• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEROPLANKTON DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM SELAMA MUSIM PERALIHAN I DAN MUSIM TIMUR: STUDI KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN HANUNG AGUS MULYADT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEROPLANKTON DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM SELAMA MUSIM PERALIHAN I DAN MUSIM TIMUR: STUDI KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN HANUNG AGUS MULYADT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

·

ISSN 1412·3401

Jurnal Penelitian IImu·ilmu Perikanan dan Kelautan

Vol.9 No.2 Juli 2010

MER

OPLANKTON DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM SELAMA

MUSIM PERALIHAN I DAN MUSIM TIMUR:

STUDI KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN

HANUNG

AGUS

MULYADT

STRUKTUR KOMUNITAS DAN SEBARAN SPASIAL MOLUSKA

PADA EKOSISTEM MANGROVE PASSO,

TELUK AMBON BAGIAN DALAM

YULIANA NATAN DAN

PRULLEY

A.

UNEPUTTY

PERKEMBANGAN GONAD BULUBABI, Tripneustes gratilla,

y At~G

DIT

ANGKAP DI PERAIRAN TELUK

KUP

ANG

AG iETIE T, M.

ZAIRIN

JUNIOR

,

I.

MOKOGlNTA,

M. A

.

SUPRAYUDI, F

.

YULIANDA

PENGARUH SUPLEMENT ASI KOLESTEROL DAN INJEKSI

SEROTONIN P

ADA PEMATANGAN OVARl

INDUK KEPITING BAKAU Scylla serrata

BETHSY

J PATTIASlNA

,

M ZAIRIN

JUNIOR,

I.

MOKOGINTA, R.

AFFANDI,

W. MANALU

L'liTERELASI KLOROFlL-A DENGAN SUHU PERMUKAAN LAUT

PERAIRAN SELATAN JAW

A - SUMBAWA

SIMON

TUBALAWONY

BIOEKONOMI DAN EFISIENSI PERIKANAN PELAGIS KECIL

DI PERAIRAN MALUKU

JOHANIS H1ARIEY

MODELPENGELOLAANSUMBERDAYA'~"~'~r~~

BERBASIS

MASY~~:i~~~~AR:A

DI KA W ASAN KONSERV ASI

(2)

PENGARUH

S

U

PLEMENTASI KOLESTEROL DAN INJEKSI SEROTONIN

PADA

PEMATANGAN

OVARI

INDUK

KEPITING

BAKAU Scylla serrata

(The Effect of Cholesterol

Supplementation and

Serotonin

Injection

ill

Ovarian

Maturation

of

Broodstock

Mild Crabs, Scylla serrata)

Bethsy

J

Pattiasina\), M Zairin Jun

io

r'!, Ing Mokoginta'

l

,

Ridwan Affandel,

Wasmen Manalu4l

I) Program Studi, Budidaya Perairall, FPIK·UNPAlTl. 11. Mr. ChI'. Soplanit, Kampus Poka-Amboll Telp. 1 Faks.· (0911) 3791961(0911) 379859.

E-mail: bpattiasifla@yalioo.com

2) Departemen Budidaya Perairoll, FPIK-IPB. Jl. Ago/is. Kampus IPB Darmaga Bogor 16680.

Telp./faks .. (0251) 86287551 (0251) 8622941.

3) Depar/emell Manajemen Sumberdaya Peraira!!, FPIK-IPB,

.It. Agatis, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680. 4) Departemell AI/atomi, Fisio{ogi & Farmakologi, FKH·IPB,

J/. Agatis, Kampus IPB Darll/ago Bogor 16680. Telp. Ifaks .. (0251) 8629470. EXI.257 1 (0251) 8629459.

Diterima

19 Februari 2010fDisetujui 6 Mei 2010

ABSTRACT

Ovarian maturation of adult female Scylla serrato was induced by adding cholesterol in the diet and serotonin injection. The objective of this reseach was to study the effectivity of level cholesterol supplemented in the diet and serotonin injection in ovarian maturation. The

experimental crabs were used a completely randomized design, with three replications. This study used two cholesterol levels in the diet (0.5 and 1.0%), and serotonin injection levels (5 and lO

~g1g BW). Broodstocks were stocked in five experimental units in two fiber tanks. The fiber tank

was equipped with sands substrate and using flow through seawater system. Samples of

brood stock were taken every four days. Some parameters were used to evaluate the stages of ovarian maturity i.e, gonad index (01) and oocyte diameter, concentration of estradiol 17PJ yolk

protein concentrations, and fecundity. The results showed that female crabs supplemented with

0.5% of cholesterol in the diet, had better perform of ovarian development.

Keywords: cholesterol, serotonin, ovarian maturation, mud crab

PENDAHULUAN

Budidaya kepiting bakau yang dilakukan

selama ini yakni budidaya pembesaran yang

benihnya masih mengandalkan tangkapan alam.

Penyediaan benih di hatchelY sudah diupayakan

sejak tahun 1990·an, namun demikian produksi

benih kepiting bakau melalui usaha pembenihan

belum memadai. Salah satu kendala yang dihadapi

adalah tidak cukup tersedianya induk matang ovarium

saat diperlukan.

Pad a kondisi alamiah, induk betina

mungkin tidak dapat mencapai kematangan gonad

secara penuh. Hal 1m disebabkan karena

ketersediaan makanan di alam tidak sepenuhnya

dapat mensuplai kebutuhan nutnsl yang

diperlukan sebagai cadangan energi bagi proses

reproduksi, sehingga mempengaruhi proses

perkembangan gonad yang berlangsung lebih

lambat. Diketahui bahwa kecukupan nutrien

rnaupun energi sangat diperlukan untuk

permulaan pematangan gonad. Nutrisi induk harus

cukup banyak menyediakan energi dan nutrieo

yang tepat dalam memenuhi kebutuhan metabolis

dari proses biosintesis dan mobilisasi nutrien

untuk pembentukan dan pematangan ovarium.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka

(3)

86 Ichthyos, Vol. 9 No.2, Juli 2010: 85-91

selain metode ablasi tangkai mata, yang

diharapkan dapat mengontroi· pematangan ovari

induk kepiting bakau.

Penelitian mengenai pakan dan nutrisi

induk krustase sudah banyak dilakukan seiring dengan berkembangnya budidaya komersil namun

lebih difokuskan pad a udang, dan bel urn banyak dilakukan pada induk kepiting. Studi biokimia

terhadap induk udang daTi alam memperlihatkan

bahwa fosfolipid, trigliserida, dan kolesterol merupakan klas lipid utama yang terdapat pada

ovari matang. Kolesterol merupakan salah satu

klas lipid yang tidak dapat disintesis de novo oleh

krustase, sehingga kolesterol diasumsikan menjadi diet lipid esensial (Kanazawa et al. 1988).

Kolesterol juga dibutuhkan untuk memenuhi

beberapa fungsi endokrin yaitu prekursor hormon

steroid, proses gonadogenesis, pematangan dan

reproduksi (Wouters et al. 2001). Transpor lemak termasuk kolesterol pada udang dan kepiting

terutama dilaksanakan oleh fosfolipid sebagai komponen high density lipoprotein (HDL) dan reseptor spesifik yang memperantarai proses endositosis (Reddy et al. 2005). Walaupun demikian bel urn banyak Japoran tentang studi

nutrisi reproduksi menggunakan kolesterol pada

induk krustase terutama kepiting bakau.

Selain itu di laporkan bahwa, ada empat tipe

bahan penyusun yang mengatur proses-proses

biologis termasuk reproduksi yaitu: peptida, terpenoid. steroid dan biogenik amin (Warrier et at. 2001). biogenik amin ini terdapat pada sistim saraf pusat krustase dan nampaknya berfungsi

sebagai neurotransmiter serta sebagai

neurohormon yang terbawa melalui hemolimp

(Chen et al. 2003). Salah satu biogenik amin yang diketahui merupakan neurohormon adalah serotonin atau 5-hydroxytriptamille (5-HT) yang berperan secara tidak langsung di dalam sistim

saraf pusat yakni otak dan ganglion toraks untuk

merangsang sekresi gonad stimulating hormone

(GSH) atau rnelalui aksi langsung serotonin

didalam lobus optik tangkai mata untuk

menghambat sekresi gonad inhibiting hormone

(GIH). Serotonin kemudian dianggap sebagai

vitellogenesis stimulating hormone-releasing

hormone (VSH-RH) yang bertanggungjawab bagi

sintesis vitelogenin pada udang penaeid

(Kirubagaran et al. 2005). Namun saat ini belum

ada informasi sampai sejauh mana pengaruh

serotonin terhadap perkembangan ovari induk

kepiting bakau.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh suplementasi kolesterol didalam pakan

maupun injeksi serotonin pada pematangan ovari

induk kepiting bakau,

METODOLOGI Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Balai Budidaya

Laut Waiheru - Ambon, yang berlangsung dari

bulan Januari 2008 hingga Februari 2009.

Pemeliharaan hewan uji

Kepiting bakau betina dewasa jenis S. serrata diperoleh dari alam melalui pedagang

pengurnpul dengan ovan yang bel urn

berkembang. Ukuran lebar karapaksnya berkisar

11.1-13.7 cm dan bobot tubuh awal berkisar

288-482 g. Sebagai wadah pemeliharaan adalah bak fiberglas yang di sekat-sekat, sehingga membentuk kotak-kotak kecil yang berukuran 30

X 40 cm. Bak diberi substrat pasir setebal 15 cm

dan menggunakan sistim air mengalir dengan

tinggi air konstan dalam bak 25 cm. Tiap katak ditempatkan satu induk kepiting yang sebelumnya

telah didesinfeksi dengan larutan KMnO,

berkonsentrasi 0.37% selama 20 menit, kemudian

diaklimatisasikan selama

±

4 hari. Pada masa ini kepiting diberi pakan berupa ikan segar 2-3% dari

bobot tubuh per hari dan kemudian diadaptasikan

terhadap pakan uji. Masa pemeliharaan induk

masing-masing perlakuan sesuai dengan tahap matang ovari yang dicapai.

Pakan uji

Pakan uji yang digunakan berupa pakan

buatan yang dibuat dengan ukuran panjang dan diameter I crn. Pakan ini mengandung kadar

protein 45.76% dan lemak 6.67%. Pakan

diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh. satu

kali sehari yakni pada sore hari.

Desain penelitian dan pengumpulan data

Penelitian dilakukan dengan menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan berupa

pemberian kolesterol dengan dosis 0.5% dan 1.0%, dan penyuntikan serotonin dengan dosis 5

l'g dan 10 l'g/g bobot tubuh. Serotonin

(5-hydroxytriptamine creatinine sulfat complex,

produksi Sigma, USA) dilarutkan dalam 0.2 ml larutan fisiologis (NaCI 9%). Penyuntikan dilakukan sebanyak 3 kali pad a pangkal coxa (kaki jalan ke-3), yakni pada hari pertama dan

kemudian selang waktu 5 hari berturut-turut.

Sebagai kontrol adalah pakan tanpa penambahan

kolesterol dan tanpa penyuntikan serotonin.

Keseluruhan perlakuan terdiri atas 5 satuan

percobaan sebagai berikut, Kontrol (KO); Suplementasi kolesterol 0.5% (K05);

(4)

Pengaruh Suplc:mantasi Kolesterol ... (8. 1. Pattiasina, M. Zairin Junior, I. Mokoginta, R. Afandi, W. Manalu) 87 serotonin 5 J-lglg bobot tubuh (S5); Penyuntikan

serotonin 10 J-lg

I

g

bobot tubuh (S 1 0).

Pengamatan terhadap tingkat kematangan ovari (TKO) dilakukan setiap 4 hari, dengan berpedoman pada John dan Sivadas (1978). Tiap perlakuan menggunakan 3 individu sebagai ulangan. Pengambilan sampel jaringan ovari dilakukan pad a tahap matang (TKO !II). Untuk memudahkan pengukuran diameter oosit dan pellghitungan telm, sampel ovari direndam dalam

1:1l"ut3n Gilson 100% untuk memisahkan oosit satu dengan lainnya. Jaringan ovari segar disimpan dalam

Jrezzer

untuk keperluan anal isis konsentrasi harmon estradiol 17J3, dan konsentrasi protein terlarut kuning telur (yolk).

Parameter kualitas air yang diukur meliputi suhu (28.8-31 'c), salinitas (25-34 ppt), oksigen (5.2-6.96 ppm). dan pH (7.2-7.95).

Mctode A nalisis

Tingkat kematangan ovari (TKO)

Pengukuran fase perkembangan ovari secara morfologis (makroskopis) berdasarkan pengamatan pemenuhan sel-sel telur di bagian dorsoventral (dilihat melalui pertautan karapaks bawah dan ruas abdomen pertama) meliputi ukuran dall warna ovan. Oeskripsi tentang pemclluhan penampang jaringan ovari oleh sel-sel It:::lur menggambarkan perkembangan tingkat kematangan ovari (TKO) secara kualitatif. Hasil pengamatan kemudian diberi nilai skala sesuai tingkat kematangannya, sehingga diperoleh nilai kuantitatif yang rnenentukan kategori TKO. Pada kategori TKO belum matang (nilai skala 1-2) menggarnbarkan jaringan ovari belurn rnatang yang berwarna transparan atau putih susu. Pada kalegori TKO menjelang rnatang dan matang ovari tahap awal (nilai skala 3 dan 4) yang membedakan keduanya yakni posisi sel-sel telur pada jaringan ovad menjelang matang masih terlihat kecil di bag ian tengah karapaks, namun slldah berwarna kuning tua. Sedangkan kategori jaringan ovari matang tahap awal, sel-sel telur terlihat sudah memenuhi sebagian penampang jaringan ovari. Pada kategori jaringan ovari matang, memperlihatkan set-sel telur hampir memenuhi seluruh penampang jaringan ovari (nilai skilla 5) dan sudah memenuhi seluruh penampang jaringan ovan hingga terlihat menggembung (nilai skala 6). Hasil pengamatan divisualisasikan dalam belltuk grafik selama 5 peri ode atau 20 hari pengamatan

Lama waktu matang ovari

Lama waktu yang dibutuhkan kepiting uji untuk meneapai tingkat kematangan ovari (TKO) III atau tahap matang, dari keadaan ovari yang

belurn berkembang didasarkan pada pengamatan faktual.

Pengukuran indeks gonad (IC) dan diameter oosit

Indeks gonad diperoleh dari hasil pembagian bobot gonad (ovari) dalam keadaan basah dengan bobot tubuh dikalikan 100. Data diameter oosit diperoleh melalui pengukurnn tethadap 100 butir oosit, menggunakan rnikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler.

Pengukurao konseotrasi hormon estradiol17p Pengukuran konsentrasi hermon estradiol 17P dari sampel ovarium dengan menggunakan metode ekstraksi dan rnetode enzym immunoassay

(estradiol 17p-ELISA test kit)

Pengukuran konsentrasi protein terlarut kuning telur (yolk)

Pengukuran kandungan protein terlarut dari kuning telur (yolk) dengan metode pengendapan dan met ode elektroforesis

Fekunditas

Penetuan fekunditas dilakukan pada induk kepiting tahap matang ovari secara gravimetrik yakni menghitung jumlah oosit pada sebagian eontoh gonad (ovari) dikalikan dengan bobot total ovari, dan dibagi dengan bobot sebagian contoh ovari.

Analisis statistik

Pengaruh perlakuan terhadap pematangan ovari yang meliputi parameter tingkat kematangan ovari (TKO) disajikan seeara deskriptif. Analisis terhadap lama waktu matang ovari, indeks gonad dan diameter oosit, konsentrasi estradiol 17P dari ovari, kandungan protein yolk, serta fekunditas dilakukan dengan sidik ragam ANOV A dan uji BNJ untuk perbedaan perlakuan. Analisis menggunakan software SPSS (versi 17.0).

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Tingkat kernatangan ovari (TKO) dan lama waktu matang ovari dari induk kepiting bakau S.

serrata

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kepiting yang memiliki nilai skala TKO lebih tinggi ialah yang disuplementasi dengan kolesterol 1% (K I), dan yang disuntik serotonin dosis 5 J-lg/g bobot tubuh (S5) (Gambar I). Hal ini berarti bahwa induk kepiting yang diberi perlakuan K I lebih eepat men gal ami perubahan pada jaringan ovari dibandingkan dengan kepiting

(5)

88

Ichth

y

os, Vol.

9

N

o.2, Juli 2010:

85-9

1

yang

disuplementasi dengan kole

s

terol 0.5%

(K05)

,

perubahan

p

ada

jaringan ova

ri

mulai

tamp

ak

pada peri ode pengamatan

ke-2

(P2).

Gambar 1. Perkembangan tingkat kematangan ovari kepiting bakau S. serra/a selama 5 peri ode

pengamatan

(P

l-P

5)

den

gan

se

lang

waktu pengamatan 4 hari.

Pen

g

amatan

y

ang

dilakukan

seeara

morfologis

lOl

dapat

merepres

e

nta

s

ikan

perkembangan j

aringa

n

ovari

yang sesungguhnya

dan dapat menentukan

l

ama

waktu yang

diperlukan untuk meneapai

tahap

matang

ovari.

Berkaitan

dengan

hasil

pengamatan

yang

dida

sa

rkan pada deskripsi

TKO

dan nilai

ska

l

a,

maka kepiting

yang

disuplementasi dengan

kolesterol 1%

,

dapat meneapai tahap matang

o

vari

dalam

waktu

1

8.3

3

±

2

.

31

hari

.

Hasil p

en

elitian

o

l

eh

Hatta

(1998)

menunjukkan bahw

a

p

e

mber

ia

n

pak

an

dengan protein 40

%

dan

l

emak

5

%

tidak

berpengaruh

terhadap

perkembangan

ovari

kepiting b

akau

S.

Serrato,

se

dangkan

kadar

lem

ak

berturut-turut

8,

11

,

dan

14%

terbukti

mempengaruhi perkemb

.

a

ngan

o

va

rium.

Hal

ini

memperlihatkan bahwa

1emak

sangat penting

dalam

pematangan

ovari.

Lebih

lanjut

dikemukakan bahwa pemberian pak

a

n dengan

kadar

l

emak

14

%

sebanyak

10%

bobot tubuh,

mengh

asilkan

pematangan ovari dalam waktu

tersingkat

yaitu

48

hari

,

dibandingk

a

n dengan

pemberian pakan berkadar lemak

8

dan 11

% yang

dieapai dalam

waktu

57 dan

64

hari.

Pem

b

erian

lemak

kemungkinan

dapat

menyediakan

kolesterol

yang

diperlukan dalam pemb

e

ntukan

s

teroid

,

me

s

kipun memer1ukan tahapan dan pro

s

es

dalam rnen

s

int

es

i

s s

teroid

,

dan konsentra

s

i

steroid

yang diha

s

ilkan tidak

e

ukup

efektif untuk

mema

c

u

.

se

kre

s

i

gonad

stimulating ho

r

mone

(GSH) sehingga memerlukan

waktu

matang

ovari

relatif lebih larna. Per1akuan S5

memperlihatkan

tingkat perubahan morfologi jaringan

ovari yang

relatif menonjol pada

peri

ode ke-4 untuk

meneapai tahap matang yaitu dalam waktu 18.33

±

3.06 hari

.

Kedua perlakuan

ini

memperlihatkan

lama

waktu

matang

ovari

tersingkat

,

dibandingkan

den

ga

n

kepiting

ko

ntr

ol

a

tau tanpa

penambahan kole

s

terol dan di

s

untik

se

rotonin

(P

<

0.05)(Tabel1)

.

Tabel

I.

Waktu

yang

dip

e

rlukan

oleh

induk

kepiting

bakau S. serrata untuk mencapai matang ovari Perlakuan KO K05 Kl S5 SIO

Lama waktu matang'ovari (hari) 22.67 ± 1.53" 22.00 ± 1.0010 18.33±2.31ID 18.33 ± 3.06h1 20.00 ± 5.57'" ") tn, nilai tengah dalam kolom yang sarna tidak berbeda nyata

Indeks

gonad

(IG) dan diameter oosit

Ni

1ai ind

eks gonad (IG)

pada

tahap

matang

ovari

menunjukk

an

bahwa

kepiting

ya

n

g

disuplementasi dengan kole

stero

l dosi

s

0.5%

(K05)

memi1

iki ni1ai

IG tertinggi

(7.38

±

0.50%)

dari

induk kepiting

perlakuan lainnya (P

<

0.05).

Demikian

juga

dengan ukuran diam

e

t

er

oo

s

it

ya

ng

dihasilkan

dari induk

k

e

piting

y

ang diberi

perlakuan yang

sarna,

adalah

tertinggi (278

±

27.5

fl.lIl).

Hal ini

mengindik

asikan

bahwa

ke

piting

yang disup1ementa

s

i den

g

an kole

s

t

e

rol 0.5%

s

udah

eukup

untuk

meng

o

p

t

im

a

lkan bobot ovari.

Kepiting yang

di

s

untik d

e

ngan

se

rotonin t

e

m

y

ata

memiliki

ni1

ai

IG

l

eb

ih

r

e

ndah d

a

ri

kepiting

y

ang

disuplementasi

den

gan

kol

es

terol.

Kepiting

y

ang

disuntik

s

erot

o

nin

5

fl

g/g

bobot

tubu

h

(S5)

menunjukkan nilai IG

yang

rend

a

h

(2.42

±

0.45%). Sarna haln

ya

d

e

ngan

ukuran

diameter

oosit yang dihasilkan

oleh

induk kepiting

dari

perlakuan

tersebut

,

tergolon

g

r

e

ndah (190

±

19.5

fl.lIl)

(Tabel 2)

.

Tabe

l

2.

Indek

s gonad (IG)

dan di

ame

ter

oosit

dari

induk

kepiting bakau tahap

matang ovari

Perlakuan IG ('Yo) Diameter oosit (11m)

KO 4.07 ± 2.5Silb 259 ± 62.5/11; K05 7.38 ± O.50b 278 ± 27.5'" Kl 4.13± l.5rb 216±33.51n S5 2.42 ± 0.45" . 190 ± 19.5'0 SIO 2.64 ± 0.57" 193 ± 25.41n

.) tn dan nilai tengah dengan huruf yang sarna dalam kolom yang

sarna, tidak berbeda nyata (P>O.05)

Hasil

penelitian

yang

dilaporkan oleh

Meeratana et 01. (2006)

,

menunjukan bahwa

(6)

Pengaruh

Suplemantasi Kole

st

erol ...

(B.

J.

Pattiasina,

M.

Zairin

Junior,

I.

Mokoginta

,

R.

Afandi, W. Manalu) 89

penyuntikan

serotonin yang dilakukan

pada induk

udang air

tawar Mac

robrachium

rosenbergii

dengan dosis rendah

1

flg

/

g bobot

tubuh

,

dapat

merangsang peningkatan indeks gonad ovari

(5.79

±

0.9%),

jika dibandingkan

dengan indnk

udang

yang

tidak disuntik serotonin (1.59

±

0.3%).

Indeks ovari terendah dijumpai

pada

kelompok

udang yang disuntik

serotonin dengan

dosis yang

semakin

tinggi

(5,10, 20, dan 50 flg/g

bobot

tubub).

Walaupun k

e

piting

yang disuntik serotonin

5 dan 10 flg

/

g bobot tubuh

(

S5)

ini lebih

cepat

mencapai tahap matang

ovari secara

morfologi

dengan lama waktu matang ovari yang singkat

,

namun tidak diikuti d

e

ngan

penambahan bobot

ovari. Hasil

ini

menunjukkan bahwa kemungkinan

penyuntikan

serotonin

dengan

dosis

yang

digunakan

tidak

ef

e

ktif menunJang

proses

perkembangan ovari induk kepiting.

Gambar

2

m

e

nunjukkan kecenderungan

pola perubahan nilai IG mengikuti konsentrasi

estradiol

17p.

Induk

kepiting yang

disuplementasi

dengan

kolesterol

0.5%

(K05)

memiliki

konsentrasi

estradiol

1

7

P

tertinggi

yang

diikuti

dengan

nilai IG

yang

tinggi di

antara

perIakuan

lainnya.

8.00

r---

-

---

--

-

---

-

-

-

----

-

-

-

2.I<l.00 7.00 l 6.00 - 200.00 ~ ] 5.00 150.00 ~ :=:. 4.00 :: -E 3.00 ]1 2.00 '00 100.00 ] 50.00 ~ 0.00 '-'~L--'---'_-'-"-,-_~'-.L_-'="'--+ 0.00 KO KO,

,w

=

IG _ _ E"'rodioI17B

Gambar 2. Perbandingan nilai indeks gonad (IG) dan konscntrasi honnon estradiol 17P dari

induk kepiting

bakau

S. serrata

pacta tahap

matang cvari.

Hal

ini

menunjukkan bahwa

tingginya

nilai

indeks

gonad (IG)

terutama

pada kepiting yang

disuplementasi kolesterol 0.5% (K05) temyata

dipengaruhi oleh tingginya

nilai

konsentrasi

estradiol

17P pada ovari.

Kepiting

yang mendapat

perlakuan

K05 ini,

temyata berpengarub efektif

terhadap

peningkatan konsentrasi

estradiol

17P

dan seimbang dengan peningkatan

indeks

gonad

maupun

ukuran

diameter

oosit.

Hal

1m

menunjukkan bahwa

pemberian dosis

kolesterol

0,5% cukup

optimal

untuk

mengakumulasi

nutrien pembentuk

yolk. Tidak

demikian halnya

dengan kepiting

yang disuntik

serotonin

,

temyata

memiliki

konsentrasi estradiol 17p

lebih

rendah

sehingga diduga

turut

mempengaruhi keberadaan

reseptor

serotonin

di

evan selama proses

pematangan.

Namun demikian

,

hal ini

masih

memerIukan penjelasan lebih lanjut.

Hasil penelitian

Kirubagaran et al.

(2005)

yang melaporkan bahwa

terjadi

sinkronisasi

pematangan ovari dengan profil

hormon

steroid

(estradiol17P

dan

progesteron) yang terdapat

baik

di

hemolimp maupun

ovari, serta perubahan

tingkat aktifitas

serotonin

di otak

dan

ganglion

toraks

dari

lobster

Panulirus

homarus.

Selanjutnya

dikemukakan

tentang

korelasi

langsung yang positif

antara perubahan

kadar

steroid vertebrata

dengan

k

e

b

e

radaan kadar

serotonin yang berangsur-angsur

mengalami

peningkatan sesuai dengan

pertumbuhan oosit.

Hal ini

mengindikasikan keterlibatannya pada

saat

perubahan

fase perkembangan

oosit

meneapai

tahap

matang.

Pr

ote

in k

u

nin

g

telur (yol

k

)

Konsentrasi

protein terIarut

kuning telur

(yolk) yang

dihasilkan

dari ovari

tahap

matang

tidak

menunjukkan

perbedaan (P>0.05). Kep

iting

perlakuan

kontrol

yaitu tanpa penambahan

kolesterol

dan penyuntikan

serotonin

(KO)

mempunyai

nilai

protein terIarut tertinggi

(3.70

±

0.22

mg

/

ml)

,

diikuti

dengan kepiting

yang

disuplementasi

kolesterol 0.5% (3

.52

±

0.18

mg/ml) dan

yang t

e

rendah ialah

kepiting yang

disuntik

serotonin

10 flg

/

g

bobot tubuh (3.33

±

0.03

mg

/

ml). Kepi

t

ing

perlakuan KO memiliki

nilai

yang seimbang

antara

konsentrasi

protein

yolk dengan

uku

r

an diameter

oosit.

Hal

ini diduga

bahwa ketersediaan

protein dan

l

e

mak

pakan

uji

(protein

45.76% dan

lemak

6

,

67%)

sudah

eukup

menyediakan

kebutuhan

nutrien

bagi proses

perkembangan

ovari.

·

N

amun

demikian,

konsentrasi protein

te

rlarut

yolk semakin

menurun

dan tidak

seimbang

dengan diameter oosit pada

kepiting

yang disupl

e

mentasi dengan

kolesterol

maupun

disuntik serotonin (Gambar 3).

300 E 250 ~ 200

"

g

150

J

100 50

o

~

~

I

.b,

KO r-'

.

KOS ~ !r; L'"I

---

f+,

-~

~

I*

i

K1 55 510

Ii!I!III!IID Diameter oosit +_ Protein yolk Perlakuan

3.8 3.7 ~ 3.6

t

3.5 ~ 3.4

!

3.3 .~ 3.2 d: 3.1

Gambar 3.Perbandingan ukuran diameter oosit dan

konsentrasi protein yolk dari induk

kepiting bakau S. serrata

Nutrien yang

sangat penting

reproduksi betina

yakui protein

dan

selama

lemak.

(7)

90

Ichth

yos, Vo

l.

9 No.2, Juli 2010: 85-91

Diasumsikan

bahwa kebutuhan

protei

n lebih

tinggi

selama

pros

es

pematangan dan reproduksi

hewan,

dibandingkan

dengan

masa

non

reproduksi

mengingat tingginya intensitas proses

biosinte

sis

yang

b

erlangsu

ng.

DidiIga

bahwa

proses bio

s

in

tes

i

s

berlangsung

semaki

n meningkat

se

bagai

akibat

dar

i

induk kepiting

ya

n

g

diberi

rangsangan dengan

penambahan

kolesterol

dan

disuntik

seroton

in.

Hal

ini berhubun

gan

dengan

proses met

abo

li

sme

biomolekul

protein

,

lemak,

dan

karbohidrat

,

serta

met

abolisme

untuk

menghasilkan produk khusus dalam jurnlah keeil,

di antaran

ya

ialah

enz

im

dan hormon. Hormon

s

teroid dip

e

rluk

an

untuksintesis

v

it

eloge

n

i

n,

ya

ng

bersumber dari

lemak

pakan maupun

dari

hepatopankrea

s. Le

mak merupakan

sumbe

r

energi

tertinggi

dan sebagai

sumber

asam

lemak

.

Tampakuya syarat keeukupan

l

emak

didasarkan

pada kebutuhan yang eukup akan ketersediaan

nulrien spesifik

sepert

i

highly

un

s

aluraled

jalty

acid

(HUFA)

,

fosfo

lipid

, stero

l

,

dan kebutuhan

akan energi (Wouters

el al.

2001). Sehingga

apabila

energi

yang

dibutuhkan

t

id

ak

meneukupi,

maka akan t

erja

di

oks

idasi dari materi

yang

dapat

diperoleh dari

pakan

maupun

yang

ters

impan

sebagai

eadangan

di otot

dan

gonad

se

bagai

sumber energi.

Fekunditas

Fekunditas

merupakan jumlah

telur

ya

ng

dihasilkan

oleh

seeko

r induk

betina.

Seeara

umum

fekunditas

pad

a

krustasea sangat

·bervar

ia

si

antara

lain bergantung pada ukuran

induk. Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bah

wa

i

nduk

kepiting

dari setiap perl

ak

uan

mempunyai fekunditas yang

tidak

berbed

a

(P

>

0.05). Selain

i

tu

ukuran

induk

juga

memp

enga

ruhi

frek

we

n

s

i

p

em

ij

a

han

,

fekundita

s

dan

derajat fertili

sas

i

(Raeotta el

al.

2003). Fekundit

as

juga

berkaitan

dengan

indeks

kematangan

gonad

dan diamet

er

oosit. Hasil

penelitian ini

menunjukkan

bahwa

kepiting

tanpa

disup

l

ement

as

i

dengan

kolesterol

dan

disuntik

serotonin

(KO) mempun

y

ai

fekunditas tertinggi (4

298

98

7

±

3 522).

Hal ini

diduga

karena

kel

ompok

kepiting ini memiliki

bobo

t tiIbuh

cukup besar (442 ±

13.75

g)(TabeI3).

Demikian pula

dengan induk

kepiting yang

disuntik serotonin 5

~glg

bobot

tubuh (S5),

yang

menghasilkan fekunditas eukup

tinggi (3 614

587

±

3 756

butir telur)

dan memiliki bobot tubuh

yaitu 445

±

30.57

g.

Bobot tubuh

induk

antara

200-300

g

menghasilkan

fe

kundita

s

berkisar

antara

2.7

juta

hingga

3.3

juta butir telur

(Djunaidah 2004).

Di Filipina

,

induk

S. serra

la

dengan bobot tubuh

350-400 g

memiliki

fekunditas berki

sa

r

1.2

juta hingga

1.6 juta

butir

telur (Millamen

a

dan Bangeaya

2001

).

Tabel 3.

Fekundit

as

dengan bobot tubuh

induk

kepiting bakau

S.

sen'ata yang dihasiLkan

pada tahap rnatang evari

Perlakuan Fekunditas (butlr) Bobol tubuh (g)

KO 4 298 987 % 3 5221n 442 ± 13.75 K05 2 334943 ± 1 773tn 407 ± 08.50 KI 2 729 664 ± 1 6961n 407 ± 66.55 S5 3614587 ± 37561!l 445 ± 30.57 SIO 2119847 ± 2216'" 385 ±29.57 .) tn, nilai tengah dalam kolom yang sarna tidak berbeda nyata

(P>O.05)

KESIMPULAN DAN

SARAN

Induk kepitin

g

bakau yang

disuplementa

s

i

kolesterol

0

.5%

(K05)

memp

e

n

ga

ruhi

perkembangan

ovari

l

ebib

optimal. Selain

itu,

induk

kepiting

ya

n

g

di

suntik serot

onin,

efe

kti

f

mempengaruhi keeepatan matang ovari

seeara

morfologis.

Disarank

a

n

aga

r kadar

lemak

dapat

ditingkatkan

dalam

komposisi

pakan,

untuk

kebutuhan

energi bagi

re

produksi dan pematangan

ovari

induk kepiting

bakau.

DAFTAR PUSTAKA

C

h

e

n

YN,

Fanm

HF,

Hsiehm SL,

Kuom

CM

.

2003.

Physyological involvement of DA in ovarian development of the freshwater giant prawn,

Macrobrachium lenusculus. Aquaculture 228:

383-395.

Djunaidab

IS.

2004. Kajian pola pemijahan

ke

piting

bakau (Scylla paramamosain Estampador) dan

peningkatan penampilan reproduksinya melalui

perbaikan kualit

as

pakan dalarn

s

ub

s

trat

perneliharaan teruji. Disertasi. Boger. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fattah

MR.

1998.

Pengarub

s

uplemen horm.on

20-hidroksiekdison dan kolesterol dalam' pakan buatan serta ablasi tangkai mata terhadap

sinkronisasi percepatan perlunakan karapaks dan pematangan telur kepiting bakau, Scylla serrata

(Forskal,

1

775).

Di

se

rta

s

i

.

Bogor.

Sekolah Pascasarjana, Institut Pcrtanian Bogor.

John

S,

Sivadas P.

1

978

.

Morp

hological

changes

in

the

development of the ovary in the eyestalk ablated estuarine crab, Scylla sen-ata (Forskal).

Mahasagar

11(1

&2): 57-62.

.Kanazawa A, Chim L, Laubier L. 1988. Tissue uptake of radioactive cholesterol in the prawn Penaeus

japonicus Bate during ovarian maturation.

Aquat. Living Resour. Ed ke-1.

him

85-91.

Kirubagaran et al. 2005.

C

hang

es

in

verte

bra

te

-typ

e

steroids and 5- hydroxytriptamine during ovarian recrudescence in the Indian spiny lobster, Panulirus hqmarus. New Zealand

(8)

Pengaruh Suplemantasi Kolesterol ... (B. J. Pattiasina, M. Zairin Junior, I. Mokoginta. R. Afandi. W. Manalu) 91

Journal oj Marine alld Freshwater Research 39:

527-537

Leger Ph • SorgeiooS P. 1992. Optimized feeding regimes in shrimp hatcheries. Di daJam: Fast AW. Lester JL. editor. Marine shrimp culture: Principles and Practices. Elsevier sci. Publisher BY The Netherlands. him. 225-244.

Millamena OM. 8angcaya JP. 2001. Reproductive performance and larval quality of pond raised

Scylla serrata females fed various broodstock

diets. III Proceeding of the international forum on tht: culture of Portunid Crabs. Asian

Fisheries Science, Manila Philippines, 14:

153-159.

Meeratana et al. 2006. Serotonin induces ovarian matllration in giant freshwater prawn broodslock, Macrobrachiul1l rosenbergit' de

Man. Aquaculture 260: 315-325.

Racotla IS. Palacios E. Ibarra AM. 2003. Shrimp larval quality relation to broodstock condition.

Aquaculture 227,107-130.

Reddy PRo Kiranmayi P, Kumari KT. Reddy PS. 2005.

17fI.-Hydroxyprogesterone induced ovarian growth and vitellogenesis in the freshwater rice field crab Oziotelphusa set/ex senex.

Aquaculwre 254(1-4 ):768-775.

\Varrier SR, Tirumalai R, Subramoniam T. 2001. Occurrence of vertebrate steroids, estradiol l7P and progestt:rone in the reproducing females of the mud crab Scylla serra/a. Camp Biochem I'hysio/. 130A:283-294.

Wouters R. Piguave X, Bastidas L, Calderon J,

Sorgeloos P. 2001. Ovarian maturation and hemolymphatic vitellogenin concentration of pacific white shrimp Litopenaeus vannamei (Boone) fed increasing levels of total dietary lipids and HUFA. Aquaculture Research 32:

Gambar

Tabel 2.  Indeks  gonad  (IG)  dan  diameter  oosit  dari  induk kepiting bakau tahap matang ovari
Gambar  2  menunjukkan  kecenderungan  pola  perubahan  nilai  IG  mengikuti  konsentrasi  estradiol  17p
Tabel  3.  Fekunditas  dengan  bobot  tubuh  induk  kepiting  bakau  S.  sen'ata  yang  dihasiLkan  pada tahap  rnatang evari

Referensi

Dokumen terkait