AUTISME DAN KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM TERAPI ANAK AUTIS
(Studi Kasus Metode Penyampaian Pesan dalam Terapi Anak Autis yang Memiliki Keterbatasan Komunikasi di Terapi Center “Cahaya Indah” Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan oleh : Ar delina Novantika
0943010199
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”
J AWATIMUR
Sur abaya ) Oleh :
ARDELINA NOVANTIKA NPM. 0943910199
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awaTimur Pada tanggal 23 Desember 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1. KETUA
J uwito, S.Sos, Msi
NPT. 3.670.495.00361 J uwito, S.Sos, Msi
NPT. 3.670.495.00361
2. SEKERTARIS
Dr a. Diana Amalia M.Si NIP. 1963 0907 1991 03 2001 3. ANGGOTA
Zainal Abidin Achmad, M.Si. M.Ed NPT. 3.7305 99 0170 1
Mengetahui, D E K A N
AUTISME DAN KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM TERAPI ANAK AUTIS
(Studi Kasus Metode Penyampaian Pesan dalam Terapi Anak Autis yang Memiliki Keterbatasan Komunikasi di Terapi Center “Cahaya Indah”
Sur abaya)
Disusun Oleh:
ARDELINA NOVANTIKA 0943010199
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menetujui
Pembimbing Utama
J uwito, S.Sos, Msi NPT. 3.670.495.00361
Mengetahui
DEKAN
melimpahkan rahmat dan hidayatnya sehingga penyusun dan penulisan Skripsi dapat terselesaikan dan peneliti mengangkat judul yaitu AUTISME DAN
KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM TERAPI ANAK AUTIS (Metode Penyampaian Pesan dalam Ter api Anak Autis yang Memiliki Keterbatasan Komunikasi Di Terapi Center “Cahaya Indah” Sur abaya).
Dalam penyusunan dan penulis dan ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan semua pihak dan pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasi yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan Skripsi
diantaranya:
1. Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya yang tidak pernah henti selalu
diberikan kepada penulis
2. Dra.Ec, Hj Suparwati. Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Imu
Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawatimur.
3. Juwito, S.Sos, Msi. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
timur.
4. JuwitoS.sos, Msi selaku dosen pembimbing proposal skripsi terima kasih
atas waktu yang telah diluangkan selama bimbingan.
5. Kedua orang tuasata yang telah membiayai kuliah dan mendoakan saya untuk kelancaran dan kesuksesan saya sekarang dan masa yang akan
6. Sahabatku, Indri novitasari dan Rista rose indah yang tidak pernah lelah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi.
7. Teman-teman angkatan 2009, ilmu komunikasi, virgin, tyas, vina, ida, ana dan semuanya yang sudah memberikan supportnya, thank’s a lot for all. 8. Someone Special yang penulis sayangi makasih atas doa dan dukunganya.
Peneliti menyadari bahwa didalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini banyak terdapat kekurangan.Untuk ini kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak yang sangat diharapkan demi sebuah kesempurnaan dalam penelitihan yang dilakukan oleh penulis dan semoga ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan peneliti khususnya.
Surabaya, 25 November 2013
vi DAFTAR ISI
HALAMAN J UDUL i
HALAMAN PERSEJ UTUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PE NGANTAR vi
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABTRAKSI xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Perumusan Masalah 14
1.3Tujuan Penelitihan 14
1.4Kegunaan Penelitihan 14
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 15
2.1 Penelitihan Terdahulu 15
2.2 Landasan Teori 17
2.2.1 Definisi Komunikasi 17
2.2.2 Komunikasi Interpesonal 18
vii
2.3 Bentuk-bentuk Komunikasi 30
2.3.1 Komunikasi Nonverbal 31
2.3.2 Komunikasi Verbal 32
2.4 Pengertian Autisme 33
2.5 Pengertian Terapis 37
2.6 Macam-macam Anak Autis 37
2.6.1 Penanganan Anak Autis 38
2.6.2 Jenis terapi 40
2.6.3 Metode Pengajaran dan terapi anak autis 42
2.7 Kerangka Berfikir 44
BAB III METODE PE NELITIHAN 48
3.1 Jenis Penelitian 48
3.2 Definisi Konseptual 49
3.2.1 Metode Terapi 49
3.3 Lokasi Penelitihan 52
viii
3.5 Teknik Pengumpulan Data 53
3.6 Teknik analisis Data 55
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 56
4.1 Gamban Umum Objek Penelitian 56
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 56
4.2.1 Identitas Informan / Responden 57
4.2 Penyajian Data dan Analisis 59
4.2.1 Penyajian Data 59
4.2.2 Analisis Data 59
4.3 Pembahasan 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 75
5.1 Kesimpulan 75
5.2 Saran 76
DAFTAR PUSTAKA 78
xi ABSTRAK
ARDELINA NOVANTIKA, AUTISME DAN KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN DALAM TERAPI ANAK AUTIS (Studi Kasus Metode Penyampaian Pesan dalam Terapi Anak Autis yang Memiliki Keterbatasan Komunikasi di Terapi Cahaya Indah Surabaya).
Tujuan dari penelitihan ini adalah untuk mengetahui metode penyampaian dan komunikasi anak autis dengan terapis. Khusus anak autis sangat penting diterapi dari berbagai bidang antara lain terapi perilaku, terapi bermain, terapi berbicara dan terapi bio medis. Terapi ini dilakukan secara terus menerus sampai gejala/gangguan autis berkurang atau bahkan bisa hilang dan dapat sembuh seperti anak normal.
Autisme adalah sejenis gangguan bentuk pikiran yang ditandai dengan gangguan kualitatif pada interaksi sosial. Jenis terapi pada anak autis yaitu ABA,Floortme, ST, OT, SI. Metode yang digunakan dalam penanganan yaitu metode LOVAAS. Sikap penelitian adalah studi kasus dengan jenis data kualitatif. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara.
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian, dapat dikemukan bahwa Komunikasi dilakukan secara langsung atau dengan tatap muka antara terapis dan anak autis secara intensif, Saling berhadapan dengan langsung, supaya terapis bisa mencari kontak mata dari anak autis, Setelah ada kontak mata baru pesan/materi itu disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas lugas, Menerapkan metode/terapi yang selama ini sudah di pergunakan untuk menterapi anak autis, Metode penyampaian pesan yang efektif itu tidak terlepas dari terapi anak autis.
Kata kunci : autisme, terapis dan komunikasi yang digunakan dalam terapi. ABSTRACT
ARDELINA NOVANTIKA, autism AND COMMUNICATION USED IN CHILD THERAPY autism (Case Study Method of Delivery of Therapeutic Message in Autistic Children Who Have Communication Limitations in Indah Surabaya Light Therapy) .
The purpose of these researches is to determine the method of delivery and communication of children with autism with a therapist . Children with autism is very important specially treated from a variety of fields including behavioral therapy,play therapy,talk therapy and bio-medical therapy. This therapy is carried out continuously until the symptoms / disorder autism can be reduced or even lost and can be recovered as a normal child.
Autism is a kind of form of thought disorder characterized by qualitative impairment in social interaction . This type of therapy in children with autism is ABA,Floortme,ST,OT,SI.The method is used in the treatment Lovaas method . Attitude research is a case study with qualitative data. The technique used to collect the data was the interview .
Based on the data analysis and discussion of results, it can that the communication is done directly or by face-to- face between therapists and children with autism intensive, face each other directly, so that the therapist can seek eye contact of children with autism, eye contact after a new message/material was delivered in a language that is concise,clear straightforward, Applying methods/therapies that have been in use for menterapi children with autism,an effective method of delivering a message that it can not be separated from the treatment of autistic children.
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia dilahirkan didunia semata-mata tidak dengan isi melaikan kosong seperti kertas yang kosong tanpa tertulis apa-apa waktu lahir, manusia yang
terlahir didunia sudah dilengkapi dengan akal pikiran yang melekat pada diri manusia tersebut dan manusia di kodrati waktu lahir dengan bekal inilah yang
kemudian membuatnya mampu untuk mengembangkan bahasa. Komunikasi merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Komunikasi terebut terjadi secara verbal maupun non verbal.Pemakaian bahasa
pun terasa mudah karena tidak kita sadari seseorang mempelajari bahasa sejak dilahirkan didunia. Bahasa yang digunakan oleh anak dalam berkomunikasi dan
beradaptasi dengan lingkunganya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bila diekspresikan melalui bicara atau verbal yng mengacu pada simbol verbal. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik secara lisan maupun dengan pelantara melalui
media(Efendny, 2002:5).
Komunikasi tersebut sebagai esensi penting dari kehidupan manusia yang hidup dalam bermasyarakat dan sosial, yang setiap tindakan manusia yang
2
transmisi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya yang menggunakan berbagai symbol-simbol yang d perlihatkan oleh masing-masing manusia baik
berupa kata-kata, gambar, sentuhan, grafik dan sebagainya. Tindakan atau pross trasmisi itlah yang biasanya disebut komunikasi (Mulyana, 2003:62)
Selain itu komunikasi merupakan tindakan yang dapat mendekatkan
hubungan antar manusia. Hubungan antar manusia tidak lain adalah sebuah kesatuan yang saling mempengaruhi adanya pihak satu dengan pihak yang lain.
Dampak itu berawal dari pesan dalam proses komunikasi yang selalu mempengaruhi manusia mengerti apa yang sedang di ungkapkan dalam proses komunikasi, informasi yang dibagi semangat yang disumbangkan dan banyak lagi
pengaruh lain yang menerpa manusia. Semua pesan itu bias membentuk sebuah pengetahuan yang menguatkan perasaan dan juga meneguhkan perilaku manusia(
Liliweri, 1997:43).
Dalam model komunikasi David K.Berlo, diketahui bahwa komunikasi
terdiri dari 4 Proses Utama yaitu SMRC(Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 Proses sekunder yaitu Feedback, efek dan lingkungan;Source (Sumber), Sumber adalah seseorang yang memberikan pesan atau dalam komunikasi dapat disebut sebagai komunikator. Walaupun sumber biasanya melibatkan individu, namun dalam hal ini sumberjuga melibatkan
banyak individu.Misalnya, dalam organisasi, Partai, atau lembaga tertentu.Sumber juga sering dikatakan sebagai source, sender, atau encoder.Message (Pesan), pesan adalah isi dari komunikasi yang memiliki nilai dan disampaikan oleh
persuasif, dan juga bisa bersifat propaganda. Pesan disampaikan melalui 2 cara, yaitu Verbal dan Nonverbal. Bisa melalui tatap muka atau melalui sebuah media
komunikasi. Pesan bisa dikatakan sebagai Message,Content,atau Information. Channel (Media dan saluran komunikasi), Sebuah saluran komunikasi terdiri atas 3 bagian.Lisan, Tertulis, dan Elektronik.Media disini adalah sebuah alat untuk
mengirimkan pesan tersebut. Misal secara personal (komunikasi interpersonal), maka media komunikasi yang digunakan adalah panca indra atau bisa memakai
media telepon, telegram, handphone, yang bersifat pribadi. Sedangkan komunikasi yang bersifat massa (komunikasi massa), dapat menggunakan media cetak (koran, suratkabar, majalah, dll) , dan media elektornik(TV, Radio). Untuk
Internet, termasuk media yang fleksibel, karena bisa bersifat pribadi dan bisa bersifat massa.Karena, internet mencakup segalanya.
Seperti Anak- anak yang jarang diajak berkomunikasi dan hanya memiliki kesempatan waktu singkat untuk berkomunikasi dengan keluarganya, sehingga segala bentuk kebutuhanya muali makan, minum susu, mandi, bermain dan
sebagainya yang semua ini di kerjakan oleh baby sister tanpa adanya komunikasi. Yang pada akhirnya anak tersebut tidak mampu memahami fungsi komunikasi
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan diri dan penyampaian perasaan atau informasi sehingga mereka tampak temperamental (cepat marah), tidak mampu menyelesaikan masalah, cenderung menarik diri dan mempunyai perilaku yang
liar dengan perilaku memukul/ menyakiti dirinya dan ketika ia sedang marah dan sebaliknya menyerang orang lain/ agresif, merampas barang orang lain ketika
4
aturan atau bahkan tidak mampu menjalin kontak mata dengan orang lain dari kasus diatas semua ini disebabkan karena adanya kekurangan dan kemampuan
berkomunkasi.
Pada anak normal proses produksi kalimat berjalan dengan baik sesuai dengan perkembangannya. Proses produksi kalimat pada anak normal dapat
menghasilkan kata-kata yang bermakna dan sesuai dengan aturan yang menghasilkan suatu pemikiran dan kalimat yang utuh. Seseorang anak bias
dikatagorikan memiliki kemampuan produksi kalimat yang baik jika ia mampu mengearkan kalimat melalui ujaranya dengan baik. Guna menghasilkan komunikasi yang baik, antara pembicara dan lawan bicaranya keduanya harus
mempunyai kemampuan produksi kalimat itu sendiri dengan baik .pada anak yang sehat atau tidak mengalami gangguan dalam berbahasa, produksi kalimat akan
berkembang sesuai dengan bagaimana merka menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka tidak mengalami kesulitan dalam proses produksi kalimat untuk berkomunikasi di lingkungan sosial maupun di lingkungan sekolah
Dengan ini maka fungsi komunikasi merupakan instrument untuk membangun sebuah konsep yang ada pada diri sendiri. Contoh kongrit apabila
seorang manusia yang tidak perna berkomunikasi dengan orang lain akan ”tersesat” karena tidak ada kesempatan untuk membahur pada lingkungan sosial.
membuktikan adanya cara-cara berperilaku harus dipelajari yang harus dipelajari dengan berkomunikasi.
Seorang anak akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya pada awal dimulai dari perkembangan otaknya, seorang anak akan memahami proses pemaksnaan bahasa. Perkembangan kosa kata yang sangat pesat dialami
anak-anak ketika berumur antara satu setengah hingga dua tahun. Pada usia satu hingga dua tahun, seorang anak mulai bias mengeluarkan bahasa-bahasa yang
dapat kita identifikasi sebagai kata. Seiring dengan bertambahnya usia, seseorang akan lebih mengembangkan bahasanya, yang awalnya hanya satu kata lama-lama menjadi dua kata hingga membentuk suatu kalimat yang kompleks.
Saat ini jumlah penderita autisme terus meningkat, di Amerika telah dinyatakan sebagai national-alarming, karena peningkatan jumlah penderita dari
tahun ke tahun cukup mengkhawatirkan. Prevalensi penderita autisme secara umum, terus menunjukkan peningkatan, pada 1987 ditemukan pada 1:5000 penduduk, sepuluh tahun berikutnya perbandingannya menjadi 1:500, kemudian
menjadi 1:250 di tahun 2000. Pada 2001 Center for Disease Control and Prevention autisme dijumpai pada 2-6 per 1.000 orang atau 1 di antara 150
penduduk, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya diperkirakan peningkatannya mencapai 10-17% per tahun, yang berarti akan terdapat 4 juta penyandang
autisme di Amerika pada dekade berikutnya.
6
meningkat menjadi 103 anak.Di RS Pondok Indah Jakarta Selatan hampir setiap hari datang seorang pasien autisme baru.
Di Surabaya yang menjalani terapi mengalami kenaikan 45 persen setiap tahun. Menurut data yang dihimpun dari Bagian Irna Jiwa RSU dr Soetomo tahun
2008 jumlah pasien baru anak autis melakukan terapi sebesar 74 anak, tahun 2009 naik menjadi 87 anak.Sedangkan selama tahun 2010 mencapai 136 anak dan tahun 2011 menjadi 156 anak. Jadi setiap hari menangani 18-25 anak.Dokter
Spesialis kejiwaan RSU dr Soetomo dr Yunias Setiawati SpKJ mengungkapkan adanya kenaikan jumlah penderita autis ini bukan buruk melainkan menunjukkan
sinyal yang positif.Dengan demikian berarti kesadaran orangtua agar anaknya yang menderita autis mendapatkan penanganan semakin tinggi.Jumlah tersebut belum dapat disebut angka pasti karena jumlah pengidap autisme yang tidak
terdeteksi bisa jadi lebih banyak lagi, akibat ketidaktahuan masyarakat mengenai gangguan perkembangan ini serta biaya diagnosa autisme yang memang relatif
mahal. (www. hotspot.com)
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain dengan sempurna. Autisme adalah sejenis gangguan bentuk pikiran yang ditandai dengan gangguan kualitatif pada interaksi sosial. Anak autis hampir tidak pernah menunjukkan rasa cemas saat
terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repretitive, aktivitas dan minat yang obsessive. Anak autis memiliki cara berfikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan dirinya dan Persoalan yang dihadapi anak diantaranya waktu belajar yang lebih sediki, dan sarana yang sangat terbatas. Demikian pula persoalan yang dihadapi terapis, orang tua, sekolah dan masyarakat. Orang tua menjadi stress,
cemas, gelisah, bahkan putus asa menghadapi kondisi anakmenghadapi dunianya berdasarkan pengelihatan dan harapan sendiri serta mereka menolak realita
keasikan yang ekstrem dengan pikiran sendiri.
Ciri-ciri utama anak autis adalah secara ekstrem terisolasi dan menarik diri
dari orang lain, mempunya kebutuhan untuk mempertahankan kesamaan(need for sameness) yang patologis, yaitu kesamaan perilakunya dan lingkunganya. Selain itu ciri yang lain adalah ketidakmampuan menjalin hubungan dengan orang lain,
kemampuan yang sangat kecil dalam fungsi motoric dan mengalami gangguan
bahasa yang parah( Erickson, 1982:176)
Menurut Kaplan, Sadock dan Grebb(1987: 721), autisme merupakan
gangguan yang berlarut-larut pada interaksi pada interaksi sosial, timbal balik penyimpangan komunikasi dan pola prilaku yang terbatas dan streolipi.
Menurut Dr. ika widyawati, Sp. Kj (dalam Danuatmaja, 2003;5) anak autisme sama dengan anak-anak yang lain, hanya saja anak autis perlu dan
8
dirinya sendiri untuk menghadapi dunia. Berdasarkan pengelihatan dan harapan sendiri serta menolak realitas keasyikan yang ekstrem dengan pikiran yang
fantastic sendiri. Gangguan autism termasuk gangguan pervasive, karena merupakan gangguan dalam bidang komunikasi verbal dan non-verbal, bidang interaksi sosial, bidang perilaku dan emosi, secara khas gangguan yang
termasukdalam katagori ini ditandai dengan distorsi perkembangan fungsi psikologi dasar majemuk yang meliputi perkembangan keterampilan sosial dan
berbahasa seperti perhatian, persepsi daya nilai terhadap realitas gerakan-gerakan motorik
Berbicara tentang gangguan perkembangan seperti autisme, tidak semua
orang tua jeli dalam mengamati adanya kelainan pada perkembangan anaknya.Hal ini tentu saja berbeda seperti halnya anak tersebut adanya kelainan, baik fisik
maupun moral yang lebih Nampak adanya kelainan. Berdasarkan pengamatan pada beberapa anak autis, bahwa anak autis bila di lihat secara fisik tidak ada yang membedakan seperti halnya anak yang normal yang lainya.
Anak-anak autis tersebut terlihat lucu dan agak aneh, bisa tersenyum dan tertawa sehingga kita mengira kalau sebetulnya terjadi adanya “sesuatu hal” di
balik senyum dan tertawanya.Keganjilan muli terasa jika kita mendekatinya dan mencoba mngajak berkomunikasi. Mereka akan mengacuhkan kita, tidak
Wenny( 2000; 36-38) menyebutkan bahwa autis adalah gangguan yang tidak bisa di sembuhkan (not curable), namun bisa diterapi(treatable). Maksud dari pernyataan diatas bahwa kelainan yang ada dlam otak tidak bisa diperbaiki, namun gejala yang ada dapat disembuhakn semaksimal jika adanya hubungan interaksi dengan anak normal yang lainya.
Ada beberapa penyandang autisme yang sempat berkembang normal, namun perkembangan itu terhenti sebelum mencapai usia 3 tahun dan Nampak
kemunduran serta mulai tampak gejala autism. Neale, Davidson dan haaga dalam (http:// www.autism.web .com/education.html) gejala-gejala itu akan semakin Nampak dan jelas setelah anak berusia 3 tahun, yaitu :
1. Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun non verbal 2. Gangguan dalam berinteraksi sosial
3. Gangguan dalam perilaku
4. Gangguan dalam persepsi sensoris
5. Gangguan dalam perasaan dan emosi
Biasanya anak autis mengalami gangguan autisme ini menunjukan adanya kegagalan membina hubungan interpersonal yang ditandai dengan kuranganya
respon dan kuranganya minat kepada orang lain atau teman-temanya. Tetapi kita tidak boleh menganggap remeh atau menomor duakn keahlian atau kualitas anak
autis, di samping anak autis masih memiliki hak seperti anak normal yang lainya.Hanya mereka membutuhakan perhatian khusus dan perlakuan berbeda
10
Anak-anak autis sangat perlu diterapi khusus dari berbagai bidang antara lain ;terapi perilaku, terapi bermain, terapi berbicara dan terapi bio medis.
Terapi-terapi ini hanya dilakukan secara terus menerus sampai gejala/gangguan autis berkurang atau bahkan bisa hilang dan dapat sembuh seperti anak normal yang
bisa menjalin hubungan interaksi.
Pendidikan anak autis di Surabaya ini telah banyak mendapatkan perhatian dan ijin dari dinas pendidikan, namun sayangnya dari semua pihak tersebut
bukanlah atas dorongan dari pemerintahan. Karena tampaknya pemerintahan masih kurang memberikan perhatian terhadap anak-anak penyandang gangguan
autis, saat ini banyak tempat terapi anak autis yang mengkhususkan diri kepada anak-anak yang mengalami kelainan misalnya: autisme, sindrm aspenger, lambat belajar(slow leaner), dan berbagai kelainan yang lainya. Terapi ini bukan hanya
membantu namun juga memberikan terapi-terapi kepada anak-anak terebut. Dan dalam pelaksanaan tidak sedikit dari tempat terapi tersebut melakukan kerjasama
dengan lembaga pendidikan yang terkait di bidang kedokteran serta dibidang psikologi.
Penelitihan mengatakan bahwa penelitihan ini sangat penting diteliti
karena anak autis sangat sulit sekali berinteraksi dengan orang lain. Disamping itu anak autis juga memiliki kekurangan dalam mempersepsikan konseptual bahasa yang disampaikan oleh orang lain. Dengan demikian, sangat penting untuk
Autis didefisinikan 3 ciri yaitu:
1. Kurangnya kemampuan berkomunikasi atau bersolialisasi
2. Kurangnya berkembang dalam hal bahasa
3. Kecenderungan untuk melaksanakan sesuatu secara berulang-ulang dan suka pada sesuatu hal yang dilakukanya.
Beberapa gangguan perkembangan anak yang tergolong dalam spectrum autistic adalah ASD( Autisme Sindrome Disorder), Autis Infantile, ADHD( Attention Difisit and Hiperaktivity Disorder), ADD (attention Defisit Disorder) Aseperger syndrom, dan PDD NO. Dari ke enam jenis anak autis, penelitu memilih ADHD
(Attention Difisit and Hiperaktivity Disorder) sebagai salah satu objek pengamatan untuk d teliti di terapi cahaya indah Surabaya.
ADHD atau (Attention Difisit and Hiperaktivity Disorder) adalah gangguan pemusatan perhatihan yang paling umum terjadi pada anak-anak dan dapat berjanjut sampai remaja dan dewasa. Gangguan ini ditandai adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatianya pada seseuatu yang
dihadapi, sehingga rentang perhatiannya dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang implusif.
Stewart L. Tubbs dan Sylia Moss (19740 berpendapat bahwa tanda-tanda komunikasi efektif jika paling tidak dapat menimbukan lima hal yakni pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan/ interaktis dan tindakan.
12
dapat hdengan mudah mengerti kata” kursi” ketika terapis mengatakan” pegang kursi”
Kesenangan, ketika terapis memberikan pesan pada anak autis maka terapis akan mengatakan” oke kamu pintar” terhadap setiap respon yang dibuat oleh anak. Disini mengatakan bahwa tidak semua komunikasi ditunjukan untuk
menyampaikan informasi dan bentuk pengertian. Akan tetapi komunikasi juga dapat menimbukan kesenangan serta menjadikan hubungan yang hangat antar
individu.
Mempengaruhi sikap, anak autis selalu disertai dengan perilaku impilsive(semuanya sendiri/ tudak mau diarahkan), seperti naik meja, membanting barang bahkan menabrak apapun yang ada dihadapanya ketika berjalan, sehingga terapis mengatakan”tidak” ketika anak berperilaku semaunya
sendiri dan berperilaku yang dianggap menyimpang oleh lingkugan umum dengan begitu anak tidak akan mengulangi lagi.
Hubungan sosial, Anak dikatakan autis karena mereka tidak dapat menjalin hubungan sosial dengan lingkunganya maupun individu lainya, dengan banyak memberikan stimulus komunikasi seperti selalu memanggial nama anak,
menjawab pertnyaan sosial sederhana maka akan dapat membantu anak autis untuk membangun hubungan sosialnya.
kertas dan buanglah ditempat sampah” maka terapis mengharapkan akan ada tidakan yang dilakukan oleh anak sesuai dengan intruksi yang diberikan
Selain itu komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam hubungan menjalun interaksi manusia yang saling berkesinambungan dan mempengaruhi komunikasi mampu dijadikan alat atau
media untuk penyembuhan bagi anak autis yang didampingi oleh terpis penyandang autistic sebagai upanya mengembalikan mereka keterasingan melalui
metode pembelajaran instruksional dan metode pembelajaran perilaku.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka penulis memilih terapis
serta anak autis yang digunakan sebagai objek penelitihan, karena peneliti ingin memahami penyampaian pesan dalam menterapi anak autis yang memiliki kerterbatasan komunikasi yang dgunakan oleh terapis terhadap anak autis baik
berupa komunikasi verbal maupun nonverbal serta keterbatasan komunikasi dan bahasa.
penelitian ini dimaksud untuk mengetahui bagaimana metode
penyanyampaian pesan yang digunakan terapis untuk memberikan materi pengajaran pada anak autis di Terapi cahaya indah.Harapan anak autis bisa
mengalami perubahan yang tadinya tidak memahami sebuah arti kata sekarang bisa dan dapat di terapkan dalam kegiatan sehari-hari.Hal ini sangat menarik untuk di teliti dengan menggunakan metode penelitihan kualitatif yang diperoleh
14
simbol nonverbal maupun verbal dan berinteraksi langsung dengan subjek penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana Autisme dan
Komunikasi yang digunakan dalam Terapi anak autis (metode penyampaian pesan terapi anak autis yang memiliki keterbatasan komunikasi di terapi center “cahaya
indah” Surabaya).
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitihan ini adalah untuk mengetahui tentang Autisme dan Komunikasi yang digunakan dalam Terapi anak autis (metode penyampaian pesan dalam terapi anak autis yang memiliki keterbatasan komunikasi khususnya
di Terapi center “Cahaya Indah” Surabaya) dengan tujuan untuk mengurangi gangguan autis yang di inginkan adanya sebuah perubahan dalam pemahaman arti
apa yang dikomunikasikan oleh Terapis.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan yang berharga terhadap ilmu komunikasi serta memberikan informasi dalam komunikasi
mencapai tujuan yang baik serta yakin dapat mencerdaskananak autis seperti halnya anak normal yang lain.
1.4.2 Secara Pr aktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pembaca, terapis dan khususnya orang tua yang membina hubungan komunikasi
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Topik penelitian bervariasi dan sesuai dengan penelitian yang digunakan saat ini.Penelitian untuk menambah studi pustaka dalam penelitian ini.
Penelitian yang pertama “Pola Komunikasi Interpersonal Anak Autis di sekolah Autis Fajar Nugraha Yogyakarta”, penelitian dari Maria Anggita
Karningtyas / Ida Wiendjijarti / Agung Prabowo, jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang bagaimana pola komunikasi anak-anak autis dengan orang
disekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode observasi atau pengamatan secara langsung. Kesimpulan dari peneliti yaitu ketika ingin memulai proses
komunikasi dengan anak autis, harus diawali dengan bahasa yang paling mudah dimengerti dan dengan sabar menjalin komunikasi.
Penelitihan yang ke-2, dari Suciati, jurusan komunikasi universitas muhammadiyah Yogyakarta. Yang berjudul “Autisme dan Kerterbatasan Komunikasi (studi kasus : Metode penyampaian pesan dalam terapi anak autis di
SLB Pembina yogjakarta), penelitihan ini membahas tentang autism dan keterbatasan komunikasi, metode penelitihan yang digunakan yaitu kualitatif
anak autis lebih banyak menggunakan bahasa verbal dengan bentuk instruksi yang sederhana dan konsisten.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dengan baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, dalam masyarakat atau dimanapun manusia berada.
Komunikasi mrupakan suatu bagian sentral dari segala sesuatu yangkita lakukan.Banyak permasalahan yang terjadi pada orang dari golongan Karena komunikasi yang kurang baik bahkan buruk atau hambatan-hambatan yang
muncul pada saat kita berkomunikasi. Komunikasi berasal dari kata latin yaitu communis artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara
dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin comunico artinya membagi (cheery dalam stuart, 1893)
Sebuah definisi singkat yang dibuat Harold D. Laswell bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu langkah komunikasi ialah.
Who says What In Which Channel To Whom With What effect?
“siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya?”
Bermacam- macam definisi komunikasi yang dikemukakan para alih untuk
18
sudut mana mereka memandanganya, ada beberapadefinisi komunikasi (Muhammad, 1995:2), antara lain:
Hovland, jennies dan Kelley mengatakan bahwa sebagai suatu proes bukan sebagai suatu hal.
Pengertian ini kemudian dideskripsi secara lebih detai oleh Shanon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, jsengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada
bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.
Oleh karena itu, jika berada dalam situasi berkomunikasi, kita memiliki
beberapa kesamaan arti dari simbol-simbol yang dipergunakan dalam berkomunikasi. (Hafied Cangara, 2009:19-21).
2.2.2 Komunikasi Interpesonal
Untuk meningkatkan kajian mengenai komunikasi maka berikut ini akan
diuraikan beberapa teori yang mendukung tentang komunikasi antar pribadi yang diungkapkan oleh bebeapa para ahli:
Menurut Devito yang dikutip Liliweri., bahwa Komunikasi Antar Pribadi
merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan mendapatkan uapn balik (liliweri, 2001:12)
Menurut Onong Uchjana Effendi yang di kutip oleh Liliweri bahwa pada
dengan komunikan.Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan/ berkomunikasi. Arus baliknya bersifat secara langsung diwaktu itu juga, komunikator menanggapi percakapan itu juga apa yang dikomunikasikan positif atau negative dan berhasil atau tidak tergantung ada
kesempatan komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Liliweri, 2001:12)
Sedangkan Effendi(2003:12) menjelaskan bahwa komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi antara dua orang yaitu, komunikator dengan komunikan secara dialogis. Komunikator berlangsung secara timbal balik (two way traffic of communication).Arus balik (feedback) berlangsung dengan segerah artinya
komunikator mengetahui dengan segera reaksi komunikan pada saat itu juga.Dampak atau efek yang terjadi dapat merupakan arus balik yang bersifat
negative atau positif.Dampak positif yang ditimbukan ini biasanya disebabkan karena komunikan merasa senang atas pesan yang disampaikan.Sedangkan dampak negative ini terjadi karena adanya perasaan tidak senang pasan yang
disampaikan oleh komunikator, pesan yang disampaikan dianggap menyinggung atau tidak sesuai dengan suasana hati komunikan.
Dengan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan secara langsung
tatap muka dan bersifat pribadi dengan adanya dua orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang mampu menjalin keakrapan serta kedekatan antara komunikantor dan komunikan. Hal ini
20
keterbukaan dan hal utama seseorang dalam melakukan hubungan antar pribadi adalah untuk dua hal yaitu perasaan dan ketergantungan yang akhirnya terjalin
lebih akrab dengan orang lain dan dapat membentuk suatu kerjasama. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi dalam bentuk verbal maupun bentuk non verbal dengan segala proses komnikasi dan mendapatkan timbal balik antara
komunikator dengan komunikan.
Dalam bahasa lain dikatakan bahwa komunikasi antar personal sering
disebut dengan komunikasi tatap muka. Menurut Efendy (2003:8) komunikasi diartikan tatap muka karena ketika komunikasi berlangsung komunikator dan komunikan saling berhadapan dan sambil saling melihat.Dalam situasi
komunikasi seprti hal ini komunikator dapat melihat dan mngaji serta mengetahui secara langsung perubahan sikap dan tingkah laku dari komunikan.
Dari penjelasan tentang komunikasi antar personal yang dikemukakan oleh Effendi tersebut akan terlihat langsung bahwa reaksi dari komunikan dapat segera
diketahui oleh komunikator. Dengan demikian komunikator dapat mengubah strategi komunikasinya untuk mengibah pendapat yang berseberangan dari apa yang disampaikan oleh komunikator dalam komunikasi interpersonal dan dapat
dievaluasi langsung apa tujuan dan keinginan yang mau disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.
Komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan suatu proses sosial
sekelompok orang dengan efek menjadi sebuah umpan balik langsung. Itu sebuah adalah keuntungan dari komunikasi antar personal khususnya dalam penyampain
pesan dalam hal ini adalah dapat langsung mengetahui secara lengkap mengenai komunikan seperti pertanyaan nama, umur, alamat, pekerjaan dan sebagainya .hal ini perlu diketahui komunikator karena salah satu tujuannya diadakan komunikasi
antar personal adalah melakukan pesuasi untuk mengubah sikap dan tingkah laku dari komunikan. Dari beberapa pengertian komunikasi antar personal diatas maka
dapat disimpukan bahwa komunikasi anter personal mempunyai peran sangat penting dalam keberhasilan suatu proses komunikasi dan untuk mempersuasi seseorang.
Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi interpersonal secara berbeda-beda, dan berikut ini adalah tiga sudut pandang definisi utama
diantaranya:
a. Berdasarkan komponen
Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati komponen-komponen utamanya yaitu mulai dari proses penyampaian pesan oleh seseorang ke orang lain dan siapa yang sebagai penerima pesan sehingga
mendapatkan umpan balik. b. Berdasarkan hubungan diadik
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang memiliki hubungan yang jelas dan mantap.Sebagai contoh komunikasi interpersonal antara anak-anak dengan orang tua, guru serta
22
menjelaskan bahwa selalu ada sebuah hubungan tertentu jika ingin melakukan komunikasi interpersonal.
c. Berdasarkan pengembangan
Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang tak bersofat pribadi (interpersonal)menjadi komunikasi
pribadi yang lebih intim (Devito, 2006:231)
Dari ketiga definisi diatas dapat membantu dalam memperjelas apa yang
dimaksud dengan komunikasi interpersonal dapat beruba apabila mengalami sebuag era perkembangan dalam komunikasi.
2.2.3 Proses Komunikasi Interpesonal
Menurut Sunarto terdapat tiga unsur penting dalam komunikasi yang dilakukan dalam komunikasi antar pribadi yaitu : (Sunarto, 2003:16-17)
1. Sumber (source), disini sumber atau komunikator adalah terapis
2. Pesan (message)dapat berupa ucapan, pesan-pesan atau lambang-lambang pada materi pengajaran terapis kepada anak autis
3. Sasaran (destination) anak autis yang diterapi.
Selain tiga unsur tersebut proses komunikasi khusunya komunikasi antar
pribadi tampaknya membuktikan dua tindakan yakni member dan menerima, sehingga dalam proses komunikasi tersebut terjadi penggunaan bersama. Suatu
diharapkan mendapatkan tanggapan yang lebih baik dari komunikator dan komunikan.
Setiap definisi komunikasi interpersonal diatas menunjukan adanya suatu proses dalam komunikasi. Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Berdasarkan
definisi yang dikutip dari joshep A. Devito dalam buku The International Comunication Book New York : Harper and Row, proses komunikasi interpersonal dapat digambarkan sebagai berikut:
Komponen-komponen Komunikasi Antar Pribadi adalah sebagai berikut:
1. Pengirim-penerima
Komunikasi antar pribadi paling tidal melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antar pribadi paling tidak melibatkan dua orang,
setiap orang terlibat dalam komunikasi antar pribadi memfokuskan dan mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim-penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat
dalam komunikasi antar pribadi. Contoh komunikasi antara guru dengan siswa, orang tua dan anak dan sebagainya
2. Encoding- Decoding
Encoding disebut juga penyandian yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambing atau juga bisa diartikn sebagai tindakan
24
diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata symbol dan sebagainya.
Decoding disebut juga pengawasan sendiri yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya, dengan kata lain dapat diartikan sebagai tindakan
untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang terima. Dalam komunikasi antar pribadi , karena pengirim bertindak sekaligus
sebagai penerima maka fungsi enoding-decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal. Contoh penggunaan bahasa daerah.
3. Pesan-pesan
Pesan-pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disempaikan oleh komuniktor.Dalam komunikasi antar pribadi. Pesan-pesan ini berpentuk verbal(seperti kata-kata) ayau non verbal (gerak tubuh, symbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan non verbal contoh: materi
pelajaran 4. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi.Saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang ditju, bersifat
pribadi dan manusiawi.Kedua, penyampaian melalui komunikasi interpersonal dapat dilakukan secar rinci dan lebih fleksibel dengan
komunikasi cukup penting.Keempat, pihak komunikator atau sumber dapat langsung mengetahui reaksi, umpan balik dan tanggapan dari pihak
khalayak atas isi pesan yang disampaikannya.Kelima pihak komunikator atau sumber dapat dengan segera member penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan pesepsi dari pihak khalayak atas pesan
yang disampaikannya.Contoh : dalam komunikasi antar pribadi kita berbicara dan mendengarkan (saluran tentang indera pendengaran melalui
suara). Isyarat visual atau suatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain-lain).
5. Gangguan/ noise
Sering kali pesan-pesan jadi karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi dikirim berbeda dengan pesan yang diterima.Hal ini dapat terjadi
karena gangguan saat berlangsungnya komunikasi. Terdapat beberapa gangguan yaitu:
a. Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan.Interupsi jarak dan sebagainya.
b. Gangguan Psikologi
Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian
subjektif diantara orang yang telibat dalam komunikasi seperti, emosi, nilai-nilai, sikap dan sebagainya.
26
Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau symbol yang digunakan dalam komunikasi sering kali memiliki arti ganda, sehingga
menyebabkan penerima gagal dalam menangkap maksud-maksud pesan yang disampaikan, contohnya: bahasa yag digunakan dalam berkomunikasi.
6. Umpan balik
Umpan balik ini memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi interpersonal karena pengirim dan penerima secara terus menerus secara bergantian memberi respon dalam berbagai cara baik verbal dan non verbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa
saling menguntungkan, bersifat positif bila tidak menimbukan efek dan bersifat negative apabila merugikan.
7. Konteks
Dalam komunikasi selalu terjadi adanya sebuah konteks yang mempengaruhi isi dan bentuk pesan yang telah disampaikan. Ada dua arah
dimensi konteks dalam komunikasi interpersonal yaitu ; a. Dimensi fisik
b. Dimensi Sosial Psikologi
Mencakup hubungan yang memperhatikan masalah status, peranan
yang dimainkan, norma-norma kelompok masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.
8. Bidang Pengalaman (Field of Experince)
Bidang pengalaman merupakan faktoryang paling penting dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi ini akan terjadi apabila para pelaku
terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama. 9. Efek
Disbanding dengan bentuk komunikasi lainya, komunikai antar pribadi
dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku, kepercayaan dan opini. Hal ini disebabkan komunikasi dilakukan dengan tatap
muka.(Devito, 2007:10)
Komunikasi interpersonal mempunyai peran dalam mentransfer pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain berupa ide, fakta, pemikiran
serta perasaan. Oleh karena itu komunikasi interpersonal merupakan suatu jembatan bagi setiap individu, dimana mereka dapat berbagi rasa,
pengetahuan, serta mempererat hubungan antara sesame individu lain pada masyarakat dilingkunganya. Komunikasi interpersonal selalu menimbulkan saling pengertian dan saling mempengaruhi dengan orang
28
2.2.4 Efektifitas dalam Komunikasi Interpesonal
Menurut joseph A Devito dalam the International Communication yang
dikutip Soemiati (Soemiati, 1993:50-51) yaitu:
1. Keter bukaan (Openness)
Keterbukaan yaitu memiliki tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi.Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini
mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi.Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.Orang yang diam,
tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini.Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan untuk Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan
2. Empati (empathy)
Bersimpati, dipihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa
ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orangyang mengalaminya.Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta
harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non
verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi
komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.
3. Sikap mendukung (suppor tiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness).Suatu konsep yang perumusannya
dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung.Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap : (1) deskriptif, bukan evaluatif,
(2) spontan, bukan strategic, dan
30
4. Sikap positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal
dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal,
Pertama komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Kesetaraan (Equality)
Kesetaraan dalam bidang pengalaman, seperti sikap, perilaku, nilai dan sebagainya.Kesamaan dalam hal mengirim pesan dan menerima pesan.
2.3 Bentuk-bentuk Komunikasi
Secara umum bentukentuk komunikasi ada dua yaitu, komunikasi verbal dan nonverbal. Kedua bentuk ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain, dan dapat di
pergunakan secara terpisah maupun secara bersamaan oleh manusia dalam berkomunikasi. Keduanya jenis komunikasi yang sifatnya saling mendukung dan
2.3.1 Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan sesuatu bentuk komunikasi yang tidak
mempergunakan bahasa-bahasa verbal(ucapan) dengan kata lain tidak terdapat suatu unsur kata-kata secara eksplisit. Menurut Devito (1997:177) komunikasi nonverbal merupakan cara bagaimana pesan dikomunikasikan oleh gerakan tubuh,
gerakan mata, ekspresi wajah, pnggunaan ruang, kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan.
Bentuk komunikasi non verbal dapat berbentuk:
1. Kategori
Komunikasi nonverbal terbagi dua kategori, yaitu bahasa tubuh (body language)dan gesture (Muhammad, 1995:141)
a. Bahasa Tubuh (body language)
Bahasa tubuh yang paling banyak mendapat perhatian adalah kontak mata.
b. Gesture atau gerakan tubuh
Adalah gerakan badan, kepala, tangan dan kali yang dimaksudkan menyampaian pesan tertentu.Gerakan syarat mempunyai peranan
penting dalam komunikasi karena merupakan pengganti dan pelengkap bahasa verbal.
2. Fungsi komunikasi nonverbal
32
a. Untuk menekankan apa yang dikomunikasikan b. Untuk melengkapi apa yang di komunikasikan
c. Untuk menunjukan kontradiksi apa yang dikomunikaikan d. Untuk mengatur komunikasi verbal
e. Untuk mengulangi pesan yang telah disampaikan
f. Untu mengatikan pesan verbal 3. Dasar dalam komunikasi nonverbal
Alasan dipergunakannya komunikasi nonverbal (Devito, 1997:189) antara lain:
a. Komunikatif
Perilaku nonverbal pasti mengkomunikasikan sesuatu. Selanjutnya komunikasi yang disampaikan secara sadar maupun tidak sadar ini
akan diterima secara sadar ataupun tidak sadar. b. Kesaamaan perilaku
Perilaku dua orang yang sedang berkomunkasi pada umumnya, salah
satu bisa meniru yang lain atau keduanya sama-sama perilaku sama.
2.3.2 Komunikasi Verbal
Komunkasi verbal adalah komunkasi yang menggunakan symbol-simbol atau katakata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.
Komunkasi verbal sangat erat kaitanya dengan bahasa yang dimiliki manusia. Bahasa tersebut dipergunakan manusia untuk menunjukan ekspresi
dirinya kepada manusia lain sehingga manusia lain bisa memahami apa yang diekspresikan oleh dirinya.
2.4 Pengertian Autisme
Autisme adalah sejenis gangguan bentuk pikiran yang ditandai dengan gangguan kualitatif pada interaksi sosial. Anak autis hampir tidak pernah
menunjukkan rasa cemas saat tinggal di lingkungan yang asing, juga lemah dalam respon timbal balik, seakan mereka memiliki dunia sendiri.Keaadaan ini akan
menjadikan anak tersebut akan terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repretitive, aktivitas dan minat yang obsessive danm sulit mengaplikasikan bahasa dalam hal menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Autis didefinisikan oleh 3ciri yaitu:
1. Tidak mampu untuk berkembang dalam hal komunikasi dan bersosialisasi 2. Tidak mampu untuk berkembang dalam hal bahasa
3. Kecenderungan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan suka pada sesuatu hal yang sama.(Juna Tander, 1999)
Menurut Power (1989) karakteristik anak yang menderita autis adalah adanya gejala atau ganggauan yaitu:
1. Interaksi sosial
34
b. Lebih suka menyendiri
c. Tidak ada lebih sedikit kontak mata atau menghidar untuk bertatapan
d. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan misanya inin meminta minum.
2. Komunikasi (bahasa dan bicara)
a. Perkembangan bahasa yang lambat atau sama sekali tidak ada
b. Senang meniru ataumembeo
c. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara atau pernah berbicara tapi kemudian sirna
d. Kadang kata yang digunakan tidak sesuai dengan artinya
e. Mengolah tanpa arti berualng-ualng dengan bahasa yang tidak dapat
dimengerti olang lain.
f. Bicara tidak digunakan sebagaimana alat nerkomunikasi.
g. Bila senang meniru dapat hafal betul kata-kata atau nyanyan tersebut
tanpa mengrti atinya
h. Sebagaian dari anak ini tidak berbicara (nonverbal) atau sedikit
berbicara samapi dewasa. 3. Pola bermain
a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya
b. Senang akan benda-benda yang berputar c. Tudak bermain sesuai fungsi mainan
e. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertarik yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana.
4. Gangguan sensoris
a. Bila mendengar suara keras dan panjang langsung menutupi telinga b. Sering menggunakan indera pencium atau perasanya.
c. Sensitive terhadap sentuhan
d. Tidak sensitive terhadap rasa sakit atau rasa takut.
5. Perkembangan yang terlambat atau tidak normal
a. Perkembangan tidak sesuai seperti anak normal khususnya keterampilan social, komunikasi kognitif.
b. Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya kmudian mengalami penurunan.
6. Penampakan gejala
a. Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau masih kecil biasanya sebelum 3 tahun
b. pada beberapa anak sekitar umur 5-6 tahun gejala tampak berkurang(penatalaksana Holistik Autisme, hal 420-422) olah Sri
Utami Soedarjono Djamaluddin.
Beberapa gangguan perkembangan anak yang tergolong dalam spectrum autistic adalah:
1. ASD (Autisme Sindrome Disorder)
36
yakni kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosianal, kualitas yang kurang dalam komunikasi timbal balik dan minat terbatas disertai gerakan
–gerakan berulang tanpa tujuan. Gejala-gejala tersebut harus sudah terlihat sebelum berusia tiga tahun.
2. Autis Infantile
Autis infantile ini dipergunakan untuk menunjukan gejala psikologi anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri
yang menonjol pada sindro, kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang malamun, kehilangan pikiran dan sulit bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka untuk berkomunikasi
3. ADHD (Attention Difisit and Hiperaktivity Disorder)
ADHD (Attention Difisit and Hiperaktivity Disorder) adalah gangguan pemusatan perhatian yang paling umum terjadi pada anak-anak dan dapat berkelanjutan sampai dewasa. Gangguan ini ditandai adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang
dihadapi, sehingga rentang perhatianya yang singkat dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang implusif kecenderungan lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dapi pada anak perempuan.
Definisi hiperaktif adalah suatu peningkatan aktifitas motorijk hingga pada tingkatan tertentu yang menyebabkan perilaku, setidaknya terjadi pada dua
2.5 Pengertian Terapis
Terapis adalah tenaga pengajar atau pendidik yang tergabung dalam
lingkup pendidikan non formal dan bersifat individual.Seseorang yang memberikan perhatian bagi anak autis dalam lembaga terpai dapat juga disebut terapis karena dalam pembelajarab anak autis sangat bersifat individu. Dikatakan
individu karena dalam proses pelatihan atau pembelajaran dilakukan secara one on one terapi yakni satu anak autis dibimbing oleh satu pembimbing dalam satu kelas dengan program atau materi pembelajaran.
2.6 Macam- macam Anak Autis
1. Anak Autis Ringan
anak yang mengalami autis ringan masih memberikan tanggapan atau respon pada rangsangan misalnya ia menoleh jika dipanggil
atau menatap sebentar kearah si pemanggil namun tentu saja tidak seperti anak normal ia akan kembali lagi pada dunianya lagi.
2. Anak Autis Sedang
anak autis sedang ini gejala yang ditunjukan oleh anak adalah ia akan memberikan tanggapan atau respon pada rangsangan atau
stimulus sensorik kuat misalnya jika kita memaksa dan mengarahkan kepala untuk menatap mata kita maka ia akan menatap mata kita. Namun jika sedang pegangan tangan kita
38
3. Anak Autis Berat
anak autis ini tergolong terparah dari yang diatas anak tidak akan
memberikan respon atau tanggapan apapun terhadap stimulus sensorik yang anda berikan pada anak akan diam saja seakan tidak akan mendengar, merasa, melihat, apapun.
2.6.1 Penaganan anak autis.
Dalam menangani anak penyandang autis diperlukan adanya perhatian
khusus.Berdasarkan artikel http:/www.autisme.or.id (2006). Ada beberapa cara yang dipergunakan untuk menyandang anak autis antara lain.
a. Perilaku terjadi karana ada penyebab tertentu. Prilaku tertentu
memberitahukan kepada anak penyandang autis untuk menghadapi dunia pada saatt ini.perilaku penyandang autis menunjukan perilaku yang
negative maka sanggat mengganggu proses belajar. Tapi untuk memperhentikan perilaku tersebut adalah tidaklha cukup, maka berilah alternatif untuk mengehentikan perilaku tersebut sehingga proses belajar
bisa lancer lagi.
b. Carilah gangguan sesorik dahulu. Banyak dari perilaku berontak
disebabkan rasa tidak nyaman dari anak tersebut. Sebuah contoh adalah penerangan lampu neon, yang membuktikan menyulitkan bagi anak-anak tersebut. Suara dengungan sangat mengganggu telinga penyandag autis
c. Berikan waktu untuk mengatur diri sendiri sebelum meraka memerlukan. Sebuah sudut tenang yang berkarpet, dengan bantal, buku-buku, penutup
telinga akan membantu menenangakn diri bila merasa tegang.
d. Berilah waktu untuk beralih dari aktifitas satu keaktifitas yang lain. Anak autis memerlikan lebih banyak waktu untuk berahli dari satu kegiatan ke
kegiatan yang lain
Gangguan diotak ini tidak dapat disembuhkan, tapi bida ditanggulangin
dengan cara terapi dini secara intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi, bahkan dihilangkan sehingga anak bisa bergaul secra normal lagi dan tumbuh menjadi orang dewasa yang normal. Hal ini dikarenakan intervensi diri membuat
sel otak baru tumbuh dan menutup ke sel-sel lam yang telah rusak.
Selain itu, anak autis juga membutuhkan pendidikan khusus, yaitu
pendidikan individual terstruktur yang ditetapkan dengan system satu terapis satu anak. System ini saat ini yang paling efektif karena jelas tidak mungkin anak autis
akan memusatkan perhatianya kepada materi yang diberikan oleh terapis juga sebaliknya terapi juga akan memberikan perhatian lebih kepada anak penyandang autis.
Ada beberapa cara jenis terapi yang sering dipergunakan untuk membantu anak penyandang autis, antara lain terapi wicara/ bahasa, terapi bermain, terapi perilaku, terapi biomedis. Berikut ini hanya yang lebih sering dipergunakan
40
2.6.1 J enis Terapi
J enis-jenis terapi yang digunakan pada anak autis adalah:
a. Metode LOVAAS/ ABA
Metode lovaas ini sama dengan metode ABA. Prof O. Ivaar Lovaas yang
mempublikasikan hasil studi yang merupakan hasil sejarah pengguanaan ABA untuk anak autistic didalam bahasa Indonesianya adalah Tatalaksana Perilakukan. Jadi ABA menggunakan prinsip belajar mengajar, untuk
mengajarkan sesuatu yang kurang dimilikinya, anak diajar bagaimana berperhatian, bagaimana meniru suara, bagaimana mengerti apa yang
orang katakana , bagaimana menggunakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata depan, kata gantu dan bahasa yang abstrak lainya. Anak juga diajarkan bagaimana bermain dengan mainan, anak juga diajarkan
berinteraksi dengan orang lain. Jadi anak autistic perlu diajarkan semua. Tujuan ABA adalah untuk meminimalkan kegagalan anak dan
memaksimalkan keberhasilan.(Dr. Rudy sutadi, DSA)
b. Floor time, floortime itu bisa duduk dilantai, bebas dan dinamis. Floortime bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan ditempat apa saja. Floortime
itu bisa duduk dilantai, babas dan dinamis. Yang penting bisa materi masuk.
c. ST atau speech Therapy, terapi wicara dilakukan untuk mengatasi gangguan bicara pada anak autis. Terapi dilakukan dengan rutin, teratur dan intensif. Sehingga gangguan bicara anak berkurang , sementara
pelatihan artikulasi atau pengucapan kata, komponen bahasa, kemampuan untuk mendengarkan, kemampuan menggunakan bahasa dan sebagainya.
d. OT( Occupation Therapy ) atau SM ( Stimulus Motorik). Sebagian penyandang kelainan perilaku, terutama autism juga mempunyai perkembangan motorikyang kurang baik. Gerak-geriknya kasar dan
kurang luwes bisa disebanding dengan anak-anak seumurannya. Pada anak-anak ini perlu diberi bantuan terapi okupasi untuk membantu
menguatkan ototnya. Otot jari tangan misalnya sangat penting dikuatkan dan dilatih supaya anak bisa menulis dan melakukan semua hal yang membutuhkan keterampilan otot jari tanganya seperti menunjuk,
bersalaman, memegang raket, memetik gitas, main piano dan sebagainya. e. SI atau Sensoty Integration adalah pengorganisasian informasimbangkan
Terapi ini melalui sensori-sensori (sentuhan, gerakan, kesadaran tubuh dan grafitasinya, penciman, pengecapan, pengelihatan dan pendengaran) yang sangat berguna untuk menghasilkan respon yang bermakna.Indera kita
memberikan informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan sekitar.Informasi mengalir ke otak.Fungsi sesorik integrasi adalah untuk
mengatur lalu lintas informasi, menghidupkan dan mengembangkan otak, menghubungkan bagian-bagian kecil, sensasi dan maknanya, sensori integerasi kehidupan, respon adptif.
f. Terapi ABA
ABA atau terapi itu untuk perilaku anak, jadi terapi ini untuk perilaku
42
pencegahan keterampilan yang dimiliki anak dari respon yang sederhana kesuatu respon yang kompek.Jadi terapi ABA itu anak dipersiapkan untuk
dapat menerima materi atau belajar layak disekolah.Disini ABA m metode LOVASS harus benar-benar diterapkan karena anak harus bisa siap untuk menerima tugas atau materi, duduk di kursi dan meja, dan memperhatikan
guru jika sedang mengajar mulai awal sampai akhir.Terapi ABA juga mengajarkan untuk mengerti perinta, bina diri, membaca, berhitung,
mengerjakan tugas tertulis dan sebagainya hingga materi akademis mengikuti kemampuan tumbuh kembang anak.
2.6.3 Metode Pengajar an dalam Ter api Anak Autis
Metode pengajaran dalam terapi anak autis yang diterapkan individual disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan dari individu yang
bersangkutan.Sedangkan pada kasus penyandang autis, metode pengajaran yang dipilih berbeda dengan pada anak normal.Pemilihan metode pengajaran pada anak
normal diarahkan pengajaran konvesional. Namun untuk anak-anak penyandang autis ataugangguan lain, maka metode pengajaran yang diterapkan adalah perpaduan antara metode pengajaran alternative dengan terapi yang disesuaikan
dengan gangguan yang dialami. Hal ini yang membuat metode pengajaran pada anak penyandang autis nampaknya lebih cenderung mengarah kepada terapi yang
dijalani. Banyak lembaga yang mengkhususkan dari pada pengajaran dan pendidikan anak yang mempunya kelainan, metode yang paing banyak dipergunakan adalah ONE ON ONE untu mendapatkan kedekatan secra
Lebih mengacu kepada pelayanan yang diberikan pemerintah kepada warga yang mengalami gangguan autis atau lainya, maka perhatian tersebut dilakukan
dengan memberikan intervasi yang bersifat jangka panjang, sehingga pelayanan pada tempat terapi/ sekolahan khusus mengalami peningkatan(Microsoft Encata, 2004). Hal ini dilakukan karenan anak dengan prmasalahan Mental Rerardion atau
autis mempunyai ketebatasan dan karakteristik IQ yang rendah. Anak-anak yang menyandang gagguan autis dan mental retardiom harus mendapatka perawatan
dini dari kehidupan diruah, kemampuan berinteraksi social, mempergunakan sumber daya yang ada disekitar, penentuan tujuan, kesehatan, keselamatan akademik, kenyamanan dan bekerja.
Pendidikan terhadap anak-anak tersebut menekankan kepada eksplorasi sosialsasi, pemgajaran bahasa dan pengembangan kemampuan dasar untuk
bertahan hidup. Anak-anak pada usia sekolah menerima pengajaran yang menekankan kepada akademik dasar dab kemampuan social. Namun pemberian pengajaran tersebut tergantung pada level menengah dan keparahan gangguan
yang dialami untuk dapat menerima materi yang diberikan oleh terapis contohnya: materi matematika, membaca, menulis, dan kemampuan social. Sedangkan yang
parah akan mendaptkan materi non akademik seperti pelatihan yang bersifat dasar missal: mansi, menyikat gigi dan makan sendiri atau memakai pakaian sendiri.
Disamping itu dalam mentransfer pengtahuan dari tarapis kepada anak didiknya itu diperlukan kemampuan khusus atau metode yang tepat.Pelaksanaan komunikasi tersebut merupakan sebagau bentuk komunikasi dua arah. Namun
44
ganggaun yang dialami anak tersebut. Karena terapis juga berupaya mengkomunikasikan pesan/ materi kepada anak didiknya yang memiliki
permasalahan dalam penagkapan pesan.Kemampuan verbal dan non vebal, terapis dalam menerapis anak penyandang autis sangat ditekankan, karena seperti dijelaskan sebelumnya bahwa anak-anak ini mengalami permasalahan dan
menangkap pesandalam bentuk verbal.Jadi diperlukan penyampaian pesan secara non verbal agar pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Misalnya terapis memerintah anak agar duduk dengan tenang, tangan dilipat diatas meja dan wajah menghadap kea rah terapis. Dan kalau perlu terapis memegang bdan agar anak tersebut mau menuruti apa yang diperintahkan oleh
terapis.
2.7 Kerangaka Ber fikir
Autis merupakan gangguan pervasive yang terjadi pada 2-3 tahu usia perkembangan anak. Gangguan pervasive merupakan lingkup dari adanya hambatan komunikasi, interaksi social dan perilaku tanpa adanya respon dari anak
tersebut.
Pada ganggaun perilaku terjadi pada lingkup anak kekurangmampuan anak
dalam mengontrol diri dan emosi sehingga mereka terlihat cangguang atau cenderung bersikap semuanya yang tidak sesuai dengannorma atau aturan yang ada pada lingkungan umum. Seperti menepuk-nepuk tangan apabila sedang
agresif(menyerang orang lain) atau self injury(menyakti diri sendiri dengan membrenturkan kepala dididing, mencubit dan menggit pada dirinya sendiri).
Gangguan komunikasi terjadi pada kekurangmampuan anak dalam memahami konseptual bahasa atau pesan yang disampaikan oleh orang lain (komunikator). Sedangkan gangguan interaksi social terjadi pada
kekurangmampuan pada anak dalam perkembangan hubungan timbal balik antara anak dengan oramg lain atau beradaptasi dengan lingkungan dimana anak tersebut
cederung menyendiri, atau cuek dan kurang memiliki sikap empati serta kurang fokus pada orang dan lingkungan disekitarnya. Kondisi perilaku yang seperti ini dapat dikatakn bahwa anak memiliki tingkat temperatur yang tinggi, sehingga
anak menjadi berperilaku tidak normal pada lingkungan sendiri.
Adanya gangguan pervasive pada usia perkembangan tersebut sangat
berpengaruh pada kemampuan anak dalam mengikuti sekolah intensif. Disurabaya telah berdiri lembaga pendidikan non formal yang khusus menangani anak-anak
autis salah satunya adalah Terapi Cahaya Indah Surabaya.
Terapi Cahaya Indah merupakan lembaga pendidikan formal dan non formal yang khusus menangani anak-anak dengan spectrum autis melalui metode
terapi wicara, terapi bermain dan terapi perilaku sebagai metode pembelajaran dan penanganan anak autis.
Metode terapi pada anak autis di Terapi Cahaya Indah Surabaya yaitu:
46
2. Terapi wicara dilakukan dengan rutin secara intensif agar anak autis memahami kosakata dan berlatih pada pengucapannya.
3. Terapi bermain ini sangat berperan penting bagi anak penyandang autis, dengan ini anak tersebut bisa bersosialisasi dengan teman-teman untuk merangsang saraf motoriknya
4. Terapi perilaku, tarapi ini dilakukan untuk merangsang otot-otot, memperbaiki koordinasi dan keterampilan terapi ni sangat dan harus
diberikan pada anak penyandang autis.
Melihat dari hambatan passive pada anak autis dengan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah sekolah intensif.Dengan ini diperlukan adanya
suatu Metode pengajaran khusus yang perlu diterapkan dalam tujuan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan konseptual bahasa baik
komunikasi verbal maupun nonverbal.