• Tidak ada hasil yang ditemukan

“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“MOTIF PEMIRSA MENONTON ACARA “X-FACTOR INDONESIA” (Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Menonton Acara “X-Factor Indonesia” di RCTI)."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh :

SHALLYS INDRIANTI NPM. 0943010051

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

ii Disusun oleh : SHALLYS INDRIANTI

0943010051

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skr ipsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr a. Diana Amalia, M. Si NIP. 19630907 199103 2 001

Mengetahui

NIP. 1 95507 181 983 022 001 DEKAN

(3)

Disusun oleh : SHALLYS INDRIANTI

0943010051

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunika si Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada tanggal 18 J uli 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1.Ketua

Dr a. Diana Amalia, M. Si Dr a. Sumar djijati, M.Si

NIP. 1 9630907 199103 2 001 NIP. 1 9620323 1991309 2 00 1 2.Seker tar is

Dr s. Saifudin Zuhr i, M. Si NPT. 37006 94 00 351 3.Anggota

Dr a. Diana Amalia, M. Si NIP. 19630907 199103 2 001 Mengetahui

DEKAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah,

rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Skripsi dengan judul “Motif Remaja Surabaya Menonton Acara X-Factor

Indonesia di RCTI”. Hasil Skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata,

namun terwujud berkat bantuan dari Ibu Dra. Diana Amelia, M.Si. selaku Dosen

Pembimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis juga banyak mendapatkan pengarahan,

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melancarkan dan memberikan

kemudahan dalam penggarapan skripsi ini.

2. Dra. Ec. Hj. Suparwati M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Juwito, S.Sos, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Dra. Diana Amelia, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa

(5)

5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Komunikasi yang sudah memberikan ilmu

baik secara teori maupun secara praktik.

6. Bapak, Ibuk dan Keluarga tercinta yang senantiasa memberi dukungan

penuh.

7. Teman-teman dan sahabat The Koprals yang sudah membantu saya sampai

laporan proposal skripsi ini selesai.

8. Joko Febrianto yang telah memberikan dukungan dan semangatnya, serta

kritik dan sarannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna

memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk rekan-rekan Program Studi

Ilmu Komunikasi.

Surabaya, 23 Juli 2013

(6)

v

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI………..………. v

DAFTAR TABEL. ..………...……… viii

DAFTAR GAMBAR..………..………. xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah…………... 1

1.2 Rumusan Masalah……… 9

1.3 Tujuan Penelitian………..……… 9

1.4 Manfaat Penelitian...………... 9

BAB II LANDASAN TEORI……… 11

(7)

2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 14

2.2.2 Teori Uses and Gratification... 17

2.2.3 Kebutuhan Individu Dalam Penggunaan Media... 21

2.2.4 Motif... 22

2.2.5 Remaja... 27

2.2.6 Remaja Sebagai Khalayak Media... 28

2.2.7 Acara Ajang Pencarian Bakat (X-Factor)... 29

2.3 Kerangka Berpikir…...……… 30

BAB III METODE PENELITIAN……… 33

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 33

3.1.1 Definisi Operasional... 33

3.1.2 Pengukuran Variabel... 34

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 44

3.2.1 Populasi... 44

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data………... 50

3.4 Teknik Analisis Data...………. 51

(8)

vii

4.1.3 Gambaran Umum Surabaya Timur dan Surabaya Selatan……….. 57

4.2Penyajian Data dan Analisis Data………... 58

4.2.1 Identitas Pribadi………... 58

4.2.2 Motif Responden………. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 100

5.1 KESIMPULAN………... 106

5.2 SARAN………... 107

DAFTAR PUSTAKA………. 109

(9)

Acara “X-Factor Indonesia” dapat memenuhi kebutuhan pemirsa. Program ini menyajikan informasi, hiburan, pendidikan dan sosial. Dalam penelitian menggunakan teori uses and gratifications karena yang menjadi permasalahan utama bukan bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan sosial khalayak.

Penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini Multistage Cluster Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dengan

skala likert. Sampel penelitian adalah pemirsa Surabaya berusia 15-25 tahun yang menonton acara “X-Factor Indonesia” di RCTI.

Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan ada 4 motive yang mendasari dalam menonton acara “X-Factor Indonesia” di RCTI yaitu motive identitas personal, motive integrasi dan interaksi sosial pada kategori sedang. Sedangkan motive informasi, dan motive hiburan pada kategori tinggi, karena motive tersebut dapat memenuhi kebutuhan khalayak yaitu dengan adanya candaan segar dari kontestan yang lucu, candaan dari para juri, dan aksi panggung kontestan yang memukau dan dapat memberikan pengetahuan yang baru tentang lagu mancanegara.

Kata kunci: Motive, pemirsa remaja di Surabaya, acara “X-Factor Indonesia” di RCTI. ABSTRACT

SHALLYS INDRIANTI, 0943010051, MOTIVE SURABAYA VIEWER`S IN WATCHING EVENTS "INDONESIA X-FACTOR" IN RCTI (quantitative descriptive study of adolescents in Surabaya motive watching the show "X-Factor Indonesia" in RCTI).

Surely became active in choosing a media that can be the tools to providing their needs and The "X-Factor Indonesia" is capable to infest the needs of viewers. This program provides information, entertainment, education and social issues. The study using the uses and gratifications theory because the main problem is not how to research change the attitudes and behavior of media audiences, but how the media fulfill the needs of the audience.

This multistage cluster random sampling used in withdrawal of samples. Data collection is using a questionnaire with a Likert scale techniques. The samples were rated ages 15-25 of Surabaya viewers who watched the show "X-Factor Indonesia" in RCTI.

The results of this study it can be concluded that there are four underlying motive in watching the show "X-Factor Indonesia" in RCTI which are personal identity motives, integration and social interaction motives in the medium category. While the information motives, and motives of entertainment in the high category, because it can fulfill the viewers needs of the presence of fresh humors from funny contestant, and the jokes of the judges, also included the outstanding performances of contestants, and giving a new knowledge of internasional songs.

(10)

1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan utama dalam kehidupan

manusia. Kebutuhan itu semakin seiring dengan tingkatan kemajuan zaman.

Perkembangan komunikasi ditandai dengan adanya teknologi untuk

memajukan kemampuan media yang dipakai sebagai saluran komunikasi.

media cetak ataupun media elektronik mendukung penyebaran informasi agar

bisa memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang komunikasi secara lebih

efisien. Media massa maupun menjangkau komunikannya secara luas, dalam

jumlah yang besar dan dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut berkaitan

dengan kekuatan media massa yang mampu secara luas dan mencakup

kawasan yang tidak bisa dijangkau.

Televisi sebagai salah satu media massa yang memiliki fungsi dan

peran besar bagi khalayak pemirsanya, karena selain siarannya yang dapan

didengar (audible) dan dapat dilihat (visible), siaran televisi juga memiliki

sifat-sifat langsung, stimulan, intim, dan nyata. Selain itu, televisi juga

dianggap telah berhasil menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran

yang informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat (Mulyana,

1997:169).

Menurut Effendy dalam ilmu teori dan filsafat komunikasi, media

(11)

menggunakan perangkat satelit. Hal ini menjadikan informasi berkembang

pesat dan juga muncul globalisasi teknologi informasi dimana pun yang bisa

disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang

begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lainnya.

Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau movie picture in the

home, yang membuat pemirsa tidak perlu keluar rumah untuk menonton. Hal

tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi dan

keunggulan yang lain adalah tersaji dalam bentuk audiovisual, dengan kata

lain televisi adalah perpaduan anatara radio dan film. Selain unsur kata-kata,

sound effect, musik seperti radio, televisi juga mempunyai unsur visual

berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada

pemirsa sehingga seolah-olah khalayak berada di tempat peristiwa yang

disiarkan oleh pemancar televisi itu (Effendy, 2003:177).

Sebagai bentuk komunikasi lain, stasiun televisi menyiarkan program

acara semata-mata untuk mencapai tujuan komunikasi. Sedangkan tujuan

komunikasi sendiri akan tercapai apabila ada pandangan yang sama antara

komunikator dan komunikannya dalam menafsirkan pesan. Pesan merupakan

sarana untuk memberikan keakraban aktif dan memiliki derajat selektivitas

yang tinggi, maka pesan harus dibuat sedemikian rupa agar dapat menarik

perhatian audiens.

Di Indonesia, televisi merupakan medium terfavorit bagi masyarakat.

(12)

“Bercinta Dengan Televisi” (1997:285), dunia pertelevisian menunjukkan

pertumbuhan yang pesat, yaitu dengan munculnya stasiun televisi swasta

Indonesia yang mengudara antara lain : TVRI, RCTI (1989), SCTV (1990),

TPI(1991), ANTV (1993), INDOSIAR (1995), METRO TV (2000), TRANS

TV (2001), TRANS7 (2001), GLOBAL TV (2001), LATIVI (2001).

Bertambahnya stasiun televisi ini berdampak juga pada persaingan yang

timbul diantara mereka, berusaha menyajikan informasi, hiburan, dan

pendidikan untuk memenuhi kebutuhan khalayak melalui program acara yang

ditampilkan.

Maraknya persaingan antara stasiun televisi swasta berpengaruh pada

program acara yang dibuat, mulai dari acara berita, musik, film, sinetron,

pendidikan, kesehatan, misteri, kriminalitas, talk show, sampai acara yang

menampilakn subjek atau objek realitas kehidupan, yakni program acara yang

berdasarkan kisah nyata. Dengan berbagai macam acara yang ditampilkan,

akan membuat para pemirsa televisi bebas untuk memilih acara-acara mana

yang disukai, namun acara yang memberikan suguhan hiburan yang membuat

orang terhibur adalah acara musik.

Pemirsa (television wacther) adalah sasaran komunikasi melalui siaran

televisi yang heterogen, masing-masing individu memiliki kerangka acuan

(frame of reference) yang berbeda antara satu sama lainnya. Setiap individu

berbeda bukan saja dalam hal usia dan jenis kelamin, tetapi juga dalam latar

belakang sosial dan kebudayaannya, sehingga berbeda pula dalam pekerjaan,

(13)

kesenangan dan lain sebagainya. Kegiatan pemirsa dalam menonton acara

televisi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi tujuan mereka,

baik kebutuhan berupa informasi dan hiburan. Pemirsa ingin mecari

kesenangan, televisi dapat memberikan hiburan. Pemirsa mengalami masalah

atau goncangan jiwa, televisi memberikan kesempatan untuk melarikan diri

dari kegiatannya. Pemirsa kesepian dan televisi berfungsi sebagai sahabat.

Demikian besarnya peran televisi dalam memenuhi kebutuhan, maka televisi

dapat memuaskan kebutuhan pemirsa akan hiburan (Effendy, 2003:61).

Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa khususnya

televisi, tentu saja tidak lepas dari adanya kebutuhan serta dorong dan yang

timbul dan berkembangan dalam diri individu, sehingga seseorang

menggunakan televisi sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang

sering disebut dengan motif. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan

hidup dan mempertahankan eksistensinya (Effendy, 2003:45).

Diantara stasiun-stasiun swasta lainnya, RCTI selalu menampilkan ide

inovatif untuk suatu programnya yang kemudian sukses dan pada akhirnya

stasiun televisi swasta lainnya mencoba menghadirkan program-program

yang sama dengan harapan mendapat sambutan baik pula dari pemirsanya.

Tayangannya program berita seputar indonesia, misalnya mendapat sambutan

baik kemudian bermunculan acara berita di stasiun TV swasta dengan

karakter yang hampir sama seperti adanya liputan 6 di SCTV, aktualita di

ANTV, reportase TRANS TV, dan sebagainya. Contoh lainnya yaitu program

(14)

kemudian bermunculan sinetron religi di stasiun TV lainnya seperti Ustad

Fotocopy, dan lainnya. Selain itu pada program infotainment ada Cek n Ricek

di RCTI, dan di ikuti pula dengan INSERT di Trans TV, dan Halo Selebriti di

SCTV. Setelah sukses dengan acara talent show Idola Cilik dan Indonesian

Idol, RCTI membuat inovasi baru dengan meluncurkan acara X-Factor

dengan harapan dapat meraih sukses seperti talent show sebelumnya.

X FACTOR INDONESIA merupakan ajang kompetisi bernyanyi

dengan batasan yang luas. Semua penyanyi dengan usia minimal 15 tahun

sampai dengan usia maksimal yang tidak terbatas, dengan kategori baik solo

maupun grup vocal mempunyai kesempatan yang sama untuk mewujudkan

mimpi menjadi bintang dunia. Audisi X FACTOR INDONESIA berlangsung

di 10 kota di Indonesia; Medan, Bandung, Padang, Balikpapan, Manado,

Makassar, Surabaya, Jogjakarta, dan Jakarta.

Berbeda dengan kompetisi bernyanyi lainnya, di X FACTOR

INDONESIA, peserta tidak hanya bernyanyi di depan 4 orang Juri Utama

tetapi juga disaksikan oleh ribuan penonton secara langsung. Penonton di sini

akan berperan sebagai juri ke-5 yang bisa mempengaruhi keputusan Juri

Utama.

Kontestan yang lolos dari tahap Audisi berhak lanjut ke tahap Boot

Camp. Di tahap ini kontestan akan dibagi menjadi 4 kategori - Solo pria usia

15-24 tahun, Solo wanita usia 15-24 tahun, Solo pria/wanita usia 25 tahun ke

(15)

Kompetisi yang berlangsung bukan hanya diantara para kontestan, tapi para

juri pun otomatis ikut berkompetisi, saling berusaha menjadikan kontestan

mereka yang terdepan hingga lolos ke babak final.

Sistem Penjurian dalam ajang ini melalui voting SMS maupun voting

melalui telepon, dan setiap minggunya akan ada Bottom Two yang di

dapatkan dari voting pemirsa dirumah. Lalu, peserta yang masuk ke

dalam Bottom Two akan menyanyikan Save Me Song setelah peserta

menyanyikan Save Me Song, Juri akan memberikan penilaian untuk

menyelamatkan kontestan,dan yang mendapatkan hasil tertinggi ( 3-1 ) akan

lolos ke babak berikutnya dan yang terendah akan pulang, bila hasil seri (

2-2 ) maka akan bertemu sesi Dead Lock dimana hasil akan mengacu kepada

hasil voting pemirsa, dan dari hasil tersebut di dapatkan hasil voting pemirsa

yang terendah, maka yang terendah akan keluar dari kompetisi. (sumber :

http://xfactorindonesia.com/about).

Tayangan X-factor Indonesia dapat memenuhi kebutuhan remaja

Surabaya. Kebutuhan tersebut antara lain, kebutuhan motif informasi yaitu

masih ada remaja Surabaya yang kurang mengetahui lagu-lagu mancanegara

karena lagu dangdut masih mendominasi lagu-lagu dilingkungannya,

kebutuhan motif identitas yaitu masih sedikitnya remaja Surabaya yang

menggunakan hijab modern yang sedang trend, kebutuhan motif integrasi dan

interaksi sosial yaitu kurangnya remaja Surabaya mengangkat pembicaraan

yang berkualitas selain hanya membicarakan gosip selebritis, serta kebutuhan

(16)

seperti ini lah yang membuat remaja Surabaya memerlukan sebuah tayangan

televisi yang dapat memenuhi kebutuhannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa pada dasarnya tiap

individu memilki kebutuhan hidupnya. Antar individu satu dan yang lain

berbeda sehingga motif atau aktifitas penggunaan media dan tujuan akhir

yang diperoleh pun tidak ada yang sama. Individu bebas memilih dan

menggunakan media beserta isinya atau sumber-sumber rujukan lain untuk

mencapai tujuan akhir yaitu untuk memenuhi kebutuhannya akan sebuah

informasi baik yang dikemas dalam bentuk formal maupun dikemas

menghibur seolah menjadi alternatif pilihan bagi para pemirsa. Berlandaskan

hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui motif apakah yang

mendasari pemirsa menonton program acara X-Factor.

Menurut Dennis MCQuail dalam buku yang berjudul Teori

Komunikasi Massa (2002:72), ada empat kategori motif pengkonsumsian

media secara umum yaitu motif informasi (survaillance) seperti ingin

mendapatkan informasi tentang berbagai macam genre lagu, motif identitas

pribadi (personal identity) seperti ingin dapat menemukan cara bagaimana

kita berpenampilan menarik agar memperoleh perhatian dari orang lain, motif

integrasi dan interaksi sosial (personal relationship) seperti tidak lagi

dikatakan sebagai orang yang tidak mengikuti perkembangan didunia

tayangan talentshow dan motif hiburan (diversion) seperti merasa terhibur

(17)

Pendekatan yang digunakan untuk meneliti motif pemirsa dalam

menonton acara X-Factor adalah pendekatan dengan Teori Uses and

Gratification yang menunjukkan bahwa menjadi permasalahan utama

bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi

bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi

bobotnya pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk

mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003:289). Model ini tertarik pada apa

yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi tertarik pada apa yang

dilakukan seseorang terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

Objek dalam penelitian ini adalah para pemirsa remaja yang berusia

15-25 tahun, karena pada kategori usia tersebut sesuai dengan ketentuan

tayangan X-Factor Indonesia yaitu R-BO (Remaja-Bimbingan Orangtua) dan

sesuai dengan ketentuan umur para peserta audisi X-Factor yang dimulai pada

umur 15 Tahun.

Alasan pertama peneliti memilih program acara X-Factor karena pada

tayangan X-Factor Indonesia meraih rating tertinggi yaitu 5,4 pada tanggal

1 Maret 2013 dalam kategori acara talentshwow. (sumber:

http://id.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia ).

X Factor juga mempunyai kelebihan karena para juri yang terlibat

tidak hanya menilai penampilan peserta, tetapi mereka juga menjadi mentor

(18)

Rossa. (sumber:

http://kompetisi2013.blogspot.com/2013/02/x-factor-fenomenal.html ).

Sementara dipilihnya kota Surabaya sebagai lokasi penelitian

disebabkan Surabaya karena Surabaya menjadi salah satu tempat audisi dari

acara X-Factor Indonesia. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini

mengambil judul “Motif Pemirsa Menonton Acara X-Factor di RCTI” (Studi

Deskriptif Motif Pemirsa Surabaya Dalam Menonton Acara X-Factor di

RCTI), (sumber : http://xfactorindonesia.com/about).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana motif pemirsa dalam

menonton acara X-Factor di RCTI ?

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui motif pemirsa menonton acara X-Factor.

1.4Manfaat Penelitian

a) Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam jurnalistik yaitu televisis

(19)

b) Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan pada para pengelola

televisi yang ada di Indonesia tentang acara yang ditayangkan. Bagaimana

(20)

2.1 Penelitian Terdahulu

2.1.1. Penelitian Terdahulu Pertama

Motif Pendengar Aktif Program Talkshow di Radio Antariksa

Surabaya, Mucholiel Herwanto dan Fitri Andriani 2011. Penelitian ini

adalah radio yang mengkhususkan diri di bidang kesehatan, dengan pangsa

pendengar usia muda dan dewasa. Penelitian ini menjelaskan program

unggulan yaitu talkshow yang menyuguhkan berbagai informasi seputar

kesehatan dan gaya hidup sehat dengan tema yang beragam. Penelitian ini

dilakukan unuk mengetahui motif pendengar aktif dalam mengikuti

program talkshow di Radio Antariksa bukan semata-mata hiburan tetapi

juga menginformasikan apa yang dibutuhkan oleh pendengar yaitu

pengetahuan seputar kesehatan.

Landasan teori yang digunakan adalah teori Uses And

Gratifications yang berarti khalayak menggunakan media massa

berdasarkan motif-motif tertentu dan media akan dianggap berusaha

memenuhi motif khalayak. Pada akhirnya media yang mampu memenuhi

kebutuhan khayalak disebut sebagai media yang efektif. Menurut

Mc.Quail, ada empat motif khyalak dalam mengkonsumsi media: (1) motif

informasi, (2) motif identitas pribadi, (3) motif integrasi dan interaksi

(21)

untu melihat bagaimana khyalak aktif di radio Antariksa dalam menikmati

program talkshow.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan metode

survei. Sedangkan, jenis penelitian yang digunakan deskriptif, dengan

maksud memperoleh gambaran yang detail mengenai suatu fenomena.

Menggunakan teknik available sampling dengan mengambil sampel

orang-orang yang berdomomisili di wilayah Gerbang Kertasusila. Obyek

penelitian ini adalah pendengar yang aktif berpatisipasi dalam program

talkshow di Radio Antariksa baik melalui telepon, SMS, email, BBM, dan

live streaming. Dari data yang dihimpun peneliti, diperoleh informasi

bahwa jumlah pendengar talkshow di radio Antariksa berkisar antara

20-50 orang perhari.

Hasil penelitian ini Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan

responden lebih memilih motif hiburan yang dapat melepaskan kejenuhan

dan megisi waktu luang. Dan yang kedua adalah motif integrasi dan

interaksi sosial berbagi info seputar kesehatan. Penelitian ini diharapkan

dapat memberi wawasan kepada pengelola radio mengenai motif khayalak

ketika mengakses sebuah program. Mengenai acara yang dibutuhkan oleh

pendengar. Program siaran yang menarik dan bermanfaat bagi pendengar

bukan semata-mata berfokus pada program hiburan seperti yang saat ini

(22)

2.1.2 Penelitian Ter dahulu Kedua

Motif masyarakat Surabaya salam menggunakan iPhone, Tjoa

Cynthia Anggraini Wijaya, 2013. Penelitian ini dilakukan untuk

mnegetahui bagaimana motif para penggna ponse pintar iPhone yang

berada di Surabaya karena iPhone memiliki pangsa pasar yang jelas

sehingga menjadikan iPhone tetap stabil dalam penggunaannya. Mtif yang

diteliti adalah motif masyarakat Surabaya dalam menggunakan iPhone

dengan menggunakan teori Uses and gratifications untuk smartphone.

Indikator pengukuran yang dipakai meliputi: akses permanen, hiburan,

interaksi sosial, daya tarik, koneksi, instrumentalitas, dan mode/status.

Sedangkan metode yang digunakan adalah survei deskriptif pada 76

pengguna iPhone berdomisili di Surabaya, dengan menggunkan teknik non

probability purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

motif penggunaan iPhone di Surabaya cukup tinggi, terutama pada

indikator hiburan dan akses permanen, dimana motif tertinggi tersebut ada

pada para wiraswasta dan pegawai swasta, dengan pengeluaran

perbulannya berkisar 1.000.000-4.000.000 rupiah, dimana mereka

memiliki iPhone karena membelinya sendiri. Selain itu, ditemukan sebuah

kesimpulan bahwa dari iPhone seri pertama sampai iPhone yang terbaru,

motif tertinggi dalam penggunaannya konsisten ada pada indikator

hiburan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada

(23)

dengan penelitian terdahulu. Perbedaan dan persamaan pada penelitian

terdahulu pertama dengan sekarang. Perbedaanya terletak pada media,

program acara dan teknik penarikan sampel. Jika, pada penelitian

terdahulu pertama menggunakan media radio sebagai alat komunikasi

massa. Pada penelitian sekarang menggunakan media televisi. Tenik

penarikan sampel menggunakan available sampling, pada penelitian

sekarang menggunakan multistage cluster sampling. Persamaan antara

penelitian sekarang dan terdahulu terletak pada teori Uses and

Gratifications. Pada penelitian terdahulu kedua, Perbedaan terletak pada

teknik penarikan sampel menggunakan non probability purposive

sampling, sedangkan sekarang menggunakan multistage cluster sampling.

Persamaan terletak pada teori Uses and Gratifications.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi merupakan bagia dari media massa, dimana media massa

mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Peranan media dalam kehidupan

menurut Liliweri (1994:42) adalah sebagai berikut :

1) Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk

mengetahui secara jelas segala ikhwal tentang dunia sekeklilingnya

kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2) Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun

(24)

3) Media masa berfungsi membantu dan berhubungan dengan berbagai

kelompok masyarakat lain diluar masyarakat kita.

4) Media massa membantu mensosialisasikan pribadi manusia.

5) Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari

keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.

6) Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, fungsinya untuk

memberikan hiburan bagi khalayak.

Televisi adalah satu media massa yang memancarkan suara dan

gambar, yang berarti reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui

gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat

penerima dirumah (Effendy, 2009:20).

Televisi mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa,

yaitu :

1) Komunikasi massa berlangsung satu arah, yaitu tidak terdapat arus

balik dari komunikan kepada komunikator.

2) Komunikator pada komunikasi massa berlembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga,

yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator dalam

menyebarluaskan pesan komunikasi, bertindak atas nama lembaga,

(25)

3) Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum karena

ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum.

4) Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Yang dimaksud keserempakan adalah keserempakan kontak dengan

sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator,

dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan

terpisah.

5) Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Massa dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang yang

heterogen, keberadaannya terpencar, dimana antara satu sama lainnya

tidak saling mengenal dan tidak terdapat kontak pribadi.

Masing-masing berada dalam berbagai hal, seperti: jenis kelamin, pandangan

hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya (Effendy, 2003:22-23).

Berdasarlan ciri-ciri diatas, komunikasi menitik beratkan pada

penyampaian pesan melalui bentuj media massa, baik cetak maupun

elektronik. Pesan yang disampaikan merupakan suatu produk atau

komoditas yang memiliki nilai tukar secara acuan simbolik yang

mengandung nilai kegunaan. Setiap pesan yang ditayangkan melalui suara

(audio) dan gambar (visual), berlangsung secara bersamaan (sikron), cepat

dan aktualm terlebih lagi dalam siaran langsung (life broadcast) dan dapat

(26)

Menurut Effendy (2009:24), fungsi televisi sebagai media massa

adalah :

1. Fungsi Penerangan (the information function)

Memberikan informasi lewat program acara televisi yang disiarkan.

2. Fungsi Pendidikan (the educational function)

Memberikan informasi pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan

dan penalaran pada masyarakat.

3. Fungsi Hiburan ( the entertainment function)

Acara-acara yang ditayangkan di setiap stasiun televisi memberikan

hiburan terhadap khalayak luas.

2.2.2 Teori Uses and Gratification

Model Uses and Gratification menunjukkan bahwa menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi

dan sosial khalayaknya. Jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif,

yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus

(Effendy, 2003:289).

Teori Uses and Gratification digambarkan Swason sebagai a

dramatic break with effect tradition of the past. Model ini tidak tertarik

pada apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa

yang dilakukan orang terhadap media. Setiap khalayak dianggap aktif

(27)

timbul istilah Uses and Gratification, penggunaan dan pemebuhan

kebutuhan (Rakhmat, 2007:65). Dalam asumsi ini tersirat pengertian

bahwa komunikasi massa berguna (utility), bahwa konsumsi media

diarahkan oleh motif (intentionality), bahwa perilaku media

mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa

khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media

hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologi, efek media

dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi (Rakhmat,

2007:65).

Menurut Katz, Blumer dan Gurevitch, uses and gratification

meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan tertentu dari

media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan

media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan

akibat-akibat lain. Mereka juga merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini

adalah :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan

media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikai massa banyak inisiatif untuk mengkaiykan

pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota

khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk

memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipebuhi media hanyalah

(28)

kebutuhan ini terpenuhi melalui komsumsi media amat tergantung

kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang

diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti

melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan

sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak (Rakhmat, 2007:105).

Berkaitan dengan jenis media dan isi yang dipilih, konsep khalayak

aktif memiliki kaitan dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak

mempunyai kecenderungan untuk mengolah data makna atas informasi

yang diperoleh. Dalam hal ini khalayak dapat memilih acara talent show

mana yang akan ditontonnya, yang tentunya dapat semaksimal mungkin

memenuhi kebutuhan sosial khalayak.

Pendekatan uses and gratification menekankan riset komunikasi

massa pada konsumen pesan atau komunikasi yang tidak begitu

memperhatikan mengenai pesannya. Kajian yang dilakukan dalam ranah

uses and gratification mecoba untuk menjawab pertanyaan : “Mengapa

orang menggunakan media dan apa yang mereka gunakan untuk media?”

(29)
(30)

2.2.3Kebutuhan Individu Dalam Penggunaan Media

Pada dasarnya setiap manusia memilki kebutuhan dasar dan

khalayak secara aktif memilih media massa untuk memenuhi

kebutuhannya, sehingga mendapat kepuasan dari penggunaan media

tersebut. Khalayak mempunyai berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan

dan berharap dengan menggunakan media dapat memenuhi sebagian

kebutuhannya itu.

Secara umum Katz Gueviricth dan Haas (Effendy, 2003:294)

menjelaskan tipologi kebutuhan utama manusia yang berkaitan dengan

media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu :

1) Cognitive needs (kebutuhan kognitif), kebutuhan yang berkaitan

dengan oeneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai

lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan oada hasrat untuk memahami

dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa oenasaran kita dan

dorongan untuk menyelidiki.

2) Affective needs (kebutuhan afektif), kebutuhan yang berkaitan dengan

peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan

emosional.

3) Personal integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif),

kebutuhan yang berkatian dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan,

stabilitas dan status individual. Hal tersebut diperoleh dari hasrat akan

(31)

4) Social intergrative needs (kebutuhan sosial secara integartif),

kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi.

5) Escapist needs (kebutuhan pelepasan), kebutuhan yang berkaitan

dengan uoaya menghindarkan tekanan, ketegangan dan hasrat akan

keanekaragaman.

2.2.4Motif

Dalam melakukan seuatu tindakan ataupun perbuatan pasti

didasarkan pada motif-motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat

dipisahkan daripada kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang

berbuat atau melakukan sesuatu, sedikitbanyaknya ada kebutuhan didalam

dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Motif adalah segala

sesuatu yang mendorong seseorang bertindak melakukan sesuatu

(Purwanto, 2006:60).

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar. Abraham

Maslow mengungkapkan bahwa ada 5 kebutuhan dasar (basic needs)

secara hirarki dan menempatkan kebutuhan dan aktualisasi diri sebagi

tingkatan tertinggi. Individu berharap dengan menggunakan media dapat

memenuhi sebagian dari kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar terdiri dari :

1) Physicological needs (kebutuhan fisokologis), kebutuhan dasar yang

(32)

dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang,

dan papan, kesehatan fisik.

2) Safety needs (kebutuhan keamanan), kebutuhan ini meliputi terlindung

dari bahay, perlakuan tidak adil, terjamin keamanan dirinya.

3) Love needs (kebutuhan cinta), kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan

dicintai.

4) Esteem needs (kebutuhan penghargaan), kebutuhan dihargai karena

prestasi, kemampuan, kedudukan dan status.

5) Self actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri), kebutuhan

mempertinggi potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimum, kreatifitas dan ekspresi diri (Effendy, 2003:290).

Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif

yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu. Artintya,

individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media

karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya. Motif

adalah suatu pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan

atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu

(33)

Menurut Purwanto (2000:70) menjelaskan fungsi motif :

1. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.

Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang

memeberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu

tugas.

2. Motif itu menentukan arah.

Yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi

mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk

mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula

terbentang jalan yang harus ditempuh.

3. Motif itu menyeleksi perbuatan kita.

Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan,

yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan

perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang yang

benar-benar ingin mencapai gelarnya sebagai sarjana, tidak akan

menghambur-hamburkan waktunya untuk berfoya-foya/bermain kartu,

sebab perbuatan itu tidak cocok dengan tujuan.

Dari beberapa definisi tentang motif tersebut maka, dapat

disimpulkan bahwa motif adalah sesuatu yang ada pada diri individu yang

menggerakkan atau membangkitkan sehingga membuat individu itu

(34)

Menurut McQuail (2002:72) ada empat kategori motif

pengkonsumsian media secara umum meliputi :

1) Motif Informasi

Adalah berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan

eksplorasi sosial, hal tersebut meliputi :

a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan

dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia

b) Mecari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,

pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan

c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

d) Belajar, pendidikan diri sendiri

e) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan

2) Motif Identitas Pribadi

Adalah referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai, motif yang

ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang oenting

dalam kehidupan atau situasi khalayak yang bersangkutan, hal tersebut

meliputi :

a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi

b) Menemukan model perilaku

c) Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media)

(35)

3) Motif Integrasi Dan Interaksi Sosial

Adalah motif yang meliputi interaksi diri dan integrasi sosial, merajuk

pada kelangsungan hubungan individu dengan orang lain,

persahabatan, dan kegunaan sosial, hal tersebut meliputi :

a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati

sosial

b) Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

memiliki

c) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial

d) Memperoleh teman selain dari manusia

e) Membantu menjalankan peran sosial

f) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi

sanak-keluarga, teman, dan masyarakat

4) Motif Hiburan

Adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari

rutinitas tekanan dan masalah, hal tersebut meliputi :

a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan

b) Bersantai

c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis

d) Mengisi waktu

e) Penyaluran emosi

(36)

2.2.5Remaja

Masa remaja adalah masa dimana seseorang membentuk atau

memulai membangun siapa dirinya atau jati dirinya. Dalam kamus Bahasa

Indonesia, remaja didefinisikan sebagai suatu fase kehidupan mulai dari

dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Masa remaja mempunyai

jenjang umur mulai 12 tahun hingga 25 tahun (Sarwono, 2004 : 29).

Remaja yang dalam bahasa lainnya disebut adolescence, berasal

dari bahasa latin yang artinya “tumbuh mencapai kematangan”. Anak

dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan yang pesat dalam

aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini

memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintergrasikan dirinya ke

dalam masyarakat dewasa tapi juga merupakan karakteristik yang paling

menonjol dari semua periode perkembangan.

Kendati variatif, pengelompokkan usia remaja tidak pernah

menjadi perdebatan panjang. Inti permasalahannya, bukan pada usia tetapi

apa yang terjadi pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi

dari anak-anak menuju dewasa (Santrock, 2007:20). Berdasarkan uraian

tersebut, sesuai dengan tujuan penelitian ini, remaja pada penelitian ini

lebih difokuskan pada remaja akhir dengan usia 15-25 tahun karena sesuai

dengan usia dari ketentuan peserta audisi X-Factor Indonesia dan

ketentuan dari kategori tayangan yaitu R-BO (Remaja-Bimbingan

(37)

2.2.6Remaja Sebagai Khalayak Media

Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu

sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikatir. Komunikasn

merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlihat dalam proses

komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komentator bersifat

heterogen. Dalam keberadaannya secara tidak terpencar-pencar, dimana

satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memilki kontak pribadi,

masing-masing berbeda dalam berbagai hal, antara lain: jenis kelamin,

usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, pandangan

hidup, keinginan, cita-cita, dan lain sebagainya (Effendy, 2009:25).

Pemirsa berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan

sebagai kumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa

berbagai media atau komponen isinya. Pemirsa yang tersebar adalah

populasi yang tersedia untuk menerima tawaran komunikasi tertentu

dengan demikian semua yang menonton televisi adalah pemirsa televisi

(target audience). Pemirsa “X-Factor Indonesia” yang terbanyak adalah

dari kalangan remaja yaitu berumur 12-25 tahun, namun peneliti memilih

remaja berumur 15-25 tahun karena sesuai dengan umur para peserta

(38)

2.2.7Acara Ajang Pencarian Bakat (X-Factor)

Sebuah ajang pencarian bakat adalah suatu peristiwa di mana peserta

melakukan bakat menyanyi , menari , akrobat , bertindak , drum , seni bela

diri , memainkan alat musik, atau kegiatan lain untuk menampilkan

keterampilan, kadang-kadang untuk hadiah, piala atau hadiah.

Menunjukkan bakat Banyak pertunjukan ketimbang kontes, namun ada

juga yang kontes yang sebenarnya, pemberian hadiah kepada peserta

mereka (sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Talent_show).

X -Factor Indonesia adalah televisi Indonesia musik kompetisi untuk

mencari yang baru menyanyi bakat; pemenang yang menerima 1 miliar

rupiah kontrak rekaman dengan Sony Music Indonesia . Musim pertama

ditayangkan di RCTI pada tanggal 28 Desember 2012.

Berdasarkan format Inggris , kompetisi terdiri dari audisi, di depan

produsen dan kemudian hakim dengan penonton hidup, bootcamp, rumah

hakim dan kemudian final hidup. Audisi untuk pertunjukan dimulai pada

bulan September 2012 dan menyimpulkan pada bulan November 2012.

Acara ini diselenggarakan oleh mantan VJ dan Bingkai Berita tuan rumah

Robby Purba , sementara panel juri terdiri dari Ahmad Dhani , Rossa ,

Anggun dan Bebi Romeo .

Acara ini ditayangkan di RCTI setiap hari jum`at pada pukul 21.00

dan berdurasi 60-240 menit dalam sekali tayangan. Para kontestan akan

(39)

penampilan kontestan akan diberikan kritik serta saran mengenai

penampilan para kontestan diatas panggung.

Sistem Penjurian dalam ajang ini melalui voting SMS maupun voting

melalui telepon, dan setiap minggunya akan ada Bottom Two yang di

dapatkan dari voting pemirsa dirumah. Lalu, peserta yang masuk ke

dalam Bottom Two akan menyanyikan Save Me Song setelah peserta

menyanyikan Save Me Song, Juri akan memberikan penilaian untuk

menyelamatkan kontestan,dan yang mendapatkan hasil tertinggi ( 3-1 )

akan lolos ke babak berikutnya dan yang terendah akan pulang, bila hasil

seri ( 2-2 ) maka akan bertemu sesi Dead Lock dimana hasil akan mengacu

kepada hasil voting pemirsa, dan dari hasil tersebut di dapatkan hasil

voting pemirsa yang terendah, maka yang terendah akan keluar dari

kompetisi (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia).

2.3 Kerangka Ber fikir

Dengan informasi manusia dapat memperluas pandangan dan

wawasannya, serta dapat lebih meningkatkan kedudukan dan peranannya

dalam masyarakat. Untuk mengetahui dengan jelas segala hal yang terjadi di

dunia atau sekelilingnya, setiap manusia sangat membutuhkan kehadiran

media untuk memenuhi kebutuhannya. Maka hadirlah sarana komunikasi

(40)

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi yang tidak

terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari, adapun media massa yang

dimaksudkan disini adalah televisi.

Menonton televisi bagi pemirsa merupakan suatu kegiatan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan bisa berupa

kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Dengan menonton

televisi manusia dapat memahami dan mengerti setiap informasi yang

disampaikan dan manusia dapat menilai informasi sebagai pesan mendidik,

menghibur serta mempengaruhi pemirsanya melalui berbagai acara yang

disajikan.

Manusia mempunyai banyak kebutuhan, diantaranya adalah

kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, sampai kebutuhan

aktualisasi diri. Salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar baik

sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar mendapatkan

penghargaan atau sebgai aktualisasi diri adalah kebutuhan akan informasi dan

hiburan.

Dunia pertelevisian di Indonesia semakin berkembang sejak tahun

1990, diantaranya dengan semakin banyaknya stasiun televisi swasta yang

menyajikan berbagai program yang menarik perhatian penonton. Kegiatan

pemirsa dalam menonton acara X-Factor Indonesia merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khalayak, baik kebutuhan berupa

(41)

Acara X-Factor Indonesia yang ditayangkan RCTI merupakan acara

yang digemari karena menampilkan bakat seseorang dalam bidang teknik

vocal. Hal tersebut bisa terlihat rating yang semakin lama semakin meningkat

yaitu dari rating 12 pada tanggal 28 Desember 2012 menjadi rating 1 pada

tanggal 1 Maret 2013.

(sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia)

Menurut Dennis MCQuail dalam buku yang berjudul Teori

Komunikasi Massa (2002:72), ada empat kategori motif pengkonsumsian

media secara umum yaitu motif informasi (survaillance), motif identitas

pribadi (personal identity), motif integrasi dan interaksi sosial (personal

relationship) dan motif hiburan (diversion).

Dalam hal ini, peneliti berusaha melihat motif pemirsa Surabaya

dalam menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Motif Pemirsa Surabaya Menonton Acara

(42)

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif

karena peneliti akan menjabarkan dan menginterpretasikan data hasil penelitian

secara sistematis mengenai Motif pemirsa dalam menonton acara X-Factor

Indonesia di RCTI.

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Yang dimaksud dengan

variabel defini operasional adalah suatu pembatasan atau perincian

kegiatan-kegiatan operasional yang dilakukan guna mengukur variabel

serta indikatornya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan type

penelitian deskriptif, yaitu mendeskriptifkan motif pemirsa Surabaya

menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI. Motif dioperasionalkan

sebagai semua penggerak alasan atau dorongan yang ada di dalam diri

manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Motif timbul karena

adanya kebutuhan dengan kata lain motif merupakan ciri dari kebutuhan.

Adapun motif yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan

(43)

1) Motif Informasi

Adalah berkenaan dengan kebutuhan individu akan informasi dan

eksplorasi sosial.

2) Motif Identitas Pribadi

Adalah referensi diri, eksplorasi realitas, penguatan nilai, motif yang

ditujukan untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang oenting

dalam kehidupan atau situasi khalayak yang bersangkutan.,

3) Motif Integrasi Dan Interaksi Sosial

Adalah motif yang meliputi interaksi diri dan integrasi sosial, merajuk

pada kelangsungan hubungan individu dengan orang lain,

persahabatan, dan kegunaan sosial.

4) Motif Hiburan

Adalah motif yang meliputi kebutuhan untuk melepaskan diri dari

rutinitas tekanan dan masalah.

3.1.2 Pengukuran Variabel

Untuk memudahkan pengukuran, maka penelitian ini digunakan

pada kategori motif individu menonton “X-Factor Indonesia” di RCTI.

Adapun penggunaan kategori pengkonsumsian media secara umum adalah

(44)

1. Motif Informasi

a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menambah informasi dan pengetahuan tentang beragam lagu

yang ada di Indonesia maupun mancanegara.

b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin mengetahui tentang rangkaian acara dalam tayangan X-Factor

Indonesia dari awal hingga akhir acara.

c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin mengetahui pendapat juri (komentator) tentang penampilan

kontestan saat itu.

d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya

ingin mengetahui genre lagu yang sedang trend saat ini.

e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya

ingin mengetahui kontestan mana yang menjadi trending topic

dalam situs online twitter.

f) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI , karena saya

ingin mengetahui siapa saja bintang tamu yang memeriahkan acara

X-Factor Indonesia pada malam itu

2. Motif Identitas Pribadi

a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menemukan cara bagaimana kita berpenampilan menarik

(45)

b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin meningkatan pemahaman tentang bagaimana kita dapat

memiliki percaya diri kuat ketika berada didepan banyak orang.

c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menemukan inspirasi berbagai macam tatanan rambut yang

menarik dari para kontestan.

d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menemukan inspirasi style berjilbab dan berbusana muslim

modern dari kontestan yang bernama Fatin.

e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menemukan inspirasi make-up yang natural salah satu juri

yaitu Anggun C. Sasmi.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin dianggap sebagai orang yang mengikuti perkembangan

didunia tayangan talentshow.

b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin ikut berpartisipasi dengan mengajak teman untuk

mem-voting idola yang mereka jagokan agar tidak termasuk dalam posisi

dua terbawah.

c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin membicarakan tentang model pakaian yang dikenakan oleh

(46)

d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin membicarakan alasan mengapa kontestan tersebut

tereliminasi dari acara X-Factor Indonesia dengan

teman/kerabat/saudara.

e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin membicarakan bagaimana penampilan para kontestan diatas

panggung saat menyanyikan sebuah lagu dengan

teman/kerabat/saudara.

4. Motif Hiburan

a) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin

merasa terhibur dengan aksi panggung setiap kontestan pada Gala

Show.

b) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin

merasa terhibur dengan aksi para peserta yang konyol dan lucu

pada saat tayangan audisi.

c) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, saya ingin

merasa terhibur dengan candaan dari para juri saat mengomentari

para kontestan.

d) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin menikmati alunan lagu yang dinyanyikan setiap kontestan

untuk melepas lelah setelah seharian melakukan aktivitas yang

(47)

e) Saya menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI, karena saya

ingin ikut merasakan euforia Fatin menjadi pemenang saat Final

X-Factor Indonesia.

Pengukuran motif ini diukur melalui beberapa skor dengan

menggunakan modifikasi model skala Likert (skala sikap). Metode ini

merupakan metode pengukuran sikap seseorang tentang sesuatu objek

sikap. Indikator-indikator dari variabel motif terhadap suatu obyek

merupakan titik tolak dalam membuat pertanyaan atau pernyataan yang

harus diisi responden. Pilihan jawaban masing-masing pertanyaan

digolongkan dalam empat macam kategori jawaban yaitu “Sangat Tidak

Setuju”(STS), “Tidak Setuju”(TS), “Setuju”(S), “Sangat Setuju”(SS)

(Kriyantono, 2006:134).

Selanjutnya, setelah melakukan kategori pilihan jawaban dari

pertanyaan kuisioner dilanjutkan dengan pemberian nilai pada

masing-masing jawaban. Pemberian nilainya sebagai berikut :

a) Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1, jika responden sangat

tidak sependapat dengan pernyataan yang diajukan.

b) Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2, jika responden tidak sependapat

dengan pernyataan yang diajukan.

c) Setuju (S) : diberi skor 3, jika responden setuju dengan pernyataan

(48)

d) Sangat Setuju (ST) : diberi skor 4, jika responden sangat menytujui

dan sependapat dengan pernyataan yang diajukan.

Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu

(undecided), alasannya karena kategori ragu-ragu memiliki makna ganda,

yaitu bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban, netral, dan

ragu-ragu. Disedikannya jawaban tengah-tengah juga mengakibatkan respoden

akan cenderung memilih jawaban ditengah-tengah terutama bagi

responden yang ragu-ragu akan memilih jawaban yang mana. Selain itu,

responden memilih jawaban untuk memilih amannya. Yng terakhir,

disediakannya jawaban tengah-tengah akan menghilangkan banyaknya

data dalam penelitian, sehingga data yang diperlukan banyak yang hilang

(Kriyantono, 2006:135).

Skoring dilakukan dnegan menjumlah skor dari setiap items dari

tiap-tiap angket, sehingga diperoleh skor total dari tiap-tiap pertanyaannya tersebut

untuk masing-masing individu. Selanjutnya tiap-tiap indikator untuk motif

diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket.

Kemudian jawaban yang telah terpilih diberi skor dan ditotal. Total skor

dari tiap kategori, dikategorikan ke dalam 3 interval, yaitu: rendah, sedang,

dan tinggi. Penentuan interval dilakukan dengan penggunaan range. Range

masing-masing kategori ditentukan dengan :

R (Range) = skor tertinggi – skor terendah

Jenjang yang di inginkan

(49)

Skor Tertinggi : Perkalian antar nilai tertinggi dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Jenjang : 3

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh tingakt interval untuk

mengetahui motif pemirsa surabaya dalam menonton acara X-Factor

Indonesia di RCTI, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai

berikut :

1) Motif Informasi terdapat 6 pertanyaan tentang responden yang

menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI.

Motif informasi

(6x4) – (6x1) = (24-6) = 18 = 6

3 3 3

Rendah = 6 – 11

mempunyai tingkat motif informasi yang rendah artinya

tingkat informasi yang didapatkan setelah menonton acara

X-Factor Indonesia di RCTI sangat rendah, sehingga

kebutuhan yang terpenuhi hanya sedikit.

Sedang = 12 – 17

mempunyai tingkat motif informasi yang sedang artinya

(50)

X-Factor Indonesia di RCTI hanya sedang saja, sehingga

kebutuhan yang terpenuhi hanya sebagian saja.

Tinggi = 18 – 24

mempunyai tingkat motif informasi yang tinggi artinya

tingkat informasi yang didapatkan setelah menonton acara

X-Factor Indonesia di RCTI sangat tinggi, sehingga

kebutuhan terpenuhi semuanya.

2) Motif identitas pribadi terdapat 5 pertanyaan tentang responden yang

menonton acara X-Factor

Motif identitas pribadi = (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5

3 3 3

Rendah = 5 – 9

mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang rendah

artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah

menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI sangat rendah

sehingga kebutuhan yang terpenuhi hanya sedikit.,

Sedang = 10 - 14

mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang sedang

artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah

menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI hanya sedang

saja, sehingga kebutuhan yang terpenuhi hanya sebagian

(51)

Tinggi = 15 – 20

mempunyai tingkat motif identitas pribadi yang tinggi

artinya tingkat identitas pribadi yang didapatkan setelah

menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI sangat tinggi

sehingga kebutuhan terpenuhi semuanya.

3) Motif integrasi dan interaksi sosial terdapat 5 pertanyaan tentang

responden yang menonton acara X-Factor Indonesia di RCTI

Motif Integrasi&Interaksi sosial

= (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5

3 3 3

Rendah = 5 – 9

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang rendah artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI sangat rendah sehingga kebutuhan yang terpenuhi

hanya sedikit.,

Sedang = 10 - 14

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang sedang artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI hanya sedang saja, sehingga kebutuhan yang

(52)

Tinggi = 14 – 18

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang tinggi artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI sangat tinggi sehingga kebutuhan terpenuhi

semuanya.

4) Motif Hiburan terdapat 5 pertanyaan tentang responden yang menonton

acara X-Factor Indonesia di RCTI

Motif hiburan = (5x4) – (5x1) = (20-5) = 15 = 5

3 3 3

Rendah = 5 – 9

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang rendah artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI sangat rendah sehingga kebutuhan yang terpenuhi

hanya sedikit.,

Sedang = 10 - 14

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang sedang artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI hanya sedang saja, sehingga kebutuhan yang

(53)

Tinggi = 15 – 20

mempunyai tingkat Motif integrasi dan interaksi sosial

yang tinggi artinya tingkat identitas pribadi yang

didapatkan setelah menonton acara X-Factor Indonesia di

RCTI sangat tinggi sehingga kebutuhan terpenuhi

semuanya.

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2002:57). Sedangkan menurut Riduwan (2004:55) mengatakan

bahwa “Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil

pengukuran yang menjadi objek penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini adalah penonton yang berusia

15-25tahun yang bertempat tinggal di Surabaya baik laki-laki maupun

perempuan menurut data tahun 2010 berjumlah 708.921 jiwa (BPS

Surabaya) yang tersebar di lima wilayah yaitu Surabaya pusat, Surabaya

utara, Surabaya selatan, Surabaya timur, dan Surabaya barat. Mengambil

responden 15-25 tahun dengan alasan karena pada usia tersebut merupakan

titik awal tahapan perkembangan dalam proses berfikir pemahaman secara

(54)

hidupnya secara lebih luas yakni dalam lingkungan masyarakat dimana ia

hidup (Santrock, 2007:20).

3.2.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan

masyarakat yang bertempat tinggal di kota Surabaya yang berusia 15-25

tahun baik laki-laki maupun perempuan.

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Multistage Cluster Random Sampling yaitu penarikan sampel yang

dilakukan lebih dari beberapa tahap, mengingat responden dalam

penelitian ini banyak yang tersebar luas di wilayah Surabaya. Dimana

populasi penelitian dibagi menjadi beberapa cluster berdasarkan wilayah

tempat tinggal (Kriyantono, 2006:153). Jumlah keseluruhan populasi dari

masyarakat Surabaya berjumlah 708.921 jiwa, sehingga jumlah sampel

yang akan diambil dengan menggunakan rumus Yamane (Kriyantono,

2006:160) adalah sebagai berikut:

n = N

N.d2 + 1

Keterangan :

n : jumlah sampel yang diperlukan

N : jumlah populasi

(55)

n = 708.921

(708.921) . (0,1)2 + 1

n = 708.921

7090,21

n = 99,98 ( dibulatkan menjadi 100)

jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang

Tahap-tahap yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wiyalah penelitian di

Kota Surabaya, dimana kota Surabaya terbagi menjadi lima wilayah

yaitu Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Pusat, Surabaya

Barat, dan Surabaya Selatan. Setelah dilakukan pengundian secara

acak terpilihlah wilayah Surabaya Timur dan Surabaya Selatan.

2) Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan. Dimana

wilayah Surabaya Timur memiliki tujuh kecamatan dan Surabaya

Selatan memiliki delapan kecamatan. Setelah dilakukan pengundian,

tepilih kecamatan Rungkut dan Gunung Anyar untuk wilayah

Surabaya Timur, sedangkan wilayah Surabaya Selatan terpilih

kecamatan Wonokromo dan Gayungan.

3) Tahap ketiga, dilakukan pemilihan pada tingkat kelurahan. Setelah

(56)

Penjaringan Sari untuk kecamatan Rungkut, sedangkan kecamatan

Gunung Anyar terpilih kelurahan Gunung Anyar dan kelurahan

Rungkut Menanggal. Kelurahan Ketintang dan Kelurahan Dukuh

Menanggal untuk kecamatan Gayungan, dan untuk kecamatan

Wonokromo terpilih kelurahan Wonokromo dan kelurahan Ngagel.

Gambar 3.1 Multistage Cluster Random Sampling Wilayah Surabaya

(57)

Jumlah rincian yang berusia 15-25 tahun dari masing-masing

kelurahan yaitu :

1) Kelurahan Medokan Ayu 2.239 jiwa

2) Kelurahan Penjaringan Sari 2.160 jiwa

3) Kelurahan Gunung Anyar 7.027 jiwa

4) Kelurahan Rungkut Menanggal 5.044 jiwa

5) Kelurahan Ketintang 4.212 jiwa

6) Kelurahan Dukuh Menanggal 2.614 jiwa

7) Kelurahan Wonokromo 33.395 jiwa

8) Kelurahan Ngagel 3.835 jiwa

--- +

Total 60.526 jiwa

(sumber: BPS Surabaya 2012)

Untuk lebih rinci menentukan 100 sampel yang digunakan, yaitu

pemirsa yang berusia 15-25 tahun di Surabaya dari beberapa kelurahan,

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

ni = Ni x n

N

ni : jumlah sampel pemirsa berusia 15-25 tahun dari beberapa

kelurahan

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Motif Pemirsa Surabaya Menonton Acara “X-
Gambar  3.1  Multistage Cluster Random Sampling Wilayah Surabaya
Tabel 4.1 Responden berdasarkan usia
Tabel 4.2 Responden berdasarkan pendidikan terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka motif secara keseluruhan remaja Surabaya dalam menonton Ftv Sinema Wajah Indonesia di SCTV adalah sedang karena dalam motif Kognitif yang diharapkan tidak sampai pada

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa responden yang menyatkan setuju motif mereka menonton film Kata Maaf Terakhir dibioskop karena ingin menjadikan segala informasi yang

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan ada 3 motif yang mendasari dalam menonton sinetron “Tukang Bubur Naik Haji The Series” di RCTI yaitu motif informasi , motif

Hasil dari pengolahan data yang didapatkan melalui kuisioner yang disebarkan maka dapat disimpulkan bahwa dalam menonton program dokumenter “Paradiso”di TRANS7

Salah satu kebutuhan yang cukup penting dan esensial bagi manusia adalah kebutuhan akan informasi. Menariknya mengetahui permasalahan hukum di Indonesia saat ini

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang mendominasi anak-anak Surabaya dalam mnonton tayangan OPERA ANAK di Trans7 adalah motif hiburan, motif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan yang diinginkan ( Gratifications Sought ) dengan kepuasan yang diperoleh ( Gratifications Obtained ) pemirsa Surabaya

Hasil dari penelitian dapat disimpulkan ada 3 motif yang mendasari dalam menonton sinetron “Tukang Bubur Naik Haji The Series” di RCTI yaitu motif informasi , motif