• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (Malus sylvestris) DI KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU-MALANG, JAWA TIMUR RETNA YUSFIKA A SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (Malus sylvestris) DI KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU-MALANG, JAWA TIMUR RETNA YUSFIKA A SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (

Malus sylvestris

) DI

KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU-MALANG,

JAWA TIMUR

RETNA YUSFIKA

A24052231

SKRIPSI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (

Malus sylvestris

) DI

KUSUMA AGROWISATA, KOTA BATU-MALANG,

JAWA TIMUR

Retna Yusfika

A24052231

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(3)

PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (

Malus sylvestris

) DI PT

KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA, KOTA

BATU-MALANG, JAWA TIMUR

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Retna Yusfika

A24052231

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(4)

RINGKASAN

RETNA YUSFIKA. Pengelolaan Pascapanen Apel (Malus sylvestris) di Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Malang, Jawa Timur. (Dibimbing oleh Slamet Susanto).

Kegiatan magang yang dilakukan di Kusuma Agrowisata (KA) adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mempelajari secara langsung kegiatan pascapanen apel di KA, mengetahui aspek produksi dan ekonomi tanaman apel di KA dan memperluas wawasan pengetahuan serta memperoleh pengalaman dan ketermpilan dalam budidaya dan kemampuan managerial. Magang dilaksanakan di KA, Kota Batu-Malang, Jawa Timur pada tanggal 12 Februari sampai 12 Juni 2009.

Metode pelaksanaan magang yaitu dengan melakukan pengamatan mengenai keadaan lapang, mengumpulkan data primer dan sekunder, serta mengikuti secara langsung seluruh kegiatan di lapang, meliputi kegiatan di departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT), departemen Trading, departemen Marketing dan Divisi Industri, metode yang dilakukan di departemen BTT meliputi pengamatan dan praktek secara langsung di lapang dengan tenaga kerja karyawan harian lepas (KHL) dan bekerja sebagai asisten pengawas kebun serta melakukan analisis produktivitas tenaga kerja KHL pada kegiatan budiddaya tanaman apel.

Terdapat spesifikasi dalam kegiatan budidaya apel seperti adanya kegiatan perompesan atau penguguran daun, pemangkasan dan pelengkungan cabang. Kegiatan pascapanen apel KA berada dibawah tanggung jawab departemen

trading serta divisi industri. Penanganannya dilakukan secara manual, kecuali untuk proses pengolahan apel. Kegiatan pengolahan apel dilakukan untuk menunjang kegiatan wisata kebun yang ada. Produk olahan apel KA meliputi sari buah, jenang, cuka dan cider.

Pemasaran apel KA dilakukan di wilayah lokal, yaitu lokasi wisata KA dan luar kota. Penjualan apel di lokasi wisata KA terbanyak pada Mei 2009 adalah apel „Ana‟ yaitu sebesar 4 383 kg „Ana‟ segar. Persentase pengiriman apel ke pasar luar kota pada Maret 2009 untuk daerah Solo adalah 0%, sedangkan pada

(5)

April 2009 untuk daerah Bali sebesar 0.43% dari pesanan, 0.6% untuk daerah Kediri dan Malang, dan 0.15% untuk daerah Surabaya. Permintaan apel yang tidak terpenuhi pada Maret dan April 2009 disebabkan oleh kurangnya produksi apel dari petani maupun supplier apel lainnya dan meningkatnya harga buah apel di tingkat kulak.

Analisis usaha tani apel seluas 1 ha selama 25 tahun menunjukkan nilai NPV yang positif, baik sebagai usaha agrowisata apel maupun sebagai kebun produksi, yaitu sebesar Rp 1 165 414 919 dan Rp 1 713 924 415, sedangkan nilai B/C dan R/C masing-masing adalah 4.03 dan5.27 serta 2.02 dan 2.50 Asumsi yang digunakan adalah sewa lahan hanya diperhitungkan untuk analisis usaha apel sebagai kebun produksi, modal meminjam dari bank dengan besar bunga 17% dan diangsur selama 5 tahun.

(6)

Judul : PENGELOLAAN PASCA PANEN APEL (Malus sylvestris) DI PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA, KOTA BATU- MALANG, JAWATIMUR

Nama : Retna Yusfika

NRP : A24052231

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc. NIP : 19610202 198601 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP : 19611101 198703 1003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Maret 1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Yusup dan Ibu Pipih.

Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Rimba Putra Bogor kemudian dilanjutkan di SMP Insan Kamil Bogor sampai tahun 2003. Tahun 2005, penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Insan Kamil Bogor. Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagai Anggota Forum Kajian Rohis Departemen Agronomi (FKRD-A) Divisi Informasi dan Komunikasi (2007-2008), Panitia Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) pada tahun 2007. Penulis pun melakukan kegiatan magang dalam mengisi liburan semester, yaitu di Balai Penelitian dan Pengembangan Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Cimanggis (2007) serta Saung Mirwan, Megamendung (2008).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Pengelolaan Pascapanen Apel (Malus sylvestris) di Kusuma Agrowisata, Kota Batu - Malang, Jawa Timur”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS serta Dr. Dewi Sukma, SP MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji.

3. Dr.Ir Eny Widajdati, MS. selaku dosen pembimbing akademik.

4. Yayah dan Embu atas dukungannya yang tulus baik moril maupun materil.

5. Pak Agus Sugiantoro selaku pembimbing lapang di Kusuma yang telah membimbing penulis dalam pelaksanaan teknis di lapangan.

6. Seluruh staf departemen BTT, trading, mrketing, dan agroindustri Kusuma Agrowisata atas segala bantuannya selama kegiatan magang berlangsung.

7. Ibu Yanti yang telah menyediakan tempat tinggal dan keperluan sehari-hari selama magang.

8. Baith, Nini, dan Mia atas persahabatan serta kebersamaannya selama kegiatan magang di Kusuma serta seluruh teman-teman AGH’42 atas kebersamaan dan dukungannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2010

(9)

DAFTAR ISI

Halaman PENDAHULUAN……….. 1 Latar Belakang………. 1 Tujuan……….. 3 TINJUAN PUSTAKA………... 4 Botani Apel……….. 4 Syarat Tumbuh………. 5 Pemanenan……… 5 Pascapanen ………... 6 METODE MAGANG………. 8

Tempat dan Waktu………... 8

Metode Pelaksanaan……….. 8

Analisis Data dan Informasi ………. 9

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN……… 10

Sejarah Perusahaan……….. 10

Lokasi……… 10

Keadaan Ikilm, Tanah, dan Topografi……….. 11

Tata Guna Lahan……… 11

Keadaan Tanaman dan Produksi……… 12

Organisasi Perusahaan……… 12

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG……….. 15

Aspek Teknis………. 15 Pembibitan………. 15 Penanaman ………... 16 Pemupukan ………... 16 Perompesan ……… 18 Pemangkasan ………. 19

Pelengkungan Cabang (Penelungan)……….. 20

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (PHPT)……. 22

Taksasi Buah……….. 23

Inventarisasi Tanaman……… 25

Panen dan Pascapanen……… 25

Aspek Managerial……….. 27

Pendamping Pengawas Kebun……… 27

PENANGANAN PASCAPANEN ………... 30

Pascapanen ……… 30

Pembersihan (cleaning)... 32

Penyortiran (sorting) dan Pengkelasan (grading)... 32

Pengemasan (packaging)... 35

Penyimpanan (storing)………... 38

Pengangkutan………. 39

(10)

System Pembayaran……… 44

PENGOLAHAN HASIL……….. 46

Pemilihan Bahan Baku dan Pembuangan Biji……… 46

Pembersihan ……….. 46

Proses Produksi……….. 47

Pengemasan ……… 50

Penyimpanan ……….. 51

Pengangkutan dan Pemasaran………. 52

PROSPEK USAHA TANI APEL ... 53

KESIMPULAN DAN SARAN……….. 56

Kesimpulan ………. 56

Saran ……… 57

DAFTAR PUSTAKA………. 58

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tata Guna Lahan di Kusuma Agrowisata….……….. ... ... 11

2. Data Jumlah Karyawan Kontrak per Departemen…………... …………. 13

3. Dosis Pupuk Apel per aplikasi di Kusuma Agrowisata………... ... 17

4. Hasil Perhitungan Taksasi Buah Blok E5……… 24

5. Umur Panen Apel di Kusuma Agrowisata ………... 25

6. Produktivitas Tenaga Kerja KHL di Departemen BTT…………... ……… 29

7. Perbedaan Hasil Panen Racutan dan Kebun Produksi (Junggo)... 31

8. Grade Apel Kusuma Agrowisata... 32

9. Kehilangan Hasil Panen Kusuma Agrowisata …………..………… ... 34

10. Kendaraan Distribusi Apel Kusuma Agrowisata ……… 40

11. Harga Apel di Pos Penjualan Kusuma Agrowisata ……….. 42

12. Rekapitulasi Penjualan Apel Kusuma Agrowisata Tahun ……… 42

13. Pengiriman Apel Kusuma Agrowisata April …………..…………... 43

14. Daftar Harga Apel KA untuk Supermarket ………... 45

15.Harga Apel di Beberapa Saluran Pemasaran………. 45

16.Produk-produk Olahan Apel Kusuma Agrowisata……… 51

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Produksi Apel Kusuma Agrowisata……….. 12

2. Struktur Organisasi Departemen Budidaya Tanaman Tahunan…… 14

3. Mata Tunas Hasil Okulasi ……… 16

4. Pohon apel sebelum dirompes (kiri) dan setelah dirompes (kanan).. 18

5. Pelengkungan Cabang pada Tanaman Apel TBM………. 21

6. Hama dan Penyakit apel:(a) Kutu hijau (Aphis porni),(b) Lalat buah (Rhogoletis pomonella),(c)Bercak daun,(d)kanker batang, (e)Ulat……… 23

7. Hasil Panen Apel Racutan dan Junggo... 26

8. Diagram Proses Pascapanen Apel di Kusuma Agrowisata... 30

9. Alat Timbangan Apel ………...……… 33

10. Buah Apel „Ana‟ Tidak Layak Jual …………...……… 34

11. Kemasan Packing dan Curah Apel Kusuma Agrowisata …………. 36

12. Alat Timbangan Analitik dan Alat Wrapping ………... 37

13. Kardus Sebagai Kemasan Master untuk Distrisbusi ……… 37

14. Penyimpanan Buah dan Sayur di Packing House KA ………. 39

15. Diagram Alir Proses Produksi Jenang Apel KA ….……… 47

16. Diagram Alir Proses Produksi Sari Buah Apel KA ……… 48

17. Diagram Alir Proses Produksi Cuka Apel KA……… 49

18. Kemasan Jenang dan Cuka Apel Kusuma Agrowisata……… 51

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Kusuma Agrowisata,

Kota Batu-Malang, Jawa Timur………...………….. 61

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Pengawas di Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Malang, Jawa Timur ... 64

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staff Trading di Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Malang, Jawa Timur... 68

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staff Marketing di Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Malang, Jawa Timur………... 70

5. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Staff Agroindustri di Kusuma Agrowisata, Kota Batu-Malang, Jawa Timur... 72

6. Data Hujan Desa Ngaglik, Kota Batu-Malang, Jawa Timur Periode 1999-2008………... 73

7. Peta Areal Kusuma Agrowisata………... 75

8. Peta Kebun Apel Wisata Kusuma ………... 76

9. Perbedaan Fenotipe Beberapa Varietas Apel di Kusuma Agrowisata………….. 77

10. Jenis-jenis Apel di Kusuma Agrowisata ………... 78

11. Struktur Organisasi Kusuma Agrowisata……….………... 79

12. Data Taksasi Buah di Kusuma Agrowisata…...……….. ... 80

13. Pengambilan Contoh Tanaman untuk Taksasi Buah…...………... 82

14. Inventarisasi Tanaman Apel Kebun Kusuma Agrowisata………...……….. 83

15. Blanko Laporan Harian Pengawas………. 84

16. Standar Operasional Pengawas Kebun Departemen Budidaya Tanaman Tahunan, Kusuma Agrowisata... ... 85

17. Analisis Usaha Tani Apel Kusuma Agrowisata... ... 87

18. Analisis Kelayakan Usaha Tani Apel Kusuma Agrowisata... ... 95

19. Analisis Usaha Tani Apel sebagai Kebun Produksi... ... 96

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Buah-buahan merupakan komoditi hortikultura yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan diminati oleh konsumen. Buah-buahan yang terdapat di Indonesia sangat beragam, mulai dari buah-buahan tropis hingga beberapa buah

temperate.

Apel (Mallus sylvestris) merupakan salah satu tanaman buah yang dapat dibudidayakan di Indonesia dan merupakan tanaman tahunan yang berasal dari daerah temperate. Menurut Soelarso (1996) apel mulai dibudidayakan di Indonesia sejak tahun 1934 dan dapat berbuah dengan baik.

Buah-buahan mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sehingga merupakan sumber vitamin dan mineral. Menurut Kusumo dan Verheij (1997) dalam 100 g buah apel terkandung 85 g air, 10-13.5 g karbohidrat (terutama fruktosa), 10 mg kalsium, 10 mg fosfor, 0.2 mg besi, 150 mg kalium, 10 mg vitamin C, sedikit sekali vitamin A, B1, B2, dan B6, kandungan lemaknya sangat rendah, dan nilai energinya 165-235 kJ/100g.

Buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral utama semakin banyak diminati oleh masyarakat dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat dengan gizi tinggi. Pada akhirnya buah-buahan menjadi banyak diperdagangkan. Oleh karena itu usaha tani di bidang buah masih sangat bagus untuk dikembangkan. Peluang bisnis buah-buahan juga terlihat pada kenyataan konsumsi buah penduduk Indonesia yang masih kurang. Menurut Husodo (2003), rata-rata konsumsi per kapita per tahun rakyat Indonesia untuk buah-buahan adalah baru sebesar 40.06 kg, sedangkan rekomendasi FAO adalah 65,75 kg.

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nangkojajar) Jawa Timur merupakan daerah sentra produksi apel di Indonesia. Iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan apel memungkinkan tanaman subtropis tersebut dapat berkembang dengan baik di Jawa Timur. Menurut Sunarjono (2006), buah-buah subtropis menghendaki suhu yang rendah (<21oC)

(15)

untuk dapat tumbuh dan berbuah. Suhu yang rendah hanya terdapat di daerah dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 1 000 m dpl.

Populasi tanaman apel di Indonesia pada tahun 2006-2007 adalah 2 493 699 pohon, dengan produksi mencapai 110 005.8 ton (BPS, 2007).

Menurut Ariani (2007), perkembangan tanaman apel di Indonesia dari tahun 2005 mengalami penurunan dalam hal produksi dan produktivitas. Produksi tanaman apel menurun sebesar 58.55% sedangkan produktivitas menurun sebesar 26.53%.

Rendahnya produktivitas tanaman apel Indonesia memungkinkan produk impor menguasai pasaran dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Pertanian (2008), impor buah apel pada periode tahun 2005-2006 mengalami peningkatan mencapai 2 ton per tahun dan tahun 2006 total impor apel Indonesia sebesar 116 167 ton.

Buah impor yng masuk ke dalam negeri menyebabkab adanya persaingan dengan buh lokal. Buah impor cenderung memiliki kualitas yang lebih baik daripada buah lokal, seperti penampilan, rasa dan warna yang lebih seragam. Menurut Irawan (2007) dalam rangka meningkatkan daya saing agribisnis hortikultura maka diperlukan berbagai upaya salah satunya adalah upaya pengembangan fasilitas pascapanen pada setiap unit agribisnis. Dengan adanya penanganan pascapanen dapat menjadikan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dan meningkatkan harga jual.

Kusuma Agrowisata merupakan salah satu perusahaan yang terdapat di Kota Batu, Jawa Timur yang mengembangkan usaha tanaman apel dalam skala komersial. Perusahaan tersebut juga mempunyai sebuah tujuan yaitu menjadi wahana produktif dan berpartisipasi dalam perkembangan agribisnis dan agrowisata di Indonesia.

Kegiatan magang merupakan salah satu upaya dalam mengetahui sistem kerja dari suatu perusahaan. Seluruh kegiatan perusahaan yang meliputi aspek budidaya mulai dari pembibitan hingga panen dan pascapanen serta pemasarannya merupakan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang. Dalam kegiatan ini lebih ditekankan kepada pengalaman serta pengetahuan di bidang pertanian, khususnya budidaya apel sehingga penulis memiliki kemampuan dalam teknik budidaya apel.

(16)

Tujuan

Pelaksanaan kegiatan magang ini bertujuan untuk :

1. Mempelajari secara langsung kegiatan pascapanen apel yang dilakukan di Kusuma Agrowisata.

2. Mengetahui aspek produksi dan ekonomi tanaman apel di Kusuma Agrowisata. 3. Memperluas wawasan pengetahuan serta memperoleh pengalaman dan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Apel

Secara taksonomi tanaman apel diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta Sub divisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledinae Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Malus

Spesies : Malus sylvestris

Tanaman apel dapat tumbuh tinggi mencapai 10 m, tetapi untuk memudahkan dalam pemanenan maka dibentuk menyerupai semak yang tingginya hanya 2-3 m. Apel memiliki daun yang tunggal, berbulu kasar, dan tersebar melingkar di sepanjang cabang. Bentuk daunnya lonjong meruncing dengan warna hijau muda (Heru, 1993).

Bunga apel merupakan bunga tunggal atau berkelompok berwarna putih bersih. Bunga keluar pada ujung-ujung tunas generatif yang tumbuh dari setiap mata pada setiap ruas cabang (Sunarjono, 2006). Munculnya bunga didahului oleh munculnya tunas produktif (spurs) dan pertunasan berhenti setelah pertumbuhan buah. Pada musim panas bunganya berkembang dan berdiferensiasi. Sebagian tunas yang tidak berbunga akan tinggal dorman dan biasanya akan berbunga pada musim berikutnya (Kusumo, 1986).

Secara alami, tanaman apel hanya berbunga sekali dalam setahun setelah mengalami musim kemarau (di Eropa musim dingin) (Sunarjono, 2006). Namun, berdasarkan penelitian Crockett (1972), dengan melangkungkan cabang-cabangnya yang telah dewasa secara mendatar, tanaman dapat berbunga setiap saat setelah daunnya digugurkan (dirompes).

(18)

Syarat Tumbuh

Tanaman apel hanya dapat tumbuh dan berbuah di daerah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 sampai 1 200 m dpl (Kusumo, 1986). Berdasarkan hasil penelitian Kusumo dan Verheij (1997), curah hujan yang baik untuk pertumbuhan apel adalah 1 600 sampai 2 600 mm. Apabila curah hujan melebihi optimal maka dapat mengganggu pembungaan pada tanaman apel.

Tanaman apel memerlukan sinar matahari yang cukup untuk pembungaan dan mutu buah yang baik. Menurut Kusumo (1986) besarnya penyinaran yang dibutuhkan adalah sebesar 50% tiap harinya, sedangkan suhu yang baik untuk pertumbuhan apel maksimal adalah 27oC dan minimal 16oC dengan RH antara 75-85%.

Pertumbuhan tanaman apel lebih subur pada tanah-tanah yang berstruktur baik dan bersolum dalam. Uap air sangat menentukan produksi. Pada tanah-tanah yang bergantung pada hujan biasanya produksi yang baik hanya sekali dalam setahun dan pertumbuhannya menjadi kurang subur.

Pemanenan

Pemanenan merupakan kegiatan pengambilan hasil dari suatu pertanaman. Panen dilakukan apabila tanaman telah memenuhi kriteria panen. Apabila panen dilakukan pada waktu yang tidak tepat maka produk panen tidak akan tahan simpan dan cepat busuk. Menurut Sunarjono (2006) pada umumnya tanaman apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Menurut Untung (1994) semakin tinggi tempat tumbuhnya, semakin lama waktu panen buah apel.

Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari (Kusumo, 1986).

Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres (Kusumo, 1986).

(19)

Apel termasuk buah yang peka terhadap kerusakan, oleh karenanya pemanenan harus dilakukan dengan baik. Cara pemanenan buah apel adalah dengan cara memetik buah dengan tangan. Pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati. Kulit buah yang memar karena jatuh atau tekanan telapak tangan yang terlalu keras dapat menimbulkan infeksi.

Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan. Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon (Kusumo, 1986).

Panen yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Produk tersebut kemudian dikumpulkan untuk kemudian dilakukan kegiatan pasca panen.

Pascapanen

Perlakuan pascapanen dilakukan dengan tujuan memberikan penampilan yang baik, melindungi produk serta memperpanjang daya simpan. Buah-buahan merupakan komoditas yang ringkih, sehingga diperlukan penanganan pascapanen yang memadai agar dapat dipertahankan mutunya, ditingkatkan daya simpan dan daya gunanya (Broto, 1993). Menurut Made (2001) secara umum perlakuan pascapanen meliputi sortasi dan grading, pencucian, pelilinan, pengendalian penyakit dan insekta.

1. Sortasi dan Grading

Tujuan sortasi adalah untuk menghilangkan bagian-bagian yang dengan jelas tidak layak dijual seperti buah yang luka, busuk atau mempunyai bentuk dan warna yang tidak normal (Broto, 1993). Selain itu sortasi juga dilakukan untuk memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh pasaran. Pemisahan produk busuk dapat menghindarkan penyebaran infeksi ke produk lainnya. Grading merupakan kegiatan pemisahan produk berdasarkan kriteria mutu, seperti ukuran, warna, serta kematangan.

2. Pencucian

Buah membutuhkan pembersihan untuk menghilangkan kotoran seperti debu, atau residu penyemprotan yang dilakukan sebelum panen. Pembersihan tersebut secara umum dilakukan dengan penyemprotan air atau mencelupkan ke dalam air. Namun, pembersihan dapat pula dilakukan dengan menggunakan bahan

(20)

kimia, seperti klorin. Klorin merupakan bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan mikroorganisme. Menurut Made (2001) perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu mengendalikan patogen selama operasi pascpapanen.

3. Pelilinan

Pelilinan pada buah-buahan seperti apel dan peach umum dilakukan. Lilin alami yang banyak digunakan adalah shellac dan carnauba atau beeswax (lilin lebah) yang semuanya digolongkan sebagai food grade (Made, 2001). Pelapisan lilin berfungsi sebagai pengganti lilin alami pada buah yang hilang karena proses pencucian. Selain itu, dapat berfungsi untuk mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran serta membantu memberikan proteksi dari serangan mikroorganisme pembusuk.

4. Pengemasan

Pengemasan bertujuan untuk melindungi buah dari pelukaan, memudahkan dalam pengleolaan suhu, mencegah kehilangan air, mempermudah dalam perlakuan khusus, serta memberi estetika untuk menarik konsumen (Broto, 1993). Pengemasan yang baik dapat melindungi produk selama proses pengangkutan, mulai dari kebun hingga ke pasar.

5. Penyimpanan

Umur pemasaran dari buah dapat diperpanjang dengan penyimpanan yang tepat dalam kondisi lingkungan yang dapat mempertahankan mutunya. Menurut Kusumo (1986), buah apel yang disimpan di dalam kamar dingin dapat tetap segar selama 4-7 bulan. Manajemen suhu merupakan salah satu cara mengendalikan penyakit. Penghilangan panas lapang secara cepat dan menjaganya tetap pada suhu rendah, menghambat perkembangan penyakit pascapanen. Manurut Made (2001) buah apel, peach dan delima merupakan buah-buah yang mendapat perlakuan dingin dengan suhu 0.5oC atau dibawahnya selama 14 hari agar dapat memenuhi persyaratan karantina pasar dunia untuk pengendalian 10 lalat buah “Queensland”.

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, Kota Batu-Malang, Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung selama 4 bulan yang dimulai pada awal bulan Februari 2009 sampai awal bulan Juni 2009.

Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari:

1. Metode yang dilakukan secara keseluruhan di Kusuma Agrowisata yaitu: a. Mengadakan pengamatan mengenai keadaan lapang dan praktek kerja

langsung dengan mengikuti seluruh rangkaian di perusahaan, meliputi kegiatan di Divisi Agrowisata, yaitu di departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) (76 hari kerja efektif), di departemen Trading (10 hari kerja efektif), di departemen Marketing (10 hari kerja efektif), serta di Divisi Industri (2 hari kerja efektif).

b. Mengumpulkan data primer dengan mewawancarai pihak-pihak yang berhubungan dalam kegiatan magang.

c. Mengumpulkan data sekunder meliputi data luas lahan, kondisi iklim, jumlah tenaga kerja, serta struktur organisasi perusahaan dan studi pustaka. 2. Metode yang dilakukan di departemen BTT yaitu mengadakan pengamatan

mengenai keadaan lapang dan praktek kerja secara langsung dengan mengikuti seluruh kegiatan di departemen BTT. Kegiatan terdiri dari kegiatan di lapang bersama tenaga kerja (46 hari kerja efektif) dan bekerja sebagai asisten pengawas (30 hari kerja efektif).

3. Melakukan analisis produktivitas tenaga kerja pada kegiatan budiddaya tanaman apel dengan satu sampai sembilan kali pengamatan. Kegiatan yang diikuti secara langsung adalah kegiatan pemeliharaan, meliputi pemupukan, perompesan, pemangkasan, pelengkungan cabang dan pemanenan.

(22)

Analisis Data dan Informasi

Data-data yang diperoleh dikelompokan dan diolah dengan menggunakan rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang dilakukan penulis di lapangan meliputi kegiatan budidaya sampai penanganan pascapanen yang meliputi:

1. Budidaya Apel

Kegiatan budidaya meliputi pembibitan, pemupukan, perompesan, pelengkungan cabang, serta pengendalian hama dan penyakit.

2. Teknik Pemanenan

Kegiatan pemanenan meliputi taksasi hasil panen, alat serta cara panen yang dilakukan.

3. Teknik Penanganan Pascapanen

Kegiatan pascapanen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan serta pengolahan.

(23)

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Perusahaan

PT Kusuma Agrowisata merupakan perusahaan keluarga yang mulai dibangun sejak tahun 1989 dengan tujuan sebagai usaha agrowisata apel. Badan usaha Perseroan Terbatas (PT) dibentuk pada tahun 1992 yang mewadahi seluruh kegiatan usahanya dan dinamakan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (KSDW) dengan no izin usaha 530/01/422.107/IUI/2002, kemudian disingkat dengan nama dagang Kusuma Agrowisata.

Perusahaan terus berkembang menjadi sebuah usaha agribisnis dengan meningkatkan luas area, menambah komoditi buah serta membangun sebuah

home industry pengolahan apel. Kusuma Agrowisata menjadi pelopor dalam memproduksi sari apel di Jawa Timur.

Perusahaan pun tidak hanya dibangun sebagai sebuah usaha agribisnis, namun juga sebagai pusat kajian agribisnis untuk memberdayakan petani. Pusat kajian tersebut diberi nama Klinik Agribisnis. Klinik Agribisnis tersebut memiliki program, yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan, studi banding, dan seminar. Semua kegiatan tersebut diwadahi dalam sebuah badan hukum yang legal, yaitu PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

Lokasi

Secara administratif, KSDW terletak di Jalan Abdul Gani Atas, Desa Ngaglik, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Batu, Propinsi Jawa Timur. Kota Batu merupakan daerah yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata dan terletak 19 Km dari Kota Malang.

Sebelah Utara perusahaan berbatasan dengan Desa Ngaglik, sebelah Selatan dengan Gunung Panderman, sebelah Timur dengan Desa Pesanggrahan, dan sebelah Barat dengan Desa Sisir. Daerah tersebut dikelilingi oleh rangkaian pegunungan, yaitu Gunung Panderman ( 2040 m), Gunung Arjuno ( 3339 m), Gunung Welirang (2156 m), Gunung Anjasmoro (2277), dan Gunung Kawi (2651 m).

(24)

Keadaan Iklim, Tanah dan Topografi

Pada Lampiran 6, berdasarkan iklim Schmidt-Ferguson keadaan iklim di Kusuma Agrowisata termasuk ke dalam tipe iklim D dengan bulan basah rata-rata 5.6 dan bulan kering rata-rata 6.4. Rata-rata curah hujan selama 10 tahun terakhir adalah 1539.8 mm/tahun dengan hari hujan (HH) rata-rata sebanyak 115.4 HH/tahun. Kelembaban udara dan suhu di daerah tersebut masing-masing adalah 60-70% dan 16-30oC.

Jenis tanah di Kusuma Agrowisata adalah latosol, dengan lapisan tanah yang berpasir dan berbatu. Kedalaman efektifnya yaitu 20 cm. Topografi tanah bergelombang dengan kemiringan 15-20%. Ketinggian tempat berkisar antara 680-1 700 m dpl (di atas permukaan laut).

Tata Guna Lahan

Total luas areal Kusuma Agrowisata adalah 62 ha. Luasan tersebut terbagi ke dalam beberapa blok pertanaman apel (32 blok), jeruk, strawberry, buah naga, jambu biji merah, kopi serta rumah kaca untuk tanaman paprika dan tomat cherry. Sisanya adalah untuk area perhotelan, cottage, dan restoran. Peta areal Kusuma Agrowisata dan kebun apel perusahaan tercantum pada Lampiran 7 dan 8.

Tabel 1. Tata Guna Lahan di Kusuma Agrowisata

Tata Guna lahan Luas (ha)

Apel 7.21

Jeruk 7.11

Strawberry 2

Buah Naga 1.60

Jambu Biji Merah 2.67

Kopi 9

Rumah Kaca Paprika 0.39

Rumah Kaca Tomat Cherry 0,03

Jalan, Area perhotelan, Cottage, dan Restauran 31.99

(25)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Apel yang dibudidayakan di Kusuma Agrowisata terdiri atas apel „Manalagi‟, „Ana‟, „Rome Beauty‟, dan beberapa apel „Wangling‟ dan „Australia‟. Dalam memproduksi apel, perusahaan membangun sebuah kebun produksi apel di Kecamatan Junggo dengan luas areal pertanaman apel sebesar 7.6 ha. Baik di kebun wisata maupun kebun produksi, mayoritas apel yang dibudidayakan adalah apel „Manalagi‟. Hasil pengamatan terhadap penampakan fisik beberapa varietas apel di Kusuma Agrowisata ditampilkan pada Lampiran 9 dan 10.

Produksi apel Kusuma Agrowisata selama 8 tahun terakhir mengalami fluktuasi (Gambar 1). Produksi apel pada tahun 2005 sebesar 70.827 ton, tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 99.024 ton. Pada tahun 2009 (Januari sampai April) produksi apel mencapai 38.20 ton.

0 20000 40000 60000 80000 100000 P ro d u k si ( to n ) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Tahun *Januari-April 2009

Gambar 1. Produksi Apel Kusuma Agrowisata

Organisasi Perusahaan

Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya terdiri atas lima divisi, yaitu Divisi Hotel Kusuma Agrowisata, Divisi Estate (Villa Kusuma Agrowisata), Divisi Industri, dan Divisi Agrowisata. Divisi yang berperan langsung dalam budidaya serta pengolahan apel adalah Divisi Agrowisata dan Industri. Masing-masing divisi terbagi kembali dalam beberapa departemen. Struktur organisasi secara

(26)

lengkap disajikan pada Lampiran 11. Struktur organisasi di Kusuma Agrowisata merupakan garis staf yang telah menempatkan posisi karyawan berdasarkan tugasnya masing-masing. Tiap-tiap divisi dipimpin oleh seorang general manager dan untuk tiap departemen dipimpin oleh seorang kepala bagian yang bertindak sebagai manager.

General manager bertanggung jawab atas kelancaran kerja divisi yang dipimpin dalam mencapai tujuan perusahaan, yaitu suatu keuntungan yang wajar dengan memberikan rasa puas kepada pengunjung, pemilik serta karyawan sesuai dengan standar dan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan. Seorang kepala bagian atau manager bertanggung jawab atas kelancaran operasional kerja pada departemen yang dipimpinnya.

Penyerapan tenaga kerja di Kusuma Agrowisata dilaksanakan berdasarkan kebutuhan dari setiap departemen. Jumlah karyawan tetap sebanyak 400 orang dan total seluruh karyawan termasuk harian lepas mencapai lebih dari 800 orang. Latar belakang pendidikan karyawan terbesar adalah lulusan SLTA. Dalam pelaksanaannya terdapat pembagian tenaga kerja, yaitu tenaga kerja tetap, tenaga kerja kontrak, tenaga kerja harian, dan tenaga kerja borongan.

Tenaga kerja kontrak merupakan tenaga kerja yang dikontrak untuk pekerjaan tertentu dengan jangka waktu tertentu minimal 1 tahun. Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dibutuhkan pada waktu dan kegiatan tertentu saja, serta digaji atau dibayar berdasarkan prestasi kerja, misal tenaga kerja borongan untuk kegiatan perompesan, pengendalian gulma, dan sebagainya. Data jumlah tenaga kerja bersadarkan pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Jumlah Karyawan Kontrak per Departemen

No Departemen Jumlah Karyawan (orang)

1 Keuangan, Umum dan Adm. 35

2 Marketing 16

3 Klinik Agribisnis dan Agrowisata 14

4 Food and Beverage 25

5 Budidaya Tanaman Semusim 20

6 Budidaya Tanaman Tahunan 16

Total 136

(27)

Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen Budidaya Tanaman Tahunan Ketua Departemen

Budidaya Tanaman

Assisten Ketua Departemen Budidaya Tanaman

Staff Administrasi Waker

Pengawas Green House Hidroponik, Substrat dan Packing Pengawas Tanaman Strawberry, Sayur Organik, Buah Naga, Lanskap Pengawas Gudang, Kopi, Kompos Pengawas Kebun Kingsoe, Seruk, Pentil Pengawas Apel dan

Jeruk

Pengawas Kebun Junggo dan Karang

(28)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan di lapangan dan menuntut aktifitas fisik. Kegiatan aspek teknis yang penulis laksanakan terdiri atas kegiatan perawatan, pemanenan, pascapanen dan pengolahan apel. Kegiatan perawatan yang diikuti meliputi kegiatan pemupukan, perompesan atau pengguguran daun, pemangkasan, pewiwilan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta penelungan atau pelengkungan cabang.

Kegiatan lainnya yang dilakukan penulis terkait dengan budidaya tanaman apel serta kegiatan yang rutin dilakukan di perusahaan tempat magang adalah pembibitan, taksasi tanaman dan taksasi produksi.

Pembibitan

Kualitas bibit yang digunakan sangat menentukan perkembangan tanaman. Bibit yang berkualitas baik dapat memiliki produktivitas yang tinggi. Bibit apel dapat diperoleh melalui hasil perbanyakan dengan cara okulasi atau penempelan mata tunas dan grafting atau penyambungan.

Departemen BTT Kusuma Agrowisata (KA) tidak melakukan kegiatan pembibitan apel. Bibit yang ditanam diperoleh dari mitra Kusuma, yaitu tempat pembibitan yang berada di Desa Bumiaji. Bibit dibeli dengan harga Rp 2 500/bibit dan bibit tersebut merupakan hasil perbanyakan dengan cara okulasi.

Jenis apel yang digunakan sebagai batang bawah adalah Malus pumila

atau lebih dikenal dengan apel liar. Menurut Soelarso (1996), pemilihan apel liar sebagai batang bawah dikarenakan sifatnya yang memiliki sistem perakaran yang lebih kuat dan luas, bentuk pohonnya kokoh, serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya. Mata tunas yang digunakan berasal dari apel yang berumur cukup tua (0.5-1 tahun).

Pemeliharaan yang dilakukan selama pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Bibit hasil okulasi dapat dipindah (transplanting) setelah 7-8 bulan setelah okulasi.

(29)

Gambar 3. Mata Tunas Hasil Okulasi

Penanaman

Jarak tanam apel di Kusuma Agrowisata adalah 3 m x 3 m untuk semua jenis apel. Jarak tanam yang lebar dapat memberikan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman. Selain itu untuk mempermudah dalam perlakuan pemeliharaan terhadap tanaman. Kelembaban lingkungan tumbuh pun dapat terjaga, sehingga dapat mencegah penyakit menyerang tanaman.

Tanaman apel dikatakan sebagai Tanaman Menghasilkan (TM ) setelah berumur 6 tahun. Sebelumnya tanaman apel adalah Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). Apabila perawatan yang dilakukan cukup baik, sehingga perkembangan dan pertumbuhan tanaman apel sangat baik, tanaman apel telah dapat dikatakan sebagai TM pada umur 5 tahun.

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu tindakan yang diberikan kepada tanaman melalui tanah maupun daun sebagai pengganti unsur yang terbawa oleh buah yang dipanen atau unsur hara yang terserap oleh tanaman apel selama fase produktif (Klinik Agribisnis, 2009). Dalam kegiatan pemupukan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain unsur hara yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, takaran tepat, tepat cara, dan tepat waktu.

Tabel 3 menunjukkan dosis pemupukan apel di Kusuma Agrowisata. Pemupukan dilakukan berdasarkan umur tanaman apel dan kondisi tanaman. Pemupukan terdiri atas pupuk organik dan anorganik. Selama masa TBM, dosis pupuk anorganik yang diberikan akan terus meningkat dengan meningkatnya

(30)

umur tanaman apel, tetapi setelah tanaman memasuki masa TM maka dosis yang diberikan akan tetap. Pupuk organik diberikan pada tahun pertama dan akan diberikan kembali sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tabel 3. Dosis Pupuk Apel per aplikasi di Kusuma Agrowisata Tanaman

Apel

Pupuk Anorganik (g/pohon) Pupuk organik (kg/pohon) ZA NPK TBM I 100 - 40 TBM II 200 - TBM III 300 - TBM IV 400 - TM I - 500

Persiapan pemupukan, dilakukan pada satu minggu sebelum pemupukan. Persiapannya adalah dengan membuat alur pupuk berbentuk segi empat mengelilingi pohon. Jarak alur pupuk dari batang pohon apel adalah kurang lebih satu meter, sedangkan untuk tanaman apel belum menghasilkan (TBM ) jarak alur pupuk yang dibuat adalah setengah meter dari batang pohon.

Selain kedua jenis pupuk di atas, perusahaan pun memberikan pemupukan mikro, yaitu pupuk ZK dan MKP. Pupuk tersebut diberikan dengan tujuan untuk pembesaran mata tunas calon pembungaan dan tunas-tunas baru. Pupuk mikro diaplikasikan melalui daun dan batang dengan cara disemprot.

Tenaga kerja persiapan pemupukan dan pemupukan dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Standar prestasi untuk kegiatan pemupukan adalah 300 pohon/hari kerja (HK). Standar prestasi tersebut tidak dibedakan antara TM dengan TBM, sedangkan standar kerja persiapan pemupukan berbeda antara TM dengan TBM. Standar kerja persipuk untuk TBM adalah 30 pohon/HK, sedangkan untuk TM mencapai 50 pohon/HK.

Sistem pembayaran untuk kegiatan persipuk dan pemupukan biasanya dilakukan dengan sistem borongan. Harga borongan untuk persiapan pemupukan dan pemupukan adalah Rp 300/TBM dan Rp 400/TM.

(31)

Perompesan

Perompesan daun merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan pada setiap musim tanam. Perompesan daun bertujuan untuk memutus dormansi mata tunas pada tanaman apel. Tanaman apel yang merupakan tanaman asli daerah

temperate, akan mengalami masa dormansi setelah setiap akhir musim tanam. Menurut Hardianto (1991) perkembangan tanaman apel di Indonesia sangat pesat terutama setelah ditemukannya teknik perompesan daun dan pelengkungan cabang untuk merangsang pembungaan dan pembuahan.

Perompesan daun dapat mengurangi pembentukkan zat penyebab dorman, yaitu ABA. Hal tersebut dikarenakan daun merupakan tempat yang paling peka untuk mensintesa zat penyebab dorman apabila menerima rangsangan dari luar.

Perompesan daun di Kusuma Agrowisata dilakukan 1-2 bulan setelah panen musim sebelumnya dan dilakukan secara manual dengan tangan. Dengan dilakukan perompesan daun, pembungaan apel dapat serempak dan teratur. Kegiatan perompesan dilakukan setiap bulan pada blok yang berbeda. Hal tersebut bertujuan agar ketersediaan buah apel bagi pengunjung dapat terus terjaga.

Gambar 4. Pohon apel sebelum dirompes (kiri) dan setelah dirompes (kanan).

Kegiatan rompes di Kusuma Agrowisata dilakukan bersamaan dengan kegiatan pangkas. Hal tersebut bertujuan untuk efektifitas pekerjaan. Tenaga kerja perompesan adalah tenaga kerja wanita dan pria. Standar prestasi kerja untuk perompesan adalah 8-10 pohon/HK.

(32)

Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman apel dilakukan dengan tujuan pembentukan tanaman serta merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru (Untung, 1994). Pemangkasan yang dilakukan di Kusuma Agrowisata terdiri atas empat jenis pangkasan, yaitu pangkasan bentuk, pangkasan pemeliharaan, dan pangkasan produksi dan pangkas ringan atau disebut pewiwilan.

Pemangkasan bentuk dilakukan dengan tujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang baik. Bentuk tanaman apel yang ada di Kusuma Agrowisata dibuat menjadi kerdil dengan tajuk yang sedikit melebar. Hal tersebut bertujuan agar memudahkan wisatawan dalam pemetikan buah.

Pemangkasan untuk pembentukan pohon dilakukan saat tanaman berada pada fase TBM. Pada pemangkasan ini dipertahankan 2-3 cabang primer dan membuang cabang primer lain pada batang utama. Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan kerangka tanaman yang sudah terbentuk. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada cabang sakit atau tua, cabang yang tidak produktif (tunas air), cabang yang berlekuk-lekuk atau disebut juga cabang cacing, cabang yang mati, cabang yang tumbuh terlalu rapat dan padat sehingga saling menutupi dan cabang yang ditumbuhi oleh benalu.

Pada pemangkasan pemeliharaan dilakukan juga pemangkasan berat bila diperlukan. Pemangkasan berat merupakan pemangkasan terhadap lebih dari 50% bagian cabang tanaman. Pemangkasan berat dilakukan apabila kondisi tanaman rusak akibat penyakit.

Pemangkasan produksi bertujuan untuk memicu atau merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Pemangkasan produksi dilakukan setelah perompesan. Pemangkasan produksi dilakukan dengan memotong cabang sampai mata tunas terbesar.

Pemangkasan ringan dilakukan pada saat buah apel masuk pada fase pentil atau 1-2 bulan setelah pembungaan. Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas air yang tumbuh di batang dan cabang primer, daun yang menutupi buah, cabang serta daun-daun yang saling menutupi, sehingga penetrasi cahaya terhadap tanaman menjadi lebih baik. Pada pemangkasan ringan juga dilakukan kegiatan penjarangan buah.

(33)

Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan adalah gergaji pangkas dan gunting pangkas. Gergaji pangkas digunakan untuk memangkas cabang-cabang yang besar sedangkan gunting pangkas digunakan untuk cabang-cabang-cabang-cabang yang kecil. Gergaji serta gunting pangkas yang digunakan harus tajam agar tidak menyebabkan sobekan pada kulit batang sehingga tidak merusak tanaman.

Tanaman memerlukan waktu yang lama untuk memulihkan bagian yang terluka, akibatnya pertumbuhan generatif tertunda. Bantalan yang rusak dapat berpengaruh terhadap produksi. Oleh karena itu cara pemangkasan yang baik harus diketahui oleh tenaga pangkas.

Hasil pangkasan sangat rentan terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu setiap kali pemangkasan, dilakukan juga upaya pengendalian penyakit pada tanaman, yaitu dengan mengoleskan fungisida dalam bentuk cair pada bagian bekas pangkasan. Fungsida yang digunakan adalah Nordox (Tembaga Oksida 56%) dengan konsentrasi 3-6 ml/L.

Standar pretasi untuk kegiatan pemangkasan produksi, bentuk dan pemeliharaan adalah 12 pohon/HK, sedangkan standar prestasi untuk pemangkasan ringan adalah 35-40 pohon/HK. Tenaga kerja pemangkasan adalah tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja pemangkasan tersebut merupakan tenaga kerja yang telah terampil melakukan pemangkasan.

Pelengkungan Cabang (Penelungan)

Pelengkungan cabang merupakan salah satu cara dalam pembentukan tanaman. Pelengkungan cabang dilakukan agar letak dan arah ranting menjadi berjauhan, sehingga sinar matahari dapat diterima sepenuhnya. Pelengkungan cabang dilakukan setelah perompesan daun dan sebelum keluarnya bunga. Pelengkungan cabang pada tanaman apel bertujuan untuk menumbuhkan tunas-tunas lateral yang ada di sepanjang cabang yang akan dilengkungkan. Selain itu, pelengkungan cabang pun bertujuan agar tanaman menjadi pendek.

Tunas yang tumbuh tegak lurus cenderung tidak menghasilkan bunga. Menurut Untung (1994) hal tersebut dikarenakan zat tumbuh atau auksin yang ada di tanaman merangsang pertumbuhan vegetatif secara terus menerus. Agar hal tersebut tidak terjadi maka cabang atau ranting pada tanaman apel dilengkungkan

(34)

sampai posisi mendatar. Dalam posisi cabang yang mendatar, peranan auksin diambil alih oleh etilen yang bisa merangsang pembungaan. Apabila cabang melengkung sampai ujungnya merunduk maka tunas lateral hanya tumbuh di pangkal dan ujung cabang. Sebaliknya apabila bentuk cabang yang dilengkungkan itu masih mengarah ke atas, tunas lateral hanya tumbuh di ujung cabang.

Pelengkungan cabang hanya dilakukan terhadap TBM. Selain dikarenakan cabangnya yang masih muda sehingga masih lentur dan mudah dilengkungkan, tetapi juga agardapat diproduksi secara optimal.

Gambar 5. Pelengkungan Cabang pada Tanaman Apel TBM

Pada cabang yang tua, cabang telah keras sehingga sulit untuk dibengkokan. Selain itu tunas lateral pun sulit tumbuh meskipun telah dilengkungkan. Akan tetapi pelengkungan yang dilakukan terhadap cabang yang terlalu muda pun tidak baik dilakukan, sebab tunas lateral yang tumbuh menjadi terlalu banyak dan kecil, sehingga tidak begitu bagus. Cabang yang paling sesuai untuk dilengkungkan adalah yang tidak terlalu muda ataupun tua, yaitu yang telah berwarna cokelat dan mudah melengkung.

Penelungan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita, sebab dianggap bahwa wanita dapat melakukannya lebih terampil dan rapi. Standar prestasi untuk kegiatan penelungan adalah 50 TM/HK dan 20 TBM/HK.

(35)

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (PHPT)

Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk melestarikan kualitas lingkungan, mengendalikan populasi dan serangan hama atau penyakit, khususnya untuk meningkatkan produksi tanaman apel. Oleh karena itu Departemen BTT melakukan monitoring hama dan penyakit setiap 2-3 hari agar hama maupun penyakit yang menyerang dapat segera teratasi.

Pengendalian hama dan penyakit di Kusuma Agrowisata dilaksanakan secara kimiawi. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan menggunakan alat EPS (Engine Power Sprayer). EPS dilengkapi dengan drum (tempat pencampuran bahan), selang 200 m dan mesin pompa. Waktu-waktu penyemprotannya adalah satu sampai dua minggu setelah perompesan, setelah muncul tunas, pada saat pembungaan, pada saat muncul buah muda, dan pada saat menjelang panen.

Penyemprotan dilakukan oleh tenaga kerja pria dan mendapat pengawasan langsung dari pengawas PHPT, terutama saat pembuatan larutan. Prestasi kerja untuk kegiatan penyemprotan mencapai 300 pohon/HK.

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman apel di antaranya adalah ulat buah, ulat jengkal, ulat grayak, lalat buah (Rhogoletis pomonella), kutu daun hijau (Aphis porni), bercak daun, kanker batang serta busuk akar.

Ulat menyerang daun serta buah apel. Gejalanya adalah daun dan buah akan tampak berlubang. Bagian dalam buah merupakan tempat disimpannya telur yang akan berkembang menjadi larva. Kutu hijau (Aphis porni) menyerang pada bagian daun apel. Kutu tersebut biasanya berada pada bagian bawah daun dan tersamar karena warnanya sama dengan daun.

Penyakit bercak daun disebabkan oleh cendawan Marssonina coronaria

dan merupakan penyakit yang banyak menyerang tanaman apel. Gejala bercak daun di kebun Kusuma Agrowisata mulai terlihat pada 4 minggu setelah pemangkasan. Gejala serangan kanker batang adalah kulit batang busuk, basah, dan mengeluarkan getah merah dan perkembangannya sangat cepat. Kanker batang disebabkan oleh cendawan Botryosphaeria. Upaya pencegahan penyakit kanker batang dilakukan dengan mengoleskan fungisida Nordox atau Bucali pada batang.

(36)

Gejala tanaman apel yang terserang penyakit busuk akar adalah daun-daun menjadi kering cokelat hingga akhirnya berguguran, bunga menjadi layu, bercak-bercak hitam, pada batang bagian bawah berwarna hitam seperti terbakar, efek penyakit dapat menyebar ke seluruh bagian tanaman. Busuk akar disebabkan oleh cendawan Armillaria.

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 6. Hama dan Penyakit apel:(a) Kutu hijau (Aphis porni), (b) Lalat buah (Rhogoletis pomonella), (c)Bercak daun, (d)kanker batang, (e)Ulat grayak.

Taksasi Buah

Perkiraan produksi buah apel perlu dihitung dalam mempersiapkannya sebagai lokasi petik. Dalam hal ini terdapat koordinasi antara departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) dengan departemen marketing wisata. Hasil taksasi buah menunjukkan perkiraan jumlah atau produksi apel dalam suatu blok. Dari perkiraan jumlah buah tersebut maka dapat diperkirakan jumlah pengunjung atau wisatawan yang dapat masuk dalam blok tersebut.

Penulis melakukan taksasi buah didampingi oleh seorang asisten pengawas (Lampiran 12). Pengambilan contoh dilakukan dalam penghitungan taksasi buah

(37)

tersebut. Pengambilan contoh atau sample dilakukan dengan teknik segi empat (Lampiran 13). Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan terhadap perkiraan hasil untuk satu blok tanaman dan perkiraan jumlah pengunjung yang dapat masuk ke dalam blok tersebut.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Taksasi Buah Blok E5

Hasil Perhitungan Rumus Perhitungan

Total Sampel 22 pohon

Total Buah Sampel 691 buah

Total TM 89 pohon

∑ buah/pohon 31.4 buah Total buah sampel / Total sampel Total Buah Blok E5 2795 buah Jumlah buah/pohon x total TM

Sumber : Data Lapang, 2009, diolah

Berdasarkan hasil perhitungan taksasi produksi pada Tabel 4, maka dapat diketahui bahwa perkiraan produksi untuk blok E5 dengan jumlah TM sebanyak 89 pohon adalah 2795 buah. Hasil taksasi tersebut kemudian digunakan oleh departemen marketing Kusuma Agrowisata dalam memperkirakan jumlah wisatawan yang dapat masuk ke dalam blok tersebut.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan perkiraan jumlah pengunjung, diantaranya adalah adanya faktor kehilangan hasil dari buah apel per blok yang dimasukkan dalam perhitungan. Kehilangan hasil diperkirakan dalam bentuk persentase, dengan total persentase kehilangan hasil sebesar 30%. Persentase tersebut terdiri atas 10% kehilangan hasil akibat faktor kerusakan oleh pengunjung dan 20% kehilangan hasil karena faktor alam.

Setiap wisatawan mendapat kesempatan untuk memetik buah apel sebanyak dua buah per orang. Namun dalam kenyataannya di lapang, wisatawan terkadang memetik lebih dari dua. Perusahaan mengasumsikan bahwa maksimal buah yang dipetik oleh wisatawan adalah sebanyak tiga buah. Perkiraan jumlah wisatawan untuk setiap blok dihitung dengan cara total buah dalam blok dibagi tiga. Berdasarkan hasil taksasi blok E5 maka didapat perkiraan jumlah wisatawan

(38)

yang dapat masuk blok E5 adalah sebanyak 931 orang. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis melakukan tiga kali taksasi buah di kebun dengan blok yang berbeda.

Inventarisasi Tanaman

Inventarisasi tanaman merupakan kegiatan yang rutin dilakukan departemen BTT. Tujuannya adalah untuk memantau keadaan tanaman di setiap blok. Hasil dari taksasi tanaman digunakan sebagai acuan dalam penyediaan tanaman di masa mendatang, yaitu sebagai pengganti bagi tanaman yang mati.

Penulis melakukan taksasi tanaman tahun 2009 untuk seluruh blok ( Lampiran 14).

Panen dan Pasca Panen

Mutu buah-buahan dan sayuran setelah dipanen tidak dapat diperbaiki, tetapi dapat dipertahankan. Mutu yang baik diperoleh bila pemanenan hasilnya dilakukan pada tingkat kemasakan yang tepat (Pantastico et al., 1986). Umur panen apel berbeda untuk tiap varietas. Waktu panen yang dilakukan di Kusuma Agrowisata disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Umur Panen Apel di Kusuma Agrowisata Varietas Apel Umur Panen (Bulan Setelah Rompes)

„Manalagi‟ 4.5 – 5

„Rome Beauty‟ 5 – 5.5

„Ana‟ 4 – 4.5

„Wanglin‟ 5 – 5.5

Kegiatan panen yang dilakukan Kusuma Agrowisata terdiri atas panen kebun wisata dan panen kebun produksi (Junggo). Panen kebun wisata dilakukan sebanyak dua kali, yaitu panen pertama oleh wisatawan dan kedua oleh karyawan atau disebut pula dengan panen racutan karena panen tersebut dilakukan untuk menghabiskan apel sisa-sisa pemetikan wisatawan. Panen kebun Junggo dilakukan jika terdapat pesanan dari supermarket.

(39)

Gambar 7. Hasil Panen Apel Racutan dan Junggo

Kegiatan panen dilakukan oleh 2-3 karyawan harian lepas dengan standar prestasi kerja 300 kg/HK. Hasil panen racutan umumnya berupa buah-buah apel yang berdiameter 5-6 cm dan memiliki luka akibat serangan hama dan penyakit. Hasil panen racutan disortasi dan grading secara langsung di kebun dengan memisahkan antara buah yang masih baik dengan buah yang telah busuk atau

cacat. Hasil panen disimpan ke dalam kontainer plastik berukuran 60 cm x 42 cm x 30 cm dan dikirim ke bagian trading.

Buah apel racutan kemudian disortasi kembali di bagian trading dengan memisahkan antara buah yang berdiameter 5 cm hingga lebih dengan yang kurang dari 5 cm. Buah yang berdiameter 5 cm atau lebih kemudian dikirim ke departemen industri, sedangkan sisanya dijual kepada karyawan ataupun pengunjung. Buah yang telah diterima di departemen industri kemudian diolah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Produk-produk olahan apel yang dihasilkan berupa cuka apel, jenang apel dan sari buah apel.

Hasil panen kebun Junggo langsung diangkut ke departemen trading

setelah dipanen tanpa dilakukan penyortiran dan pengkelasan terlebih dahulu. Buah hasil panen disimpan dalam keranjang bambu dan diangkut dengan menggunakan mobil pick-up. Pengkelasan dan penyortiran dilakukan di departemen trading bersamaan dengan kegiatan pengemasan atau packing untuk pemasaran ke luar Kusuma Agrowisata.

(40)

Aspek Managerial

Aspek managerial yang dilakukan penulis yaitu sebagai pendamping pengawas kebun. Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping pengawas adalah mengisi jurnal kegiatan kebun, mengawasi karyawan dan mencatat prestasi kerja yang dicapai, serta menghitung gaji karyawan.

Pengelolaan manajemen di departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) Kusuma Agrowisata terdiri atas kepala departemen budidaya tanaman tahunan. Kepala departemen BTT dalam menjalankan fungsinya, berperan juga sebagai asisten kepala departemen budidaya tanaman.

Kepala departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT) membawahi pengawas-pengawas kebun, yaitu pengawas green house hidroponik, substrat dan

packing, pengawas tanaman starwberry, sayur organik dan buah naga, pengawas gudang dan pengolahan kopi serta kompos, pengawas kebun Seruk, Kingsue dan Pentil, pengawas kebun apel dan jeruk, serta pengawas kebun Junggo dan Karang Ploso.

Pendamping Pengawas Kebun

Penulis bertindak sebagai pendamping pengawas kebun pada bulan kedua pelaksanaan magang. Penulis hadir pukul 05.50 WIB untuk melakukan absensi para KHL. Setelah itu penulis mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL dan mencatat pretasi kerjanya.

Kegiatan lain yang dilakukan penulis selain mengawasi KHL adalah melaksanakan tugas-tugas di bagian administrasi kantor departemen BTT. Tugas-tugas tersebut antara lain adalah merekap hasil kerja karyawan serta kegiatan yang dilakukan per harinya. Rekapan tersebut kemudian digunakan sebagai bahan dalam penghitungan gaji karyawan per minggunya. Blanko laporan harian pengawas terlampir pada Lampiran 15.

Gaji diberikan setiap hari jumat, artinya perhitungan gaji harus telah selesai pada hari sebelumnya atau hari kamis. Perhitungan gaji untuk karyawan harian lepas (KHL) dilakukan berdasarkan hari masuk karyawan tanpa memperhitungkan prestasi kerja yang telah dicapai oleh karyawan, kecuali untuk tenaga kerja borongan. Hal tersebut berdampak terhadap kualitas kerja dari KHL

(41)

yang terkadang tidak memenuhi standar prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Pengawas kebun bertugas menjalankan standar opersional bagi pengawas kebun yang dibuat oleh departemen BTT. Apabila standar operasional tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka masalah prestasi kerja KHL pun dapat teratasi. Standar operasional pengawas kebun departemen BTT dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 16.

Gaji yaang diberikan berbeda antara KHL wanita dan pria. Bagi KHL wanita diberikan gaji sebesar Rp 18 500/HK, sedangkan untuk KHL pria sebesar Rp 21 000/HK. Tambahan gaji diberikan kepada karyawan yang melakukan lembur, yaitu sebesar Rp 3 500/jam. Selain tenaga kerja harian terdapat pula tenaga kerja borongan yang merupakan KHL yang sehari-harinya bekerja di departemen BTT.

Kegiatan yang biasanya diborongkan adalah kegiatan persiapan pemupukan atau persipuk, pemupukan, dan perompesan. Sistem penghitungan gaji untuk pekerja borongan dilakukan berdasarkan prestasi kerja yang dicapai. Misalnya untuk kegiatan pemupukan, harga borongan untuk persipuk serta pemupukan adalah Rp 100 untuk setiap TBM dan Rp 400 untuk setiap TM.

Seorang pengawas betugas mengawasi atau mengontrol kerja karyawan agar target prestasi kerja atau standar prestasi kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai. Apabila hasil kerja karyawan tidak memenuhi standar prestasi kerja, maka seorang pengawas harus memberikan peringatan agar keadaan tesebut tidak menjadi suatu kebiasaan.

Tugas yang dilakukan penulis sebagai pendamping pengawas kebun, salah satunya adalah mengawasi serta menghitung produktvitas hasil kerja karyawan harian BTT khususnya dalam kegiatan budidaya apel. Hasil analisis produktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

(42)

Tabel 6. Produktivitas Tenaga Kerja KHL di Departemen BTT No Kegiatan Standar Prestasi

Kerja*

Prestasi Kerja (per HK) KHL Mahasiswa 1. Pengolahan Tanah

Pembuatan Sengkreng 50 pohon/HK 104 pohon ** 2. Penyulaman

Pembuatan Lubang Tanam

15 lubang/HK - **

Penanaman 50 pohon/HK - **

3. Babat Rumput 0.3 ha/HK 0.6 ha ** 4. Pemupukan

Persiapan Pemupukan 50 pohon/HK 215 pohon **

Pemupukan 300 pohon/HK 368 pohon 142 pohon

5. Penyemprotan 0.37 ha/HK 1.97 ha ** 6. Pemangkasan

Perompesan 8-10 pohon/HK 15 pohon 9 pohon

Pangkas TM 12 pohon/HK 25 pohon 24 pohon

Pangkas TBM 8 pohon/HK 65 pohon 60 pohon

Wiwilan 35-40 pohon/HK 32 pohon 17 pohon

7. Pelengkungan Cabang 50 pohon/HK 72 pohon 26 pohon 8. Pemanenan 300 kg/HK 304 kg 240 kg

Keterangan HK : Hari Kerja (7 jam/hari)

*standar prestasi kerja berdasarkan ketetapan perusahaan **tidak dilakukan oleh mahasiswa

Pada Tabel 6 terlihat bahwa tingkat produktivitas kerja tenaga kerja KHL departemen BTT secara umum telah memenuhi standar prestasi kerja yang ditetapkan perusahaan. Pada kegiatan wiwilan, prestasi kerja yang dihasilkan sedikit kurang memenuhi standar prestasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Faktor penyebabnya adalah kurang disiplinnya KHL dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut ditandai dengan KHL yang lebih banyak berbicara daripada bekerja. Pengawasan terhadap kerja karyawan harus lebih ditingkatkan agar kedisiplinan karyawan dapat lebih baik.

(43)

PENANGANAN PASCAPANEN

Pascapanen

Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah yang akan dihasilkan pada akhir proses pascapanen. Penanganan pascapanen yang dilakukan departemen Kusuma Agrowisata (KA) dibedakan antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Gambar 8). Penanganan pascapanen apel hasil kebun produksi (Junggo) lebih intensif dari pada hasil panen racutan.

Gambar 8. Diagram Proses Pascapanen Apel di Kusuma Agrowisata Panen

Kebun Junggo Racutan

Sortasi dan Grading di Kebun Trading Pengemasan Curah Produk Olahan Apel Konsumen Trading Pembersihan

Packing (Plastik Wrapping film) Pengemasan Distribusi

Supermarket Konsumen

Pembersihan Sortasi dan Grading

Industri KA Pos Penjualan KA

(44)

Kegiatan pascapanen dimulai dengan pengiriman buah dari kebun menuju

trading. Kemasan transportasi yang digunakan untuk mengirim buah dari lapang ke trading adalah kontainer plastik dan keranjang bambu. Penerimaan barang di departemen trading dimulai dengan penimbangan. Seluruh buah yang datang ditimbang dan dicatat dalam buku penerimaan barang.

Gambar 8 menunjukkan adanya perbedaan perlakuan pascapanen antara panen racutan dengan kebun Junggo. Apel Junggo mengalami proses pascapanen yang lebih intensif, sedangkan apel racutan langsung dijual di lokasi wisata Kusuma Agrowisata atau masuk ke divisi industri untuk diolah menjadi berbagai produk olahan apel. Selain perbedaan di atas, terdapat perbedaan lainnya antara hasil panen racutan dengan panen kebun produksi (Junggo). Tabel 7 menunjukkan perbedaan antara hasil panen racutan dan Junggo berdasarkan penamapilan buah, diameter buah, tujuan pemanenan, jumlah penenan serta sasaran penjualan.

Tabel 7. Perbedaan Hasil Panen Racutan dan Kebun Produksi (Junggo)

Apel Racutan Apel Junggo

Penampilan Buah

Secara umum merupakan buah dengan banyak luka akibat serangan hama dan penyakit

Apel yang dipanen

memiliki penampilan yang baik tanpa atau hanya sedikit buah yang rusak akibat hama atau penyakit Diameter

Buah

5-7 cm 6-9 cm

Tujuan Dipanen

Penghabisan untuk suatu blok sisa pemetikan wisatawan sehingga bisa dimulai untuk kegiatan selanjutnya, seperti perompesan.

Memenuhi permintaan dari supermarket dan pos penjualan KA

Jumlah Panenan

Tergantung dari sisa petikan wisatawan

Tergantung dari jumlah pesanan supermarket, biasanya dilebihkan. Sasaran

Penjualan

Apel segar dijual untuk karyawan KA serta wisatawan, sedangkan produk olahan dijual untuk wisatawan dan supermarket

Pasar modern (supermarket)

Harga Jual Apel segar :Rp 2 500 – Rp 5 000/kg Rp 8 000 – Rp 20 000/kg Apel Olahan : Rp 3 500 – Rp 14 000

per eceran.

(45)

1. Pembersihan (cleaning)

Menurut Sabari et al. (1991) pencucian buah dapat meningkatkan penampilan buah (bersih dan bercahaya) serta menekan surut bobot dan kerusakan mekanis. Pembersihan buah di Kusuma Agrowisata dilakukan di bagian trading

secara manual dengan metode pembersihannya yaitu pencucian basah atau kering. Pencucian basah dilakukan dengan meletakkan kontainer berisi apel di bawah air mengalir. Apel dibersihkan dengan menghilangkan kotoran atau sisa pestisida yang menempel. Pencucian kering dilakukan dengan cara pengelapan menggunakan kain yang kering dan bersih.

Pencucian basah dilakukan terhadap hasil panen racutan, sedangkan pencucian kering atau pengelapan dilakukan terhadap hasil panen Junggo. Pencucian untuk hasil racutan dilakukan sebelum buah dikirim ke trading dan setelah dilakukan sortasi dan grading di kebun. Pengelapan untuk hasil Junggo dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengemasan.

2. Penyortiran (sorting) dan Pengkelasan (grading)

Penyortiran dan pengkelasan apel di Kusuma Agrowisata dilakukan secara manual berdasarkan pada keahlian dan pengalaman para pekerja. Penyortiran dilakukan dengan memisahkan antara buah yang busuk, terserang hama dan penyakit dengan buah yang berpenampilan baik sedangkan pengkelasan dilakukan dengan memisahkan buah berdasarkan perbedaan besar buah yang dapat menentukan harga jual. Menurut Winata (2006) pengkelasan dilakukan berdasarkan kriteria warna, bentuk, tingkat kematangan dan tingkat kerusakan. Pekerja harian Kusuma Agrowisata tidak melakukan seleksi terhadap kualitas warna dan rasa buah sehingga keseragaman kualitas buah kurang terjamin.

Tabel 8. Grade Apel Kusuma Agrowisata

Kriteria Grade A1 AB C D Diameter Buah 7-8 cm ke atas 6-7 cm 5-6 cm < 5 cm ∑ buah/kg 4-7 7-7 10-12 14-18

(46)

Kegiatan penyortiran dan pengkelasan apel hasil racutan dilakukan langsung di kebun oleh tenaga kerja panen. Apel yang telah disortir diangkut ke departemen trading Kusuma Agrowisata dan dilakukan penimbangan bobot kotor dengan alat timbangan (Gambar 9).

Apel hasil panen Junggo dan apel yang berasal dari petani atau kulak langsung diangkut ke departemen trading tanpa dilakukan kegiatan penyortiran dan pengkelasan terlabih dahulu. Penimbangan dilakukan ketika apel sampai ke

trading, kemudian kegiatan penyortiran dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengemasan atau kegiatan wrapping yang dilakukan oleh tenaga kerja khusus

wrapping.

Gambar 9. Alat Timbangan Apel

Seluruh apel hasil sortiran yang tidak layak jual dikumpulkan dan dipisahkan dari apel yang masih layak jual. Apel sortiran tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produk olahan apel atau dimanfaatkan sebagai pakan untuk Baby Zoo Kusuma Agrowisata.

Hasil sortiran buah apel yang tidak layak jual merupakan suatu kehilangan hasil. Berdasarkan pengamatan di lapang, besarnya kehilangan hasil disajikan pada Tabel 9.

(47)

Tabel 9. Kehilangan Hasil Panen Kusuma Agrowisata Sumber Buah Apel Hasil Panen (kg) Kahilangan Hasil (kg) Persentase Kahilangan Hasil (%) Racutan 179 37.50 20.95 Junggo 133 36 27.07 Kulak / Petani 729 178 24.42

Sumber : Hasil Pengamatan

Kehilangan hasil dalam pascapanen merupakan produk yang tidak layak dijual kepada konsumen. Kehilangan hasil komoditas apel di Kusuma Agrowisata berkisar antara 20-27% . Kehilangan hasil terbesar diperoleh dari hasil panen kebun Junggo, yaitu sebesar 27.07%. Kehilangan hasil tersebut merupakan buah-buah yang sejak awal memiliki penampilan buah-buah yang tidak layak jual, seperti banyaknya luka akibat serangan hama dan penyakit, memar serta bentuk buah yang tidak sempurna.

Gambar 10. Buah Apel „Ana‟ Tidak Layak Jual

Kehilangan hasil juga dapat disebabkan oleh teknik pengemasan dan pengangkutan dari kebun ke departemen trading.. Hasil panen Junggo dikemas dalam keranjang bambu. Menurut Sari (2008) pengemasan dengan keranjang bambu memiliki kelemahan yaitu anyaman bambu mudah lepas sehingga tidak cukup untuk melindungi buah, mudah berubah bentuk karena konstruksinya

Gambar

Tabel 1. Tata Guna Lahan di Kusuma Agrowisata
Gambar 1. Produksi Apel Kusuma Agrowisata
Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen Budidaya Tanaman TahunanKetua Departemen
Gambar 3. Mata Tunas Hasil Okulasi
+7

Referensi

Dokumen terkait