• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG : Survei Dilakukan Pada Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG : Survei Dilakukan Pada Pengunjung Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

170

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Ali Hasan., (2008), Marketing, Yogyakarta: Media Pressindo

, (2009), Marketing Edisi Baru, Yogyakarta: Media Pressindo

Aritonang, R.L., (2005), Kepuasan Pelanggan, Jakarta: Gramedia

Fandy Tjiptono., (2005), Satisfaction and Customer Service, Malang: Bayumedia

, (2006), Manajemen Jasa, Edisi Empat, Yogyakarta: CV Andi Offset

, (2007), Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia

, (2008), Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi

Gamal Suwantoro., (2004), Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta: Andi

Gregorius Chandra., (2005), Strategi dan Program Pemasaran, Yogyakarta: Andi

Hartono., (2008), SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian Edisi Kesatu,

Cetakan Satu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Harun Al Rasyid., (1994), Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Bandung: Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana UNPAD

Husein Umar., (2009), Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi

Kedua, Jakarta: Rajawali Pers

Ismayanti., (2010), Pengantar Pariwisata, Jakarta: Grasindo

Kotler, Philip., dan Kevin Lane Keller., (2009), Marketing Management 13th

edition, New Jersey: Prentice Hall

Kotler, Philip., dan Gary Amstrong., (2008), Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall

(2)

171

Moh. Ali., (1985), Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa

M. Suyanto., (2007), Marketing Strategy Top Brand Indonesia, Yogyakarta: Andi

Nyoman S. Pendit., (2006), Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradnya Paramita

Oka A. Yoeti., (1996), Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung: Angkasa

Rambat, Lupiyoadi dan A. Hamdani., (2011), Manajemen Pemasaran Jasa Edisi

2, Jakarta: Salemba Empat

Rangkuti, Freddy., (2006), Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur

dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan & Analisis Kasus PLN-JP, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ratih Hurriyati., (2008), Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung: CV. Alfabeta

Richardson, I John & Martin Fluker., (2004), Understanding and Managing

Tourism, Australia: Pearson Education Australia

Riduwan dan Akdon., (2010), Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Bandung: Alfabeta

Shimp, Terence A., (2000), Perikalanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi

Pemasaran Terpadu, Jakarta: Erlangga

Smith, Cherie Kim., (2001), Tourism Product Development: A Case Study of

Wildfield Viewing In The Squamish Valley: Thesis

Singgih Santoso., (2005), Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, Jakarta: Elex Media Komputindo

Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto., (2009), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Yogyakarta: Bina Aksara

(3)

172

Triton P.B., (2005), SPSS 13.0 Terapan, Yogyakarta: Andi

Uma Sekaran., (2006), Metodologi Penelitian untuk Bisnis Buku 1 Edisi

Empat, Jakarta: Salemba Empat

Wahid Sulaiman., (2004), Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus

dan Pemecahannya, Yogyakarta: Andi

Zeithaml, Valerie A, Bitner Mary Jo, Gremler Dwaine D., (2013), Service

Marketing “Integrating Customer Focus Across The Firm”. International Edition. Mc Graw Hill

JURNAL:

Deni, Koswara., (2011), Pengaruh Kualitas Produk dan Penetapan Harga

Terhadap Keputusan Pembelian Bisnis (Studi Pemasaran Daging Sapi Pada Supermarket dan Hipermarket di Kota Bandung), Magister

Manajemen Bisnis, Bandung: UPI

Langlang, Jagad., (2010), Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepercayaan

Merek serta Implikasinya pada Loyalitas Merek (Survei Terhadap Pengguna Kamera Canon EDS 5D Mark II), Magister Manajemen

Bisnis, Bandung: UPI

Nandi., (2005), Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat, Vol.1. No.1.

hal 2. Oktober

Paham, Ginting., (2005), Mencermati Misteri Globalisasi: Menata Ulang Strategi

Pemasaran Pariwisata Indonesia dengan Tourism Satisfaction (Toursat) Approach, Medan: USU

Poerwanto., (2004), Kualitas Produk Wisata Terhadap Minat Berkunjung

Kembali Ke Kebun Binatang Surabaya

Samuel Hatane., (2007), Pengaruh Stimulus Media Iklan, Uang Saku, Usia dan

Gender Terhadap Kecenderungan Prilaku Pembelian Implusif ( studi kasus produk wisata), Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra

Surabaya

Saputra, A.Y., & Tauresia, C., (2005), Analisa Pengaruh Tips Terhadap Kualitas

Layanan Concierge di Hotel JW Mariott Surabaya, Unpublished Under

Graduate thesis Universitas Kristen Petra, Surabaya

Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution & Janianto Damanik., (2005), Persepsi

(4)

173

Ugy Soebiyantoro., (2009), Pengaruh Ketersediaan Sarana Prasarana, Sarana

Transportasi Terhadap Kepuasan Wisatawan

DATA BASE:

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun (2008)

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010)

KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009)

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain (2012)

Hasil Pra-Penellitian (2011)

WEBSITE:

www.bbksda-jabar.dephut.go.id

www.unit3.perumperhutani.com

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja,

peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor

produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata

juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan

dan cenderamata, penginapan serta transportasi. (Nyoman S. Pendit,

2006:32). Sedangkan menurut Oka A. Yoeti (1996:118), mendefinisikan

pariwisata sebagai berikut:

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut UU No.10 tahun 2009 mengenai kepariwisataan, pariwisata

adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas

serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

dan pemerintah daerah. Pengembangan kepariwisataan di Indonesia juga

dapat membuka peluang baru untuk pembangunan sarana dan prasarana

kepariwisataan dalam satu wilayah atau Daya Tarik Wisata. Salah satu

Provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang cukup baik

(6)

2

Jawa Barat dikenal sebagai Provinsi yang memiliki kekayaan budaya

dan pariwisata yang banyak dan beraneka ragam jenis, dan beberapa

diantaranya memiliki kualitas dan daya tarik yang tinggi. (Sumber:

Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:9).

Potensi pariwisata Jawa Barat mencakup alam, seni budaya dan minat

khusus, dimana potensi tersebut cukup beragam dan tersebar di

Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Daya tarik wisata di Jawa Barat meliputi:

1. Alam, Gunung dan Kawah, Gua, Pantai, Sungai dan Danau.

2. Peninggalan Sejarah, Seni Budaya, Wisata Konvensi, Museum.

3. Wisata Belanja.

4. Wisata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Daya Tarik Wisata tersebut dapat dijadikan sebagai Industri

Pariwisata untuk mendukung bagi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),

sehingga upaya pemeliharaan, pelestarian, pengembangan dan

pemanfaatan potensi daerah perlu dilakukan secara terpadu oleh

Pemerintah dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat.

Pemerintah Jawa Barat menjadikan Pariwisata sebagai salah satu

sektor yang termasuk dalam Core Business Jawa Barat, hal ini dikarenakan

beberapa alasan, yaitu:

1. Alasan ekonomi, berupa peningkatan pendapatan, penyediaan

lapangan kerja dan lapangan berusaha, penerimaan devisa, peningkatan

pajak dan penerimaan pemerintah, serta penggunaan sektor pariwisata

(7)

3

2. Alasan sosial, berupa menumbuh-kembangkan dan mendorong

pertukaran budaya serta memperkenalkan daerah kepada masyarakat

luar atau asing, mendidik masyarakat untuk mencintai daerahnya

sendiri, dan menyediakan kesempatan berekreasi.

3. Alasan konservasi dan pelestarian, berupa menumbuh-kembangkan

dan mendorong pencapaian konservasi lingkungan dan budaya yang

dikembangkan secara berkelanjutan. (Sumber: Kebudayaan dan

Pariwisata Jawa Barat dalam Angka Tahun 2008:67-68).

Namun demikian, pariwisata di Jawa Barat masih menghadapi

sejumlah permasalahan dalam perkembangannya, sehingga kontribusi

bidang tersebut bagi peningkatan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi

daerah masih belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan

kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat pada tahun

2006-2010 dimana terjadi fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi

pertumbuhan kunjungan wisatawan ke objek wisata di Provinsi Jawa Barat

dapat dilihat pada Tabel 1.1, sebagai berikut:

TABEL 1.1

(8)

4

TAHUN 2006-2010

Tahun

Wisatawan Mancanegara Wisatawan Nusantara Jumlah

Kunjungan Wisatawan (orang)

Pertumbuhan Jumlah

(orang) Pertumbuhan

Jumlah

(orang) Pertumbuhan

2006 227.068 - 23.859.547 - 24.086.615 -

2007 338.959 33,01% 23.782.302 -0,33% 24.121.261 0,14%

2008 330.369 -2,60% 26.287.031 9,53% 26.617.400 9,38%

2009 741.323 55,44% 24.138.855 -8,90% 24.880.178 -6,98%

2010 729.987 -1,55% 25.549.941 5,52% 26.279.928 5,33%

Keterangan: Data Tahun (2010).

Sumber: Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan di

Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dan penurunan dalam hal

jumlah kunjungan. Tahun 2008, terjadi peningkatan pertumbuhan

kunjungan wisatawan sebesar 9,38% disebabkan pada tahun 2008 Provinsi

Jawa Barat mengadakan program tahun kunjungan Visit West Java 2008.

Tahun 2009, terjadi penurunan sebesar 6,98% disebabkan oleh berbagai

bencana alam dan cuaca buruk serta krisis ekonomi di Indonesia,

khususnya Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tahun 2010, Provinsi Jawa

Barat berhasil meningkatkan pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan

meningkatkan potensi-potensi pariwisatanya sehingga mencapai

pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 5,33% dengan jumlah

wisatawan sebanyak 26.279.928 orang.

Pertumbuhan kunjungan wisatawan di Provinsi Jawa Barat tidak lepas

dari semakin berkembangnya wisata alam, wisata budaya, wisata minat

khusus serta wisata belanja maupun kuliner yang ada di Provinsi Jawa

Barat. Wisata alam merupakan salah satu potensi Provinsi Jawa Barat di

(9)

5

dikenal dengan alamnya yang indah serta kesuburan tanahnya yang

menjadi salah satu Daya Tarik Wisata di Provinsi Jawa Barat. Potensi

hutan negara di Provinsi Jawa Barat saat ini mencapai sekitar satu juta

hektar atau 22% luas wilayah sendiri dan hal inilah yang mendorong

semakin berkembangnya wisata alam di Provinsi Jawa Barat. (Sumber:

Nandi, memaksimalkan potensi alam di Jawa Barat, Vol 1, No 1, Oktober

2005:2).

Jawa Barat, dengan luas lahan hutan sekitar satu juta hektar sesuai

peraturan perundangan yang berlaku, terbagi atas: hutan lindung; hutan

produksi; hutan suaka alam; hutan wisata; taman nasional; dan taman

hutan raya. Lahan tersebut selama ini dimanfaatkan potensinya sebagai

wisata alam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 Tahun 1986,

seluruh pengelolaan dan pemilihan lahan tersebut dikuasakan kepada

Perum Perhutani Unit III. Wilayah kerja Perum Perhutani Unit III meliputi

seluruh hutan negara yang terdapat di dalam daerah Tk. I Jawa Barat,

kecuali hutan suaka alam, hutan wisata dan taman nasional. Berikut ini

merupakan klasifikasi yang dikelola oleh perum perhutani sesuai dengan

status hutan dan fungsinya:

(10)

6

L 1.2

KLASIFIKASI OBYEK WISATA YANG DIKELOLA PERUM PERHUTANI SESUAI DENGAN STATUS

HUTAN DAN FUNGSINYA

KLASIFIKASI STATUS DAN FUNGSI

Wana Wisata Objek wisata alam yang lokasinya berada di

dalam hutan lindung dan atau hutan produksi

Taman Wisata Alam Objek wisata alam yang lokasi/statusnya

termasuk hutan wisata atau taman nasional dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani

Taman Hutan Raya Objek wisata alam yang lokasi/statusnya

memang ditetapkan sebagai taman hutan raya dan pengusahaannya diserahkan secara khusus kepada Perum Perhutani

Taman Buru Hutan wisata yang didalamnya terdapat satwa

yang memungkinkan diselenggarakan perburuan yang teratur bagi keperluan rekreasi

Sumber: Jurnal memaksimalkan potensi Wisata alam di Jawa Barat vol. 1. No. 1. Oktober (2005).

Program restrukturisasi organisasi perusahaan yang dilakukan oleh

Direksi Perum Perhutani memberikan ruang dan peluang bagi

pengembangan usaha di bidang pariwisata. Berdasarkan ketetapan Direksi

No. 554/Kpts/Dir/2005 tanggal Nop 2005, pengelolaan wisata Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten terhitung mulai 2 Januari 2006

dilaksanakan oleh Kesatuan Bisnis Mandiri Wisata, Benih dan Usaha

Lain. Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten memiliki 69 objek wisata

sebagai sebuah fenomena alam, dengan segala pesona kecantikan dan daya

tarik keunikannya, tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten.

Kabupaten Bandung adalah salah satu kawasan wisata alam di Jawa

Barat yang memiliki beragam jenis dan daya tarik wisata alam yang

banyak diminati wisatawan. Adapun jenis objek wisata alam yang

(11)

7

Putih, Air Panas Ciwalini, Taman Wisata Alam Cimanggu, Wana Wisata

Gunung Puntang, Air Panas Cibolang dan Kawah Kamojang.

Sedangkan Market Share dari Daya Tarik Wisata yang meliputi Wana

Wisata dan Kawasan Alam yang ada di Kawasan Kabupaten Bandung

dapat dijelaskan dalam Tabel 1.3 di bawah ini:

TABEL 1.3

DAFTAR DAYA TARIK WISATA ALAM

NO JENIS LOKASI MARKET

SHARE

1. Wana Wisata Kawah Putih 34%

2. Taman Wisata Alam Cimanggu 20%

3. Wana Wisata Ranca Upas 8%

4. Taman Wisata Alam Situ Patenggang 20%

5. Pemandian Air Panas Ciwalini 18%

Sumber: KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009).

Wisata alam adalah bentuk rekreasi dan pariwisata yang

memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya baik dalam

bentuk asli maupun setelah adanya perpaduan dengan daya cipta manusia.

Pada objek wisata alam ini pengunjung dapat menikmati keindahan alam

yang belum tercemar karena polusi, terhindar dari kesibukan kota dan

kebisingan lalu lintas. Akibatnya tempat-tempat rekreasi di alam terbuka

yang sifatnya masih alami dan dapat memberikan kenyamanan semakin

banyak dikunjungi oleh orang (wisatawan).

TWA Cimanggu merupakan satu-satunya Taman Wisata Alam yang

berada di Ciwidey, dengan luas wilayah 154 ha. Lokasi ini berada pada

ketinggian 1.225-1.350 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata

berkisar antara 12-23º Celcius. Taman Wisata Alam (TWA) Cimanggu

(12)

8

panas, namun demikian kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi

yang dititikberatkan pada kegiatan wisata alam dengan sifat mass tourism.

Selain itu pula yang menjadikan daya tarik TWA Cimanggu yaitu hutan

alam dan hutan Rasamala yang sudah sangat jarang ditemukan. Pesona

alam yang indah serta suasana lingkungan yang menyenangkan, yang

didukung dengan pemandian air panas dapat dijadikan pilihan wisata

alternatif di Kabupaten Bandung, khususnya ke daerah Ciwidey. Untuk

menarik minat para wisatawan tetap perlu diupayakan pembangunan dan

pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan tidak menghilangkan

sisi alamiahnya.

Objek wisata alam yang terdapat didalam kawasan TWA Cimanggu,

diantaranya adalah:

1. Sumber Air Panas: terdapat sumber air panas yang dapat dijadikan

sebagai daya tarik tersendiri bagi kegiatan wisata. Sumber air panas di

taman ini terdapat dilokasi, yaitu: sumber Air Panas Cimanggu, Ranca

Upas dan Gunung Tuduh. Mandi air panas dapat dilakukan di

Pemandian Air Panas Cimanggu dan untuk berobat di Ranca Upas.

Konon menurut cerita sumber air panas tersebut bersumber dari

Gunung Sepuh (Gunung Patuha) yang jauh letaknya.

2. Makam Keramat: makam keramat sangiang buruan sampai saat ini

banyak dikunjungi orang-orang dari daerah lain di pulau Jawa baik

para muda-mudi maupun orang tua dengan maksud untuk berziarah. Di

(13)

9

makam keramat Eyang Jaga Reksa, makam Eyang Jambrong, makam

Eyang Dalem Kusuma, makam Eyang Raden Sakembaran, makam

Eyang Sanga Waringin, makam Eyang Giling Pangancing dan makam

Eyang Isteri.

3. Berkemah: dapat dilaksanakan di Bumi Perkemahan Ranca upas.

Disamping berkemah pengunjung dapat pula mandi air panas di dalam

lokasi perkemahan yaitu di kolam Gunung Tunduh (kolam alami).

Obyek wisata pemandian air panas Cimanggu resmi dibuka untuk

umum sejak tahun 1987. Daya Tarik Wisata ini menyediakan berbagai

fasilitas untuk para pengunjung. Ada kolam pemandian terbuka, kamar

pemandian tertutup, arena bermain anak-anak, mushola, juga cottage, yang

cocok dijadikan tempat peristirahatan setelah lelah melakukan perjalanan

dari Kawah Putih.

Konon, Pemandian Air Panas Cimanggu ini berkhasiat

menyembuhkan penyakit rematik, karena kandungan yodiumnya. Berbeda

dengan pemandian air panas lain disekitar Ranca Upas yang mengandung

belerang dan berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit kulit. Terbukti

dari banyaknya pengunjung yang sengaja datang dari kota hanya untuk

berendam di kolam atau kamar yang disediakan.

Perkembangan pariwisata sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana

dan prasarana yang ada, karena wisatawan tidak hanya menikmati

(14)

10

diberikan di kawasan wisata. Berikut adalah Tabel 1.4 mengenai kondisi

sarana dan prasarana di Taman Wisata Alam Cimanggu:

TABEL 1.4

KONDISI SARANA DAN PRASARANA DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU

Jenis Sarana

Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi

(15)

11

Lanjutan Tabel 1.4 Jenis Sarana

Prasarana Jumlah Kapasitas Kondisi

Intensitas Kios/Resto 22 Unit:

- 1 café

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).

Sumber air panas yang terdapat di TWA Cimanggu merupakan

sumber air panas alami yang saat ini telah menjadi daya tarik utama para

pengunjung. Air panas yang alami dikhasiatkan dapat menyembuhkan

penyakit, khususnya penyakit kulit. Wisatawan yang datang terdiri dari

berbagai kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa. Kawasan TWA

Cimanggu juga terdapat cottage yang disediakan apabila pengunjung ingin

bermalam. Terdapat 11 unit cottage yang terdiri dari berbagai disain. Saat

(16)

12

Salah satu fasilitas penunjang kegiatan rekreasi air di kawasan ini

adalah kamar rendam. Saat ini kamar rendam sering digunakan untuk

kegiatan yang negatif karena sifatnya yang tertutup serta tidak adanya

pengawasan dari pihak pengelola. Walaupun secara fisik kondisi kamar

rendam ini sangat tidak memadai dan kotor. Selain itu dengan dibukanya

kawasan wisata ini hingga malam hari membuat aspek negatif menjadi

muncul di kawasan rendam. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa

Barat dan Banten (2009).

Bangunan dan fasilitas penunjang di kawasan ini cukup bervariasi,

tetapi pengelolaannya masih kurang baik dan kondisinya sebagian kurang

memadai, adapun ruangan yang tidak jelas fungsinya yang terkesan

dibiarkan begitu saja tanpa ada pembenahan. Fasilitas tersebut perlu

pengelolaan serta pengembangan lebih lanjut. Arena bermain bagi

anak-anak maupun dewasa di kawasan ini pun tersedia, dari flying fox, ATV,

resto, play ground, shooting area, dan lain-lain. Permainan tersebut sudah

cukup menarik dan sesuai dengan keadaan alamnya yang asri dan penuh

dengan pohon-pohon, namun untuk trek ATV seharusnya di buat lebih

menarik dan mengasah keberanian. Area play ground di kawasan objek

wisata tersebut perlu pembenahan kembali karena banyak yang rusak dan

tidak terawat, sehingga diperlukan pengembangan sarana rekreasi.

Berdasarkan kondisi yang terlihat sekarang ini, secara tidak langsung

(17)

13

akhirnya akan berdampak terhadap kepuasan dari wisatawan yang

berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu ini.

Berikut Tabel 1.5 mengenai data kunjungan wisatawan ke objek

wisata alam air panas di Kabupaten Bandung:

TABEL 1.5

DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK WISATA ALAM AIR PANAS DI KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2007-2011

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012).

Berdasarkan data Tabel 1.5 menunjukkan bahwa pada tahun 2010

terjadi penurunan kunjungan sebesar 26,90% dari tahun sebelumnya, dan

pada tahun 2011 juga terjadi penurunan kunjungan sebesar 8,38% dari

tahun sebelumnya, dengan demikian Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu mengalami penurunan dalam hal frekuensi kunjungan

wisatawan dari tahun 2010-2011. Bila dibandingkan dengan tingkat

kunjungan dari Objek Wisata Ciwalini, TWA Cimanggu memiliki jumlah

kunjungan wisatawan yang lebih rendah. Sedangkan bila dibandingkan

dengan Objek Wisata Cibolang, TWA Cimanggu berada di posisi kedua

dengan jumlah kunjungan wisatawan yang lebih tinggi.

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan di TWA Cimanggu diakui

pihak pengelola, disebabkan oleh pengelolaan awal TWA Cimanggu yang

(18)

14

pengembangan pariwisata. Hal ini turut berdampak pada tingkat

kunjungan TWA Cimanggu yang masih berada dibawah pesaingnya, yaitu

Pemandian Air Panas Ciwalini. Tingkat kunjungan wisatawan ke

Pemandian Air Panas Ciwalini lebih tinggi dibandingkan dengan TWA

Cimanggu. Hal ini disebabkan Pemandian Air Panas Ciwalini memiliki

fasilitas yang lebih lengkap daripada TWA Cimanggu. Perkebunan teh

yang berada disekitar Pemandian Air Panas Ciwalini turut menambah nilai

plus objek wisata ini. Tidak hanya itu, telah terarahnya pengelolaan

Ciwalini pada kepentingan pariwisata turut menambah daya tarik Ciwalini.

Berbanding terbalik dengan Pemandian Air Panas Ciwalini,

pengelolaan TWA Cimanggu dilaksanakan sepenuhnya oleh Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten dan masih terpusat pada

pengembangan hasil hutan saja. Pengelolaan yang bersifat konvensional

menyebabkan belum tertatanya manajemen yang baik mengenai

pengelolaan TWA Cimanggu sebagai salah satu daya tarik wisata.

Pelayanan kepada wisatawan kurang begitu diperhatikan, promosi pun

jarang sekali diterapkan, begitu pula dengan perbaikan dan pengembangan

produk wisata pun jarang sekali dilaksanakan.

Berikut dapat dilihat pada Tabel 1.6 mengenai inventarisasi fasilitas

(19)

15

TABEL 1.6

INVENTARISASI FASILITAS ATRAKSI DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU

No. Fasilitas Rating Total Keterangan

Kode Rating 8 Sirkulasi kendaraan

Internal 3 3 2 4 12

Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009).

Keterangan Rating:

5 – 10 = Kondisi buruk 11 – 15 = Kondisi sedang 16 – 20 = Kondisi baik

21 – 25 = Kondisi sangat baik

Fasilitas yang terdapat di TWA Cimanggu ini tidak ada yang memiliki

kondisi yang baik. Hampir keseluruhannya berada pada kondisi yang

sedang dan buruk. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan dan

pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana yang telah ada.

Fasilitas atraksi di Taman Wisata Alam Cimanggu memiliki potensi

sedang, diantaranya: cottage, lahan parkir, outbond area, sirkulasi

(20)

16

cottage seharusnya disesuaikan dengan kondisi alamnya, sehingga dapat

berfungsi dengan baik. Sedangkan foodcourt, shooting area, kamar

rendam, sirkulasi pejalan kaki, MCK, shelter, WC umum, tempat sampah,

tempat duduk, dan papan informasi masih tergolong rendah.

Fasilitas-fasilitas tersebut kurang terawat, sehingga terlihat kotor dan tidak nyaman,

maka perlu pembersihan yang rutin. Fasilitas-fasilitas tersebut juga bisa

berpotensi sangat tinggi apabila terdapat perawatan, perencanaan dan

pengembangan agar menarik para pengunjung.

Dikarenakan belum tersedianya data mengenai tingkat kepuasan

pengunjung di TWA Cimanggu, maka peneliti melakukan pra-penelitian

untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan pengunjung di TWA

Cimanggu dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 pengunjung yang

dilakukan pada tanggal 16 November 2011. Dalam pra-penelitian ini,

penentuan skor tertinggi dan terendah dari indikator-indikator variabel

kualitas produk yang diteliti, yaitu dihitung dengan cara skor tertinggi 5 x

30 = 150 sedangkan skor terendah 1 x 30 = 30. Untuk setiap indikator skor

itu digunakan untuk mencari bobot setiap indikator dari variabel dengan

interval nilai skor yang diperoleh dengan cara nilai tertinggi dikurangi

nilai terendah dan kemudian dibagi lima, dan nilai intervalnya adalah 24,

(Sugiyono, 2010:94).

Berikut Tabel 1.7 hasil pra-penelitian mengenai kepuasan pengunjung

(21)

17

TABEL 1.7

HASIL PRA-PENELITIAN KEPUASAN PENGUNJUNG DI TWA CIMANGGU

No. Pertanyaan Skor Skor Ideal Keterangan

1. Mutu Atraksi Wisata 94 150 Cukup Puas

2. Tourist Information

Memberikan Info yang Jelas

91 150 Cukup Puas

3. Fasilitas Umum Memberikan Kenyamanan

75 150 Tidak Puas

4. Pengetahuan SDM 91 150 Cukup Puas

5. Keramahan Sikap Pegawai 92 150 Cukup Puas 6. Kebersihan Tempat Wisata 69 150 Tidak Puas

7. Akses Baik dan Mudah 98 150 Cukup Puas

Sumber: Hasil Pra-Penelitian (2011).

Berdasarkan Tabel 1.7 di atas, menjelaskan bahwa rata-rata

pengunjung sudah merasa cukup puas terhadap kualitas produk wisata di

TWA Cimanggu. Namun, pada aspek fasilitas umum memberikan

kenyamanan dan kebersihan tempat wisata, pengunjung merasa tidak puas

saat mengunjungi Daya Tarik Wisata tersebut. Selain itu, nilai skor masih

di bawah skor ideal 150, oleh karena itu perlu untuk diperbaiki dan

ditingkatkan kembali kualitas produk wisata yang ada, sehingga

pengunjung merasa puas dan menyenangkan ketika berkunjung di TWA

Cimanggu.

TWA Cimanggu telah berusaha untuk meningkatkan Daya Tarik

Wisata yang dimilikinya untuk menarik wisatawan dengan cara

membangun fasilitas wisata tersebut. Terhitung semenjak tahun 2006,

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten mulai mengubah pola

(22)

18

terarah pada pengembangan TWA Cimanggu sebagai Daya Tarik Wisata.

Pengelolaan manajemen ini pun dimulai secara bertahap dan masih

berlangsung sampai saat ini, dimulai dari perubahan tim pengelola TWA

Cimanggu, perbaikan fasilitas rekreasi yang ada di TWA Cimanggu secara

bertahap, penambahan outsourcing di bidang karyawan ticketing dan

fasilitas layanan kamar serta pengadaan paket wisata yang diharapkan

dapat menarik wisatawan. (Sumber: pengelola TWA Cimanggu, 2012).

Freddy Rangkuti (2006:30), menyatakan kepuasan pelanggan adalah

respons pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan

sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian.

Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi

pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa.

Kepuasan pelanggan selain dipengaruhi oleh persepsi jasa, juga ditentukan

oleh kualitas produk, harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta

yang bersifat situasi sesaat.

Kualitas produk yang tidak baik, dapat berpengaruh terhadap

kepuasan dari pelanggan dalam penelitian ini disebut pengunjung. Hal ini

dikarenakan faktor penentu dari kepuasan adalah persepsi pelanggan

terhadap kualitas jasa dan kualitas produk, sehingga semakin tinggi tingkat

kualitas yang ditawarkan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang

dihasilkan yang selanjutnya dapat mempengaruhi proses keputusan untuk

(23)

19

Poerwanto dalam jurnal ilmiah pariwisata (2004:4), bahwa konsep

kualitas telah menjadi alat utama mencapai sukses organisasi karena saat

ini dunia usaha pariwisata dihadapkan pada wisatawan yang makin

berpengetahuan, demanding dan menghendaki pelayanan prima.

Objek-objek wisata dipilih secara kritis dan selektif dan mengutamakan sisi

kualitas.

Kualitas produk wisata ditentukan oleh sejauh mana komponen objek

tersebut mampu memuaskan pengunjungnya sesuai dengan janji yang

ditawarkan oleh pihak DTW.

Bodlender dalam Solahuddin Nasution, M. Arif Nasution dan

Janianton Damanik (2005:89), kualitas produk wisata adalah persepsi

terhadap daya tarik wisata serta harapan atas kepuasan-kepuasan yang

akan diperoleh dari atraksi wisata tersebut berakumulasi menjadi kekuatan

yang besar untuk mendorong seseorang untuk menentukan pilihan atas

destinasi wisata yang akan dikunjungi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis perlu mengadakan

suatu penelitian tentang “Pengaruh Kualitas Produk Wisata Terhadap

Kepuasan Pengunjung”. Survei dilakukan pada pengunjung Kawasan

Taman Wisata Alam Cimanggu di Kabupaten Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

(24)

20

1. Bagaimana gambaran kualitas produk wisata di Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu.

2. Bagaimana gambaran kepuasan pengunjung di Kawasan Taman

Wisata Alam Cimanggu.

3. Seberapa besar pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan

pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah untuk memperoleh hasil temuan mengenai:

1. Kualitas produk wisata yang ditawarkan di Kawasan Taman Wisata

Alam Cimanggu.

2. Kepuasan pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

3. Besarnya pengaruh kualitas produk wisata terhadap kepuasan

pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat dan kegunaan, sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi keilmuan di bidang

manajemen pemasaran pariwisata, khususnya yang berkaitan dengan

produk wisata. Penelitian ini, fokus kegunaan akademik adalah mengkaji

(25)

21

penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para akademisi dalam

mengembangkan teori kepariwisataan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu dalam upaya

meningkatkan kepuasan pengunjung (wisatawan) melalui kualitas produk

(26)

63

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh kualitas produk wisata

terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu. Menurut

Sugiyono (2010:38), “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Adapun yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah

kualitas produk wisata (X). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel

independent atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent

(terikat). Sedangkan yang menjadi variabel terikat (dependent variable)

adalah kepuasan pengunjung (Y). Menurut Sugiyono (2010:39), variabel

terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah tanggapan

pengunjung di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu mengenai

implementasi kualitas produk wisata terhadap kepuasan. Sedangkan yang

menjadi unit analisis (responden) dalam penelitian ini adalah pengunjung

(27)

64

penelitian tersebut dianalisa mengenai kualitas produk wisata terhadap

kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.

Penelitian ini dilakukan peneliti dalam jangka waktu kurang dari satu

tahun oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional

method. Menurut Husein Umar (2009:42), cross sectional method yaitu

metode penelitian dengan cara meneliti suatu fenomena tertentu dalam

satu kurun waktu saja”.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja untuk mencapai suatu tujuan atau

pendekatan yang dilakukan untuk mencapai suatu hal. Menurut Sugiyono

(2010:2), yang dimaksud “metode penelitian adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Data yang

diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris yang mempunyai

kriteria tertentu, yaitu valid (derajat ketepatan). Valid menunjukkan derajat

ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data

yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Dengan tujuan penelitian dapat

ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu

sehingga pada gilirannya suatu penelitian dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka jenis penelitian dari

(28)

65

Sugiyono (2010:35), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan

untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik satu variabel atau

lebih variabel (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan

dan atau mencari hubungan variabel satu sama lain. Penelitian deskriptif

ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kualitas produk

wisata dan bagaimana kualitas produk wisata tersebut dapat berpengaruh

terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA Cimanggu.

Menurut Sugiyono (2010:36), penelitian verifikatif adalah penelitian

yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau

lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dalam

penelitian ini, penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh

kualitas produk wisata terhadap kepuasan pengunjung di Kawasan TWA

Cimanggu.

Berdasarkan jenis penelitian di atas, yaitu deskriptif dan verifikatif,

maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory

survey. Menurut Keplinger yang dikutip dari buku Sugiyono (2010:75)

adalah:

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.

Informasi yang dikumpulkan langsung menggunakan kuesioner

(29)

66

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun

oleh karena itu, metode yang digunakan adalah cross sectional method.

Menurut Uma Sekaran (2006:315), “penelitian cross sectional adalah

penelitian dimana data dikumpulkan hanya sekali yang dilakukan selama

periode hari, minggu, atau bulan untuk menjawab pertanyaan penelitian”.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini, variabel yang diukur adalah kualitas produk

wisata sebagai variable independent (X), sedangkan variable dependent

(Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan pengunjung. Pengoperasian

variabel dari kedua variabel yang dijadikan objek pada penelitian ini

menggunakan skala ordinal, yaitu data ordinal yang merupakan data yang

berjenjang atau berbentuk peringkat, tidak hanya menyatakan peringkat

kategori tapi menyatakan peringkat kategori tersebut. Penjelasan

operasionalisasi variabel secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1 di

(30)

67

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS PRODUK WISATA DAN KEPUASAN PENGUNJUNG M. Arif Nasution dan Janianton Damanik,

 Tingkat keaslian bentuk dan arsitektur bangunan

 Tingkat kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat

 Tingkat keasrian alam di DTW pemandian air panas di DTW

 Tingkat kebersihan pemandian air panas di DTW

 Tingkat keragaman jenis wahana permainan

 Tingkat mutu sarana akomodasi di DTW

(31)

68

Fasilitas hiburan di DTW

 Tingkat fasilitas hiburan di DTW

 Tingkat kondisi mushola Ordinal III.C.4

Kenyamanan

 Tingkat kondisi kamar bilas

(32)

69 akan puas. Jika kinerja melebihi ekspektasi,

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keunikan DTW Cimanggu

Ordinal III.A.1.1

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai keaslian bentuk dan arsitektur bangunan

Ordinal III.A.2.2

 Tingkat perbandingan antara harapan dan keasrian alam di DTW

(33)

70

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai fasilitas hiburan di DTW

Ordinal III.C.2.2

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kenyamanan tempat makan

Ordinal III.C.5.5

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kondisi kamar bilas

Ordinal III.C.7.7

 Tingkat perbandingan antara harapan dan

(34)

71

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW

Ordinal III.D.3.3

 Tingkat perbandingan antara harapan dan kenyataan mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW

Ordinal III.D.4.4

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan

tentang data. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder. Menurut Husein Umar (2009:42),

mengemukakan ”Data primer adalah data yang didapat dari sumber

pertama baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau

hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti”. Dengan kata

lain data primer diperoleh secara langsung.

Husein Umar (2009:42), mengemukakan ”Data sekunder adalah data

primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk

tabel-tabel atau diagram-diagram”. Berikut ini adalah Tabel 3.2 mengenai jenis

(35)

72

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Data Jenis Data Sumber Data

1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2010

Sekunder Disbudpar Kab/Kota di Provinsi Jawa Barat (2010)

2. Klasifikasi Obyek Wisata yang Dikelola Perum Perhutani Sesuai dengan Status Hutan dan

Fungsinya

Sekunder Jurnal Memaksimalkan Potensi Wisata Alam di Jawa Barat Vol. 1. No. 1. Oktober (2005)

3. Daftar Daya Tarik Wisata Alam Sekunder KBM WBU Perum Perhutani Unit III Jabar dan Banten (2009) 4. Kondisi Sarana dan Prasarana di

Taman Wisata Alam Cimanggu

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

5. Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Alam Air Panas di Kabupaten Bandung Tahun 2007-2011

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain Tahun (2012) 6. Inventarisasi Fasilitas Atraksi di

Taman Wisata Alam Cimanggu

Sekunder Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten (2009)

7. Hasil Pra-Penelitian Kepuasan Pengunjung di TWA Cimanggu

Sekunder Hasil Pra-Penelitian (2011) 8. Tanggapan Responden Mengenai

Kualitas Produk Wisata

Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu 9. Tanggapan Responden Mengenai

Kepuasan pengunjung

Primer Wisatawan Umum di Kawasan TWA Cimanggu

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.2.4.1 Populasi

Dalam mengumpulkan dan menganalisis suatu data, menentukan

populasi merupakan langkah yang penting. Populasi merupakan

keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang diteliti. Menurut

Sugiyono (2010:80), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

(36)

73

kesimpulannya. Sehingga populasi tidak hanya orang tetapi juga objek dan

benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik

atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Langkah awal seorang peneliti harus menentukan dengan jelas

mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitian yang disebut dengan

populasi sasaran (target population) yaitu populasi yang nantinya akan

menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Populasi dalam penelitian ini

adalah jumlah pengunjung (wisatawan) yang melakukan kunjungan ke

Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu yang berjumlah 107.247 orang

pada tahun 2011 berdasarkan hasil dari data kunjunngan wisatawan pada

Tabel 1.5. (Sumber: Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

KBM Jasa Lingkungan dan Produk Lain, 2012).

TABEL 3.3

JUMLAH PENGUNJUNG KAWASAN TWA CIMANGGU TAHUN 2011

Tahun Jumlah

2011 107.247 orang

Rata-rata

Per Bulan 107.247/12 = 8.937 orang

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.3 bahwa yang dijadikan populasi pada penelitian

ini adalah berjumlah 8.937 orang, yang berasal dari jumlah pengunjung

rata-rata per-bulan yang melakukan kunjungan pada tahun 2011 di

(37)

74

3.2.4.2 Sampel

Untuk pengambilan sampel dari populasi agar diperoleh sampel yang

representatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi

mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono

(2010:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Penarikan sampel ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian. Sampel merupakan perwakilan dari populasi

penelitian. Dengan adanya sampel, maka waktu, tenaga dan biaya yang

dikeluarkan oleh peniliti menjadi lebih efisien.

Ukuran sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2009:78),

yaitu sebagai berikut:

(Husein Umar,2009:78)

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat

(38)

75

n = 8.937

1 + 8.937 (0,1)²

n = 8.937

90

n = 99,3 ≈ 100

Berdasarkan penghitungan di atas, maka ukuran sampel (n) minimal

dalam penelitian ini adalah sebanyak 99,3 orang. Agar sampel yang

digunakan representatif dalam penelitian ini, maka sampel yang digunakan

adalah 100 orang (responden), yang merupakan pengunjung (wisatawan)

yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

3.2.4.3 Teknik Sampling

Sugiyono (2010:81), mengemukakan bahwa teknik sampling adalah

teknik pengambilan sampel. Secara skematis teknik sampling dibagi dua

yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Menurut

Sugiyono (2010:82), probability sampling adalah teknik sampling (teknik

pengambilan sampel) yang memberikan peluang yang sama bagi setiap

unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Sedangkan menurut Sugiyono (2010:84), nonprobability sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

systematic random sampling atau teknik pengambilan sampel acak

(39)

76

sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis

dengan jarak atau interval tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah

diurutkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah populasi bergerak (mobile

population), menurut Harun Al Rasyid (1994:44), teknik pengambilan

sampelnya dilakukan sebagai berikut:

1. Menentukan populasi sasaran. Dalam hal ini populasi sasaran adalah

pengunjung yang berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu.

2. Menentukan sebuah check point pada objek yang akan diteliti.

3. Menentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling.

Dalam penelitian ini waktu konkrit yang digunakan peneliti adalah

pukul 10.00-13.00 WIB.

4. Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat, terutama pada check

point. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan interval

pemilihan pertama, atau dasar kepadatan pengunjung. Cara penentuan

interval pemilihan pertama dapat menggunakan rumus: I = N/n. Jadi I

= 8.937/100 = 89,37 ≈ 89. Setelah diketahui interval, maka

penyebaran kuesioner dilakukan secara randomisasi (secara acak).

5. Menentukan ukuran kecukupan sampel atau n yaitu sebanyak 100

(40)

77

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mencari dan

memperoleh data mengenai variabel-variabel data yang diperlukan, maka

teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa:

1. Wawancara

Menurut Sugiyono (2010:137), wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil.

Wawancara ini dilakukan kepada pihak marketing Perum Perhutani

Unit III Jawa Barat dan Banten KBM Jasa Lingkungan dan Produk

Lain selaku pengelola utama dari Taman Wisata Alam Cimanggu,

untuk memperoleh data profil perusahaan dan TWA Cimanggu, data

jumlah kunjungan dan program-program yang dilakukan pengelola

untuk meningkatkan kualitas produk wisata yang dimiliki sebagai

upaya meningkatkan kunjungan dan kepuasan dari pengunjung.

2. Observasi (check list)

Observasi dilakukan dengan meninjau serta melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang diteliti yaitu mengenai kualitas produk

(41)

78

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010:142). Dalam

penelitian ini kuesioner ditujukan kepada pengunjung yang

berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

4. Studi Literatur

Studi literatur merupakan usaha pengumpulan informasi yang

berhubungan dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah

dan variabel yang diteliti yang terdiri dari kualitas produk wisata dan

kepuasan pengunjung. Studi literatur yang digunakan yaitu buku

mengenai kepuasan pengunjung seperti buku karangan Kotler dan

Keller (2009) dan Fandy Tjiptono (2005,2006,2007,2008), sedangkan

kualitas produk wisata menggunakan jurnal, data base perusahaan dan

website guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan masalah

penelitian.

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas

Di dalam penelitian ini, data mempunyai kedudukan paling tinggi

karena data merupakan gambaran variabel yang diteliti dan fungsinya

sebagai pembentukan hipotesis. Oleh karena itu, benar atau tidaknya data

(42)

79

Menurut Sugiyono (2010:102), ”instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang

diamati”. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan

reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan

ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh

karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum

tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliable, apabila instrumen

tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid

dan reliable.

Suharsimi Arikunto (2009:145), yang dimaksud dengan validitas

adalah ”Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan

suatu instrumen”. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai

validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki

validitas yang rendah. Sedangkan Menurut Sugiyono (2010:121),

“instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur”. Berdasarkan pendapat para ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat dikatakan valid apabila

terdapat kesamaan antara yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti.

Tipe validitas yang digunakan adalah validitas konstruk yang

menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antara skor yang

(43)

80

totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang diperoleh dari penjumlahan

semua skor item. Korelasi antara skor item dengan skor totalnya harus

signifikan. Berdasarkan ukuran statistik, bila ternyata skor semua item

yang disusun berdasarkan dimensi konsep berkorelasi dengan skor

totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut mempunyai

validitas.

Untuk menguji validitas setiap item pertanyaan dalam penelitian ini

menggunakan korelasi rank spearman, yaitu korelasi data ordinal atau data

berjenjang (data urutan). Jadi variabel yang akan dikorelasikan

berdasarkan perbedaan urutan kedudukan skornya, bukan pada sekor hasil

pengukuran yang sebenarnya. Teknik korelasi spearman ini hanya efektif

digunakan bila subjeknya atau N-nya berjumlah antara 10-30, bila lebih

dari 30 sebaiknya menggunakan teknik analisis korelasi lain. Lambang

korelasi spearman adalah r (dibaca rho), (Hartono, 2008:71).

Rumus Korelasi Rank Spearman tersebut adalah sebagai berikut:

�= 1− 6( D) 2

N(N2 1) (Hartono, 2008:71)

Keterangan:

= Koefisien Korelasi Rank Spearman

6&1 = Bilangan Konstan (tidak boleh diubah)

D&B = Beda urutan sekor pada variabel I dengan variabel II

N = Number of men atau jumlah pasangan

Keputusan pengujian validitas instrumen adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung > rtabel, maupun nilai probabilitas statistik < (level of

(44)

81

2. Jika rhitung < rtabel, maupun nilai probabilitas statistik > (level of

significant 5% = 0,05) maka instrumen dikatakan tidak valid.

Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan

program SPSS 18 for windows. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat

beberapa item instrumen yang tidak valid yang kemudian peneliti

hilangkan, setelah item instrumen yang tidak valid peneliti hilangkan

diperoleh hasil pengujian validitas sebagai berikut:

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN PENGUNJUNG

No Pertanyaan r hitung

tailed Keterangan

A. Mutu DTW

1 Bagaimana pendapat anda tentang

keunikan DTW Cimanggu. 0,756 0,000 0,685 0,000 Valid

2 Bagaimana pendapat anda tentang keaslian

arsitektur dan bentuk bangunan. 0,785 0,000 0,829 0,000 Valid

3

Bagaimana pendapat anda tentang keramahan pelayanan yang diberikan oleh karyawan.

0,595 0,001 0,645 0,000 Valid

4 Bagaimana pendapat anda tentang

keamanan di dalam DTW. 0,825 0,000 0,856 0,000 Valid

5

Bagaimana pendapat anda tentang kebersihan sanitasi di DTW (toilet, mushola, tempat makan, tempat parkir).

0,934 0,000 0,829 0,000 Valid

B. Mutu Atraksi Wisata

1 Bagaimana pendapat anda mengenai

keasrian alam di DTW. 0,592 0,001 0,879 0,000 Valid

2 Bagaimana pendapat anda mengenai

keamanan pemandian air panas di DTW. 0,873 0,000 0,891 0,000 Valid

3 Bagaimana pendapat anda mengenai

kebersihan pemandian air panas di DTW. 0,912 0,000 0,775 0,000 Valid

4

Bagaimana pendapat anda mengenai keragaman jenis wahana permainan di DTW.

0,721 0,000 0,891 0,000 Valid

5 Bagaimana pendapat anda mengenai

keamanan wahana permainan di DTW. 0,678 0,000 0,774 0,000 Valid C. Mutu Sarana Pendukung Wisata

1 Bagaimana pendapat anda mengenai mutu

sarana akomodasi di DTW. 0,598 0,000 0,803 0,000 Valid

2 Bagaimana pendapat anda mengenai

(45)

82

kenyamanan toilet.

4 Bagaimana pendapat anda mengenai

kondisi mushola. 0,688 0,000 0,660 0,000 Valid

5 Bagaimana pendapat anda mengenai

kenyamanan tempat makan. 0,648 0,000 0,641 0,000 Valid

6 Bagaimana pendapat anda mengenai

ketersediaan tempat sampah. 0,840 0,000 0,617 0,000 Valid

7 Bagaimana pendapat anda mengenai

kondisi kamar bilas. 0,791 0,000 0,838 0,000 Valid

8 Bagaimana pendapat anda mengenai

ketersediaan tempat duduk. 0,471 0,009 0,617 0,000 Valid D. Mutu Aksesibilitas

1

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kemudahan memperoleh transportasi menuju DTW.

0,672 0,000 0,631 0,000 Valid

2

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kenyamanan saat perjalanan menuju DTW.

0,529 0,003 0,616 0,000 Valid

3

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai efisiensi waktu yang ditempuh menuju DTW.

0,537 0,002 0,663 0,000 Valid

4

Bagaimana menurut penilaian anda mengenai kondisi infrastruktur menuju DTW.

0,489 0,006 0,660 0,000 Valid

Sumber: Pengolahan Data Primer, 2012.

Berdasarkan Tabel 3.4, hasil pengujian validitas instrumen penelitian

menunjukkan bahwa semua item-item pertanyaan dalam kuesioner valid

(22 item) karena nilai probabilitas statistiknya (level of significant) < 0,05,

dengan demikian kedua variabel tersebut valid untuk digunakan dalam

penelitian.

3.2.6.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:268), reliabilitas berkenaan dengan derajat

konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik

(kuantitatif), suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti

dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama atau peneliti sama

(46)

83

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:247), reliabilitas menunjukkan

suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik.

Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh

instrumen tersebut dapat dipercaya.

Pada penelitian ini reliabilitas dicari dengan menggunakan rumus

alpha atau cronbach’s alpha ( dikarenakan instrumen pertanyaan

kuesioner yang dipakai merupakan rentangan antara beberapa nilai dalam

hal ini menggunakan skala likert 1 sampai dengan 5. Rumus alpha atau

cronbach’s alpha ( , sebagai berikut:

11 =

−1 1− �2

�2 (Husein Umar, 2009:170)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal = varian total

(47)

84

Jumlah varian butir tiap pertanyaan dapat dicari dengan cara mencari

nilai varian tiap butir yang kemudian dijumlahkan seperti berikut ini:

� = 2

2

(Husein Umar, 2009:170)

Keterangan: n = jumlah sampel

= nilai varian

X= nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika koefisien internal seluruh item rhitung > rtabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

2. Jika koefisien internal seluruh item rhitung < rtabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan terhadap

30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk)

n-2 (30-2=28) dengan menggunakan bantuan software komputer SPSS

(Statistical Product for Service Solution) 18 for windows. Berikut tabel

hasil pengolahan data uji reliabilitas instrumen penelitian:

TABEL 3.5

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS VARIABEL (X) KUALITAS PRODUK WISATA DAN VARIABEL (Y) KEPUASAN

PENGUNJUNG

No. Variabel

r hitung (Alpha Cronbach)

r tabel Keterangan

1 Kualitas Produk Wisata

Perceived 0,958 0,70 Reliabel

2 Kualitas Produk Wisata

Expectation 0,971 0,70 Reliabel

(48)

85

3.2.7 Rancangan Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu cara untuk mengukur,

mengolah dan menganalisis data tersebut. Tujuan pengolahan data adalah

untuk memberikan keterangan yang berguna, serta menguji hipotesis yang

telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, teknik analisis

data diarahkan pada pengujian hipotesis serta jawaban masalah yang

diajukan.

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner ini disusun oleh peneliti berdasarkan variabel yang terdapat

dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif analisis data dilakukan

setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam

penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menyusun Data

Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, serta

mengecek kelengkapan data yang diisi oleh responden untuk

mengetahui karakteristik responden.

2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data

yang terkumpul.

3. Tabulasi Data

Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a) Memberikan skor pada setiap item

b)Menjumlahkan skor pada setiap item

(49)

86

4. Menganalisis dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan

angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.

Data yang telah terkumpul harus dianalisis agar memperoleh makna

yang berguna bagi pemecahan masalah yang telah diangkat oleh peneliti.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah dengan

menggunakan statistik.

Penelitian ini menggunakan dua jenis pendekatan analisis, yaitu

analisis deskriptif dan verifikatif. Analisis deskriptif digunakan untuk

menganalisis data yang bersifat kualitatif serta digunakan untuk melihat

faktor penyebab. Sedangkan analisis verifikatif dipergunakan untuk

menguji hipotesis dengan menggunakan uji statistik dan menitikberatkan

dalam pengungkapan perilaku variabel penelitian. Dengan menggunakan

kombinasi metode analisis tersebut dapat diperoleh generalisasi yang

bersifat komprehensif.

3.2.7.1 Rancangan Analisis Data Deskriptif

Menurut Sugiyono (2010:147-148), mengungkapkan “Analisis

deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan

cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi”. Analisis deskriptif ini juga dapat

digunakan untuk mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui

(50)

87

perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi

tanpa diuji signifikansinya.

Pada penelitian ini, analisis data deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, diantaranya:

1. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum)

mengenai kualitas produk wisata di Kawasan Taman Wisata Alam

Cimanggu yang terdiri dari indikator mutu DTW, indikator mutu

atraksi wisata, indikator mutu sarana pendukung wisata, dan indikator

mutu aksesibilitas.

2. Analisis deskriptif tanggapan pengunjung (wisatawan umum)

mengenai kepuasan pengunjung yang terdiri dari ekspektasi dan

persepsi di Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu.

Menurut Moh. Ali (1985:184), kategori hasil perhitungan digunakan

kriteria penafsiran sebagai berikut:

TABEL 3.6

KRITERIA PENAFSIRAN HASIL PERHITUNGAN RESPONDEN

No. Kriteria Penafsiran Keterangan

1. 0% Tidak seorangpun

2. 1% - 25% Sebagian kecil

3. 26% - 49% Hampir setengahnya

4. 50% Setengahnya

5. 51% - 75% Sebagian besar

6. 76% - 99% Hampir seluruhnya

7. 100% Seluruhnya

Sumber: Moh. Ali (1985:184).

3.2.7.2 Rancangan Analisis Data Verifikatif

Regresi linier sederhana adalah teknik analisis data yang digunakan

(51)

88

digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). Bila skor variabel bebas diketahui maka skor variabel

terikatnya dapat diprediksi besarnya.

Dalam penelitian ini variabel bebas (X) adalah kualitas produk wisata

berpengaruh terhadap variabel terikat (Y) yaitu kepuasan pengunjung yang

terdiri dari ekspektasi (harapan) dan persepsi (kenyataan) di Kawasan

Taman Wisata Alam Cimanggu. Adapun langkah untuk analisis verifikatif

adalah sebagai berikut:

1. MSI (Method of Successive Interval)

Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan dalam

operasionalisasi variabel sebelumnya. Oleh karena itu, semua data ordinal

yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval

dengan cara MSI (Harun Al Rasyid, 1994:131). Langkah-langkah untuk

melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menghitung frekuensi (f) setiap pilihan jawaban berdasarkan hasil

jawaban responden pada setiap pertanyaan.

b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan,

dilakukan perhitungan proporsi (ρ) setiap pilihan jawaban dengan cara

membagi frekuensi dengan jumlah responden.

c. Berdasarkan proporsi tersebut dilakukan perhitungan proporsi

kumulatif untuk setiap pilihan jawaban pertanyaan.

d. Menentukan nilai batas Z (tabel normal) untuk setiap pilihan jawaban

Gambar

TABEL 1.1  PERTUMBUHAN KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK
TABEL 1.3 DAFTAR DAYA TARIK WISATA ALAM
TABEL 1.4 KONDISI SARANA DAN PRASARANA DI TAMAN WISATA ALAM
TABEL 1.5 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE OBJEK WISATA ALAM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk wisata yang meliputi atraksi wisata, fasilitas wisata dan aksesibilitas berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung di

Penelitian ini menganalisa mengenai pengaruh Kualitas Produk Wisata terhadap Keputusan Berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Papandayan, dan pada penelitian ini

Dalam penelitian ini penulis membatasi yaitu hanya meneliti kepuasan konsumen terhadap kualitas makanan lendot yang ada di Kawasan Wisata Taman Kota Coastal Area

4.3 Analisis Persepsi Kualitas Pelayanan Pramuwisata Lokal di Alas Kedaton dan Kepuasan serta Loyalitas Wisatawan yang Berkunjumg ke Daya Tarik Wisata. Alas

Persepsi wisatawan berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan pramuwisata di daya tarik wisata Sangeh adalah sangat baik, karna semua hasil dari data yang di dapatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable produk wisata, bauran pemasaran, kualitas layanan dan kondisi lingkungan terhadap kepuasan dan

Potensi yang ditemukan di Kawasan TWA Situ Gunung, antara lain: (1) memiliki keberagaman potensi atraksi atau daya tarik wisata, dimana suspension bridge (jembatan gantung)

Hasil analisis Uji F (Uji Serentak) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel kualitas produk wisata yang terdiri dari atraksi, amenitas, dan aksesbilitas mempunyai