• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI PAPUA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN DI PROPINSI PAPUA BARAT"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir IV-1

BAB IV

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PERHUBUNGAN

DI PROPINSI PAPUA BARAT

A.

Angkutan Jalan

1. Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar pelayanan Minimal Bidang perhubungan daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, jenis pelayanan dasar adalah angkutan jalan, salah satu di antaranya adalah jaringan pelayanan angkutan jalan. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan dalam hal ini adalah “tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang tersedia jaringan Propinsi. Nilai yang ditetapkan dengan batas waktu tahun 2014 adalah 100 %, yang dilaksanakan oleh dinas Perhubungan Propinsi.

Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 1 Jaringan trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum disusun berdasarkan: a. tata ruang wilayah; b. tingkat permintaan jasa angkutan; c. kemampuan penyediaan jasa angkutan; d. ketersediaan jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; e.kesesuaian dengan kelas jalan; f. keterpaduan intramoda angkutan; dan g. keterpaduan antarmoda angkutan. Jaringan trayek dan kebutuhan kendaraan bermotor umum disusun dalam bentuk rencana umum jaringan trayek 2

Penyusunan rencana umum jaringan trayek dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait. Rencana umum jaringan trayek terdiri atas: a. jaringan trayek lintas batas Negara, b. jaringan trayek antarkota antarprovinsi, c. jaringan trayek antarkota dalam provinsi; d. jaringan trayek perkotaan; dan e. jaringan trayek perdesaan

.

Rencana umum jaringan trayek dikaji ulang secara berkala paling lama 5 (lima) tahun3. Untuk mewujudkan angkutan antar kota dalam propinsi dibutuhkan dua aspek yaitu; a. jaringan jalan propinsi, dan b. angkutan yang disebut AKDP ( Angkutan kota dalam propinsi). Ada kalanya, tersedia jaringan jalan propinsi namun belum dilayani angkutan atau AKDP. Propinsi Papua Barat yang berumur kurang lebih 6 tahun sekarang ini memiliki jaringan antarkota/kabupaten dalam propinsi sebanyak tigabelas (13) jaringan jalan. Peranan jaringan jalan propinsi dan angkutan kota dalam propinsi relatif besar untuk memobilisasi pergerakan barang dan penumpang antar kota dalam propinsi, bahkan tidak kalah pentinya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.lebih jelasnya profil jaringan jalan Propinsi Papua Barat dapat dilihat pada tabel berikut.

1 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 2 Ibid, Pasal 144

(2)

Laporan Akhir IV-2 Tabel 4.1. Jaringan Jalan Propinsi di Propinsi Papua Barat Dalam Tahun 2013

No Jaringan Jalan Yang Sudah Terlayani AKDP

1 Manokwari ( Kota Manokwari - Manokwari Selatan (Kab Manokwari Selatan)

2 Manokwari (Kota Manokwari) – Manokwari Selatan (Kab Manokwari ) – Pengunugan Arfak ( Kab Arfak )

3 Manokwari ( Kota Manokwari ) – Kembar ( Kab Trambrauw ) 4 Sorong ( Kota Sorong ) – Teminambau ( Kab Sorong Selatan ) 5 Sorong ( Kota Sorong ) – Mega ( Kab Tambrauw )

6 Sorong ( Kota Sorong ) – Ayamaru ( Kab Sorong selatan ) –Maybart (Kab Maybart )

7 Sorong ( Kab Sorong ) - Aimas (Kan Sorong Selatan )

8 Manokwari (Kota Manokwari ) – Ransiki (Kab Manokwari Selatan) 9 Sorong ( Kota Sorong ) – Aimas ( Kab Sorong Selatan )

10 Sorong - Klamono – Ayamaru – Maruni ( Rencana ) 11 Manokwari – Manuri – Mameh – Binturi ( Rencana ) 12 Sorong – Malebon – Megan ( Rencana )

13 Fakfak – Hurumber – Bomben (Rencana)

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Jaringan jalan propinsi seperti dijelaskan sebelumnya, sebaiknya dimanfaatkan sebagai prasarana angkutan seperti halnya AKDP. Artinya, jaringan jalan propinsi dan angkutan adalah merupakan suatu sistem untuk mendorong adanya transportasi dan pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional pada umumnya. Karena itu, jaringan jalan propinsi harus dilayani adanya AKDP. Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informtika Propinsi Papua Barat, dari tiga belas jaringan propinsi yang sudah dilayani AKDP hanya Sembilan (9) jaringan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Jaringan Jalan Propinsi Yang Sudah Terlayani AKDP DI Propinsi Papua Barat Dalam Tahun 2013

No Jaringan Jalan Yang Sudah Terlayani AKDP Jmlh AKDP Yang Ada Kebutuhan AKDP Jmlh AKDP Belum Terpenuhi 1 Manokwari (Kota Manokwari -

Manokwari Selatan (Kab Manokwari Selatan)

4 5 1

2 Manokwari (Kota Manokwari)– Manokwari Selatan (Kab Manokwari) – Pengunugan Arfak (Kab Arfak)

4 4 -

3 Manokwari (Kota Manokwari) – Kembar (Kab Trambrauw)

5 2 3

4 Sorong (Kota Sorong) – Teminambau (Kab Sorong Selatan )

5 7 2

5 Sorong (Kota Sorong) – Mega ( Kab Tambrauw)

2 4 2

6 Sorong (Kota Sorong) – Ayamaru (Kab Sorong Selatan) –Maybart (Kab Maybart)

8 5 3

7 Sorong (Kab Sorong) - Aimas (Kan Sorong Selatan)

(3)

Laporan Akhir IV-3 No Jaringan Jalan Yang Sudah Terlayani

AKDP Jmlh AKDP Yang Ada Kebutuhan AKDP Jmlh AKDP Belum Terpenuhi 8 Manokwari (Kota Manokwari) – Ransiki

(Kab Manokwari Selatan)

6 4 2

9 Sorong (Kota Sorong) – Aimas (Kab Sorong Selatan)

9 6 3

10 Sorong - Klamono – Ayamaru – Maruni (Rencana)

- - -

11 Manokwari – Manuri – Mameh – Binturi (Rencana)

- - -

12 Sorong – Malebon – Megan (Rencana) - - -

13 Fakfak – Hurumber – Bomben (Rencana) - - -

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

Berdasarkan data tersebut di atas, nilai capaian tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan jalan propinsi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut4;

% Pelayanan Angkutan Jalan

∑ Jaringan Jalan Propinsi Terlayani Angkutan Umum

= x 100 % ∑ Jaringan Jalan Propinsi

9

= x 100 %

13

= 69,23 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, jaringan jalan propinsi disetiap propinsi sudah terlayani hingga tahun 2014 dengan nilai 100 %. Namun kenyataannya, hingga tahun 2012 nilai capaian hanya sebesar 69,23 %. Artinyam masih ada jaringan jalan propinsi yang belum terlayani, dan hal ini disebabkan karena masih banyak jaringan jalan yang dalam kondisi rusak. Akibatnya, para pengusaha angkutan/pemilik kendaraan AKDP kurang berminat melayani jalan propinsi yang sudah ada. Kondisi jalan dalam kondisi rusak sangat tidak layak dilintas AKDP. Sebagai gambaran kondisi jalan dan AKDP sedang melintas jalan propinsi dapat dilihat pada gambar berikut.

4 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(4)

Laporan Akhir IV-4 Gambar 4.1. Jaringan Trayek AKDP Provinsi Papua Barat

(5)

Laporan Akhir IV-5 Gambar 4.2. Kondisi fisik jalan propinsi dan angkutan

Dalam kondisi jalan rusak, mengakibatkan kendaraan cepat rusak dan biaya operasional akan tinggi disebabkan waktu tempuh semakin lama. Apalagi dalam kondisi hujan, jalan menjadi berlumpur. Di lain pihak, kendaraan yang digunakan mengakibatkan biaya pemeliharaan sangat tinggi dan mudah rusak.

Dalam rangka mengatasi permasalahan kerusakan jalan propinsi sekarang ini, sebaiknya pemerintah daerah Propinsi Papua Barat mengalokasikan anggaran relatif lebih banyak untuk perbaikan jalan propinsi. Karena dengan perbaikan jalan propinsi, mobilisai pergerakan barang dan penumpang antar kabupaten/kota dalam Propinsi Papua Barat semakin lancar. Akibatnya, akan berdampak positit terhadap peningkatan nilai tambah berbagai komoditas antar kabupaten/kota yang ada di Propinsi Papua Barat. Lebih jelasnya kondisi jalan propinsi dan kondisi jalan nasional maupun kabupaten di Propinsi Papua Barat dapat dilihat pada gambar berikut.

(6)

Laporan Akhir IV-6

(7)

Laporan Akhir IV-7

SKETSA KONDISI RUAS JALAN

MANOKWARI-SORONG

Snopy Maruni MANOKWARI Warmare Prafi KM 96 KebarKM 201 Klamono SORONG KM 498 KM 546 Keterangan : - ASPAL - KERIKIL - HUTAN = 147 KM = 329 KM = 70 KM Ayamaru Kumurkek Ayawasi Susumuk Kambuaya Fategoni KM 271 KM 369 Ke Bintuni Ke Bintuni Ke Teminabuan

(8)

Laporan Akhir IV-8 Gambar 4.5. Jaringan Jalan Provinsi Papua

(9)

Laporan Akhir IV-9

2. JaringanPrasarana Angkutan Jalan

Jaringan prasarana angkutan jalan dalam hal ini ditekankan pada ratio terminal Tipe A terhadap jumlah jaringan nasional. Karena dengan adanya terminal tipe A, merupakan indikasi adanya pegerekan penduduk dari satu propinsi ke propinsi lainnya. Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Fasilitas utama terminal terdiri dari: a. jalur pemberangkatan kendaraan umum; b. jalur kedatangan kendaraan umum; c. tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum; d. bangunan kantor terminal; dan e. tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar; f.menara pengawas; g. loket penjualan karcis; h. rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan, tarif dan jadual perjalanan; i. pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau taksi. Sementara fasilitas penunjang adalah meliputi; a. kamar kecil/toilet; b. musholla; c. kios/kantin; d. ruang pengobatan; e. ruang informasi dan pengaduan; f. telepon umum; g. tempat penitipan barang; h. taman 5

Lokasi tapak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara;b terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A; c. mempunyai akses jalan masuk dan/atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 6

Lokasi tampak terminal penumpang tipe A harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; a. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas Negara, b. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III A, c. jarak antara 2 ( dua ) terminal penumpang tipe A, sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, dan 30 Km di Pulau Sumatera dan 50 Km di Pulau Lainnya, d. luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 Ha di Pulau lainnya, e. mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurangnya-kurangnya 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter dan 50 meter di pulau lainnya, dihitung dari jalan ke pintu keluar atau masuk terminal 7

Berdasarkan data dan informasi dari Dinas Perhubungan & Informatika c.g Bidang Program Propinsi Papua Barat jumlah ternyata terminal tipe A hingga sekarang belum ada di Propinsi Papua Barat. Sementara jaringan jalan nasional terdapat satu (1) dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

5 Keputusan Menteri Perhubungan N0. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi pada Pasal 2 ayat ( 2), Pasal 4 dan Pasal 5

6 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.1361/AJ. 106/DRJD/2003 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia pada Pasal 5

7 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.76/AJ/102DRJD/2000 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruha Indonesia pada Pasal 5

(10)

Laporan Akhir IV-10 Gambar 4.6. Jaringan Jalan Nasional Provinsi Papua

(11)

Laporan Akhir IV-11

Berdasarkan data dalam peta tersebut di atas, ternyata jalan nasional/arteri terdapat satu(1), sementara jumlah terminal tipe A di Propinsi Papua Barat hingga sekarang belum ada. Berkenaan dengan itu, nilai capaian tersedianya terminal angkutan penumpang tipe A pada setiap propinsi untuk melayani angkutan umum dalam trayek antarkota antar propinsi (AKAP) atau angkutan lintas batas Negara (ALBN) dihitung dengan menggunakan rumusan 8;

∑ Prasarana Penumpang Tipe A

= x 100 %

Jumlah Jaringan Pelayanan AKAP/ALBN 0

= x 100 % 1

= 0 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar pelayanan Mnimal Bidang Perhubungan untuk daerah Propinsi telah ditetapkan bahwa dalam tahun 2014 nilai capaian ditetapkan sebesar 100 % . Hal ini tidak mungkin dapat dicapai, mengingat Propinsi Papua Barat, baru terbentuk kurang lebih 5 tahun. Karena itu, peluang untuk pembangunan Terminal Tipe A belum ada, apalagi dengan kondisi sekarang, sulitnya mencari lahan untuk dijadikan terminal tipe A. Namun untuk beberapa tahun mendatang ada kemungkinan bilamana masyaratakat setempat memiliki tingkat kesadaran bahwa pembangunan berdampak positif dalam kehidupan masyarakat seperti halnya pembangunan terminal Tipe A.

Gambar 4.7. Kondisi Salah Satu Terminal di Provinsi Papua Barat

8 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(12)

Laporan Akhir IV-12 Gambar 4.8. Rencana Pembangunan Terminal AKAP Provinsi Papua Barat

(13)

Laporan Akhir IV-13

3. Fasilitas Perlengkapan Jalan

Fasilitas perlengkapan jalan yang telah dibangun di Propinsi Barat adalah meliputi; a. rambu, b. marka, c. pagar pengaman, d. Deliniator , e. Cermin tikungan, f. paku jalan, g. alat pemberi isiyarat lalu lalu lintas, dan lampu peneranga. Fasilitas perlengakapan jalan telah dibangun pada ruas jalan jalan propinsi. Lebih jelasnya pembangunan perlengkapan jalan di bebera ruas jalan propinsi dapat dilihat sebagai berikut;

a. Fasilitas Perlengkapan Rambu

Rambu-rambu lalu lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambing, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan9 Fasilitas perlengkapan rambu telah dibangun di jalan propinsi pada ruas jalan sebanyak enambelas (16). Dari sejumlah kebutuhan perlengkapan rambu di ruas jalan propinsi, ternyata hingga sekarang belum terpenuhi secara keseluruhan, hal ini mungkin disebabkan karena keterbatasan anggaran yang telah tersedia dan dilain pihak karena kondisi jalan yang masih banyak rusak. Lebih jelasnya profil pembangunan/pemasangan rambu di ruas jalan propinsi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Fasilitas Pembangunan Rambu di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (Unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 40 23 17 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 90 48 42 3 Klamodo-Bts Kab

Sorong- Sorong Selatan 60,08 200 - 200

4 Bts Kab Sorong

Selatan- Kambuaya 67,73 300 - 300

5 Kabuaya- Susumak 25,86 125 - 125

6 Susumak-Kumurkeh 12,34 88 - 88

7

Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong 137,81 450 - 450

8 Snopy Bts Kab Sorong

Selatan- manokware 145 420 127 298 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 188 - 188 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 140 103 37 11 Maruni-Oransbari 54,06 148 - 148 12 Oransbari- Ransiki 39,32 128 - 128 13 Ransiki- Mameh 53,21 200 - 200 14 Mameh- Buntuni 70,56 235 - 235

9 Keputusan Menteri Perhubungan No. 61 Tahun 1993 tentang Rambu-Rambu Lalu Lntas di Jalan pada Pasal 1 point (1)

(14)

Laporan Akhir IV-14

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (Unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (Unit) Sisa (Unit) 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 310 - 310 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 45 - 45 TOTAL 869,51 3.107 278 2.829

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan rambu pada beberapa ruas jalan proinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan rambu di jalan Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 10

% Fasilitas perlengkapan rambu

∑ Fasilitas Perlengkapan Rambu Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Rambu di Jalan Propinsi 278 unit

= x 100 % 3.107 unit

= 8,94 %

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi , bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk rambu ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian tahun 2012 hanya 8,94 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 51,06 % ( 60 % - 8,94 % = 51,06 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 51,06 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebut.Di lain pihak, arus lalu lalintas dan kecelakan juga akan dapat dihindarkan.

10 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(15)

Laporan Akhir IV-15 Gambar 4.9. Rambu yang terdapat di Provinsi

Papua Barat

b. Fasilitas Perlengkapan Marka

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambing lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas 11. Fasilitas perlengkapan marka memiliki peran untuk memberikan batasan ruang lalu lintas kendaraan bermotor dan keselamatan berlalu lintas. Karena itulah pembangunan/pemasangan marka telah diupayakan pembangunannya di enambelas (16) ruas jalan propinsi di Papua Barat. Lebih jelasnya profil pembangunan/pemasangan perlengkapan marka di ruas jalan Propinsi Papua Barat dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.4. Fasilitas Pembangunan Marka di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 75.000 10.000 65.000 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 65.000 20.000 45.000 3 Klamodo-Bts Kab

Sorong- Sorong Selatan 60,08 128.000 - 128.000 4 Bts Kab Sorong

Selatan- Kambuaya 67,73 140.000 - 140.000

5 Kabuaya- Susumak 25,86 71.000 - 71.000

6 Susumak-Kumurkeh 12,34 32.000 - 32.000

7

Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong 137,81 250.000 - 250.000 8 Snopy Bts Kab Sorong

Selatan- manokware 145 350.000 - 350.000

9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 143.000 - 143.000

10 Maruni- Jln Drs Esau

Sesa ( Manokware) 40,12 82.000 - 82.000

(16)

Laporan Akhir IV-16 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 11 Maruni-Oransbari 54,06 95.000 - 95.000 12 Oransbari- Ransiki 39,32 82.000 - 82.000 13 Ransiki- Mameh 53,21 100.000 - 100.000 14 Mameh- Buntuni 70,56 165.000 - 165.000 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 243.000 - 243.000 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 54.000 - 54.000 TOTAL 869,51 1.985.000 30.000 1.955.000

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan marka pada beberapa ruas jalan proinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan marka jalan di Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 12

% Fasilitas perlengkapan marka

∑ Fasilitas Perlengkapan Marka Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100

%

Total Kebutuhan Fasilitas Marka di Jalan Propinsi 30.000 meter

= x 100 % 1.985.000 metert = 1,51 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi , bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk marka ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian tahun 2012 hanya 1,51 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 58,49 % ( 60 % - 1,51 % = 58,49 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 58,49 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan tersebut. Di lain pihak, arus lalu lintas dan kecelakan juga akan dapat dihindarkan.

12 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(17)

Laporan Akhir IV-17 Gambar 4.10. Kondisi Marka di Provinsi Papua Barat

c. Fasilitas Pagar Pengaman

Pagar pengaman berfungsi untuk melindungi daerah atau bagian jalan yang membahayakan bagi lalu lintas, digunakan pada daerah seperti adanya: a. jurang atau lereng dengan kedalaman lebih dari 5 (lima) meter; b. tikungan pada bagian luar jalan dengan radius tikungan lebih dari 30 (tiga puluh) meter; dan c. bangunan pelengkap jalan tertentu. Pagar pengaman secara fisik bisa berupa: a. pagar rel yang bersifat lentur (guardrail); b. pagar kabel (wire rope); dan c. pagar beton yang bersifat kaku seperti beton penghalang lalu lintas (concrete barrier/jersey barrier). Pagar pengaman dipasang pada tepi luar badan jalan dengan jarak paling dekat 0,6 (nol koma enam) meter dari marka tepi jalan. Pemilihan jenis pagar pengaman harus empertimbangkan: 1). kecepatan rencana; 2). ruang yang tersedia untuk mengakomodasikan defleksi pagar saat terjadi tabrakan; 3). memiliki kekuatan yang bisa menahan laju kendaraan yang hilang kendali; 4). dapat mengurangi dampak tabrakan tanpa menimbulkan kecelakaan yang lebih parah; 5). dapat mengarahkan kembali kendaraan yang hilang kendali ke jalur lalu lintas dengan baik. Pagar pengaman dilengkapi dengan tanda dari bahan bersifat reflektif dengan warna sesuai dengan warna patok pengarah pada sisi yang sama 13

Fasilitas perlengkapan pagar pengaman memiliki peran yang relatif besar untuk memberikan keamanan bagi pengendara kendaraan bermotor dan keselamatan berlalu lintas. Karena itulah pembangunan/pemasangan pagar pengaman telah diupayakan dibeberapa ruas jalan yang dianggap berbahaya bagi kendaraan bermotor. Namun dari semua kebutuhan yang telah ditetapkan, hingga sekarang belum semuanya terealisir. Lebih jelasnya gambaran dan realisasi pembangunan/pemasangan pagar pengaman di beberapa ruas jalan Propinsi Papua Barat dapat dilihat pada tabel berikut

13 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan Pada Pasal 36

(18)

Laporan Akhir IV-18 Tabel 4.5. Fasilitas Pembangunan Pengaman di Beberapa Ruas Jalan Propinsi

Papua Barat No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (meter) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 - - - 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 634 - 634 3 Klamodo-Bts Kab Sorong- Sorong Selatan

60,08 852 - 852 4 Bts Kab Sorong Selatan- Kambuaya 67,73 - - - 5 Kabuaya- Susumak 25,86 - - - 6 Susumak-Kumurkeh 12,34 765 230 535 7 Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong

137,81 1.587 - -

8 Snopy Bts Kab Sorong Selatan- manokware 145 1.100 - - 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 - - - 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 - - - 11 Maruni-Oransbari 54,06 - - - 12 Oransbari- Ransiki 39,32 124 - - 13 Ransiki- Mameh 53,21 - - - 14 Mameh- Buntuni 70,56 - - - 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 1.354 - - 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 - - - TOTAL 869,51 6.416 230 6.186

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari perolehan data kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan pagar pengaman pada beberapa ruas jalan propinsi, maka nilai capaian persentase perlengkapan pagar pengaman di jalan Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 14

% Fasilitas perlengkapan pagar pengaman;

∑ Fasilitas Perlengkapan Pagar Pengaman Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Pagar Pengaman di Jalan Propinsi 230 meter

= x 100 % = 3,58 % 6.416 meter

14 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(19)

Laporan Akhir IV-19

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilaian capaian pada tahun 2012 hanya 3,5 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 56,42 % ( 60 % - 3,58 % = 56,42 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 56,42 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan dan di lain pihak, keamanan dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan dapat direalisir..

Gambar 4.11. Pagar Pengaman di Provinsi Papua Barat

d. Fasilitas Perlengkapan Jalan Deliniator

Patok tanda tikungan (delineator) adalah suatu unit konstruksi yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (refeltif) berfungsi sebagai pengarah dan sebagai peringatan bagi pengemudi pada waktu malam hari, bahwa di sisi kiri atau kanan delineator adalah daerah berbahaya. Unit konstruksi dapat berupa pipa besi atau pipa plastik yang diberi tanda yang dapat memantulkan cahaya (reflektif ) 15. Karena itu, peranan delineator sebagai pengaman bagi pengendara kendaraan bermotor sangat diperlukan. Melihat perananan tersebut cukup besar, maka di Propinsi Papua Barat telah dilakukan pembangunan/pemasangan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Fasilitas Pembangunan Deliniator di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (meter) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 - - - 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 - - - 3 Klamodo-Bts Kab Sorong- Sorong Selatan 60,08 - - - 4 Bts Kab Sorong Selatan- Kambuaya 67,73 - -

15 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Pengendali Pengamanan Pemakai Jalan Pada Pasal 22

(20)

Laporan Akhir IV-20

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (meter) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (meter) Sisa (meter) 5 Kabuaya- Susumak 25,86 - - - 6 Susumak-Kumurkeh 12,34 - - - 7 Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong 137,81 1.100 200 900

8 Snopy Bts Kab Sorong

Selatan- manokware 145 - - - 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 - - - 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 578 150 428 11 Maruni-Oransbari 54,06 - - - 12 Oransbari- Ransiki 39,32 - - - 13 Ransiki- Mameh 53,21 - - - 14 Mameh- Buntuni 70,56 - - - 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 - - - 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 - - - TOTAL 869,51 1.678 350 1.326

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dengan data kebutuhan dan realisasi pembangunan/pemasangan deliniator pada beberapa ruas jalan provinsi seperti telah dijelaskan sebelumnya, maka nilai capaian persentase perlengkapan delineator di jalan Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus16

% Fasilitas perlengkapan deliniator;

∑ Fasilitas Perlengkapan Deliniator Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas delineator di Jalan Propinsi 350 meter

= x 100 % 1.678 meter = 20,85 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian perlengkapan delineator pada tahun 2012 hanya 20,8 %. Haol ini berarti,

16 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Standar Pelayanan Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten /Kota

(21)

Laporan Akhir IV-21

nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 39,15 % ( 60 % - 20,85 % = 39,15 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 39,15 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai

ketertinggalan.

Gambar 4.12. Kondisi Delinearator di Provinsi Papua Barat

e. Fasilitas Perlengkapan Jalan Cermin Tikungan

Cermin tikungan adalah kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi sebagai alat untuk menambah jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor. Kelengakapan tambahan dapat berupa suatu unit konstruksi yang terdiri dari cermin , bingkai cermin, tiang penyangga dan pengikatnya. Cermin tikungan dipasang pada tepi jalan pada lokasi-lokasi dimana pandangan pengemudi kendaraan bermotor sangat terbatas atau terhalang khususnya pada tikungan tajam dan persimpangan jalan . Pembuatan cermin tikungan dapat menggunakan cermin cembung dari bahan plastic 17. Dengan memperhatikan peranan perlengkapan cermin tikungan dalam operasional kendaraan, maka di Propinsi Papua Barat telah dilakukan pembangunan/pemasangan. Namun ternyata belum semua ruas jalan propinsi terpenuhi adanya perlengkapan jalan cermin tikungan, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7. Fasilitas Pembangunan Cermin Tikungan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 - - - 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 - - - 3 Klamodo-Bts Kab Sorong- Sorong Selatan

60,08 - - - 4 Bts Kab Sorong Selatan- Kambuaya 67,73 10 - 10 5 Kabuaya- Susumak 25,86 - - - 6 Susumak-Kumurkeh 12,34 - - -

17 Keputusan Menteri Perhubungan No. 3 Tahun 1994 tentang Pengendali Pengaman Pemakai Jalan Pada Pasal 18 s/d Pasal 20

(22)

Laporan Akhir IV-22

No Ruas Jalan Panjang

(Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) 7

Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong

137,81 - - -

8 Snopy Bts Kab Sorong Selatan- manokware 145 - - 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 4 - 4 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 - - - 11 Maruni-Oransbari 54,06 - - - 12 Oransbari- Ransiki 39,32 - - - 13 Ransiki- Mameh 53,21 - - - 14 Mameh- Buntuni 70,56 - - - 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 - - - 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 - - - TOTAL 869,51 14 - 14

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari gambaran kebutuhan dan realisasi cermin tikungan di beberapa ruas jalan sebanyak enam belas (16), hingga sekarang belum ada yang terpasang cermin tikungan. Sementara jumlah kebutuhan terdapat sebanyak dua puluh satu (14) unit . Dengan demikian, nilai capaian persentase perlengkapan cermin tikungan di jalan Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 18

% Fasilitas perlengkapan cermin tikungan;

∑ Fasilitas Perlengkapan Cermin Tikungan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Cermin Tikungan di Jalan Propinsi 0 unit

= x 100 % 14 unit

= 0 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Pagar Pengaman di jalan propinsi pada tahun 2014 ditetapkan mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian pada tahun 2012 hanya sebesar 0 %. Berkenaan dengan itu, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 60 % . Padahal, nialai capaian pada tahun 2012 hanya 0 %, hal ini berarti yang harus dicapai hingga tahun

18 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Standar Pelayanan Bidang Perhubungan

(23)

Laporan Akhir IV-23

adalah sebesar 60 %. Artinya, perhatian Pemerintah Daerah Propinsi Papua Barat terhadappemasangan cermin tikungan selama ini belum ada. Karena itu, untuk mencapai pembangunan/pemasangan cermin tikungan sebesar 60 % , Pemerintah Daerah Propinsi Papua Barat sebaiknya ada perhatian dan mengalokasikan dana agar dapat mencapai ketertigalan. Dengan adanya, cerminj tikungan diharapkan lalu lintas kendaraan bermotor akan semakin lancer dan di lain pihak, angka kecelakaan dapat dihindarkan.

f. Fasilitas Perlengkapan Jalan Paku Jalan

Paku jalan adalah salah satu perlengkapan jalan untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Paku jalan harus diperhatikan para pengendara, dan ditaati pada saat mengendara. Paku jalan dengan memantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalur atau jalur lalu lintas. Paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalan atau lajur lalu lintas jalan dengan memantul cahaya berwarna merah ditempatkan pada garis batas di sisi jalan. Sementara paku jalan yang berwarna putih ditempatkan pada garis batas sisi kanan jalan. Paku jalan sebagai tandar pada permukaan jalan tidak boleh menonjol lebih dari 15 millimeter di atas permukaan jalan, dan apabila paku jalan dilengkapi dengan reflector tidak boleh menonjol lebih dari 40 millimeter di atas permukaan jalan 19. Paku jalan dapat ditempatkan: 1) batas tepi jalur lalu lintas, 2) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna kuning digunakan untuk pemisah jalan atau lajur lalu lintas, 3) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna mereh ditempatkan pada garis sisi batas sisi kiri jalan, 4) paku jalan dengan pemantul cahaya berwarna putih ditempatkan pada garis sisi batas sisi kanan jalan 20 . Melihat peranan paku jalan untuk menjaga keselamatan berkendaraan, di Propinsi Papua Barat telah membangun/memasang paku jalan dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8. Fasilitas Pembangunan Paku Jalan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 24.500 12.000 12.500 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 18.300 - 18.300 3 Klamodo-Bts Kab Sorong- Sorong Selatan

60,08 12.986 - 12.986 4 Bts Kab Sorong Selatan- Kambuaya 67,73 25.769 - 25.769 5 Kabuaya- Susumak 25,86 9.987 - 9.987 6 Susumak-Kumurkeh 12,34 11.600 - 11.600 7 Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong

137,81 22.879 - 22.879

19 Keputusan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 1993 tentang Marka Jalan Pada Pasal 16 dan Pasal 17 20 Lampiran III Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.116/AJ.404/DRJD/97

(24)

Laporan Akhir IV-24 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) 8 Snopy Bts Kab Sorong

Selatan- manokware 145 10.654 - 10.654 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 21.132 - 21.132 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 9.865 - 9.865 11 Maruni-Oransbari 54,06 11.239 - 11.239 12 Oransbari- Ransiki 39,32 11.000 - 11.000 13 Ransiki- Mameh 53,21 14.432 - 14.432 14 Mameh- Buntuni 70,56 20.765 - 20.765 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 65.965 - 65.965 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 16.654 - 16.654 TOTAL 869,51 307.727 12.000 295.72

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Berdasarkan data kebutuhan dan realisasi perlengkapan paku jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak enambelas (16), nilai capaian persentase perlengkapan paku jalan di jalan Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 21

% Fasilitas perlengkapan paku jalan;

∑ Fasilitas Perlengkapan Paku Jalan Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Fasilitas Paku Jalan di Jalan Propinsi 12.000 unit unit

= x 100 %

307.727 unit = 3,89 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Paku jalan di jalan propinsi pada tahun 2014 ditetapkan mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian pada tahun 2012 hanya 3,89 %. Artinya, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 56,11 % ( 60 % - 3,89 % = 56,11 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 56,11 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan.Karena paku jalan tidak kalah pentinya dalam konteks pembangunan.

21 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah dan Daerah Kabupaten/Kota

(25)

Laporan Akhir IV-25 Gambar 4.13. Kondisi Paku Jalan di Provinsi

Papua Barat

g. Fasilitas Perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Alat pemberi isyarat lalu lalu lintas adalah perangkat peralatan teknis yang menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lalulintas orang/atau kendaraan di persimpangan atau pada ruas jalan. Fungsi alat pemberi isyarat lalu lintas adalah ; a. lampu warna hijau menyala setelah lampu warna merah padam, mengisyaratkan kendaraan harus berjalan, b. lampu warna kuning menyala setelah lampu warna hijau padam, mengisyaratkan kendaraan yang belum sampai pada batas berhenti atau sebelum alat pemberi isyarat lalu lalintas, bersiap untuk berhenti dan bagi kendaraan yang sudah sedemikian dekat dengan batas berhenti sehingga tidak dapat berhenti lagi dengan aman dapat berjalan, c. lampu warna merah menyala setelah lampu kuning padam, mengisyaratkan kendaraan harus berhenti sebelum batas berhenti dan apabila jalur lalu lintas tidak dilengkapi dengan batas berhenti, kendaraan harus berhenti sebelum alat pemberi isyarat lalu lalintas 22. Demikian halnya di Propinsi Papua Barat, pembangunan/pemasangan perlengkapan alat pemberi isyarat lalu lintas telah dilakukan, namun dalam kenyataannya realisanya belum sepenuhnya tercapai. Lebih jelasnya perkembangan perlengkapan isyarat lalu lalintas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Alat pemberi Isyarat Lalu Lintas di Beberapa Ruas Jalan propinsi Papua Barat Ruas Jalan Panjang (Km) Jlh/ Simpang /R.jalan (Titik) Kebutuhan (APIL/WL (1set/Titik) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpa-sang (unit) Sisa (unit) 1.Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong 18,32 2 WL=2 - WL=2 2. Bts Kota Sorong- Klamodo 30,09 1 WL=1 - WL=1 3.Klamodo-Bts Kab Sorong- Sorong Selatan 60,08 3 WL=3 - WL=3 4.Bts Kab Sorong 67,73 3 WL=3 - WL=3

22 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 62 Tahun 1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas pada Pasal 1 ayat (1) dan pasal 8

(26)

Laporan Akhir IV-26 Ruas Jalan Panjang (Km) Jlh/ Simpang /R.jalan (Titik) Kebutuhan (APIL/WL (1set/Titik) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpa-sang (unit) Sisa (unit) Selatan- Kambuaya 5.Kabuaya- Susumak 25,86 2 WL=2 - WL=2 Susumak-Kumurkeh 12,34 2 WL=2 - WL=2 6.Kumurkeh-Ayamasi- Snopy- Bts Kab Sorong 137,81 1 WL=1 - WL=1 7.Snopy Bts Kab Sorong Selatan- manokware 145 1 WL=1 - WL=1 8. Prafi-Warmare-Maruni 68,8 1 WL=1 - WL=1 9.Maruni- Jln Drs Esau Sesa (Manokware) 40,12 3 WL=3 - WL=3 10. Maruni-Oransbari 54,06 2 WL=2 - WL=2 11 Oransbari- Ransiki 39,32 2 WL=2 - WL=2 12.Ransiki- Mameh 53,21 2 WL=2 - WL=2 13 Mameh- Buntuni 70,56 1 WL=1 - WL=1 14.Bomberai- Baham- Hurimber 113,28 1 WL=1 - WL=1 15.Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 3 WL=3 - WL=3 TOTAL 869,51 30 30 - 30

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Bertitik tolak dari data kebutuhan dan realisasi perlengkapan Alat Pember Isyarat Lalu Lintas jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak limabelas (15) , maka nilai capaian persentase perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lalulintas di Propionsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 23

% Fasilitas perlengkapan paku jalan;

∑ Fasilitas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di Jalan Propinsi 0 unit

= x 100 % = 0 %

30 unit

23 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Standar Pelayanan Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah dan Daerah Kabupaten/Kota

(27)

Laporan Akhir IV-27

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi telah ditetapkan, bawah tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas di jalan propinsi pada tahun 2014 ditetapkan mencapai nilai 60 %. Sementara nilai capaian yang dicapai pada tahun 2012 hanya sebesar 0 %, artinya nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 masih 60 %. Untuk mencapai nilai sebesar 60 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan. h. Fasilitas Perlengkapan Jalan Lampu Penerangan

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan perlengkapan jalan yang dapat diletakkan atau dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian mediun jalan) yang digunakan untuk menerangi jalan mapun lingkungan di sekitar jalan yang diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan laying, jembatan dan jalan di bawah tanah. Atau juga dapat disebut lampu penerangan adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optok, elemen elektronik dan struktur penopang serta tiang lampu 24.

Penerangan jalan di kawasan perkotaan mempunyai fungsi antara lain ; a. menghasilkan kekontrasan antara objek dan permukaan jalan, b. sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan, c. menghilangkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan, khususnya pada malam hari, d. mendukung keamanan lingkungan dan e. memberikan keindahan lingkungan jalan 25.

Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Program Propinsi NTT, standar jenis lampu yang digunakan di jalan pada propinsi adalah mengacu pada SNI (Standar Nasional Indonesia) dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Lampu Penerangan di Beberapa Ruas Jalan Propinsi Papua Barat

No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) 1 Jln Yos Sudarso-Jln Basuki Rahmat ( Sorong) 18,32 180 180 - 2 Bts Kota Sorong-Klamodo 30,09 300 70 230 3 Klamodo-Bts Kab

Sorong- Sorong Selatan 60,08 600 34 566

4 Bts Kab Sorong

Selatan- Kambuaya 67,73 670 26 644

5 Kabuaya- Susumak 25,86 250 - 250

6 Susumak-Kumurkeh 12,34 120 - 120

7

Kumurkeh-Ayamasi-Snopy- Bts Kab Sorong 137,81 1.370 242 1.128

8 Snopy Bts Kab Sorong 145 1450 500 950

24 Badan standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 2: 2008 25 Badan Standar Nasional, SNI ( Standar Nasional Indonesia ), ICS 93.080.40, SNI 7391 pada hal 4, 2008

(28)

Laporan Akhir IV-28 No Ruas Jalan Panjang (Km ) Kebutuhan (unit) Terpasang Hingga Tahun 2012 Terpasang (unit) Sisa (unit) Selatan- manokware 9 Prafi-Warmare-Maruni 68,8 680 - 680 10 Maruni- Jln Drs Esau Sesa ( Manokware) 40,12 400 400 - 11 Maruni-Oransbari 54,06 540 - 540 12 Oransbari- Ransiki 39,32 390 - 390 13 Ransiki- Mameh 53,21 530 - 530 14 Mameh- Buntuni 70,56 700 - 700 15 Bomberai- Baham-Hurimber 113,28 1.130 - 1.130 16 Bts Kota Fakfak- Hurimber - Kokas 26,65 260 86 174 TOTAL 869,51 9.570 1.530 8.040

Sumber: Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat, 2013 Ditjen Bina Marga- Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

Dari data kebutuhan dan realisasi perlengkapan Alat Pember Isyarat Lalu Lintas jalan seperti dijelaskan sebelumnya pada beberapa ruas jalan sebanyak enambelas ( 16) , maka nilai capaian persentase perlengkapan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lalulintas di Propionsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus 26

% Fasilitas perlengkapan lampu penerangan;

∑ Fasilitas Lampu Penerangan Yang Terpasang di Jalan Propinsi

= x 100 %

Total Kebutuhan Lampu Penerangan di Jalan Propinsi 1.530 unit

= x 100 % 9.530 unit = 16,05 %

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi tersedianya fasilitas perlengkapan jalan termasuk Lampu Penerangan di jalan propinsi ditetapkan pada tahun 2014 mencapai nilai 60 %. Namun dalam kenyataannya pada tahun 2012 nilai capaian hanya 16,05 %. Artinya, nilai capaian yang harus dicapai hingga tahun 2014 terdapat 43,95 % ( 60 % - 16,05 % = 43,95 % ). Untuk mencapai nilai sebesar 43,95 %, Pemerintah Daerah Propinsi sebaiknya memiliki perhatian dan mengalokasikan dana yang relatif besar, agar dapat mencapai ketertigalan dan di lain pihak lalu lintas angkutan jalan serta kecelakaan dapat terhindar.

26 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan Standar Pelayanan Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah dan Daerah Kabupaten/Kota

(29)

Laporan Akhir IV-29 Gambar 4.14. Kondisi Penerangan Jalan di

Provinsi Papua Barat

4. Keselamatan

Keselamatan dalam hal ini adalah ditekankan pada keselamatan lalu lintas angkutan umum yang melayani trayek antarkota dalam propinsi (AKDP) pada Propinsi Papua Barat. Keselamatan. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan 27. Karena itu, setiap kendaraan yang berlalu lintas diperlukan adanya kelaikan kendaraan.

Keselamatan lalu lintas maksudnya adalah standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek Antar Kota Dalam Propinsi Papua Barat (AKDP). Sementara keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan 28. Karena itu, perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal yang meliputi: a. keamanan; b. keselamatan; c. kenyamanan; d. keterjangkauan; e. kesetaraan; dan f. keteraturan.29. Angkutan adalah perpindahan orang/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum di ruang lalu lintas jalan. Di lain pihak, angkutan umum adalah angkutan orang/atau barang yang menggunakan kendaraan umum dengan dipungut bayaran. Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan30 .

Pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi dilaksanakan dengan ciri-ciri sebagai berikut; a. mempunyai jadwal tetap, trayek tercantum dalam jam perjalanan dan pada kartu pengawasan mobil bus yang dioperasikan. b. pelayanan angkutan dilakukan

27 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota Pada Hal 10

28 Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pada Pasal 1 ayat (31) 29 Ibid

30 Peraturan Menteri Perhubungan No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Halaman 10

(30)

Laporan Akhir IV-30

bersifat cepat atau lambat, c. dilayani dengan mobil bus besar atau sedang, baik untuk pelayanan ekonomi mapun pelayanan non ekonomi, d. tersedia terminal penumang sekurang-kurangnya tipe B, pada awal pemberangkatan, persilangan, dan terminal tujuan, e. prasarana jalan yang dilalui dalam pelayanan angkutan antar kota dalam propinsi tercantum dalam izin trayek yang telah ditetapkan 31.

Di daerah yang sarana transportasinya belum memadai, pengankutan orang dapat dilakukan dengan mobil barang. Pengangkutan orang dengan menggunakan mobil barang, wajib memenuhi persyaratan; a. ruangan muatan dilengkapi dengan dinding yang tingginya sekurang-kurangnya 0,6 m, b. tersedia luas lantai ruang muatan sekurang-kurangnya 0,4 m2 per penumpang, c. memiliki dan membawa surat keterangan mobil barang mengangkut penumpang 32

Kendaraan yang digunakan untuk antar kota dalam propinsi harus dilengkapi; a. nama perusahaan dan nomor urut kendaraan yang dicantumkan, dan belakang kendaraan. b. papan trayek yang memuat asal dan tujuan serta kota yang dilalui dengan dasar putih tulisan hitam yang ditempatkan di bagian depan dan belakang kendaraan. c. jenis trayek yang dilayani ditulis secara jelas dengan huruf balok, melekat pada badan kendaraan sebelah kiri dan kanan dengan tulisan” Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi, e. jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard yang dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan angkutan, f. fasilitas bagasi sesuai kebutuhan, tulisan standar pelayanan, daftar tarif yang berlaku, g. dilengkapi dengan adanya kotak obat dengan isinya, h. alat pemantau untuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraan.33.

Dalam hal pengoperasian angkutan, pengusaha angkutan yang telah memperoleh izin trayek diwajibkan mengutamakan keselamatan dalam pengoperasikan kendaraan sehingga tidak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban jiwa 34 . Untuk memperoleh izin operasi, pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis. Dalam persyaratan teknis tel;ah ditegaskan pemohon diwajibkan memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji 35

Untuk menjamin keselamatan, kelaikan kendaraan untuk operasional harus dipastikan siap pakai. Artinya, semua komponen yang diharuskan diuji secara berkala harus dipastikan sudah terpenuhi. Pelaksanaan uji berkala kendaraan dimaksudkan untuk 36; a. memberikan jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan, b. melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh pengguna kendaraan bermotor di jalan. Beberapa komponen yang

31 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum pada Pasal 19

32 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 3 33 Ibid Pasal 19

34 Ibid Pasal 62 point j 35 Ibid Pasal 67 point c

36 Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor Pada Pasal 2 ayat (1)

(31)

Laporan Akhir IV-31

diharuskan diuji secara berkala adalah sebagai berikut 37; a. uji suspense roda (Pit wheel Suspension Tester ) dan kondisi teknis bagian bawah kendaraan, b. uji rem, c. lampu utama, d. speedometer, e. uji emisi gas buang meliputi; uji karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), dan ketebalan asap gas buang, f. berat kendaraan, g. kincup roda depan (side slip tester), h. suara (sound level meter), i. dimensi kendaraan (lebar, panjang, tinggi dan sumbu roda), j. tekanan udara (kompressor rem, tekanan udara ban), k. kaca film.

Untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan dilengkapi dengan fasiliats tanggap darurat. Fasilitas tanggap darurat dalam hal ini adalah berupa; a. alat pemukul/pemecah kaca (martil), b. alat pemadam kebakaran, c. alat kendali darurat pembuka pintu utama yang dirancang dan ditempatkan sedemikian rupa sekurang-kurangnya dua buah pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor sehingga mudah dioperasikan dari dalam baik oleh awak kendaraan mapun penumpang yang bekerja secara otomatis 38. Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan bermotor angkutan penumpang, wajib dipenuhi dengan persyaratan teknis:

a. Jumlah tempat keluar darurat sekurang-kurangnya 39:

1) Satu tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya tidak lebih dari 26 penumpang

2) Dua tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 27 dan 50 penumpang

3) Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80 penumpang

4) Empat tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya lebih dari 80 penumpang

b. Khusus untuk mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27 penumpang, diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-kanan

c. Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu, jika pada dinding belakang tempat pintu yang lebarnya paling sedikit 430 millimeter

d. Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 milimeter dan apabila memiliki ukuran sekurang-kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan memiliki dua tempat keluar darurat

2) Mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak atau dilepas

3) Sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing

4) Tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau jeruji pelindung

e. Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding samping kanan, harus memenuhi persyaratan:

1) Memiliki lebar sekurang – kurangnya 430 millimeter 2) Mudah dibuka setiap waktu dari dalam

37 Ibid, Pasal 12 ayat (1)

38 Keputusan DSirektur Perhubungan Darat No. SK.1763/AJ.501/DRJD/1003 tentang Petunjuk teknis Tanggap Darurat Kecelakaan Kendaraan Bermotor Angkutan Penumpang pada Pasal 5

(32)

Laporan Akhir IV-32

f. Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan tempat keluar darurat dan tata cara membukanya

g. Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya

h. Kaca mobil bus wajib menggunakan kaca keselamatan (Safety Glass), dengan ketentuan sebagai berikut;

1) Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated

2) Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered Berdasarkan berbagai peraturan seperti telah dijelaskan sebelumnya, selanjutnya akan dijadikan sebagai patokan penilaian dan/atau pengecekan terhadap beberapa AKDP yang ada di Terminal Kota Kupang. Beberapa pendekatan yang dilakukan adalah; a. Melakukan wawancara terhadap Sopir AKDP di Terminal Wossi

Terminal Wossi berada di Kota Manokwari. Terminal ini digunakan sebagai persinggahan dan/ atau naik turun penumpang ke Kabupaten Pengunungan Arfak dan Kabupaten Monokwari Selatan. Sekilas gambar terminal dan jenis armada yang digunakan sebagai AKDP dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.15. Terminal Wossi di Kota Manokwari Gbr. AKDP

Di terminal Wossi dilakukan wawancara terhadap enam (6) Sopir AKDP dan tentang AKDP yang dugunakan. Ternyata dari hasil wawancara, AKDP yang dibawa secara berkala dilakukan uji berkala. Hal ini dibuktikan dengan adanya Buku Uji Kendaraan Bermotor dan Stiker di badan mobil AKDP. Beberapa aspek yang terlihat dalam Buku Uji Kendaraan adalah adanya kata-kata baik pada komponen yang diuji. Lebih jelasnya komponen yang diuji dapat dilihat pada tabel berikut.

(33)

Laporan Akhir IV-33 Tabel 4.11. KelengkapanKomponen Persyaratan Kelaikan AKDP Di Propinsi

Papua Barat

No Komponen Persyaratan Kebaradaan di AKDP

Di Propinsi NTT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Suspensi Roda (Pit Wheel Suspension Tester Rem)

Lampu Utama Speedometer Emisi Gas Buang :

a. a. Uji Karbon Monoksida (CO) b. b. Hidro Karbon (HC)

c. c. Ketebalan Asap Gas Buang d. Berat Kendaraan

e. Kincup Roda Depan (Side Slip Tester) f. Suara (Sound Level Meter)

g. Dimensi Kendaraan (Lebar, Panjang, Tinggi dan Sumbu Roda)

h. Tekanan Udara (Kompressor Rem, Tekanan Udara Ban) i. Kaca Film Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan - memenuhi persyaratan - memenuhi persyaratan - memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Memenuhi persyaratan Sumber: Hasil Wawancara dan pengamatan terhadap 6 orang sipir & 6 kendaraan

Dapat disimpulkan, bahwa AKDP yang ada di Kota Manokwari telah layak operasional. Keharusan melakukan uji kendaraan bermotor secara berkala di Propinsi Papua Barat telah ditetapkan oleh Dinas Perhubungan & Informatika Propinsi Papua Barat. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan berkendaraan bermotor. Di lain pihak, razia terhadap kendaraan dilakukan secara rutin per bulan, dengan maksud agar pemilik AKDP selalu waspada terhadap keselamatan.

b. Melakukan wawancara dengan pihak DLLAJ (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan) Dari hasil wawancara dengan LLAJ yang sedang bertugas di jalan, ternyata petugas LLAJ secara rutin melakukan razia per bulan. Dari hasil uji dan/atau pemeriksaan secara berkala untuk AKDP diharapkan akan terjamin keselamatan bagi para penumpang. Di lain pihak, dari hasil uji kendaraan akan dapat diketahui komponen kendaraan yang perlu diperbaiki atau diganti. Bilamana AKDP tidak melakukan uji berkala secara rutin sesuai dengan ketentuan, AKDP tidak diperkenankan beroperasi, dan tentunya sebelumnya sudah ada beberapa kali surat peringatan. Kelaikan operasional kendaraan merupakan persyaratan utama, apalagi pada daerah yang berbukit, dan naik turun. Sebelumnya, dalam proses pengurusan perizinan ,kelaikan operasional AKDP adalah merupakana salah satu ketentuan yang telah disepakati oleh pengusaha AKDP. Kelaikan kendaraan AKDP pada hakekatnya merupakan keharusan untuk menamin keselamatan operasional yang secara imlisit para penumpang.

c. Melakukan wawancara dengan Dinas Perhubungan dan Infromatika c.q. Bidang Angkutan Darat Propinsi Papua Barat.

Dari hasil wawancara dengan Dinas Perhubungan dan Informatika c.q. Bidang Darat, telah ditegaskan bahwa kelaikan operasional AKDP merupakan keharusan dalam rangka menjamin keselamatan para penumpang. Bilamana berdasarkan

(34)

Laporan Akhir IV-34

hasil pemeriksaan dari petugas LLAJ masih terdapat AKDP yang belum memenuhi kelaikan operasional, maka konsekwensinya izin operasional dapat dicabut. Namun sebelumnya pengusaha angkutan tersebut diberikan surat peringatan dan/atau dipanggil untuk diperingati. Tetapi, harus diakui, pada umumnya kendaraan yang sudah berusia lama atau tua, sering ditemukan kurang taat melakukan uji berkala Karena itulah, secara rutin dilakukan razia dengan masud untuk tetap taat melakukan uji berkala baik yang sudah berumur tua maupun yang relatif masih baru. Berdasarkan informasi dari Dinas Perhubungan Informatika c.g Bidang Perhubungan Darat, jumlah AKDP di Propinsi Papua Barat terdapat 524 unit. Dari jumlah AKDP tersebut, dipastikan secara rutin melakukan uji berkala. Bilamana AKDP tidak melakukan uji berkala akan terlihat di Stiker yang dipasang dalam badan AKDP dan biasanya dihentikan oleh DLLAJ.

Berdasarkan hasil wawancara maka nilai capaian terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek antarkota dalam propinsi (AKDP) pada Propinsi Papua Barat dapat dihitung dengan menggunakan rumus 40;

∑ Angkutan umum AKDP memenuhi standar keselamatan

X 100 %

∑ Total angkutan umum AKDP dalam propinsi 524 unit

= x 100 %

424 unit = 100 %

Bertitik tolak dari Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi, terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum yang melayani trayek antarkota dalam propinsi (AKDP) hingga tahun 2014 ditetapkan 100 %. Hal ini berarti, nilai capaian sudah tercapai pada saat sekarang ini (tahun 2013).

Untuk mencapai nilai 100 % perlu dipertahankan adanya razia secara rutin diberbagai daerah Propinsi Papua Barat, sehingga bagi AKDP di daerah maupun yang perkotaan tetap memiliki kesadaran melakukan uji berkala kelaikan kendaraan yang dalam hal ini AKDP. Di samping, itu perlu dilakukan dan diintensifkan uji kelaikan kendaraan bermotor berjalan. Artinya, petugas uji kendaraan bermotor melakukan uji kendaraan di jalan, tentunya petugas harus membawa peralatan uji kendaraan bermotor. Kegiatan uji kendaraan bermotor di beberapa titik jalan tertentu, harus ada kerjasama antara Balai Uji Kendaraan Bermotor dengan petugas DLAJ. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan efek jera bagi pengusaha AKDP, agar selalu hati-hati dalam keselamatan operasional kendaraan, sehingga secara rutin melakukan uji berkala kendaraan bermotor.

40 Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota

(35)

Laporan Akhir IV-35

Berdasarkan peraturan seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk menjamin keselamatan para penumpang, setiap kendaraan harus dilengkapi dengan fasilitas tanggap darurat. Fasiliats tanggap darurat yang sesuai dengan aturan diperlukan bagi angkutan umum termasuk AKDP kemudian ini dijadikan sebagai acuan untuk mengecek atau melihat apakah AKDP yang ada di Propinsi Papua Barat memiliki fasilitas tanggap darurat dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.12. Keberadaaan Fasilitas Tanggap Darurat di AKDP Propinsi Papua Barat Dalam Tahun 2013

No Fasilitas Tanggap Darurat Sesuai Dengan Peraturan Pada Angkutan Umum

Keberadaan Fasilitas Pada AKDP 1 2 3 4 5 6 7

Alat pemukul/Pemecah Kaca ( Martil ) Alat Pemadam Kebakaran

Alat Kendali Darurat Pembuka Pintu Utama Yang Dirancang dan ditempatkan pada setiap kanan kiri sisi dalam kendaraan bermotor secara otomatis

Kelengkapan fasilitas tanggap darurat standar kendaraan bermotor meliputi:

a.Satu (1) tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya muatannya tidak lebih dari 26 penumpang

b.Dua (2) tempat keluar darurat pada setiap sisi kanan kiri, jika muatannya antara 27 dan 50 penumpang

c.Tiga tempat keluar darurat pada setiap sisi jika muatannya antara 51 dan 80 penumpang d.Empat (4) tempat keluar darurat pada setiap

sisi jika mauatnnya lebih dari 80 penumpang Mobil penumpang yang jumlah muatannya lebih dari 27 penumpang diwajibkan memiliki pintu darurat minimal 2 buah pada sisi kiri-kanan Pada sisi kiri, jumlah tempat keluar dapat dikurangi dengan satu (1), jika pada dinding belakang tempat pintu lebarnya paling sedikit 430 millimeter

Tempat keluar darurat berupa jendela harus memenuhi persyaratan:

a.memiliki ukuran minimum 600 millimeter x 430 millimeter apabila memiliki ukuran sekurang kurangnya 1.200 millimeter x 430 millimeter disamakan dengan memiliki dua (2) tempat keluar darurat

b.mudah dan cepat dapat dibuka atau dirusak dan/atau dilepas

c.sudut-sudut jendela yang berfungsi sebagai tempat keluar darurat tidak runcing

d.tidak dirintangi oleh tongkat-tongkat atau

Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

(36)

Laporan Akhir IV-36 No Fasilitas Tanggap Darurat Sesuai Dengan

Peraturan Pada Angkutan Umum

Keberadaan Fasilitas Pada AKDP 8 9 10 11 jeruji pelindung

Tempat keluar darurat berupa pintu yang dipasang pada dinding kanan, harus memenuhi persyaratan;

a.memiliki lebar sekurang-kurangnya 430 millimeter

b.mudah dibuka setiap waktu dari dalam

Tempat keluar darurat diberi tanda atau petunjuk dengan tulisan yang menjelaskan tempat keluar darurat dan tata membukanya

Tempat duduk di dekat tempat keluar darurat harus mudah dilepas atau dilipat dan diberi warna tempat duduk yang berbeda dari warna tempat duduk lainnya

Kaca mobil wajib menggunakan kaca

keselamatan ( Safety Glass ), dengan ketentuan sebagai berikut:

a.Kaca bagian depan harus memakai jenis Laminated

b.Kaca bagian samping kiri-kanan dan belakang memakai jenis tempered

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada

Sumber: Kumpulan dari berbagai peraturan terkait dengan fasilitas Tanggap darurat Hasil wawancara dan pengamatan pada AKDP

Dari 11 (sebelas) persyaratan yang diharuskan sebagai fasilitas darurat ditetapkan hanya enam (6) AKDP sebagai sampel di Terminal Wosi. Dari hasil pengamatan, yang ada hanya martil dan pemadam kebakaran, serta kaca bagian depan menggunakan laminated serta kaca bagian samping kiri – kanan menggunakan jenis Tempered.

5. Sumber Daya Manusia ( SDM )

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tersedianya SDM yang memiliki kompetensi sebagai pengawas kelaikan kendaraan pada perusahaan angkutan umum, pengelola terminal dan pengelola perlengkapan jalan 41 . Lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tersedianya SDM Yang Memiliki Kompetensi Sebagai Pengawas Kelaikan Kendaraan Pada Perusahaan

Untuk menjamin kelaikan kendaraan setiap hari, dipersyaratkan setiap perusahaan angkutan memiliki SDM yang mempunyai kompetensi memperbaiki kendaraan pada saat kendaraan sampai di pool usai melakukan operasional. Tugas SDM

41 Peraturan Menteri Perhubungan No. 81 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Bidang perhubungan Daerah Propinsi dan Daerah Kabupaten/Kota pada Lampiran hal 2

Gambar

Tabel 4.2. Jaringan Jalan Propinsi Yang Sudah Terlayani AKDP DI Propinsi Papua  Barat Dalam Tahun 2013
Gambar 4.3.  Kondisi perkerasan jalan di Propinsi Papua Barat, 2013
Gambar 4.4.  Kondisi Ruas Perkerasan Jalan Sorong Manokwari
Gambar 4.7.  Kondisi Salah Satu Terminal di Provinsi Papua Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan yang diberi kepada apoteker, farmasis pengelola apoteker atau farmasis pengelola apotek untuk

Pada kajian yang dilakukan oleh Muwaffiq Jufri, 52 terdapat setidaknya dua kelemahan mendasar dari pola pengaturan hak dan kebebasan beragama dalam UUD NRI 1945

Strategi lain yang dilakukan sebagian petani untuk pengelolaan risiko ex ante adalah dengan melakukan penanaman pada beberapa lokasi atau lebih dari satu lokasi (45,3%)

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia serta cahaya pencerah-Nya selama proses penyelesaian tugas akhir ini sehingga skripsi yang

besar yang dimiliki oleh desa ini, karena terdapat beberapa pulau yang masih merupakan tempat obyek wisata yang telah banyak dikunjungi oleh masyarakat Desa

Value proporsition mendeskripsikan nilai apa yang akan diberikan kepada pelanggan, masalah apa yang diselesaikan, kebutuhan mana yang dipuaskan, dan produk atau jasa apa yang

Hal ini memungkinkang sampel dalam jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng dikembangkan dalam pelarut yang telah diketahui mampu memisahkan komponen,

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia, nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga