REPUBLIK INDONESIA
Musrenbangnas RKP Tahun 2011
Jakarta 28 April – 1 Mei 2010
PRIORITAS NASIONAL 9:
LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN
BENCANA
1. Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
Dalam RPJMN 2010-2014
2. Arah Kebijakan dan Sasaran RKP 2011
3. Kondisi dan Target 2011
4. Persandingan UPPD dan Renja K/L
OUTLINE
KERANGKA PIKIR PRIORITAS 9
BAPPENASLingkungan
Hidup
• Perubahan Iklim
• Perbaikan Kualitas
Lingkungan
Pengelolaan
Bencana
• Sistem Peringatan Dini
• Peningkatan Kapasitas
Pengelolaan Bencana
Pembangunan
Nasional
1. Prioritas 9:
Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana dalam RPJMN 2010-2014
•
Konservasi dan pemanfaatan lingkungan
hidup mendukung pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan yang keberlanjutan;
serta
•
Penguasaan dan pengelolaan risiko
bencana untuk mengantisipasi perubahan
iklim
Tema Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana Dalam RPJMN 2010-2014
Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana Dalam RPJMN 2010-2014
BAPPENAS
No.
SUBSTANSI INTI:
LINGKUNGAN HIDUP DAN
PENGELOLAAN
BENCANA
DUKUNGAN
DAERAH YANG
DIHARAPKAN
1.
Perubahan iklim:
•
Peningkatan keberdayaan pengelolaan
lahan gambut,
•
Peningkatan hasil rehabilitasi seluas
500,000 ha per tahun,
•
Penekanan laju deforestasi secara
sungguh-sungguh diantaranya melalui kerjasama
lintas kementerian terkait serta optimalisasi
dan efisiensi sumber pendanaan seperti
dana Iuran Hak Pemanfaatan Hutan
(IHPH), Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH), dan Dana Reboisasi
•
Penyediaan Data dan
Informasi
•
Pemeliharaan tanaman
di luar kawasan hutan
•
Penegakan Hukum
Daerah (Perda) terkait
Tata Ruang dan Lahan
Hijau
Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana Dalam RPJMN 2010-2014
BAPPENAS
No.
SUBSTANSI INTI:
LINGKUNGAN HIDUP DAN
PENGELOLAAN
BENCANA
DUKUNGAN
DAERAH YANG
DIHARAPKAN
2.
Pengendalian Kerusakan Lingkungan:
•
Penurunan beban pencemaran lingkungan
melalui pengawasan ketaatan
pengendalian pencemaran air limbah dan
emisi di 680 kegiatan industri dan jasa
pada 2010 dan terus berlanjut;
•
Penurunan jumlah hotspot kebakaran
hutan sebesar 20% per tahun
•
Penurunan tingkat polusi keseluruhan
sebesar 50% pada 2014;
•
Penghentian kerusakan lingkungan di 11
Daerah Aliran Sungai yang rawan bencana
mulai 2010 dan seterusnya
•
Penyediaan Data dan
Informasi Kualitas
Lingkungan
•
Pelaksanaan SPM
Bidang LH di daerah
(Pemantauan Kualitas
Air dan Udara)
•
Pencegahan Kebakaran
•
Penegakan Hukum
Daerah (Perda) Tata
Ruang dan Tata Guna
Lahan
Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana Dalam RPJMN 2010-2014
BAPPENAS
No.
SUBSTANSI INTI:
LINGKUNGAN HIDUP DAN
PENGELOLAAN
BENCANA
DUKUNGAN
DAERAH YANG
DIHARAPKAN
3.
Sistem Peringatan Dini:
Penjaminan berjalannya fungsi Sistem
Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan
Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS)
mulai 2010 dan seterusnya, serta Sistem
Peringatan Dini Iklim (CEWS) pada 2013
•
Dukungan pelaksanaan
Sistem Peringatan Dini
Bencana (Tsunami,
Cuaca, Gempa Bumi)
Prioritas 9: Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana Dalam RPJMN 2010-2014
BAPPENAS
No.
SUBSTANSI INTI:
LINGKUNGAN HIDUP DAN
PENGELOLAAN
BENCANA
DUKUNGAN
DAERAH YANG
DIHARAPKAN
4.
Kapasitas :
Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
dan masyarakat dalam usaha pengurangan
risiko, mitigasi dan penanganan bencana
dan bahaya kebakaran hutan di 33 propinsi
•
Pembentukan BPBD
•
Pengintegrasian
pengurangan risiko
bencana kedalam
kebijakan
pembangunan daerah
•
Peningkatan kapasitas
penanggulangan
bencana di daerah
2. Arah Kebijakan dan Sasaran
RKP 2011
1.Perubahan Iklim
•
Upaya yang terus menerus untuk pengurangan lahan
kritis melalui:
–
rehabilitasi dan reklamasi hutan,
–
peningkatan pengelolaan kualitas ekosistem lahan gambut.
•
Peningkatan kualitas kebijakan konservasi dan
pengendalian kerusakan hutan dan lahan yang terpadu,
•
Evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan yang bersifat lintas K/L,
serta
•
Dukungan terhadap penelitian dan pengembangan untuk
penurunan gas rumah kaca dan adaptasi perubahan
iklim.
2. 1 BUKU I PRIORITAS NASIONAL
2.
Pengendalian Kerusakan Lingkungan
•
Pelestarian daya dukung dan pemulihan kualitas daya
tampung lingkungan hidup
•
Terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup
•
Terjaganya kelestarian SDA dan LH dan kemampuan SDA
dalam mendukung pembangunan berkelanjutan
•
Penguatan kelembagaan dan peningkatan kesadaran
masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses
rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan
lingkungan hidup
•
Terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan
yang didukung oleh semua sektor.
2. 1 BUKU I PRIORITAS NASIONAL
3. Sistem Peringatan Dini
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan
penguatan kelembagaan.
• Peningkatan
akurasi
jangkauan
dan
kecepatan
penyampaian informasi dengan menambah dan
membangun jaringan observasi, telekomunikasi dan
sistem kalibrasi, dan pendirian Pusat Basis Data dan
informasi yang terintegrasi.
2. 1 BUKU I PRIORITAS NASIONAL
4. Penanggulangan Bencana
•
Terlaksananya penyelamatan dan evakuasi korban bencana
yang cepat efektif dan terpadu.
•
Terbentuknya tim gerak cepat (unit khusus penanganan
bencana) dengan dukungan alat transportasi yang
memadai dengan basis 2 lokasi strategis (Jakarta-Malang)
yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
•
Terlaksananya peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
dan masyarakat dalam usaha pengurangan risiko, mitigasi
dan penanganan bencana dan bahaya kebakaran hutan di
33 propinsi,
•
Penyusunan
dan
sosialisasi
panduan
kesiapsiagaan
masyarakat pendayagunaan teknologi mitigasi bencana.
•
Tersedianya peta rawan bencana bagi keperluan mitigasi
bencana.
2. 1 BUKU I PRIORITAS NASIONAL
14
Lintas Bidang Perubahan
Iklim Global
Lintas Bidang Pembangunan
Kelautan Berdimensi Kelautan
BIDANG SDA DAN LH DALAM
BAB 1. KEBIJAKAN
PENGARUSUTAMAAN DAN
LINTAS BIDANG
15Pengarusutamaan
Pembangunan Berkelanjutan
RKP 2011: BUKU 2 BAB 1
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
LATAR BELAKANG
Pencemaran dan penurunan kualitas daya dukung lingkungan hidup terus
terjadi
Perlunya integrasi pembangunan berkelanjutan ke dalam pembangunan
sektoral dan koordinasi antarberbagai pihak SASARAN
Teradopsinya pertimbangan
ekonomi, sosial, lingkungan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan
Terpeliharanya kualitas LH
(membaiknya indeks kualitas LH)
Disepakati dan disusunnya
indeks kualitas LH sebagai alat mengukur pembangunan
berkelanjutan
PENGARUSUTAMAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
ARAH KEBIJAKAN
Kegiatannya merupakan upaya
integral dalam pembangunan sektoral dan kewilayahan
Mempertimbangkan kondisi sosial
kemasyarakatan, daya dukung dan daya tampung lingkungan
Pengarusutamaan dilakukan pada
sektor yang memberikan dampak besar terhadap kualitas lingkungan
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
INDIKATOR KINERJA
PENGARUSUTAMAAN PEMBANGUNAN
Lanjutan pengarusutamaan…..
EKONOMI
Indikator ekonomi makro: pertumbuhan ekonomi dan
dampak ekonomi
SOSIAL
Tingkat partisipasi masyarakat pelaku pembangunan
Partisipasi masyarakat marginal
Dampak terhadap struktur sosial masyarakat
Tatanan/nilai sosial
LINGKUNGAN HIDUP
Dampak terhadap kualitas air, udara, lahan, dan
ekosistem (keanekaragaman hayati)
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
KONDISI SAAT INI
Meningkatnya bencana terkait iklim seperti banjir, kekeringan, kebakaran
hutan dan perubahan keanekaragaman hayati.
Kenaikan muka air laut telah mempengaruhi pola perhubungan
antarpulau, kerusakan sarana dan prasarana pesisir, intrusi air laut yang makin tinggi, dan kemampuan nelayan untuk melaut.
LINTAS BIDANG : PERUBAHAN IKLIM
PERMASALAHAN/ISU
Rendahnya kapasitas
sumber daya manusia dan institusi pengelola
Masih terbatasnya
ketersediaan data dan informasi
Masih kurangnya
kesadaran masyarakat
SASARAN
Meningkatnya kapasitas adaptasi perubahan
iklim, pertanian, kelautan dan perikanan, sarpras, kesehatan
Meningkatnya kapasitas mitigasi di sektor
pertanian, kehutanan, lahan, gambut, energi, transportasi, industri dan pengolahan limbah
Menurunnya emisi GRK … juta ton CO2 Tersusunnya MRV nasional
Tersusunnya Sistem Inventory GRK nasional
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di
berbagai sektor pembangunan dan penguatan kelembagaan;
Tersedianya pendanaan alternatif untuk pelaksanaan kegiatan
dalam rangka pengendalian perubahan iklim;
Pengurangan emisi di sektor energi, kehutanan dan limbah;
Peningkatan kapasitas adaptasi sektor dan daerah terutama dalam
bidang pertanian, kelautan dan perikanan, kesehatan dan sumber
daya air;
Pengembangan kebijakan dan peraturan perundangan mengenai
perubahan iklim.
19
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
KONDISI SAAT INI
Tata kelola wilayah lautan masih partial dan bias ke daratan
sehingga kebijakan yang ada tidak utuh dan terintegrasi
LINTAS BIDANG : PEMBANGUNAN KELAUTAN
BERDIMENSI KEPULAUAN
PERMASALAHAN/ISU
Minimnya infrastruktur pendukung Wilayah perbatasan dan terpencil
kondisinya masih terbelakang, terutama di pulau kecil perbatasan
Belum terselesaikannya batas wilayah laut
dengan negara tetangga
Masih lemahnya pengendalian dan
pengawasan SD kelautan
Habitat ekosistem pesisir dan laut
semakin rusak menurunnya
ketersediaan SD plasma nutfah dan meluasnya abrasi pantai
Minimnya riset teknologi kelautan dan
penerapannya
SASARAN
Pengembangan data dan informasi serta
riset SD kelautan non konvensional
Pengembangan infrastruktur dasar di
pulau-pulau kecil terluar dan fasilitas perintis
Peningkatan kerja sama dan tata batas
wilayah laut
Peningkatan pengawasan
Penataan ruang dan zonasi di pesiisr dan
lautan
Rehabilitasi, konservasi SD kelautan dan
perikanan
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
Meningkatkan sinergitas antar sektor/daerah/pemangku kepentingan
dalam pemanfaatan dan pengelolaan SD kelautan dan pulau-pulau kecil melalui penyusunan tata ruang/zonasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
Meningkatkan pemahaman tehadap konsep negara kepulauan bagi
generasi muda dan masyarakat luas melalui peningkatan modul di sekolah dan peningkatan public awareness;
Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pelanggaran di laut;
Meningkatkan pengamanan, menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah
NKRI:
Pembangunan ekonomi kelautan yang terfokus dan terintegrasi untuk
sektor-sektor strategis untuk pendorong peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk membangun industri maritim.;
Meningkatkan sarana dan prasarana penghubung antarpulau dalam
rangka menjadikan laut sebagai perekat NKRI;
Meningkatkan upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut dalam rangka
menjaga dan mempertahankan fungsinya sebagai pendukung kehidupan. 21
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KELAUTAN
BERDIMENSI KEPULAUAN
2.2 PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG
3.3. Dukungan Program dari K/L
BAPPENAS
Kementerian/Lembaga Program Terkait
Kementerian Lingkungan Hidup Program Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Kehutanan • Program Peningkatan Fungsi Dan Daya Dukung DAS Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat
• Program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Program Pengembangan dan Pembinaan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil
• Program Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan • Program Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan dan
Perikanan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia
Program Penelitian , Penguasaan dan Pemanfaatan IPTEK BAKOSURTANAL Program Survei dan Pemetaan Nasional
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Program Penanggulangan Bencana
Kementerian Ristek Program Peningkatan Kemampuan IPTEK dan Penguatan Sistem Inovasi Nasional
Keberlanjutan Pelaksanaan Inpres 1/2010
•
Penyiapan penetapan kelas air di tingkat kab/kota untuk 13 sungai
prioritas dari 119 kab/kota
•
Penyelesaian pemetaan kesatuan hidrologi gambut di 8 provinsi
•
Berkurangnya volume sampah melalui 3R dalam skala kota untuk
kota besar dan metropolitan
•
Pembangunan TPA regional dan sanitary landfill
Keberlanjutan Pelaksanaan Inpres 3/2010
•
Pengembangan kawasan konservasi dan ekosistem esensial (Sumut,
Sumbar, Jambi, Kaltim, Sulut, Sulsel, NTT, Papua Barat, Papua,
Sulteng)
•
Pengembangan Hutan Rakyat, Kemitraan, Kebun Bibit Rakyat
(KBR)
•
Penetapan kelembagaan KPHP dan KPHL
•
Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Kawasan dan Jenis
(NTT, Sumbar, Sulsel, Maluku, NTB)
PERHATIAN KHUSUS
3. Kondisi dan Target 2011
1. Perubahan Iklim
BAPPENAS
Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut dan
peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500,000 ha per tahun
NO
PROPINSI
LUAS LAHAN SASARAN
REHABILITASI (Ha)
1
Kalimantan Selatan
507,4
2
Kalimantan Tengah
294,1
3
Kalimantan Selatan
61,2
4
Kalimantan Timur
194,7
TOTAL INDONESIA
2,500,000
WILAYAH KALIMANTAN
Penurunan beban pencemaran lingkungan melalui pengawasan
ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi di 680
kegiatan industri dan jasa
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
BAPPENAS
Jenis industri dan jasa: pertambangan, energi, migas,
agro industri, manufaktur dan jasa (termasuk rumah
sakit)
Kegiatan yang dilakukan :
•
Pengendalian Pencemaran Air
•
Pengendalian Pencemaran Udara
•
Pengelolaan B3 dan Limbah B3
Kegiatan Pertambangan, Energi,
Minyak dan Gas
•
Pengelolaan B3 dan Limbah B3
manufaktur, Agroindustri dan Jasa
•
Administrasi Pengelolaan B3 dan
Limbah B3
•
Penanganan Kasus Lingkungan
Wilayah
Jumlah
Sumatera
202
Jawa
348
Kalimantan
89
Bali Nusa Tenggara
6
Sulawesi, Maluku dan
Papua
Penghentian kerusakan lingkungan di 13 Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang rawan bencana
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
BAPPENAS
WILAYAH/PROVINSI
DAS ‘Sangat’ Prioritas
1. Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah 2. Jambi, Sumatera Barat
3. Jawa Timur
4. Jawa Barat, DKI Jakarta 5. Jawa Barat, Banten 6. Jawa Barat
7. Jawa Barat
8. Riau, Sumatera Barat
9. Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu 10. DIY, Jawa Tengah
11. Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat 12. Lampung
13. DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur
1. DAS Barito
2. DAS Batang Hari 3. DAS Brantas 4. DAS Ciliwung 5. DAS Cisadane 6. DAS Citanduy 7. DAS Citarum 8. DAS Kampar 9. DAS Musi 10. DAS Progo 11. DAS Saddang 12. DAS Sekampung 13. DAS Solo
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
BAPPENAS
No Kawasan Konservasi Jumlah Kawasan Luas (Ha) A Inisiasi Dephut 40 5,418,931.55
- Taman Nasional Laut 7 4,043,541.30
- Taman Wisata Alam Laut 18 767,102.00
- Suaka Margasatwa 7 337,308.25
- Cagar Alam Laut 8 270,980.00
B Inisiasi Pemda dan DKP 83 11,633,805.25
- Kawasan Konservasi Perairan Nasional 18 3,521,130.01 - Kawasan Konservasi Laut Daerah 36 8,110,136.11
- Suaka Perikanan 3 453.23
- DPL dan DPM 26 2,085.90
Jumlah Total 123 17,052,736.80
KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD)
BAPPENAS
PROVINSI LUAS (HA)
NAD 50,000 SUMUT 111,483 SUMBAR 51,276 KEP. RIAU 682,769 BENGKULU 50,308 LAMPUNG 14,867 JABAR 32,315 JATENG 6,800 KALBAR 15,300 KALSEL 22,099 KALTIM 1,271,949 SULTRA 27,936 SULTRA 3,000 GORONTALO 2,460 SULSEL 21,486 NTB 49,557 NTT 3,921,138 PAPUA 1,177,646 PAPUA BARAT 597,747 TOTAL 8,110,136
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
BAPPENAS
penurunan tingkat
hotspot
kebakaran hutan sebesar 20% per
tahun
Berupa : Kebijakan dan Penerapan Mekanisme Pencegahan Kebakaran Hutan
dan Lahan , serta Penanganan Kasus Lingkungan terkait kebakaran hutan
No
Wilayah Prioritas
Provinsi
1.
Kalimantan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Tersedianya data sebaran
hotspot di 7 Provinsi rawan
kebakaran hutan dan lahan
sebagai indikator
keberhasilan pelaksanaan
mekanisme pencegahan
kebakaran hutan
2. Pengendalian Kerusakan Lingkungan
BAPPENAS
penurunan tingkat polusi keseluruhan
Kegiatan yang dilakukan,diantaranya :
• Pengendalian Pencemaran Udara
• Pengendalian Pencemaran Udara dari Emisi dan Kebisingan
Kendaraan Bermotor
• Kebijakan Instrumen Ekonomi dalam Pengelolaan LH (Insentif
Pendanaan)
No.
Wilayah
Kota Besar
3. Sistem Peringatan Dini :
BAPPENAS
Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini
Tsunami (TEWS) dan Sistem Peringatan Dini Cuaca
(MEWS)
Sistem
Wilayah
Provinsi
TEWS
Regional Center 1. Medan (9 lok)
Regional Center 2. Bandung (18 lok)
Regional Center 3. Denpasar (6 lok)
Regional Center 4. Makassar (15 lok)
Regional Center 5. Jayapura (4 lok)
Regional Center 6. Padang (13 lok)
Regional Center 7. Jogyakarta (24 lok)
Regional Center 8. Kupang (4 lok)
Regional Center 9. Ambon (5 lok)
Regional Center 10. Manado (7 lok)
3. Sistem Peringatan Dini :
33
BAPPENAS
Penjaminan berjalannya fungsi Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS)
dan Sistem Peringatan Dini Cuaca (MEWS)
Sistem Wilayah Provinsi
MEWS 1. Aceh 2. Medan 3. Padang Sidempuan 4. Pekanbaru 5. Padang 6. Sungai Penuh 7. Jambi 8. Palembang 9. Bengkulu 10.Lampung 11.Jakarta 12.Bandung 13.Semarang 14.Surabaya 15.Denpasar 16.Sumbawa Besar 17.Dompu 18.Ruteng 19.Alor 20.Kupang 21.Saumlaki 22.Ambon 23.Buru 24.Labuha 25.Masifo 26.Pontianak 27.Sintang 28.Pangkalanbun 29.Palangkaraya 30.Sungai Pinang 31.Banjarmasin 32.Samarinda 33.Longwai 34.Tarakan 35.Longnawan 36.Makassar 37.Polewali 38.Baubau 39.Palu 40.Luwuk 41.Gorontalo 42.Manado 43.Sorong 44.Nabire 45.Fak Fak 46.Pamdai 47.Timika 48.Jayapura 49.Merauke 50.Wamena 51.Tanah Merah 33 Provinsi
4. Penanggulangan Bencana
BAPPENAS
No.
Wilayah
Jenis Bencana
1.
Wilayah Kalimantan
Gempa Bumi, Tsunami, Letusan
Gunung Api, Gerakan Tanah, Banjir,
Gelombang Pasang, Kebakaran
Hutan, Banjir - Longsor, Kekeringan
No.
Strategi Pembangunan Wilayah
Lokasi Sasaran
1.
Pemenuhan Kebutuhan dan
Pendistribusian Peralatan dan
Logistik di Kawasan Rawan Bencana
Kalimantan Barat; Kalimantan
Timur
4. Persandingan UPPD dan Renja K/L
REPUBLIK INDONESIA