• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF-EFICACY MATEMATIS SISWA SMA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INVESTIGASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SELF-EFICACY MATEMATIS SISWA SMA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN INVESTIGASI."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

1.5Definisi Operasional ... 10

1.6Hipotesis ... 12

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Berpikir Kritis ... 14

2.2 Self-Efficacy ... 19

2.3 Pendekatan Investigasi ... 24

(2)

BAB III. METODE PENELITIAN

3. 1 Desain Penelitian ... 35

3. 2 Populasi dan Sampel ... 35

3. 3 Variabel Penelitian ... 36

3. 4 Instrumen Penelitian ... 36

3. 5 Lembar Observasi Siswa ... 44

3. 6 Skala Self-Efficacy ... 44

3. 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 45

3. 8 Bahan Ajar ... 46

3. 9 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3. 10Teknik Analisis Data ... 46

3. 11Prosedur Penelitian ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian ... 55

4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5..1 Kesimpulan ... 88

5..2 Saran ... 89

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu pelajaran matematika perlu diberikan kepada setiap peserta didik sejak Sekolah Dasar, bahkan sejak Taman Kanak - kanak.

Matematika adalah salah satu penunjang yang sangat penting karena

menurut Turmudi (2009) “ ... penguasaan mata pelajaran matematika memudahkan peserta didik untuk melatih berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan inovatif yang difungsikan untuk mendukung pembentukan kompetensi program keahlian”, maka dengan belajar matematika siswa diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkannya dalam bidang keahlian, sehingga menjadi manusia yang maju.

(4)

siswa, sehingga tidak heran banyak siswa yang tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, mereka beranggapan bahwa matematika itu sulit, menakutkan dan tidak semua siswa dapat mengerjakannya hal ini kemungkinan karena sulitnya memahami materi pelajaran matematika. Rasa tidak percaya diri siswa ini harus dihilangkan dengan cara melibatkan dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, agar tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap pelajaran matematika.

Kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dapat dilihat dari hasil belajarnya. Rendahnya prestasi dan kurangnya minat dalam belajar matematika di sekolah merupakan hal yang sudah biasa dijumpai dan ini merupakan masalah dalam proses belajar. Masalah belajar yang dialami oleh siswa akan menghambat kelancaran dalam proses belajarnya. Kondisi itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga dipengaruhi dari lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Dalam hal ini masalah dalam belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan rendah saja tetapi juga di alami oleh siswa yang pandai.

(5)

respon mereka terhadap materi yang disampaikan guru ada yang cepat dan ada pula yang lambat. Walaupun siswa berkemampuan matematika rendah mungkin lebih lambat daripada siswa kebanyakan (pandai dan sedang), namun mereka harus terus belajar dan berkembang.

(6)

persoalan yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini didukung oleh visi pendidikan matematika (Sumarmo, 2012) yaitu agar siswa memiliki kemampuan matematis memadai, berfikir dan bersikap kritis, kreatif dan cermat, obyektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan senang belajar matematika.

Setiap siswa yang normal mempunyai potensi untuk berpikir kritis, sehingga potensi itu dapat dikembangkan. Menurut Cotton (1991) meskipun banyak orang percaya bahwa kita lahir dengan atau tanpa kemampuan berpikir kritis, riset telah memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir tersebut dapat diajarkan dan dapat dipelajari. Oleh karena itu diperlukan upaya pendesainan bahan ajar dan kegiatan belajar mengajar untuk memfasilitasi siswa agar kemampuan berpikir kritisnya berkembang.

(7)

Upaya memfasilitasi siswa agar kemampuan berpikir kritisnya berkembang, maka diperlukan situasi pembelajaran yang dirancang secara tepat. Zohar, dkk. (dalam Suriadi, 2006) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Selain harus berpusat pada siswa, pembelajaran yang terjadi harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, baik melalui pemberian soal yang tidak selalu bersifat prosedural ataupun pemberian materi yang tidak secara langsung kepada siswa, artinya siswa dilibatkan secara aktif dalam menemukan konsep.

Di samping banyaknya penelitian dalam aspek kognitif, dalam 20 tahun terakhir ini aspek afektif mulai ditelaah para peneliti, antara lain Self-efficacy (hampir identik dengan „kepercayaan diri‟) yang diperkirakan dapat

meningkatkan kemampuan matematis siswa.

Seseorang yang mempunyai self-efficacy tinggi, tentu memiliki rasa percaya diri yang tinggi pula. Kepercayaan diri sangat erat hubungannya dengan matematika karena apabila seseorang mempunyai rasa percaya diri tinggi maka tentu akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyelesaikan soal matematika. Seorang siswa dapat menyelesaikan soal matematika dengan benar tentu siswa tersebut percaya diri akan menyelesaikan soal matematika.

(8)

memiliki self-efficacy itu menandakan seseorang akan belajar terus walaupun dia sudah lulus.

Untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis dan self-efficacy matematis siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran

matematika yang mampu menumbuhkan berpikir kritis dan self-efficacy. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis dan self-efficacy adalah pendekatan investigasi, pendekatan yang menunjang keterlibatan siswa.

Dengan pendekatan investigasi, siswa didorong untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, artinya siswa lebih dituntut untuk selalu berpikir tentang suatu persoalan dan mencari sendiri cara penyelesaiannya dengan demikian mereka lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama.

(9)

Pertanyaan baru tersebut mungkin saja mempertanyakan atas jawaban yang sudah ada. Beberapa proses yang dilakukan nampak merupakan beberapa komponen dari kemampuan berpikir kritis, yaitu mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan definisi, memfokuskan pertanyaan, bertanya dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan atau tantangan, melakukan dan mempertimbangkan induksi, menganalisis argumen, serta berinteraksi dengan orang lain.

(10)

Dengan memperhatikan uraian di atas, maka untuk melakukan studi yang terfokus pada pengembangan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan berpikir kritis siswa dan self-efficacy yakni pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi dipandang penulis sangat penting. Maka penulis tertarik untuk mencoba melakukan penelitian yang

berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematis Siswa SMA dengan Menggunakan Pendekatan Investigasi”.

1. 2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan investigasi lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional?

2. Apakah self-efficacy siswa yang memperoleh pendekatan investigasi lebih baik dari self-efficacy siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional?

(11)

1. 3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Membandingkan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi dan pendekatan konvensional;

2. Menganalisis perbedaan self-efficacy siswa yang belajar dengan pendekatan investigasi dengan siswa yang mendapat pendekatan konvensional;

3. Menganalisis asosiasi antara berpikir kritis dan Self-Efficacy.

1. 4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan masukan yang berarti bagi kegiatan pembelajaran dikelas khususnya dalam usaha meningkatkan berpikir kritis dan self-efficacy matematis siswa. Manfaat tersebut diantaranya adalah:

1. Bagi siswa

(12)

2. Bagi Guru

Memberikan informasi bagi guru tentang penerapan penggunaan pendekatan investigasi dalam pengajaran matematika dan jika pengaruh yang dimaksud positif terhadap peningkatkan berpikir kritis dan self-efficacy matematis siswa maka pembelajaran menggunakan pendekatan

investigasi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika sehari-hari.

3. Bagi Sekolah

Tindakan yang dilakukan dalam penerapan penggunaan pendekatan investigasi dalam pengajaran matematika dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan berpikir kritis dan self-efficacy matematis siswa. 4. Bagi Peneliti

Sebagai informasi dan memberikan kesempatan bagi guru untuk dapat mengenal serta mengembangkan pengajaran ini. Serta hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti bidang pendidikan matematika yang bermaksud mengkaji pendekatan ini lebih jauh.

1. 5 DEFINISI OPERASIONAL

(13)

1. Kemampuan berpikir kritis matematis

Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah kemampuan dalam memfokuskan diri pada pertanyaan, menganalisis argumen, menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan, serta menarik kesimpulan dengan membuat deduksi.

2. Self-Efficacy

Self-efficacy adalah suatu keyakinan individu terhadap

kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang dihadapinya sehingga dapat mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkan. Self-efficacy dalam penelitian ini diukur berdasarkan empat aspek yaitu pengalaman langsung, pengalaman dari orang lain, aspek sosial dan aspek psikologis.

a) Pengalaman langsung yaitu kemampuan berdasarkan pada kinerja dalam penilaian, pelajaran masa lalu. Kegagalan/keberhasilan pengalaman masa lalu akan menurunkan/meningkatkan self-efficacy seseorang untuk pengalaman serupa kelak.

(14)

c) Aspek sosial yaitu dilakukan dengan meyakini seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, misal umpan balik dari guru

d) Aspek psikologis yaitu status fisik dan emosi akan mempengaruhi kemampuan seseorang. Emosi yang tinggi seperti kecamasan akan matematika akan merubah kepercayaan diri seseorang tentang kemampuannya.

3. Pendekatan investigasi

Pendekatan investigasi adalah salah satu pendekatan yang dapat mendorong siswa untuk belajar menjadi lebih aktif dan lebih bermakna dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya, yang meliputi beberapa fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu (1) fase membaca, menerjemahkan dan memahami masalah (2) fase pemecahan masalah dan (3) fase menjawab dan mengkomunikasikan jawaban.

1. 6 HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, dan kajian pustaka, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

(15)

2. Self-efficacy matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi lebih baik daripada self-efficacy matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen, pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 2003). Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan pendekatan investigasi dan kelas kontrol melakukan pembelajaran konvensional. Desain pada penelitian ini berbentuk:

O X O

O O

Keterangan :

X : Pembelajaran dengan pendekatan investigasi O : Pretes atau Postes

--- : Subjek tidak dikelompokkan secara acak

3.2Populasi dan Sampel

(17)

pembelajaran dengan pendekatan investigasi sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 44 siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3.3Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan investigasi sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis dan self-efficacy matematis siswa.

3.4Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah: 3.4.1 Soal Tes Berpikir Kritis

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa tersebut, maka harus diadakan tes. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

i. Tes awal untuk mengukur kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

ii. Tes akhir diberikan untuk melihat kemampuan siswa sesudah diberikan perlakuan pada kedua kelompok tersebut.

(18)

mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa berupa tes uraian terdiri dari 5 butir soal. Beberapa butir soal diadaptasi dan dimodifikasi dari Kanginan (2004). Dalam penyusunan soal tes, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang dilanjutkan dengan menyusun soal beserta alternatif kunci jawaban masing-masing soal. Secara lengkap, kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis dapat dilihat pada lampiran .

Adanya sebuah pedoman pemberian skor dimaksudkan agar terjadinya sebuah hasil yang objektif, karena setiap langkah jawaban yang dinilai pada jawaban siswa selalu berpatokan pada pedoman yang jelas sehingga mengurangi kesalahan pada penilaian. Berikut tabel rubrik penskoran soal-soal kemampuan berpikir kritis yang dimaksud.

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Respon Siswa pada Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Kemampuan yang diukur

Respon siswa terhadap soal atau masalah Skor

Memfokuskan pertanyaan

Tidak menjawab apapun atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui tetapi tidak ditulis dengan lengkap

2

Mengidentifikasi pertanyaan yang diberikan hampir sebagian ditulis dengan lengkap

4

Mengidentifikasi pertanyaan yang diberikan sebagian ditulis dengan lengkap

6

Mengidentifikasi pertanyaan yang diberikan hampir seluruh ditulis dengan lengkap

8

Mengidentifikasi pertanyaan yang diberikan seluruhnya ditulis dengan lengkap

(19)

Menganalisis argumen

Tidak menjawab apapun atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar 2

Mengemukakan hampir sebagian argumen dengan benar

4

Mengemukakan sebagian argumen dengan benar 6

Mengemukakan hampir argumen dengan benar 8

Mengemukakan seluruh argumen dengan benar 10

Menjawab pertanyaan disertai dengan alasan

Tidak menjawab apapun atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan

0

Merumuskan hal-hal yang diketahui dengan benar 2

Mengemukakan hampir sebagian menjawab pertanyaan dengan benar

4

Mengemukakan sebagian menjawab pertanyaan dengan benar

6

Mengemukakan hampir menjawab pertanyaan dengan benar

8

Mengemukakan seluruh jawaban dengan benar 10

Membuat deduksi

Tidak menjawab apapun atau menjawab tidak sesuai dengan permasalahan

0

Hanya melengkapi data pendukung tetapi tidak lengkap

2

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar

4

Melengkapi data pendukung secara lengkap dan benar, tetapi hanya memberikan sebagian langkah pembuktian

6

Melengkapi data pendukung secara lengkap dan benar, serta memberikan pembuktian hampir lengkap dan benar

8

Melengkapi data pendukung secara lengkap dan benar, serta membuktikan secara lengkap dan benar

10

3.4.2 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Indeks Kesukaran Butir Soal

(20)

validitas dan reliabilitasnya. Selain itu, dari hasil uji coba, setiap butir soal dianalisis untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Berdasarkan data hasil ujicoba, tes yang dibuat telah memenuhi dua macam validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis dipenuhi melalui pertimbangan dan kajian dosen pembimbing dan guru matematika. Untuk validitas empiris penulis melakukan uji coba soal terhadap siswa kelas XI SMA Negeri 2 Cimahi. Adapun analisis data hasil uji coba dilakukan sebagai berikut: 1) Validitas Butir

Nilai validitas ini dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Produk Momen dengan angka kasar (Arikunto, 2010)

Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 sehingga didapat kemungkinan interpretasi:

(21)

(ii) Jika rhit > rtabel , maka korelasi signifikan.

Hasil interpretasi yang berkenaan dengan validitas butir soal dalam penelitian ini dinyatakan pada Tabel berikut :

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi

00

Sumber : Arikunto (2010)

Hasil uji coba instrumen tes kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang telah dilakukan dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Validitas tes kemampuan berpikir kritis matematis

No soal koef.korelasi

(r) t hitung t tabel Ket

(22)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas yang dicari n = Jumlah butir soal

Tingkat reliabilitas dari soal uji coba didasarkan pada klasifikasi Guilford (Ruseffendi, 2003) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Besarnya Tingkat Reliabilitas 0,00

0,20 Kecil

0,20

0,40 Rendah 0,40

0,70 Sedang 0,70

0,90 Tinggi

0,90

1,00 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan untuk instrumen kemampuan berpikir kritis matematis siswa diperoleh nilai tingkat reliabilitas sebesar 0,77 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa instrumen kemampuan berpikir kritis matematis mempunyai reliabilitas tinggi.

3) Daya Pembeda

(23)

A dengan benar, atau jumlah benar kelompok atas.

JBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar, atau jumlah benar kelompok bawah.

JSA : Jumlah siswa kelompok atas (higher group atau upper

Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal DP < 0,00 Sangat jelek 0,00 < DP < 0,20 Jelek 0,20 < DP < 0,40 Cukup 0,40 < DP < 0,70 Baik 0,70 < DP < 1,00 Sangat baik

Dari hasil perhitungan daya pembeda instrumen kemampuan berpikir kritis matematis siswa dirangkum dalam Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6

Daya pembeda Instrumen berpikir kritis matematis

(24)

4) Analisis tingkat kesukaran soal

Tingkat kesukaran digunakan untuk melihat keberadaan butir soal apakah dipandang sukar, sedang atau mudah. Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung menggunakan rumus:

IK :Indeks kesukaran untuk setiap butir soal.

JBA :Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar kelompok atas.

JBB :Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar atau jumlah benar kelompok bawah

JSA :Jumlah siswa kelompok atas. JSB :Jumlah siswa kelompok bawah.

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal yang dikemukakan Suherman (2003) seperti Tabel 3.7 berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Tingkat Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi

(25)

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen kemampuan berpikir kritis matematis siswa dirangkum dalam Tabel 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8

Analisis Tingkat Kesukaran

Nomor Soal SA SB IA IB TK Ket

1 158 34 270 270 0,36 Sedang

2 270 62 270 270 0,61 Sedang

3 250 36 270 270 0,53 Sedang

4 126 26 270 270 0,28 Sukar

5 48 4 90 90 0,29 Sukar

3.5Lembar observasi siswa

Lembar observasi disusun berdasarkan penerapan pendekatan investigasi. Lembar observasi ini akan dicatat respon-respon yang muncul dari siswa berkaitan dengan situasi masalah yang diberikan guru ketika pembelajaran dengan pendekatan investigasi.

3.6Skala Self-Efficacy

(26)

40 pernyataan dengan 22 pernyataan bersifat positif dan 18 pernyataan bersifat negatif. Pernyataan positif dan negatif ini diberikan agar jawaban siswa menyebar, tidak menuju pada satu arah saja.

Skala self-efficacy digunakan untuk mengukur keyakinan siswa terhadap kemampuannya melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu persoalan yang melibatkan kemampuan berpikir kritis matematis dengan berhasil. Skala self-efficacy diberikan kepada masing-masing kelompok siswa setelah selesai mendapat perlakuan pembelajaran yang diterapkan. Skala self-efficacy siswa sebelum kegiatan pembelajaran tidak diukur dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan taraf perkembangan mental siswa sama, sehingga self-efficacy awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat

diasumsikan tidak berbeda.

Dalam menganalisis hasil skala sikap ini, skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif. Pemberian nilainya dibedakan antara pernyataan yang bersifat negatif dengan pernyataan yang bersifat positif. Untuk pernyataan yang bersifat positif, pemberian skornya adalah Ss diberi skor 4, Sr diberi skor 3, Jr diberi skor 2, dan Js diberi skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif, pemberian skornya adalah Ss diberi skor 1, Sr diberi skor 2, Jr diberi skor 3, Js diberi skor 4.

3.7Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(27)

model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir, alat/bahan/sumber belajar, penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, instrumen, dan alternatif jawaban.

3.8Bahan Ajar

Untuk menunjang pelaksaan pembelajaran dengan pendekatan investigasi (kelas eksperimen), selain buku paket, juga menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Bahan ajar dan lembar kerja siswa (LKS) sebelum digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pembimbing. Adapun materi/topik yang akan diajarkan dalam penelitian ini adalah grafik fungsi trigonometri, aturan sinus, aturan kosinus, dan luas segitiga. Setiap pertemuan akan membahas satu lembar kerja siswa.

3.9Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik tes dan teknik angket. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis matematis siswa baik pretes maupun postes. Sedangkan teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data yang bekaitan dengan self-efficacy matematis siswa.

3.10 Teknik Analisis Data

a) Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis

(28)

menggunakan rumus uji-t. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka harus ditentukan dahulu rata-rata skor hasil tesnya dan simpangan bakunya. Untuk menentukan uji stastistika yang akan digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data dan homogenitas varians. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel dan SPSS 16.0. Data yang diperoleh secara lebih jelas dianalisis

dengan langkah berikut :

1) Menghitung rata-rata skor hasil tes, dengan menggunakan rumus:

2) Menghitung simpangan baku skor hasil tes dengan menggunakan rumus:

3) Menghitung peningkatan kemampuan yang terjadi dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:

(29)

= −

− (Meltzer, 2002) Keterangan:

� = Skor pretes

� = Skor Postes

� = Skor maksimum ideal

Hasil perhitungan kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi berikut:

Tabel 3.9 Kalsifikasi Gain ()

Besarnya Interpretasi

> 0,7 Tinggi

0,3 < ≤0,7 Sedang

≤0,3 Rendah

4) Melakukan uji normalitas distribusi skor awal dan skor akhir kedua kelompok sampel digunakan uji statistik Shapiro-Wilk dengan SPSS16.0.

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut :

�0 : data berdistribusi normal

�1 : data tidak berdistribusi normal

(30)

5) Menguji homogenitas varians

Pengujian homogenitas varians antara kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelas sama ataukah berbeda. Hipotesis yang akan diuji dapat juga dinyatakan sebagai berikut:

0:�12 =�22

�1:�12 ≠ �22

Keterangan:

�1 : variansi kelas eksperimen

�2 : variansi kelas kontrol

Uji statistika menggunakan uji homogenitas variansi dua buah peubah bebas menggunakan uji Homogeneity of Variances (Levene Statistic) dengan SPSS 16.0, dengan kriteria pengijian:

tolak �0 jika nilai Sig. Pada output SPSS <  (Uyanto, 2009). 6) Uji hipotesis penelitian

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : �1 =�2 : berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata

kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pendekatan investigasi dengan rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui pendekatan konvensional.

H1 : �1 > �2 : berarti rata-rata kemampuan berpikir kritis

(31)

berpikir kritis matematis siswa melalui pendekatan konvensional.

Pengujian hipotesis di atas menggunakan uji perbedaan rata-rata atau uji-t, setelah data dinyatakan berdistribusi normal dan homogen menggunakan Compare Means (Independent-Sample T-Test) dengan SPSS 16.0 atau menggunakan rumus:

= −

2 1 − 1

Dengan = + −2

2 =

2 −1 + 21

+ −2

keterangan: −

2 : variansi gabungan dari kedua kelas

: rata-rata skor posttest dari kelas eksperimen : rata-rata skor posttest dari kelas kontrol Kriteria pengujian:

(32)

Jika berdistribusi normal dan tidak homogen, maka menggunakan uji-t’.

b) Data Skala Self-efficacy siswa

Data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa dengan menggunakan cara pemberian skor butir skala sikap model Likert. Dalam pelaksanaan penelitian ini, menggunakan uji statistik yang datanya berupa data interval, sedangkan jenis data yang diperoleh berupa data ordinal. Untuk mengatasi hal tersebut maka data ordinal harus diganti menjadi data interval dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI). Adapun langkah-langkah yang digunakan

menurut Sundayana (2010) adalah: 1) Menentukan frekuensi responden

2) Membuat proporsi dari setiap jumlah frekuensi 3) Menentukan nilai proporsi kumulatif

4) Menentukan nilai z tabel

5) Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z

6) Menentukan nilai skala (scale value) dengan menggunakan rumus:

� = � � � −� �

� − � �

(33)

Setelah data ordinal ditransformasi ke data interval maka dilanjutkan dengan menguji normalitas, homogenitas varians.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : �1 =�2 : berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata self-efficacy

matematis siswa melalui pendekatan investigasi dengan rata-rata self-efficacy matematis siswa melalui pendekatan konvensional.

H1 : �1 >�2 : berarti rata-rata self-efficacy matematis siswa melalui

pendekatan investigasi lebih baik daripada rata-rata self-efficacy matematis siswa melalui pendekatan

konvensional.

Untuk menguji hipotesis di atas maka dilakukan uji statistik menggunakan Compare Means Independent Samples T.Test dengan SPSS 16.0.

Selanjutnya menguji asosiasi antara kemampuan berpikir kritis dengan self-efficacy matematis siswa.

Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho : Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis dengan self-efficacy siswa terhadap matematika.

H1 : Terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis dengan self-efficacy siswa terhadap matematika.

(34)

3.11 Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini adalah:

1) Merancang instrumen penelitian (seperti: RPP, soal tes kemampuan berpikir kritis matematis, LKS, pembagian kelompok, lembar observasi, dan angket skala sikap) dan meminta penilaian ahli. 2) Melakukan uji coba instrumen penelitian dan dianalisis daya

pembeda, tingkat kesukaran, validitas, dan reliabilitas instrumen tersebut.

3) Melakukan observasi terhadap aktivitas pembelajaran siswa dan guru.

b. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ini adalah:

1) Melaksanakan pretes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

(35)

3) Melaksanakan postes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah diberikan perlakuan.

c. Tahap Analisis Data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data ini adalah: 1) Melakukan analisis data dan melakukan pengujian hipotesis.

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Dilihat dari gain ternormalisasi maka peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan pendekatan investigasi termasuk kategori sedang.

2. Tidak terdapat perbedaan Self-efficacy matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan investigasi dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini dipengaruhi dari aspek psikologis anak yang memiliki kecemasan terhadap matematika yang merubah kepercayaan diri seseorang tentang kemampuannya.

3. Tidak terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis dengan self-efficacy siswa terhadap matematika. Artinya jika kemampuan berpikir

(37)

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian, seperti yang dijelaskan pada BAB IV diperoleh temuan, yaitu: Aktivitas siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan pendekatan investigasi secara keseluruhan semakin baik setelah beberapa kali pertemuan. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran, siswa terlihat adanya interaksi antar anggota kelompok, dan pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka, maka siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan, sehingga suasana kelas menjadi aktif.

5.2 Saran

Beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dikemukakan:

1. Pembelajaran dengan investigasi sebaiknya menjadi salah satu alternatif pembelajaran di kelas. Hal ini untuk mengkombinasikan dengan pembelajaran konvensional.

2. Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan, menerapkan pembelajaran dengan pendekatan investigasi memerlukan waktu yang lebih lama dan diperlukan perencanaan dan persiapan guru, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana, dan pemanfaatan waktu efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan.

(38)

4. Bagi peneliti selanjutnya, untuk menggunakan pendekatan investigasi hendaknya siswa sudah memiliki materi prasyarat, agar siswa dalam melakukan langkah investigasi tidak merasa bingung dengan materi yang diberikan.

5. Sebelum perlakuan diberikan sebaiknya perlu disiapkan aspek psikologis siswa dengan cara memberikan motivasi agar lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi pembelajaran.

6. Peneliti hanya melihat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis dengan self-efficacy siswa terhadap matematika, maka untuk peneliti selanjutnya

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman (2009). Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Azwar, S (2011). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Bandura, A. (1997). Self-EfficacyThe Exercise of Control. New York: W.H Freeman and Company.

Baron, J.B. dan Sternberg, R.J. (1987). Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. New York: W.H. Freeman and Company.

Baron, R.A. & Byrne, P. (1994). Social Psycholigy: Understanding Human Interaction. Boston: Allyn and Bacon Inc.

Cotton, K. (1991). Teaching Thinking Skills, [online]. Tersedia http://www.nwrel.org/scpd/surs/6 cul 1. html [31 Januari 2012].

Dewanto,S.P. (2007). Meningkatkan Kemampuan Representasi MultipelMatematis Mahasiswa Melalui BelajarBerbasis-Masalah. Disertasi pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Ennis, R.H. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Feist, J. dan Feist, G.J. (2002). Theories of Personality (5thed). Boston: McGraw Hill

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: hhtp://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

Harsanto, R. (2005). Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Ibrahim, M dan Nur, M (2000). Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

(40)

Kanginan, M. (2004). Matematika: untuk SMA Kelas I Semester 2. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Krismanto, Al. (2003). Beberapa teknik ,Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:Depdiknas.

Mayadiana, D. (2005). Pembelajaran dengan Pendekatan Diskursif untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Mahasiswa Calon Guru Sekolah Dasar. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible “hidden variable” in diagnostic pretest scores. [online]. Tersedia: http://www.physicseducation.net/docs/Addendum_on_normalized_gain.pd f [4 Juli 2012].

Mudrikah, A. (2006). Penggunaan Model Pembelajaran Konsep untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Noer, S.H. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Novaliyosi (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Investigasi. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Priyadi (2005). Berpikir Kritis.(Online): Tersedia:

http://priyadi.net/archives/2005/04/21/berpikir-kritis/. [23 Mei 2006]. Priyatno (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik dengan

SPSS. Yogyakarta: Gava Media.

Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Runisah (2008). Penggunaan SQ3R dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

(41)

Ruseffendi, H.E.T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Ruseffendi, H.E.T. (2003). Dasar-dasarPenelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: UPT UNNES PRESS.

Schultz, D & Schultz, E.S. (1994). Theories of Personality (5th ed). California: Brooks/Cole Publishing Company.

Setiawan (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Yogyakarta: Depdiknas.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI. Suherman, E. Et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA – UPI.

Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik:Apa. Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Pesrta Didik. FPMIPA UPI.

Sumarmo, U. (2012). Pendidikan Karakter serta Pengembangan Berpikir dan Disposisi Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Makalah dalam Seminar Pendidikan Matematika Tanggal 25 Februari 2012. NTT

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press.

Suriadi (2006). Pembelajaran dengan Pendekatan Discovery yang Menekankan Aspek Analogi untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Syaban, M. (2008). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi. Disertasi pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Syukur, M. (2004). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMU melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended. Tesis pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

(42)

Wahyudin (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. Disertasi pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.

Widiatmojo, B. (2004). Peranan Pola Asuh Orangtua dan Bimbingan Belajar terhadap Self-Efficacy dan Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Ilmu Dakwah Vol.10 no.2. 18.

Gambar

tabel rubrik penskoran soal-soal kemampuan berpikir kritis yang
Tabel 3.3 Validitas tes kemampuan berpikir kritis matematis
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas
Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Masalah yang dibahas didalam skripsi ini adalah untuk melihat secara langsung bagaimana efektivitas pelaksanaan program P4GN yang dilihat melalui alat ukur penelitian

Mahasiswa harus mengisi KRS/Jadwal sesuai dengan mata kuliah peruntukannya dalam Daftar Mata Kuliah Semester Genap 2014/2015 ( Lampiran 1 )4. Mahasiswa Semester II harus

Ujian Praktek Pengembangan Kurikulum Pendidikan Profesi 1

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

Perusahaan milik Belanda dan/atau harta kekayaan kantor akuntan dan kantor administrasi Partikulir Belanda yang berada diwilayah Republik Indonesia sebagaimana

a. surat atau surat-surat bukti hak yang disertai keterangan Kepala Desa yang membenarkan surat atau surat-surat bukti hak itu. Keterangan Kepala Desa tersebut

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Fakhri Fauzi Nugraha 2014