• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir

V - 11

sungai besar dan sungai kecil, yaitu kurang lebih 3.830,18 ha. Nama sungai di

Kabupaten Ngawi yang mempunyai sempadan sungai dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1.

Sungai di Kabupaten Ngawi

No Nama Sungai Panjang (m) Lebar (m)

A DPS BENGAWAN SOLO

1 Bengawan Solo 63 000 118

2 Kali Sidodadi 2 000 8

3 Kali Parang 3 000 14

4 Kali Palem Wulung 3 000 13

5 Kali Tambaklulang 13 000 12 6 Kali Sawahan 12 000 11 7 Kali Ladolo 17 000 13 8 Kali Selang 7 000 2 9 Kali Crawuk 8 000 9 10 Kali Ngiyong 16 000 14 11 Kali Soko 18 000 12 12 Kali Ngale 10 000 10 13 Kali Andong 42 000 18 14 Kali Sadang 17 000 17 15 Kali Sawur 32 000 23 16 Kali Ngencong 3 000 14 B DPS KALI MADIUN 1 Kali Madiun 17 000 86 2 Kali Manggong 8 000 8 3 Kali Ketonggo 25 000 25 4 Kali Pang 15 000 12 5 Kali Gurdo 12 000 24 6 Kali Padas 8 000 16 7 Kali Dero 13 000 15 8 Kali Purwodadi 3 000 10 9 Kali Jungke 18 16 10 Kali Tune 38 000 22 11 Kali Kuluhan 14 000 16 JUMLAH 419 018 558

Sumber : Hasil Rencana

Gambar 5.2.

Kawasan Sempadan Sungai

Pengelolaan kawasan sempadan sungai antara lain dilakukan dengan :

1. Perlindungan sekitar sungai atau sebagai sempadan sungai dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air sungai;

2. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai dilarang untuk didirikan;

3. Sungai yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan dilakukan re-orientasi pembangunan dengan menjadikan sungai sebagai bagian dari latar depan;

4. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata alam-petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;

5. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata; serta

6. Sempadan sungai yang areanya masih luas dapat digunakan untuk pariwisata melalui penataan kawasan tepian sungai.

(2)

Laporan Akhir

V - 12

Gambar 5.3

Konservasi Sungai Di Kawasan Terbangun Dan Diluar Terbangun

C. Kawasan Sekitar Danau Atau Waduk

Kawasan sekitar waduk atau bendungan adalah kawasan tertentu di sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau bendungan. Adapun kriteria penetapan sempadan bendungan/waduk adalah daratan sepanjang tepian waduk/bendungan yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik bendungan/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk dilakukan untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat menganggu kelestarian fungsi danau/waduk.

Di Kabupaten Ngawi terdapat 3 (tiga) waduk/bendungan yaitu Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Luas sempadan waduk di Kabupaten Ngawi kurang lebih 368,53 Ha. Guna meminimasi adanya erosi dan sedimentasi pada waduk, maka perlu upaya perlindungan sepanjang sungai dari kerusakan lingkungan terutama mulai dari hulu sungai dan kawasan lindung bawahannya. Pengamanan terhadap sepanjang DAS Bengawan Solo juga perlu dilakukan dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sempadan sungai yang dilakukan secara lintas wilayah. Pengelolaan kawasan sempadan danau/waduk dilakukan dengan :

1. Perlindungan sekitar waduk/danau untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

2. Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta seluruh tangkapan air di atasnya;

3. Waduk yang digunakan untuk pariwisata seperti di Waduk Pondok - Kecamatan Bringin, untuk kepentingan pariwisata diijinkan membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;

4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta

(3)

Laporan Akhir

V - 13

5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk

bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.

Gambar 5.4

Kawasan Sempadan Waduk Pondok D. Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

Keberadaan sumber mata air di wilayah Kabupaten Ngawi lokasinya cukup banyak dan tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Sine ada 61 mata air, Kecamatan Ngrambe ada 44 mata air, Kecamatan Jogorogo ada 3 mata air, Kecamatan Kendal ada 12 mata air, Kecamatan Bringin 1 mata air, Kecamatan Padas ada 8 mata air, Kecamatan Paron ada 2 mata air, Kecamatan Kedunggalar ada 22 mata air, Kecamatan Widodaren ada 27 mata air. Luas kawasan sempadan mata air secara keseluruhan di Kabupaten Ngawi kurang lebih 3.960 ha.

Perlindungan terhadap sumber mata air dilakukan dengan pembatasan kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain dilakukan dengan :

1. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

2. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi;

3. Sumber air yang digunakan untuk pariwisata seperti di Kecamatan Bringin, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan sumber air lainnya. Selain sebagai sumber air minum dan irigasi, sumber air juga digunakan untuk pariwisata peruntukkannya diijinkan selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan renang, perlu dibuat kolam tersendiri;

4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta

5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.

E. Kawasan Sempadan Irigasi

Kawasan sempadan irigasi adalah kawasan sepanjang kanan-kiri saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak. Kawasan ini bermanfaat untuk pelestarian saliran irigasi, baik dari sisi kualitas air maupun manfaat bagi area yang diairi. Adapun kawasan sempadan irigasi di Kabupaten Ngawi adalah meliputi :

1. Garis sempadan pada jaringan irigasi diukur dari batas luar tepi atas atau kaki tanggul sebelah luar atau bangunan pengairan yang ada dengan jarak:

a. 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih ;

b. 4 (empat) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik) ;

atau

c. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik).

(4)

Laporan Akhir

V - 14

2. Garis sempadan jaringan irigasi untuk pagar diukur dari batas luar tepi atas

saluran atau bangunannya dengan jarak:

a. 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m3/det (empat meter kubik per detik) atau lebih ;

b. 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1 (satu) sampai 4 m3/det (empat meter kubik per detik) ; atau

c. 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang dari 1 m3/det (satu meter kubik per detik).

Gambar 5.5

Kawasan Sempadan Irigasi

Pengelolaan kawasan lindung setempat sempadan irigasi dilakukan dengan : 1. Perlindungan sekitar saluran irigasi atau sebagai sempadan saluran irigasi

dilarang mengadakan alih fungsi lindung yang menyebabkan kerusakan kualitas air irigasi;

2. Bangunan sepanjang sempadan irigasi yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi dilarang untuk didirikan;

3. Saluran irigasi yang melintasi kawasan permukiman ataupun kawasan perdesaan dan perkotaan yang tidak langsung mengairi sawah maka keberadaannya dilestarikan dan dilarang untuk digunakan sebagai fungsi drainase;

4. Melestarikan kawasan sumber air untuk melestarikan debit irigasi;

5. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air; serta 6. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum

atau irigasi.

Gambar 5.6

(5)

Laporan Akhir

V - 15

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI

(6)

Laporan Akhir

V - 16

5.1.4. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi : kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

Di Kabupaten Ngawi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi cagar budaya.

Pada prinsipnya kawasan cagar alam ini merupakan kawasan lindung yang ditetapkan fungsinya untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan dilindungi. Di Kabupaten Ngawi kawasan cagar alam terdapat di Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo, Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo, Desa Dero Kecamatan Bringin.

Kawasan cagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusun, mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas, mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh disuatu daerah; serta keberadaanya memerlukan upaya konservasi. Rencana pengelolaan kawasan cagar alam antara lain dilakukan dengan :

1. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;

2. Mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan suaka alam dan upaya konservasi;

3. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia;

Pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam yang mengalami perubahah fungsi, maka dilakukan pembatasan pengembangan, pengembalian rona awal, disertai pengawasan yang ketat terhadap penetapan fungsi kawasan.

Kawasan pelestarian alam merupakan kawasan lindung yang pemanfaatannya untuk menjaga kelestarian dan atau menyempurnakan unsur-unsur yang menunjang kemantapan fungsi lindungnya yang di landaskan pada mekanisme saling menguntungkan antara lingkungan eksternal dengan mahkluk hidup didalamnya. Kawasan pelestarian alam memberikan kesempatan untuk digunakan sejauh tetap menjaga dan melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan. Jenis dan kriteria kawasan pelestarian alam yang ada di wilayah Kabupaten Ngawi meliputi obyek wisata alam dan cagar budaya.

Perlindungan Obyek Wisata Alam dilakukan untuk kebutuhan berwisata yang didukung oleh arsitektur bentang alam yang baik. Keberadaan Obyek Wisata Alam di wilayah Kabupaten Ngawi terdapat di Waduk Pondok (Desa Dero Kecamatan Bringin), Taman Rekreasi dan Pemandian Tawun (Desa Tawun Kecamatan Kasreman), Bumi Perkemahan Selondo, Air Terjun Srambang (Desa Girimulyo Kecamatan Jogorogo) dan Perkebunan Teh Jamus (Desa Girikerto Kecamatan Sine). Kondisi Obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Ngawi masih baik dan tetap terawat. Mengingat fungsinya sebagai kawasan hutan lindung, maka keberadaannya dilindungi. Luas keseluruhan untuk obyek wisata alam adalah kurang lebih 936,84 Ha.

Kawasan cagar budaya di Kabupaten Ngawi sekaligus merupakan kawasan dengan fungsi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Kawasan pelestarian alam jenis cagar budaya terdapat di Museum Trinil (Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar), Benteng Van Den Bosch (Kelurahan Pelem Kecamatan Ngawi),

(7)

Laporan Akhir

V - 17

Kediaman Krt. Radjiman Wedyadiningrat (Desa Kauman Kecamatan Widodaren),

Makam Patih Pringgokusumo (Dusun Banjar Desa Ngawi Kecamatan Ngawi), Makam PH. Kertonegoro (Desa Sine Kecamatan Sine), Makam Patih Ronggolono (Desa Hargomulyo Kecamatan Ngrambe), Arca banteng (Dusun Reco Banteng Desa Wonorejo Kecamatan Kedunggalar), Candi Pandem (Dusun Pandem Desa Krandegan Kecamatan Ngrambe), petilasan Kraton Wirotho (Desa Tanjungsari Kecamatan Jogorogo). Luas kawasan cagar budaya di Kabupaten Ngawi adalah kurang lebih 1.715,85 Ha.

Gambar 5.7.

Cagar Budaya di Kabupaten Ngawi

Rencana pengelolaan kawasan konservasi budaya dan sejarah meliputi :

1. Museum Trinil, Benteng Van Den Bosch dan Arca Banteng juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan candi sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah;

2. Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, sepertiMuseum Trinil dan Benteng Van Den Bosch, perumahan dan berbagai bangunan peninggalan Belanda harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi bangunan yang sudah mulai rusak; serta

3. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.

Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda cagar budaya. Juga menjadikan benda cagar budaya sebagai orientasi bagi pedoman pembangunan pada kawasan sekitarnya.

5.1.5. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan bencana alam meliputi kawasan rawan longsor, kawasan rawan banjir, kawasan rawan bencana letusan gunung berapi, daerah rawan tsunami, dan kawasan rawan bencana alam lainnya

A. Kawasan Rawan Longsor

Kawasan rawan longsor lebih disebabkan oleh adanya kegiatan eksploitasi berlebih pada kawasan perbukitan atau pegunungan yang sebagian besar disebabkan adanya aktivitas penebangan/penggundulan hutan (alih fungsi lahan) akibat kegiatan pembangunan. Daerah rawan longsor di Kabupaten Ngawi yaitu wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai yang masuk dalam tipologi A.

(8)

Laporan Akhir

V - 18

Tipologi zona berpotensi longsor berdasarkan hasil kajian hidrogeomorfologi

Kecamatan di Kabupaten Ngawi yang rawan longsor diantaranya adalah Kecamatan Sine (Desa Gendol), Kecamatan Jogorogo (Desa Girimulyo), Kecamatan Ngrambe, Kendal, Karangjati, Padas, Pitu dan Karanganyar. Dari kecamatan tersebut, Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe dan Kendal merupakan wilayah paling rawan bencana tanah longsor karena wilayah ini berdekatan dengan hutan gundul dan kritis disamping lokasinya berada di lereng Gunung Lawu dengan luas total kurang lebih sebesar 2.022,71 Ha.

Guna mengantisipasi adanya bahaya-bahaya tanah longsor dan tanah bergerak, maka perlu adanya penghijauan dengan melakukan pengembangan jenis tanaman tahunan dan didukung dengan adanya upaya-upaya perlindungan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat di sekitarnya.

Bentuk penanggulangan terhadap terjadinya bencana longsor dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut :

1. PENCEGAHAN TERJADINYA BENCANA TANAH LONGSOR

 Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman(gb. Kiri)

 Buatlah terasering (sengkedan) pada lereng yang terjal bila membangun permukiman (gb.kanan)

 Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.(gb.kiri)

 Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.(gb.kanan)

 Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri)

(9)

Laporan Akhir

V - 19

 Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal (gb.kiri)

 Pembangunan rumah yang benar di lereng bukit. (gb.kanan)

 Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal. (gb.kiri)  Pembangunan rumah yang salah di lereng bukit. (gb.kanan)

 Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. (gb.kiri)

 Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi. (gb.kanan)

2. TAHAPAN MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR

Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.

Penyelidikan

Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.

Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Kabupaten atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah

Pemeriksaan bencana longsor

(10)

Laporan Akhir

V - 20

dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda

bencana tanah longsor.

3. SELAMA DAN SESUDAH TERJADI BENCANA a. Tanggap Darurat

Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamatan dan pertolongan korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:  Kondisi medan  Kondisi bencana  Peralatan  Informasi bencana b. Rehabilitasi

Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu dikaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.

c. Rekonstruksi

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor, karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang dibangun pada jalur tanah longsor hampir 100%.

Pengelolaan lahan pada kawasan rawan longsor ini diarahkan pada pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi. Mengingat di Kabupaten Ngawi banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka

diperlukan pengelolaan bersama antara pemerintah atau PTP dengan masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan. Selanjutnya dilakukan pemilihan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dari sisi hasil buah seperti durian, kopi, bunga seperti cengkeh, dan getahnya seperti karet..

Selanjutnya pada daearah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini diperlukan pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat. Mengingat kawasan sepanjang DAS ini sekaligus merupakan kawasan penyangga untuk mencegah pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti oleh pengembangan tutupan tanah atau ground cover yang juga memiliki fungsi ekonomi seperti rumput gajah yang dapat digunakan untuk pakan ternak. Untuk pencegahan terjadinya bencana longsor dapat dilihat pada gambar 5.9 di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan ini memiliki potensi untuk menunjang ekonomi perdesaan dan wilayah sehingga alih fungsi diijinkan pada beberapa area dengan catatan memiliki nilai tambah

Berkembangnya kawasan industri di wilayah Kabupaten Bekasi, tumbuh dan berkembangnya sektor properti di wilayah ini baik investor dalam nengeri maupun investor

Program pengembangan kawasan budidaya terdiri dari pengembangan kawasan perumahan; kawasan komersial (perdagangan, jasa, pemerintahan dan bangunan umum); kawasan

Kawasan ini merupakan kawasan yang berada pada koridor wilayah tengah kabupaten bener meriah, memiliki jumlah penduduk terbesar diantara kecamatan lain di

Hal ini akan dapat dilaksanakan bila ruang wilayah di setiap daerah telah ditata peruntukannya dan untuk memaksimalkan penggunaannya disusun peta perwilayahan berdasarkan

Penetapan kawasan sekitar danau/waduk sebagai kawasan berfungsi lindung pada RTRW Provinsi, Kabupaten dan Kota;. Penetapan kawasan sekitar danau/waduk secara bijaksana agar

Upaya pemantapan fungsi lindung pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Nusa Tenggara Timur, dilakukan dalam konteks pendekatan pengembangan

INDIKASI PROGRAM POLA RUANG :  Pemeliharaan Kawasan Lindung Taman Nasional Bukit Baka di Kecamatan Serawai  Pemeliharaan Kawasan Lindung Taman Wisata Alam Bukit Kelam di Kecamatan