• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan penggunaan kata tugas pada teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman tahun ajaran 2018/2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis kesalahan penggunaan kata tugas pada teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman tahun ajaran 2018/2019"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA TEKS KARANGAN KARYA SISWA KELAS VIII SMPN 1 SLEMAN TAHUN AJARAN 2018/2019. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh : Oswaldus Resinov Lamudin NIM : 141224097 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA TEKS KARANGAN KARYA SISWA KELAS VIII SMPN 1 SLEMAN TAHUN AJARAN 2018/2019. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Oleh : Oswaldus Resinov Lamudin NIM : 141224097 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTO Hanya karena Anda membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang lain, bukan berarti Anda gagal (Eufrasia Restanti Kristiani). Jangan sesekali kamu mengucap selamat tinggal bila kamu masih mau mencoba, Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup (Oswaldus Resinov Lamudin). iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Lamudin, Oswaldus Resinov. 2019. Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Pada Teks Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi. Yogyakarta : PBSI. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji penggunaan kata tugas serta kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan karya siswa-siswi SMPN 1 Sleman tahun ajaran 2018/2019. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kata tugas yang digunakan dan yang salah penggunaannya dalam karangan siswa-siswi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kalimat yang mengandung kata tugas yang diambil dari 63 karangan. Data diperoleh dengan mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung unsur kata tugas kemudian diidentifikasi, klasifikasi, intepretasi serta menambahkan kalimat pembenaran pada kesalahan penggunaan kata tugas. Dari analisis data dapat ditarik kesimpulan : pertama, kata tugas yang digunakan dalam karangan siswa meliputi preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel. Preposisi monomorfemis di, oleh, untuk, bagi, dari, ke, tentang, dengan,pada, karena, sejak(565 Kalimat ), preposisi polimorfemis dengan afiks bersama, menuju, sekitar, selama, sepanjang, terhadap(71 Kalimat), preposisi gabungan preposisi dengan preposisi daripada, kepada, oleh karena(27 Kalimat), preposisi gabungan preposisi dengan bukan peposisi di atas, di bawah, di belakang, di tengah, ke dalam, ke luar, ke tengah, ke depan(24 Kalimat). Konjungsi meliputi konjungsi koordinatif dan, atau, tetapi(254 Kalimat), konjungsi subordinatif sampai, ketika, selama, sejak, setelah, sebelum, sambil, selesai, jika, kalau, bila, agar, supaya, walaupun, meskipun, seolah-olah, seperti, seakan-akan, oleh karena, sebab, karena, hingga, sehingga, bahwa, dengan(214 Kalimat), konjungsi antar kalimat walaupun begitu, setelah itu, kemudian, selain itu, bahkan, malahan, namun, tetapi(56 Kalimat). Interjeksi meliputi alhamdulilah, astagafirulah, nah,ya,eh,halo,hem,hai,ah,aduh(21 Kalimat). Artikel meliputi sang, para, si(28 Kalimat). Partikel meliputi kah, lah, pun(62 Kalimat). Kedua, 173 kesalahan penggunaan kata tugas. Kesalahan terdapat pada preposisi di (102 kesalahan), preposisi ke(19 kesalahan), preposisi untuk (3 kesalahan), preposisi dengan (2 kesalahan), preposisi dari (3 kesalahan), preposisi menuju (1 kesalahan), preposisi daripada(2 kesalahan), preposisi gabungan kata ke (5 kesalahan), preposisi gabungan kata di (6 kesalahan) konjungsi dan (25 kesalahan), konjungsi dengan (4 kesalahan), partikel pun (1 kesalahan). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti berharap agar guru bahasa Indonesia hendaknya memperhatikan penggunaan kata tugas (preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel) oleh siswa dalam menulis karangan. Siswa-siswi SMPN 1 Sleman lebih menguasai penggunaan kata tugas sesuai dengan fungsinya. Peneliti juga berharap bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisis lebih detail penggunaan serta kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa-siswi sehingga dapar meningkatkan kemampuan menulis siswa-siswi.. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT Lamudin, OswaldusResinov. 2019. The Analysis of Task Words Mistaken on Writing Text of SMPN 1 Sleman’s Students Class VIII in 2018/2019 School Periods. Essay. Yogyakarta: PBSI. FKIP.Sanata Dharma University This study aims to review the using of task words and the mistakes of it on writing text of SMPN 1 Sleman’s Students in 2018/2019 school periods. This study also looking for the descriptions of task words mistaken which be used on student’s writing text. This study is qualitative descriptive research. The data that uses in this study is some sentences which includes the task words from 63 writing texts. The data have obtained by collected some sentences that uses task words include to identificated. clarificated, get interpretation and changes the wrong one with the right words. The result of this study shows that: First, the task words that uses in the student’s writing text include the preposition, conjunction, interjection, article and particle. Monomorfemis preposition that is in, by, for, for, from, to, about, with, on, because, since (565 words), polimorfemis preposition that is together, headed for, around, during, as long as, toward (71 words), combined prepositions with preposition that is of the, to, therefore (27 words), combined prepositions with no preposition that is in the above, in the below, in the behind, in the middle, into the, exit, to the middle, to the foward (24 words). Conjunction pervade coordinative conjunction that is and, or, but (254 words), subordinative conjunction that is up to, when, during, since, after, before, while, finish, if, if, when, so, so that, although, even though, as if, like, as though, because of, because, because, until, until, that, with(214 words), conjunction between sentences that is even though, after that, then, other than that, even, instead, however, but (56 words). Interjections that is alhamdulilah, astagafirulah, nah,ya,eh,halo,hem,hai,ah,aduh (21 words). Article that is the, para, si (28 words). Particle that is kah, lah, pun (62 words). Second, there are 173 task words mistaken. The mistaken on preposition in (102 mistakes), preposition to(19 mistakes), preposition for(3 mistakes), preposition with (2 mistakes), preposition from(3 mistakes), preposition headed for (1 mistake), preposition of the (2 mistakes), preposition of to words combined (5 mistakes), preposition of in words combined (6 mistakes), conjunction and (25 mistakes), conjunction with (4 mistakes) particle pun (1 mistake). Based on the results of this study, the researcher hopes that teacher of Indonesia Language should be to pay attention on task words uses (preposition, conjunction, interjection, article and particle) by students on their writing text. Students of SMPN 1 Sleman are have to more capable on using task words consist with the purpose. The researcher also hopes for the next study will detailly to analysis the uses and the mistaken of task words on students writing text so that can improve students’ skills on writing.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahkamt dan berkat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Pada Teks Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini. 1. Tuhan Yesus Kristus untuk segala penyertaan dan perlindungan-Nya dalam menghadapi masa sulit menyusun skripsi ini. 2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan, dorongan, solusi, bantuan, serta kesabaran yang telah dilimpahkan kepada saya selama melewati masa sulit menyusun skripsi ini. 5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku triangulator, terimakasih karena telah bersedia memeriksa analisis data penelitian skripsi ini. 6. Sekolah SMPN 1 Sleman yang sudah mengijinkan saya untuk meneliti serta memperoleh data di SMPN 1 Sleman. 7. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk ilmu, pengalaman dan inspirasi selama masa perkuliahan. 8. Kedua orang tua, bapak Gervasius Ludovikus Lamudin dan ibu Theresia Welalilia Anggal yang telah memberikan dukungan berupa biaya, doa, dorongan penyemangat, dan kasih sayang selama proses penyusunan skripsi ini. 9. Eufrasia Restanti Kristiani yang dengan setia selalu mendampingi dalam suka maupun duka, serta dukungan doa, memberikan semangat dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 10. Pemberian terindah dari Tuhan, Maria Navalia Lamudin yang selalu menjadi penghibur dan penyemangat di kala merasa lelah dalam menyusun skripsi ini. 11. Claudhio Gilbertus Lamudin yang menemani penulis begadang bersama menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2014 yang menjadi teman belajar selama masa perkuliahan 13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………..iii MOTO …………………………………………………………………………...iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………………...v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………vi ABSTRAK ……………………………………………………………………...vii ABSTRACK…………………………………………………………………….viii KATA PENGANTAR …………………………………………………………..ix DAFTAR ISI…………………………………………………………………….xi BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………... 2 1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………………… 2 1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………….. 3 1.5 Definisi Istilah ………………………………………………………………. 4 1.6 Sistematika Penyajian ………………………………………………………. 5 BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………………….. 6 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan …………………………………………. 6 2.2 Kata Tugas …………………………………………………………………... 7 2.2.1 Batasan dan Ciri Kata Tugas ………………………………………. 8 2.2.2 Klasifikasi Kata Tugas …………………………………………….. 9 2.2.2.1 Preposisi …………………………………………………. 9 2.2.2.2 Konjungsi ………………………………………………. 13 2.2.2.3 Interjeksi ………………………………………………... 21 2.2.2.4 Artikel ………………………………………………….. 22. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2.2.5 Partikel …………………………………………………. 24 2.3 Analisis Kesalahan dan Kekeliruan Bahasa ……………………………….. 26 2.4 Jenis-Jenis Karangan ………………………………………………………. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………… 35 3.1 Jenis Penelitian …………………………………………………………….. 35 3.2 Sumber Data dan Data ……………………………………………………... 35 3.3 Instrumen Penelitian ………………………………………………………... 36 3.4 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………. 36 3.5 Analisis Data ……………………………………………………………….. 37 3.6 Triangulasi Data ……………………………………………………………. 37 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………………...... 39 4.1 Deskripsi Data ……………………………………………………………… 39 4.2 Analisis Data ……………………………………………………………….. 39 4.2.1 Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ……………………………………… 40 4.2.2 Penjelasan dan Pembenaran Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ………. 45 4.2.3 Faktor-Faktor Terjadinya Kesalahan Penggunaan Kata Tugas ………….. 51 BAB V PENUTUP ……………………………………………………………. 55 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 55 5.2 Implikasi …………………………………………………………………… 56 5.3 Saran ……………………………………………………………………….. 56 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 58 LAMPIRAN …………………………………………………………………… 60 BIOGRAFI PENULIS. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,. digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1). Bahasa mempunyai sistem yang sifatnya mengatur. Bahasa merupakan suatu lembaga yang memiliki poa-pola atau aturan-aturan yang dipatuhi dan digunakan (kadang-kadang tanpa sadar) oleh pembicara dalam komunitas saling memahami. Jadi kehidupan manusia tidak terlepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan. Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide. Menurut KBBI, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menulis berarti menuangkan isi hati si penulis ke dalam bentuk tulisan, sehingga maksud hati penulis bisa diketahui banyak orang orang melalui tulisan yang dituliskan. Kemampuan seseorang dalam menuangkan isi hatinya ke dalam sebuah tulisan sangatlah berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang penulis. Dengan demikian, mutu atau kualitas tulisan setiap penulis berbeda pula satu sama lain. Namun, satu hal yang penting bahwa terkait dengan aktivitas menulis, seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan kebutuhan pembacanya. Keterampilan menulis harus dimiliki oleh siswa agar dapat menulis dengan baik. Guru harus memperhatikan, salah satu yang perlu diperhatikan ialah 1.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pemilihan kata-kata yang digunakan siswa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penulisannya.Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi. (pengimbuhan),. reduplikasi. (perulangan),. dan. komposisi. (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat. Salah satu kelas kata dalam Bahasa Indonesia, yaitu kata tugas. Kata tugas adalah kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal, sehingga maknanya bisa menjadi jelas jika dihubungkan dengan kata lain. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Pada umumnya bentuk kata tugas selalu tetap (tidak bisa mengalami perubahan). Ada lima jenis kata tugas yang perlu di perhatikan penulis yaitu preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel. Berkaitan dengan penggunaan kata tugas peneliti akan menganalisis karangan siswa kelas VIII dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas Dalam Teks Karangan Karya Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sleman Tahun Ajaran 2018/2019”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas, rumusan masalah. pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kesalahan penggunaan kata tugas apa sajakah yang terdapat dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman ? b. Bagaimana pembenaran dan penjelasan pada kesalahan penggunaan kata tugas yang terdapat dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman ? c. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kesalahan penggunaan kata tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN Sleman ? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan. penelitiannya sebagai berikut :. 2.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Mendeskripsikan kata tugas yang digunakan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman. b. Mengidentifikasi, menjelaskan, dan membetulkan kesalahan penggunaan kata tugas dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman. c. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan penggunaan kata tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, pihak sekolah, peneliti. maupun peneliti lain. Hasil dari penelitian ini akan menjadi bahan koreksi khusus dalam kata tugas. a. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukan dan mampu membantu mengatasi kesalahan berbahasa siswa terkhusus pada kesalahan penggunaan kata tugas dalam karangan siswa. b. Bagi sekolah Hasil dari penelitian ini dapat menambah bahan referensi dalam ilmu pendidikan tentang kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan. c. Bagi peneliti Peneliti mampu menganalisis kesalahan penggunaan kata tugas pada karangan siswa. Serta peneliti mempunyai pengetahuan dan wawasan mengenai kesalahan penggunaan kata tugas. d. Bagi peneliti lain Manfaat penelitian ini bagi peneliti lain yaitu dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan bahan referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan.. 3.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1.5. Definisi Istilah Untuk memberikan gambaran tentang judul dan keseluruhan isi penelitian. ini, maka peneliti memberikan beberapa definisi istilah dalam penelitian ini : a) Bahasa Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Abdul Chaer, 2011: 1). b) Kata Tugas Menurut Masnur Muslich (2010 : 107) kata tugas merupakan kelas kata yang tertutup. Dapatlah dikatakan kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat. c) Preposisi Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam : monomorfemis dan polimorfemis ( Masnur Muslich, 2010 : 108). d) Konjungsi Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih (TBBI, 1988 : 235) e) Interjeksi Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud (TBBI, 1988 : 243). 4.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. f) Artikel Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa Indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, (3) artikel yang menyatakan makna netral (Masnur Muslich, 2010 : 119). g) Partikel Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa klitika, karena selalu dilekatkan pada kata yang mendahuluinya (TBBI, 1988 : 247) 1.6. Sistematika Penyajian Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab 1 adalah pendahuluan berisi latar. belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, dan yang terkahir sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori, berisi penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III Metodologi Penelitian, terdiri dari jenis penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan triangulasi data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi deskripsi data dan hasil penelitian yang meliputi kata tugas yang dipakai dan kesalahan penggunaan kata tugas dalam karangan deskripsi siswa. Bab V Penutup, berisikan kesimpulan, implikasi, dan saran.. 5.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian yang Relevan Peneliti menemukan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik. penelitian yang akan dilakukan. Dalam bagian ini, diuraikan dua penelitian yang relevan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Dwi Angga Rosiana (2018) dan penelitian yang dilakukan oleh Jenilda Rosana Louis (2017). Penelitian Fransiska Dwi Angga Rosiana berjudul Analisis Kesalahan Struktur Kalimat dan Ejaan dalam Teks Cerita Pendek Karya Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan struktur kalimat dan ejaan dalam cerita pendek karangan siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem Sleman Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa kalimat yang mengalami kesalahan struktur dan ejaan. Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam teks cerita pendek karya siswa kelas VIII SMP Kanisius Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 terdapat 31 kesalahan struktur kalimat dan 4 jenis kesalahan ejaan. Penelitian Jenilda Rosana Louis berjudul Analisis Penggunaan Konjungsi pada Karangan Narasi Pengalaman Pribadi Siswa Kelas X Gama Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan konjungsi yang digunakan dan yang salah penggunaannya dalam karangan narasi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa kalimat yang mengandung konjungsi yang diambil dari 32 karangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam karangan narasi siswa kelas X SMA Gama Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 terdapat 89 kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan itu terdiri dari penggunaan dan (58 kesalahan), penggunaan atau (1 kesalahan), penggunaan namun (10 kesalahan), penggunaan sehingga (1 kesalahan), dan terdapat pengulangan konjungsi (6 kesalahan).. 6.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yaitu samasama menganalisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa dan dalam penelitian ini membahas juga kesalahan penggunaan konjungsi, seperti penelitian Jenilda Rosana Louis. Perbedaannya pada penelitian terdahulu yang pertama mengkaji struktur kalimat dan ejaan dalam teks karya cerita pendek siswa kelas VIII. Penelitian terdahulu yang kedua mengkaji hanya penggunaan konjungsi dalam teks karangan narasi siswa kelas X. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti mengkaji tentang kata tugas dalam teks karangan bebas karya siswa kelas VIII. Kebaruan penelitian ini adalah memfokuskan pada kajian tentang kesalahan penggunaan kata tugas dalam teks karangan karya siswa kelas VIII SMPN 1 Sleman. Dua penelitian sebelumnya mengkaji tentang struktur kalimat dan ejaan pada penelitian terdahulu pertama dan kedua mengkaji konjungsi. Kedua peneliti sebelumnya berfokus pada cerita pendek dan karangan narasi. Peneliti saat ini akan menganalisis penggunaan kata tugas pada teks karangan karya siswa. 2.2. Kata Tugas Menurut Masnur Muslich (2010 : 107) kata tugas merupakan kelas kata. yang tertutup. Dapatlah dikatakan kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat. Menurut Gorys Keraf (dalam Masnur Muslich. 2008 : 113), kata tugas adalah semacam kata yang tidak termasuk salah satu jenis kata, atau menjadi subgolongan jenisjenis kata. Dilihat dari segi bentuk, pada umumnya kata tugas sulit mengalami perubahan bentuk. Ditinjau dari segi kelompok kata, kata tugas hanya memiliki tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Kata tugas tidak bisa menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat. Diluar kata verba, nomina, ajektiva, dan adverbia, ada kata lagi, yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh. 7.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk (TBBI, 1988 : 229). Dapat disimpulkan bahwa kata tugas ialah salah satu jenis kata dalam bahasa Indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal “maknanya berubah sesuai konteksnya” dan tidak memiliki makna leksikal “makna tetap” artinya makna dari kata tugas akan menjadi jelas ketika dia dihubungkan dengan kata lain dalam sebuah kalimat, sebagian besar kata tugas bentuknya tetap dan hanya sedikit yang dapat mengalami perubahan bentuk. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat atau pandangan kata tugas dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Moeliono (penyunting) yang mengatakan bahwa di luar kata verba, nomina, ajektiva, dan adverbia, ada kata lagi, yakni kata tugas. Kata ini hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Di samping itu, hampir semua kata tugas tidak bisa mengalami perubahan bentuk (TBBI, 1988 : 229). 2.2.1 Batasan dan Ciri Kata Tugas Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal, melainkan hanya makna gramatikal. Ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat.jika dalam nomina seperti buku kita dapat memberikan arti berdasarkan kodrat kata itu sendiri : benda yang terdiri atas kumpulan kertas yang bertulisan, dan sebagainya. Untuk kata tugas kita tidak dapat berbuat yang sama. Kata tugas seperti dan atau ke baru akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu, ke pasar (TBBI, 1988 : 229). Ciri lain dari kata tugas adalah bahwa hampir semua kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk. Jika dari verba datang kita dapat mengubahnya menjadi mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari kita tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa perkecualian adalah untuk. 8.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. beberapa kata tugas seperti sebab, sampai dan oleh yang dapat berubah menjadi kata lain : menyebabkan, menyampaikan, memperoleh (TBBI, 1988 : 229). Seperti halnya dalam bahasa-bahasa lain, kata tugas dalam bahasa Indonesia tidak mudah terpengaruh oleh unsur asing. Dalam kelompok utama kita mudah menerima kata asing sebagai kata baru atau pengganti kat yang telah ada. Dengan masuknya benda yang dapat melakukan berbagai kegiatan dan penghitungan, kita menerima pula kata yang mengiringinya, yakni komputer. Kita juga mengenal kata klasifikasi di samping kata kita sendiri pengelompokan. Dalam hal kata tugas, hal seperti itu jarang terjadi. Dengan kata lain, kata tugas adalah kelas kata yang tertutup (TBBI, 1988 : 229-230). Dengan ciri-ciri di atas dapatlah disimpulkan bahwa kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-mata memungkinkan kata lain berperan dalam kalimat. 2.2.2 Klasifikasi Kata Tugas (TBBI, 1988 : 230) Berdasarkan peranannya dalam frasa dan kalimat, kata tugas dibagi menjadi lima kelompok. Yang dimaksud adalah preposisi, konjungsi, interjeksi, artikel, dan partikel. Jenis-jenis kata tugas yang dipakai dalam penelitian ini adalah pandangan-pandangan para ahli yang terdapat pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dimana Moeliono sebagai penyunting buku ini. 2.2.2.1 Preposisi Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak dibagian awal frasa dan unsur yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba. Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam : monomorfemis dan polimorfemis (TBBI, 1988 : 230). a). Preposisi Monomorfemis. 9.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya (TBBI, 1988 : 230). Preposisi monomorfemis memiliki beberapa fungsinya yaitumenandai hubungan peruntukan : bagi, untuk, buat, guna.Menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik : dari.Menandai hubungan kesetaraan atau cara : dengan.Menandai hubungan tempat berada : di.Menandai hubungan sebab : karena, sebab.Menandai hubungan arah menuju suatu tempat : ke.Menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku : oleh.Menandai hubungan tempat atau waktu : pada.Menandai hubungan ihwal peristiwa : tentang.Menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain : sejak. Berikut adalah contoh penggunaan kata tugas preposisi monomorfemis : Air sangat berarti bagi petani. Ibu membeli rokok untuk ayah. Yang kecil itu buat adikmu.VOC menyerbu Ambon guna perebutan rempah-rempah.Pak Eko dari Manggarai. Dari nyanyian itu dapat kita petik filsafat hidup orang Barat.Ada hikmah yang dapat kita petik dari masalah ini.Saya akan pergi dengan Ali. Dia membelah kayu dengan memakai kapak.Saya dilahirkan di Ruteng tanggal 27 November 1996. b). Preposisi Polimorfemis Preposisi polimorfemis adalah preposisi yang berwujud beberapa. morfem. Preposisi ini terbagi lagi atas (1) preposisi yang terbentuk dari bentuk dasar + afiks dan (2) preposisi yang terbentuk dari gabungan kata. Jenis preposisi kedua terbagi lagi atas (1) preposisi yang terbentuk dari preposisi + preposisi dan (2) preposisi + nonpreposisi (TBBI, 1988 : 231). 1. Preposisi Polimorfemis dangan Afiks Preposisi polimorfemis yang berafiks dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar. Dasar itu merupakan morfem bebas (sama, serta), atau morfem terikat (Jelang, kitar) (TBBI, 1988 : 231-232). Bentukya adalah : dasar + afiks (bagaikan) atau afiks + dasar (beserta).Menandai hubungan kesertaan : bersama, beserta. Berikut beberapa fungsi dari preposisi polimorfemis dengan afiks yaitu 10.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. menandai hubungan waktu sesaat sebelum : menjelang.Menandai hubungan tujuan atau arah ke suatu tempat : menuju.Menandai hubungan sumber : menurut.Menandai hubungan ruang lingkup geografis : sekeliling.Menandai hubungan ruang lingkup geografis atau waktu : sekitar.Menandai hubungan kurun waktu : selama.Menandai hubungan kurun waktu atau bertentangan lokasi : sepanjang.Menandai hubungan sasaran atau objektif : mengenai.Menandai hubungan arah : terhadap.Manandai hubungan pemiripan : bagaikan. Berikut adalah contoh penggunaan kata tugas di atas : Ibu berangkat bersama ayah ke Jakarta.Pak Eko beserta rombongannya bertugas menjaga keamanan.Mereka mencapai puncak Gunung Sinabung menjelang subuh.Jalan menuju desa Compang rusak berat.Menurut siaran televisi, cuaca besok amat cerah.Pepohonan sekeliling kampus itu tumbuh subur.Pedagang sekitar asrama ini baik-baik semua.Dia akan datang sekitar jam lima.Mikel bertugas di Ruteng selama tiga tahun.Sepanjang ingatan saya, anak itu tidak pernah sakit.Banyak. toko. yang. menjual roti. sepanjang. Jalan Moses. Gatotkaca.Sekarang tidak ada lagi pembicaraan mengenai kasus itu. 2. Preposisi Polimorfemis Berupa Gabungan Kata Preposisi polimorfemis yang terdiri atas morfem bebas dapat berupa (a) gabungan preposisi dan preposisi, atau (b) gabungan preposisi dan yang bukan preposisi (TBBI, 1988 : 232). a. Gabungan Preposisi dan Preposisi Ada kalanya preposisi dan preposisi dapat digabung sehingga merupakan preposisi gabungan. Fungsi dari gabungan preposisi dan preposisi, menandai hubungan perbandingan : daripada.Menandai hubungan arah ke suatu tempat : kepada.Menandai hubungan penyebaban : oleh karena, oleh sebab.Menandai hubungan batas waktu : sampai dengan/ke.Menandai hubungan perkecualian : selain dari.. 11.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Contoh preposisi masing-masing dapat dilihat di bawah ini Adiknya justru lebih pandai daripada kakaknya.Kepada siapa lagi aku dapat mencurahkan isi hati kalau bukan kepadamu.Oleh karena perbuatannya sendiri, dia menderita batin seumur hidup.Sampai dengan detik ini kami belum juga menerima kabar dari Manado. Oleh sebab keramahannya, dia disenangi oleh semua warga desa.Selain dari Paman, tidak akan ada orang yang mau menolongmu. Perlu kiranya diperhatikan benar pemakaian preposisi daripada yang sering disalahgunakan orang. Seperti dinyatakan di atas, daripada dipakai untuk menyatakan perbandingan dan bukan untuk milik atau arah. Karena itu, daripada hanya dipakai jika ada dua hal yang dibandingkan, baik secara eksplisit maupun implisit. Perhatikan contoh-contoh berikut : Ali lebih tinggi daripada Ahmad. Harga baju di Pasar Klitikan lebih murah daripada di Distro Pirates Daripada adiknya, kenapa kamu tidak memilih kakaknya ? Pada dua contoh pertama perbandingan itu dinyatakan secara eksplisit, tetapi pada contoh berikutnya secara implisit. Meskipun demikian, pada contoh terakhir pun masih tampak adanya dua hal yang dibandingkan, yakni kakak-adik. Jika tidak ada perbandingan, maka preposisi daripada tidak digunakan. Sebagai gantinya, orang boleh memakai preposisi dari. Berikut adalah beberapa contoh pemakaian yang keliru dengan perbaikan diberikan dalam tanda kurung. Masalah daripada penduduk (Masalah penduduk) harus dipecahkan secara nasional. Contoh daripada setiap soal (Contoh setiap soal/contoh dari setiap soal) harus dipelajari baik-baik dahulu. Kita melihat daripada semua ini (dari semua ini) satu hal yang baik. Dalam. rapat. yang. lalu. jawaban. daripada. Pemerintah/jawaban dari Pemerintah) tidak memuaskan.. 12. Pemerintah. (jawaban.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Kita harus dapat menyimak keluhan-keluhan daripada rakyat kecil (keluhankeluhan rakyat kecil/keluhan-keluhan dari rakyat kecil). b. Gabungan Preposisi dan Bukan Preposisi Ada pula kalanya preposisi dan yang bukan preposisi dapat digabung sehingga merupakan preposisi gabungan. Contoh : di atas. ke dekat. dari balik. di bawah. ke depan. dari samping. di muka. ke dalam. dari samping. di belakang. ke luar. dari luar. di tengah. ke tengah. dari tengah. Berikut ini contoh pemakaiannya di dalam kalimat : Di atas meja Ayah berjejer buku-buku tebal.Koran itu terletak di bawah tas saya.Di muka sekolah kami banyak orang berjualan makanan.Ada kolam renang di belakang gedung baru itu.Di tengah lapangan itu terdapat sumur yang dalam.Ayah akan berangkat ke luar kota besok pagi.Tolong antarkan adikmu ke depan kantor pos itu.Saya mendengarkan percakapan mereka dari balik pintu.Dari samping gedung ini terlihat keindahan pantai Sanur Perlu kiranya diperhatikan lagi adanya kemungkinan perbedaan antara di dan di atas, di dan di dalam, dan sebagainya. Frasa di meja dan di atas meja dapat berarti sama, tetapi di lemari dan di atas lemari mempunyai arti yang berbeda. 2.2.2.2 Konjungsi Kata Sambung (Konjungsi) adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat (Gorys Keraf, 1972 : 78). Konjungsi adalah kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan. 13.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. juga paragraf dengan paragraf (Abdul Chaer 2011 : 103). Dalam (TBBI, 1988 : 235) menyatakan bahwa konjungsi (Kata Sambung) adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Kata seperti dan, kalau, dan atau adalah kata konjungsi. Perhatikan contoh kalimat berikut : Irwan sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai Engkau berangkat sekarang atau engkau ketinggalan kereta. Dari contoh di atas tampak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah klausa. Meksipun demikian, kita ketahui pula bahwa ada konjungsi yang juga dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan serta atau di atas dapat pula membentuk frasa seperti Toni dan Ali, hidup atau mati. Jika kita sekarang kembali pada kelompok preposisi, maka akan kita dapati bahwa sebagian dari preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi. Preposisi seperti sebab, karena, dan sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Pada contoh di bawah ini ditemukan preposisi yang dapat pula bertindak sebagai konjungsi.  A. Dia tidak kuliah karena kematian ayahnya. (Preposisi) B. Dia tidak kuliah karena ayahnya meninggal. (Konjungsi)  A. Dia sudah dapat membaca sejak bulan Agustus. (Preposisi) B. Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun. (Konjungsi) Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang mempunyai keanggotaan ganda, yakni sebagai preposisi maupun sebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk frasa, maka statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan adalah klausa, maka statusnya berubah menjadi konjungsi. Dilihat dari perilaku sintatiknya, konjungsi dibagi menjadi lima kelompok : (a) konjungsi koordinatif, (b) konjungsi subordinatif, (c) konjungsi korelatif, (d) konjungsi antarkalimat, dan (e) konjungsi antarparagraf.. 14.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a). Konjungsi Koordinatif. Konjungsi Koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan. bahasa (kata, frasa, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Abdul Chaer, 2011 : 115). Konjungsi kordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama (TBBI, 1988 : 236). Anggota dari kelompok itu adalah :Menandai hubungan penambahan: dan.Menandai hubungan pemilihan: atau.Menandai hubungan perlawanan: tetapi. Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjungsi itu, di samping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut : Dia menangis dan istrinya oun tersedu-sedu.Dia mencari saya dan adik saya.Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku.Saya atau kamu yang. menjemput. Ibu. ?Dia. menangis,. tetapi. istrinya. hanya. terdiam. saja.Sebenarnya Kartini pandai, tetapi malas.Yang kita cari adalah hotel yang sederhana, tetapi bersih. Jika salah satu atau kedua hal dihubungkan bersama-sama, maka sering kata dan/atau (sering dibaca : dan atau) dipakai bersama-sama pula. Contoh : Para Kepala Sekolah dan/atau Wakil Kepala Sekolah diminta hadir.Kami mengundang Ketua dan/atau Sekretaris. b). Konjungsi Subordinatif Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah. satuan bahasa secara tidak sederajat (Abdul Chaer, 2011 : 103). Dalam (TBBI, 1988 : 237) menyatakan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat dari kalimat induknya. Jika dilihat dari perilaku sintaktis dan semantisnya, konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi sepuluh kelompok kecil, seperti bagian berikut ini :. 15.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Konjungsi Subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.Konjungsi Subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.Konjungsi Subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, andaikan, umpamanya, sekiranya.Konjungsi Subordinatif tujuan: agar, supaya, agar supaya, biar.Konjungsi Subordinatif konsesif: biarpun, meski(pun), sekalipun, walau(pun),. sungguhpun,. kendati(pun).Konjungsi. Subordinatif. pemiripan:. seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.Konjungsi Subordinatif penyebaban. : sebab, karena, oleh karena.Konjungsi Subordinatif. pengakibatan : (se)hingga, sampai(-sampai), maka(nya).Konjungsi Subordinatif penjelasan: bahwa.Konjungsi Subordinatif cara: dengan. Seperti halnya dengan kelompok konjungsi koordinatif, dalam kelompok subordinatif ada pula anggota yang termasuk dalam kelompok preposisi. Kata seperti sebelum dan karena dapat diikuti oleh klausa tetapi dapat pula diikuti oleh kata. Dalam hal yang pertama kata-kata itu bertindak sebagai konjungsi, dalam hal yang kedua sebagai preposisi. Berikut adalah contoh kelompok masing-masinng : Pak Manuel sudah meninggal ketika dokter datang. Saya akan naik haji jika tanah saya laku terjual.Saya pasti akan memaafkannya seandainya dia mau mengakuikesalahannya.Narto harus belajar giat agar naik kelas.Pembangunan tetap berjalan terus meskipun dana makin menyempit.Dia takut kepada saya seolah-olah saya ini musuhnya.Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.Ayah belum mengirim uang sehingga kami belum dapat membayar uang kuliah.Ali tidak mau membayar utangnya, padahal dia mempunyai uang.Orang yang mendatanginya bertampang seram, maka dia jadi takut.Mereka berkata bahwa mereka akan berkunjung besok.Dia memukul dengan tangan kirinyaa melayang terlebih dahulu. Dari uraian dan contoh di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan karena banyak orang yang belum menyadarinya. Pertama, pada umumnya klausa yang didahului oleh konjungsi dapat berdiri di tengah atau depan kalimat. Karena 16.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. itu, jika klausa anak itu berada di tengah kalimat tentu saja tulisan konjungsinya memakai huruf kecil seperti pada contoh di atas. Kedua, jika subjek klausa anak sama dengan subjek kalimat”Narto harus belajar giat agar naik kelas.” dan ”Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.” di atas. Pada kalimat pertama di atas kata dia telah dihilangkan sesudah konjungsi agar karena subjek itu sama dengan subjek Narto pada klausa induk. Demikian pula pada kalimat keduakarena sakit adalah kependekan dari karena dia sakit. c). Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, dua. buah frasa, atau dua buah klausa yang memiliki status yang sama (Abdul Chaer, 2011 : 124). Dalam (TBBI, 1988 : 238) menyatakan konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa; dan kedua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut adalah contohnya. Baik ..... maupun ....., (maupun) ..... Tidak hanya ....., tetapi (....) juga ..... Demikian (rupa) ...... sehingga ..... Apa(kah) ..... atau ..... Entah ..... entah ..... Jangankan ...., .... pun ..... Contoh-contoh dalam kalimat. Baik Pak Irwan maupun istrinya tidak suka merokok. Tidak hanya dia tetapi saya juga ikut. Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh Mobil itu larinya demikian cepatnya sehingga sangat sukar untuk dipotret. 17.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. d). Konjungsi Antarkalimat (Abdul Chaer, 2011 : 103) Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi untuk. menghubungkan kalimat yang satu dengan yang kalimat lain yang berada dalam satu paragraf. Berbeda dengan konjungsi di atas, konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Karena itu, konjungsi macam itu selalu. memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf. pertamanya ditulis dengan huruf kapital (TBBI, 1988 : 239). Berikut adalah anggota subkelompok konjungsi antarkalimat.Menyatakan kesedian untuk melakukan sesuatu yang berbeda atau pun bertentang dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya : Biarpun demikian/begitu, Sekalipun demikian/begitu, sungguhpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu.Menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya : Meskipun demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.Menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluar dari yang telah dinyatakan sebelumnya : Tambahan pula, lagi pula, selain itu.Mengacu ke kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya : SebaliknyaMenyatakan. keadaan. yang. sebenarnya. :. Sesungguhnya,. bahwasanya.Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya : Malah(an), bahkan.Menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya : (akan) tetapi, namun.Menyatakan keeksklusifan dari hal yang dinyatakan sebelumnya : Kecuali itu.Menyatakan konsekuensi : Dengan demikian. Menyatakan akibat : Oleh karena itu, oleh sebab itu.Menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya : Sebelum itu. Berikut contoh-contoh konjungsi antarkalimat : Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun begitu, kami tidak akan menghalanginya.Mereka berbelanja ke Glodok. Sedudah itu, mereka pergi ke saudaranya di Ancol. Pak Atma kena penyakit kecing manis. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.Penjahat itu tidak mengindahkan tembakan peringatan. Sebaliknya, dia melawan polisi menggunakan belati.Masalah yang dihadapinya memang gawat. Sesungguhnya, masalah ini sudah dia ramalkan sebelumnya.Pak Didin sudah tahu soal/tentang itu. Bahkan, dia sudah mulai. 18.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. menanganinya. Keadaan memang sudah mulai aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada. Dari. contoh. di. atas. jelaslah. bahwa. konjungsi. antarkalimat. menghubungkan dua kalimat yang utuh. Karena kedua kalimat itu terpisah, maka subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama dengan kalimat sebelumnya. Dengan demikian, dalam bahasa baku kalimat seperti nomor (91b) tidak dapat diubah menjadi Kami tidak sependapat dengan dia. Biarpun demikian, tidak akan menghalanginya. Dalam bahasa yang tidak baku dan bahasa lisan penghilangan subjek seperti itu sering dilakukan orang. Perhatikan pula bahwa konjungsi tetapi dalam bahasa baku tidak dipakai untuk memulai suatu kalimat. Sebagai gantinya, dipakailah konjungsi akan tetapi seperti terlihat pada contohdi atas (TBBI, 1988 : 240-241). e). Konjungsi Antarparagraf Jika konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat dan memulai. suatu kalimat baru, konjungsi antarparagraf pada umumnya memulai suatu paragraf. Hubungannya dengan paragraf sebelumnya berdasarkan makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu (TBBI, 1988 : 241).Berikut kelompok konjungsi antarparagraf : Adapun. Alkisah. Akan hal. Arkian. Mengenai. Sebermula. Dalam pada itu. Syahdan. Contoh penggunaan konjungsi antarparagraf : Adapun terbongkarnya rahasia bahwa di bawah pohon itu tersimpan harta karun, bermula dari cerita Pak Colin yang pernah menjadi pembantu raja dan turut menanam harta tersebut beberapa puluh tahun yang lalu.. 19.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Alkisah maka pada masa dulu memerintahlah seorang raja yang arif dan bijaksana di daerah ini. Dari uraian mengenai berbagai konjungsi di atas dapat kita simpulkan bahwa : Konjungsi koordinatif menggabungkan kata atau klausa yang setara. Kalimat yang dibentuk dengan cara itu dinamakan kalimat majemuk setara. Melalui koordinatif digabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituen kalimat dengan menghasilkan satuan yang sama juga kedudukannya. Jika hubungan antara klausa tidak menyangkut satuan-satuan yang membentuk hierarki (klausa yang satu bersama dengan konjungsinya bukan konstituen dari klausa yang lain), maka hubungan itu disebut hubungan koordinasi. Konjungsi subordinatif membentuk anak kalimat. Dengan penggabungan klausa itu dengan klausa induk menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Menghubungkan dua klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam struktur konstituennya. Dengan kata lain, jika sebuah klausa berfungsi sebagai konstituen klausa lain, maka hubungan yang terdapat diantara kedua klausa itu disebut. subordinasi.. Hubungan. subordinasi. dapat. bersifat. melengkapi. (komplementif) dan dapat bersifat mewatasi atau menerangkan (atributif). Konjungsi korelatif dapat membentuk frasa atau kalimat. Unsur frasa yang dibentuk dengan konjungsi itu memiliki status sintaksis yang sama. Apabila konjungsi itu membentuk kalimat, maka kalimatnya agak rumit dan bervariasi wujudnya. Ada kalanya terbentuk kalimat majemuk setara, ada pula yang bertingkat. Bahkan, dapat terbentuk pula kalimat yang mempunyai dua subjek dengan satu predikat. Konjugsi antarkalimat merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri. Konjungsi antarparagraf menghubungkan paragraf tempat konjungsi itu dipakai dengan paragraf sebelumnya. Walaupun demikian, ada konjungsi tertentu (adapun dan oleh karena itu), yang dapat dipakai sebagai konjungsi antarkalimat ataupun antarparagraf.. 20.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.2.2.3 Interjeksi Menurut Kridalaksana dalam (Masnur Muslich, 2008 : 121), interjeksi adalah kategori kata yang bertugas mengungkapkan perasaan dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata lain dalam ujaran. Ia dibedakan atas interjeksi : (a) seruan, (b) keheranan, (c) kesakitan, (d) kekecewaan, (e) kekagetan, (f) kelegaan, dan (g) kejijikan. Dalam (TBBI, 1988 : 243) interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia. Untuk memperkuat rasa hati, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok yang dimaksud. Di samping interjeksi yang asli, dalam bahasa indonesia ada pula interjeksi yang berasal dari bahasa asing, kedua-duanya biasanya dipakai di permulaan kalimat dan diikuti oleh tanda koma. Pada umumnya interjeksi mengacu ke sikap yang (a) negatif : cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan, (b) positif : aduhai, amboi, asyik, alhamdulilah, insya Allah, syukur, (c) menggambarkan keheranan : ai, lo, astagafirulah, masyaallah, dan (d) netral atau bercampur : ayo, hai, halo, he, wahai, astaga, wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh, hem, bergantung pada makna kalimat yang menggiringnya (TBBI, 1988 : 243). Berikut adalah beberapa contoh dari kelompok masing-masing : a. Cih, tidak tahu malu mengemis belas kasihan orang. Cis, muak aku melihat rupamu lagi. Bah, pergi kau dari rumah ini. Ih, gigimu mengapa sudah ompong ? b. Aduhai, indahnya pemandangan tahun ini. Amboi, akhirnya sampai juga kita dengan selamat. Asyik, nikmatnya kita duduk-duduk di pantai seperti ini. c. Ai, kurusnya kamu sekarang ini. Lo, kamu ‘kan teman saya di SMP dulu ?. Astagafirullah, seluruh keluarganya ditembak perampok ?!. Masyaallah, pamanmu kawin lagi pada umur setua itu ? d. Ayo, kita pergi sekarang. Hai, kapan kamu datang ?. He, di mana Bu Hartini tinggal sekarang ?. Wahai, mahal benar durian di Jakarta.. 21.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pada contoh kelompok (d) di atas dapat kita lihat bahwa interjeksi seperti ah, hai, astaga, dan wah dapat dipakai di berbagai situasi. Perlu kiranya diperhatikan bahwa banyak dari interjeksi itu dipakai dalam bahasa lisan atau bahasa tulis yang berbentuk percakapan. Karena itu, umumnya interjeksi seperti itu lebih bersifat tidak formal. Interjeksi seperti brengsek, asyik, aduhai, ih, dan idih termasuk dalam kategori itu. Pada bahasa tulis yang bukan merupakan percakapan, khususnya yang bersifat formal, interjeksi jarang dipakai. 2.2.2.4 Artikel Menurut versi tradisional dalam (Masnur Muslich, 2008 : 111) artikel (kata sandang) ialah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan membedakan suatu kata. Artikel adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah nomina. Dalam bahasa indonesia ada tiga kelompok artikel : (1) artikel yang menyatakan jumlah tunggal, (2) artikel yang mengacu ke makna kelompok, dan (3) artikel yang menyatakan makna netral (TBBI, 1988 : 245). a). Artikel yang Mengacu ke Makna Tunggal Artikel yang menyatakan jumlah tunggal pada umumnya mengacu ke. konsep atau hal yang lama atau unik. Berikut ini adalah contoh-contohnya (TBBI, 1988 : 245): Sang. : Untuk manusia atau benda unik dengan maksud untuk meninggikan martabat. Sering pula dipakai sebagai gurauan atau sindiran.. Sri. : Untuk manusia yang memiliki martabat tinggi dalam keagamaan dan kerajaan.. Hang : Untuk manusia laki-laki yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas pada hal dan cerita kesusastraan lama. Dang : Untuk manusia wanita yang dihormati, tetapi pemakaiannya terbatas pada hal dan cerita kesusastraan lama. Berikut ini adalah contoh pemakaian artikel di atas :. 22.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Sang juara, Ellyas Pical, dapat merobohkan petinju Australia.Sang Merah Putih berkibardengan jaya di seluruh tanah air.Sang Suami mengapa tidak ikut ?. Karena pertanyaan siswa tadi rupanya sang guru menjadi marah.Baru-baru ini Sri Paus berkunjung ke Australia.Kedatangan Sri Baginda dan Sri Ratu disambut dengan meriah.Segera Hang Tuah pergi merantau.DangMerdu adalah toko terkenal dalam hikayat sastra melayu. b). Artikel yang Mengacu ke Makna Kelompok : Para Artikel yang mengacu ke makna kelompok adalah para. Karena artikel ini. mengisyaratkan ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang (TBBI, 1988 : 246). Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai adalah para guru bukan para guruguru. (TBBI, 1988 : 246) Para dipakai untuk menegaskan makna kekelompokan bagi manusia yang memiliki sifat tertentu, khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan dan kedudukan. Dengan demikian, kita dapati bentuk seperti paraanak, para orang, dan para manusia tidak kita temukan dalam bahasa kita. Adapula kata lain seperti kaum dan umat yang juga menyatakan kekelompokan, tetapi kedua kata itu termasuk nomina, bukan artikel. Dengan demikian, kita temukan klausa seperti Kita adalah umat/kaum yang beragama. c). Artikel yang Bermakna Netral : Si Di. samping. artikel. yang. menyatakan. makna. ketunggalan. dan. kekelompokan, ada pula artikel yang sifatnya netral. (TBBI, 1988 : 246) Artikel si dapat mengacu ke makna tunggal atau generik, bergantung pada konteks kalimatnya. Frasa simiskin dalam kalimat Tak sampai hatiku melihat si miskin mengambil makanan dari tumpukan sampah itu mengacu ke pengertian generik, yakni kaum miskin di dunia ini. (TBBI, 1988 : 246) Artikel si dipakai untuk mengiringi nama orang, membentuk nomina adjektiva atau verba, dan dalam bahasa yang tak formal untuk mengiringi pronomina dia. Berikut adalah contoh-contoh pemakaiannya :. 23.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Si Ovan akan meminang si Wulan tahun depan. Aduh, cantiknya si hitam manis itu. 2.2.2.5 Partikel : -kah, -lah, pun, dan –tah (TBBI, 1988 : 247) Kelompok kata tugas yang terakhir sebenarnya berupa klitika, karena selalu dilekatkan pada kata yang mendahuluinya. Ada empat partikel, yakni –kah, -lah, -pun, dan –tah. a). Partikel –kah Partikel –kah kadang-kadang bersifat manasuka dan kadang-kadang wajib,. bergantung pada macam kalimatnya. Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya (TBBI, 1988 : 247) : Partikel –kah membentuk kalimat tanya. Contoh : Dia yang akan datang – Diakah yang akan datang ? Hari ini pekerjaan itu harus selesai – Hari inikah pekerjaan itu harus selesai ? Jika dalam kalimat tanya suda ada kata tanya seperti apa, di mana, bagaimana, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh : Apakah ayahmu sudah datang ? Bagaimanakah penyelesaian soal ini jadinya ? Ke manakah anak-anak pergi ? Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya maka –kah akan memperjelas bahwa kalimat itu adalah kalimat tanya. Kadang-kadang urutan katanya dibalik. Tanpa – kah, arti kalimatnya bergantung pada cara kita mengucapkan-dapat berupa kalimat berita atau kalimat tanya. Contoh : Dia akan datangkah nanti malam ? Haruskah aku yang mulai dahulu ?. 24.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu ? b). Partikel –lah (TBBI, 1988 : 247-248) Partikel –lah dipakai dalam kalimat perintah atau. kalimat berita. Berikut adalah kaidah pemakaiannya : Dalam kalimat perintah, -lah dipakai utuk sedikit menghaluskan perintahnya. Contoh : Pergilah sekarang, sebelum hujan turun. Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi. Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua buah. Dalam kalimat berita, -lah dipakai untuk memberikan tegasan yang sedikit keras. Contoh : Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah. Ambil berapa sajalah yang Saudara perlukan. Cara seperti itu tidaklah pantas. Dialah yang menggugat soal itu. c). Partikel pun (TBBI, 1988 : 248) Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat berita.. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut : Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Dalam tulisan, pun dipisahkan dari kata depannya. Contoh : Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami. Yang tidak perlu pun dibelinya juga. Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungsi ditulis serangkai, jadi, ejaannya walaupun, meskipun, kendatipum, adapun, biarpun, dan sungguhpun. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –lah.. 25.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Contoh : Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya. Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur. d). Partikel –tah (TBBI, 1988 : 249) Partikel –tah dipakai dalam kalimat tanya, tetapi si. penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban. Ia seolah-olah hanya bertanyatanya pada diri sendiri tentang hal yang dikemukakannya. Partikel –tah itu banyak dipakai dalam sastra lama. Tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang. Contoh : Apatah artinya hidup ini tanpa engkau ? Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku. 2.3 Analisis Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa Subbab ini menguraikan tiga hal pokok, yaitu pengertian kesalahan berbahasa, klasifikasi kesalahan berbahasa, dan pengertian analisis kesalahan berbahasa. Penjelasan masing-masing hal pokok yang berhubungan dengan teori analisis kesalahan berbahasa adalah sebagai berikut: 2.3.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa Kegiatan komunikasi baik secara lisan maupun tertulis tidak terlepas dari kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam tindak bahasa, baik secara lisan maupun tertulis (Suwandi, 2008:165). Sedangkan Setyawati (2010:13) menjelaskan bahwa “Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.” Setyawati (2010:13-14) mengemukakan bahwa ada tiga kemungkinan penyebab seseorang dapat salah dalam berbahasa, yaitu terpengaruh bahasa yang. 26.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. lebih dahulu dikuasai, kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya, dan pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Berikut ini merupakan uraian masing-masing penyebab kesalahan berbahasa, yaitu: 1) Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Penyebab pertama ini dapat diartikan bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang sedang dipelajari si pembelajar (siswa). Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2. 2) Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah bahasa dapat menimbulkan kesalahan berbahasa. Pemakai bahasa salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa karena ia tidak paham mengenai kaidah tersebut. Kesalahan berbahasa karena kekurangpahaman kaidah bahasa misalnya kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa secara tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi- kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan semacam itu sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa (intralingual error). Kesalahan tersebut disebabkan oleh: (a) penyamaran berlebihan, (b) ketidaktahuan pembatas kaidah, (c) penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan (d) salah menghipotesiskan konsep. 3) Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh pengajaran bahasa yang kurang tepat. Hal tersebut berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau yang dilatihkan dan cara. 27.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Sementara itu, cara pengajaran menyangkut masalah penelitian teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. Selain. tiga. kemungkinan. penyebab. kesalahan. berbahasa. yang. diungkapkan oleh Setyawati tersebut, kesalahan berbahasa dapat pula terjadi karena penghilangan salah satu atau beberapa unsur bahasa. Menurut Slamet (2014:34), faktor penyebab penghilangan unsur bahasa oleh penutur dapat bermacam- macam, misalnya penutur malas menggunakan bentuk kata atau kalimat yang panjang, penutur tidak menguasai struktur bahasa, penutur meniru bahasa yang digunakan orang lain (pejabat), dan penutur terpengaruh struktur bahasa daerah. Bahasa yang mengandung kesalahan dapat dikatakan sebagai bahasa yang tidak baku karena kesalahan berbahasa berkaitan dengan pelanggaran kaidah berbahasa. Penggunaan bahasa tidak baku tidak dibenarkan dalam situasi resmi. Bahasa yang seharusnya digunakan dalam situasi resmi adalah bahasa baku yang tidak mengandung kesalahan berbahasa. Bahasa baku ialah suatu bentuk pemakaian bahasa yang menjadi model yang dapat dicontoh oleh setiap pemakai bahasa yang hendak berbahasa secara benar. Sementara itu, Moeljono (1989:43) berpendapat bahwa “Bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu ragam bahasa yang berkekuatan sanksi sosial dan yang diterima oleh masyarakat bahasa sebagai acuan atau model.”. 28.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Sabariyanto (2001:3) merangkum beberapa pendapat ahli mengenai pengertian bahasa baku, yaitu (1) bahasa baku merupakan sebuah ragam bahasa, (2) dalam ragam itu harus tercermin penggunaan kaidah yang benar, (3) bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pemakai bahasa, dan (4) ragam baku itu digunakan dalam situasi resmi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan kaidah atau tata bahasa dalam tindak bahasa, baik secara lisan maupun tertulis. Banyak faktor yang menyebabkan terjadi. kesalahan. berbahasa,. diantaranya. pengaruh. bahasa. pertama,. kekurangpahaman terhadap struktur bahasa yang dipakai, pengajaran bahasa yang kurang sempurna, penghilangan unsur bahasa, dan kemalasan si penutur. 2.3.2 Klasifikasi Kesalahan Berbahasa Dalam menganalisis kesalahan berbahasa terdapat perbedaan antara kata kesalahan dan kekeliruan. Istilah kesalahan (“error”) dan kekeliruan (“mistake”) dalam pengajaran bahasa yaitu penyimpangan dalam pemakaian bahasa (Tarigan, 1988: 75). Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru melalui pengajaran remidial, latihan, praktek, dan sebagainya. Jadi, dapat dikatakan bahwa kesalahan yang terjadi merupakan cerminan akan pemahaman siswa terhadap pembelajaran bahasa yang belum dikuasai. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi, yaitu keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan. 29.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sebagainya. Guru perlu menganalisis kesalahan sejak awal agar mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan sehingga bisa mencegah dan memperbaiki. Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam berbagai tataran linguistik dan berbagai jenis kegiatan berbahasa. Jenis kesalahan berbahasa sangat beragam dan bervariasi karena banyak hal yang membedakan jenis kesalahan berbahasa. Menurut Tarigan (1987:48-49), kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu berdasarkan tataran linguistik, berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa, berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan, berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa, dan berdasarkan frekuensi kesalahan berbahasa. 1) Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu kesalahan di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana. 2) Berdasarkan kegiatan atau keterampilan berbahasa, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. 3) Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan, kesalahan berbahasa dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan maupun tertulis. 4) Berdasarkan penyebab kesalahan, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan berbahasa karena interferensi. 5) Berdasarkan frekuensi terjadinya kesalahan, kesalahan berbahasa dapat dibagi menjadi kesalahan yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang. 30.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. terjadi. Penelitian ini difokuskan pada kesalahan berbahasa pada teks karangan karya siswa SMPN 1 Sleman Kelas VIII. Adapun aspek yang ditinjau yakni konjungsi, preposisi, interjeksi, artikel, dan partikel. 2.3.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan sering disingkat Anakes. Analisis kesalahan adalah metode dalam memberikan dan menjelaskan kesalahan berbahasa siswa (Parera, 1986:48). Sementara itu, Suwandi (2008:166) menjelaskan bahwa “Analisis kesalahan adalah suatu kegiatan mengidentifikasi kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan, menentukan tingkat keseriusan kesalahan, dan menjelaskan penyebab kesalahan itu terjadi.” Dalam penelitin ini, analisis kesalahan yang dimaksud adalah analisis kesalahan berbahasa. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan dan Sulistyaningsih, 1997: 25). Analisis kesalahan berbahasa sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suwandi (2008: 169), “Analisis kesalahan berbahasa memberikan banyak keuntungan, terutama yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran bahasa dan juga pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan bahasa. Manfaat yang diperoleh dari analisis kesalahan berbahasa dapat berupa manfaat praktis dan teoretis. Manfaat praktis analisis kesalahan adalah untuk memperbaiki kesalahan bahasa siswa pelajar bahasa dan mungkin bagi guru sebagai alat penjelas tentang kesalahan itu. Sedangkan manfaat teoretis ialah. 31.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. usaha untuk memberikan landasan yang lebih kuat tentang bahasa anak atau bahasa perolehan dalam menguasai bahasa ibunya sendiri (Parera, 1986: 48). Selain itu, analisis kesalahan berbahasa sangat bermaanfaat bagi keberhasilan pembelajaran bahasa. Tarigan dan Tarigan (1988: 142) menjelaskan bahwa analisis kesalahan berbahasa mengandung beberapa keuntungan. Keuntungan analisis kesalahan berbahasa, antara lain: (1) untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan; (2) untuk memahami latar belakang kesalahan; (3) untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar; dan (4) untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar. 2.4 Pengertian dan Jenis Karangan Karangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil mengarang; cerita; buah pena. Sedangkan mengarang adalah suatu kegiatan penyampaian pikiran dan perasaan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan. “Menulis atau mengarang pada hakikatnya merupakan pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa” (Semi, 1990:8). Secara umum tulisan dapat dikembangkan ke dalam lima jenis. (1) Narasi Menurut Pamungkas (2012:58), “narasi adalah jenis tulisan yang bertujuan untuk menceritakan suatu pokok persoalan”. Rahardi (2009:167) menyatakan bahwa “naratif berkaiatan sangat erat dengan penceritaan atau pendongengan dari. 32.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sesuatu”. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa narasi merupakan penyampaian atau penceritaan suatu peristiwa atau pengalaman dalam kurun waktu tertentu. (2) Eksposisi “Eksposisi adalah tulisan untuk menerangkan suatu pokok masalah atau pikiran yang dapat memperluas pengetahuan seorang pembaca” (Pamungkas, 2012:58). Rahardi (2009:166) menyatakan bahwa “eksposisi adalah tulisan untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan suatu informasi bagi pembaca. (3) Deskripsi “Karangan deskripsi bersifat informatif, pembaca diajak menikmati apa yang telah dinikmati penulis, susunan peristiwa tidak menjadi pertimbangan utama, yang penting pesan sampai kepada pembaca” (Pamungkas, 2012:58). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan karangan deskripsi adalah karangan yang memberikan gambaran sesuatu, seolah-olah kita dapat melihat, mendengar, serta merasakan objek yang dipaparkan oleh penulis. (4) Argumentasi Pamungkas (2012: 59) mengatakan bahwa “argumentasi adalah jenis tulisan yang berisi ide atau gagasan yang dilengkapi dengan bukti-bukti kesaksian yang dijalin menurut proses penalaran yang kritis dan logis, dengan tujuan mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan dan mempengaruhi pembaca tentang suatu pendapat sehingga pembaca percaya dan bertindak sesuai apa yang diinginkan oleh penulis. (5) Persuasi Menurut Pamungkas (2012:59), “persuasi adalah karangan yang disampaikan dengan cara-cara tertentu, bersifat. 33. ringkas,. menarik,. dan.

Gambar

Tabel . Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Tugas

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan material komposit polimer biasa, polimer-clay nanokomposit terbentuk jika polimer dapat terinterkalasi ke dalam galeri mineral clay sehingga sifat polimer

Para pemerintah dunia memberikan insentif untuk perusahaan seperti APP dan APRIL untuk menghancurkan hutan tropis di Indonesia dan memicu perubahan iklim dengan memperkenankan

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ialah pengetahuan dan sikap tenaga kerja terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan perilaku aman, persepsi tenaga

Berdasarkan hasil penelitian diatas penulis mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) untuk

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah yaitu manajer cabang,

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor pada bulan Juni-September 2013. Bahan baku menggunakan tempuyung

Lanjut usia yang mulai menempati panti akan memasuki lingkungan baru sehingga menuntut mereka untuk menyesuaikan diri (Santrock, 2012:206). Berdasarkan latar belakang

Hasil penelitian ini menunjukkan bah- wa pengetahuan keluarga pasien me- ngenai skizofrenia telah tinggi, hal ini dapat disebabkan karena mayoritas keluarga memiliki