• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Obligasi Syariah di Indonesia: Suatu Tinjauan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Obligasi Syariah di Indonesia: Suatu Tinjauan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Eka Siskawati

Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang

Abstract

Sukuk is a syariah based investment aimed to mobilize the idle fund which appropriates for moslem and non moslem investors. Sukuk presented in Indonesia later than other major population moslem countries. Regulations of Sovereign Sukuk was issued in 2008, six months after corporate sukuk was firstly issued in 2002. Generally, sukuk involves three parties in the sukuk structure. However,parties to be involved in Sukuk practices in Indonesia depend on corporate need. For example, sukuk Ijarah PT.Berlian Laju Tanker Tbk was issued by the originator which is generally issued by SPV. These practices are acceptable since SPV concepts are still unknown in Indonesian’s law.

Keywords: Syariah based investments, Sovereign sukuk, Corporate Sukuk. 1. Pendahuluan

Sukuk adalah bahasa arab bentuk jamak yang artinya sertifikat. Sukuk dalam pasar modal Islam (Islamic Capital Market) serupa dengan obligasi yang terdapat di pasar modal tradisional,yaitu surat atau sertifikat dari pihak yang membutuhkan dana .

Perbedaannya adalah obligasi

merupakan surat hutang, sedangkan sukuk merupakan sertifikat kepemilikan kepentingan dalam suatu aset. Obligasi mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayarkan bunga atau kupon kepada pihak yang memberikan hutang, praktek ini sangat jelas dilarang secara Syariah karena mengandung unsur Riba. Alquran, surat 3, ayat 130:

“Wahai orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”

Meskipun, sukuk merupakan produk keuangan islam yang mirip dengan obligasi, namun pada prinsipnya sukuk lebih menekankan kepada kontrak jual beli. The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) dalam standar no.17 mendefinisikan sukuk sebagai :

investment sukuk are certificates of equal value representing undivided shares in ownership of tangible assets usufruct and services (in the ownership of) the assets or particular projects or special investment activity, however, this is true after receipt of the value of the sukuk, the closing of subscription and the employment of funds received for the purpose for which the sukuk were issued.

Bapepam LK dalam peraturan

No.IX.A.14, mendefinisikan sukuk sebagai:

efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas:

1. Kepemilikan aset berwujud tertentu

2. Nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau

(2)

3. Kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu” Investasi Sukuk, selain merupakan instrumen investasi yang sesuai dengan syariah islam, juga merupakan investasi yang relative aman karena memiliki tingkat resiko yang relative rendah. Hal ini disebabkan karena sukuk adalah investasi berbasis aset (asset-based investment), yaitu setiap penerbit sukuk harus memiliki aset yang dapat dijadikan sebagai underlying asset. Oleh sebab itu, Sukuk merupakan alat yang ideal bagi manajemen likuiditas karena sukuk disamping memfasilitasi datangnya dana dari investor, juga merupakan instrumen investasi yang relatif aman disebabkan sukuk merupakan investasi berbasis aset (Vishwanath and Azmi, 2009). Pendanaan dari investasi sukuk harus ditujukan untuk kegiatan yang produktif (pendanaan proyek) dan tidak untuk kegiatan spekulatif. Sehingga resiko yang terjadi semata-mata disebabkan karena proyek dan bukan karena kegiatan spekulatif yang tidak memiliki keuntungan ekonomi riil. Likuiditas dari sukuk tidak hanya menjadi instrumen keuangan alternative bagi investor muslim (i.e.investor Islam), namun juga telah menarik minat investor non-muslim. Bagi investor muslim, sukuk merupakan pendorong likuiditas. Dana yang selama ini tersimpan,

dengan adanya sukuk sebagai

instrumen investasi syariah, sekarang dana tersebut dapat dimobilisasikan. Sedangkan bagi investor konvensional dan non-muslim, sertifikat sukuk

merupakan suatu keunggulan

diversifikasi investasi (Tariq dan Dar,2007).

2. Sukuk di Beberapa Negara

Konsep sukuk pertama kali di perkenalkan oleh OIC Fiqh Academy pada Februari 1988. Tahun 1990 sukuk korporat pertama terbit diMalaysia,

ironisnya yang menerbitkan sukuk untuk pertama kalinya ini adalah institusi non-muslim. Sukuk pertama ini diterbitkan dalam pecahan ringgit (mata uang lokal) dengan nilai RM 125 juta dengan menggunakan akad Bai’ Bithaman Ajil (BBA). Sedangkan sukuk Negara (Sovereign sukuk) pertama kali diterbitkan oleh pemerintah Bahrain pada tahun 2001, dengan nilai USD100 juta dengan akad Ijarah.

Malaysia merupakan Negara yang paling aktif dan penerbit sukuk terbesar didunia. Pasar sukuk Malaysia mencapai USD 68 milyar, atau setara dengan 67% dari total pasar domestik sukuk di dunia (IIFM report, 2009). Sebagai perbandingan, pasar domestik sukuk di Negara-negara teluk hanya USD16 milyar. Angka yang masih sangat kecil dibanding Malaysia.

Di Negara-negara teluk, Bahrain merupakan Negara yang paling aktif menerbitkan sukuk. Bahrain merupakan Negara pertama yang menerbitkan sukuk Negara (sovereign sukuk). Dalam kurun waktu tujuh tahun yaitu dari tahun 2002 sampai tahun 2009, penerbitan sukuk di Bahrain mencapai 77 sukuk. Pasar sukuk Bahrain sampai Juni 2009 hanya USD1.5 milyar, hal ini dikarenakan nilai rata-rata sukuk yang terbit sangat kecil. Sedikitnya lebih dari USD1 milyar dari sukuk yang terbit, Sembilan sukuk memiliki tenor 3-5 tahun dan satu sukuk dengan tenor 10 tahun, sedangkan USD1.2 milyar berupa sukuk jangka pendek yang akan jatuh tempo antara 3 sampai 5 bulan dengan akad ijarah dan salam. Semua sukuk tersebut diterbitkan oleh pemerintah Bahrain. Di Negara-negara teluk kecuali Bahrain, sukuk relative kurang aktif diterbitkan pecahan mata uang local. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menerbitkan global sukuk dalam bentuk mix of sovereign, quasi-sovereign dan korporat sukuk, sedangkan sukuk domestik hanya berasal dari Qatar yang diterbitkan oleh pihak korporat.

(3)

Sukuk pertama yang diterbitkan di Singapur adalah quasi-sovereign sukuk, yaitu terbit pada bulan Juni tahun 2001. Pakistan juga mulai aktif menerbitkan sukuk dari awal Juni 2002, terdapat 30 sukuk yang pernah terbit dalam bentuk sukuk Negara dan sukuk korporat. Negara federasil Jerman Saxony-anhalt pernah menerbitkan sukuk Negara pada bulan Juli 2004. Ini merupakan sukuk pertama yang diterbitkan oleh Negara non-muslim, bernilai 100 juta Euro (setara dengan USD123 juta) dengan akad Ijarah. Negara Jerman masuk kedalam industri keuangan Islam dan sukses memperoleh dana melalui portofolio real estate mereka. Investor dari sukuk ini diantaranya berasal dari US, UK, Arab Saudi, Bahrain, Malaysia,

Jepan, HongKong dan German,

mungkin ini adalah sukuk yang memiliki investor paling terdiversifikasi sampai saat ini.

Meskipun sukuk mulai banyak

diterbitkan di negara-negara non-muslim, praktek-praktek sukuk

dikalangan non-muslim perlu

diperhatikan. Sebagaimana hukum

islam mengharuskan aktifitas

perdagangan yang jujur, jauh dari praktek riba, jauh dari kegiatan spekulasi, dan jauh dari bisnis dan aktivitas –aktivitas merugikan masyarakat banyak seperti pornografi, alcohol, tembakau dan senjata. Praktek-praktek tersebut pada umumnya tidak dilarang keras di kalangan non-muslim, sehingga di khawatirkan praktek sukuk yang dilaksanakan juga tidak sesuai dengan anjuran syariah.

3. Sukuk di Indonesia

Kehadiran sukuk diIndonesia cenderung lambat jika dibandingkan dengan Negara-negara yang memiliki penduduk mayoritas Islam lainnya, seperti Malaysia, Bahrain, dan Sudan. Sukuk yang pertama terbit di Indonesia adalah sukuk korporat, diterbitkan oleh PT.Indosat,Tbk pada tahun 2002

dengan nilai Rp 175 milliar

menggunakan akad mudharabah.

Kemudian diikuti oleh korporasi-korporasi lain. Sukuk Negara terbit pada tahun 2008, setelah keluarnya undang-undang no.19 tahun 2008 yang mengatur tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Sejak dikeluarkannya Undang-undang tentang sukuk Negara sampai saat ini, telah terbit delapan sukuk Negara dimana semuanya sukuk tersebut menggunakan akad Ijarah.

Jenis sukuk dibedakan berdasarkan akad yang mendasari penerbitan sukuk tersebut. Menurut fatwa DSN-MUI nomor 32/DSN-MUI/IX/2002, terdapat 6 akad sukuk yang berlaku di Indonesia saat ini: 1. Mudharabah 2. Musyarakah 3. Murabahah 4. Salam 5. Istishna 6. Ijarah

Dari sekian banyak jenis akad sukuk yang berlaku di Indonesia, pada umumnya sukuk korporat diterbitkan dengan akad Ijarah dan Mudharabah, namun yang paling dominan digunakan baik oleh korporat maupun pemerintah adalah akad Ijarah. Seperti juga yang diperlihatkan oleh diagram 1 dan 2, bahwa akad yang paling dominan di pergunakan oleh korporat dan Negara adalah akad Ijarah dan Mudharabah. Untuk selanjutnya artikel ini akan fokus mendiskusikan sukuk dengan akad Ijarah dan Mudharabah.

(4)

Sumber: Statistik bulan Oktober 2010 IDX (diolah) Grafik 1.

Pasar sukuk di Indonesia periode 2007 sampai 2010

Meskipun sukuk korporat terbit lebih awal dari pada sukuk Negara, namun pasar Sukuk korporat di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan pasar Obligasi korporat. Meskipun masih sangat kecil, yaitu mulai dari tahun 2007 sampai 2010 nilai

sukuk korporat yang diterbitkan belum

mencapai Rp5000 milyar atau

penerbitan sukuk rata-rata 8.6% pertahun dari nilai penerbitan obligasi korporat, namun pertumbuhan sukuk korporat di Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2009, dan sedikit menurun pada tahun 2010.

Optimisme terhadap perkembangan sukuk diIndonesia dapat dilihat dari andil Bapepam dan LK sebagai regulator di

pasar modal Indonesia dengan

mengeluarkan peraturan-peraturan tentang obligasi syariah, yaitu peraturan nomor IX.A.13 yang mengatur tentang penerbitan efek syariah, dan peraturuan nomor IX.A.14 yang mengatur tentang akad-akad yang digunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal. Disamping itu DSAK-IAI juga telah

menerbitkan kerangka dasar

penyusunan penyajian laporan

keuangan syariah yaitu PSAK NO.101 tentang penyajian laporan keuangan syariah dan PSAK NO.105 tentang akuntansi mudharabah. Oleh karena itu, diharapkan produk sukuk tidak hanya sebagai instrument investasi yang lebih islami dan lebih likuid, namun peraturan dan perundang-undangan yang saat ini telah dan sedang dirumuskan juga mampu menjadikan Sukuk memiliki daya saing dan daya banding dengan obligasi konvensional.

3.1 Sukuk Ijarah

Menurut peraturan Bapepam dan LK no.IX.A.14 tentang akad-akad yang dipergunakan dalam penerbitan efek syariah di pasar modal, mendefinisikan Ijarah sebagai berikut:

“Ijarah adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang memiliki barang atau jasa (pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa

(5)

7 6 2 1 3 4

dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa dan atau upah (ujrah), tanpa diikuiti dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi obyek Ijarah.”

Dalam akad Ijarah, pihak yang memberikan sewa harus memiliki sepenuhnya barang atau asset untuk disewakan kepada penyewa. Dari manfaat asset tersebut, penyewa akan membayarkan upah kepada pihak yang memberikan sewa. Sewa dibayarkan sesuai dengan penghasilan yang didapatkan penyewa dari pemanfaatan asset yang disewa. Dalam hal ini, resiko terletak pada keahlian dan kepiawaian

penyewa dalam memanfaatkan asset, dan bukan pada kegiatan spekulatif yang tidak memiliki keuntungan ekonomi riil.

Menurut Ayub, kontrak Ijarah (kontrak sewa) memiliki sistem yang fleksibel yaitu pembayaran sewa dapat tidak mengikuti periode masa manfaat aset, pembayaran sewa dapat dilakukan sebelum periode sewa, selama periode sewa atau setelah periode sewa. Hal ini disebabkan karena factor utama dari likuiditas manajemen kontrak ijarah adalah sekuritisasi (terhadap underlying asset). Pada umum nya kontrak ijarah digunakan oleh pemerintah untuk

Gambar 1.

Struktur Sukuk Secara Umum

1. Originator menjual asset yang akan disewakan kepada SPV

2. Originator menerima

pembayaran asset yang dijual. 3. SPV menyewakan kembali

asset tersebut ke Originator. 4. SPV menerima pembayaran

dari originator sesuai kontrak yang telah disepakati.

5. SPV mengumpulkan dana dari penerbitan sertifikat sukuk yang akan digunakan untuk membeli asset dari originator.

6. SPV mendistribusikan uang sewa dari originator kepada pemegang sertifikat sukuk. 7. Investor menyimpan sertifikat

sukuk.

8. Kupon Ijarah dibayarkan

kepada investor secara

periodik, pembayaran berasal dari sewa rental aset.

Pada saat sukuk jatuh tempo, kepemilikan asset masih berada pada investor, pada saat ini jika asset tersebut dijual kembali maka investor Originator Originator

SPV

Sukuk certificates Investor 8 5

(6)

1 2 3 4 5 6 7

akan mengalami capital loss atau capital gain atas asset tersebut tergantung nilai pasar saat itu. Biaya pembiayaan akan menjadi lebih tinggi bagi investor apabila asset tersebut ternyata tidak dapat dijual kembali. Oleh karena itu, dalam akad sukuk harus ditetapkan bahwa originator akan membeli kembali asset yang dimaksud pada nilai nominal nya. Studi kasus sukuk Ijarah di Indonesia PT.Berlian Laju Tanker, tbk

PT.BLT Tbk membutuhkan dana untuk pengembangan usaha dan berniat

memperoleh pendanaan dengan

menerbitkan sukuk Ijarah dengan Kapal

Tanker milik PT.BLT Tbk sebagai underlying asset nya. PT.BLT Tbk menerbitkan sertifikat sukuk Ijarah tersebut dan memperoleh dana dari investor dengan mentransfer manfaat kapal tanker kepada investor. Investor memberikan kepercayaan kepada PT.BLT Tbk untuk menyewakan kapal tersebut kepada pihak ketiga. Dari transaksi tersebut PT.BLT Tbk memperoleh uang sewa secara berkala, dan mendistribusikan kepada investor sebagai kupon Ijarah. Struktur sukuk Ijarah PT.BLT Tbk dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.

Struktur Sukuk pada kasus Ijarah Sukuk PT.BLT.Tbk

Keterangan :

1. PT.BLT Tbk (originator) menerbitkan sukuk Ijarah. 2. Investor membeli sertifikat

sukuk Ijarah.

3. Investor menyetorkan dana. 4. Dana atas pembelian kapal

tangker oleh investor

diserahkan kepada PT.BLT Tbk. 5. Investor memberikan amanah kepada originator untuk mengelola penyewaan kapal tangker kepada pihak ketiga. 6. Originator menerima fee dari

penyewaan kapal tangker.

7. Investor mendistribusikan fee sewa atas kapal tangker dalam bentuk kupon ijarah secara periodik.

Dalam kasus PT.BLT Tbk ini tidak terdapat Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu pihak yang bertanggung jawab terhadap penerbitan sertifikat sukuk dan yang mendistribusikan kupon ijarah dari originator kepada investor. Fungsi penerbitan sertifikat sukuk ini langsung diambil alih oleh PT.BLT Tbk yang juga merupakan originator. Disamping itu kapal tangker yang menjadi underlying aset tidak disewakan (dimanfaatkan) kepada originator, namun PT.BLT Tbk (originator) yang juga berfungsi sebagai Originator Pihak penyewa tanker Sukuk sertifikat Investor

(7)

SPV mewakili investor menyewakan kapal tangker kepada pihak ketiga. Tidak adanya SPV dalam struktur sukuk PT.BLT Tbk dianggap wajar karena konsep SPV tidak dikenal dalam rezim hukum Indonesia (Bapepam, 2007).

3.2 Sukuk Mudharabah

Menurut Ayub, sukuk mudharabah

adalah sertifikat yang

merepresentasikan kegiatan (bisnis) yang dijalankan dengan prinsip-prinsip mudharabah dengan menunjuk seorang partner atau suatu badan yang berfungsi sebagai mudarib untuk menjalankan manajemen bisnis tersebut. Lebih lanjut Ayub berpendapat bahwa Sukuk Mudharabah mendorong publik untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan ekonomi investasi.

Lebih lanjut, peraturan Bapepam dan LK no.IX.A.14 mendefinisikan Mudharabah sebagai berikut:

“Mudharabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) dimana pihak yang menyediakan dana (shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola modal tersebut”

Pada akad mudharabah, keuntungan dibagi sesuai dengan perjanjian yang disepakati bersama sedangkan kerugian merupakan tanggungan bagi pihak yang menyediakan dana. Kecuali jika kerugian berasal dari kelalaian pihak yang mengelola usaha, maka kerugian merupakan tanggungan pihak yang mengelola usaha.

Seperti yang disebutkan diatas oleh Tariq dan Dar (2007) bahwa sukuk pada dasarnya terdiri dari Originator, SPV dan Investor. Pada sukuk dengan akad Mudharabah Investor yang berperan sebagai pihak yang memiliki surplus dana, mempercayakan dana tersebut kepada SPV untuk dikelola oleh pihak yang memerlukan dana. Begitu juga

sebaliknya SPV bertanggungjawab untuk mengumpulkan bagian laba yang akan didistribusikan secara berkala kepada investor. Laba hasil pengelolaan dana tersebut dibagi untuk investor dan originator sesuai dengan margin yang sudah disepakati diawal kontrak.

4. Studi Kasus Sukuk Mudharabah Indosat 2002

PT.Indosat Tbk membutuhkan dana

untuk pengembangan usahanya

dibidang seluler, yaitu dengan

mengakuisisi anak perusahaan

(Satelindo). Dana yang dibutuhkan untuk proses akuisisi tersebut diperoleh dengan menerbitkan Obligasi Syariah sebesar Rp175 Miliar. PT.Indosat Tbk (mudharib) kemudian memperoleh dana dari Investor (Shahib al-maal), akad yang digunakan adalah Mudharabah yaitu dana yang diperoleh oleh

mudharib akan dikelola dan

dimanfaatkan dengan kesepakatan bagihasil dari laba yang diperoleh sesuai dengan nisbah yang sudah

ditetapkan. Pendapatan yang

dibagihasilkan adalah berasal dari pendapatan PT.Indosat Tbk. Distribusi bagihasil akan dilakukan secara berkala yaitu setiap 3 (tiga) bulan. Pada saat jatuh tempo, PT.Indosat mengembalikan modal investor sebesar Rp175 miliar.

5. Kesimpulan

Sukuk merupakan instrumen investasi berbasis syariah yang dapat digunakan oleh investor baik itu muslim ataupun nonmuslim untuk memobilisasi idle fund. Kehadiran sukuk diIndonesia cenderung lambat jika dibandingkan dengan Negara yang memiliki populasi mayoritas muslim lainnya. Kehadiran sukuk di Indonesia pertama kalinya diterbitkan oleh pihak korporat pada tahun 2002. Undang-undang mengenai surat berharga sukuk Negara baru dapat diundangkan pada tahun 2008, yaitu enam tahun setelah sukuk korporat

(8)

Pertama kali diterbitkan pada tahun 2002.

Pada dasarnya sukuk melibatkan beberapa pihak, diantaranya: pihak yang membutuhkan dana, pihak yang menerbitkan sukuk dan pihak yang menginvestasikan dana dalam sertifikat sukuk. Namun dalam praktek di Indonesia, pihak-pihak yang terlibat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing korporat. Misalnya pada penerbitan sukuk Ijarah PT.Berlian Laju Tanker. Tbk, penerbitan sukuk langsung

dilakukan oleh pihak yang

membutuhkan dana. Hal tersebut masih dianggap wajar sebab konsep SPV tidak dikenal dalam rezim hukum Indonesia. Sukuk Mudharabah adalah skema sukuk yang paling sederhana, yaitu pihak investor menunjuk SPV dan mempercayakan investasinya untuk dikelola oleh pihak yang membutuhkan dana. SPV juga bertanggung jawab untuk mengumpulkan bagian laba yang akan didistribusikan secara berkala kepada investor. Laba hasil pengelolaan dana tersebut dibagi untuk investor dan pihak yang mengelola dana sesuai dengan margin yang sudah disepakati diawal kontrak. Referensi Ayub, Muhammad. 2007. “Understanding Islamic Finance”.WILEY FINANCE,England: P 286 Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan. 2006. “Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor 131/BL/2006 tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal” Bi, Farmida. 2008.“AAOIFI Statement

on Sukuk and It’s Implications”, Publication.

http://www.nortonrose.com/kno wledge/publications/16852/aaoif

i-statement-on-sukuk-and-its-implications (Oktober 2010)

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. “Keputusan Ketuan Bapepam dan LK Nomor: Kep-130/BL/2006 Tentang Penerbitan Efek Syariah”

Departemen Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. 2006. “Keputusan Ketuan Bapepam dan LK Nomor: Kep-131/BL/2006 tentang Akad-Akad yang Digunakan dalam Efek Syariah di Pasar Modal”

Dewan Syariah Nasional MUI. 2002. “Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syari’ah”.

International Islamic Financial Market. 2009. “A Comprehensive Study Of The International Sukuk Market”,http://www.kantakji.com /fiqh/Files/Markets/c9.pdf (Oktober 2010)

(9)

Tariq, A.A dan Dar, Humayon. 2007. “risks of sukuk structures: implications for resource mobilization”. Thunderbird international business review. 203-223

Vishwanath, S.R and Azmi, S. 2009. “An overview of Islamic Sukuk Bonds”. Journal of structured finance, 58-67

Referensi

Dokumen terkait

 Discount uang

Dalam kasus closed globe eye injury, zona I meliputi luka yang hanya melibatkan konjungtiva , sklera atau kornea , cedera zona II meliputi kerusakan pada bilik mata

◦ Buah kopi yang dipetik selektif pada saat masak optimal, maka mutu fisik dan citarasanya lebih baik dibanding dengan buah kopi yang dipetik racutan.  Cara penanganan

Sebuah lubang kecil dibuat di dinding tangki pada dinding tangki pada kedalaman 10 m sehingga air memancar keluar kedalaman 10 m sehingga air memancar keluar dan jatuh di lantai

Adanya Kontak Sosial (sosial contact). Kata kontak berasal dari bahasa latin, secara fisik kontak sosial dapat terjadi apabila ada sentuhan badan, tetapi dengan perkembangan

Pasar Ekuitas Tenggelamkan Minyak Minyak anjlok ke level terendah dalam 3- bulan di New York seiring laporan laba perusahaan tidak sesuai perkiraan analis, data

Hipotesis penelitian ini adalah (1) Pemanfaatan Sungai Ci Karo untuk memenuhi kebutuhan air domestik masyarakat di Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum Kabupaten

Dari hasil perhitungan analisis tingkat reliabilitas yang telah dilakukan peneliti pada uji coba pertama diperoleh nilai r11=0,72, pada uji coba kedua diperoleh nilai