• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURANKEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATABUKUAN MANUAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURANKEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENATABUKUAN MANUAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURANKEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

TENTANG

PENATABUKUAN MANUAL

DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia, diperlukan anggaran dari keuangan negara yang dikelola secara tertib, efisien, efektif, dan transparan melaluipertanggungjawabankeuangan negara;

b. bahwa salah satu bentuk pertanggungjawaban keuangan negara dilaksanakan melalui penatabukuan manual sebagai pelengkap laporan keuangan yang telah diproses dengan menggunakan aplikasi sistem akuntansi pemerintahan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Penatabukuan Manual dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

2. Undang-UndangNomor 17 tahun 2003 tentangKeuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(2)

4. Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATABUKUAN MANUAL DILINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri adalah alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran dan disahkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN).

4. Satuan Kerja yang selanjutnya disingkat Satker adalah unit organisasi lini yang melaksanakan kegiatan Polri dan memiliki kewenangan serta tanggung jawab penggunaan anggaran.

5. Bendahara Pengeluaran adalah Pegawai Negeri Pada Polri yang diangkat oleh Kapolri yang bertugas untuk menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang yang berada dalam pengelolaannya.

(3)

6. Penatabukuan manual adalah segala usaha dan kegiatan untuk mencatat semua transaksi keuangan secara teratur dengan menggunakan suatu sistem tertentu dalam rangka penyusunan laporan dan pertanggungjawaban keuangan.

7. Pertanggungjawaban Keuanganadalah dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah

dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM) untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA.

9. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

10. Anggaran yang bersifat khusus adalah anggaran Polri yang bersifat kontinjensi, darurat, atau mendadak yang secara teknis pencairannya dilaksanakan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia c.q. Kepala Pusat Keuangan (Kapuskeu) Polri.

11. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

12. Surat Setoran Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat SSBP adalah surat setoran yang digunakan atas PNBP (selain Pajak dan Cukai) dan penerimaan non anggaran.

13. Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disingkat SSP adalah surat yang digunakan Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang.

14. Nomor Transaksi Bank/Pos yang selanjutnya disingkat NTB/P adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan Negara yang diterbitkan oleh bank/pos/devisa persepsi.

15. Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat NTPN adalah nomor yang tertera pada bukti penerimaan Negara yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan Negara (MPN).

16. Nomor Penerimaan Potongan yang selanjutnya disingkat NPP adalah nomor bukti transaksi penerimaan Negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan.

17. Perhitungan FihakKetiga yang selanjutnya disingkat PFK adalah sejumlah dana yang dipotong langsung dari gaji pokok dan tunjangan keluarga pegawai negeri/pejabat Negara, dan iuran asuransi kesehatan yang disetor oleh pemerintah serta tabungan perumahan Pegawai Negeri Sipil Pusat/ Daerah untuk disalurkan kepada Pihak Ketiga.

(4)

Pasal 2 Tujuan peraturan ini:

a. Sebagai pedoman penyelenggaraan penatabukuan manual di lingkungan Polri; dan

b. Terwujudnya tertib administrasi dan pelaporan keuangan sesuai dengan prinsippenatabukuan.

Pasal 3 Prinsip dalam peraturan ini meliputi:

a. Legalitas, yaitu penyelenggaraan penatabukuan manual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Akuntabilitas, yaitu penyelenggaraan penatabukuan manual dapat dipertanggungjawabkan;

c. Transparan, yaitu penyelenggaraan penatabukuan manual dilaksanakan secara jelas dan terbuka; dand. Proporsional, yaitu data yang dicatat dalam penatabukuan manual sesuai dengan dokumen yang ada.

Pasal 4

(1) Penatabukuan manual dilaksanakan pada: a. Tingkat Satker;

b. Tingkat Wilayah; dan c. Tingkat Pusat.

(2) Dalam melaksanakan penatabukuan manual menggunakan buku-buku yang terdiri dari:

a. Buku harian;

b. Buku pembantu; dan c. Buku tambahan.

(5)

BAB II PELAKSANAANPENATABUKUAN Bagian Kesatu Tingkat Satker Paragraf 1 Pelaksana Pasal 5

(1) Penatabukuanmanualtingkat Satker dilaksanakanoleh Bendahara Pengeluaran.

(2) Bendahara Pengeluaran sebagai pelaksana penatabukuan manual wajib:

a. Mencatat dan membukukan semua penerimaan dan pengeluaran keuangan negara; dan

b. Mempertanggungjawabkan keuangan yang berada dalam pengurusannya.

Paragraf 2 Buku Harian

Pasal 6

(1) Buku harianwajib dikerjakan oleh Bendahara Pengeluaran setiap hari, yang terdiri dari:

a. Buku kas bank;

b. Buku penerbitan SPM; dan c. Buku penerimaan SP2D.

(2) Buku Kas Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran uang negara beserta perubahannya baik secara tunai maupun melalui bank yang menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran.

(3) Buku Penerbitan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk mencatat semua penerbitan SPM.(4) Buku Penerimaan SP2D sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk mencatat semua penerimaan SP2D yang diterbitkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

(5) Format buku harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “A.1” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

(6)

Paragraf 3 Buku Pembantu

Pasal 7

(1) Buku pembantu wajib dikerjakan setiap bulan oleh Bendahara Pengeluaran, yang terdiri dari:

a. Buku pengawasan piutang; b. Buku pengawasan utang; c. Pengawasan hibah;

d. Buku pengawasan anggaran khusus;

e. Buku pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara; dan

f. Buku pengawasan penerimaan dan pengeluaran lain-lain. (2) Buku pengawasan piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua piutang yang berasal dari personel dan pihak ketiga kepada negara.

(3) Buku pengawasan utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua utang yang diakui secara sah menjadi tanggungan negara. (4) Buku pengawasan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua hibah dari pihak ketiga yang dinilai dengan mata uang rupiah baik yang sudah maupun belum diregistrasi.

(5) Buku pengawasan anggaran khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk mencatat secara rinci penerimaan dan pengeluaran anggaran maupun dana sebagai sarana pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan dana yang bersumber dari anggaran bersifat khusus.

(6) Buku pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci penerimaan dan penyetoran:

a. PFK;

b. Pajak dengan bukti SSP; dan c. PNBP dengan bukti SSBP.

(7)

(7) SSP dan SSBP sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b dan huruf c, dicatat pada penatabukuan manual dilakukan apabila telah mendapat NPP, NTP, NTPN dan NTBkecuali ditetapkan lain sesuai peraturan perundang-undangan.

(8) Buku pengawasan penerimaan dan pengeluaran lain-lain sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf f digunakan untukmencatat dan mengawasi penerimaan dan pengeluaran dana yang bersumber diluar APBN, PNBP dan Hibah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(9) Format buku pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “A.2” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Paragraf 4 Buku Tambahan

Pasal 8

(1) Buku tambahan digunakan sebagai masukan data buku pembantu, yang terdiri dari:

a. Kartu piutang; b. Kartu utang; c. Kartu hibah;

d. Kartu anggaran khusus;

e. Kartu penerimaan dan penyetoran pendapatan negara; dan f. Kartu penerimaan dan pengeluaran lain-lain.

(2) Kartu piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk mencatat dan mengawasi piutang perorangan maupun pihak ketiga kepada negara.

(3) Kartu utang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi utang negara kepada pihak ketiga.

(4) Kartu hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk mencatat dan mengawasi penerimaan dan pengeluaran hibah.

(5) Kartu anggaran khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d digunakan untuk mencatat penerimaan anggaran, penerimaan dan pengeluaran dana agar setiap saat dapat diketahui sisa anggaran dan dana yang masih tersedia.

(8)

(6) Kartu pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan untuk mencatat dan mengawasi penerimaan PFK, penyetoran pajak dan PNBP.

(7) Kartu penerimaan dan pengeluaran lain-lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f digunakan untuk mencatat penerimaan dan pengeluaran dana yang bersumber diluar APBN, PNBP dan Hibah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai alat kontrol dan tidak termasuk dalam kelengkapan laporan keuangan Bendahara Pengeluaran.

(9) Format buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “A.3” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Bagian Kedua Tingkat Wilayah

Paragraf 1 Pelaksana

Pasal 9

(1) Penatabukuanmanualtingkat wilayah dilaksanakanoleh Kepala bidang keuangan (Kabidkeu).

(2) Kabidkeumelaksanakan kegiatan pencatatan:

a. Penerimaan tembusan Keputusan Otorisasi Kapolri(KOK) dan Perintah Pelaksanaan Kegiatan (P2K);

b. Penerimaan Nota Pemindahbukuan Kapolri (NPBK) dari Kapuskeu Polri;

c. Pembayaran kepada Bendahara Pengeluaran atau pihak ketiga;

d. Penerimaan dan penyetoran pendapatan Negara; e. Pengawasan pelaksanaan anggaran dan dana;dan

f. Penerimaan, verifikasi dan kompilasi data Laporan Keuangan tingkat Satker.

Paragraf 2 Buku Harian

Pasal 10

(9)

(1) Buku harian wajib dikerjakan oleh Kabidkeu selaku penerima dan penyalur anggaran bersifat khusus berupa Buku Kas Bank yang merupakan kelengkapan pertanggungjawaban keuangan.

(2) Buku Kas Bank digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran uang negara serta perubahannya baik secara tunai maupun melalui bank yang menjadi tanggung jawab Kabidkeu.

(3) Format buku Kas Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran “B.1” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Paragraf 3 Buku Pembantu

Pasal 11

(1) Buku pembantu merupakan buku yang wajib dikerjakan setiap bulan oleh Kabidkeu dan termasuk kelengkapan pertanggung jawaban keuangan.

(2) Buku pembantu, terdiri dari:

a. Buku penerimaan dan penerbitan otorisasi; b. Buku penerimaan dan pengeluaran dana; c. Buku pengawasan anggaran khusus;

d. Buku pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara;

e. Buku gabungan kas bank;

f. Buku gabungan penerbitan SPM; g. Buku gabungan penerimaan SP2D; h. Buku gabungan pengawasan piutang; i. Buku gabungan pengawasan utang; j. Buku gabungan pengawasan hibah;

k. Buku gabungan pengawasan anggaran khusus;

l. Buku gabungan pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara; dan

m. Buku gabungan pengawasan penerimaan dan pengeluaran lain-lain.

(3) Format buku pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “B.2” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

(10)

Pasal 12

(1) Bukupenerimaan dan penerbitanotorisasisebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a digunakanuntukmencatat dan mengawasi secara rincipenerimaantembusan KOK dan tembusan P2K.

(2) Buku penerimaan dan pengeluaran dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rincipenerimaan NPBK dan pengeluaran dana. (3) Buku pengawasan anggaran khusus sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11ayat (2) huruf c digunakan untuk mencatat secara rinci penerimaan dan pengeluaran dana sebagai sarana pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan dana yang bersumber dari anggaran bersifat khusus.

(4) Buku pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rincipenerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(5) Buku gabungan kas bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf e digunakan untukmengkompilasi data Buku Kas Bank dan mengetahui sisa danaakhir bulan pada:

a. Bendahara Pengeluaran; dan

b. Bidkeu untuk Anggaran yang bersifat Khusus.

(6) Buku gabungan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) huruf f digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Penerbitan SPM; dan

b. Mengetahui dan mengawasi penyerapan anggaran dari seluruh Satker.

(7) Buku gabungan penerimaan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf g digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Penerimaan SP2D; dan

b. Mengetahui dan mengawasi penyerapan anggaran dari seluruh Satker.

(8) Buku gabungan pengawasan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf h digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Piutang Bendahara Pengeluaran; dan

b. Mengetahui dan mengawasi sisa piutang.

(11)

(9) Buku gabungan pengawasan utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) huruf i digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Utang Bendahara Pengeluaran; dan

b. Mengetahui dan mengawasi sisa utang.

(10) Buku gabungan pengawasan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) huruf j digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Hibah Bendahara Pengeluaran;

b. Mengetahui, mengawasi penerimaan dan pengeluaran hibah bentuk uang; dan

c. Mengawasi penerimaan hibah bentuk barang/jasa.

(11) Buku gabungan pengawasan anggaran khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (2) huruf k digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran Khusus pada Bendahara Pengeluaran; dan

b. Mengawasi sisa dana maupun sisa anggaran bersifat khusus. (12) Buku gabungan pengawasan penerimaan dan penyetoran

pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf l digunakan untuk:

a. Mengkompilasi Buku Pengawasan Penerimaan dan Penyetoran Pendapatan Negara pada Bendahara Pengeluaran; dan

b. Mengawasi secara rinci penerimaan dan penyetoran PFK, pajak dan PNBP yang dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran.

(13) Buku gabungan pengawasan penerimaan dan pengeluaran lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf m digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Penerimaan dan pengeluaran Lain-lain tingkat Satker; dan

b. Mengetahui serta mengawasi penerimaan,penggunaan atau pengeluaran dana yang bersumber diluar APBN, PNBP dan Hibah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(12)

Paragraf 4 Buku Tambahan

Pasal 13

(1) Buku tambahan digunakan sebagai masukan data buku pembantu,terdiri dari:

a. Pengawasan anggaran dan dana; dan

b. Kartu pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(2) Buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai alat kontrol dan tidak termasuk dalam kelengkapan laporan keuangan tingkat wilayah.

(3) Kartu Pengawasan Anggaran dan Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk:

a. Mencatat KOK, P2K, NPBK dan pengeluaran dana agar setiap saat dapat diketahui anggaran dan dana yang masih tersedia; b. Mengetahui sisa anggaran dan dana yang masih tersedia; dan c. Sumber data dalam pengisian Buku Pengawasan Anggaran

Khusus.

(4) Kartu Pengawasan Penerimaan dan Penyetoran Pendapatan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi penerimaan maupun penyetoran pendapatan negara.

(5) Format buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “B.3” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Bagian Ketiga Tingkat Pusat

Paragraf 1 Pelaksana Pasal 14

Penatabukuan manual tingkat pusat dilaksanakan oleh Kepala Pusat Keuangan (Kapuskeu) Polri, dan dalam pelaksanaannya oleh:

a. BidangPembiayaan (Bidbia) Puskeu Polri; dan

b. Bidang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Bid APK) Puskeu Polri. /Pasal 15 ….

(13)

Pasal 15

(1) Bidbia Puskeu Polri melaksanakan kegiatan pencatatan:

a. Alokasi anggaran DIPA Puskeu Polri yang bersifat khusus; b. Penerimaan tembusan KOK;

c. Penerbitan NPBK; dan

d. Penerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(2) Bid APK Puskeu Polri melaksanakan kegiatan menerima, verifikasi dan mengkompilasi penatabukuan manual Bidbia Puskeu Polri dan tingkat wilayah.

Paragraf 2 Buku Harian

Pasal 16

(1) Bidbia Puskeu Polri wajib mengerjakan Buku Harian berupa Buku Kas Bank.

(2) Buku Kas Bank digunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran uang negara serta perubahannya melalui bank yang menjadi tanggung jawab Kapuskeu Polri.

(3) Format buku Kas Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam lampiran “C.1” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Paragraf 3 Buku Pembantu

Pasal 17

Buku pembantu merupakan buku yang wajib dikerjakan setiap bulan oleh Bidbia Puskeu dan Bid APK Puskeu Polri.

Pasal 18

(1) Buku pembantu Bidbia Puskeu Polri terdiri dari: a. Buku penerimaan otorisasi;

b. Buku penerbitan NPBK;

c. Buku pengawasan anggaran dan dana; dan

d. Buku pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(14)

(2) Buku penerimaan otorisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua penerimaan tembusan KOK yang diterbitkan oleh Kapolri. (3) Buku penerbitan NPBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua penerbitan NPBK dari Kapuskeu Polri sesuai dengan KOK yang diterbitkan oleh Kapolri.

(4) Buku pengawasan anggaran dan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c digunakan untuk:

a. Mencatat secara rinci semua penerimaan anggaran yang bersifat khusus yang ada pada DIPA maupun penerimaan tembusan KOK per sumber anggaran, per program dan per kode akun;

b. Mencatat secara rinci semua penerimaan SP2D serta penerbitan NPBK per sumber anggaran, per program dan per kode akun;

c. Mengetahui perbandingan antara DIPA dengan KOK;

d. Mengetahui perbandingan antara KOK dengan penerbitan NPBK;

e. Mengetahui perbandingan antara DIPA, KOK, SP2D dan NPBK; dan

f. Mengetahui sisa anggaran dan sisa dana.

(5) Buku Pengawasan Penerimaan dan Penyetoran Pendapatan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rincian semua penerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(6) Format buku pembantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “C.2” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Pasal 19

Buku pembantu Bid APK Puskeu Polri terdiri dari: a. Buku gabungan kas bank;

b. Buku gabungan penerimaan dan penerbitan otorisasi; c. Buku gabungan pengawasan penerbitan SPM;

d. Buku gabungan pengawasan penerimaan SP2D; e. Buku gabungan pengawasan anggaran khusus; f. Buku gabungan pengawasan piutang;

(15)

g. Buku gabungan pengawasan utang; h. Buku gabungan pengawasan hibah;

i. Buku gabungan pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara; dan

j. Buku gabungan pengawasan penerimaan dan pengeluaran lain-lain.

Pasal 20

(1) Buku Gabungan Kas Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19huruf a digunakan untuk mengkompilasibuku kas bank Bidbia Puskeu dan buku gabungan kas bank tingkat wilayah, untuk mengetahui serta mengawasi sisa dana akhir bulan di lingkungan Polri.

(2) Buku gabungan penerimaan dan penerbitan otorisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi secara rinci semua penerimaan, penerbitan serta sisa otorisasi di lingkungan Polri.

(3) Buku gabungan pengawasan penerbitan SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan penerbitan SPM tingkat wilayah serta mengawasi penyerapan anggaran di lingkungan Polri.

(4) Buku gabungan pengawasan penerimaan SP2D sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf d digunakan untuk mengkompilasi buku gabunganpenerimaan SP2D tingkat wilayah serta mengawasi penerimaandanadi lingkungan Polri.

(5) Buku gabungan pengawasan anggaran khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan pengawasan anggaran khusus tingkat wilayah serta mengawasi sisa dana maupun sisa anggaran yang bersumber dari anggaran bersifat khusus di lingkungan Polri.

(6) Buku gabungan pengawasan piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan pengawasan piutang tingkat wilayah dan mengawasi sisa piutang di lingkungan Polri.

(7) Buku gabungan pengawasan utang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf g digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan pengawasan utang tingkat wilayah dan mengawasi sisa utang di lingkungan Polri.

(16)

(8) Buku gabungan pengawasan hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf h digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan pengawasan hibah tingkat wilayah dan mengawasi penerimaan hibah di lingkungan Polri.

(9) Buku gabungan pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf i digunakan untuk mengkompilasi buku gabungan pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara tingkat wilayah maupun tingkat Pusat serta mengawasi secara rinci semua penerimaan dan penyetoran PFK, pajak dan PNBP di lingkungan Polri.

(10) Buku Gabungan Pengawasan Penerimaan dan Pengeluaran Lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf j digunakan untuk:

a. Mengkompilasi data Buku Pengawasan Penerimaan dan Pengeluaran Lain-lain tingkat Wilayah; dan

b. Mengetahui serta mengawasi penerimaan,penggunaan atau pengeluaran dana yang bersumber diluar APBN, PNBP dan Hibah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; (11) Format buku pembantu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19

tercantum dalam lampiran “C.3” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Paragraf 4 Buku Tambahan

Pasal21

(1) Buku tambahan digunakan sebagai masukan data buku pembantu yang dilaksanakan Bidbia Puskeu Polri, terdiri dari: a. Kartu pengawasan anggaran dan dana; dan

b. Kartu pengawasan penerimaan dan penyetoran pendapatan negara.

(2) Kartu Pengawasan Anggaran dan Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk:

a. Mencatat penerimaan DIPA, KOK, SP2D dan penerbitan NPBK;

b. Mengetahui sisa anggaran dan dana yang masih tersedia; dan c. Sumber data dalam pengisian Buku Pengawasan Anggaran

dan Dana.

(17)

(3) Kartu Pengawasan Penerimaan dan Penyetoran Pendapatan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b digunakan untuk mencatat dan mengawasi penerimaan maupun penyetoran pendapatan negara.

(4) Buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai alat kontrol dan tidak termasuk dalam kelengkapan laporan keuangan Bidbia Puskeu Polri.

(5) Format buku tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran “C.4” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam peraturan ini.

Bagian Keempat Tata Cara Pencatatan

Pasal 22

Setiap transaksi yang dicatat pada buku harian, buku pembantu dan buku tambahan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pencatatan pada buku kas bank diberi nomor urut dimulai dengan nomor urut 1 (satu)secara berkelanjutan menurut urutan waktu transaksi dalam 1 (satu) tahun anggaran;

b. Pencatatan pada buku selain Buku Kas Bank diberi nomor urut1 (satu) secara berkelanjutan menurut urutan waktu transaksi dalam 1 (satu) bulan; dan

c. Penulisan dalam setiap buku menggunakan kalimat yang singkat, jelas dan mudah dimengerti.

BAB III PELAPORAN

Pasal 23

Laporan penatabukuan manual tingkat Satker dikirim kepada Kabidkeusetiap bulan dan sudah diterima paling lambat pada tanggal 7bulan berikutnya.

Pasal 24

Laporan penatabukuan manual tingkat wilayah dikirim kepada Kapuskeu Polri setiap bulan dan sudah diterima paling lambatpada tanggal 12 bulan berikutnya.

(18)

Pasal 25

Laporan penatabukuan manual tingkat Pusatyang dilaksanakan:

a. Bidbia Puskeu Polri dikirimkan kepada Kabid APK Puskeu Polri setiap bulan dan sudah diterima paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya; dan

b. Bid APK Puskeu Polri dikirimkan oleh Kapuskeu Polri kepada Kapolri setiap bulan dan sudah diterima paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Pada saat peraturan ini mulai berlaku:

a. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol: Skep/556/VII/2005 tanggal 18 Juli 2005 tentang Penatabukuan Manual Tingkat Bendahara Satuan Kerja di Lingkungan Polri; dan

b. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol: Skep/557/VII/2005 tanggal 18 Juli 2005 tentang Penatabukuan Manual Tingkat Bidku Sattama di Lingkungan Polri,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

(19)

Pasal 27

Peraturan Kapolri ini berlaku pada tanggal diundangkan.

a. Bidbia Puskeu Polri dikirimkan kepada Kabid APK Puskeu Polri setiap bulan dan sudah diterima paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya; dan

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangkan Peraturan Kapolri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 3 Februari 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Drs. SUTARMAN JENDERAL POLISI

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 6 Februari 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

AMIR SYAMSUDIN

(20)
(21)

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

1. SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) 3

2. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) 4

3. SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB) 5

4. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN

BELANJA (SSPB) 6

5. SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) 7

6. PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) 8

7. KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP) 9

8. PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP) 10

9. KUITANSI LANGSUNG (LS) 11

10. PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS) 12

11. SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM) 13 12. PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB

MUTLAK (SPTJM) 14

13. SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 15

14. LAMPIRAN SURAT PERINTAH KERJA (SPK) 16

15. BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN (BAPP) 17

16. LAMPIRAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN (BAPP) 18 17. BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN (BASTP) 19

18. BERITA ACARA PEMBAYARAN (BAP) 20

19. SURAT PERINTAH PENUNJUKAN TIM PANITIA PENERIMA HASIL

PEKERJAAN 21

20. FAKTUR/NOTA 22

21. KUITANSI KU-17 23

22. SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) P3 24

23. DAFTAR PENGELUARAN RIIL 25

24. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU 26

25. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU DAN UANG

MAKAN 27

26. DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN HONOR 28

(23)

DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KPPN 1) SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP) Nomor ... 2) Tanggal ... 3) Lembar – 1 untuk WAJIB SETOR/BENDAHARA PENERIMA KE REKENING KAS NEGARA NOMOR :

... 4) A. 1. NPWP Wajib Setor/Bend :

2. Nama Wajib Setor/Bend : ... 6) 3. Alamat : ... 7) B. 1. Kementrian/Lembaga : ... 8) 2. Unit Organisasi Eselon I : ... 9) 3. Satuan Kerja : ... 10) 4. Fungsi/Subfungsi/Program: ... 11) 5. Kegiatan/Subkegiatan : ... 12) 6. Lokasi : ... 13) C. MAP DAN Uraian Penerimaan : ... 14)

D. Jumlah Setoran : Rp. ... 15) Dengan Huruf : ... ... ... 16)

PERHATIAN

Bacalah dahulu petunjuk pengisian Formulir SSBP pada halaman belakang

Lembar ini

Untuk Keperluan setoran ... 17)

... 18) ... 19) ... 20) NIP. ... 21)

Diterima Oleh :

BANK PERSEPSI/KANTOR POS DAN GIRO Tanggal ... 22) Tanda Tangan ... 23) Nama Terang ... 24)

(24)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN BUKAN PAJAK (SSBP)

Nomor Uraian Isian

1. Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran

2. Diisi dengan nomor SSBP dengan metode penomoran Nomor/Kode Satker/Bulan/Tahun (9999/999999/99/9999)

3. Diisi dengan Tanggal SSBP dibuat

4. Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ... diisi petugas Bank)

5. Diisi NPWP Wajib Setor atau Bendahara Satker 6. Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor Wajib Pajak 7. Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor Wajib Pajak

8. Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementrian /Lembaga sesuai dengan yang tercantum pada pagu anggaran (060) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

9. Diisi dengan Kode Unit Organisasi eselon I dan Uraian (001) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10. Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker

11. Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit, dan Kode Program (4) empat digit (Tidak perlu diisi)

12. *Diisi (4) digit kode kegiatan apabil penyetoran Untuk Satker

Pengguna PNBP (Tidak perlu diisi) *Diisi (4) digit kode Subkegiatan apabila Penyetoran untuk Satker

Pengguna PNBP (Tidak perlu diisi) 13.

Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit Diisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit 14. Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai

dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan format 15. Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan

16. Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf

17. Diisi keperluan pembayaran sesuai dengan uraian setoran angka 14 18 & 19. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP

20 & 21. Diisi sesuai nama wajib Setor, NIP, dan stempel Satker

22. Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro

23 & 24. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro serta Cap

Catatan : - Diisi dengan huruf Kapital atau diketik

- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu mata Anggaran Penerimaan (MAP)

(25)
(26)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PENGEMBALIAN BELANJA (SSPB)

Nomor Uraian Isian

Catatan : - Diisi dengan huruf kapital atau diketik

- Satu formulir SSBP hanya berlaku untuk setoran satu Mata Anggaran Penerimaan (MAP)

1. Diisi dengan Kode KPPN (3) tiga digit dan uraian KPPN Penerima Setoran

2. Diisi dengan nomor SSPB dengan metode penomoran Kode Satker Nomor (XXXXXXXXXX)

3. Diisi dengan Tanggal SSPB dibuat

4. Diisi Kode Rekening Kas Negara (KPPN bersangkutan ... diisi petugas Bank)

5. Diisi NPWP Bendahara Satker

6. Diisi dengan Nama/Jabatan Wajib Setor/Wajib Bayar 7. Diisi dengan Alamat Jelas Wajib Setor/Wajib Bayar

8. Diisi Kode diikuti dengan uraian Kementrian/Lembaga sesuai dengan yang tercantum pada pagu anggaran

9. Diisi dengan Kode Unit Organisasi Eselon I dan Uraian 10. Diisi dengan Kode Satker (6) enam digit dan uraian Satker

11. Diisi dengan Kode Fungsi (2) dua digit, Kode Subfungsi (2) dua digit dan Kode Program (4) empat digit

12. *Diisi (4) digit kode kegiatan apabila

penyetoran untuk Satker Pengguna PNBP *Diisi (4) digit kode Subkegiatan apabila penyetoran untuk Satker pengguna PNBP

13.

Diisi Kode Kabupaten/Kota (2) digit Diisi Kode Lokasi Provinsi (2) digit 14. Diisi dengan Kode Mata Anggaran Penerimaan (6) enam digit disertai

dengan Uraian Penerimaan sesuai dengan format 15. Diisi dengan Jumlah Rupiah Setoran Penerimaan

16. Diisi dengan Jumlah Rupiah yang dibayarkan dengan huruf 17. Diisi keperluan pembayaran

18 & 19. Diisi sesuai dengan tempat dan tanggal dibuatnya SSBP 20 & 21. Diisi sesuai nama Wajib Setor, NIP, dan stempel Satker

22. Diisi dengan tanggal diterimanya setoran tersebut oleh Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro

23 & 24. Diisi dengan Nama dan Tanda Tangan Penerima di Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro serta Cap

(27)

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP) Tanggal : ...1) Nomor: ...2) Sifat Pembayaran Jenis Pembayaran MENTERI KEUANGAN 3)

1. Kementerian negara/lembaga : ... 5) 7. Kegiatan : ...11) 2. Unit Organisasi : ... 6) 8. Kode Kegiatan : ...12)

3. Satker : ... 7) 9. Kode Fungsi/Sub fungsi/Program : ...13) 4. Lokasi : ... 8) 10. Kode Kewenangan : ...14) 5. Tempat : ... 9)

6. Alamat : ...10) Kepada yth,

Pejabat Penanda tangan Surat Perintah Membayar Satker ... 15)

di ... 16)

Berdasarkan DIPA/SKPA ...17) Nomor : ... 18) tanggal ... 19) bersama ini kami ajukan permintaan pembayaran sebagai berikut: 1. Jumlah Pembayaran yang dimintakan : dengan angka : ... 20)

dengan huruf : ... 21) 2. Untuk keperluan : ... 22) 3. Jenis belanja : ... 23) 4. Atas nama : ... 24) 5. Alamat : ... 25) 6. Mempunyai rekening : ... 26) nomor rekening : ... 27) 7. Nomor dan tanggal SPK/Kontrak : ... 28)

8. Nilai SPK/Kontrak : ... 29) 9. Dengan penjelasan : Nomor urut I. KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6 DIGIT) BERSANGKUTAN II. SEMUA KODE KEGIATAN

DALAM DIPA PAGU DALAM DIPA/SKPA (RP.) SPP/SPM S.D. YANG LALU (Rp.) SPP INI (Rp.) JUMLAH S.D. SPP INI SISA DANA (Rp.) 1 2 3 4 5 6 7 I KEGIATAN/OUTPUT/MAK (AKUN 6 DIGIT) 30) 31) 32) 33) 34) 35) JUMLAH I 36) 37) 38) 39) 40) II SEMUA KEGIATAN 41) 42) 43) 44) 45) 46) JUMLAH II 47) 48) 49) 50) 51) UANG PERSEDIAAN PM PM PM PM

LAMPIRAN DOKUMEN PENDUKUNG : SURAT BUKTI PENGELUARAN SURAT TANDA SETOR

... ... 52) BERKAS ...53) LEMBAR ...54) LEMBAR

Diterima oleh Pejabat Penanda tangan SPM ..., tanggal seperti diatas

Satker ...55) Pejabat Pembuat Komitmen

Pada tanggal ...57) Satker ...56)

Nama Nama

NIP. NIP.

(28)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN (SPP)

NO URAIAN ISIAN

(1) Diisi tanggal Penerbitan SPP (2) Diisi nomor Penerbitan SPP

(3) Dipilih salah satu : 1= UP, 2=TUP, 3= GUP, 4= LS, 5=GUP Nihil, 6= PTUP (4) Dipilih salah satu : 1= Pengeluaran Anggaran (PA), 2= Pengembalian Uang (5) Diisi nama dan kode Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan

(6) Diisi nama dan kode Unit Eselon I Kementerian negara/lembaga yang bersangkutan (7) Diisi nama dan kode Satker yang bersangkutan

(8) Diisi nama dan kode Provinsi Satker yang bersangkutan

(9) Diisi nama dan kode kota/kabupaten Satker yang bersangkutan (10) Diisi alamat Satker yang bersangkutan

(11) Diisi nama kegiatan yang bersangkutan (12 Diisi kode kegiatan yang bersangkutan

(13) Diisi kode fungsi, Sub fungsi dan program yang bersangkutan

(14) Diisi kode (KD) untuk Kantor Daerah, (KP) Kantor Pusat, (DK) Dekonsentrasi, (TP) Tugas Pembantu, (UB) Urusan Bersama, (DS) Desentralisasi

(15) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(16) Diisi nama kota/kabupaten yang bersangkutan

(17) Diisi jenis dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA) (18) Diisi nomor dokumen anggaran yang digunakan (DIPA/SKPA) (19) Diisi tanggal penerbitan dokumen anggaran

(20) Diisi jumlah dana yang diminta dengan angka (21) Diisi jumlah dana yang diminta dengan huruf (22) Diisi keperluan pembayaran

(23) Diisi jenis belanja bersangkutan (belanja pegawai/belanja barang/belanja modal/dst) (24) Diisi nama pihak penerima pembayaran

(25) Diisi alamat pihak penerima pembayaran

(26) Diisi nama Bank tempat rekening pihak penerima pembayaran (27) Diisi nomor rekening pihak penerima pembayaran

(28) Diisi nomor dan tanggal SPK/Kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS) (29) Diisi nilai SPK/Kontrak yang diajukan pembayaran oleh pihak ketiga (LS)

(30) Diisi kode kegiatan, output dan mata anggaran yang bersangkutan

(31) Diisi pagu masing-masing mata anggaran dalam satu kegiatan dan satu output (32) Diisi akumulasi nilai SPP/SPM yang telah diajukan

(33) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini (34) Diisi penjumlahan nilai kolom 4 dan kolom 5

(35) Diisi hasil pengurangan nilai kolom 3 dengan kolom 6 (36) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 3

(37) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 4 (38) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 5 (39) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 6 (40) Diisi jumlah nomor urut I pada kolom 7

(41) Diisi kode kegiatan, output dan jenis belanja dalam DIPA/SKPA

(42) Diisi pagu jenis belanja dalam satu kegiatan dan satu output dalm DIPA/SKPA (43) Diisi kumulatif jumlah semua kegiatan yang telah diajukan sampai dengan SPP yang

lalu

(44) Diisi dengan nilai SPP yang diajukan saat ini

(45) Diisi jumlah kumulatif seluruh kegiatan sampai dengan SPP ini (46) Diisi sisa dana seluruh kegiatan

(47) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 3 (48) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 4 (49) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 5 (50) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 6 (51) Diisi penjumlahan nomor urut II pada kolom 7

(52) Diisi jumlah lampiran dokumen pendukung yang diperlukan (53) Diisi jumlah surat bukti pengeluaran yang diperlukan

(54) Diisi jumlah lampiran surat tanda setoran (SSP/SSBP) (55) Diisi nama Satker penguji SPP/penerbit SPM

(56) Diisi nama Satker pejabat pembuat komitmen (57) Diisi tanggal penerimaan SPP

(29)

KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)

TA : …..….(1) Nomor Bukti : ………(2) Mata Anggaran : ……...(3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Kuasa Pengguna Anggaran/Pembuat Komitmen Satker …...………..(4)

Jumlah uang : Rp. ... (5) Terbilang : ... (6) Untuk pembayaran : ... (7)

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik Pejabat yang bertanggung jawab

Tanda Tangan (12) (Nama Jelas) NIP/NRP Tempat / Tgl. ……… (8) Jabatan Penerima Uang Tanda Tangan dan stempel (9) (Nama Jelas) Lunar dibayar Tgl. ... Bendahara Pengeluaran Tanda Tangan (11) (Nama Jelas) NIP/NRP Setuju dibebankan pada mata anggaran berkenaan,

a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen Tanda Tangan

(10) (Nama Jelas) NIP/NRP

(30)

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi Mata Anggaran yang dibebani transaksi pembayaran (4) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka (6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/jasa dan spesifikasi teknisnya

(8) Diisi tempat tanggal penerima uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP Pejabat Pembuat Komitmen serta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP bendahara pengeluaran dan tanggal lunas dibayar

(12) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan bertanggung jawab dalam penerimaan barang/jasa

(31)

KUITANSI LANGSUNG (LS)

TA : …….(1)

Nomor Bukti : ………(2) Mata Anggaran : ………(3)

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari : Pejabat Pembuat Komitmen Satker …………..(4)

Jumlah uang : Rp. ...(5) Terbilang : ...(6) Untuk pembayaran : ...(7)

Barang/pekerjaan tersebut telah diterima/diselesaikan dengan lengkap dan baik Pejabat yang bertanggung jawab

(11) (Nama Jelas) NIP/NRP

Tempat / Tgl. ………(8) Jabatan Penerima Uang Tanda Tangan

(9) (Nama Jelas) a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/

Pejabat Pembuat Komitmen Tanda Tangan dan stempel

(10) (Nama Jelas) NIP/NRP

(32)

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi tahun anggaran berkenaan

(2) Diisi nomor urut kuitansi/bukti pembukuan

(3) Diisi Mata Anggaran yang dibebani transaksi pembayaran (4) Diisi nama Satker yang bersangkutan

(5) Diisi jumlah uang dengan angka (6) Diisi jumlah uang dengan huruf

(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi lingkup pekerjaan yang diperjanjikan, tanggal, nomor kontrak/SPK, berita acara yang diperlukan/dipersyaratkan

(8) Diisi tempat tanggal penerima uang

(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai sesuai ketentuan

(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP/NRP Pejabat Pembuat Komitmen serta stempel dinas

(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP/NRP pejabat yang ditunjuk dan bertanggung jawab dalam penerimaan barang/jasa

(33)

KOPSTUK

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : ... (1) NIP/NRP : ... (2)

Jabatan : ... (3) ... selaku Kuasa Pengguna Anggaran

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya bertanggung jawab penuh atas pencairan, dan penggunaan dana pembayaran ... sebesar Rp ... (4) (... (5) ... rupiah) termasuk bertanggung jawab terhadap kebenaran perhitungan dan penyaluran kepada yang berhak menerima.

Apabila di kemudian hari, atas pencairan dan penggunaan dana ... tersebut di atas mengakibatkan terjadinya kerugian negara maka saya bersedia dituntut penggantian kerugian negara tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bukti-bukti pengeluaran terkait dengan pembayaran ... disimpan sesuai ketentuan pada Satuan Kerja kami, untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawas fungsional.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya.

..., ... (6) Kuasa Pengguna Anggaran, ... (7) ...

(... (8) ...) NIP/NRP ... (9) ...

(34)

PETUNJUK PENGISIAN

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (SPTJM)

NOMOR URAIAN ISIAN

(1) Diisi dengan nama lengkap Kuasa Pengguna Anggaran (2) Diisi dengan NIP/NRP Kuasa Pengguna Anggaran

(3) Diisi dengan jabatan struktural Kuasa Pengguna Anggaran (4) Diisi jumlah rupiah penarikan dana dengan angka

(5) Diisi jumlah rupiah penarikan dana dengan huruf (6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan dan tahun (7) Diisi dengan nama Satker

(8) Diisi dengan nama lengkap Kuasa Pengguna Anggaran (9) Diisi dengan NIP/NRP Kuasa Pengguna Anggaran

(35)

KOPSTUK

SURAT PERINTAH KERJA Nomor : SPK/ / / 20...

Pertimbangan : bahwa dalam rangka pelaksanaan pengadaan ... keperluan ... T.A. 20..., dipandang perlu mengeluarkan surat perintah kerja.

Dasar : 1. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN dengan Perubahan Terakhir Nomor 53 Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan APBN;

3. DIPA Satker... Nomor ...T.A. 20.. tanggal ... 20... DIPERINTAHKAN

Kepada : NAMA

DIR PT / CV ...

Untuk : 1. melaksanakan pekerjaan pengadaan... keperluan... T.A. 20... dengan ketentuan sebagai berikut :

a. biaya pekerjaan pengadaan ... keperluan... T.A. 20.... sebesar Rp. ...sebagaimana daftar rincian harga terlampir;

b. jangka waktu pelaksanaan pekerjaan selambat-lambatnya ... hari kalender sejak SPK ini dikeluarkan, dan setiap keterlambatan dikenakan sanksi denda sebesar 1 0/00 (satu

per seribu) per hari dari nilai SPK tersebut;

c. pembayaran dilakukan melalui No. Rek. ... pada Bank ... dengan NPWP... setelah pekerjaan selesai berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak;

2. melaksanakan koordinasi dan kerja sama yang sebaik-baiknya dengan unsur terkait;

3. melaksanakan perintah ini dengan saksama dan penuh rasa tanggung jawab. Selesai. Yang Melaksanakan : DIR PT. / CV. ... Nama : ... Alamat: ... Dikeluarkan di: ... pada tanggal : ...20... a.n. Kuasa Pengguna Anggaran/

Pejabat Pembuat Komitmen Satker ...

NAMA

PANGKAT NRP/NIP

(36)

KOPSTUK

DAFTAR RINCIAN HARGA PENGADAAN ... T.A. 20...

NO NAMA MATERIIL

SATUAN BANYAKNYA HARGA (Rp.)

SATUAN JUMLAH

JUMLAH

Terbilang: ...

Catatan :Harga tersebut sudah termasuk pajak. PT. / CV ...

NAMA JABATAN

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT NRP/NIP LAMPIRAN SPK NOMOR : SPK / ………../ ………/20.. TANGGAL : ... 20...

(37)

KOPSTUK

BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN

Nomor: BAPP / / / 20..

Pada hari ini ...tanggal ... 20.... di ... bahwa yang bertandatangan di bawah ini masing – masing :

Nama Pangkat Jabatan

1. ... ... Ketua 2. ... ... Anggota 3. ... ... Anggota

Berdasarkan Surat Perintah ... Nomor: Sprin/ / /20.... tanggal ... 20.... yang ditunjuk sebagai Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan untuk melaksanakan pemeriksaan pekerjaan:

Pengadaan : ... lokasi : ...

SPK Nomor : SPK/ / /20.... tanggal ... 20.... pelaksana : PT / CV...

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Telah melaksanakan pemeriksaan pekerjaan pengadaan ... keperluan Satker ... T.A. 20.... dengan hasil pemeriksaan terlampir.

2. Pemeriksaan atas kelengkapan akhir pekerjaan yang telah diselesaikan. 3. Berpendapat bahwa seluruh pekerjaan sesuai dengan Surat Perintah Kerja

dan telah diterima dalam keadaan lengkap dan baik.

Demikian Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan ini dibuat dengan sebenarnya dan ditandatangani, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT/NRP/NIP TIM PANITIA : 1. NAMA :…….. PANGKAT 2. NAMA :…….. PANGKAT 3. NAMA :…….. PANGKAT

(38)

KOPSTUK

DAFTAR HASIL PEMERIKSAAN PEKERJAAN PENGADAAN ... KEPERLUAN ... T.A. 20...

NO NAMA MATERIIL SATUAN BANYAKNYA KET. Barang telah diterima dalam keadaan lengkap dan baik Mengetahui

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... NAMA PANGKAT / NRP / NIP Tim Panitia : 1. NAMA : ... PANGKAT 2. NAMA : ... PANGKAT 3. NAMA : ... PANGKAT

LAMPIRAN BERITA ACARA PENYELESAIAN PEKERJAAN NOMOR : BAPP /.../.../20...

(39)

KOPSTUK

BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN Nomor : BASTP/ / /20....

Pada hari ini ... tanggal ... 20.... di ... bahwa yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing:

nama : ... pangkat : ...

jabatan : PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

nama : ... jabatan : ... alamat : ...

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Berdasarkan Surat Perintah Kerja ... Nomor: SPK/ ... /... /20.... tanggal... 20..., dengan ini telah melaksanakan serah terima pekerjaan sebagai berikut:

1. PIHAK KEDUA telah menyerahkan kepada PIHAK KESATU: pengadaan : ...

lokasi : ...

pelaksana : PT/ CV ...

2. PIHAK KESATU telah menerima hasil pekerjaan PIHAK KEDUA dalam keadaan lengkap dan baik.

Demikian Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ini dibuat dengan sebenanya dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA: PT/CV NAMA JABATAN PIHAK KESATU:

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ...

NAMA

(40)

KOPSTUK

BERITA ACARA PEMBAYARAN Nomor: BAP/ /.../20...

Pada hari ini ... tanggal ... 20... di ...bahwa yang bertanda tangan di bawah ini masing – masing:

nama : ...; pangkat : ...;

jabatan : PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ... Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU.

nama : ...; jabatan : ...; alamat : ...

Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Berdasarkan Surat Perintah Kerja Nomor : SPK/ /..../20.... tanggal ...20... dan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Nomor : BASTP/ /.../20... tanggal ...20.... selanjutnya PIHAK KESATU setuju untuk melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sebesar Rp. ...(Terbilang : ...) dan harga tersebut sudah termasuk pajak.

Demikian Berita Acara Pembayaran ini dibuat dengan sebenarnya dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA: PT/CV

NAMA JABATAN

PIHAK KESATU:

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN SATKER ...

NAMA

(41)

KOPSTUK

SURAT PERINTAH

Nomor : Sprin/…..../…../20…

Pertimbangan: bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan ……… pada Satker …… T.A. 20… , dipandang perlu mengeluarkan surat perintah.

Dasar : 1. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN dengan Perubahan Terakhir Nomor 53 Tahun 2010;

2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan APBN;

3. DIPA Satker... Nomor ...T.A. 20.. tanggal ... 20.... DIPERINTAHKAN

Kepada : 1. PANGKAT NAMA NRP/NIP. ……… JABATAN

2. PANGKAT NAMA NRP/NIP ………. JABATAN

3. PANGKAT NAMA NRP/NIP. ……… JABATAN

Untuk : 1. disamping melaksanakan tugas dan jabatan sehari-hari agar melaksanakan tugas sebagai Tim Panitia Penerima Hasil Pekerjaan pengadaan ...………… keperluan Satker ……….T.A. 20....; 2. melaporkan hasil pelaksanaannya kepada Pejabat Pembuat

Komitmen Satker...;

3. melaksanakan perintah ini dengan saksama dan penuh rasa tanggung jawab. Selesai. Dikeluarkan di : ………...………. pada tanggal : …………..…...…20…... KASATKER NAMA PANGKAT/NRP

(42)

KOP PERUSAHAAN

FAKTUR NO. : ……….

NO NAMA BARANG SATUAN BANYAKNYA HARGA (Rp.) SATUAN JUMLAH JUMLAH Tanda Terima, NAMA PANGKAT/NRP/NIP Hormat Kami PT./CV. ... NAMA JABATAN ..., ... 20... Kepada Yth: ...

JL. TRUNOJOYO NO.3 KEB. BARU J a k a r t a.

(43)

KOP SATKER

Bukti Kas No. :

K U I T A N S I TahunAnggaran : ……….. Kode Akun : ……….. Jenis Pengeluaran : ………. ………. Terima dari : ………. Uang sejumlah : Untuk pembayaran : ……….. ……… ………. ………. …….., ………..20… …….., ………20……

Yang Membayarkan Yang Menerima

Nama : Nama : Pangkat/NRP/NIP : Pangkat/NRP/NIP : Jabatan : Jabatan : Kesatuan : Kesatuan : KOPSTUK

Bukti Kas No. : K U I T A N S I TahunAnggaran : ……….. Kode Akun : ……….. Jenis Pengeluaran : ………. .………. Terima dari : ………. Uang sejumlah : Untuk pembayaran : ………... ...………...…... ……….. ……….. …….., ………..20… …….., ...20.... Yang Membayarkan Yang Menerima

Nama : Nama :

Pangkat/NRP/NIP: Pangkat/NRP/NIP:

Jabatan : Jabatan :

(44)

KOPSTUK

SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN Nomor: SPP / .... / .... / 20 .... Dari : ...

Kepada : KABIDKEU ... Kode Satker. : ... Sebesar : Rp. ... Terbilang :(...) Untuk Pembayaran : ... Kode Akun : ... Jenis Belanja : ... Dibayarkan kepada : ... Alamat : ... Permintaan Pembayaran berkenaan dengan (terlampir)

1. P-3

a. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ... b. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ... c. Nomor : ... Tgl. ...20xx Rp. ... Jumlah Rp. ... 2. Surat Perjanjian / SPK / SPRIN

a. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... b. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... c. Nomor : ... Tgl. ... Mengenai : ... Rp. ... Pengawasan Otoriasasi :

1. Jumlah P-3 tersebut di atas ... Rp. ... 2. Jumlah s.d. SPP yang lalu Rp. ...

3. Jumlah SPP ini Rp. ...

4. Jumlah s.d SPP ini Rp. ………. 5. Sisa P-3 tersebut Rp. ……….

……….., ………. 20.... KEPALA SATUAN KERJA

Tembusan : ...NAMA... 1. ... PANGKAT NRP/NIP 2. ...

(45)

KOPSTUK

DAFTAR PENGELUARAN RIIL Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Pangkat : NRP/NIP : Jabatan :

Berdasarkan Surat Perintah (Sprin) Nomor ...tanggal ... dengan ini kami menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Biaya pengeluaran untuk pelaksanaan kegiatan... dibawah ini yang tidak diperoleh bukti-bukti pengeluarannya , meliputi:

No Uraian Jumlah (Rp)

Jumlah

2. Jumlah uang tersebut pada angka 1 di atas benar-benar dikeluarkan untuk pelaksanaan Kegiatan... dimaksud dan apabila di kemudian hari terdapat kelebihan atas pembayaran, kami bersedia untuk menyetorkan kelebihan tersebut ke Kas Negara.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui/Menyetujui : KASATKER/PPK,

NAMA PANGKAT/NRP

..., tanggal, bulan, tahun Yang melaksanakan tugas

NAMA

(46)

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU

BULAN : ... T.A. ... SATKER: ...

NO NAMA PANGKAT JABATAN JUMLAH

HARI INDEKS UANG SAKU TANDA TANGAN JML HARI X INDEKS Ps.21 PPh. DIBAYARKAN JML 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGETAHUI : KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(47)

KOPSTUK

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN UANG SAKU DAN UANG MAKAN ... BULAN : ... T.A. ...

SATKER: ...

NO N A M A PANGKAT JABATAN JUMLAH HARI UANG SAKU (KLM 5 X INDEKS) UANG MAKAN (KLM 5 X INDEKS) JUMLAH KOTOR (6 + 7) POTONGAN PPh PASAL 21 JML YANG DI BAYARKAN TANDA TANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 MENGETAHUI: KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(48)

KOPSTUK

DAFTAR NOMINATIF PENERIMAAN HONOR ... BULAN : ... T.A. ...

SATKER : ... NO NAMA PANGKAT JABATAN JUMLAH

HARI INDEKS JUMLAH (KLM 5 X 6 ) PPh PASAL 21 JML YANG DI BAYARKAN TANDA TANGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MENGETAHUI : KASATKER ... MENGETAHUI: KASATKER ... ..., ...20... BENDAHARA PENGELUARAN ...

(49)

KOPSTUK

DAFTAR PERHITUNGAN BIAYA MAKAN DAN PERAWATAN TAHANAN BULAN :

SATKER :

NO NAMA SPP JADWAL PENAHANAN SPPT JML HARI PERAWA BIAYA

TAN BIAYA MAKAN JML KET NO TGL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 NO TGL JUMLAH Catatan :

Tahanan lebih dari 20 hari Jumlah Tahanan : Orang Jumlah hari : hari Jumlah Biaya : Rp...,- MENGETAHUI: KASATKER ... BENDAHARA PENGELUARAN ... ..., ...20...

KABAG/KASAT/PEJABAT YANG DITUNJUK

... Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 6 Februari 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. Drs. SUTARMAN JENDERAL POLISI Paraf : 1. Kapuskeu Polri : ……… 2. Kadivkum Polri : ……… 3. Kasetum Polri : ……… 4. Wakapolri : ………

(50)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tabel 5.28 Tabel Nilai Statistik Aplikasi Pengembangan

Alor Tahun Anggaran 2016 melalui Surat Penetapan Pemenang Pelelangan Umum Nomor: 806.ULP/POKJA KONST/VIII/2016 tanggal 05 Agustus 2016 telah menetapkan

menyatakan tidak setuju tentang pasien merasa puas dengan pelayanan yang tepat. waktu yaitu sebanyak 24 orang

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan ekstrak albedo kulit durian dengan sari buah markisa memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar

M.Pd SMA NEGERI 1 SURAKARTA Kota Surakarta Jawa Tengah JOGJAKARTA 140 Berti Sagendra, S.Pd SMK NEGERI 4 SEMARANG Kota Semarang Jawa Tengah JOGJAKARTA 141 Dadang

Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi peserta didik dengan menjelaskan kembali orang yang berhak menerima zakat berdasarkan buku teks