• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR TOTAL PLASMA DAN GLUKOSA DARAH PADA ITIK MANILA YANG DIBERI PAKAN DENGAN PROTEIN DAN ENERGI METABOLIS YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KADAR TOTAL PLASMA DAN GLUKOSA DARAH PADA ITIK MANILA YANG DIBERI PAKAN DENGAN PROTEIN DAN ENERGI METABOLIS YANG BERBEDA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KADAR TOTAL PLASMA DAN GLUKOSA DARAH PADA ITIK MANILA YANG DIBERI PAKAN DENGAN PROTEIN DAN ENERGI METABOLIS YANG BERBEDA

(TOTAL PROTEIN PLASMA AND BLOOD GLUCOSE LEVEL IN MANILA DUCKS FED WITH DIFFERENT PROTEIN AND METABOLIC ENERGY)

Ayu Gina Utari, Ning Iriyanti, dan Sigit Mugiyono

Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto e-mail : Kiyoshiro_y@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar total protein plasma dan glukosa darah pada itik manila yang diberikan perlakuan pakan dengan protein dan energi metabolis yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor itik manila jantan, pakan perlakuan, kandang, dan peralatan kandang. Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 5 kali ulangan, yaitu R1 : protein 13% + Energi Metabolis 2.300 kcal/kg, R2 : protein 15% + Energi Metabolis 2.500 kcal/kg, R3 : protein 17% + Energi Metabolis 2.700 kcal/kg, R4 : protein 19% + Energi Metabolis 2.900 kcal/kg, R5 : protein 21% + Energi Metabolis 3.100 kcal/kg. Data dianalisis menggunakan analisis variansi dan diuji lanjut menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian pakan protein dan Energi Metabolis berpengaruh sangat nyata terhadap total protein plasma (P<0,01) dan berpengaruh terhadap glukosa darah (P<0.05). Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa R5 (protein 21% + Energi Metabolis 3.100 kcal/kg )berbeda nyata dengan perlakuan lain, sedangkan hasil glukosa darah adalah R3 (protein 17% + Energi Metabolis 2.700 kcal/kg) berbeda nyata dengan R5 (protein 21% + Energi Metabolis 3.100 kcal/kg). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi metabolis yang meningkat akan meningkatkan kadar total protein plasma dan menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Kata Kunci : Total Protein Plasma, Glukosa Darah, Protein pakan, Energi Metabolis pakan

ABSTRACT

The purpose ot this study is to find out the level of total protein plasma and blood glucose of muscovy duck feed by different treatment to determine the exact feed treatment. Material that used are 100 male muscovy ducks, feed treatments, and enclosure equipment. The research method is experimental, the feed treatments are R1: 15% protein and metabolic energy 2.300 kcal/kg metabolic energy, R2: 15% protein and metabolic energy 2.500 kcal/kg, R3: 17% protein and metabolic energy 2.700 kcal/kg, R4: 19% protein and metabolic energy 2.900 kcal/kg, R5: 21% protein and metabolic energy 3.100 kcal/kg. The data was analyzed using Analysis of Variance, with a further test of Honestly Significant Difference. The result showed that the increasing of protein and metabolic energy treatment gave very significant effect on total protein plasma (P<0,01) and gave significant effect on glucose blood (P<0,05). The result of Honestly Significant Different test showed that R5 (21% protein and 3.100 kcal Metabolic energy) was different with all treatment. While the result for blood glucose analysis are R3 (17% protein and metabolic energy 2.700 kcal/kg) different with R5 (21% protein and 3.100 kcal Metabolic energy). The conclusion of the study is treatment with increased protein and metabolic energy content will increase the totall protein in the blood plasma and decreasing blood glucose level of muscovy duck.

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan asal protein di indonesia masih dipenuhi terutama oleh unggas. itik manila merupakan salah satu jenis ternak unggas yang merupakan penghasil telur dan daging, dan ternak yang belakangan semakin dikenal oleh masyarakat. Itik manila seperti itik jenis lainnya memiliki keunggulan dalam daya tahan hidup. Akan tetapi produktivitas itik manila masih sangat rendah, hal tersebut disebakan karena faktor genetik, kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan, terutama imbangan protein dan energi metabolis pakan yang belum memenuhi standar. Energii metabolisme digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, hal ini akan mempengaruhi produktivitas dan reproduksi. Sumber energi bisa bersumber dari karbohidrat, protein maupun lemak. Jika unggas kekurangan energi, maka unggas akan memanfaatkan simpanan energi dalam tubuh melalui glikolisis, glukoneogenesis, glikogenolisis.

Profil darah antara lain adalah protein plasma dan glukosa darah. Dalam plasma darah terdapat 3 protein utama yakni albumin, globulin dan fibrinogen. Plasma protein hanya 2-3% dari jumlah total protein dalam tubuh. (Ismoyowati dkk, 2006). protein plasma disintesa di dalam hati, fungsi protein plasma darah adalah membantu mengatur tekanan osmotik darah, menjaga tekanan darah normal, dan membantu keseimbangan asam- basa (Adisuwirjo dkk, 2001). Protein plasma adalah protein yang terkandung dalam plasma darah, biasanya terdiri dari fraksi albumin, globulin, dan fibrinogen (Ganong, 2000)

Glukosa darah merupakan metabolit utama yang berkaitan erat dengan kelangsungan pasokan energi untuk pelaksanaan fungsi fisiologis dan biokimia dalam tubuh (Hernawan dkk, 2012). Kadar glukosa darah diatur agar selalu berada dalam kondisi stabil dalam tubuh melalui proses homeostasi(Adisuworjo dkk, 2001), proses ini melibatkan sumber lain glukosa dalam tubuh seperti glikogen, asam-asam lemak, dan asam amino. Kadar glukosa yang rendah menujukkan bahwa ternak tidak mendapatkan pakan yang sesuai.

METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor Itik Manila jantan, Pakan perlakuan (Dedak,Jagung, Bungkil Kedelai, PMM (Poultry Meat Meal) dan Premix). Peralatan yang diperlukan adalah Kandang petak sebanyak 25 buah berukuran panjang 40 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 35 cm, Spuit Injeksi, Tabung Sampel berisi anti koagulan, dan box styrofoarm.

Metode penelitian adalah eksperimental disusun berdasarkan rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan diulang sebanyak 5 ulangan setiap unit ulangan terdiri dari itik manila sebanyak 4 ekor sehingga melibatkan itik manila sebanyak 100 ekor. Perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut :

R1 = Protein 13% + Energi Metabolis 2.300 kcal R2 = Protein 15% + Energi Metabolis 2.500 kcal R3 = Protein 17% + Energi Metabolis 2.700 kcal R4 = Protein 19% + Energi Metabolis 2.900 kcal R5 = Protein 21% + Energi Metabolis 3.100 kcal

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah total protein plasma (Metode Refraktometri) (Lumeij and Maclean, 1996) dan glukosa darah (Blood Glucose Meter Kit) (Merk NESCO Multicheck) (Puspita dan Suprihatin, 2009). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan

(3)

analisis variansi dan diuji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Total Protein Plasma

Hasil penelitian terhadap total protein plasma darah dan glukosa darah itik manila disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Rataan kadar total protein plasma dan glukosa darah (mg/dL)

Perlakuan Total protein plasma±SD Glukosa±SD

R1 2,80a ±0,28 193,80ab±19,32 R2 3,36ab±0,48 216,20ab±8,87 R3 3,00ab±0,20 227,00b±18,48 R4 3,92b±0,73 221,20ab±9,86 R5 4,92c±0,77 179,20a±46,46 Keterangan :

*) R1 : Pakan dengan kandungan protein sebesar 13% dan energi metabolis 2.300 kcal/kg, R2 : Pakan dengan kandungan protein sebesar 15% dan energi metabolis sebesar 2.500 kcal/kg, R3 : Pakan dengan kandungan protein sebesar 17% dan energi metabolis 2.700 kcal/kg, R4 : Pakan dengan kandungan protein sebesar 19% dan energi metabolis 2.900 kcal/kg, R5 : Pakan dengan kandungan protein sebesar 21% dan energi metabolis 3.100 kcal/kg.

**) Nilai dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan R1 (perlakuan dengan protein 13% dan energi metabolis 2.300 kcal/kg) menghasilkan total protein plasma paling rendah (2,8mg/dL), sedangkan total protein plasma paling tinggi dihasilkan oleh perlakuan R5 (pakan perlakuan protein 21% dan energi metabolis 3.100 kcal/kg), yakni 4,92 mg/dL.

Total protein plasma standar pada itik manila belum diketahui, pada penelitian Bhatti (2001), total protein plasma yang terkandung dalam ayam Naked Neck adalah 4,55±0,80 mg/dL, sedangkan Ismoyowati dkk (2006) mendapatkan total protein plasma darah pada itik jantan sebesar 3,47±0,50 g/dL.

Hasil Analisis variansi memperlihatkan bahwa pemberian pakan dengan kadar protein dan energi metabolis yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap total protein plasma darah, hal tersebut disebabkan karena perbedaan protein yang dikonsumsi oleh ternak, sehingga terjadi perbedaan metabolisme pakan di dalam tubuh ternak, selain itu, kadar protein plasma yang rendah menunjukkan bahwa ternak kekurangan asam amino sehingga ternak tidak mampu menghasilkan total protein plasma yang mencukupi, asam amino akan diubah menjadi albumin dan globulin yang terkandung dalam total protein (Ismoyowati, 2006).

Hasil uji lanjut dengan uji beda jujur menunjukkan bahwa total protein plasma R1 berbeda nyata dengan R4, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pakan yang mengandung protein dan energi metabolis maka semakin tinggi pula kadar total protein plasma dalam darah, disebabkan karena setiap pakan yang dikonsumsi akan masuk ke dalam organ pencernaan, kemudian akan diserap menuju pembuluh darah. Sesuai dengan pendapat Widodo

(4)

(2006) bahwa protein pakan yang memasuki usus halus akan dipecah menjadi asam-asam amino, kemudian seluruhnya akan diabsorpsi oleh vilus halus menuju pembuluh darah. Linder (1992), menjelaskan bahwa pencernaan protein dimulai dari lambung, kemudian pencernaan lebih banyak terjadi di dalam usus halus, protein didegradasi secara penuh menjadi asam amino, yang diserap oleh vilus usus halus dan dibawa oleh pembuluh darah menuju ke dalam hati, yang kemudian akan membentuk protein plasma. Andrianti (2010), Asam amino yang berasal dari pencernaan protein makanan dan glukosa yang berasal dari pencernaan karbohidrat diserap melalui vena porta hati. Hati memiliki peran mengatur konsentrasi berbagai metabolit larut air dalam darah. Hati juga membentuk berbagai protein plasma utama (albumin) dan mendeaminasi asam amino yang melebihi kebutuhan dan membentuk urea yang diangkut ke ginjal untuk diekskresikan.

Perlakuan R5 berbeda nyata dengan seluruh perlakuan lain, hal tersebut disebabkan karena protein dan energi metabolis pakan yang diberikan merupakan pakan yang melebihi standar pakan untuk itik starter. Pakan untuk itik dalam fase starter adalah 19% protein dan 2900 kcal/kg energi metabolis (Suryana, 2008). Hal tersebut membuktikan bahwa perlakuan R5 merupakan perlakuan dengan nutrien berlebih. Protein merupakan suatu makromolekul yang terdiri dari banyak asam amino dan memiliki fungsi penting di dalam tubuh. Fungsi protein di dalam tubuh adalah sebagai struktur penting untuk jaringan urat daging, selain itu komponen protein yakni albumin dan globulin juga berfungsi mempertahankan sifat homeostatis dalam tubuh, sedang dalam bentuk hemoglobin, protein bertugas membawa oksigen ke dalam sel (Widodo, 2002). Protein dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh, protein, yang telah berbentuk asam amino di dalam darah sebelum disebarkan ke seluruh jaringan tubuh, berada di dalam amino acid pool.

Amino acid pool merupakan campuran utama asam amino yang terdapat di dalam sel yang diperoleh sumber pakan atau protein yang didegradasi (Ophardt, 2003). Asam amino yang telah diubah menjadi protein plasma di dalam hati kemudian akan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh lewat amino acid pool. Hal tersebut menjelaskan mengapa tingginya protein pakan akan meningkatkan kadar protein plasma dalam darah karena amino acid pool terdapat di dalam sel, sehingga seluruh asam amino yang telah disintesa oleh hati sebelum disebarkan ke seluruh jaringan tubuh akan berkumpul dalam amino acid pool.

Kadar Glukosa darah

Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan glukosa darah berkisar antara 179,20±46,46 mg/dL hingga 227±18,48 mg/dL. Hasil tersebut masih termasuk dalam kisaran glukosa darah itik normal sesuai dengan penelitian Yuwanta et al. (2009) bahwa glukosa darah normal pada itik Tegal adalah 116,90 mg/dL Glukosa darah merupakan hasil akhir dari metabolisme dalam tubuh seperti glikolisis, glukoneogenesis, glukogenolisis, dan glikoneogenesis, yang terjadi secara terus menerus dalam tubuh sehingga kadar glukosa darah dapat berbeda.

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan protein dan energi metabolis yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar glukosa itik manila. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan R3 merupakan glukosa darah tertinggi (227 mg/dL) sedangkan R5 menghasilkan glukosa darah terendah dari seluruh perlakuan (179,20 mg/dL). Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi,, glukosa dalam tubuh diatur agar tetap berada dalam kondisi normal dengan cara homeostasi. Ada beberapa faktor penyebab bervariasinya kadar glukosa darah, semakin tinggi kadar serat kasar dalam pakan maka kadar

(5)

glukosa darah pada tubuh ternak semakin meningkat Yuwanta (2009) selain itu Prayitno (2003) menyatakan bahwa faktor genetik juga dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya kadar glukosa dalam darah.

Hasil uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur menunjukkan kadar glukosa darah menunjukkan bahwa perlakuan R5 berbeda nyata dengan R3. R3 merupakan pakan perlakuan dengan kandungan energi metabolis 2.700 kcal/kg dan protein 17%. Sedangkan R5 merupakan perlakuan dengan protein 21% dan energi metabolis 3.100 kcal/kg yang merupakan perlakuan dengan protein dan energi metabolis paling tinggi. Glukosa darah merupakan sumber energi bagi tubuh yang didapatkan setelah glukosa diubah menjadi ATP (Adenosine Triphospate). Glukosa darah didapatkan dari sumber makanan yang utamanya berasal dari karbohidrat dan sumber makanan lainnya seperti protein dan lemak (Widodo, 2006). Dalam pakan perlakuan R5 yang merupakan pakan dengan kandungan protein dan energi metabolis tinggi, pakan yang dikonsumsi ternak akan dicerna di dalam usus halus menjadi polisakarida, kemudian diserap oleh vilus usus dan dialirkan melalui vena porta hepatica menuju sel hati yang kemudian akan diubah menjadi glikogen melalui proses glikogenesis. Hal ini terjadi karena pada saat glukosa yang dikonsumsi meningkat, maka akan menyebabkan tersekresinya insulin dari pankreas yang akan menekan sekresi glukagon dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam darah tetap stabil, insulin tersebut juga menstimulasi percepatan glukosa ke dalam hati yang akan disimpan dalam bentuk glikogen dan asam lemak (Ophardt, 2003; Colby, 1985). Kadar glukosa harus tetap berada dalam keadaan homeostasi. (Colby, 1985) menyatakan bahwa apabila glukosa darah melebihi kadar normal, maka dapat terjadi kerusakan pada jaringan, dimana jaringan mengalami dehidrasi, dan kehilangan ion-ion penting, selain itu kadar glukosa darah yang tinggi juga akan mempercepat proses penuaan protein.

SIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian pakan dengan kandungan protein dan energi metabolis yang meningkat akan meningkatkan kadar total protein plasma dan menurunkan kadar glukosa dalam darah.

DAFTAR PUSTAKA

Adisuwirjo, D., Sutrisno., dan S.J.A, Setyawati. 2001.Dasar Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto

Andrianti, Teti. 2010. Metabolisme Protein. Fakultas Kedokteran. Universitas Batam. Batam.

Colbi, Diane. 1985. Biochemistry: A Synopsis. Diterjemahkan oleh : Dharma, Adjie. 1996. Ringkasan biokimia harper. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Craig, W. Y., T, B, Ledue., and R, F, Ritchie. Plasma proteins clinical utility and interpretation. Foundation for Blood Research. Maine. USA.

Ganong, W. F., 2000. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P., Buku Kedokteran EGC Jakarta. Ismoyowati., T. Yuwanta., J. Sidadolong., dan S. Keman. 2006. Performans Reproduksi Itik Tegal

berdasarkan status Hematologis. Animal production. Vil. 8, No. 2, Mei 2006 : 88-93.

Linder. 1985. Nutritional biochemistry and metabolism. Terjemahan oleh A. Parakassi. 1992.

(6)

Lumeij, J.T., and B. Maclean. 1996. Total protein determination in pigeon plasma and serum : cmparison of refractometric methods with the biuret method. Journal of avian medicine and surgery 10 (3): 150-152.

Ophardt. 2003. Overview of protein metabolism. Virtual chembook. Elhurst College. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta

Prayitno, Ismoyowati., dan I. Farida. 2003. Penentuan aktivitas enzim α-amilase dan kadar glukosa darah itik lokal. Animal Production, Vol. 5, No. 1.

Puspita, D. P. D., dan T. Suprihatin. 2009. Pengaruh Pemberian virgin Coconut Oil (VCO) pada Konsentrasi yang Berbeda Terhadap Kadar Glukosa Darah Ayam. Eprints. Undip.ac.id.

Suryana. 2008. Peluang dan kendala pengembangan itik serati sebagai penghasil daging. Jurnal Litbang Pertanian, 27 (1).

Widodo. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Konstektual. Fakultas peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Widodo. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Yuwanta., A. Wibowo., Zuprizal., and R. Sutrisna. 2009. Volatile Fatty Acids and Glucose Concentration in Blood of Normal Tegal Ducks and those Underwent Caecectomyzed Receiving Diets of Different Crude Fiber Levels. Book of proceeding. 2nd Mediteranian Summit of WPSA.

Gambar

Tabel 1. Rataan kadar total protein plasma dan glukosa darah (mg/dL)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil kajian ini dapat disarankan bahwa perlu dilakukan penelitian yang lebih komprehensif tentang interaksi penyu laut dan perikanan, dan mitigasi penyu laut di perairan

audience participation, audience feedback , dan triggering event. 3) Special event : aktivitas yang dibuat oleh perusahaan untuk membuat keterlibatan publik dengan

Beberapa perkara telah dapat dikesan dalam kajian ini, meliputi status penampilan sumber seni budaya Malaysia dalam internet yang muncul dalam laman web, blog, akhbar dan majalah

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors ),

(2013) menunjukkan bahwa investor tidak dapat sepe- nuhnya memaknai akrual diskresioner dalam pengumuman informasi laba perusahaan publik sebagai alat untuk mengatasi risiko

Di dalam penelitian ini, fitur pembuatan bingkai, pemilihan warna bingkai, dan penambahan efek foto telah diimplementasikan pada aplikasi Photopoto.. Pada aplikasi

Per 8 April 2016, total kepemilikan Dana Pensiun di obligasi Pemerintah sebesar Rp56,2 triliun, tumbuh 12,7% dari posisinya di akhir 2015, sedangkan pada periode yang sama di tahun

LNG].. Services Department, bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas yang layak bagi pekerja dan keluarga, seperti perumahan, sarana olahraga, dan hiburan. Departemen ini