SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter an” J awa Timur
Oleh :
SHALLYS INDRIANTI NPM. 0943010051
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
ii Disusun oleh : SHALLYS INDRIANTI
0943010051
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi Menyetujui,
Pembimbing Utama
Dr a. Diana Amalia, M. Si NIP. 19630907 199103 2 001
Mengetahui
NIP. 1 95507 181 983 022 001 DEKAN
Disusun oleh : SHALLYS INDRIANTI
0943010051
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunika si Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1.Ketua
Dr a. Diana Amalia, M. Si Dr a. Sumar djijati, M.Si
NIP. 1 9630907 199103 2 001 NIP. 1 9620323 1991309 2 00 1 2.Seker tar is
Dr s. Saifudin Zuhr i, M. Si NPT. 37006 94 00 351 3.Anggota
Dr a. Diana Amalia, M. Si NIP. 19630907 199103 2 001 Mengetahui
DEKAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,
rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Skripsi dengan judul “Motif Remaja Surabaya Menonton Acara X-Factor
Indonesia di RCTI”. Hasil Skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata,
namun terwujud berkat bantuan dari Ibu Dra. Diana Amelia, M.Si. selaku Dosen
Pembimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis juga banyak mendapatkan pengarahan,
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan dan memberikan
kemudahan dalam penggarapan skripsi ini.
2. Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Dra. Diana Amelia, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang sudah memberikan ilmu
baik secara teori maupun secara praktik.
6. Bapak, Ibuk dan Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan
penuh.
7. Teman-teman dan sahabat The Koprals yang sudah membantu saya sampai
laporan proposal skripsi ini selesai.
8. Joko Febrianto yang telah memberikan dukungan dan semangatnya, serta
kritik dan sarannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna
memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk rekan-rekan Program Studi
Ilmu Komunikasi.
Surabaya, 23 Juli 2013
v
HALAMAN JUDUL... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR……… iii
DAFTAR ISI………..………. v
DAFTAR TABEL. ..………...……… viii
DAFTAR GAMBAR..………..………. xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAKSI... xiii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………... 1
1.2 Rumusan Masalah……… 9
1.3 Tujuan Penelitian………..……… 9
1.4 Manfaat Penelitian...………... 9
BAB II LANDASAN TEORI……… 11
2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 14
2.2.2 Teori Uses and Gratification... 17
2.2.3 Kebutuhan Individu Dalam Penggunaan Media... 21
2.2.4 Motif... 22
2.2.5 Remaja... 27
2.2.6 Remaja Sebagai Khalayak Media... 28
2.2.7 Acara Ajang Pencarian Bakat (X-Factor)... 29
2.3 Kerangka Berpikir…...……… 30
BAB III METODE PENELITIAN……… 33
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 33
3.1.1 Definisi Operasional... 33
3.1.2 Pengukuran Variabel... 34
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 44
3.2.1 Populasi... 44
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 45
3.3 Teknik Pengumpulan Data………... 50
3.4 Teknik Analisis Data...………. 51
vii
4.1.3 Gambaran Umum Surabaya Timur dan Surabaya Selatan……….. 57
4.2Penyajian Data dan Analisis Data………... 58
4.2.1 Identitas Pribadi………... 58
4.2.2 Motif Responden………. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 100
5.1 KESIMPULAN………... 106
5.2 SARAN………... 107
DAFTAR PUSTAKA………. 109
Acara “X-Factor Indonesia” dapat memenuhi kebutuhan pemirsa. Program ini menyajikan informasi, hiburan, pendidikan dan sosial. Dalam penelitian menggunakan teori uses and gratifications karena yang menjadi permasalahan utama bukan bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan sosial khalayak.
Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Multistage Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan
skala likert. Sampel penelitian adalah pemirsa Surabaya berusia 15-25 tahun yang menonton acara “X-Factor Indonesia” di RCTI.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan ada 4 motive yang mendasari dalam menonton acara “X-Factor Indonesia” di RCTI yaitu motive identitas personal, motive integrasi dan interaksi sosial pada kategori sedang. Sedangkan motive informasi, dan motive hiburan pada kategori tinggi, karena motive tersebut dapat memenuhi kebutuhan khalayak yaitu dengan adanya candaan segar dari kontestan yang lucu, candaan dari para juri, dan aksi panggung kontestan yang memukau dan dapat memberikan pengetahuan yang baru tentang lagu mancanegara.
Kata kunci: Motive, pemirsa remaja di Surabaya, acara “X-Factor Indonesia” di RCTI. ABSTRACT
SHALLYS INDRIANTI, 0943010051, MOTIVE SURABAYA VIEWER`S IN WATCHING EVENTS "INDONESIA X-FACTOR" IN RCTI (quantitative descriptive study of adolescents in Surabaya motive watching the show "X-Factor Indonesia" in RCTI).
Surely became active in choosing a media that can be the tools to providing their needs and The "X-Factor Indonesia" is capable to infest the needs of viewers. This program provides information, entertainment, education and social issues. The study using the uses and gratifications theory because the main problem is not how to research change the attitudes and behavior of media audiences, but how the media fulfill the needs of the audience.
This multistage cluster random sampling used in withdrawal of samples. Data collection is using a questionnaire with a Likert scale techniques. The samples were rated ages 15-25 of Surabaya viewers who watched the show "X-Factor Indonesia" in RCTI.
The results of this study it can be concluded that there are four underlying motive in watching the show "X-Factor Indonesia" in RCTI which are personal identity motives, integration and social interaction motives in the medium category. While the information motives, and motives of entertainment in the high category, because it can fulfill the viewers needs of the presence of fresh humors from funny contestant, and the jokes of the judges, also included the outstanding performances of contestants, and giving a new knowledge of internasional songs.
1.1Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu kebutuhan utama dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan itu semakin seiring dengan tingkatan kemajuan zaman.
Perkembangan komunikasi ditandai dengan adanya teknologi untuk
memajukan kemampuan media yang dipakai sebagai saluran komunikasi.
media cetak ataupun media elektronik mendukung penyebaran informasi agar
bisa memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang komunikasi secara lebih
efisien. Media massa maupun menjangkau komunikannya secara luas, dalam
jumlah yang besar dan dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut berkaitan
dengan kekuatan media massa yang mampu secara luas dan mencakup
kawasan yang tidak bisa dijangkau.
Televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki fungsi dan
peran besar bagi khalayak pemirsanya, karena selain siarannya yang dapan
didengar (audible) dan dapat dilihat (visible), siaran televisi juga memiliki
sifat-sifat langsung, stimulan, intim, dan nyata. Selain itu, televisi juga
dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran
yang informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat (Mulyana,
1997:169).
Menurut Effendy dalam ilmu teori dan filsafat komunikasi, media
menggunakan perangkat satelit. Hal ini menjadikan informasi berkembang
pesat dan juga muncul globalisasi teknologi informasi dimana pun yang bisa
disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang
begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lainnya.
Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau movie picture in the
home, yang membuat pemirsa tidak perlu keluar rumah untuk menonton. Hal
tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi dan
keunggulan yang lain adalah tersaji dalam bentuk audiovisual, dengan kata
lain televisi adalah perpaduan anatara radio dan film. Selain unsur kata-kata,
sound effect, musik seperti radio, televisi juga mempunyai unsur visual
berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada
pemirsa sehingga seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang
disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy, 2003:177).
Sebagai bentuk komunikasi lain, stasiun televisi menyiarkan program
acara semata-mata untuk mencapai tujuan komunikasi. Sedangkan tujuan
komunikasi sendiri akan tercapai apabila ada pandangan yang sama antara
komunikator dan komunikannya dalam menafsirkan pesan. Pesan merupakan
sarana untuk memberikan keakraban aktif dan memiliki derajat selektivitas
yang tinggi, maka pesan harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik
perhatian audiens.
Di Indonesia, televisi merupakan medium terfavorit bagi masyarakat.
“Bercinta Dengan Televisi” (1997:285), dunia pertelevisian menunjukkan
pertumbuhan yang pesat, yaitu dengan munculnya stasiun televisi swasta
Indonesia yang mengudara antara lain : TVRI, RCTI (1989), SCTV (1990),
TPI(1991), ANTV (1993), INDOSIAR (1995), METRO TV (2000), TRANS
TV (2001), TRANS7 (2001), GLOBAL TV (2001), LATIVI (2001).
Bertambahnya stasiun televisi ini berdampak juga pada persaingan yang
timbul diantara mereka, berusaha menyajikan informasi, hiburan, dan
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan khalayak melalui program acara yang
ditampilkan.
Maraknya persaingan antara stasiun televisi swasta berpengaruh pada
program acara yang dibuat, mulai dari acara berita, musik, film, sinetron,
pendidikan, kesehatan, misteri, kriminalitas, talk show, sampai acara yang
menampilakn subjek atau objek realitas kehidupan, yakni program acara yang
berdasarkan kisah nyata. Dengan berbagai macam acara yang ditampilkan,
akan membuat para pemirsa televisi bebas untuk memilih acara-acara mana
yang disukai, namun acara yang memberikan suguhan hiburan yang membuat
orang terhibur adalah acara musik.
Pemirsa (television wacther) adalah sasaran komunikasi melalui siaran
televisi yang heterogen, masing-masing individu memiliki kerangka acuan
(frame of reference) yang berbeda antara satu sama lainnya. Setiap individu
berbeda bukan saja dalam hal usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar
belakang sosial dan kebudayaannya, sehingga berbeda pula dalam pekerjaan,
kesenangan dan lain sebagainya. Kegiatan pemirsa dalam menonton acara
televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka,
baik kebutuhan berupa informasi dan hiburan. Pemirsa ingin mecari
kesenangan, televisi dapat memberikan hiburan. Pemirsa mengalami masalah
atau goncangan jiwa, televisi memberikan kesempatan untuk melarikan diri
dari kegiatannya. Pemirsa kesepian dan televisi berfungsi sebagai sahabat.
Demikian besarnya peran televisi dalam memenuhi kebutuhan, maka televisi
dapat memuaskan kebutuhan pemirsa akan hiburan (Effendy, 2003:61).
Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa khususnya
televisi, tentu saja tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorong dan yang
timbul dan berkembangan dalam diri individu, sehingga seseorang
menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang
sering disebut dengan motif. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan mempertahankan eksistensinya (Effendy, 2003:45).
Diantara stasiun-stasiun swasta lainnya, RCTI selalu menampilkan ide
inovatif untuk suatu programnya yang kemudian sukses dan pada akhirnya
stasiun televisi swasta lainnya mencoba menghadirkan program-program
yang sama dengan harapan mendapat sambutan baik pula dari pemirsanya.
Tayangannya program berita seputar indonesia, misalnya mendapat sambutan
baik kemudian bermunculan acara berita di stasiun TV swasta dengan
karakter yang hampir sama seperti adanya liputan 6 di SCTV, aktualita di
ANTV, reportase TRANS TV, dan sebagainya. Contoh lainnya yaitu program
kemudian bermunculan sinetron religi di stasiun TV lainnya seperti Ustad
Fotocopy, dan lainnya. Selain itu pada program infotainment ada Cek n Ricek
di RCTI, dan di ikuti pula dengan INSERT di Trans TV, dan Halo Selebriti di
SCTV. Setelah sukses dengan acara talent show Idola Cilik dan Indonesian
Idol, RCTI membuat inovasi baru dengan meluncurkan acara X-Factor
dengan harapan dapat meraih sukses seperti talent show sebelumnya.
X FACTOR INDONESIA merupakan ajang kompetisi bernyanyi
dengan batasan yang luas. Semua penyanyi dengan usia minimal 15 tahun
sampai dengan usia maksimal yang tidak terbatas, dengan kategori baik solo
maupun grup vocal mempunyai kesempatan yang sama untuk mewujudkan
mimpi menjadi bintang dunia. Audisi X FACTOR INDONESIA berlangsung
di 10 kota di Indonesia; Medan, Bandung, Padang, Balikpapan, Manado,
Makassar, Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta.
Berbeda dengan kompetisi bernyanyi lainnya, di X FACTOR
INDONESIA, peserta tidak hanya bernyanyi di depan 4 orang Juri Utama
tetapi juga disaksikan oleh ribuan penonton secara langsung. Penonton di sini
akan berperan sebagai juri ke-5 yang bisa mempengaruhi keputusan Juri
Utama.
Kontestan yang lolos dari tahap Audisi berhak lanjut ke tahap Boot
Camp. Di tahap ini kontestan akan dibagi menjadi 4 kategori - Solo pria usia
15-24 tahun, Solo wanita usia 15-24 tahun, Solo pria/wanita usia 25 tahun ke
Kompetisi yang berlangsung bukan hanya diantara para kontestan, tapi para
juri pun otomatis ikut berkompetisi, saling berusaha menjadikan kontestan
mereka yang terdepan hingga lolos ke babak final.
Sistem Penjurian dalam ajang ini melalui voting SMS maupun voting
melalui telepon, dan setiap minggunya akan ada Bottom Two yang di
dapatkan dari voting pemirsa dirumah. Lalu, peserta yang masuk ke
dalam Bottom Two akan menyanyikan Save Me Song setelah peserta
menyanyikan Save Me Song, Juri akan memberikan penilaian untuk
menyelamatkan kontestan,dan yang mendapatkan hasil tertinggi ( 3-1 ) akan
lolos ke babak berikutnya dan yang terendah akan pulang, bila hasil seri (
2-2 ) maka akan bertemu sesi Dead Lock dimana hasil akan mengacu kepada
hasil voting pemirsa, dan dari hasil tersebut di dapatkan hasil voting pemirsa
yang terendah, maka yang terendah akan keluar dari kompetisi. (sumber :
http://xfactorindonesia.com/about).
Tayangan X-factor Indonesia dapat memenuhi kebutuhan remaja
Surabaya. Kebutuhan tersebut antara lain, kebutuhan motif informasi yaitu
masih ada remaja Surabaya yang kurang mengetahui lagu-lagu mancanegara
karena lagu dangdut masih mendominasi lagu-lagu dilingkungannya,
kebutuhan motif identitas yaitu masih sedikitnya remaja Surabaya yang
menggunakan hijab modern yang sedang trend, kebutuhan motif integrasi dan
interaksi sosial yaitu kurangnya remaja Surabaya mengangkat pembicaraan
yang berkualitas selain hanya membicarakan gosip selebritis, serta kebutuhan
seperti ini lah yang membuat remaja Surabaya memerlukan sebuah tayangan
televisi yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya tiap
individu memilki kebutuhan hidupnya. Antar individu satu dan yang lain
berbeda sehingga motif atau aktifitas penggunaan media dan tujuan akhir
yang diperoleh pun tidak ada yang sama. Individu bebas memilih dan
menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain untuk
mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah
informasi baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas
menghibur seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa. Berlandaskan
hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang
mendasari pemirsa menonton program acara X-Factor.
Menurut Dennis MCQuail dalam buku yang berjudul Teori
Komunikasi Massa (2002:72), ada empat kategori motif pengkonsumsian
media secara umum yaitu motif informasi (survaillance) seperti ingin
mendapatkan informasi tentang berbagai macam genre lagu, motif identitas
pribadi (personal identity) seperti ingin dapat menemukan cara bagaimana
kita berpenampilan menarik agar memperoleh perhatian dari orang lain, motif
integrasi dan interaksi sosial (personal relationship) seperti tidak lagi
dikatakan sebagai orang yang tidak mengikuti perkembangan didunia
tayangan talentshow dan motif hiburan (diversion) seperti merasa terhibur
Pendekatan yang digunakan untuk meneliti motif pemirsa dalam
menonton acara X-Factor adalah pendekatan dengan Teori Uses and
Gratification yang menunjukkan bahwa menjadi permasalahan utama
bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi
bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi
bobotnya pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk
mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003:289). Model ini tertarik pada apa
yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi tertarik pada apa yang
dilakukan seseorang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa remaja yang berusia
15-25 tahun, karena pada kategori usia tersebut sesuai dengan ketentuan
tayangan X-Factor Indonesia yaitu R-BO (Remaja-Bimbingan Orangtua) dan
sesuai dengan ketentuan umur para peserta audisi X-Factor yang dimulai pada
umur 15 Tahun.
Alasan pertama peneliti memilih program acara X-Factor karena pada
tayangan X-Factor Indonesia meraih rating tertinggi yaitu 5,4 pada tanggal
1 Maret 2013 dalam kategori acara talentshwow. (sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia ).
X Factor juga mempunyai kelebihan karena para juri yang terlibat
tidak hanya menilai penampilan peserta, tetapi mereka juga menjadi mentor
Rossa. (sumber:
http://kompetisi2013.blogspot.com/2013/02/x-factor-fenomenal.html ).
Sementara dipilihnya kota Surabaya sebagai lokasi penelitian
disebabkan Surabaya karena Surabaya menjadi salah satu tempat audisi dari
acara X-Factor Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini
mengambil judul “Motif Pemirsa Menonton Acara X-Factor di RCTI” (Studi
Deskriptif Motif Pemirsa Surabaya Dalam Menonton Acara X-Factor di
RCTI), (sumber : http://xfactorindonesia.com/about).
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana motif pemirsa dalam
menonton acara X-Factor di RCTI ?
1.3Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui motif pemirsa menonton acara X-Factor.
1.4Manfaat Penelitian
a) Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam jurnalistik yaitu televisis
b) Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan pada para pengelola
televisi yang ada di Indonesia tentang acara yang ditayangkan. Bagaimana
2.1 Penelitian Terdahulu
2.1.1. Penelitian Terdahulu Pertama
Motif Pendengar Aktif Program Talkshow di Radio Antariksa
Surabaya, Mucholiel Herwanto dan Fitri Andriani 2011. Penelitian ini
adalah radio yang mengkhususkan diri di bidang kesehatan, dengan pangsa
pendengar usia muda dan dewasa. Penelitian ini menjelaskan program
unggulan yaitu talkshow yang menyuguhkan berbagai informasi seputar
kesehatan dan gaya hidup sehat dengan tema yang beragam. Penelitian ini
dilakukan unuk mengetahui motif pendengar aktif dalam mengikuti
program talkshow di Radio Antariksa bukan semata-mata hiburan tetapi
juga menginformasikan apa yang dibutuhkan oleh pendengar yaitu
pengetahuan seputar kesehatan.
Landasan teori yang digunakan adalah teori Uses And
Gratifications yang berarti khalayak menggunakan media massa
berdasarkan motif-motif tertentu dan media akan dianggap berusaha
memenuhi motif khalayak. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi
kebutuhan khayalak disebut sebagai media yang efektif. Menurut
Mc.Quail, ada empat motif khyalak dalam mengkonsumsi media: (1) motif
informasi, (2) motif identitas pribadi, (3) motif integrasi dan interaksi
untu melihat bagaimana khyalak aktif di radio Antariksa dalam menikmati
program talkshow.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan metode
survei. Sedangkan, jenis penelitian yang digunakan deskriptif, dengan
maksud memperoleh gambaran yang detail mengenai suatu fenomena.
Menggunakan teknik available sampling dengan mengambil sampel
orang-orang yang berdomomisili di wilayah Gerbang Kertasusila. Obyek
penelitian ini adalah pendengar yang aktif berpatisipasi dalam program
talkshow di Radio Antariksa baik melalui telepon, SMS, email, BBM, dan
live streaming. Dari data yang dihimpun peneliti, diperoleh informasi
bahwa jumlah pendengar talkshow di radio Antariksa berkisar antara
20-50 orang perhari.
Hasil penelitian ini Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan
responden lebih memilih motif hiburan yang dapat melepaskan kejenuhan
dan megisi waktu luang. Dan yang kedua adalah motif integrasi dan
interaksi sosial berbagi info seputar kesehatan. Penelitian ini diharapkan
dapat memberi wawasan kepada pengelola radio mengenai motif khayalak
ketika mengakses sebuah program. Mengenai acara yang dibutuhkan oleh
pendengar. Program siaran yang menarik dan bermanfaat bagi pendengar
bukan semata-mata berfokus pada program hiburan seperti yang saat ini
2.1.2 Penelitian Ter dahulu Kedua
Motif masyarakat Surabaya salam menggunakan iPhone, Tjoa
Cynthia Anggraini Wijaya, 2013. Penelitian ini dilakukan untuk
mnegetahui bagaimana motif para penggna ponse pintar iPhone yang
berada di Surabaya karena iPhone memiliki pangsa pasar yang jelas
sehingga menjadikan iPhone tetap stabil dalam penggunaannya. Mtif yang
diteliti adalah motif masyarakat Surabaya dalam menggunakan iPhone
dengan menggunakan teori Uses and gratifications untuk smartphone.
Indikator pengukuran yang dipakai meliputi: akses permanen, hiburan,
interaksi sosial, daya tarik, koneksi, instrumentalitas, dan mode/status.
Sedangkan metode yang digunakan adalah survei deskriptif pada 76
pengguna iPhone berdomisili di Surabaya, dengan menggunkan teknik non
probability purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
motif penggunaan iPhone di Surabaya cukup tinggi, terutama pada
indikator hiburan dan akses permanen, dimana motif tertinggi tersebut ada
pada para wiraswasta dan pegawai swasta, dengan pengeluaran
perbulannya berkisar 1.000.000-4.000.000 rupiah, dimana mereka
memiliki iPhone karena membelinya sendiri. Selain itu, ditemukan sebuah
kesimpulan bahwa dari iPhone seri pertama sampai iPhone yang terbaru,
motif tertinggi dalam penggunaannya konsisten ada pada indikator
hiburan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
dengan penelitian terdahulu. Perbedaan dan persamaan pada penelitian
terdahulu pertama dengan sekarang. Perbedaanya terletak pada media,
program acara dan teknik penarikan sampel. Jika, pada penelitian
terdahulu pertama menggunakan media radio sebagai alat komunikasi
massa. Pada penelitian sekarang menggunakan media televisi. Tenik
penarikan sampel menggunakan available sampling, pada penelitian
sekarang menggunakan multistage cluster sampling. Persamaan antara
penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada teori Uses and
Gratifications. Pada penelitian terdahulu kedua, Perbedaan terletak pada
teknik penarikan sampel menggunakan non probability purposive
sampling, sedangkan sekarang menggunakan multistage cluster sampling.
Persamaan terletak pada teori Uses and Gratifications.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Televisi merupakan bagia dari media massa, dimana media massa
mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Peranan media dalam kehidupan
menurut Liliweri (1994:42) adalah sebagai berikut :
1) Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk
mengetahui secara jelas segala ikhwal tentang dunia sekeklilingnya
kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.
2) Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun
3) Media masa berfungsi membantu dan berhubungan dengan berbagai
kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.
4) Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.
5) Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari
keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.
6) Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, fungsinya untuk
memberikan hiburan bagi khalayak.
Televisi adalah satu media massa yang memancarkan suara dan
gambar, yang berarti reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat
penerima dirumah (Effendy, 2009:20).
Televisi mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa,
yaitu :
1) Komunikasi massa berlangsung satu arah, yaitu tidak terdapat arus
balik dari komunikan kepada komunikator.
2) Komunikator pada komunikasi massa berlembaga
Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,
yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator dalam
menyebarluaskan pesan komunikasi, bertindak atas nama lembaga,
3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.
4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan
Yang dimaksud keserempakan adalah keserempakan kontak dengan
sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator,
dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan
terpisah.
5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Massa dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang yang
heterogen, keberadaannya terpencar, dimana antara satu sama lainnya
tidak saling mengenal dan tidak terdapat kontak pribadi.
Masing-masing berada dalam berbagai hal, seperti: jenis kelamin, pandangan
hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya (Effendy, 2003:22-23).
Berdasarlan ciri-ciri diatas, komunikasi menitik beratkan pada
penyampaian pesan melalui bentuj media massa, baik cetak maupun
elektronik. Pesan yang disampaikan merupakan suatu produk atau
komoditas yang memiliki nilai tukar secara acuan simbolik yang
mengandung nilai kegunaan. Setiap pesan yang ditayangkan melalui suara
(audio) dan gambar (visual), berlangsung secara bersamaan (sikron), cepat
dan aktualm terlebih lagi dalam siaran langsung (life broadcast) dan dapat
Menurut Effendy (2009:24), fungsi televisi sebagai media massa
adalah :
1. Fungsi Penerangan (the information function)
Memberikan informasi lewat program acara televisi yang disiarkan.
2. Fungsi Pendidikan (the educational function)
Memberikan informasi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
dan penalaran pada masyarakat.
3. Fungsi Hiburan ( the entertainment function)
Acara-acara yang ditayangkan di setiap stasiun televisi memberikan
hiburan terhadap khalayak luas.
2.2.2 Teori Uses and Gratification
Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi
dan sosial khalayaknya. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif,
yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus
(Effendy, 2003:289).
Teori Uses and Gratification digambarkan Swason sebagai a
dramatic break with effect tradition of the past. Model ini tidak tertarik
pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa
yang dilakukan orang terhadap media. Setiap khalayak dianggap aktif
timbul istilah Uses and Gratification, penggunaan dan pemebuhan
kebutuhan (Rakhmat, 2007:65). Dalam asumsi ini tersirat pengertian
bahwa komunikasi massa berguna (utility), bahwa konsumsi media
diarahkan oleh motif (intentionality), bahwa perilaku media
mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa
khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media
hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologi, efek media
dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi (Rakhmat,
2007:65).
Menurut Katz, Blumer dan Gurevitch, uses and gratification
meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan tertentu dari
media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan
media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan
akibat-akibat lain. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini
adalah :
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikai massa banyak inisiatif untuk mengkaiykan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipebuhi media hanyalah
kebutuhan ini terpenuhi melalui komsumsi media amat tergantung
kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Rakhmat, 2007:105).
Berkaitan dengan jenis media dan isi yang dipilih, konsep khalayak
aktif memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak
mempunyai kecenderungan untuk mengolah data makna atas informasi
yang diperoleh. Dalam hal ini khalayak dapat memilih acara talent show
mana yang akan ditontonnya, yang tentunya dapat semaksimal mungkin
memenuhi kebutuhan sosial khalayak.
Pendekatan uses and gratification menekankan riset komunikasi
massa pada konsumen pesan atau komunikasi yang tidak begitu
memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah
uses and gratification mecoba untuk menjawab pertanyaan : “Mengapa
orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?”
2.2.3Kebutuhan Individu Dalam Penggunaan Media
Pada dasarnya setiap manusia memilki kebutuhan dasar dan
khalayak secara aktif memilih media massa untuk memenuhi
kebutuhannya, sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media
tersebut. Khalayak mempunyai berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan
dan berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagian
kebutuhannya itu.
Secara umum Katz Gueviricth dan Haas (Effendy, 2003:294)
menjelaskan tipologi kebutuhan utama manusia yang berkaitan dengan
media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu :
1) Cognitive needs (kebutuhan kognitif), kebutuhan yang berkaitan
dengan oeneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai
lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan oada hasrat untuk memahami
dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa oenasaran kita dan
dorongan untuk menyelidiki.
2) Affective needs (kebutuhan afektif), kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan
emosional.
3) Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif),
kebutuhan yang berkatian dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,
stabilitas dan status individual. Hal tersebut diperoleh dari hasrat akan
4) Social intergrative needs (kebutuhan sosial secara integartif),
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.
5) Escapist needs (kebutuhan pelepasan), kebutuhan yang berkaitan
dengan uoaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan
keanekaragaman.
2.2.4Motif
Dalam melakukan seuatu tindakan ataupun perbuatan pasti
didasarkan pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat
dipisahkan daripada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang
berbuat atau melakukan sesuatu, sedikitbanyaknya ada kebutuhan didalam
dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Motif adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang bertindak melakukan sesuatu
(Purwanto, 2006:60).
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Abraham
Maslow mengungkapkan bahwa ada 5 kebutuhan dasar (basic needs)
secara hirarki dan menempatkan kebutuhan dan aktualisasi diri sebagi
tingkatan tertinggi. Individu berharap dengan menggunakan media dapat
memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar terdiri dari :
1) Physicological needs (kebutuhan fisokologis), kebutuhan dasar yang
dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang,
dan papan, kesehatan fisik.
2) Safety needs (kebutuhan keamanan), kebutuhan ini meliputi terlindung
dari bahay, perlakuan tidak adil, terjamin keamanan dirinya.
3) Love needs (kebutuhan cinta), kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan
dicintai.
4) Esteem needs (kebutuhan penghargaan), kebutuhan dihargai karena
prestasi, kemampuan, kedudukan dan status.
5) Self actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri), kebutuhan
mempertinggi potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri (Effendy, 2003:290).
Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif
yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu. Artintya,
individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media
karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif
adalah suatu pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu
Menurut Purwanto (2000:70) menjelaskan fungsi motif :
1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang
memeberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu
tugas.
2. Motif itu menentukan arah.
Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi
mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula
terbentang jalan yang harus ditempuh.
3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.
Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan,
yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan
perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang yang
benar-benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan
menghambur-hamburkan waktunya untuk berfoya-foya/bermain kartu,
sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.
Dari beberapa definisi tentang motif tersebut maka, dapat
disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang
menggerakkan atau membangkitkan sehingga membuat individu itu
Menurut McQuail (2002:72) ada empat kategori motif
pengkonsumsian media secara umum meliputi :
1) Motif Informasi
Adalah berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan
eksplorasi sosial, hal tersebut meliputi :
a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan
dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia
b) Mecari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,
pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan
c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum
d) Belajar, pendidikan diri sendiri
e) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan
2) Motif Identitas Pribadi
Adalah referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai, motif yang
ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang oenting
dalam kehidupan atau situasi khalayak yang bersangkutan, hal tersebut
meliputi :
a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi
b) Menemukan model perilaku
c) Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)
3) Motif Integrasi Dan Interaksi Sosial
Adalah motif yang meliputi interaksi diri dan integrasi sosial, merajuk
pada kelangsungan hubungan individu dengan orang lain,
persahabatan, dan kegunaan sosial, hal tersebut meliputi :
a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati
sosial
b) Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa
memiliki
c) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
d) Memperoleh teman selain dari manusia
e) Membantu menjalankan peran sosial
f) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi
sanak-keluarga, teman, dan masyarakat
4) Motif Hiburan
Adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari
rutinitas tekanan dan masalah, hal tersebut meliputi :
a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan
b) Bersantai
c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis
d) Mengisi waktu
e) Penyaluran emosi
2.2.5Remaja
Masa remaja adalah masa dimana seseorang membentuk atau
memulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya. Dalam kamus Bahasa
Indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu fase kehidupan mulai dari
dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Masa remaja mempunyai
jenjang umur mulai 12 tahun hingga 25 tahun (Sarwono, 2004 : 29).
Remaja yang dalam bahasa lainnya disebut adolescence, berasal
dari bahasa latin yang artinya “tumbuh mencapai kematangan”. Anak
dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam
aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini
memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintergrasikan dirinya ke
dalam masyarakat dewasa tapi juga merupakan karakteristik yang paling
menonjol dari semua periode perkembangan.
Kendati variatif, pengelompokkan usia remaja tidak pernah
menjadi perdebatan panjang. Inti permasalahannya, bukan pada usia tetapi
apa yang terjadi pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi
dari anak-anak menuju dewasa (Santrock, 2007:20). Berdasarkan uraian
tersebut, sesuai dengan tujuan penelitian ini, remaja pada penelitian ini
lebih difokuskan pada remaja akhir dengan usia 15-25 tahun karena sesuai
dengan usia dari ketentuan peserta audisi X-Factor Indonesia dan
ketentuan dari kategori tayangan yaitu R-BO (Remaja-Bimbingan
2.2.6Remaja Sebagai Khalayak Media
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu
sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikatir. Komunikasn
merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlihat dalam proses
komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komentator bersifat
heterogen. Dalam keberadaannya secara tidak terpencar-pencar, dimana
satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memilki kontak pribadi,
masing-masing berbeda dalam berbagai hal, antara lain: jenis kelamin,
usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan
hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya (Effendy, 2009:25).
Pemirsa berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan
sebagai kumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa
berbagai media atau komponen isinya. Pemirsa yang tersebar adalah
populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu
dengan demikian semua yang menonton televisi adalah pemirsa televisi
(target audience). Pemirsa “X-Factor Indonesia” yang terbanyak adalah
dari kalangan remaja yaitu berumur 12-25 tahun, namun peneliti memilih
remaja berumur 15-25 tahun karena sesuai dengan umur para peserta
2.2.7Acara Ajang Pencarian Bakat (X-Factor)
Sebuah ajang pencarian bakat adalah suatu peristiwa di mana peserta
melakukan bakat menyanyi , menari , akrobat , bertindak , drum , seni bela
diri , memainkan alat musik, atau kegiatan lain untuk menampilkan
keterampilan, kadang-kadang untuk hadiah, piala atau hadiah.
Menunjukkan bakat Banyak pertunjukan ketimbang kontes, namun ada
juga yang kontes yang sebenarnya, pemberian hadiah kepada peserta
mereka (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Talent_show).
X -Factor Indonesia adalah televisi Indonesia musik kompetisi untuk
mencari yang baru menyanyi bakat; pemenang yang menerima 1 miliar
rupiah kontrak rekaman dengan Sony Music Indonesia . Musim pertama
ditayangkan di RCTI pada tanggal 28 Desember 2012.
Berdasarkan format Inggris , kompetisi terdiri dari audisi, di depan
produsen dan kemudian hakim dengan penonton hidup, bootcamp, rumah
hakim dan kemudian final hidup. Audisi untuk pertunjukan dimulai pada
bulan September 2012 dan menyimpulkan pada bulan November 2012.
Acara ini diselenggarakan oleh mantan VJ dan Bingkai Berita tuan rumah
Robby Purba , sementara panel juri terdiri dari Ahmad Dhani , Rossa ,
Anggun dan Bebi Romeo .
Acara ini ditayangkan di RCTI setiap hari jum`at pada pukul 21.00
dan berdurasi 60-240 menit dalam sekali tayangan. Para kontestan akan
penampilan kontestan akan diberikan kritik serta saran mengenai
penampilan para kontestan diatas panggung.
Sistem Penjurian dalam ajang ini melalui voting SMS maupun voting
melalui telepon, dan setiap minggunya akan ada Bottom Two yang di
dapatkan dari voting pemirsa dirumah. Lalu, peserta yang masuk ke
dalam Bottom Two akan menyanyikan Save Me Song setelah peserta
menyanyikan Save Me Song, Juri akan memberikan penilaian untuk
menyelamatkan kontestan,dan yang mendapatkan hasil tertinggi ( 3-1 )
akan lolos ke babak berikutnya dan yang terendah akan pulang, bila hasil
seri ( 2-2 ) maka akan bertemu sesi Dead Lock dimana hasil akan mengacu
kepada hasil voting pemirsa, dan dari hasil tersebut di dapatkan hasil
voting pemirsa yang terendah, maka yang terendah akan keluar dari
kompetisi (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia).
2.3 Kerangka Ber fikir
Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan
wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya
dalam masyarakat. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi di
dunia atau sekelilingnya, setiap manusia sangat membutuhkan kehadiran
media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi
Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi yang tidak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang
dimaksudkan disini adalah televisi.
Menonton televisi bagi pemirsa merupakan suatu kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan bisa berupa
kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Dengan menonton
televisi manusia dapat memahami dan mengerti setiap informasi yang
disampaikan dan manusia dapat menilai informasi sebagai pesan mendidik,
menghibur serta mempengaruhi pemirsanya melalui berbagai acara yang
disajikan.
Manusia mempunyai banyak kebutuhan, diantaranya adalah
kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kebutuhan
aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan
penghargaan atau sebgai aktualisasi diri adalah kebutuhan akan informasi dan
hiburan.
Dunia pertelevisian di Indonesia semakin berkembang sejak tahun
1990, diantaranya dengan semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang
menyajikan berbagai program yang menarik perhatian penonton. Kegiatan
pemirsa dalam menonton acara X-Factor Indonesia merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khalayak, baik kebutuhan berupa
Acara X-Factor Indonesia yang ditayangkan RCTI merupakan acara
yang digemari karena menampilkan bakat seseorang dalam bidang teknik
vocal. Hal tersebut bisa terlihat rating yang semakin lama semakin meningkat
yaitu dari rating 12 pada tanggal 28 Desember 2012 menjadi rating 1 pada
tanggal 1 Maret 2013.
(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia)
Menurut Dennis MCQuail dalam buku yang berjudul Teori
Komunikasi Massa (2002:72), ada empat kategori motif pengkonsumsian
media secara umum yaitu motif informasi (survaillance), motif identitas
pribadi (personal identity), motif integrasi dan interaksi sosial (personal
relationship) dan motif hiburan (diversion).
Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif pemirsa Surabaya
dalam menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Motif Pemirsa Surabaya Menonton Acara
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
karena peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian
secara sistematis mengenai Motif pemirsa dalam menonton acara X-Factor
Indonesia di RCTI.
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Yang dimaksud dengan
variabel defini operasional adalah suatu pembatasan atau perincian
kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan guna mengukur variabel
serta indikatornya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan type
penelitian deskriptif, yaitu mendeskriptifkan motif pemirsa Surabaya
menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI. Motif dioperasionalkan
sebagai semua penggerak alasan atau dorongan yang ada di dalam diri
manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena
adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.
Adapun motif yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan
1) Motif Informasi
Adalah berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan
eksplorasi sosial.
2) Motif Identitas Pribadi
Adalah referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai, motif yang
ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang oenting
dalam kehidupan atau situasi khalayak yang bersangkutan.,
3) Motif Integrasi Dan Interaksi Sosial
Adalah motif yang meliputi interaksi diri dan integrasi sosial, merajuk
pada kelangsungan hubungan individu dengan orang lain,
persahabatan, dan kegunaan sosial.
4) Motif Hiburan
Adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari
rutinitas tekanan dan masalah.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Untuk memudahkan pengukuran, maka penelitian ini digunakan
pada kategori motif individu menonton “X-Factor Indonesia” di RCTI.
Adapun penggunaan kategori pengkonsumsian media secara umum adalah
1. Motif Informasi
a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menambah informasi dan pengetahuan tentang beragam lagu
yang ada di Indonesia maupun mancanegara.
b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin mengetahui tentang rangkaian acara dalam tayangan X-Factor
Indonesia dari awal hingga akhir acara.
c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin mengetahui pendapat juri (komentator) tentang penampilan
kontestan saat itu.
d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya
ingin mengetahui genre lagu yang sedang trend saat ini.
e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya
ingin mengetahui kontestan mana yang menjadi trending topic
dalam situs online twitter.
f) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya
ingin mengetahui siapa saja bintang tamu yang memeriahkan acara
X-Factor Indonesia pada malam itu
2. Motif Identitas Pribadi
a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menemukan cara bagaimana kita berpenampilan menarik
b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin meningkatan pemahaman tentang bagaimana kita dapat
memiliki percaya diri kuat ketika berada didepan banyak orang.
c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menemukan inspirasi berbagai macam tatanan rambut yang
menarik dari para kontestan.
d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menemukan inspirasi style berjilbab dan berbusana muslim
modern dari kontestan yang bernama Fatin.
e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menemukan inspirasi make-up yang natural salah satu juri
yaitu Anggun C. Sasmi.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin dianggap sebagai orang yang mengikuti perkembangan
didunia tayangan talentshow.
b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin ikut berpartisipasi dengan mengajak teman untuk
mem-voting idola yang mereka jagokan agar tidak termasuk dalam posisi
dua terbawah.
c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin membicarakan tentang model pakaian yang dikenakan oleh
d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin membicarakan alasan mengapa kontestan tersebut
tereliminasi dari acara X-Factor Indonesia dengan
teman/kerabat/saudara.
e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin membicarakan bagaimana penampilan para kontestan diatas
panggung saat menyanyikan sebuah lagu dengan
teman/kerabat/saudara.
4. Motif Hiburan
a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin
merasa terhibur dengan aksi panggung setiap kontestan pada Gala
Show.
b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin
merasa terhibur dengan aksi para peserta yang konyol dan lucu
pada saat tayangan audisi.
c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin
merasa terhibur dengan candaan dari para juri saat mengomentari
para kontestan.
d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin menikmati alunan lagu yang dinyanyikan setiap kontestan
untuk melepas lelah setelah seharian melakukan aktivitas yang
e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya
ingin ikut merasakan euforia Fatin menjadi pemenang saat Final
X-Factor Indonesia.
Pengukuran motif ini diukur melalui beberapa skor dengan
menggunakan modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini
merupakan metode pengukuran sikap seseorang tentang sesuatu objek
sikap. Indikator-indikator dari variabel motif terhadap suatu obyek
merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang
harus diisi responden. Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan
digolongkan dalam empat macam kategori jawaban yaitu “Sangat Tidak
Setuju”(STS), “Tidak Setuju”(TS), “Setuju”(S), “Sangat Setuju”(SS)
(Kriyantono, 2006:134).
Selanjutnya, setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari
pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai pada
masing-masing jawaban. Pemberian nilainya sebagai berikut :
a) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1, jika responden sangat
tidak sependapat dengan pernyataan yang diajukan.
b) Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2, jika responden tidak sependapat
dengan pernyataan yang diajukan.
c) Setuju (S) : diberi skor 3, jika responden setuju dengan pernyataan
d) Sangat Setuju (ST) : diberi skor 4, jika responden sangat menytujui
dan sependapat dengan pernyataan yang diajukan.
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu
(undecided), alasannya karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda,
yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan
ragu-ragu. Disedikannya jawaban tengah-tengah juga mengakibatkan respoden
akan cenderung memilih jawaban ditengah-tengah terutama bagi
responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu,
responden memilih jawaban untuk memilih amannya. Yng terakhir,
disediakannya jawaban tengah-tengah akan menghilangkan banyaknya
data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang
(Kriyantono, 2006:135).
Skoring dilakukan dnegan menjumlah skor dari setiap items dari
tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap pertanyaannya tersebut
untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif
diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket.
Kemudian jawaban yang telah terpilih diberi skor dan ditotal. Total skor
dari tiap kategori, dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu: rendah, sedang,
dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range
masing-masing kategori ditentukan dengan :
R (Range) = skor tertinggi – skor terendah
Jenjang yang di inginkan
Skor Tertinggi : Perkalian antar nilai tertinggi dengan jumlah nilai
item pertanyaan
Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai
item pertanyaan
Jenjang : 3
Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh tingakt interval untuk
mengetahui motif pemirsa surabaya dalam menonton acara X-Factor
Indonesia di RCTI, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Motif Informasi terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang
menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI.
Motif informasi
(6x4) – (6x1) = (24-6) = 18 = 6
3 3 3
Rendah = 6 – 11
mempunyai tingkat motif informasi yang rendah artinya
tingkat informasi yang didapatkan setelah menonton acara
X-Factor Indonesia di RCTI sangat rendah, sehingga
kebutuhan yang terpenuhi hanya sedikit.
Sedang = 12 – 17
mempunyai tingkat motif informasi yang sedang artinya
X-Factor Indonesia di RCTI hanya sedang saja, sehingga
kebutuhan yang terpenuhi hanya sebagian saja.
Tinggi = 18 – 24
mempunyai tingkat motif informasi yang tinggi artinya
tingkat informasi yang didapatkan setelah menonton acara
X-Factor Indonesia di RCTI sangat tinggi, sehingga
kebutuhan terpenuhi semuanya.
2) Motif identitas pribadi terdapat 5 pertanyaan tentang responden yang
menonton acara X-Factor
Motif identitas pribadi = (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5
3 3 3
Rendah = 5 – 9
mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang rendah
artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah
menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI sangat rendah
sehingga kebutuhan yang terpenuhi hanya sedikit.,
Sedang = 10 - 14
mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang sedang
artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah
menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI hanya sedang
saja, sehingga kebutuhan yang terpenuhi hanya sebagian
Tinggi = 15 – 20
mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang tinggi
artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah
menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI sangat tinggi
sehingga kebutuhan terpenuhi semuanya.
3) Motif integrasi dan interaksi sosial terdapat 5 pertanyaan tentang
responden yang menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI
Motif Integrasi&Interaksi sosial
= (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5
3 3 3
Rendah = 5 – 9
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang rendah artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI sangat rendah sehingga kebutuhan yang terpenuhi
hanya sedikit.,
Sedang = 10 - 14
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang sedang artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI hanya sedang saja, sehingga kebutuhan yang
Tinggi = 14 – 18
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang tinggi artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI sangat tinggi sehingga kebutuhan terpenuhi
semuanya.
4) Motif Hiburan terdapat 5 pertanyaan tentang responden yang menonton
acara X-Factor Indonesia di RCTI
Motif hiburan = (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5
3 3 3
Rendah = 5 – 9
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang rendah artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI sangat rendah sehingga kebutuhan yang terpenuhi
hanya sedikit.,
Sedang = 10 - 14
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang sedang artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI hanya sedang saja, sehingga kebutuhan yang
Tinggi = 15 – 20
mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial
yang tinggi artinya tingkat identitas pribadi yang
didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di
RCTI sangat tinggi sehingga kebutuhan terpenuhi
semuanya.
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2002:57). Sedangkan menurut Riduwan (2004:55) mengatakan
bahwa “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil
pengukuran yang menjadi objek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah penonton yang berusia
15-25tahun yang bertempat tinggal di Surabaya baik laki-laki maupun
perempuan menurut data tahun 2010 berjumlah 708.921 jiwa (BPS
Surabaya) yang tersebar di lima wilayah yaitu Surabaya pusat, Surabaya
utara, Surabaya selatan, Surabaya timur, dan Surabaya barat. Mengambil
responden 15-25 tahun dengan alasan karena pada usia tersebut merupakan
titik awal tahapan perkembangan dalam proses berfikir pemahaman secara
hidupnya secara lebih luas yakni dalam lingkungan masyarakat dimana ia
hidup (Santrock, 2007:20).
3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan
masyarakat yang bertempat tinggal di kota Surabaya yang berusia 15-25
tahun baik laki-laki maupun perempuan.
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Multistage Cluster Random Sampling yaitu penarikan sampel yang
dilakukan lebih dari beberapa tahap, mengingat responden dalam
penelitian ini banyak yang tersebar luas di wilayah Surabaya. Dimana
populasi penelitian dibagi menjadi beberapa cluster berdasarkan wilayah
tempat tinggal (Kriyantono, 2006:153). Jumlah keseluruhan populasi dari
masyarakat Surabaya berjumlah 708.921 jiwa, sehingga jumlah sampel
yang akan diambil dengan menggunakan rumus Yamane (Kriyantono,
2006:160) adalah sebagai berikut:
n = N
N.d2 + 1
Keterangan :
n : jumlah sampel yang diperlukan
N : jumlah populasi
n = 708.921
(708.921) . (0,1)2 + 1
n = 708.921
7090,21
n = 99,98 ( dibulatkan menjadi 100)
jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang
Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wiyalah penelitian di
Kota Surabaya, dimana kota Surabaya terbagi menjadi lima wilayah
yaitu Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Pusat, Surabaya
Barat, dan Surabaya Selatan. Setelah dilakukan pengundian secara
acak terpilihlah wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.
2) Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan. Dimana
wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh kecamatan dan Surabaya
Selatan memiliki delapan kecamatan. Setelah dilakukan pengundian,
tepilih kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar untuk wilayah
Surabaya Timur, sedangkan wilayah Surabaya Selatan terpilih
kecamatan Wonokromo dan Gayungan.
3) Tahap ketiga, dilakukan pemilihan pada tingkat kelurahan. Setelah
Penjaringan Sari untuk kecamatan Rungkut, sedangkan kecamatan
Gunung Anyar terpilih kelurahan Gunung Anyar dan kelurahan
Rungkut Menanggal. Kelurahan Ketintang dan Kelurahan Dukuh
Menanggal untuk kecamatan Gayungan, dan untuk kecamatan
Wonokromo terpilih kelurahan Wonokromo dan kelurahan Ngagel.
Gambar 3.1 Multistage Cluster Random Sampling Wilayah Surabaya
Jumlah rincian yang berusia 15-25 tahun dari masing-masing
kelurahan yaitu :
1) Kelurahan Medokan Ayu 2.239 jiwa
2) Kelurahan Penjaringan Sari 2.160 jiwa
3) Kelurahan Gunung Anyar 7.027 jiwa
4) Kelurahan Rungkut Menanggal 5.044 jiwa
5) Kelurahan Ketintang 4.212 jiwa
6) Kelurahan Dukuh Menanggal 2.614 jiwa
7) Kelurahan Wonokromo 33.395 jiwa
8) Kelurahan Ngagel 3.835 jiwa
--- +
Total 60.526 jiwa
(sumber: BPS Surabaya 2012)
Untuk lebih rinci menentukan 100 sampel yang digunakan, yaitu
pemirsa yang berusia 15-25 tahun di Surabaya dari beberapa kelurahan,
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ni = Ni x n
N
ni : jumlah sampel pemirsa berusia 15-25 tahun dari beberapa
kelurahan