LAPORAN
HASIL
PEMANTAUAN
SUMBERDAYA
ALAM
DAN
LINGKUNGAN
SERTA
MITIGASI
BENCANA
ALAM
BERDASARKAN
DATA
SATELIT
PENGINDERAAN
JAUH
BULAN
MARET
2016
Website:
pusfatja.lapan.go.id/simba
pusfatja.lapan.go.id/sisdal
BIDANG
DISEMINASI
PUSAT
PEMANFAATAN
PENGINDERAAN
JAUH
LEMBAGA
PENERBANGAN
DAN
ANTARIKSA
NASIONAL
JAKARTA
Jalan
Kalisari
No.
8
Pekayon
Pasar
Rebo
Jakarta
Timur
13710
Tel/Fax:
021
‐
8722733,
021
‐
8722733
1.
PEMANTAUAN
AKUMULASI
CURAH
HUJAN
Curah Hujan > 250 mm/bulan:
• Provinsi Jambi • Provinsi Lampung • Provinsi Bengkulu
• Provinsi Sumatera Selatan • Provinsi Banten
• Provinsi Jawa Barat • Provinsi Jawa Tengah • Provinsi DI Yogjakarta • Provinsi Kalimantan Barat • Provinsi Kalimantan Tengah • Provinsi Sulawesi Selatan • Provinsi Papua
• Provinsi Papua Barat • Provinsi Sulawesi Tenggara
Curah Hujan 150 – 250 mm/bulan:
• Provinsi Aceh
• Provinsi Bangka‐Belitung • Provinsi Sumatera Barat • Provinsi Banten
• Provinsi DKI Jakarta • Provinsi Jawa Timur • Provinsi Sulawesi Barat • Provinsi Maluku
Selengkapnya akumulasi curah hujan dapat
dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/curahhujan.php Curah Hujan <150 mm/bulan:
• Provinsi Sumatera Utara • Provinsi Riau
• Provinsi Kep. Riau • Provinsi Bali • Provinsi NTB • Provinsi NTT
• Provinsi Kalimantan Timur • Provinsi Gorontalo • Provinsi Sulawesi Utara • Provinsi Sulawesi Tengah • Provinsi Maluku Utara
1
2.
PEMANTAUAN
DAERAH
POTENSI
BANJIR
DI
INDONESIA
Hasil analisis potensi banjir harian berdasarkan data potensi hujan dari data Satelit Himawari‐8, data Landsat‐7, DEM‐SRTM USGS dan batas administrasi dari BIG. Berikut hasil analisis daerah potensi banjir pada beberapa Provinsi (selengkapnya pada http://pusfatja.lapan.go.id/simba/data/banjir.php):
Gambar 2.1: Potensi Banjir di Pulau Jawa Minggu‐1, 1‐6 Maret 2016
Gambar 2.2: Potensi Banjir di P.Sumatera Gambar 2.3: Potensi Banjir di P. Kalimantan Minggu‐III, Gambar 2.4: Potensi Banjir di P. Sulawesi Gambar 2.5: Potensi Banjir di P. Jawa Minggu‐II, 7‐13 Maret 2016
14‐20 Maret 2016
Minggu‐IV, 21‐27 Maret 2016
Minggu‐V, 28‐31 Maret 2016
2
3.
PEMANTAUAN
SPBK
(SISTEM
PERINGKAT
BAHAYA
KEBAKARAN)
3.1.
FFMC
=
Fine
Fuel
Moisture
Code
(Kondisi
Potensi
Tingkat
Kemudahan
Penyulutan
Api)
Peringkat
numerik
dari
kandungan
kadar
air
bahan
bakaran
halus.
FFMC
digunakan
sebagai
indikator
kemudahan
tersulut
dan
tersebarnya
api
(kebakaran).
Peringkat
FFMC
tinggi
biasanya
terjadi
pada
rerumputan
dan
bahan
bakaran
halus
lainnya
yang
kering/mati
dan
terdapat
pada
wilayah
terbuka.
Hasil
selengkapnya
dapat
dilihat
pada:
:
http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian‐I
(1‐10 Maret 2016):
FFMC‐ekstrim terdeteksi dipesisir NAD‐Sumatera Utara, Riau, Jambi, tersebar di Sumatera Selatan, Lampung, Kep. Riau dan Bangka‐ Belitung. Serta di Kalimantan Timur, sebagian Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Dasarian‐II Dasarian‐III
(11‐20 Maret 2016): (21‐29 Maret 2016):
FFMC‐ekstrimterdeteksi hampir sama dengan dasarian‐I di Sumatera, agak meluas di P. Bangka. Sedangkan di Kalimantan tetap luas di Kalimantan Timur dan tersebar di Kalimantan Barat.
FFMC‐ekstrim terdeteksi di pesisir NAD‐Sumatera Utara, Riau, Jambi, sebagian Sumatera Selatan, P. Bangka, Kalimantan Timur dan sebagian Kaliamantan Barat
dan Kalimantan Tengah.
Gambar 3.1.a. Kondisi FFMC pada Dasarian Maret 2016‐I Gambar 3.1.b. Kondisi FFMC pada Dasarian‐II Maret 2016 Gambar 3.1.c. Kondisi FFMC pada Dasarian‐III Maret 2016
3.
PEMANTAUAN
SPBK
(SISTE
M
PERINGKAT
BAHA
YA
KEBAKARAN)
3.2.DC= Drought Code (Potensi Tingkat Kekeringan dan Asap )
Peringkat
numerik
dari
kandungan
kadar
air
di
lapisan
organik
yang
berada
di
bawah
permukaan
tanah.
DC
digunakan
sebagai
indikator
kekeringan
dan
potensi
terjadinya
kabut
asap.
Peringkat
DC
yang
tinggi
biasanya
terjadi
pada
kebakaran
lahan
gambut.
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian‐I Dasarian‐II Dasarian‐III
(1‐10 Maret 2016): (11‐20 Maret 2016): (21‐31 Maret 2016):
DC‐ekstrim terdeteksi di Riau dan DC‐ekstrim terdeteksi dalam DC‐ekstrim tetap terdeteksi di Kep. Riau, Kalimantan Utara dan luasan kecil di Sumatera Utara, Sumatera Utara, Riau, Kep. Kalimantan Timur. Riau, Kep. Riau, Kalimantan Riau, Kalimantan Timur dan
Timur dan Kalimantan Utara. Kalimantan Utara.
Gambar 3.2.a. Kondisi DC pada Dasarian‐I Maret 2016 Gambar 3.2.b. Kondisi DC pada Dasarian‐II Maret 2016 Gambar 3.2.c. Kondisi DC pada Dasarian‐III Maret 2016
3.
PEMA
NTAUAN
SPBK
(SISTEM
PE
RINGKAT
B
AHAYA
KEBAKARAN)
3.3.ISI = Initial Spread Index(Kesulitan Pengendalian)Peringkat numerik dari penyebaran a /kebakaranpi untuk bahan bakaran halus (rerumputan). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian‐I Dasarian‐II Dasarian‐III
(1‐10 Maret 2016): (11‐20 Maret 2016): (21‐31 Maret 2016):
ISI‐ekstrim tersebar di beberapa ISI‐ekstrim masih tersebar di ISI‐ekstrim dalam luasan kecil lokasi di NAD, Sumatera Utara, bagian timur NAD, Sumatera di NAD, Sumatera Utara, Riau, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Utara, Riau, Jambi, sedikit di Kep. Riau, Lampung, Lampung, P. Belitung, Kep. Riau, Sumatera Selatan, Kep. Riau, P. Kalimantan Barat, Kalimantan Kalimantan Barat, Kalimantan Bangka, Kalimantan Utara dan Utara, Kalimantan Timur, serta Tengah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. tersebar di Kalimantan Tengah Kalimantan Timur. dan Kalimantan Selatan.
Gambar 3.3a. Kondisi ISI pada Dasarian‐I Maret 2016 Gambar 3.3.b. Kondisi ISI pada Dasarian‐II Maret 2016 Gambar 3.3.c. Kondisi ISI pada Dasarian‐III Maret 2016
3.
PEMANTAUAN
SPBK
(SISTEM
PERINGKAT
BAHAYA
KEBAKARAN)
3.4.FWI= Fire Weather Index(Index Cuaca Kebakaran)Peringkat numerik dari intensitas kebakaran. FWI merupakan peringkat bahaya kebakaran secara umum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada: : http://pusfatja.lapan.go.id/spbk.php
Dasarian‐I
(1‐10 Maret 2016):
FWI‐ekstrim terdeteksi di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kep. Riau, Kalimantan Timur dan Ka imantanl Utara.
Dasarian‐II (11‐20 Maret 2016):
FWI‐ekstrim semakin luas di Sumatera Utara, Tiau, Jambi, Kep. Riau, Kalima tann Timur dan Kalimantan Utara.
Dasarian‐III (21‐31 Maret 2016):
FWI‐ekstrim terdeteksi di bagian timur Sumatera Utara, bagian timur Riau, Kep. Riau sebagian kecil di Kalimantan Barat, Kalimantan TImur dan Kalimantan Utara.
Gambar 3.4.a. Kondisi FWI pada Dasarian‐I Maret 2016 Gambar 3.4.b. Kondisi FWI pada Dasarian‐II Maret 2016 Gambar 3.4.c. Kondisi FWI pada Dasarian‐III Maret 2016
4.
PEMANTAUAN TITIK API (HOT‐SPO
T)
Informasi titikpanas di peroleh dari data Terra/Aqua‐MODIS dan SNPP‐VIIRS, selengkapnya dapat dilihat pada, http://pusfatja.lapan.go.id/karhutla.php
Hasil pengamatan menunjukkan, di P. Sumatera terpantau 156 titik panas, di P. Kalimantan terpantau 98 titik panas, di P. Jawa terpantau 2 titik panas, di P. Sulawesi terpantau 15 titik panas, sedangkan di Bali, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat tidak terpantau titik panas.
Gambar 4.1: Sebaran titik panas di Indonesia bulan Maret 2016
PROVINSI
JUMLAH
HOTSPOT
KALTIM 85 RIAU 78 KEPRI 56 SULSEL 15 SUMUT 12 KALTARA 11 NAD 7 SUMBAR 3 JATIM 2 KALBAR 2 JUMLAH 271
Tabel 4.1: Jumlah titik panas per‐provinsi
di Indonesia Maret 2016
5.
PEMANTAUAN
TING
KAT
KEHIJAUAN
VEGETASI
(TKV)
LA
HAN
S
AWAH
DI
P.
JAWA
Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Prov. Banten menunjukkan, TKV rendah terdapat diKab. Serang, Tangerang dan Pandeglang. Sedangkan TKV sedang terdapat di Kab. Pandeglang, Serang dan Tangerang. Sementara itu kondisi TKV di Prov. Jawa Barat di dominasi oleh TKV bera dan TKV Rendah. Pada TKV Bera banyak dijumpai di Kab. Indramayu, Karawang dan Subang. Sedangkan pada TKV sangat rendah terdapat di Indramayu, Subang dan Cirebon.
Lahan sawah pada bulan Maret 2016 di Prov. Jawa Tengah dan DIY di dominasi oleh TKV sedang dan TKV rendah. Kondisi TKV sedang Prov. Jawa Tengah terpantau dominan di Kab. Pati, Grobogan, Blora. Sementara itu TKV rendah di Prov. Jawa Tengah banyak dijumpai di Kab. Grobogan, Brebes dan Demak. Sedangkan lahan sawah di D.I. Yogyakarta di dominasi oleh TKV rendah dan sedang. TKV rendah terpantau di Kab. Sleman, Kulonprogo dan Bantul. Sedangkan TKV Sedang terdapat di Kab. Sleman, Gunung Kidul dan Bantul.
TKV lahan sawah pada bulan Maret 2016 di Prov. Jawa Timur di dominasi TKV sedang dan TKV tinggi yang terpantau di Kab. Lamongan, Bojonegoro dan Jember. Sementara itu kondisi TKV lahan sawah di Prov. Bali juga di dominasi oleh TKV rendah dan sedang. Pada TKV rendah banyak di jumpai di Kab. Tabanan, Gianyar dan Badung.Sedangkan pada TKV sedang terdapat di Kab. Tabanan, Badung dan Buleleng.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Jawa bulan Maret 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
8
6.
PEMANTAUAN
FASE
TANAMAN
PADI
DI
P.
JAWA
Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Tanaman padi dengan fase vegetatif‐2 yang terpantau dominan di kabupaten Pandeglang, Serang dan Lebak. Pada Fase vegetative‐1 banyak terdapat di daerah Serang, Pandeglang dan tangerang. Sedangkan pada lahan sawah di Provinsi Jawa Barat di dominasi fasebera dan fase vegetatif‐2. Fase bera terpantau dominan di Kabupaten Indramayu, Karawang dan Bekasi. Sementara itu fase vegetatif‐2 terlihat di kabupaten Indramayu, Subang, dan Karawang.
Fase tanaman padi di Provinsi Jawa Tengah didominasi oleh fase vegetatif‐2 dan
generatif‐1. Pada Fase vegetatif‐2 terpantau cukup dominan di kabupaten Pati, brebes dan Blora. Sedangkan fase generatif‐1 terlihat di kabupaten Grobogan, Pati dan Blora. Sementara fase yang mendominasi di Provinsi D.I. Yogyakartahingga periode kedua bulan Maret 2016 adalah fasevegetatif‐2 dan generatif‐1 yang terpantau di dominasi di kabupaten Sleman, Gunung Kidul dan Kulonprogo.
F
ase tanaman padi di Provinsi Jawa Timur didominasi oleh fase vegetatif‐2 dan generatif‐1. Pada Fase vegetatif‐2 terdapat di kabupaten Lamongan, Bondowoso dan Jember. Sementara itu, Fase generatif‐1 dominan di kabupaten Lamongan, Bojonegoro dan Bondowoso. Sedangkan di Provinsi Bali terpantau dominan fase generatif‐1 dan vegetatf‐2 terlihat dominan di kabupaten Tabanan, Gianyar, dan Badung.
Pemantauan fase lahan sawah di Pulau Jawa bulan 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
7.
PEMANTAUAN
POTENSI
BANJIR/K RING
E
DI
LAHAN
SAWAH
DI
P.
JAWA
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Pada Bulan Maret 2016, di Pulau Jawa mengalami curah hujan lebih dari 400
m
m sehingga kondisi lahan sawah di Pulau Jawa untuk periode ini mengalami
rawan banjir
Kondisi lahan sawah diProvinsi Banten yang mengalami kondisi rawan banjir ringan/sedang yang terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang dan Tangerang. Pada Provinsi Jawa Barat, lahan sawah yang mengalami kondisi rawan Kering ringan/sedang terpantau di daerah Indramayu, Subang dan Bekasi. Sedangkan kondisi rawan Kering berat/puso terpantau di daerah Indramayu, Subang dan
Karawang.
Lahan sawah di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Maret 2016 yang mengalami kondisi rawan banj r ringan/sedang di Kabupaten robogan, Pati
i yang terdapat G
dan Brebes.Sedangkan di Provinsi D.I Yogyakarta yang terpantau mengalami kondisi rawan banjir ringan/sedang terdapat di Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo dan Bantul.
Tingkat rawan kering pada lahan sawah di provinsi Jawa Timur dan Bali pada bulan Maret 2016 di dominasi rawan banjir ringan/sedang yang terpantau
dominan di Kabupaten Lamongan, Situbondo dan Bangkalan. Sedangkan kondisi rawan kering berat/puso terdapat di daerah Bojonegoro, Lamongan dan Jember. Sementara itu provinsi Bali mengalami tingkat rawan Banjir ringan/sedang terpantau dominan di Kabupaten Buleleng, Gianyar dan Badung.
Pemantauan potensi banjir/kering lahan sawah di Pulau Jawa bulan 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
8.
PEMANTAUAN
TINGKAT
KEHIJAUAN
VEGETASI
(TKV)
LAHAN
SAWAH
DI
P.
SUMATERA
Lahan sawah di P. Sumatera bulan Maret 2016, didominsi oleh lahan sawah
dengan TKV sangat rendah dan Bera.
Lahan sawah dengan TKV Bera masih mendominasi di Provinsi Aceh yaitu
Kabupaten,Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Besar. Provinsi Sumatera Utara yaitu di
Kabupaten Labuhan Batu, Serdang Bedagai, dan Tapanuli Selatan. Provinsi
Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisi Limapuluhkoto, Pasaman Barat, dan Agam. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Rokan Hilir dan Bengkalis. Provinsi Jambi
yaitu di Kabupaten Tanjungjabung Timur, dan Tanjungjabung
Barat, dan Kerinci. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Rejang Lebong, Lebong, dan Bengkulu Utara. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Tulangbawang.
Sedangkan TKV sangat rendah masih mendominasi di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Pidie, Aceh Barat Daya, dan Naganraya. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Tapanuli Selatan, Simalungun, dan Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri Hilir, dan
Bengkalis. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung Barat, dan
Tanjungjabung Timur. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara,
Seluma, dan Bengkulu Selatan. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Lampung Timur.
Pemantauan Tingkat Kehijauan Vegetasi (TKV) lahan sawah di Pulau Sumatera bulan Maret 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
9.
PEMANTAUAN
FASE
TANAMAN
PADI
DI
P.
SUMATERA
Informasi Fase tanaman padi selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Lahan sawah dengan fase vegetative‐1 mendominasi di Provinsi Aceh yaitu
Kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Barat Daya. Provinsi Sumatera Utara
yaitu di Kabupaten Tapanuli Selatan Serdang, Labuhan Batu, dan Simalungun.
Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pesisir Selatan, Pasaman Barat, dan Padang Pariaman, Barat. Provinsi Riau
yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri
Hilir, dan Bengkalis. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Tanjungjabung Timur, Tanjungjabung Barat, dan Kerinci. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Seluma, Bengkulu Utara, dan Bengkulu Selatan. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah, dan Lampung Timur.
Sedangkan lahan sawah dengan fase vegetatif‐2 mendominasi di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Besar, Aceh Barat Daya, dan Aceh Utara. Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Simalungun, Tapanuli Selatan, dan Serdang Bedagai. Provinsi Sumatera yaitu Kabupaten Pesisir
Barat Selatan, Pasaman
Barat dan Padang Pariaman. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Rokan Hilir, Indragiri
Hilir, dan Bengkalis. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Tanjungjabung
Timur, dan Tanjungjabung Barat. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara dan Seluma. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Ogan Komering dan Ogan Komering Ulu Timur. Provinsi Bangka Belitung di Kabupaten Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Tulangbawang, Lampung Selatan, dan Lampung Timur.
Pemantauan fase lahan sawah di Pulau Sumatera bulan Maret 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
10.
PEMANTAUAN
POTENSI
BANJIR/KERING
DI
LAHAN
SAWAH
DI
P.
SUMATERA
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Pada periode awal bulan Maret 2016 berpotensi mengalami rawan banjir,
sebagian besar banjir ringan/sedang dan sebagian kecil banjir berat/puso.
Sebagian besar banjir ringan/sedang terdapat di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Barat, Naganraya, dan Aceh Singkil. Provinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Tapanuli Tengah, Nias Selatan, dan Nias. Provinsi Sumatera Barat yaitu Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya, dan Pesisir Selatan. Provinsi Riau yaitu Kabupaten Kuantan Singin dan Rokan Hilir. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci, Merangin, dan Bungo. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Selatan, Lebong, dan Rajanglebong. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Lahat. Provinsi Bangka Belitung yaitu di Kabupaten Bangka Selatan dan Bangka. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan.
Selanjutnya sebagian kecil banjir berat/puso terjadi di Provinsi Aceh yaitu Kabupaten yaitu Aceh Singkil dan Simeulue. Sumatera Utara yaitu Kabupaten Nias, Nias Selatan,
Tapanuli Tengah. Provinsi Jambi yaitu di Kabupaten Kerinci,
Bungo, dan Sarolangun. Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Rejanglebong,
Bengkulu Utara, dan Kaur. Kemudian Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Ogan
Komering Ulu Timur, Lahat, dan Musi Banyuasin. Provinsi Lampung yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Lampung Utara.
Pemantauan potensi banjir/kering lahan sawah diPulau Sumatera bulan 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
11.
PEMANTAUAN
TINGKAT
KEHIJAUAN
VEGETASI
(TKV)
LAHAN
SAWAH
DI
P.
SULAWESI
Hasil pemantaua
n menunjukkan, TKV rendah mendominasi di Provinsi Sulawesi
U
tara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Minahasa
Selatan. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan
Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Banggai dan
Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Polewaliwamasa,
Mamuju dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Wajo, Bone dan Pinrang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan.
Sementara itu TKV Sedang mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Porigomoutong dan Toli‐Toli.
Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamuju, Polewaliwamasa dan
Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan terdapat di Kabupaten Wajo, Bone dan
Pinrang. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu terdapat di Kabupaten Kendari, Konawe Selatan dan Kolaka.
Pemantauan
tingkat
kehijauan
vegetasi
lahan
sawah
di
Pulau
Sulawesi
bulan
2016
selama
3
periode
8
harian,
yaitu
05
‐
12
Maret
2016,
13
‐
20
Maret
2016,
21
‐
28
Maret
2016
12.
PEMANTAUAN
FASE
TANAMAN
PADI
DI
P.
SULAWESI
Informasi Fase tan
aman padi selengkapnya dapat dilihat pada:
http://pusfatja.lapan.go.id/fasepadi.php
Fase tanaman padi sawah vegetatif‐2mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa dan Minahasa Selatan. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Gorontalo, Boalemo dan Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Donggala, Banggai
dan Toli‐Toli. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamuju, Polewaliwamasa dan
Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Bone, Wajo dan Pinrang.
Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari, Bombana dan Kolaka.
Sedangkan fase tanaman padi sawah generatif‐1 mendominasi di Provinsi Sulawesi Utara yaitu di Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan dan Minahasa. Provinsi Gorontalo yaitu di Kabupaten Boalemo, Gorontalo dan
Pohuwato. Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Donggala, Porigomoutong dan
Banggai. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamuju, Polewaliwamasa
dan Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Bone, Wajo dan
Pinrang. Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari, Bombana dan Konawe Selatan.
Pemantauan
fase
tanaman
padi
di
Pulau
Sulawesi
bulan
2016
selama
3
periode
8
harian,
yaitu
05
‐
12
Maret
2016,
13
‐
20
Maret
2016,
21
‐
28
Maret
2016.
13.
PEMANTAUAN
POTENSI
BANJIR/KERING
DI
LAHAN
SAWAH
DI
P.
SULAWESI
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada: http://pusfatja.lapan.go.id/sawah.php
Selama bulan Maret 2016, masih mengalami musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga mempengaruhi kondisi lahan sawah di Pulau Sulawesi.
Banjir ringan/sedang terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Morowali, Poso dan Porigomoutong. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten
Mamasa dan Polewaliwamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten
Luwu Timur, Wajo dan Luwu Utara. Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu di Kabupaten Kendari, Kolaka dan Konawe Selatan.
Sedangkan banjir berat/puso terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah yaitu di Kabupaten Morowali. Provinsi Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Mamasa. Provinsi Sulawesi Selatan yaitu di Kabupaten Luwu, Tanatoraja dan Luwu Utara. Provinsi Sulawesi Utara yaitu
di Kabupaten Kolaka Utara, Kendari dan Kolaka.
Pemantauan potensi banjir/kering lahan sawah di Pulau Sulawesi bulan 2016 selama 3 periode 8 harian, yaitu 05 ‐ 12 Maret 2016, 13 ‐ 20 Maret 2016, 21 ‐ 28 Maret 2016
14. PEMANTAUAN ZPPI (ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN)
Informasi Banjir/Kering lahan sawah selengkapnya dapat dilihat pada:http://pusfatja.lapan.go.id/zppi.php
Berdasarkan analisis data suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan dari satelit NOAA‐AVHRR dan Terra/Aqua MODIS, pada bulan Maret 2016 dihasilkan informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) yaitu project area PA01,PA03, PA05,PA06,PA07,PA10, A11, A 2,PA13,PA 4, PA15, PA19,PA20 danPP P 1 1 A21sebanyak
Tabel 14.1. Jumlah Lembar Informasi ZPPI dan daerah tujuan
87buah. Jumlah lembar informasi ZPPI harian tiap projek area yang dihasilkan pada bulan Maret 2016 dan daerah‐daerah tujuan pengiriman ditampilkan pada Tabel 14.1.
Gambar 14.1. Projek Area ZPPI
Proje PA07, PA15, k Area PA16 dan PA24
Projek Area Proje Area
PA05,PA06, A12, PA13, PA14, PA2 dan PA21
k P 0 PA01, PA02, PA03, PA10, PA11
dan PA19