baik yang obyektif maupun subyektif. Motif atau

dorongan dalam melakukan pekerjaan itu sangat besar pengaruhnya pada

hasil kerja. Seseorang bersedia melakukan pekerjaan bilamana motif yang

mendorongnya cukup kuat dan tidak mendapat saingan atau tantangan

dari motif lain yang berlawanan, demikian pula sebaliknya.

4. Keragaman keahlian dan keragaman keikutsertaan dalam mengikuti

pelatihan-pelatihan dalam jabatan.

5. Adanya kesenjangan antara upaya maksimal kemampuan manajerial

kepala sekolah dengan mutu sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten

Karawang dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah masih

rendah/kurang.

6. Rendahnya hasil Ujian Nasional, yang ditandai dengan urutan kedua

terakhir tingkat Provinsi Jawa Barat di tahun 2010/2011.

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis menganggap

adanya dugaan bahwa hal itu terjadi karena kontribusi motivasi kerja dan

pendidikan pelatihan terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

berbeda-beda sehingga berimplikasi terhadap pelaksanaan manajemen berbasis

sekolah kurang efektif di sekolahnya masing-masing.. Fenomena itu sangat

menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah penelitian yang

difokuskan pada judul penelitian ”Kontribusi Motivasi Kerja, dan Pendidikan

Pelatihan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Manajerial Kepala Sekolah di

(17)

Berdasarkan uraian di atas muncul beberapa pokok pertanyaan yang

akan menjadi kajian dalam penelitian ini, pokok pertanyaan tersebut disusun

dalam bentuk rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran faktual tentang motivasi kerja kepala sekolah di

SMP Negeri se-Kabupaten Karawang?

2. Bagaimana gambaran faktual tentang pendidikan dan pelatihan yang

diikuti oleh kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang?

3. Berapa besar kontribusi motivasi kerja kepala sekolah terhadap kinerja

manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang?

4. Berapa besar kontribusi pendidikan dan pelatihan kepala sekolah terhadap

kinerja manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten

Karawang?

5. Berapa besar kontribusi motivasi kerja dan pendidikan pelatihan kepala

sekolah terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di SMP Negeri

se-Kabupaten Karawang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan

informasi tentang kinerja kepala sekolah di SMP Negeri kabupaten

Karawang. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Gambaran faktual tentang motivasi kerja kepala sekolah di SMP Negeri

(18)

2. Gambaran faktual tentang pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh

kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang

3. Kontribusi motivasi kerja terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di

SMP Negeri se-Kabupaten Karawang.

4. Kontribusi pendidikan dan pelatihan terhadap kinerja manajerial kepala

sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang

5. Kontribusi motivasi kerja dan pendidikan pelatihan kepala sekolah secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja manajerial kepala sekolah di

SMP Negeri se-Kabupaten Karawang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis yang berdasarkan

pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat praktis digunakan

untuk perbaikan bagi SMP Negeri di Kabupaten Karawang yang

bersangkutan. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang

relevan dan bahan kajian bagi kepala sekolah maupun lembaga

terkait pelaksana pendidikan dan pelatihan kepala sekolah untuk

pengembangan konsep-konsep, serta kultur yang berkembang pada

dunia pendidikan dewasa ini.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merumuskan asumsi tentang

(19)

mutu sekolah atau mutu lulusan di SMP Negeri se- Kabupaten

Karawang.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepuasan

(satisfaction), kepercayaan (trust) dan pelayanan (service) kepada

masyarakat luas dan pemakai jasa pendidikan (stakeholders)

terhadap institusi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki

kemanfaatan sebagai berikut:

a. Menjadi masukan bagi Dinas Pendidikans di Kabupaten Karawang

untuk dijadikan pertimbangan secara kontektual dan konseptual

operasional dalam merumuskan pola pengembangan motivasi kerja

dan pendidikan pelatihan terhadap kinerja manajerial kepala sekolah.

b. Menjadi masukan bagi kepala sekolah SMP Negeri di Kabupaten

Karawang mengenai materi pengelolaan kinerja manajerial kepala

sekolah terhadap mutu sekolah SMP Negeri di Kabupaten Karawang

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

c. Bahan perbandingan bagi pimpinan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Karawang untuk meningkatkan kualitas

pendidikan melalui pengembangan kinerja manajerial kepala sekolah

terhadap mutu sekolah.

d. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

temuan awal untuk melakukan penelitian lanjutan tentang model

(20)

sekolah sehingga berdampak positif terhadap peningkatan mutu

sekolah.

E. Struktur Organisasi

Bab I. Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan struktur organisasi.

Bab II. Menguraikan tentang landasan teoritis yang berkenaan dengan

masalah konsep motivasi kerja, pendidikan dan pelatihan, kinerja manajerial

kepala sekolah, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

Bab III. Berisikan tentang prosedur penelitian secara lebih detail, yaitu

mengenai pendekatan metode penelitian, oprasional variabel penelitian,

populasi dan sampel, langkah-langkah pengumpulan data penelitian, prosedur

dan teknik pengumpulan data, dan pengujian instrumen penelitian.

Bab IV. Memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan yang akan

menjabarkan deskipsi dan analisis data penelitian.

Bab V. Merupakan kesimpulan dan saran penelitian. Sedangkan

(21)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Sebelum memilih dan menentukan metode yang tepat untuk

penelitian yang akan dilakukan, ada baiknya dijelaskan terlebih dahulu

pentingnya metodologi dalam penelitian. Penelitian harus menggunakan

metode ilmiah agar diperolah hasil penelitian yang ilmiah (Husen Umar,

2003:45).

Setiap melakukan penelitian, maka terlebih dahulu harus

ditentukan metode yang akan dipilih untuk digunakan sehingga tujuan

penelitian yang diiinginkan bisa tercapai. Sudah barang tentu metode

yang dipilih harus berhubungan erat dengan prosedur, alat dan desain

penelitian yang digunakan. Metode penelitian akan memberikan

gambaran yang jelas dan terarah kepada peneliti sehingga dapat dijadikan

sebagai acuan, terutama dalam pengumpulan dan analisis data (Nasir,

2003:51; Azis,2003:37). Metode Penelitian (terkadang disebut Metodologi)

merupakan cara seseorang mengumpulkan dan menganalisis data. Metode

ini telah dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan prosedur

yang sah dan terpercaya (McMilan & (Schumaker, 1991:58).

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini termasuk

penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survei yang

(22)

digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3)

penjelasan (eksplanatory) atau (confirmatory), yakni menjelaskan hubungan

kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan

kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian operasional, dan (7)

pengembangan indikator-indikator sosial.

Metode survey menurut Kerlinger seperti dikutip Sugiyono (2004:7)

adalah:

Metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis dan psikologis.

Lebih lanjut David Kline sebagaimana dikutip Sugiyono (2004:7)

mengemukakan bahwa:

Metode survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang refresentitatif.

Merujuk pada uraian-uraian tersebut, maka masalah motivasi kerja,

pendidikan dan pelatihan dan kinerja kepala sekolah sebagai manajer, pada

umumnya bersifat kontekstual yang diasumsikan mempunyai hubungan yang

kontekstual pula. Karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan metode survey dengan alasan bahwa metode survey

dianggap paling relevan untuk penelitian yang menggunakan populasi cukup

(23)

penelitian ini pun menggunakan metode lain supaya data yang dihasilkan

benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Metode lain yang dimaksud

adalah metode deskriptif evaluatif. Metode deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang gejala pada saat penelitian berlangsung, tidak

ada perlakuan yang diberikan atau kondisi yang dikendalikan seperti pada

penelitian eksperimen. Penelitian deskriptif juga merupakan suatu metode

untuk meneliti status pada kelompok manusia, obyek, seperangkat kondisi,

sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada saat sekarang.

Tujuannya untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara faktual

dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki (Nasir, 1988:63). Sementara Koentjaraningrat (1991:29)

mengatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau

untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala

dengan gejala lain dalam masyarakat.

Metode evaluasi merupakan proses pengumpulan, analisis dan

penafsiran data yang hasilnya digunakan untuk perbaikan atau pengambilan

keputusan suatu program atau produk. Tujuannya untuk mengetahui sampai

sejauh mana tujuan-tujuan yang telah diprogram dapat berjalan secara efektif

dan efisien. Informasi hasil evaluasi ini kemudian dapat dijadikan umpan

(24)

inetode evaluasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu: (1) pemantauan

program; dan (2) evaluasi program. Pemantauan program dilaksanakan untuk

dapat mengukur secara cermat, seberapa baik program dilaksanakan untuk

mencapai tujuan. Selain itu pemantauan ini pun bermanfaat sekali untuk

mengukur kekuatan dan kelemahan program yang telah dijalankan.

Sedangkan evaluasi program dilaksanakan untuk menilai apakah suatu

program memberi pengaruh pada populasi sasaran.

Metode evaluasi umumnya diterapkan tidak seperti halnya pada

penelitian dasar atau terapan. Penelitian dasar diarahkan untuk memajukan

dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sedangkan penelitian terapan

diarahkan untuk menemukan pemecahan masalah-masalah sosial yang

spesifik. Metode evaluasi umumnya dilaksanakan dalam latar (setting)

organisasi atau lembaga dan untuk tujuan organisasi atau lembaga, baik untuk

perbaikan atau pun untuk penentuan kepatutan produk atau program yang

dihasilkan oleh organisasi atau lembaga.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2004:90) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesirnpulannya. Sementara Sudjana (1996:6) berpendapat

(25)

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas

yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan Riduan (2002:3) mengatakan

bahwa “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil

pengukuran yang menjadi objek penelitian.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dengan demikian maka faktor

yang perlu diperhatikan dalam populasi adalah elemen atau unsur yang dapat

diamati. Oleh karena itu penentuan karakteristik populasi yang tepat

merupakan faktor penting dalam suatu penelitian, karena pada hakekatnya

suatu permasalahan itu baru akan memiliki makna apabila dikaitkan dengan

populasi yang relevan.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda

alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada

obyek-obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki

oleh subyek/obyek itu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk

mendapatkan data yang representatif penulis mengambil populasi Kepala

Sekolah SMP Negeri se-kabupaten Karawang yang berjumlah 70 sekolah

yang berarti 70 kepala sekolah. Pertimbangan ini diambil karena kepala

sekolah yang mengetahui dan mengalami langsung indikator-indikator yang

peneliti cantumkan dalam instrumen penelitian.

(26)

No KOMISARIAT NAMA SMP

18 SMPN 1 TELUKJAMBE BARAT

19 SMPN 2 TELUKJAMBE BARAT

20 SMPN 1 TELUKJAMBE TIMUR

21 SMPN 2 TELUKJAMBE TIMUR

22 SMPN SATU ATAP PANGKALAN

23

35 SMPN 1 RENGASDENGKLOK

36 SMPN 2 RENGASDENGKLOK

37 SMPN 1 TIRTAJAYA

38 SMPN 2 TIRTAJAYA

39 SMPN 3 TIRTAJAYA

40 SMPN SATU ATAP 1 BATUJAYA

41 SMPN SATU ATAP 2 BATUJAYA

(27)

KOMISARIAT

60 SMPN SATU ATAP PURWASARI

61

70 SMPN SATU ATAP JATISARI

JUMLAH 70 SMPN

2. Sampel

Sugiyono (2003:91) mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sementara Sudjana (1996:6)

mendefinisikan sampel sebagai bagian yang diambil dari populasi. Dengan

demikian, sampel dapat didefinisikan sebagai bagian dari populasi yang mewakili

jumlah dan karakteristik dari seluruh populasi.

(28)

untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud dengan

menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu

yang berlaku bagi populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel

Nasution (2005:135) bahwa, "mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh

besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain

penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan

pengolahannya." Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto

(2005:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila

subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil

antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

Sampel pada penelitian ini merupakan sampel populasi dan bersifat

homogen dimana sumber data memiliki sifat yang sama yaitu kepala sekolah

Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Karawangyang berjumlah 70 orang

seperti tertera pada tabel 3.1

C. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang termasuk

variabel bebas adalah motivasi kerja (X1) dan pendidikan dan pelatihan (X2),

sedangkan variabel terikat adalah kinerja kepala sekolah sebagai manajer (Y).

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel

(29)

mengukur suatu variabel, dengan kata lain definisi operasional adalah semacam

petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang

ingin menggunakan variabel yang sama. Lebih lanjut beliau mengatakan: "dari

informasi tersebut akan mengetahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel

itu dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat menentukan apakah prosedur

pengukuran yang sama akan dilakukan (diperlukan) prosedur pengukuran baru.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa definisi

operasional itu harus bisa diukur dan spesifik serta bisa dipahami oleh orang lain,

adapun definisi operasional adalah sebagai berikut.

1. Kontribusi

“Kontribusi adalah sumbangan yang ada atau timbul dari suatu (manusia, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang

(Balai Pustaka, 1984:664).”

Kontribusi yang dimaksud dalam penelitian ini, menurut pendapat peneliti

adalah sumbangan atau daya dukung kinerja manajerial kepala SMP Negeri

Kabupaten Karawang dalam sudut pandang motivasi kerja dan pendidikan dan

pelatihan.

2. Motivasi Kerja (X1)

Motivasi kerja adalah faktor-faktor pendorong atau mempengaruhi

gairah kepala sekolah dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah disiplin, semangat kerja, ambisi, kompetisi, kreativitas, prestasi

(30)

Suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang

termasuk di dalamnya peningkatan penguasaan tentang keterampilan dalam

memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut bidang tugas dan tujuan

lembaga yang telah ditetapkan (Mukaram dan Marwansyah, 1997:54).

4. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah

Seperangkat teknis dalam melaksanakan tugas sebagai manajer

sekolah untuk mendayagunakan segala sumber yang tersedia untuk mencapai

tujuan sekolah secara efektif dan efisien. (Akdon, 2002:7).

Kinerja kepala sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini, menurut

pendapat peneliti adalah tingkat keberhasilan kepala sekolah dalam

melaksanakan tugas, yang didasari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan

motivasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui planning,

actuating, organizing, controlling.

D. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu

penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka,

keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan

dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik

pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam

penelitian ini digunakan tiga teknik utama pengumpulan data, yaitu studi

(31)

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini

dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan

mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi

yang terdapat baik di lokasi penelitian, maupun di instansi lain yang ada

hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan

kegiatannya di instansi/lembaga yang relevan dengan fokus penelitian.

2. Teknik Angket

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 70

responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa:

(a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan, (b) setiap responder, menghadapi susunan dan cara

pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk

mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu

yang tepat. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang

berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang

diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan

penjabaran dari variabel motivasi kerja (X1) dan pendidikan dan pelatihan

(32)

”skala likert”.

3. Tes (Test)

Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan

atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

Tes yang digunakan pada penelitian ini berupa tes intelegensi yang

dapat mengukur intelektual akademik seseorang dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang berpedoman pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.

Kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut :

(33)

No Variabel Definisi

Operasional Dimensi Indikator

No.Ite

Kompetisi Promosi 19

Penghargaan / reward

20,21

Kreativitas Para pegawai 22,23

Proses 24,25

2. Pendidikan dan Pelatihan (X2)

(34)

No Variabel Definisi

Operasional Indikator Sub Indikator

No.

(35)

(efesiensi biaya)

3. Kinerja Manajerial Kepala Sekolah (Y)

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Manajerial Kepala Sekolah (Y)

(36)

kinerja-kepala-sekolah/

Sekolah

12.Mengelola humas 27,28 13.Mengelola

keuangan

29,30

14.Mengelola unit layanan khusus kelembagaan

31,32

15.Mengelola guru, staff dan

mengkoordinasika nnya

33,34, 35,36, 37,38

Controlling (G.R. Terry : 1992)

16.Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan

39,40

17.Laporan Akuntabilitas Sekolah

(Mulyasa, 2009 : 106-107)

41,42

E. Instrumen penelitian

(37)

pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan dengan

menggunakan skala likert dengan kisaran 1-5 dengan alternatif pilihan

jawaban sebagai berikut:

Untuk angket motivasi kerja dan pendidikan dan pelatihan pernyataan

dengan skala positif; Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Jarang = 2,

Tidak Pernah = 1, dan skala negatif; Tidak Pernah = 1, Jarang = 2,

Kadang-kadang = 3, Sering = 4, Selalu = 5.

Untuk angket kinerja kepala sekolah sebagai manajer, setiap

pernyataan bernilai 5 = Sangat baik; 4 = Baik; 3 = Tidak tahu; 2 = Kurang

baik; 1 = Sangat tidak tahu.

2. Uji Validitas Instrumen

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya

diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen, menurut Riduwan

(2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

rnenunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur

yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas

alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat

ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur

dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung

(38)

 1   1



 1   1

Keterangan :

hitung

r

= Koefisien korelasi

1 X

 = Jumlah skor item 2

X

 = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

t

hitung= 2 1

2

r n r



Keterangan:

t = Nilai

t

hitung

r = Koefisien korelasi hasil

t

hitung n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2) Kaidah keputusan : Jika

t

hitung>

t

tabel berarti valid sebaliknya

hitung

t

<

t

tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks

korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

Antara 0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid).

(39)

(keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang

digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode

mencari reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu

kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai

berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : S1 = Varians skor tiap-tiap item

Langkah 2 : Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus

Keterangan :S1 = Jumlah Varians semua item

S1S2S3...Sn = Varians item ke-1, 2, 3...n

Langkah 3 : Menghitung Varians total dengan rumus :

Keterangan : S1 = Varians total

Langkah 4 : Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

(40)

rb =

karenanya disebut r awal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni : r11 =

Untuk mengetahui koefisien

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk α =0,05

atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n – 2). Kemudian membuat

keputusan membandingkan r11 dengan rtabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11 >

rtabel berarti Reliabel dan r11 < rtabel berarti tidak Reliabel (Riduwan, 2004:115-116)

F. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Instrumen

1. Motivasi Kerja (X1)

Bedasarkan hasil uji coba instrumen penelitian untuk Variabel

Motivasi Kerja (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 32 item tersebut ada

30 item valid dan reliabel. Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid dan

reliabel harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat

validitas perhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation yang

merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) di

bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r Tabel

atau nilai r hitung> nilai r Tabel, maka item tersebut adalah valid.

(41)

No. Item Pertanyaan

Variabel Motivasi Kerja (X1)

(42)

item tersebut. Sehingga semua item yang dijadikan instrumen penelitian

menjadi 30 butir.

Tabel 3.6

Uji Reliabilitas Item Motivasi Kerja (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,908

N of Items 16a

Part 2 Value ,896

N of Items 16b

Total N of Items 32

Correlation Between Forms ,868

Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length ,929

Unequal Length ,929

Guttman Split-Half Coefficient ,927

a. The items are: No.1, No.2, No.3, No.4, No.5, No.6, No.7, No.8, No.9, No.10,

No.11, No.12, No.13, No.14, No.15, No.16.

b. The items are: No.17, No.18, No.19, No.20, No.21, No.22, No.23, No.24,

No.25, No.26, No.27, No.28, No.29, No.30, No.31, No.32.

Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi Guttman Split-Half

Coefficient = 0,927. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila

dibandingkan dengan r Tabel (0,468) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item motivasi kerja (X1) tersebut

adalah reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen variabel motivasi kerja

(X1) dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19.0 dengan metode

Split half (belah dua)

(43)

dengan jumlah pertanyaan 20 item/butir. Secara lengkap hasil perhitungan

validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.7, sedangkan peritungan per

item pernyataan terdapat pada lampiran-lampiran.

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Pendidikan dan PelatihanX2)

Bedasarkan hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel

pendidikan dan pelatihan (X2) diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item

tersebut kesemuanya dinyatakan valild. Hal ini dikarenakan nilai t hitung lebih

besar atau sama dengan t tabel.

Berikutnya adalah memastikan keajegan instrumen penelitian dengan

menguji reliabilitas instrumen. Di bawah ini adalah tabel hasil koofisien: No.

Pertanyaan

Variabel Pendidikan dan pelatihan (X2)

(44)

Variabel Pendidikan dan pelatihan X2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,883

N of Items 10a

Part 2 Value ,869

N of Items 10b

Total N of Items 20

Correlation Between Forms ,893

Spearman-Brown

Coefficient

Equal Length ,944

Unequal Length ,944

Guttman Split-Half Coefficient ,939

a. The items are: No.1, No.2, No.3, No.4, No.5, No.6, No.7, No.8, No.9, No.10.

b. The items are: No.11, No.12, No.13, No.14, No.15, No.16, No.17, No.18,

No.19, No.20.

Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi Guttman Split-Half

Coefficient = 0,939. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila

dibandingkan dengan r Tabel (0,468) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item–item yang valid yang

terdapat pada instrumen pendidikan dan pelatihan (X2) tersebut adalah

reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen variabel pendidikan dan pelatihan

(X2) dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 19.0 dengan metode Split

half (belah dua)

(45)

dengan jumlah pertanyaan 42 item/butir. Secara lengkap hasil perhitungan

validitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.9, sedangkan perhitungan per

item pernyataan terdapat pada lampiran-lampiran.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Y)

No. Item Pertanyaan

Variabel Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Manajer (Y)

(46)

32 0,272 1,141 2,101 tidak valid

33 0,682 2,985 2,101 valid

34 0,740 3,287 2,101 valid

35 0,750 3,378 2,101 valid

36 0,740 3,381 2,101 valid

37 0,709 3,286 2,101 valid

38 0,517 2,413 2,101 valid

39 0,466 2,211 2,101 valid

40 0,476 2,302 2,101 valid

41 0,727 3,624 2,101 valid

42 0,564 2,841 2,101 valid

Hal yang sama juga ditunjukan pada instrumen kinerja manajerial kepala

sekolah (Y), Instrumen ini pula ditemukan sejumlah item atau pertanyaan yang

dianggap tidak valid karena hasil perhitungan t hitung masil lebih kecil

dibandingkan dengan t table. Nomor item pertanyaan yang tidak valid itu adalah 12

dan 32. Item soal pada nomor tersebut di drop atau dibuang karena bukan

merupakan item esensial.

Hal yang sama dengan instrumen kinerja manajerial kepaka sekolah (Y) juga diuji

reliabilitas isntrumennya. Di bawah ini adalah hasil uji reliabilitas instrumen

Tabel 3.10

(47)

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,918

N of Items 21a

Part 2 Value ,952

N of Items 21b

Total N of Items 42

Correlation Between Forms ,724

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,840

Unequal Length ,840

Guttman Split-Half Coefficient ,836

a. The items are: No.1, No.2, No.3, No.4, No.5, No.6, No.7, No.8, No.9, No.10,

No.11, No.12, No.13, No.14, No.15, No.16, No.17, No.18, No.19, No.20, No.21.

b. The items are: No.22, No.23, No.24, No.25, No.26, No.27, No.28, No.29,

No.30, No.31, No.32, No.33, No.34, No.35, No.36, No.37, No.38, No.39, No.40,

No.41, No.42.

Pengujian reliabilitas kita lihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient =

0,918. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel

(0,468) maka r hitung lebih besar dari r Tabel. Dengan demikian bisa disimpulkan

bahwa item–item yang valid yang terdapat pada instrumen kinerja manajerial

kepala sekolah (Y) tersebut adalah reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen

variabel kinerja manajerial kepala sekolah (Y) dilakukan dengan bantuan program

SPSS versi 19.0 dengan metode Split half (belah dua)

Tabel 3.11

(48)

1 Motivasi kerja 32 2 30

2 Pendidikan dan pelatihan 20 - 20

3 Kinerja Manajerial Kepala Sekolah 42 2 40

Jumlah 94 4 90

G. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memaparkan ciri-ciri sampel pada

variabel tunggal, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Pemaparan

masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan bilangan statistika,

sepert: mean dan presentase. Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan

dengan menggunakan program SPSS Versi 14.0.

Untuk mengetahui kecenderungan umum persepsi responden terhadap

setiap variabel penelitian, digunakan formula sebagai berikut :

% 100

x Xid

X P

Keterangan :

P = Prosentase skor rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata setiap variabel

Xid = Skor ideal setiap variable

Penetapan skor pada kriteria persepsi responden terhadap

variabel-variabel yang diungkap adalah didasarkan pada prosedur penskoran yang sudah

umum digunakan, sebagaimana tertera pada tabel 3.12 berikut.

Tabe1 3.12

(49)

Sangat Baik 90%-100%

Baik 80%-89%

Cukup Baik 65%-79%

Kurang Baik 55%-64%

Tidak Baik < 55%

Sumber: (Ngalim Purwanto:1985)

2. Analisis Jalur

Teknik analisis jalur (Path Analysis). Analisis ini akan digunakan

dalam menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh keoefisien jalur

pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 dan X2

terhadap Y. Untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel motivasi kerja

(X1) dan pendidikan dan pelatihan (X2) terhadap kinerja manjerial kepala

sekolah (Y) dilakukan penyebaran kuesioner yang bersifat tertutup dan

analisis digunakan teknik korelasi dan regresi yang merupakan dasar dari

perhitungan koefisien jalur. Kemudahan dalam perhitungan digunakan jasa

komputer berupa software dengan program Statistical Product and Service

Solutions (SPSS) Windows Version 19.

Al Rasyid dalam Sitepu (1994:24) mengatakan bahwa dalam

penelitian sosial tidak semata-mata hanya mengungkapkan hubungan variabel

sebagai terjemahan statistik dari hubungan antara variabel alami, tetapi

terfokus pada upaya untuk mengungkapkan hubungan kausal antar variabel.

Pada diagram jalur digunakan dua macam anak panah, yaitu: (a) anak

(50)

akibat) misalnya: X1 Y dan (b) anak panah dua arah yang

menyatakan hubungan korelasional antara variabel eksogen misalnya:

X1 X2

Langkah kerja analisis jalur ini pada garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Secara Keseluruhan

Hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:

Ha : ρyx1≠ ρyx2 = ρy1 = 0

Ho : ρyx1 = ρyx2 = ρy1= 0

Hipotesis bentuk kalimat :

Ha : motivasi kerja dan pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

Ho : motivasi kerja dan pendidikan dan pelatihan secara bersama-sama tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

2. Pengujian Secara Individual

Uji secara individual ditunjukkan oleh Tabel (Coelficients).

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis

statistik berikut.

Ha : ρyx1> 0;

Ho : ρyx1 = 0;

Hipotesis bentuk kalimat :

Ha : Motivasi kerjaberkontribusi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

Ho : Motivasi kerjatidak berkontribusi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah.

(51)

Hipotesis bentuk kalimat :

Ha : Pendidikan dan pelatihanberkontribusi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah.

Ho : Pendidikan dan pelatihantidak berkontribusi terhadap kinerja manajerial kepala sekolah

Kerangka hubungan kausal empiris antara jalur (X1 terhadap Y,

X2 terhadap Y dan X1, X2 terhadap Y) dapat dibuat melalui persamaan

struktural sebagai berikut. Y =ρyx1 x1 + ρyx2 x2 + ρy 1.

ρyx1

ρy 1

R2y x1 x2

ρyx2

Gambar 3.1

Struktur Hubungan Kausal X1, dan X2 terhadap Y

1

X

1

Y

(52)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah

penelitian dapat disimpulkan bahwa :

Motivasi kerja kepala sekolah dan pendidikan pelatihan secara

sendiri-sendiri ataupun secara simultan langsung secara nyata memberikan nilai

signifikansi untuk kinerja manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten

Karawang. Secara lebih rinci kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Bahwa kondisi aktual SMP yang ada di kabupaten karawang berjumlah 134

baik yang negeri maupun swasta. Dari banyaknya jumlah sekolah tersebut,

untuk memudahkan komunikasi antar kepala sekolah maka dibentuk

sekretariat yang terdiri dari 6 sekretariat. Dari sejumlah kepala sekolah yang

ada, kualifikasi pendidikan kepala sekolah di SMP Negeri se-kabupaten

karawang terdiri 50 lulusan Sarjana dengan 21 diantarnya jurusan program

exact dan 5 jurusan agama 24 jurusan ilmu-ilmu sosial. Sedangkan 20

diantaranya adalah lulusan Magister (S2) dengan jurusan ilmu manajemen.

Keadaan ini menunjukkan bahwa kualitas kinerja manajerial kepala sekolah

sepenuhnya bisa cukup terkendali dengan diperolehnya nilai kontribusi dari

(53)

Negeri se-Kabupaten Karawang kurang begitu kondusif. Hal ini terlihat dari

data yang mengikuti pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sebanyak 70

orang atau 100 %. Sedangkan pendidikan KTSP 4 orang, Supervisi 3 orang,

dan 35 Pendidikan dan Pelatihan MBS.

Dikatakan kurang begitu kondusif dikarenakan kepala sekolah SMP

Negeri se-Kabupaten Karawang sudah seluruhnya mengikuti diklat

kepemimpinan. Hal ini berarti dalam kerangka kinerja manajerial

seharusnya kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang memiliki

tingkat pengelolaan atau manajemen sekolah yang baik, hal ini ditunjukkan

dengan hasil atau output yang baik seperti nilai US/UN yang baik. Namun

ternyata rendahnya nilai UN yang menjadi indikator rendahnya kinerja

manajerial kepala sekolah yang memotori penelitian ini diakibatkan masih

rendahnya motivasi kerja kepala sekolah. Dari aspek ini kiranya lembaga –

lembaga terkait merumuskan formula atau program yang dapat

meningkatkan motivasi kerja kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten

Karawang.

3. Pada aspek lain, lemahnya pengawasan pada program pendidikan dan

pelatihan telah berimbas pada ditemukannya beberapa pelatihan

diperpendek jadwal pelaksanaan dari yang seharusnya, kemudian beberapa

moment pelaksanaannya pun berbentrokan dengan kesibukan di sekolah

sehingga ada diantara kepala sekolah yang tidak mengikuti dengan serius

(54)

banyak ditemukan pemateri yang dianggap oleh kepala sekolah belum

memiliki kualifikasi pemateri profesional sehingga hasil dari kegiatan

pelatihan dirasakan belum menyentuh pada perubahan sikap baik secara

kognitif maupun psikomotor kepala sekolah. Dari beberapa temuan ini

menunjukkan bahwa selama ini pendidikan dan pelatihan yang mereka ikuti

belum bisa mendongkrak atau memberi kontribusi yang sangat positif dan

signifikan terhadap kinerja kepala sekolah sebagai manajer. Hal ini juga

memberi gambaran terhadap kualitas pendidikan dan pelatihan dalam

jabatan yang selama ini bergulir. Keadaan seperti ini memberi

kecenderungan bahwa baik dari segi alokasi waktu, materi atau kompetensi

dari pemateri yang ada pada kegiatan pelatihan ini belum secara maksimal

diterapkan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perubahan

kualitas kinerja kepala sekolah sebagai manajer yang ada di SMPN

se-Kabupaten Karawang.

4. Bahwa gambaran motivasi kerja dan pendidikan pelatihan selama ini telah

menjadi variabel prediktor yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja

manajerial kepala sekolah di SMP Negeri se-Kabupaten Karawang.

B. S a r a n

Berdasarkan temuan, pembahasan dan kesimpulan penelitian, beberapa

(55)

sebagai berikut:

1. Pendidikan dan pelatihan hendaknya dilaksanakan secara maksimal

dengan berdasarkan standar pelaksanaan dan standar kualitas. Dengan

standar pelaksanaan artinya penyelenggara pendidikan dan pelatihan

memperhatikan:

a) Sarana dan prasarana yang layak atau proporsional dan sesuai

dengan materi pelatihan

b) Waktu pelaksanaan yang tidak dilaksanakan pada waktu-waktu

dimana kepala sekolah memiliki kegiatan atau kesibukan yang

penting serta dengan tidak mengurangi jumlah jam atau hari

dengan maksud efesiensi biaya. Karena standar kualitas telah

memiliki ukuran-ukuran yang jelas dan ilmiah. Sehingga

pelaksanaan pelatihan tidak terkesan berorientasi pada proyek

tetapi betul-betul mengedepankan kualitas pelayanan dan kualitas

hasil yang ingin dicapai.

c) Materi pelatihan proporsinya harus lebih banyak materi praktek

dibandingkan dengan teori. Sementara pemateri hendaknya

memiliki porsi “jam terbang” sebagai seorang yang betul-betul

profesional dibidangnya dan sesuai dengan materi yang

disampaikan atau dengan istilah “the right man in the right place”.

2. Para kepala sekolah yang diundang untuk mengikuti pelatihan dalam

(56)

disampaikan pada saat pelatihan berlangsung.

3. Pelatihan dalam jabatan akan lebih baik jika sebelumnya dilakukan

studi untuk kebutuhan para kepala sekolah berdasarkan wilayah dan

kondisi sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi kepala sekolah yang berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang

perguruan yang lebih tinggi, hendaknya dapat memilih atau

menentukan perguruan tinggi yang berkualitas dan memiliki reputasi

yang baik dari segi pelayanan, pengelolaan, pengawasan dan isi.

5. Hendaknya para kepala sekolah berinsiatif untuk mengembangkan

potensi dan memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan

kengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak

swasta, agar tercipta nilai motivasi kerja yang baik untuk menjaga

kualitas kinerja manajerial di sekolahnya masing-masing.

6. Hendanyak para pengawas sekolah intens memberikan arahan dan

pengawasan baik langsung maupun tak langsung melalui

program-program yang dapat menumbuhkan motivasi kerja kepala sekolah.

Baik dengan pemberian reward maupun pemberian sanksi.

Berdasarkan kesimpulandi atas, peneliti memiliki saran bagi pihak-pihak

terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi kerja, dan pendidikan dan

pelatihan kurang memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja kepala

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel
Tabel 3.5
Tabel 3.6  Uji Reliabilitas Item Motivasi Kerja  (X
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penggunaan Media Stik Es Cream Untuk Meningkatkan Keterampilan Perkalian Bilangan Cacah Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun teh dapat digunakan sebagai inhibitor korosi Baja Karbon Schedule 40 Grade B ERW dengan nilai efisiensi inhibisi korosi terhadap

Ieu panalungtikan téh medar masalah sturuktur jeung aspék psikologis. Sabada ngayakeun panalungtikan, dina ieu kumpulan carita pondok téh gening. leubeut pisan

Dalam penelitian ini biji ketapang (Terminalia catappa L) diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan selama tujuh jam pada suhu 63 dan diperoleh randemen minyak

Telah dilakukan penelitian tentang analisis Gas Kromatografi-Spektrometer Massa (GC-MS) dari kemenyan sumatera dengan teknik asap cair dan esterifikasi.. Dengan membandingkan

Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel (wire line) atau tanpa kabel(wireless) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data,

telah menghasilkan komponen senyawa kimia dari kemenyan sumatera dengan berbagai metode dan instrument yang berbeda-beda berdasarkan hidrolisa basa dari getah kemenyan dan