• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN MUSIK ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH MUSIK HARRY ROESLI: Studi Kasus Pelatihan Musik Anak-anak Jalanan di RMHR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELATIHAN MUSIK ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH MUSIK HARRY ROESLI: Studi Kasus Pelatihan Musik Anak-anak Jalanan di RMHR."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Riyan Hidayatullah, 2012

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 9

E.Asumsi Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Pendidikan Non-Formal ... 11

B. Kehidupan Anak-anak Jalanan ... 29

C. Sejarah Ketokohan ... 36

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Pendekatan dan Metode ... 47

B. Langkah-langkah Penelitian ... 50

C. Subjek Penelitian ... 53

D. Lokasi Penelitian ... 54

E. Data Penelitian ... 54

F. Instumen Penelitian ... 55

G. Teknik Pengumpulan Data ... 56

H. Pengolahan Data ... 59

I. Analisis Data ... 62

J. Kerangka Pikir (brain-storming) ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Hasil Penelitian ... 65

B. Pembahasan ... ... 89

C. Temuan Penelitian ... 138

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMNEDASI ... 140

(2)
(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Manusia pada umumnya tumbuh dan besar melalui proses pendidikan. Pendidikan pada manusia sendiri dipelajari mulai dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan melalui cara belajar dan berlatih. Pembelajaran melalui keluarga dan sekolah bertujuan untuk membentuk pribadi seseorang, sedangkan melalui pelatihan berguna untuk mengasah keahlian tertentu yang dibutuhkan seseorang. Menurut pernyataan Simamora (1995:287) dalam Kamil (2010:4) bahwa pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu.

(4)

Pandangan di atas ditentang oleh seorang seniman bernama Harry Roesli. Pendapatnya seolah menepis anggapan bahwa musik hanya untuk kalangan yang memiliki cukup biaya yang notabene adalah dari para kalangan menengah ke atas. Menurut Harry Roesli, seni juga dapat dipelajari oleh kalangan yang tidak mampu. Penyataan itu beliau refleksikan dengan kegiatan menampung dan memberikan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan. Bentuk kecintaannya terhadap kehidupan anak-anak jalanan salah satunya dengan mendirikan Rumah Musik Harry Roesli (RMHR). Melalui kegiatannya itu menunjukkan bahwa status sosial tidak bisa mengahalangi seseorang untuk berkesenian. Mack mengungkapkan : “Mas Harry selalu mengutamakan aktivitas sosial yang konkret di luar musiknya sendiri. Dilihat dari sudut ini, mas Harry juga bisa disebut sebagai seorang „pembantu sosial karismatik‟ yang menggunakan medium musik demi berbagai tujuan sosial tertentu” (manuskrip, 8 Januari 2012).

(5)

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Dikatakan Mahfud (2009: 50-51) dalam bukunya bahwa “ ... pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia (SDM) yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter”. Manfaat yang ditimbulkan dari produk pendidikan sangat jelas secara langsung maupun tidak langsung kepada subjeknya. Dampak moneter sangat jelas dirasakan jika tujuan pembelajaran dalam sebuah pelatihan musik bagi anak-anak jalanan tercapai. Sebagai contoh, anak-anak jalanan yang sebagian besar adalah pengamen dapat meningkat pendapatannya setelah belajar dan berlatih musik di RMHR. Setelah mendapatkan ilmu dalam bermusik, para anak-anak jalanan mendirikan grup/ansambel musik serta diberi kesempatan untuk tampil di berbagai acara.

(6)

Rumah pelatihan musik yang didirikan oleh Harry Roesli mengembangkan program pelatihan seni tari, teater, dan musik. Melalui rumah musik tersebut, Harry Roesli berkeyakinan bahwa aktivitasnya itu sedikitnya dapat merubah paradigma mengenai pandangan yang kurang baik tentang anak jalanan ke arah yang lebih baik.

Konsep pemikiran Harry Roesli sesuai dengan penyataan Clarke & Rowley (2008) bahwa: “Music also helps academically gifted and talented students to develop confidence, co-ordination and creative skills”. Pendapat ini menjelaskan bahwa dengan mengembangkan bakat anak-anak jalanan, berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri, koordinasi, dan keterampilan berkreasi yang lebih terfokus dalam bermusik. Hasilnya dapat dirasakan bagi anak-anak jalanan itu sendiri maupun masyarakat sekitarnya. Melalui pelatihan musik di RMHR anak-anak jalanan dapat langsung menikmati hasilnya, yaitu memiliki kemampuan bermusik yang baik.

Pelatihan merupakan salah satu implementasi pendidikan yang sangat penting, pentingnya hal ini didasari instruksi Presiden No.15 Tahun 1974 yang menyebutkan bahwa:

Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.

(7)

memberikan pembinaan mental bagi anak-anak jalanan melalui kegiatan seperti: memberikan kebebasan untuk menggunakan dan merawat setiap fasilitas yang ada di RMHR, hal ini bertujuan agar para anak-anak jalanan memiliki rasa tanggung jawab. Hal lain adalah memberikan sangsi atau peringatan kecil bagi setiap pelanggaran yang dilakukan, ini bertujuan agar anak-anak jalanan lebih disiplin dalam mengembangkan diri.

Ada begitu banyak lembaga pelatihan musik (tempat kursus dan sanggar) yang terdapat di Bandung, namun belum ada yang secara independen bergerak untuk merekrut anak-anak jalanan sebagai peserta didik di dalam lembaganya. RMHR adalah salah satu contoh lembaga kepelatihan musik yang konsisten membina anak-anak jalanan yang ada di kota Bandung yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, seperti: studio latihan musik untuk pembelajaran musik, studio rekaman, dan ruangan untuk melakukan pertemuan baik yang bersifat santai atau formal.

Selain itu, RMHR menyediakan lingkungan dan tempat tinggal yang layak bagi anak-anak jalanan, sehingga para anak-anak jalanan merasa nyaman melakukan aktivitas berlatih. Anak-anak jalanan yang dibina di RMHR direkrut melalui proses seleksi, sehingga anak-anak jalanan di RMHR memiliki kualifikasi yang cukup baik dalam bermusik. Hal ini ditunjukkan melalui beberapa prestasi yang mereka capai, seperti bermain dalam acara “Java Jazz” pada bulan Maret

(8)

Sehubungan dengan hal tersebut, metode pelatihan di RMHR memang menggunakan pendekatan melalui lagu-lagu populer yang dipilih berdasarkan tingkat kesulitan masing-masing lagu. Sehingga hal ini bisa dijadikan evaluasi kemampuan siswa, dan sejauh mana mereka mampu membawakan lagu dengan teknik yang beragam. Bagi anak-anak yang mampu membawakan lagu dengan tingkat kesulitan tertentu dengan baik, maka ini sudah bisa dijadikan indikator keberhasilan pembelajaran musik untuk selanjutnya siap untuk dipentaskan di beberapa acara. Selanjutnya masyarakat akan menilai kualitas dari anak-anak jalanan di RMHR dengan kualitas yang baik.

Dari berbagai kelebihan dan kelemahan yang disebutkan di atas, RMHR sebagai sebuah organisasi atau komunitas memiliki beberapa permasalahan internal tertkait manajerial program yang belum tersusun, kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi tertentu (belum disusun secara tertulis), pembagian dan pengaturan waktu pertemuan antara anak-anak jalanan dan para pelatih/mentor masih selalu mengalami penyesuaian yang tidak tentu.

(9)

Sebelum penelitian ini pernah dilakukan penelitian mengenai “Tinjauan

Deskriptif Musik Sikat Gigi Karya Harry Roesli” oleh Djaelani (1966), kajian mengenai analisis karya musik Harry Roesli oleh Iwan Gunawan (murid Harry Roesli), dan biografi oleh Rully (keluarga Harry Roesli), namun penelitian mengenai pelatihan musik di RMHR sendiri belum pernah dilakukan. Penelitianya menyebutkan mengenai analisis pengkaryaan dari Harry Roesli dan konteks pembelajaran umum mengacu kepada bimbingan belajar di RMHR terhadap anak-anak jalanan. Sementara itu, konteks pelatihan musik mengenai anak-anak-anak-anak jalanan di RMHR sendiri belum diteliti. Hal ini juga yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR.

B.Rumusan Masalah

Ada beberapa indikasi yang dikembangakan dari latar belakang penelitian ini. Indikasi ini menjadi acuan peneliti dalam merumuskan masalah, diantaranya: 1. RMHR adalah salah satu sanggar/komunitas seni yang mengembangkan

program pelatihan musik bagi anak-anak jalanan yang berdampak secara positif terhadap peningkatan aktivitas dan kesejahteraan para anggotanya.

(10)

3. Kualitas pelatihan musik anak-anak jalanan di RMHR cukup baik dan dapat diamati berdasarkan prestasi-prestasinya.

4. RMHR menggunakan sistem manajemen “bersama” yang melibatkan para anak-anak jalanan sendiri untuk ikut menjadi agen pelatihan dan perekrutan anak-anak baru, sehingga mereka tahu siapa yang mereka rekrut dengan kemampuannya masing-masing.

Berdasarkan indikasi di atas, maka dirumuskan permasalahan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif pelatihan musik di komunitas RMHR?

2. Bagaimana strategi pelatihan musik yang diimplementasikan terhadap anak-anak jalanan di RMHR?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini berjudul “Pelatihan Musik Anak-anak Jalanan di Rumah Musik Harry Roesli” , Berdasarkan tujuannya maka dapat tujuan umum sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi objektif pelatihan musik komunitas di RMHR.

2. Mengetahui strategi pelatihan musik yang diimplementasikan terhadap anak-anak jalanan di RMHR.

Sedangkan, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, mengindetifikasi, dan memaparkan tentang:

1. Kondisi objektif pelatihan musik di komunitas RMHR.

(11)

3. Konsep pelatihan menurut beberapa teori dan pandangan peneliti.

4. Temuan hasil penelitian dan memberikan implikasi yang berguna untuk peneliti, RMHR, dan beberapa pihak terkait penelitian ini.

D. Signifikansi & Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki signifikansi dari penelitian terdahulu yang belum membahas aspek pelatihan musik di RMHR sendiri. Mengetahui aspek pelatihan musik dan kondisi pelatihan musik di RMHR sangat penting untuk mengetahui strategi pelatihan yang diajarkan untuk mencetak anak-anak jalanan yang memiliki cukup banyak prestasi ini. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantanya:

1. Peneliti

Memberikan pengalaman estetis dan memperkaya wawasan mengenai proses pelatihan yang terjadi secara non-formal terhadap anak-anak jalanan di RMHR.

2. Objek yang diteliti

Penelitian ini bisa dijadikan bahan acuan untuk pengembangan program dan diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi RMHR dan terutama bagi anak-anak jalanan yang dibina di RMHR sehingga mereka lebih bisa menyadari potensi yang ada dalam diri mereka.

3. Pengajar dan Lembaga Pendidikan

(12)

memberikan pelatihan musik. Disamping itu, hasil dari penelitian ini sedikitnya dapat memberikan kontribusi sebagai salah satu literatur yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya dan sebagai salah satu media informasi tentang komunitas dan pelatihan musik di RMHR.

4. Praktisi Seni

Manfaat penelitian ini bagi beberapa praktisi seni dan yang tergabung dalam RMHR dapat menyadari strategi yang tepat dalam pelatihan musik khususnya untuk anak-anak jalanan, serta mampu memotivasi minat dan menigkatkan kemampuannya.

E. Asumsi Penelitian

(13)
(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang di dapat dari hasil pengumpulan data dilaporkan untuk selanjutnya diolah menggunakan teknik pengolahan data yang koheren. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memetakan data awal penelitian ini bersifat alamiah (naturalistik). Data yang didapat dari hasil pengumpulan data di RMHR dilaporkan untuk selanjutnya diolah menggunakan teknik pengolahan data yang komprehensif. Pengumpulan data selalu dapat diperbarui selama proses pengolahan data jika ditemukan temuan-temuan baru terkait penelitian ini.

Alwasilah (2009:102) mengungkapkan: “prinsip penelitian kualitatif

menekankan bahwa setiap temuan (sementara) dilandaskan pada data, sehingga temuan itu semakin tersahihkan sebelum dinobatkan sebagai teori”. Penelitian kualitatif lebih menitikberatkan kepada kualitas data lapangan yang diperoleh, sehingga esensi dan hakikat objek yang diteliti tidak mengalami pembiasan. Kualitas data yang diperloleh meliputi tiga aspek dalam pelatihan musik di RMHR terkait aspek perencanaan, proses, dan evaluasi dalam pelatihan musiknya. Creswell (1944:43) menjelaskan mengenai batasan penelitian kualitatif:

(15)

Berdasarkan kutipan di atas, pertanyaan berperan cukup penting dalam penelitian terutama dalam mengembangkan gagasan menjadi sebuah kerangka berpikir yang objektif. Inilah yang membedakan penelitian kualitatif dengan kuantitatif yang terhubung dengan data yang bersifat baku. Beberapa pertanyaan atau instrumen penelitian akan diolah secara kualitatif dan kuantitatif (bila perlu) untuk kemudian dideskripsikan dan dikembangkan. Sugiyono (2010:50) membandingkan dalam bukunya bahwa “dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan”. Oleh karena itu pendekatan kualitatif lebih diutamakan

dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang benar-benar mengacu pada kenyataan yang ada terkait pelatihan musik di RMHR.

Makna data dalam penelitian kualitatif sangatlah penting, karena hal ini yang membuat kualitas penelitian kualitatif terjaga kualitasnya. Alwasilah (1991) mengatakan:

Dalam penelitian kualitatif, setiap serpih data dikelompokkan dalam kategori yang sama untuk dimaknai. Makna itu merupakan hipotesis untuk dicek terus-menerus dengan data lain sepanjang jalan penelitian. Inilah yang disebut grounded theory.

Cooper and Schindler (2003) dalam Sugiyono, mengemukakan bahwa: „a theory is a set of systematically interrelated concepts, definition, and proposition

that are advanced to explain and predict phenomena (fact).‟ Sementara itu,

William Wiersma (1986) menyatakan bahwa: „a theory is a generalization or

series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a

(16)

merupakan seperangkat konsep, definisi, proposisi dan generalisasi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk meramalkan atau menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Beberapa teori yang timbul dari proses pengumpulan data digunakan sebagai acuan untuk membahas permasalahan penelitian ini.

Desain penelitian kualitatif ini adalah studi kasus (case study). Studi kasus ini merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif dalam ilmu sosial. Metode dipilih untuk mengetahui kondisi permasalahan pelatihan musik di RMHR bagi anak-anak jalanan yang erat kaitannya dengan permasalahan sosial dan masyarakat.

Berg (2007) menggolongkan studi kasus sebagai salah satu jenis penelitian kualitatif dan memiliki ciri-ciri/karakteristik sebagai berikut:

1. Focus on a single unit,

2. Has multidisciplinary roots (business, law, medicine), 3. Produces an in-depth dscription,

4. Is anchored in real life,

5. Provides a rich, holistic description of context, themes, issues, 6. Uses multiple data collection techniques,

7. Time Spent examining the “unit” is important, 8. Can be combined with other qualitative approaches,

(17)

Esensi dari cirri-ciri di atas adalah: (1) Fokus dalam satu kesatuan; (2) Memiliki sumber multidisipliner; (3) Menghasilkan sebuah deskripsi yang mendalam; (4) (Kasus) Berdasarkan kehidupan nyata; (5) Mengandung keberagaman, konteks deskripsi yang holistik, tema, isu; (6) Menggunakan teknik pengumpulan data ganda (multiple); (7) Penggunaan waktu untuk pengujian dalam satu kasus sangat penting; (8) Bisa dikombinasikan dengan pendekatan kualitatif lain; (9) Pertanaan mendasar yang biasanya muncul “Apa karakteristik mengenai suatu fakta (unik), fenomena, manusia,dan setting (keadaan,tempat)?”.

Penggunaaan studi kasus juga didasari oleh pendapat Vredenbregt (1983:38) dalam Pribowo (2007:100) yang mengemukakan bahwa:

Sifat khas dari “case study” adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertaahaankan keutuhan dari objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangkaian studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegraasi. Tujuannya adalah untuk mngembangkan pengetahuan yang mendalaam mengenai objek yang bersangkutan.

Studi kasus merupakan salah satu jenis desain dari penelitian kualitatif. Creswell (1998:37) menjelaskan bahwa “fokus studi kasus adalah spesifikasi

kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok budaya, ataupun suatu potret kehidupan”. Kaitannya dengan penelitian ini adalah RMHR

sebagai lembaga pelatihan musik peduli terhadap permasalahan sosial, seperti menangi anak-anak jalanan melalui pelatihan musik yang belum pernah secara khusus dilakukan dalam penelitian lain. Lebih lanjut Creswell mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus, yaitu:

1. Mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi,

(18)

3. Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam penumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respon dari suatu peristiwa.

Mengacu pada ketiga hal di atas, penelitian kualitatif berjenis studi kasus ini mengacu pada data-data lapangan mengenai pelatihan musik di RMHR bagi anak-anak jalanan. Maksudnya, kasus yang diteliti adalah kasus mengenai kondisi pelatihan musik yang terikat oleh sebuah sistem yang bernama RMHR. Studi kasus ini menggunakan metode naturalistik. Sugiyono (2011:6) mengungkapkan bahwa: “ Metode penelitian naturalistik/kualitatif, digunakan untuk meneliti pada

tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti”.

Penelitian ini juga menerapkan pendekatan multidisipliner, karena dalam penelitian ini digunakan beberapa cabang ilmu pengetahuan untuk melihat dan menganalisa permasalahan yang sama. Komarudin (1974:28) menjelaskan bahwa: “pengarang atau penganalisa dapat memilih beberapa ilmu pengetahuan yang

fungsional terhadap masalah itu. Pendekatan itu disebut pendekatan multidisipliner, karena disiplin dari setiap ilmu pengetahuan yang mungkin

diperhitungkan untuk melihat dan menganalisa satu masalah yang sama”.

(19)

pengetahuan dalam pendekatan multidisipliner yang diadaptasi dan digambarkan sebagai berikut:

Diagram 3.1 Pendekatan Multidisipliner

Beberapa cabang ilmu digunakan untuk melihat dan mempersepsikan kondisi pelatihan di RMHR dengan hubungannya di dalam penelitian ini melalui pemikiran peneliti. Pemikiran ini memproyeksikan bagaimana setiap aspek pandangan ilmu digunakan untuk melengkapi, memaparkan, dan mengidentifikasi setiap bahasan menurut porsi dan kebutuhannya masing-masing.

B. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian dengan menggunakan metode studi kasus ini memiliki langkah-langkah yang tersusun sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan tujuan (tahap pra-lapangan) Proses indentifikasi ini berguna untuk mengetahui permasalahan dengan jelas. Sehingga langkah dan tindakan yang akan diambil sesuai dengan kebutuhan

Pelatihan

Musik Ilmu

Seni

Ilmu Sosiologi

Ilmu Sejarah

(20)

pemrmasalahan atau kasus yang sedang diamati. Setelah mengidentifikasi permasalahan, maka dapat ditetukan tujuan dari penelitian ini, yaitu memperoleh gambaran mengenai permasalahan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR.

2. Menentukan pendekatan (tahap pra-lapangan)

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif secara natural karena data-data yang diambil, sebagian besar menggunakan pengamatan observasi dan hasil wawancara langsung dengan beberapa narasumber yang relevan, dan data yang dilaporkan secara alami. Sehingga proses analisis data hanya mengandalkan dari kedua pengumpulan data tersebut. Pendekatan ini juga berguna untuk memperoleh data yang murni dari hasil wawancara dengan beberapa pihak termasuk anak-anak jalanan untuk mengetahui setiap permasalahan yang terjadi di RMHR mengenai strategi pelatihan musik dan kondisi pelatihan musik di RMHR. Selain itu, pendekatan ini bertujuan untuk mempermudah langkah dalam mengumpulkan data yang bersifat alamiah.

3. Mengumpulkan Data (tahap kerja lapangan)

(21)

Lahami dan Layala Roesli, Kania Roesli, Didi Petet, Iwan Gunawan, Dieter mack, Slamet Abdul Sjukur dan anak-anak jalanan yang tergabung di RMHR.

4. Analisis Data

Setelah data terkumpul, peneliti mulai mereduksi, mensintesis, dan mengklasifikasikan data menjadi beberapa kategori yang dapat dikelola. Analisis data dilakukan sejak peneliti terjun di lapangan, sewaktu pengumpulan data, dan setelah semua data terkumpul. Hasilnya akan didapat beberapa temuan-temuan penelitian yang bersifat sementara dan bisa berubah.

5. Perbaikan (refinement)

Setelah semua data tentang pelatihan musik dan kondisinya di RMHR terkumpul dalam beberapa temuan, perlu dilakukan peninjauan kembali berupa penyempurnaan atau penguatan data baru terhadap hal-hal baru yang ditemukan terkait dengan pelatihan musik di RMHR. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan atau membuat kategori baru lewat beberapa teknik pengumpulan data. Data-data berupa ketegori bisa digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada atau menggantinya dengan data yang lebih akurat.

6. Penulisan Laporan

(22)

dibandingkan dengan teori yang ada untuk selanjutnya dilaporkan menjadi temuan akhir dan disimpulkan.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah seluruh adalah anak-anak jalanan yang terhimpun dalam naungan Rumah Musik Harry Roesli. Anak-anak jalanan tersebut berasal dari beberapa titik di sudut kota Bandung dan memiliki bakat dan minat yang bervariasi. Anak-anak jalanan yang dipilih sebagai subjek berusia 5 sampai 25 tahun.

Alasan peneliti memilih anak-anak jalanan di RMHR karena beberapa dari anak-anak jalanan di dalamnya sangat representatif untuk menggambarkan sebuah pelatihan musik. Karena anak-anak jalanan di RMHR melalui proses seleksi terlebih dahulu sehingga anak-anak yang terpilih benar-benar memiliki kecakapan (skill) yang memadai. Metode dan pendekatan yang digunakan oleh RMHR dalam mendidik anak-anak jalanannya cukup khas dan fleksibel, sehingga anak-anak jalanan merasa nyaman untuk menerima pengajaran musik.

(23)

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Rumah Musik Harry Roesli (RMHR) yang berada di Jalan Supratman no. 59, tepat di sebelah rumah yang lama. Pemilihan lokasi penelitian di RMHR karena di lokasi tersebut terdapat kegiatan pelatihan musik bagi anak-anak jalanan yang memiliki beberapa prestasi. Selain itu, lokasinya yang cukup strategis, memiliki program yang khusus, dan terdapat beberapa mentor/pelatih yang berasal dari berbagai latar belakang sekolah musik yang berkompeten membina komunitas itu.

E. Data Penelitian

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu

objek dengan objek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Untuk lebih mempertajam permasalahan dan tidak memperlebar fokus karena permasalahan terminologi, beberapa variabel diidentifikasi dan didefinisikan sebagai berikut:

1.

Pelatihan: bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar system pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relative singkat, dan dengan menggunakan metode yang lebih mengutakan praktik daripada teori (Instruksi Presiden No.15 tahun 1874 dalam Kamil (2010:4)).

(24)

3. Rumah Musik Harry Roesli (RMHR): Tempat segala kegiatan berkesenian dan pembinaan (musik, tari, teater, dan sebagainya) anak didik dan sahabat Harry Roesli.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, yakni instrumen penelitian utama/awal dan instrumen penelitian pelengkap. Instrumen penelitian utama atau pada awal penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena penelitian ini belum memiliki bentuk dan fokus yang pasti. Setelah masalaha jelas maka digunakan instrumen penelitian pelengkap. Instrumen penelitian pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara, rekaman audio/visual, dan kuisioner. Wawancara disusun ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan kepada narasumber seperti para sahabat Harry Roesli, keluarga, murid, anak-aanak jalanan, pelatih yang mengajar di RMHR. Pertanyaan disusun baik secara langsung maupun melalui email. Bentuk pertanyaan disusun untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi pelatihan musik di RMHR melalui berbagai sudut pandang, sehingga data yang dihasilkan bersifat komprehensif dan mengurangi subjektifitas.

(25)

para sahabat untuk mengetahui mengenai karakteristik dan kondisi pelatihan musik yang dibuat oleh Harry Roesli melalui RMHR.

Kuisioner juga digunakan untuk memperkuat hasil wawancara yang bersifat langsung. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner ditujukan kepada pihak pengurus, pelatih/mentor, dan anak-anak jalanan yang berada di RMHR. Pertanyaan-pertanyaan kuisioner mengenai program dan materi yang diajarkan dalam pelatihan musik di RMHR. Hal ini bertujuan untuk mengtahui permasalahan yang terjadi dalam proses pelatihan musik di RMHR. Sedangkan untuk evaluasi, instrumen yang digunakan adalah wawancara terstruktur langsung dengan Layala Roesli, karena proses evaluasi pembelajaran dalam pelatihan musik di RMHR dilakukan secara tidak terstruktur dan substansial.

G. Teknik Pengumpulan Data

(26)

1. Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi awal sebagai salah satu langkah pendahuluan dalam penelitian ini. Observasi awal yang dilakukan di lapangan yaitu di kediaman Harry Roesli yaitu RMHR. Ini difokuskan untuk mengetahui latar kehidupan Harry Roesli sendiri sebagai seorang tokoh musik kontemporer dan pendidikan yang peduli terhadap pembinaan anak-anak jalanan yang ada di Bandung.

Dalam observasi, peneliti tidak menggunakan instrumen pengamatan menggunakan alat tulis untuk mencatat kondisi objektif di lapangan, untuk melaporkan dan menggambarkan kondisi di lapangan pada saat itu. Obesrvasi ini bersifat dinamis, artinya peneliti selalu melakukan pengamatan yang tidak terstruktur, tujuannya untuk mengetahui informasi-informasi terbaru tentang pelatihan musik di RMHR yang bisa dijadikan temuan penelitian. Tujuannya adalah untuk mengolah temuan-temuan menjadi data awal penelitian sehingga dapat mempermudah untuk pencarian data berikutnya.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini betuk wawancara yang digunakan menggunakan dua teknik wawancara, yang pertama wawancara terstruktur, artinya pertanyaan diajukan setelah disusun terlebih dahulu oleh peneliti yang dirumuskan dalam pedoman wawancara. Kedua, wawancara tidak tersruktur atau bebas tanpa menggunakan persiapan pertanyaan sebelumnya, ini dilakukan untuk mendapatkan hasil wawancara yang benar-benar alami. Sugiyono (2011:232)

(27)

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi”. Dalam hal ini, peneliti mencoba malakukan wawancara dengan narasumber utama, diantaranya: Dieter Mack, Slamet Abdul Sjukur, Iwan Gunawan, Harry Pochang, Rully (adik kandung Kania Roesli), Didi Petet, Sugeng Sjukur, dan Kania Roesli dan Lahami Roesli dari pihak keluarga. Wawancara tersebut untuk mendapatkan data mengenai Harry Roesli, sejarah berdirinya RMHR, dan bagaimana pengolahan program dan sistem pelatihan di RMHR. Alat yang digunakan adalah berupa alat perekam suara. 3. Studi Literatur dan Alat rekam (dokumentasi)

Studi literatur ini dilaksanakan dengan mengumpulkan dan mempelajari sumber kepustakaan yang ada, berupa buku-buku, internet, maupun media bacaan lainnya yang bisa memberikan kontribusi data untuk peneliti sebagai salah satu sumber informasi tentang kondisi pelatihan musik di RMHR yang berkenaan dengan hal-hal dalam penyusunan penelitian. Kelengakapan dokumentasi audio/visual yang digunakan untuk meneliti berupa dokumen-dokumen tentang Harry Roesli seperti karya lagu dan buku-buku. Sedangkan dokumentasi berupa foto-foto kegiatan selama penelitian digunakan sebagai data pelengkap autentik. 4. Kuisioner

(28)

tesis kepada narasumber. Selanjutnya narasumber dipersilahkan menjawab semua pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti atau pewawancara sebagai bagian dari pengumpulan bahan dan data penelitian. Kuisioner dapat berupa petanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet (Sugiyono, 2001:142). Instrumen awal yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa draf pertanyaan yang disusun oleh peneliti. Kurangnya sumber-sumber autentik yang tersisa baik dari beberapa literatur dan pihak keluarga Harry Roesli sendiri, membuat penelitian ini sangat mengandalkan metode wawancara yang tersusun dalam instrumen penelitian. Selain pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan dapat memberikan testimoni terhadap objek yang sedang diteliti mengenai anak-anak jalanan yang berlatih musik di RMHR, data audio/visual berupa dokumentasi karya-karya Harry Roesli, foto-foto mengenai proses wawancara dan pelatihan digunakan untuk melengkapi penelitian.

H. Pengolahan Data 1. Reduksi data

(29)

2. Display data

Adalah upaya untuk menyajikan data dengan cara melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari data penelitian. Kegiatan tersebut dirancang dengan cara menggabungkan informasi yang tersusun dalam satu bentuk yang mudah dilihat (untuk dikaji), sehingga memudahkan peneliti memahami makna data itu.

3. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari polaa tema, topik, hubungan, persamaan,perbedaan dan hal yang paling banyak timbul dan sebagainya. Peneliti membuat suatu kesimpulan yang terbuka untuk memungkinkan selalu adanya revisi dengan bertambahnya data. Penarikan kesimpulan tidak terlepas dari kegitan verifikasi selama penelitian sedang berlangsung. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk narasi, dan kemudian dibuat pembahasan dan analisisnya. 4. Pemeriksaan keabsahan data/validitas

Untuk menetapkan keabsahan data, diperluakan teknik pemeriksaan. pemeriksaan ini menggunakan salah satu alat untuk memeriksa data, yakni teknik triangulasi. Data yang diolah adalah data tentang kondisi pelatihan musik di

(30)

Objek penelitian (observasi)

Data kepustakaan (literatur) Sumber pendukung lain (wawancara)

Diagram 3.3

Teknik triangulasi (paradigma mengadaptasi A. Chaedar Alwasilah, 2009)

Teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi ini digunakan untuk mengangkat beberapa permasalahan yang belum ditemukan dan bagaimana mengumpulkan data dari beberapa sumber, yaitu: RMHR yang dijadikan objek penelitian dan untuk pengumpulan data dilakukan observasi lapangan kepada beberapa subjek atau sampel penelitian yang berkaitan dengan RMHR melalui wawancara terstruktur dan tidak terstuktur. Alwasilah (1991:96) menambahkan bahwa: “observasi dilakukan untuk mengetahui opini, persepsi, penilaian, dan

interviu dilakukan untuk mengetahui opini, persepsi, penilaian, intuisi, dan ingatan mereka tentang pengalamannya”.

(31)

dua konsep yakni dimensionalitas melalui sudut pandang yang jamak dan stabilitas. Sumber-sumber, metode dan teknik yang berbeda bila digabungkan meningkatkan kredibilitas”.

I. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Data-data berupa hipotesis tersebut didapat melalui observasi, wawancara, dan studi literatur untuk selanjutnya disimpulkan sebagai hasil penelitian ini. Bogdan (1982) menambahkan bahwa:

Data analysis is the process of systematically searching and arraging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others.

J. Kerangka Pikir (Brain-storming)

(32)

Diagram 3.4

Kerangka pikir penelitian (pemikiran peneliti)

Penelitian ini terbagi ke dalam tiga prosedur dalam berpikir, pertama, kegiatan awal berupa perencanaan, proses, dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan, langkah yang dilakan adalah melakukan studi awal melalui studi literasi, observasi, dan wawancara. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peta kehidupan sosial anak-anak jalanan pada umumnya.

(33)

Setelah mengetahui peta sosial mengenai anak-anak jalanan dan komunitasnya, maka komunitas anak-anak jalanan di RMHR-lah yang menjadi sasaran pengamatan. Berangkat dari hal ini, maka dalam prosesnya peneliti mengamati bagaimana strategi pelatihan musik bagi komunitas anak-anak jalanan di RMHR. Hal ini juga berdampak bagi komunitas anak-anak jalanan dalam berlatih musik dengan proses penularan ilmu bermusik dari anak-anak jalanan yang belajar musik di RMHR. Melalui proses pengamatan ini peneliti dapat menyimpulkan yang menentukan keberhasilan dalam pelatihan musik dengan mengacu pada teori yang telah ada.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Setelah melakukan penelitian mengenai proses pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR, peneliti menyimpulkan bahwa materi pendidikan musik melalui pelatihan musik yang diberikan kepada anak-anak jalanan sudah memiliki strategi yang baik, tetapi terdapat beberapa permasalahan yang dimiliki pihak pengelola RMHR dan anak-anak jalanan sendiri. Manajemen program dan kurikulum pelatihan, serta permasalahan pencocokan waktu bertemu antara anak-anak jalanan dan pelatih/mentor masih menjadi kendala dalam pelatihan musik di RMHR.

Metode yang digunakan oleh RMHR sudah cukup baik, yakni mengunakan pengajaran yang berbasis pada materi lagu, hanya saja masih terbentur masalah program (yang menyusun materi, mengkategorikan, dan mengaplikasikan cara-cara yang baik dan prosedural). Ini merupakan masalah yang wajar karena latar belakang pendidikan keluarga Harry Roesli sendiri bukan dari lembaga pendidikan. Tetapi pada awal terbentuknya, Harry Roesli dibantu oleh para sahabat dari UPI Bandung yang mengerti akan penyusunan program untuk pendidikan non-fomal.

(35)

sendiri yang terkadang sulit dipahami langsung oleh pemikiran konvensional. Namun ada pesan yang tersirat dari maksud yang ingin disampaikan.

Anak-anak jalanan yang saat ini dididik di RMHR sudah memiliki motivasi sendiri untuk maju dan belajar musik. Ini adalah salah satu dari tujuan umum Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang merupakan sinyal yang cukup baik. Berdasarkan proses wawancara bersama beberapa anak-anak jalanan, ada beberapa anak yang sudah menikah dan dapat menghidupi keluarganya sendiri. Ini merupakan indikator yang baik yang telah dilakukan oleh RMHR.

2. Kesimpulan Khusus

a. Kondisi pelatihan musik di RMHR

1) Setelah melakukan identifikasi, pengamatan, dan penelitian secara intensif, kondisi pelatihan musik di komunitas RMHR disesuaikan dengan kapasitas masing-masing anak jalanan dan materi yang diberikan pelatih/mentornya. 2) Kendala-kendala yang muncul salah satunya berhubungan dengan

koordinasi dan pengaturan waktu bagi anak-anak jalanan dan pelatih/mentornya masing-masing.

3) Kondisi perpindahan RMHR lama ke rumah yang baru membuat proses pelatihan untuk beberapa bulan terakhir sedikit terhambat karena keadaan tempat, sarana/prasarana, dan fasilitas yang belum stabil.

(36)

memiliki kurikulum baku secara definitif yang digunakan untuk memudahkan konfigurasi pelatihan musik.

b. Strategi pelatihan musik yang diimplementasikan terhadap anak-anak jalanan di RMHR

1) Strategi yang digunakan selama ini menggunakan metode yang fleksibel dan kewenangan pemberian materi sepenuhnya diserahkan pada pelatih/mentor masing-masing. Pendekatan yang digunakan menggunakan psikologis, karena RMHR bertugas bukan hanya sekedar melatih musik, tetapi mendidik anak-anak jalanan menjadi sebuah individu yang berkualitas. Pendekatan ini juga berguna untuk anak-anak jalanan belum meliki motivasi yang tinggi, sehingga pendekatan psikologis melalui hati bisa membuka pemikiran para anak-anak jalanan menjadi lebih baik.

2) Para anak-anak jalanan yang telah dianggap baik kemampuan bermusiknya, dikelompokkan dan dibuatkan grup. Selanjutnya proses pembelajaran musik bersifat klasikal atau ansambel sesuai dengan grup-nya masing-masing.

3) Perekrutan anak-anak baru dilakukan oleh para anak-anak jalanan yang

telah dianggap “senior” dan memiliki kemampuan yang baik dalam

(37)

c. Temuan hasil penelitian

Berdasarkan hasil temuan hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa pelatihan musik bagi anak-anak jalanan di RMHR secara esensial lebih cenderung masuk ke dalam ranah pendidikan dan pembinaan. Hal ini dilihat dari tujuan umum RMHR, yakni mencetak individu (anak-anak jalanan) yang bukan hanya mahir memainkan alat musik, tetapi memiliki kepekaan sosial melalui sikap dan perilaku mereka selanjutnya.

B. Rekomendasi

Tujuan pendidikan nasional telah dijelaskan di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mah Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 4).

(38)

1. RMHR

Melakukan pendekatan lebih intensif dan terstruktur terhadap lembaga atau departemen sosial yang secara fokus menangani permasalahan sosial. Sehingga tidak lagi menimbulkan ancaman finansial yang berpotensi mengarah kepada pihak pengelola dan keluarga Harry Roesli sendiri. Manajemen keuangan siswa pembayar juga bisa menjadi pendapatan yang bisa digunakan untuk keperluan preasional pihak RMHR.

Selain itu, keterlibatan tenaga pendidikan professional keguruan bisa membantu untuk merumuskan perencanaan program untuk para siswa/anak-anak jalanan. Membuat SAP atau silabus sangat dibutuhkan untuk proses pembelajaran yang terarah. Mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti UPI Bandung bisa menjadi salah satu alternatif yang cukup membantu.

2. Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan

(39)

dijadikan contoh dalam membina anak-anak jalanan di Bandung. Hal ini terbukti cukup efektif untuk menekan angka krominalitas di jalanan.

3. Sanggar dan Tempat Kursus

Sanggar dan tempat kursus merupakan tempat yang sebagian besar diisi dengan anak-anak yang tercukupi kebutuhannya. Sementara wadah yang melokalisir para anak-anak jalanan atau semacamnya masih sangat kurang. Beberapa sanggar atau tempat kursus bisa mengajukan bantuan untuk meng-cover anak-anak jalanan yang kurang mampu untuk menerima pendidikan musik atau seni yang sama. Hal ini juga bisa berpengaruh mengurangi kesenjangan sosial yang berkembang di masyarakat, salah satu faktor timbulnya kriminalitas.

4. Anak-anak Jalanan

(40)

5. Masyarakat Umum

Perlu disadari bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab suatu instansi atau pemerintah, tetapi masyarakat juga bisa ikut terlibat dalam mendidik generasi bangsa. Masyarakat mempunyai peran sosial yang cukup tinggi dalam membentuk suatu individu. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan dalam konteks ini termasuk salah satu jalur pendidikan luar sekolah (PLS). Salah satu pendidikan yang dapat digunakan adalah pendidikan vokasional bagi anak-anak di luar batas usia sekolah.

6. Mahasiswa dan Pelajar

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rideka Cipta.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT Dunia Pustaka .Jaya

--- (1991). Culture Transferin Communication: A Qualitative Research of Indonesian Students in US Academic Settings. Unpublished Dissertation, Indiana University.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Berg, Bruce. L. (2007). Qualitative Research Methods For The Social Scinces.

Boston: Pearson Inc.

Blunt, A. (1988). “Education, learning and development: envolving

concept.Convergence. 21, (2), 37-54.

Bogdan, Robert C.,Biklen dan Knopp Sari. (1982). Qualitatif Research For Education: An Introduction to theory and Methods; Allyn and Bacon. Boston London.

Branen, Julia. (2005). Memadu Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Burke, Peter. (2001). Sejarah dan Teori Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Creswell, John. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative

Approarch. Oslo: Sage Publication.

_________ (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Tradition. London: SAGE Publications.

Dahrendorf, R. (1964). „Homo sosiologicus‟, dalam bukunya Essay in the Theory of Society, London, 19-87.

Djaelani. (1996). Tinjauan Deskriptif Musik Sikat Gigi Karya Harry Roesli. ISI Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Flora, C.B., dan J.L. Flora. (1993). “Entrepreneurial Social Infrastructure: A Necessary Ingredient.” Annals of American Academy of Political and Social Sciences (539:48-58)

Gibson, james L., Ivencevich, John M., dan Donnelly, James H. (1995). Organization (8 Ed). Richard D Irwin Inc. Terj: Nunuk Adiami. (1996). Organisasi (edisi 8- Jilid I dan II). Jakarta: Binarupa Aksara Gunara, Sandie. (2011). “Pengajaran Musik Yang Musikal”. The Second

International Conference on Basic Education: Implementing Core Value of Basic Education As A Mean of Improving The Quality of Human Resources in Facing Global Challenges.1,258-267.

Gunawan, Iwan. (2008). “Studi Analisis Musik: Orang Basah”. Kompas (12 Desember 2004).

Gordon, Edwin E. (1980). Learning sequences in Music. Chicago: G.I.A.

(42)

Hasbullah. (2005) Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo

Hermawan, Deni. (2002). Etnomusikologi. Bandung: STSI Press.

Hunter, J.M., et-al. (1974). Program Studies in Non-Formal Education (Economic of non-Formal Education). East Lancing: Michigan State University.

Hurlock, Elizabeth B.(1979). Personality Development. New Delhi : Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Ltd.

Kadir, M. Sarjan. dan Evans, David R. (Eds) (1982). Perencanaan Pendidikan Non Formal. Surabaya: Usaha Nasional.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta Karwati, Uus. (2011). Sanggar “Kampung Seni & Wisata Manglayang” Sebagai

Wahana Pendidikan Seni Di kabupaten Bandung. Disertasi Doktor pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Knowles. (1977). Adult Development and Learnig. san fransisco: Josse-Bass Publisher.

Koentjaradiningrat. (2004). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

Komarudin. (1974). Metode penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Penerbit Angkasa.

Kuntowojoyo. (2003). Metodologi sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

Lundin, R.W. (1967). An objective Psychology of Music. New York: The Ronald Press

Mack, Dieter. (kamasan@t-online.de). (2012, 8 januari). Wawancara Penelitian Tesis. E-mail kepada Riyan Hidayatullah (riyanhidayat28@gmail.com).

Mangkoesapoetra, Arif Achmad. (2005). “Pemberdayaan Anak Jalanan”.

Makalah Pribadi, SMAN 21 Bandung.

Mahfud, Choirul. (2009).Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Marzuki, Saleh. M. (2010). Pendidikan Non Formal. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Moekijat. (1991).Latihan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung: Mandar Maju

Nasution, S. (2010). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Buni Aksara.

Polak, Mayor. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve.

Pribowo. (2007). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Rachmad, Tono. (2009). Seri Jazz Musik Ragtime. Bandung: Bintang Warli Artika.

(43)

Robbins, Stephen P. (1990). Organization Theory: structure, Design, and Application. Prentice Hall Inc. Terj: Yusuf Udaya. (1994). teori Organisasi: Strukur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan

Rogers, Alan. (2005). Non-Formal Education. New York: Kluwer Academic Publisher.

Runciman, W.G. (1983). A Treatise on Social Theory, 2 jilid, Camridge.

Silberman, Mel. (2010). 101 Cara Pelatihan dan Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT. Indeks.

Sjukur, Slamet A. (sjkr.slmt@gmail.com). (2012, 8 Januari). Wawancara Penelitian Tesis. E-mail kepada Riyan Hidayatullah (riyanhidayat28@gmail.com).

Sudjana, Djuju. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan. Bandung: Falah Production.

______________ (2005). Metoda dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

______________ (2006). Evaluasi Pendidikan Luar Sekolah. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: PT Remaja Rosdakarya Sugiharto, Sri Tjahjorini. Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Anak

Jalanan Di Bandung, Bogor Dan Jakarta. Jakarta: Pusdiklat Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

________ (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suheri, Ahmad. (2007). Hubungan antara Kredibilitas Pemandu dan Kurikulum Pelatihan Dengan partisipasi Anggota Dalam Berkoperasi. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Torres, C.A. (1991). The State, NFE and Socialism in Cuba, Nicaragua and Grenada,Comparative Education review”. 30, (2), 131-130.

Suwarno. (1985). Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Sylado, Remy. (1983). Menuju Apresiasi Musik. Bandung: Angkasa.

Windiarwati, Lia. (2011). Profil Permasalahan Belajar Yang Dialami Siswa SMA: Studi deskriptif ke Arah Pengembangan Bimbingan Belajar di RMHR. UPI: tidak diterbitkan.

(44)

SUMBER INTERNET

Gesendet: Sonntag, 8. Januar 2012 04:09 An: kamasan@t-online.de Betreff: wawancara penelitian tesis

Email: kamasan@t-online.de www.dieter-mack.de

Pada 8 Januari 2012 22:36, Slamet A. Sjukur <sjkr.slmt@gmail.com>

Wawancara 2

Referensi

Dokumen terkait

Program Aplikasi Kriptografi Penyandian One Time Pad Menggunakan Sandi VigenereUniversitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

[r]

Advá Mendes Silva –

“Mengidentifikasi Budaya, Cara Berinteraksi, Contoh Komunikasi Suku Batak”.

Berdasarkan pada landasan pikiran di atas serta hasil yang diperoleh dari metode Huffman dimana teks hasil dekompresi yang diperoleh 100% sama dengan teks aslinya, maka

Sehubungan dengan rujukan tersebut diatas disampaikan kepada calon penyedia bahwa Sekolah Polisi Negara Polda Sumsel akan mengadakan Pengadaan langsung :.. Nama Paket

Bagi yang sudah mengerjakan kuis 1 susulan, yang dikirim ke email belum tercantum di atas silakan konfirmasi ulang ke betha.nurina@staff.unsika.ac.id.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah BIOKIMIA di program studi Fakultas Ilmu Kesehatan pada Universitas Borobudur. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih