SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
ARIESCA HESTI WIDYANINGRUM
0712010153 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 11
2.2.2. Manajemen Pemasaran ... 12
2.2.3. Konsep Pemasaran ... 13
2.3. Kualitas Produk... 15
2.3.1. Pengertian Kualitas Produk... 15
2.3.2. Indikator Kualitas Produk ... 18
2.4. Harga ... 19
2.4.1. Pengertian Harga ... 19
2.5. Kemasan ... 22
2.8.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli ... 34
2.8.3. Indikator Minat Beli ... 35
2.9. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Kemasan, Merek, Ketersediaan - Barang, Promosi Terhadap Minat Beli ... 35
2.9.1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli ... 35
2.9.2. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli ... 36
2.9.3. Pengaruh Kemasan Terhadap Minat Beli ... 37
2.9.4. Pengaruh Merek Terhadap Minat Beli ... 38
2.9.5. Pengaruh Promosi Terhadap Minat Beli ... 38
2.10. Kerangka Berfikir ... 40
2.11. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel ... 42
3.2. Teknik Pengukuran Sampel ... 45
3.4.1. Uji Normalitas dan Linieritas ... 49
3.4.2. Evaluasi Outliers ... 50
3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity ... 51
3.4.4. Uji Validitas ... 52
3.4.5. Uji Reabilitas ... 52
3.4.6. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 53
2.4.7. Pengujian Model dengan Two-Step Approach ... 53
3.4.8. Evaluasi Model ... 54
3.4.9. Evaluasi Goodness of Fit ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 61
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 61
4.1.2. Structur Organisasi McDonald’s Rungkut Surabaya ... 62
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 67
4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 67
4.2.2. Derkripsi Kualitas Produk ... 69
4.2.3. Deskripsi Kemasan ... 71
4.2.5. Deskripsi Merek ... 73
4.2.6. Deskripsi Promosi ... 74
4.2.7. Deskripsi Minat Beli ... 76
4.3. Hasil Penelitian ... 77
4.3.1. Uji Reliabilitas ... 77
4.3.2. Uji Validitas ... 79
4.3.3. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 79
4.3.4. Evaluasi Normalitas ... 81
4.3.5. Uji Outlier Multivariate ... 83
4.3.6. Evaluasi Model One-Step Apporoach to SEM ... 83
4.3.7. Uji Kausalitas ... 86
4.4. Pembahasan ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 92
5.2. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Penjualan Selama Bulan April-Desember 2010 ... 4
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 57
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Gender ... 67
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68
Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kualitas Produk 69 Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kemasan ... 71
Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Harga ... 72
Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Merek ... 73
Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Promosi ... 74
Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Menngenai Minat Beli .... 76
Tabel 4.9. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 78
Tabel 4.10. Standardize Factor Loading dan Construct dengan Confirmatory Faktor Analysis ... 79
Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 80
Tabel 4.12. Assesment of Normality ... 82
Tabel 4.13. Residual Statistics (a) ... 83
Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 84
Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Struktur Organisasi ... 66 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural One Step Approach ... 84 Gambar 4.3. Model Pengukuran dan Structural One Step Approach –
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berhat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“Analisis Faktor Yang Menimbulkan Minat Beli Di McDonald’s Rungkut
Surabaya”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak DR. Muhadjir Anwar. MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama masa perkuliahan.
6. Segenap Pimpinan dan Staf McDonald’s Rungkut Surabaya yang telah memberikan bimbingan dan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa, semangat dan dorongan moril.
8. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surabaya, Juni 2011
Analisis Faktor yang Menimbulkan Minat Beli di
McDonald’s Rungkut Surabaya
Ariesca Hesti Widyaningrum
ABSTRAK
Memahami konsumen dan mengembangkan strategis pemasaran yang tepat harus memahami apa yang dipikirkan, dirasakan serta dilakukan oleh konsumen. Minat beli konsumen merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi oleh pemasar. Namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pembeli-pembeli yang memiliki minat terbesar terhadap suatu produk. Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga atau seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor Kualitas Produk, Kemasan, Harga, Merek, dan Promosi terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya.
Populasi yang dituju dalam penelitian ini adalah Konsumen McDonald’s Rungkut Surabaya. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Kualitas Produk, Harga, Merek, dan Promosi tidak berpengaruh dan tidak mampu menciptakan Minat Beli dikarenakan tidak dapat dirasakan oleh konsumen. Sedangkan Kemasan produk McDonald’s yang tahan lama berpengaruh dan mendukung Minat Beli pada McDonald’s Rungkut Surabaya.
Keywords : Faktor Kualitas Produk, Kemasan, Harga, Merek, Promosi,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan perekenomian membawa dampak bagi kehidupan manusia terutama dunia usaha pada saat ini. Disamping itu banyaknya usaha yang bermunculan baik perusahaan kecil maupun besar berdanpak pada persaingan yang ketat antar perusahaan baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Oleh karena itu pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam menghadapi persaingan, pengembangan usaha dan untuk mendapatkan laba, sehingga perusahaan dapat mengembangkan produknya, menetapkan harga, dan mengadakan promosi. Dalam pengembangan suatu usaha dibutuhkan pemasaran yang jitu.
Pemasaran merupakan salah satu unsur dalam kegiatan usaha, terutama makanan siap saji, kebijakan yang diambil dalam pemasaran akan mempengaruhi maju mundurnya usaha tersebut. Karena yang dihadapi saat ini bukan hanya bagaimana pelayanan saja, tetapi yang paling penting adalah beberapa cara pemasaran yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli, menurut Kotler (2000) yang mempunyai peranan yang sangat penting harga ( price ), tempat ( place ), dan promosi (promotion).
konsumen. minat beli konsumen merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi oleh pemasar. Namun faktor-faktor ini sangat berguna untuk mengidentifikasikan pembeli-pembeli yang memiliki minat terbesar terhadap suatu produk.
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat disebabkan oleh rangsangan internal dari kebutuhan normal seseorang, yaitu rasa lapar, dahaga, atau seks meningkat hingga suatu tingkat tertentu dan berubah menjadi dorongan. Atau suatu kebutuhan dapat timbul karena disebabkan rangsangan eksternal.
Untuk mengetahui stimulus yang ditimbulkan dari sebuah promosi efektif, diperlukan pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi seseorang, dalam menerima, mempertimbangkan informasi dan membeli produk yang ditawarkan. Proses minat beli seseorang untuk membeli suatu produk biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mengetahui faktor mana saja yang berpengaruh dan bentuk pengaruh yang diberikan, akan sangat membantu manajemen dalam melakukan evaluasi terhadap strategi pemasaran terutama strategi promosi yang sudah dijalankan, dan kemudian dapat menyusun strategi pemasaran atau strategi promosi yang lebih efektif dari sebelumnya.
mempunyai kompetensi tanpa diskriminasi. Aktivitas tersebut berdampak pada semakin banyak wanita pekerja atau karir yang menghabiskan waktu diluar rumah, sehingga kesulitan dalam menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah tangga termasuk menyediakan makanan bagi keluarga. Kelompok keluarga dengan ekonomi cukup, cenderung memilih makan diluar rumah dengan memilih tempat restoran atau cafe, selain cita rasanya lebih enak juga banyak sekali aneka menu yang ditawarkan, serta suasana yang menyenangkan. Surabaya sebagai kota metropolitan memiliki fasilitas untuk kondisi seperti yang disebutkan diatas. Bisnis makanan di Surabaya masih memberikan peluang bagi para pengusaha restoran.
Persaingan bisnis juga terjadi pada bidang usaha restoran siap saji (waralaba). Persaingan bisnis dalam bidang waralaba tersebut dalam beberapa tahun terakhir begitu ketat. McDonald’s Rungkut Surabaya salah satu anak cabang dari restoran siap saji juga harus dapat menarik konsumen untuk datang serta menjadi pelanggan.
terhadap kemampuan suatu restoran dalam menarik konsumennya untuk makan dan minum di suatu restoran.
Melihat dari sisi penjualan selama beberapa bulan berturut - turut pada tahun 2010,
Tabel 1.1. Penjualan Selama Bulan April-Desember 2010
Bulan Rencana Realisasi Selisih
April 600,000,000 922,598,271 28,418
Mei 1,235,170,5 1,301,800,02 43,217
Juni 1,258,645,5 1,099,455,96 37,199
Juli 1,250,584,9 981,665,526 33,364
Agustus 1,164,792,8 882,184,468 30,515
September 1,559,121,2 1,132,133,50 36,670
Oktober 1,178,126,5 892,731,452 32,972
November 1,168,040,0 906,243,000 31,763
Desember 1,385,518,2 1,053,298,28 32,622
Sumber : data McDonald’s Rungkut Surabaya
penjualan (sales) sebesar 1,053,298,28 Secara garis besar penjualan (sales) McDonald’s Rungkut Surabaya mengalami kenaikan dan penurunan secara fluktuatif. Hal ini disebabkan menurunnya konsumen karena persaingan yang semakin tinggi dengan pesaing lainnya, dalam hal harga dan kualitas produk, serta keadaan perekonomian konsumen yang semakin sulit. Oleh karena itu untuk mempertahankan minat dan kepuasan konsumen pada produk McDonald’s Rungkut Surabaya, pihak manajemen sangat memperhatikan adanya faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen terutama dalam hal kepuasan mengkonsumsi produk McDonad’s Rungkut Surabaya.
Kualitas produk akan memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi konsumen, sedangkan harga akan menjadi salah satu pilihan konsumen untuk menggunakan produk tersebut. Produk dengan harga yang lebih murah, fasilitas yang mudah didapatkan dan murah akan lebih diminati masyarakat (Husein Umar, 2002:37). Perusahaan yang mampu meluncurkan produk dengan kualitas yang baik maka akan meningkatkan minat beli konsumen. Apalagi perusahaan itu telah dikenal oleh masyarakat, dimana brand image konsumen terhadap perusahaan tersebut cukup baik. Demikian halnya dengan semakin murah produk yang diluncurkan oleh perusahaan yang telah mendapat brand image tersebut, maka minat beli konsumen juga akan mengalami peningkatan (Kotler, 2001:320).
yang dihasilkan dari informasi harga ini dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Untuk pembelian beberapa produk tertentu konsumen dapat melakukan beberapa perbandingan harga antara merek yang ada dengan nilai yang diperoleh. (Astuti, 2009 : 43)
Konsumen merasa bangga membeli barang dengan pembungkus bergengsi, mereka mau membayar lebih mahal hanya untuk pembungkus yang beda dengan yang lain. Produsen merasa terangkat citranya dengan pembungkus dan yang makin populer. Tujuan pengemasan oleh perusahaan yaitu agar informasi yang ada dalam pembungkus terbaca oleh konsumen, ini sudah merupakan iklan gratis bagi perusahaan. Selanjutnya kreativitas menciptakan pembungkus dengan desain mutakhir merupakan peluang berinovasi bagi para desainer (Kotler, 2001 : 310)
Aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa (Kotler 2006). Promosi dapat membawa keuntungan baik bagi produsen maupun konsumen. Keuntungan bagi
konsumen ialah konsumen dapat mengatur pengeluarannya menjadi lebih baik,
misalnya konsumen yang membaca iklan, ia dapat membeli barang/produk yang
lebih murah. Keuntungan bagi produsen ialah promosi dapat menghindarkan
persaingan berdasarkan harga, konsumen membeli barang/produk karena tertarik
akan mereknya. Promosi menimbulkan goodwill terhadap merek. Promosi bukan
saja meningkatkan penjualan tapi juga dapat menstabilkan produksi (Buchari
2004).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan diteliti lebih lanjut adanya faktor-faktor yang menjadi pertimbangan minat beli dalam mengkonsumsi produk yang ada pada restoran McDonald’s Rungkut Surabaya dengan judul penelitian “Analisis Faktor yang Menimbulkan Minat Beli di McDonald’s di Rungkut Surabaya.”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tesebut di atas, maka rumusan permasalahaan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Apakah Faktor Kualitas berpengaruh terhadap Minat Beli di McDonald’s
Rungkut Surabaya?
3. Apakah Faktor Kemasan berpengaruh terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya?
4. Apakah Faktor Merek berpengaruh terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya?
5. Apakah Faktor Promosi berpengaruh terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Kualitas terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya.
2. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Harga terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Kemasan terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya.
4. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Merek terhadap Minat Beli di McDonald’s Rungkut Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu antara lain ;
1. Bagi perusahaan
Dapat memberikan tambahan informasi untuk mengambil kebijakan strategi pemasaran agar pemasaran bisa bersaing dengan perusahaan sejenis.
2. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.
3. Bagi Pengambangan Ilmu Pengetahuan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat dipakai sebagai masukan bagi penelitian
ini adalah :
1. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ujianto Abdurahman pada tahun
2004 yang berjudul “Analisa Faktor-faktor yang Menimbulkan
Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung (Studi Perilaku
Konsumen Sarung Jawa Timur)”. Tujuan dari penelitian yang dilakukan
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh
konsumen untuk membeli produk sarung. Metode statistik yang
digunakan adalah analisa faktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen untuk membeli sarung
adalah kualitas, merek, kemasan, harga, ketersediaan barang, dan acuan.
Dari keseluruhan faktor tersebut, kualitas dan acuan merupakan faktor
yang paling dominan.
2. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Lia Natalia tahun 2010 yang
berjudul “Analisis Faktor Persepsi Yang Mempengaruhi Minat
Konsumen Untuk Berbelanja Pada Giant Hypermarket Bekasi”.
kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan
dalam berbelanja dan promosi secara bersama maupun secara parsial
terhadap minat konsumen untuk berbelanja dan untuk menganalisis
variabel manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi minat
konsumen untuk berbelanja. Populasi penelitian adalah para
pengunjung Giant Hypermarkaet yang berada di Kota Bekasi Barat.
Sampel penelitian sebanyak 100 responden. Prosedur pencarian
responden dilakukan berdasarkan accidential sampling. Data penelitian
merupakan data primer, dengan kuesioner sebagai instrument
penelitian, yang kemudian diolah dengan perhitungan SPSS. Metode
analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel lokasi,
kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan
berbelanja dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk
berbelanja. Secara parsial variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas
produk, harga dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen
untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan tidak
berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Sedangkan
variabel yang paling dominan terhadap minat konsumen untuk
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Adapun definisi pemasaran dikemukakan para ahli-ahli ekonomi
adalah sebagai berikut :
Menurut Kotler (2000:9), pemasaran adalah suatu proses sosial
yang didalamnya individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok
yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup untuk berkembang dan mendapatkan laba. Arti pemasaran sering
dikacaukan dengan pengertian-pengertian seperti penjualan, perdagangan,
dan distribusi. Padahal istilah-istilah tersebut hanya merupakan bagian dari
kegiatan pemasaran secara keseluruhan. Kegiatan pemasaran perusahaan
harus dapat juga memberikan kepuasan kepada konsumen mempunyai
pandangan yang baik terhadap perusahaan.
Sehingga sejak orang mengenal kegiatan pemasaran, telah dapat
definisi-definisi pemasaran yang dikemukakan. Definisi-definisi tersebut
mula-mula menitik beratkan pada barang, kemudian pada
2.2.2 Manajemen Pemasaran
Kotler (1997 : 13) mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai
proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi
serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.
Hal diatas sangat tergantung pada penawaran organisasi dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang bertujuan
menghasilkan kepuasan-kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat. Titik
berat manajemen pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar tersebut serta menentukan harga, mengadakan komunikasi dan
distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani
pasar.
Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses
yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang
mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dan
dengan tujuan menghasilkan keputusan bagi pihak-pihak.
Jadi, manajemen pemasaran dirumuskan sebagai suatu proses
manajemen yang meliputi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan.
Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan, baik
yang menyangkut barang dan jasa, atau benda lain yang dapat memenuhi
ditimbulkan baik oleh penjual maupun pembeli yang menguntungkan
kedua belah pihak.
2.2.3 Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2001 : 23), konsep pemasaran
menyatakan falsafah manajemen pemasaran mengatakan bahwa, untuk
mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan
keinginan pasar (target market) dan memuaskan pelanggan secara lebih
efektif dan efisien dari pada yang dilakukan pesaing.
Menurut Swastha (2001 : 18) ada tiga faktor penting yang dipakai
sebagai dasar konsep pemasaran yaitu :
1. Orientasi pada konsumen
Perusahaan yang benar-benar ingin mendapatkan konsumen harus :
a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan melayani dan
dipenuhi.
b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran
penjualan.
c. Menentukan produk dan program pemasarannya.
menafsirkan keinginan, sikap serta perilaku konsumen.
e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apabila
menitik beratkan pada mutu yang tinggi harga murah atau model
yang menarik.
2. Koordinasi dan Integrasi dalam perusahaan
Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal,
semua elemen-elemen pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan
diintegerasikan. Disamping itu juga harus dihindari adanya
pertentangan didalam perusahaan maupun antara perusahaan dengan
pasarnya. Semua bagian yang ada dalam perusahaan harus menyadari
bahwa tindakan mereka sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan
dalam menciptakan dan mempertahankan langganan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan setiap
bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam satu usaha
terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan
perusahaan dapat terealisir.
3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen
Tujuan menggunakan konsep pemasaran ini adalah untuk
memperbaiki hubungan konsumen karena hubungan yang lebih baik
sangat menguntungkan bagi perusahaan, dan dapat meningkatkan laba.
menggunakan kemampuan yang lebih besar dapat memberikan tingkat
kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat memperkuat
kondisi perekonomian secara keseluruhan. Laba itu sendiri merupakan
pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan
kepuasan pada konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut,
perusahaan dapat menyediakan atau menjual barang dan jasa yang baik
dengan harga yang layak.
2.3 Kualitas Produk
2.3.1 Pengertian Kualitas Produk
Produk di definisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan ke
dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi
sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2006). Di
dalam mengembangkan sebuah produk, produsen harus menentukan mutu
yang akan mendukung posisi produk itu di pasaran. Mutu dapat
didefinisikan sebagai memberikan yang lebih besar atau lebih unggul
dalam suatu produk sebagai pembanding dengan alternatif bersaing dari
pandangan pasar.
(Sethi, 2001). Mutu juga merupakan konsep sentral dalam strategi
pemasaran karena dapat membangun kepuasan konsumen. Beberapa
beranggapan bahwa mutu merupakan faktor penting yang mempengaruhi
Budiyono & Bernard 2004). Menurut Chang dan Wildt (1996) dalam
Perlusz, Gattiker, dan Pedersen (2000), mutu merupakan konsep
multidimensi yang kompleks dan dapat berupa elemen material yang tidak
dapat secara mudah dievaluasi oleh konsumen.
Kualitas produk atau mutu produk sering diartikan sebagai
komposisi teknis dari suatu produk, Kotler (1997 : 49) mutu adalah
keseluruhan ciri serta serta sifat dari produk atau layanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau kebutuhan tersirat. Ada hubungan kuat antara mutu,
layanan dengan kepuasan konsumen dan profitabilitas. Semakin tinggi
tingkat mutu menyebabkan semakin tingginya kepuasan konsumen, mutu
produk merupakan hal yang perlu mendapat perhatian utama dari
perusahaan atau produsen mengingat suatu produk berkaitan erat dengan
masalah kepuasan konsumen yang merupakan tujuan dari kegiatan
pemasaran yang dilakukan untuk mencapai posisi produk. Mutu
menyatakan tingkat kemampuan fungsinya yang diharapkan.
Berdasarkan kedua pengertian diatas, maka kualitas produk tidak
hanya ditentukan oleh spesifikasi yang tampak pada produk tersebut,
melainkan ditentukan oleh persepsi konsumen. Jadi kualitas produk tidak
hanya berdasarkan dari sudut pandang produsen saja, tetapi juga dari sudut
pandang konsumen sebab suatu produk dikatakan berkualitas menurut
konsumen apabila memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan
dan Duncan (1993 : 352) yaitu : “From producer’s perspective, the degree
to which finished product meet specifications, from customer’s
perspective, the degree to which product match needs and wants including
price”.
Dimensi dari pada kualitas produk diuraikan oleh Tjiptono
(2008:68) yaitu sebagai berikut :
1. Performance yaitu kualitas produk yang menggambarkan keadaan
yang sebenarnya atau pelayanan yang diberikan oleh suatu produk
dengan cara benar.
2. Feature yaitu kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki oleh suatu
produk.
3. Reliability and durability yaitu kehandalan suatu produk dan tahan
lama produk tersebut sehingga tidak perlu terlalu sering melakukan
perbaikan.
4. Estetika yaitu penampilan, corak, daya tarik yang menjadi aspek
penting dalam kualitas.
5. Perceived yaitu kesan konsumen terhadap suatu produk terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya menyangkut citra dan reputasi
produk.
menentukan kualitas produk dan kepuasan konsumennya. Pada dasarnya
ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan kepuasan
konsumen.
2.3.2 Indikator Kualitas Produk
Kualitas produk yang didefinisikan menurut Mowen dan Minor
(2002:91) adalah sebagai evaluasi menyuruh pelanggan atas kebaikan
kinerja barang dan jasa, dengan indikator :
a. Kinerja : Menyetujui makanan yang telah disiapkan karena sesuai
dengan standart rasa dan suhu.
b. Keandalan : Konsistensi sebagai restoran yang berkualitas tinggi
c. Daya tahan : Umur produk
d. Estetika : Suasana restoran, sajian enak dipandang mata, penampilan
fisik dari pegawai menarik.
e. Kewajaran merek : Sejauh mana merek restoran sebagai hasil
kepercayaan konsumen bahwa merek tersebut rendah/tinggi
2.4. Harga
2.4.1. Pengertian Harga
Kotler (2006) mengatakan bahwa terdapat enam usaha utama yang
dapat diraih suatu perusahaan melalui harga, yaitu : bertahan (survival),
maksimalisasi pertumbuhan penjualan, unggul dalam pangsa pasar dan
unggul dalam mutu produk. Faktor terpenting dari harga sebenarnya bukan
harga itu sendiri (objective price), akan tetapi harga subyektif, yaitu harga
yang dipersepsikan oleh konsumen. Apabila konsumen mempresentasikan
produk A harganya tinggi atau mahal, maka ini akan berpengaruh positif
terhadap “perceived quality dan perceived sacrifice”, artinya konsumen
mungkin memandang produk A adalah produk berkualitas, oleh karena itu
wajar apabila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal. Perceived
price yaitu sesuatu yang di korbankan oleh konsumen untuk mendapatkan
suau produk (Zeithmal : 1988).
Menurut Kotler dan Amstrong (1997 : 340) mengemukakan harga
adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk dan jasa, jumlah
nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat, memiliki atau
menggunakan produk dan jasa.
Sedangkan menurut Boge Triatmanto (2003 : 138) harga adalah
nilai yang disebutkan dalam rupiah. Merupakan tanggapan yang diberikan
konsumen terhadap harga produk barang, potongan harga, dan perbedaan
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk,
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk tersebut. (Kotler dan Amstrong,
2001:439) Secara tidak langsung harga dapat mempengaruhi biaya, karena
kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam
kaitannya dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga
mempengaruhi pendapatan total dan biaya total, maka keputusan strategi
dan penetapan harga memegang peranan penting dalam setiap perusahaan.
(Tjiptono,1997:151). Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga
sering kali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut
dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai rasio antara manfaat yang
dirasakan terhadap harga.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga
tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya
akan meningkat pula. Demikian pula sebaliknya pada tingkat harga
tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan meningkat seiring dengan
meningkatnya manfaat yang dirasakan. Seringkali pula dalam penentuan
nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu
barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan
barang atau jasa subtitusi. (Fandi Tjiptono, 1997 : 151-152)
Jadi kesimpulan harga yaitu nilai yang diberikan pada suatu barang
telah dinominalkan dengan uang sebagai penukaran produk. Penetapan
harga harus diarahkan demi tercapainya tujuan. Sasaran penetapan harga
dibagi menjadi tiga (William J Stanton 1984:31)
1. Berorientasi pada laba untuk :
a. Mencapai target laba investasi atau laba penjualan perusahaan.
b. Memaksimalkan laba
2. Berorientasi pada penjualan untuk :
a. Meningkatkan penjualan
b. Mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar.
2.4.2. Indikator Harga
Harga adalah nominal rupiah atau uang yang diberikan konsumen
kepada produsen atau dikeluarkan untuk membeli produk McDonald’s
Rungkut Surabaya. (Boge Triatmanto, 2003 : 138), dengan indikator :
a. Kualitas produk
b. Harga yang ditawarkan
c. Potongan harga (paket hemat)
2.5. Kemasan
2.5.1. Pengertian Kemasan
Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang tidak hanya
berfungsi sebagai pelindung produk selama dalam pengangkutan dan
penyimpanan saja (Kotler 2000). Pengemasan adalah kegiatan-kegiatan
umum dalam perencanaan barang yang melibatkan penentuan desain atau
pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu barang. Berdaskan
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengemasan adalah
kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan
penentuan desain atau pembuatan bungkus atau kemasan yang tidak hanya
berfungsi sebagai pelindung produk selama dalam pengangkutan dan
penyimpanan saja.
Disamping pembungkus mengutamakan keamanan produk bagi
konsumen, maka bagi para produsen pengemasan memiliki tujuan.
Menurut Fandy Tjiptono (1997 : 106), tujuan menggunakan kemasan
antara lain meliputi:
a. Sebagai pelindung isi (protection) misalnya dari kerusakan, kehilangan,
berkurangnya kadar/isi, dan sebagainya.
misalnya supaya tidak tumpah, sebagai alat pemegang, mudah
menyemprotkannya, dan lain-lain.
c. Bermanfaat dalam pemakaian ulang (reusable) misalnya untuk diisi
kembali, atau untuk wadah lain.
d. Memberikan daya tarik (promotion) yaitu aspek artistik, warna, bentuk,
maupun desainnya.
e. Sebagai identitas (image) produk, misalnya berkesan kokoh, lembut,
atau mewah.
f. Distribusi (shiping) misalnya mudah disusun, dihitung, dan ditangani.
g. Informasi (Labelling) yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas.
h. Sebagai cerminan inofasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi
dan daur ulang.
Kesimpulan yang diambil dari variabel kemasan yaitu bahwa
pada zaman yang modern seperti ini, banyak muncul berbagai toko-toko
swalayan, konsumen semakin terdidik, maka pembungkus sangat berperan
sebagai alat pemasaran. Dipasar swalayan konsumen bisa membaca sendiri
segala bentuk informasi yang tertera pada pembungkus tersebut.
Konsumen merasa bangga membeli barang dengan pembungkus
yang beda dengan yang lain. Produsen merasa terangkat citrannya dengan
pembungkus dan yang makin populer. Tujuan pengemasan oleh
perusahaan yaitu agar informasi yang ada dalam pembungkus terbaca oleh
konsumen. ini sudah merupakan iklan gratis bagi perusahaan. Selanjutnya
kreativitas menciptakan pembungkus dengan desain mutakhir merupakan
merupakan peluang berinovasi bagi para desainer.
2.5.2. Indikator Kemasan
Merupakan atribut McDonald’s berupa pembungkus dari produk
utamanya, dengan indikator (Ujianto, 2004 : 40) :
a. Memilih bentuk dan desain kemasannya indah (X2.1)
b. Memilih bahan kemasan yang tahan lama (X2.2)
c. Kemasan yang dapat dimanfaatkan (X2.3)
2.6. Merek
2.6.1. Pengertian Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, syimbol/lambang, desain,
warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang
diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk
secara konsisten untuk menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan
jasa tertentu kepada pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan
jaminan tambahan berupa jaminan kualitas. (Tjiptono,1997:104)
Merek yaitu istilah kombinasi nama atau rancangan kombinasi dari
hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau
jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari
produk pesaing. (Kotler, 1998 : 63) Kesimpulan yang diambil dari merek
yaitu suatu bentuk kata yang diberikan pada suatu produk yang dibuat
yang bertujuan untuk memudahkan barang tersebut dikenal dan sebagai
ciri atau pembeda yang dapat berupa gambar atau yang lainnya merek
memegang peranan penting dalam pemasaran. Ada perbedaan yang cukup
besar antara produk dan merek, produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan
pabrik. Sedangkan merek merupakan sesuatu yang dibeli konsumen. Bila
produk bisa dengan mudah ditiru pesaing maka merek selalu memiliki
keunikan yang relatif sukar dijiplak. Merek berkaitan erat dengan persepsi,
sehingga sesungguhnya persaingan yang terjadi antara perusahaan adalah
pertarungan persepsi dan bukan hanya persaingan produk.
(Tjiptono,1997:105)
Kesimpulan dari teori-teori diatas yaitu pemberian merek
membantu pembeli dalam beberapa hal. Nama merek membantu
konsumen untuk mengidentifikasi produk yang mungkin menguntungkan
mereka. Mereka juga menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas
merek yang sama mengetahui bahwa mereka akan mendapatkan fitur,
manfaat dan kualitas yang sama setiap kalinya. Karena itu kunci sukses
suatu bisnis adalah memiliki atribut yang memiliki keunggulan bersaing
agar sulit bisa ditiru oleh pesaing, diantaranya merek, karena itu
perusahaan yang memiliki merek yang kuat dapat lebih mudah merebut
peluang bisnis yang ada dibandingkan perusahaan yang tidak memilikinya.
2.6.2. Indikator Merek
Merupakan atribut yang memberikan manfaat non materiil, yaitu
kepuasan emosional (Ujianto, 2004: 40), dengan indikator :
a. Mempertimbangkan Merek
b. Memilih Merek Tertentu
c. Memilih Merek Terkenal
2.7. Promosi
2.7.1. Pengertian Promosi
Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diukur untuk merangsang pembelian produk
dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi promosi (sethi, 2001). Bauran
tersendiri pada pikiran konsumen sehingga penilaian konsumen terhadap
promosi produk secara langsung maupun tidak langsung akan menciptakan
image terhadap suatu produk.
Aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan
berbagai upaya intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba
atau membeli suatu produk atau jasa (Kotler 2006). Seluruh kegiatan promosi
bertujuan untuk mempengaruhi perilaku pembelian, tetapi tujuan promosi
yang utama adalah memberitahukan, membujuk dan mengingatkan. Dalam
penelitian Kopalle dan Lehman (1995) tentang pengaruh promosi terhadap
kesuksesan produk baru, dinyatakan bahwa pengaruh promosi dapat menarik
minat beli konsumen.
Ada berapa teknik promosi yaitu : Personal Selling, Advertising,
Publicity and Public Relation, Word of Mouth, dan Sales Promotion
(Fridgen, 1996). Berikut ini penulis akan memberikan uraian tentang tiap-tiap
teknik promosi :
1. Personal Selling
Definisi Personal Selling menurut Fridgen (1996:267) adalah : “to buy
Personal Selling refers So face interactions designed to persuade a
customer a product or service”. Bila diterjemahkan secara bebas, maka
yang dimaksud dengan Personal Selling adalah suatu kegiatan yang lebih
banyak mangacu kepada interaksi tatap muka yang bertujuan untuk
atau jasa dengan cara yang sangat halus. Selain bertujuan untuk
mempengaruhi konsumen, Personal Selling juga bertujuan untuk menjalin
suatu hubungan antara sales person dengan konsumen. Hal ini bisa juga
disebut dengan Personal Touch, karena konsumen yang diberi personal
touch akan lebih merasa tersanjung karena mereka diperhatikan. Maka dari
itu para sales person harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik
dan juga pengetahuan yang luas, baik mengenai produk dan jasa yang akan
dijual maupun tentang pengetahuan-pengetahuan di luar hal tersebut,
sehingga pihak konsumen akan senang dan akhirnya akan antusias dalam
menanggapi para sales person.
2. Advertising
Advertising atau periklanan merupakan suatu aktivitas yang sangatlah
penting dilakukan oleh para pelaku bisnis hiburan pub & cafe untuk
mempertahankan keberadaannya. Secara mendasar kegiatan periklanan
dirumuskan sebagai pesan yang bersifat informatif yaitu memberikan
informasi tentang adanya penawaran suatu barang atau jasa kepada
masyarakat dan bersifat persuasif yaitu membujuk atau mempengaruhi
masyarakat supaya membeli barang atau jasa tersebut. Menurut teori
Keegan, Moriarty, dan Duncan (1993 : 546) yang menyatakan bahwa
“Another function of advertising is to announce the activity or offer and
intensify, excitement about it”. Hal ini berarti: “bahwa iklan mendukung
kegiatan atau memberikan tawaran dan membuat lebih hebat tentang
produk tersebut.”
3. Publicity dan Public Relation
Publicity atau publisitas adalah kegiatan menciptakan iklim pasar dan
menawarkan citra yang positif bagi konsumen sehingga tertarik untuk
membelinya (bahan kuliah Pemasaran dan Promosi Pariwisata dari R.
Indiarto Drg). Jenis-jenis kegiatan publisitas antara lain:
a. Pulisitas Langsung, misalnya melalui penyebaran brosur, mengadakan
acara khusus.
b. Publisitas Tidak Langsung, misalnya melalui pemberitaan, artikel,
wawancara dalam media pers, radio, dan televisi.
Sedangkan Public Relation atau hubungan masyarakat merupakan
seni membangkitkan dan mengelola publik lewat berita dan media
informasi. Kedua kegiatan ini sama – sama mempengaruhi opini publik
terhadapsuatu produk dengan cara :
a. Menjalin hubungan dengan pers
b. Menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan
perusahaan-perusahaan.
berkomunikasi secara verbal.
d. Memberikan informasi yang tepat, efektif, dan persuasive.
4. Word of Mouth
Definisi Word of Mouth menurut Fridgen (1996:270): “Word of Mouth
promotion describes people talking to each other about their experiences
us consumers”. Yang dimaksud dengan Word of Mouth adalah promosi
yang dilakukan melalui pembicaraan dari milut ke mulur dengan cara
menceritakan pengalaman atau keunggulan dari suatu produk. Promosi
melalui mulut ke mulut yang dilakukan oleh teman atau kerabat ini
kredibilitasnya tinggi, jadi lebih bersifat persuasif atau mempengaruhi dari
pada promosi melalui iklan. Karena jelas orang lebih mempercayai
temannya yang telah mencoba produk tersebut dari pada hanya janji-janji
yang tersirat di dalam sebuah iklan. Hal ini menjadikan Word of Mouth
Promotion sebagai salah satu kegiatan promosi yang juga sangat penting
untuk diperhatikan.
5. Sales Promotion
Definisi Sales Promotion menurut Keegan, Moriarty, dan Duncan
(1993:594) adalah: “Any consumer or trade program that adds tangible
value to the brand during a certain time period in order to stimulate trial,
increasing consumer demands, or increase product available”. Bila
diterjemahkan secara bebas memiliki arti suatu kegiatan dalam program
pembelian dan guna meningkatkan permintaan atas suatu produk dalam
jangka waktu tertentu dengan cara menambahkan suatu nilai yang berupa
suatu bentuk. Yang dimaksud dengan menambahkan suatu nilai yang
berupa suatu bentuk misalnya dengan:
a. Memberikan pengurangan harga atau kupon diskon.
b. Mengadakan undian berhadiah.
c. Memberikan bonus berupa suatu produk atau servis.
2.8.2. Tujuan Promosi
Tujuan promosi menurut Alma ( 2004 : 181 )”tujuan utama
promosi adalah memberi informasi, menarik perhatian dan selanjutnya
memberi pengaruh meningkatnya penjualan.
Sedangkan tujuan promosi menurut Dharmesta ( 2002 : 353 ),
dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Modifikasi Tingkah Laku.
Artinya ditinjau dari segi promosi yang berusaha merubah tingkah laku
dan pendapat seseorang dengan jalan mempengaruhi dan membujuk
2. Memberitahu.
Diarahkan untuk memberitahukan sebagai hal tentang barang atau jasa
yang ditawarkan, termasuk juga tentang perusahaan dan bauran
pemasaran.
3. Membujuk.
Dalam hal ini promosi penjualan dirahkan untuk mempengaruhi agar
konsumen tertarik untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan,
disamping itu juga diarahkan untuk dapat merubah sikap dengan
mempengaruhi tingkah laku pembeli dengan memberikan informasi
yang konveratif.
4. Mengingatkan.
Diarahkan untuk meningkatkan kembali konsumen guna
mempertahankan merek produk dihati masyarakat dan perlu dilakukan
selama tahap kedewasaan didalam siklus kehidupan produk.
2.7.3. Indikator Promosi
Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diukur untuk merangsang pembelian produk
dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi promosi (sethi, 2001), adapun
a. Media promosi .
b. Frekuensi promosi.
2.8. Minat Beli
2.8.1. Pengertian Minat Beli
Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar
pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan
seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Minat beli merupakan keinginan yang direncanakan sepenuhnya
oleh konsumen untuk melakukan pembelian nyata. Secara singkat dapat
diartikan sebagai rencana pembelian.
Menurut Howard (1994:41), minat beli merupakan suatu tahapan
dalam batin konsumen yang mencerminkan rencana untuk melakukan suatu
pembelian suatu jenis produk, dengan merek dan jangka waktu tertentu.
Dari definisi diatas terlihat bahwa walaupun dalam kehidupannya,
konsumen banyak menerima informasi yang berasal dari sumber lain yang
dapat mempengaruhi mereka, hal ini hanya akan bermanfaat apabila
konsumen juga berniat pada produk yang ditawarkan.
Minat beli merupakan hal yang penting dalam pemahaman
salah satu tahap dalam perilaku pembeli. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa minat beli merupakan faktor penting untuk proses perilaku
pembelian secara keputusan konsumen untuk membeli sesuatu yang
dipengaruhi banyak faktor.
Menurut Kotler (2000:174) minat beli adalah pikiran seseorang
yang mengandung niat untuk membeli produk tertentu. Sedangkan menurut
Guilford (1999:20) minat beli adalah kecenderungan tingkah laku seseorang
karena rasa tertarik oleh sekelompok aktifitas tertentu. Rasa tertarik ini
menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan mencari atau berusaha
mendapatkan objek yang sesuai dengan minatnya. Jelas bahwa daya tarik
sangat berperan dalam usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan karena
di dalam minat terkandung unsur perhatian, sehingga kemauan yang
terdapat dalam minat itu bukan kemauan yang dipaksa, akan tetapi
merupakan kemauan yang disertai perasaan senang.
Minat beli menurut Hadipranata (1999:22) diartikan sebagai
dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang mampu membuat
individu melakukan tindakan pembelian, minat beli timbul karena adanya
kebutuhan dan keinginan pribadi, tuntutan masyarakat, pengaruh-pengaruh
dari iklan serta pikiran dan perasaan terhadap produk tersebut.
Dari pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
minat beli adalah pikiran seseorang yang merupakan dorongan yang
perhatian terhadap suatu barang atau jasa karena dia merasa bahwa barang
atau jasa tersebut mempunyai sangkut paut dengan dirinya.
Dengan kata lain, minat beli dapat timbul dari
kebutuhan-kebutuhan pribadi (individual needs) dan tuntutan masyarakat (social
demands) serta dari pikiran dan perasaan terhadap barang atau jasa yang
diinginkan (timbul dari dalam diri individu tersebut atau dapat juga berasal
dari luar dirinya).
2.8.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Beli
Minat beli konsumen dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat
menjadi pemicu timbulnya minat beli. Rangsangan-rangsangan
diupayakan pemasar untuk membuat produk yang menarik dengan tujuan
untuk menarik konsumen, karena itu seorang pemasar harus menyediakan
sesuatu yang khusus sebagai stimulasi yang menarik perhatian konsumen.
Menurut Setiadi (2003:161) stimuli pemasaran adalah setiap
komunikasi atau stimuli fisik yang didesain untuk mempengaruhi
konsumen produk dan komponennya (seperti kemasan, isi, ciri-ciri fisik)
adalah stimuli utama (primary atau intrinsic stimulus) sedangkan stimuli
tambahan (secondary stimuli) merepresentasikan produk seperti kata-kata,
gambar dan symbol atau melalui stimuli lain yang diasosiasikan dengan
produk seperti harga, toko, tempat produk dijual dan pengaruh sales.
Stimuli-stimuli pemasaran tersebut yang diciptakan oleh para pemasar dari
a. Harga
Dengan mengetahui harga dari suatu produk maka konsumen dapat
memperoleh produk yang mereka butuhkan. Secara umun, harga yang
lebih tinggi kurang mempunyai kemungkinan untuk dibeli oleh
konsumen. Menurut Setiadi (2003:126) menerangkan bahwa konsumen
mungkin membeli merek tertentu karena harga murah dan ketika
harganya naik, konsumen akan beralih ke merek lain jelas bahwa harga
sangat berpengaruh pada niat beli konsumen.
b. Kualitas
Menurut Setiadi (2003:187) kualitas adalah faktor yang penting
berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan merek dan
dalam mengkonsumsi produkpun konsumen akan mempertimbangkan
benefit atau manfaat yang diperolehnya. Oleh karena itu kualitas
produk (instrument conditioning) sangat menentukan apakah konsumen
akan memberikan respon positif atau negatif. Respon positif akan
terjadi ketika konsumen merasa puas akibatnya probabilitas konsumen
melakukan pembelian ulang semakin tinggi.
2.8.3. Indikator Minat Beli
Merupakan tahap perencanaan sebelum seorang pembeli membeli
melakukan tindakan. Menurut Augusty Ferdinand (2006:242).
1. Intensitas pencarian informasi
2. Keinginan segera membeli
3. Keinginan preferensial
2.9. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Kemasan, Merk, Ketersediaan
Barang, Dan Intensitas Promosi Terhadap Minat Beli
2.9.1. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Minat Beli
Kualitas produk akan memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi
konsumen, sedangkan harga akan menjadi salah satu pilihan konsumen
untuk menggunakan produk tersebut. Produk dengan harga yang lebih
murah, fasilitas yang mudah didapatkan dan murah akan lebih diminati
masyarakat (Umar, 2002:37).
Perusahaan yang mampu meluncurkan produk dengan kualitas yang
baik maka akan meningkatkan minat beli konsumen. Apalagi perusahaan
itu telah dikenal oleh masyarakat, dimana brand image konsumen terhadap
perusahaan tersebut cukup baik. Demikian halnya dengan semakin murah
produk yang diluncurkan oleh perusahaan yang telah mendapat brand
image tersebut, maka minat beli konsumen juga akan mengalami
2.9.2. Pengaruh Harga Terhadap Minat Beli
Dalam masi tentang menentukan minat beli, informasi tentang
harga sangat dibutuhkan dimana informasi ini akan diperhatikan, dipahami
dan makna yang dihasilkan dari informasi harga ini dapat mempengaruhi
perilaku konsumen. Untuk pembelian beberapa produk tertentu konsumen
dapat melakukan beberapa pertandingan harga antara merek yang ada
dengan nilai yang diperoleh. (Astuti, 2009 : 43)
Pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen
meningkat, maka nilainya akan meningkat pula. Demikian pula sebaliknya
pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang atau jasa akan meningkat
seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan. Seringkali pula
dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan
kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan barang atau jasa substitusi. (Tjiptono, 1997:152).
2.9.3. Pengaruh Kemasan Terhadap Minat Beli
Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang tidak hanya
berfungsi sebagai pelindung produk selama dalam pengangkutan dan
penyimpanan saja (Kotler 2000:55). Menurut Swasta pengemasan adalah
kegiatan-kegiatan umum dalam perencanaan barang yang melibatkan
penentuan desain atau pembuatan bungkus atau kemasan bagi suatu
Konsumen merasa bangga membeli barang dengan pembungkus
bergengsi, mereka mau membayar lebih mahal hanya untuk pembungkus
yang beda dengan yang lain. Produsen merasa terangkat citranya dengan
pembungkus yang beda dengan yang lain. Produsen merasa terangkat
citranya dengan pembungkus dan yang makin populer. Tujuan
pengemasan oleh perusahaan yaitu agar informasi yang ada dalam
pembungkus terbaca oleh konsumen, ini sudah merupakan iklan gratis bagi
perusahaan. Selanjutnya kreativitas menciptakan pembungkus dengan
desain mutakhir merupakan peluang berinovasi bagi para desainer (Kotler,
2001:310).
2.9.4. Pengaruh Merek Terhadap Minat Beli
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/lambang, desain,
warna, gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang
diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk
pesaing. Pada dasarnya suatu merek juga merupakan janji penjual untuk
secara konsisten menyampaikan serangkaian ciri-ciri, manfaat, dan jasa
tertentu kepada pembeli. Merek yang baik juga menyampaikan jaminan
tambahan berupa jaminan kualitas (Tjiptono,1997:104).
Nama merek membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk
yang mungkin menguntungkan mereka. Mereka juga menyampaikan
selalu membeli produk dengan merek yang sama mengetahui bahwa
mereka akan mendapatkan fitur, manfaat dan kualitas yang sama setiap
kalinya. Karena itu kunci sukses suatu bisnis adalah memiliki atribut yang
memiliki keunggulan bersaing agar sulit bisa ditiru oleh pesaing,
diantaranya merek, karena itu perusahaan yang memiliki merek yang kuat
dapat lebih mudah merebut peluang bisnis yang ada dibandingkan
perusahaan yang tidak memilikinya (Kotler, 2001:322).
2.9.5. Pengaruh Promosi Terhadap Minat Beli
Pendapat yang disampaikan oleh Kotler (2006), bahwa aktivitas
promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan berbagai upaya
intensif jangka pendek untuk mendorong keinginan konsumen untuk
mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Beberapa studi
menunjukkan bahwa kontek iklan dapat mempengaruhi persepsi pemirsa
terhadap iklan, sehingga iklan menjadi efektif (Soldow dan Pricipe 1981).
Penelitian dari Koppale dan Lehman (1995), juga menunjukkan
bahwa preferensi produk dibentuk setelah percobaan awal yang didasari
oleh iklan. Penelitian dari Kopalle dan Lehman (1995), juga menunjukkan
bahwa promosi yang dilakukan terhadap suatu produk berpengaruh dalam
menimbulkan minat beli konsumen.
Aktivitas promosi merupakan usaha pemasaran yang memberikan
mencoba atau membeli suatu produk atau jasa (Kotler 2006). Seluruh
kegiatan promosi bertujuan untuk mempengaruhi perilaku pembelian,
tetapi tujuan promosi yang utama adalah memberitahukan, membujuk dan
mengingatkan. Dalam penelitian Kopalle dan Lehman (1995), tentang
pengaruh promosi terhadap kesuksesan produk baru, dinyatakan bahwa
2.10. Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian tersebut berkaitan dapat disusun suatu model
alur pemikiran sebagai berikut ini :
Faktor Kualitas
Faktor Harga Faktor Kemasan
Faktor Merek
Minat Beli
(Y)
2.11. Hipotesis
Berdasarkan uraian permasalahan pada Bab I, kajian teori dan
kerangka pemikiran maka sebagai langkah pemecahan masalah, peneliti
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Diduga bahwa Faktor Kualitas berpengaruh positif terhadap Minat Beli
Konsumen McDonald’s Rungkut di Surabaya
b. Diduga bahwa Faktor Kemasan berpengaruh positif terhadap Minat Beli
Konsumen McDonald’s Rungkut di Surabaya
c. Diduga bahwa Faktor Harga berpengaruh positif terhadap Minat Beli
Konsumen McDonald’s Rungkut di Surabaya
d. Diduga bahwa Faktor Merek berpengaruh positif terhadap Minat Beli
Konsumen McDonald’s Rungkut di Surabaya
e. Diduga bahwa Faktor Promosi berpengaruh positif terhadap Minat Beli
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arti dan makna
sebenarnya variabel yang akan digunakan dalam penelitian, berikut ini
akan dibuat suatu definisi operasional masing-masing variabel antara lain
sebagai berikut :
1. Faktor Kualitas (X1)
Kualitas produk yang didefinisikan menurut Mowen dan Minor
(2002:91) adalah sebagai evaluasi menyuruh pelanggan atas kebaikan
kinerja barang dan jasa, dengan indikator :
f. Kinerja : Menyetujui makanan yang telah disiapkan karena sesuai
dengan standart rasa dan suhu (X1.1)
g. Keandalan : Konsistensi sebagai restoran yang berkualitas tinggi
(X1.2)
h. Daya tahan : Umur produk (X1.3)
i. Estetika : Suasana restoran, sajian enak dipandang mata,
j. Kewajaran merek : Sejauh mana merek restoran sebagai hasil
kepercayaan konsumen bahwa merek tersebut rendah/tinggi
kualitasnya (X1.5)
2. Faktor Kemasan (X2)
Merupakan atribut McDonald’s berupa pembungkus dari produk
utamanya, dengan indikator (Ujianto, 2004 : 40) :
a. Memilih bentuk dan desain kemasannya indah (X2.1)
b. Memilih bahan kemasan yang tahan lama (X2.2)
c. Kemasan yang dapat dimanfaatkan (X2.3)
3. Faktor Harga ( X3 )
Harga adalah nominal rupiah atau uang yang diberikan
konsumen kepada produsen atau dikeluarkan untuk membeli produk
McDonald’s Rungkut Surabaya (Boge Triatmanto, 2003 : 138), dengan
indikator :
a. Kualitas produk adalah harga yang ditawarkan sesuai dengan kualias
yang dihasilkan (X3.1)
b. Harga yang ditawarkan adalah harga yang ditetapkan terjangkau oleh
c. Potongan harga (paket hemat) adalah potongan harga akan diberikan
dilihat dari intensitas pembelian dan pada produk-produk tertentu
(X3.3)
d. Harga bersaing adalah harga yang diberikan mampu bersaing dengan
produk sejenis (X3.4)
4. Faktor Merek (X4)
Nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk/jasa dan
menimbulkan arti psikologis/asosiasi. Juga merupakan atribut yang
memberikan manfaat non materiil, yaitu kepuasan emosional, dengan
indikator (Ujianto, 2004 : 40) :
a. Mempertimbangkan merk (X4.1)
b. Memilih merek tertentu (X4.2)
c. Memilih merek terkenal (X4.3)
5. Promosi (X5)
Promosi adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diukur untuk merangsang pembelian
produk dengan daya tarik, jangkauan serta frekuensi promosi (sethi,
2001), dengan indikator :
a. Media promosi (X5.1)
Adapun variabel terikat yang yang dapat diamati dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
6. Minat Beli (Y)
Merupakan tahap perencanaan sebelum seorang pembeli membeli
melakukan tindakan. Ada beberapa indikator dari minat beli konsumen
yaitu (Ferdinand, 2006) :
a. Intensitas pencarian informasi, mencari informasi mengenai sebuah
produk yang dibeli (Y1)
b. Keinginan segera membeli, keinginan untuk segera membeli dan
memiliki dan memiliki suatu produk yang telah diinginkan
sebelumnya (Y2)
c. Keinginan preferensial, keinginan membeli dam memiliki suatu
produk rela mengabaikan produk yang lainnya walaupun sejenis
(Y3)
3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval, yaitu
skala jenjang selisih (semantic differential scale), Sugiyono (2001:112).
Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
yang diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi.
Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut,
misalnya:
1 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi
skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada masing-masing
skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 menunjukkan
nilai tertinggi. (Sugiyono, 2001:91)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2006:90). Populasi yang dituju dalam
3.2.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:91). Sampel dalam penelitian ini
menggunakan nonprobability sampling, yaitu teknik yang tidak memberi
peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2006:91).
Dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu teknik
penentu sampel dengan pertimbangan tertentu, dengan
mempertimbangkan kriteri-kriteria tertentu (Sugiyono, 2006:96).
Kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel tersebut adalah :
a. Memiliki umur 18 tahun keatas.
b. Pernah membeli dan mengkonsumsi di McDonald’s Rungkut
Surabaya.
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan
pedoman pengukuran sampel menurut Augusty (2002:48), antara lain :
1. 100-200 sampel untuk teknik Maksimum Likehood Estimation
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, pedomannya
adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 20 indikator
dikali 6, sebesar 120 responden
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian yaitu konsumen McDonald’s Rungkut Surabaya dengan cara
kuesioner. (Sugiyono, 2006:156)
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dengan cara wawancara
serta dokumentasi perusahaan yang berkaitan dengan masalah
penelitian. (Sugiyono, 2006:156)
3.3.2 Sumber Data
Sumber data diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner atau
3.3.3 Pengumpulan data
1). Studi Pustaka, yaitu studi pendahuluan yang diperoleh dari literatur
tentang variabel penelitian yang akan digunakan dan menentukan
teori-teori yang tepat sebagai landasan teori-teori.
2). Studi Lapangan, yaitu studi langsung pada tempat penelitian dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu mengadakan penelitian langsung dengan mengamati
masalah yang terjadi diperusahaan.
b. Interview, yaitu mengadakan wawancara pada pimpinan perusahaan
tentang masalah yang ada diperusahaan saat ini.
c. Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan cara membagikan
lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi
data untuk uji SEM.
3.4 Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis
Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari
Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau
Model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi
adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau
menjelaskan kausalitas antara faktor. (Augusty, 2002 : 34).
3.4.1 Uji Normalitas dan Linieritas
Sebaran dan harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi
normalitas dipenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada path
diagram. Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam
analisis, penguji dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling
mudah adalah dengan mengamati skewness value dari data yang
digunakan. Dimana biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari
hampir semua program statistik. Nilai statistik untuk menguji normalitas
itu disebut sebagai z – value yang dihasilkan melalui rumus sebagai
berikut :
Nilai –z = Skewness dimana N adalah ukuran sampel
√
N6Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis atau critical ratio (Ferdinand.
2000 : 95), maka dapat diduga bahwa distribusi data tidak normal. Nilai
kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi yang dikehendaki.
Misalnya bila nilai yang dihitung lebih besar ± 2.58 berarti kita dapat
Linieritas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan
memilih pasangan data dan dilihat pada penyebarannya untuk menduga
ada tidaknya linieritas.
3.4.2 Evaluasi Outliers
Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki
karakteristik unik yang sangat berbeda jauh dari observasi-observasi yang
lain dan muncul dalam bentuk ekstrim, baik untuk sebuah variabel tunggal
maupun variabel kombinaso. (Hair. Et.al. 1998).
Adapun outliers dapat dievaluasi dengan 2 cara, yaitu analisis
terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers
(Hair. Et.al. 1998).
a. Outlier Univariat
Deteksi terhadap adanya outliers univariate dapat dilakukan
dengan menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier
dengan cara mengkoversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau
yang biasa disebut dengan z-score. yang mempunyai rata-rata nol dengan
standar deviasi sebesar satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam
format yang standar (z-score), maka perbandingan antara besaran nilai
dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sampel besar (diatas 80 observasi).
rentang 3 sampai 4 (Hair dkk, 1998 dalam Ferdinand, 2002:98). Oleh
karena itu apabila ada observasi-observasi yang memiliki z-score ≥ 3,0
akan dikategorikan sebagai outlier.
b. Outliers Multivariat
Evaluasi terhadap multivariat outliers perlu dilakukan sebab
walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat
univariat, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling
dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (The Mahalanobis Distance) untuk
tiap observasi dapat dihitung dan menunjukkan jarak sebuah observasi dari
rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional. Uji
terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak
Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat
dievaluasi dengan menggunakan nilai χ² pada derajat kebebasan sebesar
jumlah item yang digunakan dalam penelitian. Dan apabila nilai jarak
Mahalanobis lebih besar dari χ² tabel adalah Outlier Multivariat.
3.4.3. Deteksi Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat
multikolineritas (Multicollinearity) atau singularitas (Singularity) dalam
kombinasi variabel, maka yang perlu diamati adalah determinan dari
matriks kovarians sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil atau