170
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Ali Hasan., (2008), Marketing, Yogyakarta: Media Pressindo
, (2009), Marketing Edisi Baru, Yogyakarta: Media Pressindo
Aritonang, R.L., (2005), Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Gramedia
Fandy Tjiptono., (2005), Satisfaction and Customer Service, Malang: Bayumedia
, (2006), Manajemen Jasa, Edisi Empat, Yogyakarta: CV Andi Offset
, (2007), Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia
, (2008), Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi
Gamal Suwantoro., (2004), Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: Andi
Gregorius Chandra., (2005), Strategi dan Program Pemasaran, Yogyakarta: Andi
Hartono., (2008), SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian Edisi Kesatu,
Cetakan Satu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harun Al Rasyid., (1994), Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana UNPAD
Husein Umar., (2009), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi
Kedua, Jakarta: Rajawali Pers
Ismayanti., (2010), Pengantar Pariwisata, Jakarta: Grasindo
Kotler, Philip., dan Kevin Lane Keller., (2009), Marketing Management 13th
edition, New Jersey: Prentice Hall
Kotler, Philip., dan Gary Amstrong., (2008), Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall
171
Moh. Ali., (1985), Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa
M. Suyanto., (2007), Marketing Strategy Top Brand Indonesia, Yogyakarta: Andi
Nyoman S. Pendit., (2006), Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradnya Paramita
Oka A. Yoeti., (1996), Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa
Rambat, Lupiyoadi dan A. Hamdani., (2011), Manajemen Pemasaran Jasa Edisi
2, Jakarta: Salemba Empat
Rangkuti, Freddy., (2006), Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur
dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN-JP, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Ratih Hurriyati., (2008), Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: CV. Alfabeta
Richardson, I John & Martin Fluker., (2004), Understanding and Managing
Tourism, Australia: Pearson Education Australia
Riduwan dan Akdon., (2010), Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Bandung: Alfabeta
Shimp, Terence A., (2000), Perikalanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Jakarta: Erlangga
Smith, Cherie Kim., (2001), Tourism Product Development: A Case Study of
Wildfield Viewing In The Squamish Valley: Thesis
Singgih Santoso., (2005), Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Jakarta: Elex Media Komputindo
Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto., (2009), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Yogyakarta: Bina Aksara
172
Triton P.B., (2005), SPSS 13.0 Terapan, Yogyakarta: Andi
Uma Sekaran., (2006), Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1 Edisi
Empat, Jakarta: Salemba Empat
Wahid Sulaiman., (2004), Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus
dan Pemecahannya, Yogyakarta: Andi
Zeithaml, Valerie A, Bitner Mary Jo, Gremler Dwaine D., (2013), Service
Marketing “Integrating Customer Focus Across The Firm”. International Edition. Mc Graw Hill
JURNAL:
Deni, Koswara., (2011), Pengaruh Kualitas Produk dan Penetapan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Bisnis (Studi Pemasaran Daging Sapi Pada Supermarket dan Hipermarket di Kota Bandung), Magister
Manajemen Bisnis, Bandung: UPI
Langlang, Jagad., (2010), Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan
Merek serta Implikasinya pada Loyalitas Merek (Survei Terhadap Pengguna Kamera Canon EDS 5D Mark II), Magister Manajemen
Bisnis, Bandung: UPI
Nandi., (2005), Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat, Vol.1. No.1.
hal 2. Oktober
Paham, Ginting., (2005), Mencermati Misteri Globalisasi: Menata Ulang Strategi
Pemasaran Pariwisata Indonesia dengan Tourism Satisfaction (Toursat) Approach, Medan: USU
Poerwanto., (2004), Kualitas Produk Wisata Terhadap Minat Berkunjung
Kembali Ke Kebun Binatang Surabaya
Samuel Hatane., (2007), Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan
Gender Terhadap Kecenderungan Prilaku Pembelian Implusif ( studi kasus produk wisata), Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Surabaya
Saputra, A.Y., & Tauresia, C., (2005), Analisa Pengaruh Tips Terhadap Kualitas
Layanan Concierge di Hotel JW Mariott Surabaya, Unpublished Under
Graduate thesis Universitas Kristen Petra, Surabaya
Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution & Janianto Damanik., (2005), Persepsi
173
Ugy Soebiyantoro., (2009), Pengaruh Ketersediaan Sarana Prasarana, Sarana
Transportasi Terhadap Kepuasan Wisatawan
DATA BASE:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun (2008)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010)
KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009)
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain (2012)
Hasil Pra-Penellitian (2011)
WEBSITE:
www.bbksda-jabar.dephut.go.id
www.unit3.perumperhutani.com
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor
produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata
juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan
dan cenderamata, penginapan serta transportasi. (Nyoman S. Pendit,
2006:32). Sedangkan menurut Oka A. Yoeti (1996:118), mendefinisikan
pariwisata sebagai berikut:
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Menurut UU No.10 tahun 2009 mengenai kepariwisataan, pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
dan pemerintah daerah. Pengembangan kepariwisataan di Indonesia juga
dapat membuka peluang baru untuk pembangunan sarana dan prasarana
kepariwisataan dalam satu wilayah atau Daya Tarik Wisata. Salah satu
Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang cukup baik
2
Jawa Barat dikenal sebagai Provinsi yang memiliki kekayaan budaya
dan pariwisata yang banyak dan beraneka ragam jenis, dan beberapa
diantaranya memiliki kualitas dan daya tarik yang tinggi. (Sumber:
Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:9).
Potensi pariwisata Jawa Barat mencakup alam, seni budaya dan minat
khusus, dimana potensi tersebut cukup beragam dan tersebar di
Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Daya tarik wisata di Jawa Barat meliputi:
1. Alam, Gunung dan Kawah, Gua, Pantai, Sungai dan Danau.
2. Peninggalan Sejarah, Seni Budaya, Wisata Konvensi, Museum.
3. Wisata Belanja.
4. Wisata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Daya Tarik Wisata tersebut dapat dijadikan sebagai Industri
Pariwisata untuk mendukung bagi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),
sehingga upaya pemeliharaan, pelestarian, pengembangan dan
pemanfaatan potensi daerah perlu dilakukan secara terpadu oleh
Pemerintah dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat.
Pemerintah Jawa Barat menjadikan Pariwisata sebagai salah satu
sektor yang termasuk dalam Core Business Jawa Barat, hal ini dikarenakan
beberapa alasan, yaitu:
1. Alasan ekonomi, berupa peningkatan pendapatan, penyediaan
lapangan kerja dan lapangan berusaha, penerimaan devisa, peningkatan
pajak dan penerimaan pemerintah, serta penggunaan sektor pariwisata
3
2. Alasan sosial, berupa menumbuh-kembangkan dan mendorong
pertukaran budaya serta memperkenalkan daerah kepada masyarakat
luar atau asing, mendidik masyarakat untuk mencintai daerahnya
sendiri, dan menyediakan kesempatan berekreasi.
3. Alasan konservasi dan pelestarian, berupa menumbuh-kembangkan
dan mendorong pencapaian konservasi lingkungan dan budaya yang
dikembangkan secara berkelanjutan. (Sumber: Kebudayaan dan
Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:67-68).
Namun demikian, pariwisata di Jawa Barat masih menghadapi
sejumlah permasalahan dalam perkembangannya, sehingga kontribusi
bidang tersebut bagi peningkatan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi
daerah masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan
kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2006-2010 dimana terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi
pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat
dapat dilihat pada Tabel 1.1, sebagai berikut:
TABEL 1.1
4
TAHUN 2006-2010
Tahun
Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah
Kunjungan Wisatawan (orang)
Pertumbuhan Jumlah
(orang) Pertumbuhan
Jumlah
(orang) Pertumbuhan
2006 227.068 - 23.859.547 - 24.086.615 -
2007 338.959 33,01% 23.782.302 -0,33% 24.121.261 0,14%
2008 330.369 -2,60% 26.287.031 9,53% 26.617.400 9,38%
2009 741.323 55,44% 24.138.855 -8,90% 24.880.178 -6,98%
2010 729.987 -1,55% 25.549.941 5,52% 26.279.928 5,33%
Keterangan: Data Tahun (2010).
Sumber: Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan di
Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dan penurunan dalam hal
jumlah kunjungan. Tahun 2008, terjadi peningkatan pertumbuhan
kunjungan wisatawan sebesar 9,38% disebabkan pada tahun 2008 Provinsi
Jawa Barat mengadakan program tahun kunjungan Visit West Java 2008.
Tahun 2009, terjadi penurunan sebesar 6,98% disebabkan oleh berbagai
bencana alam dan cuaca buruk serta krisis ekonomi di Indonesia,
khususnya Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tahun 2010, Provinsi Jawa
Barat berhasil meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan
meningkatkan potensi-potensi pariwisatanya sehingga mencapai
pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 5,33% dengan jumlah
wisatawan sebanyak 26.279.928 orang.
Pertumbuhan kunjungan wisatawan di Provinsi Jawa Barat tidak lepas
dari semakin berkembangnya wisata alam, wisata budaya, wisata minat
khusus serta wisata belanja maupun kuliner yang ada di Provinsi Jawa
Barat. Wisata alam merupakan salah satu potensi Provinsi Jawa Barat di
5
dikenal dengan alamnya yang indah serta kesuburan tanahnya yang
menjadi salah satu Daya Tarik Wisata di Provinsi Jawa Barat. Potensi
hutan negara di Provinsi Jawa Barat saat ini mencapai sekitar satu juta
hektar atau 22% luas wilayah sendiri dan hal inilah yang mendorong
semakin berkembangnya wisata alam di Provinsi Jawa Barat. (Sumber:
Nandi, memaksimalkan potensi alam di Jawa Barat, Vol 1, No 1, Oktober
2005:2).
Jawa Barat, dengan luas lahan hutan sekitar satu juta hektar sesuai
peraturan perundangan yang berlaku, terbagi atas: hutan lindung; hutan
produksi; hutan suaka alam; hutan wisata; taman nasional; dan taman
hutan raya. Lahan tersebut selama ini dimanfaatkan potensinya sebagai
wisata alam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 1986,
seluruh pengelolaan dan pemilihan lahan tersebut dikuasakan kepada
Perum Perhutani Unit III. Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi
seluruh hutan negara yang terdapat di dalam daerah Tk. I Jawa Barat,
kecuali hutan suaka alam, hutan wisata dan taman nasional. Berikut ini
merupakan klasifikasi yang dikelola oleh perum perhutani sesuai dengan
status hutan dan fungsinya:
6
L 1.2
KLASIFIKASI OBYEK WISATA YANG DIKELOLA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN STATUS
HUTAN DAN FUNGSINYA
KLASIFIKASI STATUS DAN FUNGSI
Wana Wisata Objek wisata alam yang lokasinya berada di
dalam hutan lindung dan atau hutan produksi
Taman Wisata Alam Objek wisata alam yang lokasi/statusnya
termasuk hutan wisata atau taman nasional dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani
Taman Hutan Raya Objek wisata alam yang lokasi/statusnya
memang ditetapkan sebagai taman hutan raya dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani
Taman Buru Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa
yang memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi keperluan rekreasi
Sumber: Jurnal memaksimalkan potensi Wisata alam di Jawa Barat vol. 1. No. 1. Oktober (2005).
Program restrukturisasi organisasi perusahaan yang dilakukan oleh
Direksi Perum Perhutani memberikan ruang dan peluang bagi
pengembangan usaha di bidang pariwisata. Berdasarkan ketetapan Direksi
No. 554/Kpts/Dir/2005 tanggal Nop 2005, pengelolaan wisata Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten terhitung mulai 2 Januari 2006
dilaksanakan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha
Lain. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memiliki 69 objek wisata
sebagai sebuah fenomena alam, dengan segala pesona kecantikan dan daya
tarik keunikannya, tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten.
Kabupaten Bandung adalah salah satu kawasan wisata alam di Jawa
Barat yang memiliki beragam jenis dan daya tarik wisata alam yang
banyak diminati wisatawan. Adapun jenis objek wisata alam yang
7
Putih, Air Panas Ciwalini, Taman Wisata Alam Cimanggu, Wana Wisata
Gunung Puntang, Air Panas Cibolang dan Kawah Kamojang.
Sedangkan Market Share dari Daya Tarik Wisata yang meliputi Wana
Wisata dan Kawasan Alam yang ada di Kawasan Kabupaten Bandung
dapat dijelaskan dalam Tabel 1.3 di bawah ini:
TABEL 1.3
DAFTAR DAYA TARIK WISATA ALAM
NO JENIS LOKASI MARKET
SHARE
1. Wana Wisata Kawah Putih 34%
2. Taman Wisata Alam Cimanggu 20%
3. Wana Wisata Ranca Upas 8%
4. Taman Wisata Alam Situ Patenggang 20%
5. Pemandian Air Panas Ciwalini 18%
Sumber: KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009).
Wisata alam adalah bentuk rekreasi dan pariwisata yang
memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya baik dalam
bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia.
Pada objek wisata alam ini pengunjung dapat menikmati keindahan alam
yang belum tercemar karena polusi, terhindar dari kesibukan kota dan
kebisingan lalu lintas. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka
yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan semakin
banyak dikunjungi oleh orang (wisatawan).
TWA Cimanggu merupakan satu-satunya Taman Wisata Alam yang
berada di Ciwidey, dengan luas wilayah 154 ha. Lokasi ini berada pada
ketinggian 1.225-1.350 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata
berkisar antara 12-23º Celcius. Taman Wisata Alam (TWA) Cimanggu
8
panas, namun demikian kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi
yang dititikberatkan pada kegiatan wisata alam dengan sifat mass tourism.
Selain itu pula yang menjadikan daya tarik TWA Cimanggu yaitu hutan
alam dan hutan Rasamala yang sudah sangat jarang ditemukan. Pesona
alam yang indah serta suasana lingkungan yang menyenangkan, yang
didukung dengan pemandian air panas dapat dijadikan pilihan wisata
alternatif di Kabupaten Bandung, khususnya ke daerah Ciwidey. Untuk
menarik minat para wisatawan tetap perlu diupayakan pembangunan dan
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan tidak menghilangkan
sisi alamiahnya.
Objek wisata alam yang terdapat didalam kawasan TWA Cimanggu,
diantaranya adalah:
1. Sumber Air Panas: terdapat sumber air panas yang dapat dijadikan
sebagai daya tarik tersendiri bagi kegiatan wisata. Sumber air panas di
taman ini terdapat dilokasi, yaitu: sumber Air Panas Cimanggu, Ranca
Upas dan Gunung Tuduh. Mandi air panas dapat dilakukan di
Pemandian Air Panas Cimanggu dan untuk berobat di Ranca Upas.
Konon menurut cerita sumber air panas tersebut bersumber dari
Gunung Sepuh (Gunung Patuha) yang jauh letaknya.
2. Makam Keramat: makam keramat sangiang buruan sampai saat ini
banyak dikunjungi orang-orang dari daerah lain di pulau Jawa baik
para muda-mudi maupun orang tua dengan maksud untuk berziarah. Di
9
makam keramat Eyang Jaga Reksa, makam Eyang Jambrong, makam
Eyang Dalem Kusuma, makam Eyang Raden Sakembaran, makam
Eyang Sanga Waringin, makam Eyang Giling Pangancing dan makam
Eyang Isteri.
3. Berkemah: dapat dilaksanakan di Bumi Perkemahan Ranca upas.
Disamping berkemah pengunjung dapat pula mandi air panas di dalam
lokasi perkemahan yaitu di kolam Gunung Tunduh (kolam alami).
Obyek wisata pemandian air panas Cimanggu resmi dibuka untuk
umum sejak tahun 1987. Daya Tarik Wisata ini menyediakan berbagai
fasilitas untuk para pengunjung. Ada kolam pemandian terbuka, kamar
pemandian tertutup, arena bermain anak-anak, mushola, juga cottage, yang
cocok dijadikan tempat peristirahatan setelah lelah melakukan perjalanan
dari Kawah Putih.
Konon, Pemandian Air Panas Cimanggu ini berkhasiat
menyembuhkan penyakit rematik, karena kandungan yodiumnya. Berbeda
dengan pemandian air panas lain disekitar Ranca Upas yang mengandung
belerang dan berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Terbukti
dari banyaknya pengunjung yang sengaja datang dari kota hanya untuk
berendam di kolam atau kamar yang disediakan.
Perkembangan pariwisata sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
dan prasarana yang ada, karena wisatawan tidak hanya menikmati
10
diberikan di kawasan wisata. Berikut adalah Tabel 1.4 mengenai kondisi
sarana dan prasarana di Taman Wisata Alam Cimanggu:
TABEL 1.4
KONDISI SARANA DAN PRASARANA DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU
Jenis Sarana
Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi
11
Lanjutan Tabel 1.4 Jenis Sarana
Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi
Intensitas Kios/Resto 22 Unit:
- 1 café
Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).
Sumber air panas yang terdapat di TWA Cimanggu merupakan
sumber air panas alami yang saat ini telah menjadi daya tarik utama para
pengunjung. Air panas yang alami dikhasiatkan dapat menyembuhkan
penyakit, khususnya penyakit kulit. Wisatawan yang datang terdiri dari
berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Kawasan TWA
Cimanggu juga terdapat cottage yang disediakan apabila pengunjung ingin
bermalam. Terdapat 11 unit cottage yang terdiri dari berbagai disain. Saat
12
Salah satu fasilitas penunjang kegiatan rekreasi air di kawasan ini
adalah kamar rendam. Saat ini kamar rendam sering digunakan untuk
kegiatan yang negatif karena sifatnya yang tertutup serta tidak adanya
pengawasan dari pihak pengelola. Walaupun secara fisik kondisi kamar
rendam ini sangat tidak memadai dan kotor. Selain itu dengan dibukanya
kawasan wisata ini hingga malam hari membuat aspek negatif menjadi
muncul di kawasan rendam. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa
Barat dan Banten (2009).
Bangunan dan fasilitas penunjang di kawasan ini cukup bervariasi,
tetapi pengelolaannya masih kurang baik dan kondisinya sebagian kurang
memadai, adapun ruangan yang tidak jelas fungsinya yang terkesan
dibiarkan begitu saja tanpa ada pembenahan. Fasilitas tersebut perlu
pengelolaan serta pengembangan lebih lanjut. Arena bermain bagi
anak-anak maupun dewasa di kawasan ini pun tersedia, dari flying fox, ATV,
resto, play ground, shooting area, dan lain-lain. Permainan tersebut sudah
cukup menarik dan sesuai dengan keadaan alamnya yang asri dan penuh
dengan pohon-pohon, namun untuk trek ATV seharusnya di buat lebih
menarik dan mengasah keberanian. Area play ground di kawasan objek
wisata tersebut perlu pembenahan kembali karena banyak yang rusak dan
tidak terawat, sehingga diperlukan pengembangan sarana rekreasi.
Berdasarkan kondisi yang terlihat sekarang ini, secara tidak langsung
13
akhirnya akan berdampak terhadap kepuasan dari wisatawan yang
berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ini.
Berikut Tabel 1.5 mengenai data kunjungan wisatawan ke objek
wisata alam air panas di Kabupaten Bandung:
TABEL 1.5
DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK WISATA ALAM AIR PANAS DI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2007-2011
Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012).
Berdasarkan data Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010
terjadi penurunan kunjungan sebesar 26,90% dari tahun sebelumnya, dan
pada tahun 2011 juga terjadi penurunan kunjungan sebesar 8,38% dari
tahun sebelumnya, dengan demikian Kawasan Taman Wisata Alam
Cimanggu mengalami penurunan dalam hal frekuensi kunjungan
wisatawan dari tahun 2010-2011. Bila dibandingkan dengan tingkat
kunjungan dari Objek Wisata Ciwalini, TWA Cimanggu memiliki jumlah
kunjungan wisatawan yang lebih rendah. Sedangkan bila dibandingkan
dengan Objek Wisata Cibolang, TWA Cimanggu berada di posisi kedua
dengan jumlah kunjungan wisatawan yang lebih tinggi.
Penurunan jumlah kunjungan wisatawan di TWA Cimanggu diakui
pihak pengelola, disebabkan oleh pengelolaan awal TWA Cimanggu yang
14
pengembangan pariwisata. Hal ini turut berdampak pada tingkat
kunjungan TWA Cimanggu yang masih berada dibawah pesaingnya, yaitu
Pemandian Air Panas Ciwalini. Tingkat kunjungan wisatawan ke
Pemandian Air Panas Ciwalini lebih tinggi dibandingkan dengan TWA
Cimanggu. Hal ini disebabkan Pemandian Air Panas Ciwalini memiliki
fasilitas yang lebih lengkap daripada TWA Cimanggu. Perkebunan teh
yang berada disekitar Pemandian Air Panas Ciwalini turut menambah nilai
plus objek wisata ini. Tidak hanya itu, telah terarahnya pengelolaan
Ciwalini pada kepentingan pariwisata turut menambah daya tarik Ciwalini.
Berbanding terbalik dengan Pemandian Air Panas Ciwalini,
pengelolaan TWA Cimanggu dilaksanakan sepenuhnya oleh Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan masih terpusat pada
pengembangan hasil hutan saja. Pengelolaan yang bersifat konvensional
menyebabkan belum tertatanya manajemen yang baik mengenai
pengelolaan TWA Cimanggu sebagai salah satu daya tarik wisata.
Pelayanan kepada wisatawan kurang begitu diperhatikan, promosi pun
jarang sekali diterapkan, begitu pula dengan perbaikan dan pengembangan
produk wisata pun jarang sekali dilaksanakan.
Berikut dapat dilihat pada Tabel 1.6 mengenai inventarisasi fasilitas
15
TABEL 1.6
INVENTARISASI FASILITAS ATRAKSI DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU
No. Fasilitas Rating Total Keterangan
Kode Rating 8 Sirkulasi kendaraan
Internal 3 3 2 4 12
Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).
Keterangan Rating:
5 – 10 = Kondisi buruk 11 – 15 = Kondisi sedang 16 – 20 = Kondisi baik
21 – 25 = Kondisi sangat baik
Fasilitas yang terdapat di TWA Cimanggu ini tidak ada yang memiliki
kondisi yang baik. Hampir keseluruhannya berada pada kondisi yang
sedang dan buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan dan
pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang telah ada.
Fasilitas atraksi di Taman Wisata Alam Cimanggu memiliki potensi
sedang, diantaranya: cottage, lahan parkir, outbond area, sirkulasi
16
cottage seharusnya disesuaikan dengan kondisi alamnya, sehingga dapat
berfungsi dengan baik. Sedangkan foodcourt, shooting area, kamar
rendam, sirkulasi pejalan kaki, MCK, shelter, WC umum, tempat sampah,
tempat duduk, dan papan informasi masih tergolong rendah.
Fasilitas-fasilitas tersebut kurang terawat, sehingga terlihat kotor dan tidak nyaman,
maka perlu pembersihan yang rutin. Fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa
berpotensi sangat tinggi apabila terdapat perawatan, perencanaan dan
pengembangan agar menarik para pengunjung.
Dikarenakan belum tersedianya data mengenai tingkat kepuasan
pengunjung di TWA Cimanggu, maka peneliti melakukan pra-penelitian
untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan pengunjung di TWA
Cimanggu dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 pengunjung yang
dilakukan pada tanggal 16 November 2011. Dalam pra-penelitian ini,
penentuan skor tertinggi dan terendah dari indikator-indikator variabel
kualitas produk yang diteliti, yaitu dihitung dengan cara skor tertinggi 5 x
30 = 150 sedangkan skor terendah 1 x 30 = 30. Untuk setiap indikator skor
itu digunakan untuk mencari bobot setiap indikator dari variabel dengan
interval nilai skor yang diperoleh dengan cara nilai tertinggi dikurangi
nilai terendah dan kemudian dibagi lima, dan nilai intervalnya adalah 24,
(Sugiyono, 2010:94).
Berikut Tabel 1.7 hasil pra-penelitian mengenai kepuasan pengunjung
17
TABEL 1.7
HASIL PRA-PENELITIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DI TWA CIMANGGU
No. Pertanyaan Skor Skor Ideal Keterangan
1. Mutu Atraksi Wisata 94 150 Cukup Puas
2. Tourist Information
Memberikan Info yang Jelas
91 150 Cukup Puas
3. Fasilitas Umum Memberikan Kenyamanan
75 150 Tidak Puas
4. Pengetahuan SDM 91 150 Cukup Puas
5. Keramahan Sikap Pegawai 92 150 Cukup Puas 6. Kebersihan Tempat Wisata 69 150 Tidak Puas
7. Akses Baik dan Mudah 98 150 Cukup Puas
Sumber: Hasil Pra-Penelitian (2011).
Berdasarkan Tabel 1.7 di atas, menjelaskan bahwa rata-rata
pengunjung sudah merasa cukup puas terhadap kualitas produk wisata di
TWA Cimanggu. Namun, pada aspek fasilitas umum memberikan
kenyamanan dan kebersihan tempat wisata, pengunjung merasa tidak puas
saat mengunjungi Daya Tarik Wisata tersebut. Selain itu, nilai skor masih
di bawah skor ideal 150, oleh karena itu perlu untuk diperbaiki dan
ditingkatkan kembali kualitas produk wisata yang ada, sehingga
pengunjung merasa puas dan menyenangkan ketika berkunjung di TWA
Cimanggu.
TWA Cimanggu telah berusaha untuk meningkatkan Daya Tarik
Wisata yang dimilikinya untuk menarik wisatawan dengan cara
membangun fasilitas wisata tersebut. Terhitung semenjak tahun 2006,
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten mulai mengubah pola
18
terarah pada pengembangan TWA Cimanggu sebagai Daya Tarik Wisata.
Pengelolaan manajemen ini pun dimulai secara bertahap dan masih
berlangsung sampai saat ini, dimulai dari perubahan tim pengelola TWA
Cimanggu, perbaikan fasilitas rekreasi yang ada di TWA Cimanggu secara
bertahap, penambahan outsourcing di bidang karyawan ticketing dan
fasilitas layanan kamar serta pengadaan paket wisata yang diharapkan
dapat menarik wisatawan. (Sumber: pengelola TWA Cimanggu, 2012).
Freddy Rangkuti (2006:30), menyatakan kepuasan pelanggan adalah
respons pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan
sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian.
Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi
pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa.
Kepuasan pelanggan selain dipengaruhi oleh persepsi jasa, juga ditentukan
oleh kualitas produk, harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta
yang bersifat situasi sesaat.
Kualitas produk yang tidak baik, dapat berpengaruh terhadap
kepuasan dari pelanggan dalam penelitian ini disebut pengunjung. Hal ini
dikarenakan faktor penentu dari kepuasan adalah persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa dan kualitas produk, sehingga semakin tinggi tingkat
kualitas yang ditawarkan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang
dihasilkan yang selanjutnya dapat mempengaruhi proses keputusan untuk
19
Poerwanto dalam jurnal ilmiah pariwisata (2004:4), bahwa konsep
kualitas telah menjadi alat utama mencapai sukses organisasi karena saat
ini dunia usaha pariwisata dihadapkan pada wisatawan yang makin
berpengetahuan, demanding dan menghendaki pelayanan prima.
Objek-objek wisata dipilih secara kritis dan selektif dan mengutamakan sisi
kualitas.
Kualitas produk wisata ditentukan oleh sejauh mana komponen objek
tersebut mampu memuaskan pengunjungnya sesuai dengan janji yang
ditawarkan oleh pihak DTW.
Bodlender dalam Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution dan
Janianton Damanik (2005:89), kualitas produk wisata adalah persepsi
terhadap daya tarik wisata serta harapan atas kepuasan-kepuasan yang
akan diperoleh dari atraksi wisata tersebut berakumulasi menjadi kekuatan
yang besar untuk mendorong seseorang untuk menentukan pilihan atas
destinasi wisata yang akan dikunjungi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu mengadakan
suatu penelitian tentang “Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap
Kepuasan Pengunjung”. Survei dilakukan pada pengunjung Kawasan
Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
20
1. Bagaimana gambaran kualitas produk wisata di Kawasan Taman
Wisata Alam Cimanggu.
2. Bagaimana gambaran kepuasan pengunjung di Kawasan Taman
Wisata Alam Cimanggu.
3. Seberapa besar pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan
pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah untuk memperoleh hasil temuan mengenai:
1. Kualitas produk wisata yang ditawarkan di Kawasan Taman Wisata
Alam Cimanggu.
2. Kepuasan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
3. Besarnya pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan
pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dan kegunaan, sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi keilmuan di bidang
manajemen pemasaran pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan
produk wisata. Penelitian ini, fokus kegunaan akademik adalah mengkaji
21
penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para akademisi dalam
mengembangkan teori kepariwisataan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu dalam upaya
meningkatkan kepuasan pengunjung (wisatawan) melalui kualitas produk
63
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh kualitas produk wisata
terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu. Menurut
Sugiyono (2010:38), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”.
Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah
kualitas produk wisata (X). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel
independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent
(terikat). Sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent variable)
adalah kepuasan pengunjung (Y). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel
terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah tanggapan
pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu mengenai
implementasi kualitas produk wisata terhadap kepuasan. Sedangkan yang
menjadi unit analisis (responden) dalam penelitian ini adalah pengunjung
64
penelitian tersebut dianalisa mengenai kualitas produk wisata terhadap
kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.
Penelitian ini dilakukan peneliti dalam jangka waktu kurang dari satu
tahun oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional
method. Menurut Husein Umar (2009:42), “cross sectional method yaitu
metode penelitian dengan cara meneliti suatu fenomena tertentu dalam
satu kurun waktu saja”.
3.2 Metode Penelitian
Metode merupakan cara kerja untuk mencapai suatu tujuan atau
pendekatan yang dilakukan untuk mencapai suatu hal. Menurut Sugiyono
(2010:2), yang dimaksud “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Data yang
diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris yang mempunyai
kriteria tertentu, yaitu valid (derajat ketepatan). Valid menunjukkan derajat
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data
yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Dengan tujuan penelitian dapat
ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu
sehingga pada gilirannya suatu penelitian dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.
3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka jenis penelitian dari
65
Sugiyono (2010:35), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau
lebih variabel (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan
dan atau mencari hubungan variabel satu sama lain. Penelitian deskriptif
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas produk
wisata dan bagaimana kualitas produk wisata tersebut dapat berpengaruh
terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.
Menurut Sugiyono (2010:36), penelitian verifikatif adalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dalam
penelitian ini, penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA
Cimanggu.
Berdasarkan jenis penelitian di atas, yaitu deskriptif dan verifikatif,
maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory
survey. Menurut Keplinger yang dikutip dari buku Sugiyono (2010:75)
adalah:
Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Informasi yang dikumpulkan langsung menggunakan kuesioner
66
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun
oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional method.
Menurut Uma Sekaran (2006:315), “penelitian cross sectional adalah
penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali yang dilakukan selama
periode hari, minggu, atau bulan untuk menjawab pertanyaan penelitian”.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang diukur adalah kualitas produk
wisata sebagai variable independent (X), sedangkan variable dependent
(Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan pengunjung. Pengoperasian
variabel dari kedua variabel yang dijadikan objek pada penelitian ini
menggunakan skala ordinal, yaitu data ordinal yang merupakan data yang
berjenjang atau berbentuk peringkat, tidak hanya menyatakan peringkat
kategori tapi menyatakan peringkat kategori tersebut. Penjelasan
operasionalisasi variabel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1 di
67
TABEL 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS PRODUK WISATA DAN KEPUASAN PENGUNJUNG M. Arif Nasution dan Janianton Damanik,
Tingkat keaslian bentuk dan arsitektur bangunan
Tingkat kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat
Tingkat keasrian alam di DTW pemandian air panas di DTW
Tingkat kebersihan pemandian air panas di DTW
Tingkat keragaman jenis wahana permainan
Tingkat mutu sarana akomodasi di DTW
68
Fasilitas hiburan di DTW
Tingkat fasilitas hiburan di DTW
Tingkat kondisi mushola Ordinal III.C.4
Kenyamanan
Tingkat kondisi kamar bilas
69 akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi,
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keunikan DTW Cimanggu
Ordinal III.A.1.1
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keaslian bentuk dan arsitektur bangunan
Ordinal III.A.2.2
Tingkat perbandingan antara harapan dan keasrian alam di DTW
70
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai fasilitas hiburan di DTW
Ordinal III.C.2.2
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kenyamanan tempat makan
Ordinal III.C.5.5
Tingkat perbandingan antara harapan dan kondisi kamar bilas
Ordinal III.C.7.7
Tingkat perbandingan antara harapan dan
71
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW
Ordinal III.D.3.3
Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW
Ordinal III.D.4.4
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan
tentang data. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder. Menurut Husein Umar (2009:42),
mengemukakan ”Data primer adalah data yang didapat dari sumber
pertama baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau
hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”. Dengan kata
lain data primer diperoleh secara langsung.
Husein Umar (2009:42), mengemukakan ”Data sekunder adalah data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-diagram”. Berikut ini adalah Tabel 3.2 mengenai jenis
72
TABEL 3.2
JENIS DAN SUMBER DATA
No. Data Jenis Data Sumber Data
1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010
Sekunder Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010)
2. Klasifikasi Obyek Wisata yang Dikelola Perum Perhutani Sesuai dengan Status Hutan dan
Fungsinya
Sekunder Jurnal Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat Vol. 1. No. 1. Oktober (2005)
3. Daftar Daya Tarik Wisata Alam Sekunder KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009) 4. Kondisi Sarana dan Prasarana di
Taman Wisata Alam Cimanggu
Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)
5. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Alam Air Panas di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011
Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012) 6. Inventarisasi Fasilitas Atraksi di
Taman Wisata Alam Cimanggu
Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)
7. Hasil Pra-Penelitian Kepuasan Pengunjung di TWA Cimanggu
Sekunder Hasil Pra-Penelitian (2011) 8. Tanggapan Responden Mengenai
Kualitas Produk Wisata
Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu 9. Tanggapan Responden Mengenai
Kepuasan pengunjung
Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.
3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.2.4.1 Populasi
Dalam mengumpulkan dan menganalisis suatu data, menentukan
populasi merupakan langkah yang penting. Populasi merupakan
keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti. Menurut
Sugiyono (2010:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
73
kesimpulannya. Sehingga populasi tidak hanya orang tetapi juga objek dan
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik
atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.
Langkah awal seorang peneliti harus menentukan dengan jelas
mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitian yang disebut dengan
populasi sasaran (target population) yaitu populasi yang nantinya akan
menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah pengunjung (wisatawan) yang melakukan kunjungan ke
Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu yang berjumlah 107.247 orang
pada tahun 2011 berdasarkan hasil dari data kunjunngan wisatawan pada
Tabel 1.5. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten
KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain, 2012).
TABEL 3.3
JUMLAH PENGUNJUNG KAWASAN TWA CIMANGGU TAHUN 2011
Tahun Jumlah
2011 107.247 orang
Rata-rata
Per Bulan 107.247/12 = 8.937 orang
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.
Berdasarkan Tabel 3.3 bahwa yang dijadikan populasi pada penelitian
ini adalah berjumlah 8.937 orang, yang berasal dari jumlah pengunjung
rata-rata per-bulan yang melakukan kunjungan pada tahun 2011 di
74
3.2.4.2 Sampel
Untuk pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang
representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi
mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono
(2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Penarikan sampel ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian. Sampel merupakan perwakilan dari populasi
penelitian. Dengan adanya sampel, maka waktu, tenaga dan biaya yang
dikeluarkan oleh peniliti menjadi lebih efisien.
Ukuran sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2009:78),
yaitu sebagai berikut:
(Husein Umar,2009:78)
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat
75
n = 8.937
1 + 8.937 (0,1)²
n = 8.937
90
n = 99,3 ≈ 100
Berdasarkan penghitungan di atas, maka ukuran sampel (n) minimal
dalam penelitian ini adalah sebanyak 99,3 orang. Agar sampel yang
digunakan representatif dalam penelitian ini, maka sampel yang digunakan
adalah 100 orang (responden), yang merupakan pengunjung (wisatawan)
yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
3.2.4.3 Teknik Sampling
Sugiyono (2010:81), mengemukakan bahwa teknik sampling adalah
teknik pengambilan sampel. Secara skematis teknik sampling dibagi dua
yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Menurut
Sugiyono (2010:82), probability sampling adalah teknik sampling (teknik
pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:84), nonprobability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
systematic random sampling atau teknik pengambilan sampel acak
76
sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis
dengan jarak atau interval tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah
diurutkan.
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile
population), menurut Harun Al Rasyid (1994:44), teknik pengambilan
sampelnya dilakukan sebagai berikut:
1. Menentukan populasi sasaran. Dalam hal ini populasi sasaran adalah
pengunjung yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam
Cimanggu.
2. Menentukan sebuah check point pada objek yang akan diteliti.
3. Menentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling.
Dalam penelitian ini waktu konkrit yang digunakan peneliti adalah
pukul 10.00-13.00 WIB.
4. Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat, terutama pada check
point. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan interval
pemilihan pertama, atau dasar kepadatan pengunjung. Cara penentuan
interval pemilihan pertama dapat menggunakan rumus: I = N/n. Jadi I
= 8.937/100 = 89,37 ≈ 89. Setelah diketahui interval, maka
penyebaran kuesioner dilakukan secara randomisasi (secara acak).
5. Menentukan ukuran kecukupan sampel atau n yaitu sebanyak 100
77
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mencari dan
memperoleh data mengenai variabel-variabel data yang diperlukan, maka
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa:
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2010:137), wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.
Wawancara ini dilakukan kepada pihak marketing Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk
Lain selaku pengelola utama dari Taman Wisata Alam Cimanggu,
untuk memperoleh data profil perusahaan dan TWA Cimanggu, data
jumlah kunjungan dan program-program yang dilakukan pengelola
untuk meningkatkan kualitas produk wisata yang dimiliki sebagai
upaya meningkatkan kunjungan dan kepuasan dari pengunjung.
2. Observasi (check list)
Observasi dilakukan dengan meninjau serta melakukan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti yaitu mengenai kualitas produk
78
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:142). Dalam
penelitian ini kuesioner ditujukan kepada pengunjung yang
berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang
berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah
dan variabel yang diteliti yang terdiri dari kualitas produk wisata dan
kepuasan pengunjung. Studi literatur yang digunakan yaitu buku
mengenai kepuasan pengunjung seperti buku karangan Kotler dan
Keller (2009) dan Fandy Tjiptono (2005,2006,2007,2008), sedangkan
kualitas produk wisata menggunakan jurnal, data base perusahaan dan
website guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas
Di dalam penelitian ini, data mempunyai kedudukan paling tinggi
karena data merupakan gambaran variabel yang diteliti dan fungsinya
sebagai pembentukan hipotesis. Oleh karena itu, benar atau tidaknya data
79
Menurut Sugiyono (2010:102), ”instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati”. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan
reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh
karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum
tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila instrumen
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.
Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid
dan reliable.
Suharsimi Arikunto (2009:145), yang dimaksud dengan validitas
adalah ”Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan
suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai
validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki
validitas yang rendah. Sedangkan Menurut Sugiyono (2010:121),
“instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur”. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat dikatakan valid apabila
terdapat kesamaan antara yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti.
Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yang
menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antara skor yang
80
totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan
semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus
signifikan. Berdasarkan ukuran statistik, bila ternyata skor semua item
yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor
totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai
validitas.
Untuk menguji validitas setiap item pertanyaan dalam penelitian ini
menggunakan korelasi rank spearman, yaitu korelasi data ordinal atau data
berjenjang (data urutan). Jadi variabel yang akan dikorelasikan
berdasarkan perbedaan urutan kedudukan skornya, bukan pada sekor hasil
pengukuran yang sebenarnya. Teknik korelasi spearman ini hanya efektif
digunakan bila subjeknya atau N-nya berjumlah antara 10-30, bila lebih
dari 30 sebaiknya menggunakan teknik analisis korelasi lain. Lambang
korelasi spearman adalah r (dibaca rho), (Hartono, 2008:71).
Rumus Korelasi Rank Spearman tersebut adalah sebagai berikut:
�= 1− 6( D) 2
N(N2− 1) (Hartono, 2008:71)
Keterangan:
� = Koefisien Korelasi Rank Spearman
6&1 = Bilangan Konstan (tidak boleh diubah)
D&B = Beda urutan sekor pada variabel I dengan variabel II
N = Number of men atau jumlah pasangan
Keputusan pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut:
1. Jika rhitung > rtabel, maupun nilai probabilitas statistik < (level of
81
2. Jika rhitung < rtabel, maupun nilai probabilitas statistik > (level of
significant 5% = 0,05) maka instrumen dikatakan tidak valid.
Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan
program SPSS 18 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat
beberapa item instrumen yang tidak valid yang kemudian peneliti
hilangkan, setelah item instrumen yang tidak valid peneliti hilangkan
diperoleh hasil pengujian validitas sebagai berikut:
TABEL 3.4
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN PENGUNJUNG
No Pertanyaan r hitung
tailed Keterangan
A. Mutu DTW
1 Bagaimana pendapat anda tentang
keunikan DTW Cimanggu. 0,756 0,000 0,685 0,000 Valid
2 Bagaimana pendapat anda tentang keaslian
arsitektur dan bentuk bangunan. 0,785 0,000 0,829 0,000 Valid
3
Bagaimana pendapat anda tentang keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan.
0,595 0,001 0,645 0,000 Valid
4 Bagaimana pendapat anda tentang
keamanan di dalam DTW. 0,825 0,000 0,856 0,000 Valid
5
Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir).
0,934 0,000 0,829 0,000 Valid
B. Mutu Atraksi Wisata
1 Bagaimana pendapat anda mengenai
keasrian alam di DTW. 0,592 0,001 0,879 0,000 Valid
2 Bagaimana pendapat anda mengenai
keamanan pemandian air panas di DTW. 0,873 0,000 0,891 0,000 Valid
3 Bagaimana pendapat anda mengenai
kebersihan pemandian air panas di DTW. 0,912 0,000 0,775 0,000 Valid
4
Bagaimana pendapat anda mengenai keragaman jenis wahana permainan di DTW.
0,721 0,000 0,891 0,000 Valid
5 Bagaimana pendapat anda mengenai
keamanan wahana permainan di DTW. 0,678 0,000 0,774 0,000 Valid C. Mutu Sarana Pendukung Wisata
1 Bagaimana pendapat anda mengenai mutu
sarana akomodasi di DTW. 0,598 0,000 0,803 0,000 Valid
2 Bagaimana pendapat anda mengenai
82
kenyamanan toilet.
4 Bagaimana pendapat anda mengenai
kondisi mushola. 0,688 0,000 0,660 0,000 Valid
5 Bagaimana pendapat anda mengenai
kenyamanan tempat makan. 0,648 0,000 0,641 0,000 Valid
6 Bagaimana pendapat anda mengenai
ketersediaan tempat sampah. 0,840 0,000 0,617 0,000 Valid
7 Bagaimana pendapat anda mengenai
kondisi kamar bilas. 0,791 0,000 0,838 0,000 Valid
8 Bagaimana pendapat anda mengenai
ketersediaan tempat duduk. 0,471 0,009 0,617 0,000 Valid D. Mutu Aksesibilitas
1
Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW.
0,672 0,000 0,631 0,000 Valid
2
Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kenyamanan saat perjalanan menuju DTW.
0,529 0,003 0,616 0,000 Valid
3
Bagaimana menurut penilaian anda mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW.
0,537 0,002 0,663 0,000 Valid
4
Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW.
0,489 0,006 0,660 0,000 Valid
Sumber: Pengolahan Data Primer, 2012.
Berdasarkan Tabel 3.4, hasil pengujian validitas instrumen penelitian
menunjukkan bahwa semua item-item pertanyaan dalam kuesioner valid
(22 item) karena nilai probabilitas statistiknya (level of significant) < 0,05,
dengan demikian kedua variabel tersebut valid untuk digunakan dalam
penelitian.
3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2010:268), reliabilitas berkenaan dengan derajat
konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik
(kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti
dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti sama
83
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:247), reliabilitas menunjukkan
suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.
Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh
instrumen tersebut dapat dipercaya.
Pada penelitian ini reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus
alpha atau cronbach’s alpha ( dikarenakan instrumen pertanyaan
kuesioner yang dipakai merupakan rentangan antara beberapa nilai dalam
hal ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Rumus alpha atau
cronbach’s alpha ( , sebagai berikut:
11 =
−1 1− �2
�2 (Husein Umar, 2009:170)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal = varian total
84
Jumlah varian butir tiap pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari
nilai varian tiap butir yang kemudian dijumlahkan seperti berikut ini:
� = 2
� 2
�
(Husein Umar, 2009:170)
Keterangan: n = jumlah sampel
= nilai varian
X= nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)
Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika koefisien internal seluruh item rhitung > rtabel dengan tingkat
signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.
2. Jika koefisien internal seluruh item rhitung < rtabel dengan tingkat
signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.
Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan terhadap
30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk)
n-2 (30-2=28) dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS
(Statistical Product for Service Solution) 18 for windows. Berikut tabel
hasil pengolahan data uji reliabilitas instrumen penelitian:
TABEL 3.5
HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN
PENGUNJUNG
No. Variabel
r hitung (Alpha Cronbach)
r tabel Keterangan
1 Kualitas Produk Wisata
Perceived 0,958 0,70 Reliabel
2 Kualitas Produk Wisata
Expectation 0,971 0,70 Reliabel
85
3.2.7 Rancangan Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengukur,
mengolah dan menganalisis data tersebut. Tujuan pengolahan data adalah
untuk memberikan keterangan yang berguna, serta menguji hipotesis yang
telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, teknik analisis
data diarahkan pada pengujian hipotesis serta jawaban masalah yang
diajukan.
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner ini disusun oleh peneliti berdasarkan variabel yang terdapat
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif analisis data dilakukan
setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam
penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menyusun Data
Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, serta
mengecek kelengkapan data yang diisi oleh responden untuk
mengetahui karakteristik responden.
2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data
yang terkumpul.
3. Tabulasi Data
Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a) Memberikan skor pada setiap item
b)Menjumlahkan skor pada setiap item
86
4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan
angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.
Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna
yang berguna bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah dengan
menggunakan statistik.
Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan analisis, yaitu
analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif digunakan untuk
menganalisis data yang bersifat kualitatif serta digunakan untuk melihat
faktor penyebab. Sedangkan analisis verifikatif dipergunakan untuk
menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan
dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian. Dengan menggunakan
kombinasi metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang
bersifat komprehensif.
3.2.7.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif
Menurut Sugiyono (2010:147-148), mengungkapkan “Analisis
deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi”. Analisis deskriptif ini juga dapat
digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui
87
perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi
tanpa diuji signifikansinya.
Pada penelitian ini, analisis data deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, diantaranya:
1. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum)
mengenai kualitas produk wisata di Kawasan Taman Wisata Alam
Cimanggu yang terdiri dari indikator mutu DTW, indikator mutu
atraksi wisata, indikator mutu sarana pendukung wisata, dan indikator
mutu aksesibilitas.
2. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum)
mengenai kepuasan pengunjung yang terdiri dari ekspektasi dan
persepsi di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.
Menurut Moh. Ali (1985:184), kategori hasil perhitungan digunakan
kriteria penafsiran sebagai berikut:
TABEL 3.6
KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN
No. Kriteria Penafsiran Keterangan
1. 0% Tidak seorangpun
2. 1% - 25% Sebagian kecil
3. 26% - 49% Hampir setengahnya
4. 50% Setengahnya
5. 51% - 75% Sebagian besar
6. 76% - 99% Hampir seluruhnya
7. 100% Seluruhnya
Sumber: Moh. Ali (1985:184).
3.2.7.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif
Regresi linier sederhana adalah teknik analisis data yang digunakan
88
digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). Bila skor variabel bebas diketahui maka skor variabel
terikatnya dapat diprediksi besarnya.
Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah kualitas produk wisata
berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu kepuasan pengunjung yang
terdiri dari ekspektasi (harapan) dan persepsi (kenyataan) di Kawasan
Taman Wisata Alam Cimanggu. Adapun langkah untuk analisis verifikatif
adalah sebagai berikut:
1. MSI (Method of Successive Interval)
Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam
operasionalisasi variabel sebelumnya. Oleh karena itu, semua data ordinal
yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval
dengan cara MSI (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk
melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil
jawaban responden pada setiap pertanyaan.
b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan,
dilakukan perhitungan proporsi (ρ) setiap pilihan jawaban dengan cara
membagi frekuensi dengan jumlah responden.
c. Berdasarkan proporsi tersebut dilakukan perhitungan proporsi
kumulatif untuk setiap pilihan jawaban pertanyaan.
d. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pilihan jawaban