• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karena itu mereka sudah sejak awalnya berpendapat bahwa penyakit di daerah panas ini ganjil. Penyakit Tropik Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karena itu mereka sudah sejak awalnya berpendapat bahwa penyakit di daerah panas ini ganjil. Penyakit Tropik Di Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

   

Di Asia, termasuk Indonesia, penanganan penyakit seperti kusta, tuberkulosis, kaki gajah, frambusia dan kala-azar, masih merupakan masalah yang besar, terutama pada masyarakat miskin, pedesaan dan marginal

Istilah dan pengertian Penyakit Tropik atau Tropical Medicine (Trop.Med.) diperkenalkan oleh orang-orang Barat (Amerika dan Eropah), ketika pertama kali datang di daerah iklim panas di sekitar khatulistiwa. Mereka menyaksikan alam di sini sebagai sesuatu yang berbeda dan kondisinya sangat spesifik yang sangat jauh berbeda dibanding alam di negerinya.

 

Mereka juga mengamati adanya penyakit yang diderita penduduk atau oleh beberapa dari mereka yang ada di sini, yang tidak pernah mereka saksikan di negeri mereka. Citra tentang penyakit tropik diindentifikasi sebagai penyakit dengan konotasi negatif, seperti yang

berhubungan dengan sanitasi jelek, gizi jelek, higiene jelek, kebiasaan jelek dan penyakit menular yang berbahaya.

(2)

(exotic) dan perlu diklasifikasikan tersendiri sebagai penyakit tropic. Mereka yang ingin atau terpaksa tinggal di daerah tropik (seperti tentara Kolonial), sebaiknya bersikap preventif dan menghindar dari penyakit dengan cara menjauh dari penduduk sedapat mungkin.

Dalam suasana penjajahan, riset yang berlangsung selama seratus enam puluh empat tahun sejak dibentuk organisasi ilmiah pertama yaitu Bataviaasch Genootschap van Kunsten en weten schappen, ditujukan khusus untuk kepentingan Pemerintah Kolonial. Ini berarti bahwa riset dikendalikan guna membantu perkembangan sistim ekonomi kolonial, politik dan sumber kekayaan bagi penguasa kolonial.

Dengan adanya sarana perhubungan lalu lintas yang moderen dan cepat, yang menghilangkan kendala batas dan waktu bagi pergaulan global yang lebih erat. Ini berakibat bertambah

besarnya jumlah orang asal daerah iklim sedang yang berkunjung maupun yang tinggal untuk beberapa waktu yang lama. Misalnya pada saat Perang Dunia ke II, Trop.Med. memperoleh arti lebih besar dalam sejarah kedokteran dan perkembangan penelitian dari masa sebelumnya.

Visi dan sikap mereka berubah; dalam tahap perkembangan Trop.Med., peneliti-peneliti mendapat kesimpulan, bahwa penyakit tropik tidaklah aneh dan mengerikan sebagai yang mereka sangka sebelumnya. Penyakit-penyakit ini sebetulnya tidak seluruhnya asli (original) daerah tropik, tapi didapati juga pada daerah-daerah iklim sedang. Namun frekuensi maupun manifestasinya yang berlainan.

(3)

Perbedaan frekuensi dan manifestasi ini, dimanapun ada kaitannya dengan beberapa faktor seperti: sosial ekonomi, iklim dan demografi, serta kondisi bangsa/ras setempat yang berkaitan dengan faktor genetik. Dari uraian diatas terlihat pengertian Trop.Med. terutama dipusatkan pada soal penyakit infeksi menular dan keadaan lain yang berkaitan dengan kondisi daerah tropis seperti keracunan, gigitan hewan yang dapat menularkan penyakit hewan ke manusia (zoonosis), dan gigitan hewan berbisa yang bisa berakibat penyakit lokal dan sistemik.

Penyakit tropik di Indonesia

Sampai saat ini, permasalahan kesehatan terbesar di Indonesia masih saja berkutat pada  penyakit infeksi menular atau penyakit tropik. Sejak masa penjajahan Belanda, ratusan tahun lalu, berbagai penyakit menular seperti cacar, polio, frambusia (puru), malaria, kolera,

tuberkulosis, kusta dan elefantiasis (kaki gajah) telah dilakukan pemberantasannya dengan berbagai metode dan mengeluarkan dana yang cukup besar. Namun, hingga saat ini sebagian besar penyakit tersebut masih menular di kelompok masyarakat di wilayah tertentu di

Indonesia.

Tindakan vaksinasi memang menunjukkan hasil yang memuaskan pada penyakit tertentu seperti cacar dan polio. Akan tetapi, lenyapnya satu jenis penyakit tidak serta merta

meringankan beban penanggulanganya, karena justru muncul jenis penyakit yang baru (emergi ng infectious disesases

), dan penyakit yang telah dieliminasi ternyata bisa muncul kembali (

re-emerging infectious diseases

(4)

Di Asia, termasuk Indonesia, penanganan penyakit seperti kusta, tuberkulosis, kaki gajah, frambusia dan kala-azar, masih merupakan masalah yang besar, terutama pada masyarakat miskin, pedesaan dan marginal. Para penderita penyakit tersebut mendapat tindakan yang diskriminatif dan dikucilkan masyarakat sekitarnya.

Indonesia sebagai bagian dari negara Asia yang berkembang, hingga kini masih belum bisa dibebaskan dari jenis-jenis penyakit-penyakit menular tersebut. Padahal, dahulu Asia termasuk Indonesia telah menyatakan terbebas dari jenis-jenis penyakit tersebut, namun keberadaannya tetap tidak bisa dieliminasi.

Sebenarnya, pemerintah telah melalaikan keberadaan jenis-jenis penyakit berbahaya tersebut, sehingga keberadaan penyakit tersebut sempat terkendala penanganannya. Hal ini karena banyak muncul kasus penyakit baru di Indonesia, yang diprioritaskan untuk dituntaskan seperti penyakit HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Anthrax, dan terakhir Flu Babi. Konflik internal bangsa kita dan konflik kepentingan politik serta bencana alam turut memengaruhi arah kebijakan penangulangan penyakit tropik yang berbahaya ini.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan melalui unit pelayanan kesehatan yang tersebar di kecamatan sampai pedesaan, tetap memantau keberadaan dan perkembangan penyakit tersebut. Kusta misalnya, di Indonesia masih terindikasi menjadi endemis di 262 kabupaten. Padahal di wilayah tersebut juga berdiam 150 juta penduduk yang mungkin belum terjangkit. Kemungkinan tertular atau menjadi daerah pusat penyebaran penyakit sangat mungkin terjadi, jika sikap empati atau mengabaikan penyakit masih terjadi.

(5)

Setiap tahun, sekitar 20.000 kasus baru penderita kusta muncul dari hasil laporan dinas-dinas kesehatan di seluruh Indonesia. Jumlahnya kian meningkat seiring tingkat pertumbuhan ekonomi yang menurun dan kesejahteraan masyarakat yang semakin rendah. Terutama di wilayah Indonesia Timur, bagian Sulawesi Selatan juga di bagian Jawa Timur di pulau-pulau kecil, masih ditemukan kasus kusta, termasuk juga di Sumatera Utara.

Pemerintah Indonesia sendiri menyatakan dalam 10 tahun terakhir berhasil menurunkan

371.000 penderita kusta dengan 1.722 penderita di antaranya mengalami kecacatan permanen. Sayangnya pernyataan itu justru menurunkan volume sosialisasi dan kampenye bahaya wabah penyakit kusta di masyarakat. Sehingga yang menjadi patokan dalam penanganannya hanya pada tingkat keberhasilan menekan jumlah penderita seminimal mungkin, yang harus dilakukan terus menerus.

Frambusia, sejenis penyakit gangguan pada kulit yang sudah sangat langka ini, juga masih menjangkit di Indonesia. Jumlahnya di Indonesia telah mencapai 5000 penderita. Contohnya di Sumba, kecamatan Bepepoli, NTB yang masyarakatnya berstatus stadium 1 Fambusia akut. Penulis sendiri pada tahun 1985 menemukan kasus Frambusia di wilayah kerja Puskesmas Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan, Kabupaten Labuhan Batu pada anak-anak Sekolah Dasar. Meskipun sudah lebih dari dua dasa warsa berlalu, tidak tertutup kemungkinan kasus penyakit ini masih ada di sana

Badan Kesehatan Dunia, WHO memastikan Indonesia adalah salah satu dari tiga negara yakni India dan Timor Leste sebagai negara yang memiliki penderita Frambusia terbanyak.

(6)

Kondisi sulit tersebut ditemukan di daerah-daerah yang sistim sanitasi air dalam rumah tangga belum memenuhi syarat kesehatan, seperti di daerah pedalaman. Semakin jelek kondisi

ekonomi masyarakat, semakin mudah penularan penyakit ini.

Ada 3 penyakit yang muncul di daerah tropik seperti di Indonesia yakni kusta, kaki gajah dan frambusia yang endemis dengan masalah terbesar adalah para penderita yang mengalami kecacatan menetap. Penyakit kala azar hanya ditemukan di Bangladesh, India dan Nepal yang masalahnya sama karena juga bersifat endemis.

Dr. Jai Narain dari Director of Communicable Diseases, South East Asia Regional Office (SEARO) dalam sebuah kesempatan forum konsultatif menyatakan, bahwa penyakit-penyakit tropik ini berkaitan erat dengan tingkat kemiskinan. Sehingga eliminasi, pemberantasan penyakit tersebut mempunyai daya ungkit yang signifikan bagi pengurangan kemiskinan dan memudahkan pencapaian Millennium Development Goals.

Dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah di banyak daerah di Indonesia, kiranya menjadi daerah-daerah endemik penyebaran penyakit tropik tadi. Sebaiknya, kampanye akan bahaya penyakit-penyakit ini harus kembali digencarkan bersama. Tanpa itu, bahaya akan penyebaran penyakit masih terus mengintai. Kita tidak boleh lengah dan harus ada tindakan yang nyata agar kita berhasil menekan jumlah kasusnya. ( Dr dr Umar Zein : Penulis adalah Pemerhati Masalah Kesehatan )

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa saran yang perlu diperhatian berdasrkan hasil penelitian ini antara lain 1)Guru dapat meningkatkan kemampuan menganalisis transaksi jurnal.. 10 khusus dengan pemberian

Dari hasil analisis tinggkat kecelakaan maka didapatkan hasil korban kecelakaan dan kerugian yaitu 1 orang korban luka ringan dengan persentase 11%, luka berat

• Daerah perdesaan, adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang belum memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah

Perhitungan produktivitas keseluruhan dari keseluruhan sampel dan produktivitas ideal yang didapatkan dari sampel siklus bagian Aktivitas F, yaitu rangkaian PC Wire dari spiral

Disertasi ini menelaah pengalaman perempuan peranakan Arab Ba-Alawi di Jakarta (disingkat perempuan Ba-Alawi) dalam sistem perkawinan, serta peran mereka sebagai

Yang Berdampak Sistemik.. assistance ) apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 16 a) Pemegang saham telah menyetorkan modal minimal 20% dari perkiraan biaya

Teman-teman penulis yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan, bantuan, pendapat, waktu dan saran yang berguna dalam penyelesaian skripsi

Surabaya : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Seni Katholik Widya Mandala. Skills And Keguruan dan