• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemasaran Babi Bali Dalam Rangka meningkatkan Pendapatan Petani Di Daerah Miskin.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pemasaran Babi Bali Dalam Rangka meningkatkan Pendapatan Petani Di Daerah Miskin."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

1

I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si.

NIDN: 0008037704

Dr. Budi Rahayu TP., S.Pt., MM.

NIDN: 0026127805

Ir. Suciani, M.Si..

NIDN: 0031035201

Dibiayai oleh:

DIPA PNBP Universitas Udayana

(2)

2 1. Judul Penelitian : Analisis Pemasaran Babi Bali dalam Rangka

Meningkatkan Pendapatan Petani di Daerah Miskin 2. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si.

b. NIP/NIDN : 197703082003121001

c. NIDN : 0008037704

c. Jabatan fungsional : Lektor d. Program Studi : Peternakan e. Fakultas/Jurusan : Peternakan/.

f. Alamat : Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar

g. Telpon/Faks : (0361)702771 / (0361)702771

h. Alamat Rumah : Jl. Raya Penginyahan, Desa Puhu, Payangan.Gianyar i. Telpon/Faks/E.mail : 081353248994/./nata_suka@yahoo.com

3. Anggota (1)

a. Nama Lengkap : Dr. Budi Rahayu TP., S.Pt., MM.

b. NIDN : 0026127805

c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana 4. Anggota (2)

a. Nama Lengkap : Ir. Suciani, M.Si.

b. NIDN : 0031035201

c. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

5. Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun 6. Biaya tahun Berjalan : Rp. 22.250.000,.

7. Biaya Keseluruhan : Rp. 22.250.000,. 5. Pembiayaan

Jumlah biaya yang diajukan ke fakultas: Rp. 25.000.000,.

Denpasar, 10 Nopember 2015

Mengetahui, Ketua Peneliti,

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana

(Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MS.) (I Wayan Sukanata, S.Pt., M.Si.)

NIP: 195903121986011001 NIP: 197703082003121001

Mengetahui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana

(3)

3 Babi bali yang merupakan sumber flasma nutfah asli bali, memiliki berbagai keunggulan dibandingkan babi ras. Babi ini lebih tahan terhadap lingkungan yang ekstrim, masih dapat berproduksi walaupun pakan yang diberikan seadanya, serta hemat air. Keunggulan tersebut membuat babi jenis ini menjadi pilihan peternak di daerah.daerah kering. Di samping itu, daging babi bali memiliki citarasa yang lebih gurih, dan sangat cocok dipakai sebagai babi guling. Di beberapa daerah, dalam membuat babi guling untuk sesaji masih fanatik harus menggunakan jenis babi bali.

Dalam beternak babi, aspek pemasaran sangat penting diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi pendapatan peternak dan keberlanjutan dari usahatani tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani penggemukan babi bali mampu memberikan tambahan pendapatan kepada peternak yaitu sebesar Rp. 98.056/ekor dengan R/C 1,17, sedangkan usahatani pembibitan babi bali mampu memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp. 1.447.729 per periode per ekor induk.Ada empat saluran pemasaran babi bali yang dihasilkan peternak, yaitu ; 1) peternak memasarkan langsung kepada peternak konsumen, dan 2) peternak memasarkan kepada konsumen lokal, 3) peternak memasarkan langsung kepada pengepul, dan 4) peternak memasarkan kepada bpengepul melalui penyotek . Lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran babi bali antara lain: penyotek, pengepul, pedagang antar daerah, dan pedagang babi guling. Penyotek mempunyai fungsi fasilitas, sedangkan pengepul, pedagang perantara, dan pedagang babi guling mempunyai fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas, Struktur pasar yang dihadapi peternak di pasar output adalah struktur pasar yang mengarah kepada pasar oligogsoni.Secara umum pemasaran babi bali yang dihasilkan oleh peternak kurang efisien, yang ditunjukkan oleh

yang rendah, yaitu berkisar antara 40,63%.100% dengan rataan hanya 61,41%, sementara margin pemasaran diantara lembaga.lembaga pemasaran juga kurang merata, yaitu berkisar antara 0,94%.37,5% dari harga di konsumen. Rasio keuntungan terhadap biaya diantara lembaga.lembaga pemasaran juga sangat berbeda dengan yang dicapai peternak. Rasio keuntungan terhadap biaya tersebut berkisar antara 172,73% . 700%, sedangkan rasio kentungan terhadap biaya yang dicapai peternak berkisar anatara 15,16%.24,02%.

Proteksi lahan pertanian sangat penting untuk dapat terus menjamin keberlanjutan usahatani babi bali. Disamping itu, perbaikan manajemen produksi sangat penting dilakukan sehingga dapat mengurangi mortalitas anak. Untuk meningkatkan farmer’s share maka perbaikan manajemen pemasaran juga sangat penting dilakukan.

(4)

4 Om Swastyastu.

Puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat rakhmat beliau penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Penelitian

ini diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan.pertanyaan yang sering muncul

ketika kami melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya

mengenai pendapatan usaha dan pemasaran babi bali. Hasil penelitian ini

diharapkan akan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam rangka menyusun

kebijakan yang lebih tepat khususnya dalam pengembangan dan pemasaran babi

bali di daerah miskin, sehingga pemasaran babi bali akan lebih efisien dan

selanjutnya akan dapat meningkatkan pendapatan petani.

Melalui kesempatan ini kami selaku tim peneliti mengucapkan

terimakasih kepada bapak Rektor Unud yang telah memberikan kepercayaan dan

dana kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini. Demikian pula kepada

peternak babi bali yang ada di Desa Gerokgak dan Desa Datah, beserta semua

pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, kami mengucapkan

terimakasih yang sebesar.besarnya. Sebagai akhir kata, andaikata selama

berlangsungnya kegiatan ini ada hal.hal yang tidak berkenan kami minta maaf

dengan setulus hati.

Om Shantih Shantih Shantih Om.

(5)

5

HALAMAN PENGESAHAN ... 2

RINGKASAN ... 3

PRAKATA ... 4

DAFTAR TABEL ... 7

DAFTAR GAMBAR ... 7

DAFTAR LAMPIRAN ... 7

BAB I. PENDAHULUAN……….………...…... 9

1.1. Latar Belakang ……….………...…………...…..……... 9

1.2. Tujuan Khusus Penelitian...………...………... 10

1.3. Urgensi Penelitian ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …...……... 11

2.1. Babi Bali …………...……... 11

2.2. Usahatani ... 13

2.3. Penerimaan, Pendapatan, dan Biaya Usahatani ... 14

2.4. Pemasaran ... 15

2.5. Saluran dan Lembaga Pemasaran ... 16

2.6 Fungsi Pemasaran... 17

2.7. Struktur Pemasaran ... 18

2.8. Efisiensi Pemasaran... 18

BAB III. METODE PENELITIAN... 20

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2. Jenis Data, Responden, dan Metode Pengumpulan Data... 20

3.3. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

3.3.1. Analisis Pendapatan... 21

3.3.2. Analisis R/C ... 22

3.3.3. Analisis Titik Impas ... 22

3.3.4. Analisis Lembaga dan Saluran Pemasaran... 23

3.3.5. Analisis Fungsi Pemasaran ... 23

3.3.6. Analisis Struktur Pasar ... 24

(6)

6

3.3.8. Analisis ... 24

3.3.9. Analisis Rasio Keuntungan terhadap Biaya ... 25

3.4. Bagan Alir Penelitian ... 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1. Analisis Pendapatan Usahatani Babi Bali... 27

4.1.1. Analisis Pendapatan Dari Usahatani Penggemukan Babi Bali ... 27

4.1.2. Analisis Pendapatan Dari Usahatani Pembbibitan Babi Bali ... 28

4.2. Gambaran Umum Pemasaran Babi Bali ... 30

4.3. Efisiensi Pemasaran Babi Bali... 32

4.3.1. Struktur Pasar ( ) ... 32

4.3.2. Perilaku Pasar ( ) ... 32

4.3.3. Keragaan Pasar ( ) Babi Bali ... 33

4.3.3.1. Saluran Pemasaran Babi Bali ... 33

4.3.3.2. Lembaga Pemasaran Babi Bali ... 35

4.3.3.3. Fungsi.Fungsi Lembaga Pemasaran Babi Bali ... 36

4.3.4. Farmer’s share, marjin, dan Rasio Keuntungan terhadap Biaya... 40

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan... 47

5.2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA………...…...…………..…………. 49

(7)

7

Nomor Halaman

1. Populasi Babi di Bali pada Tahun 2013... 11

2. Pendapatan Dari Usahatani Penggemukan Babi Bali... 28

3. Pendapatan Dari Usahatani Pembibitan Babi Bali ... 30

4. Fungsi.Fungsi Lembaga Pemasaran Babi Bali ...37

5. , Marjin, dan Rasio Keuntungan Saluran 1... 41

6. , Marjin, dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya, Saluran 2... . 42

7. , Marjin, dan Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran Babi Bali Umur 3 Bulan pada Saluran Pemasaran 3, Tahun 2015...43

(8)

8

Nomor Halaman

1. Bagan Alir Penelitian... 26

2. Saluran Pemasaran Babi Bali ... 34

Nomor Halaman 1. Laporan Penggunaan Anggaran... 51

2. Catatan Harian Penelitian... 52

3. Susunan Organisasi Tim Peneliti ... ... 54

4. Biodata Peneliti ... 55

5. Data Mahasiswa ... 70

(9)

9 !"

Babi mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat Bali, baik

dari sisi ekonomi maupun sosial budaya. Dari sisi ekonomi, ternak babi

merupakan mesin biologis yang dapat menghasilkan daging, di samping juga

sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat. Ternak babi juga memberikan

multiflier efek yang besar, karena mempunyai keterkaitan yang besar baik dengan

industri di hulu dan di hilirnya. Dari sisi sosial budaya, ternak babi merupakan

salah satu sarana upacara agama dan adat yang tidak tergantikan.

Salah satu jenis babi yang banyak dipelihara di Bali adalah babi bali yang

merupakan sumber flasma nutfah asli Bali. Babi tersebut memiliki berbagai

keunggulan dibandingkan babi ras, seperti lebih tahan terhadap lingkungan/cuaca

yang ekstrim, dapat tumbuh dengan baik walaupun pakan yang diberikan

seadanya, serta hemat air. Keunggulan tersebut membuat babi jenis ini menjadi

pilihan petani di daerah.daerah kering/miskin, seperti Kecamatan Kubu,

Gerokgak, Nusa Penida, dan yang lainnya, karena di daerah itu ia masih mampu

berproduksi dengan baik. Di samping itu, daging babi bali memiliki citarasa yang

lebih gurih, dan sangat cocok dipakai sebagai babi guling. Di beberapa daerah,

dalam membuat babi guling untuk sesaji masih fanatik menggunakan babi bali.

Pemasaran ternak babi merupakan suatu proses kegiatan untuk

mentransformasi hasil produksi berupa babi menjadi pendapatan berupa uang

secara berkelanjutan. Pemasaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan

karena akan sangat mempengaruhi pendapatan peternak dan keberlanjutan dari

usahatani tersebut. Sistem pemasaran yang lebih baik akan dapat memberikan

pendapatan yang lebih besar kepada petani, dan sebaliknya. Namun demikian,

selama ini belum ada kajian mengenai pemasaran babi bali, sehingga penelitian

ini sangat penting dilaksanakan. Hasilnya diharapkan akan dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam rangka menyusun kebijakan yang lebih tepat khususnya

dalam pengembangan dan pemasaran babi bali di daerah miskin, sehingga

pemasaran babi bali akan lebih efisien dan selanjutnya akan dapat meningkatkan

(10)

10 #$# ! %#&#& ! ' ' !

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh peternak dari budidaya babi bali

2. Menganalisis saluran pemasaran dalam pendistribusian babi bali dari tangan

peternak hingga sampai ke tangan konsumen.

3. Menganalisis lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran babi

bali serta fungsi.fungsinya.

4. Menganalisis struktur pasar yang dihadapi oleh peternak.

5. Menganalisis tingkat efisiensi pemasaran babi bali

( " !&' ! ' ' !

Hasil penelitian ini sangat penting sebagai bahan informasi mengenai

pendapatan dan pemasaran babi bali. Informasi tersebut meliputi struktur biaya,

pendapatan, dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C) dari budidaya babi bali.

Informasi pemasaran meliputi, saluran pemasaran, lembaga.lembaga pemasaran

serta fungsi.fungsi yang dilakukannya, keragaan struktur pasar, sebaran marjin di

antara lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat, rasio keuntungan terhadap

biaya pemasaran pada masing.masing lembaga pemasaran, serta .

Informasi.informasi tersebut di atas tentu akan sangat bermanfaat bagi

pemerintah, peternak, dosen, mahasiswa, dan peneliti lainnya. Bagi pemerintah,

informasi ini sangat bermanfaat dalam rangka membuat kebijakan dan melakukan

pembinaan.pembinaan yang berkaitan dengan pemasaran babi bali dalam

mendukung program pengentasan kemiskinan terutama di daerah.daerah kering.

Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan sangat membantu dalam menyusun rencana

penelitian lanjutan, yaitu menyusun strategi pemasaran babi bali yang efisien, dan

selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan pengabdian masyarakat khususnya

dalam hal bagaimana meningkatkan efisiensi pemasaran babi bali sehingga

pendapatan peternak dapat ditingkatkan. Di samping itu, hasil penelitian ini akan

dijadikan sebagai bahan yang sangat berguna dalam menyusun bahan ajar untuk

matakuliah . Bagi peternak, hasil penelitian ini akan menjadi informasi

penting tentang pemasaran babi bali sehingga dapat memilih saluran pemasaran

(11)

11 )

*' '

Beternak babi merupakan salah satu sumber mata pencaharian masyarakat

Bali yang telah digeluti sejak lama. Pada awalnya, jenis babi yang dikembangkan

hanyalah jenis babi lokal, yaitu babi bali. Seiring dengan keberhasilan di dalam

pemuliabiakan ternak babi di beberapa negara lain di luar negeri, maka terciptalah

jenis.jenis babi baru yang dikenal dengan babi ras, seperti babi landrace, large

white, duroc, pietrain, saddleback, dan lain sebagainya yang produktivitasnya

dianggap lebih baik di bandingkan babi bali. Sejak sekitar tahun 1979, babi ras

diimpor dari luar negeri untuk meng. babi bali (Suarna dan Suryani,

2014). Saat ini populasi babi di Bali sebagian besar merupakan babi ras maupun

persilangannya. Namun demikian, ternyata di beberapa daerah di Bali yang

termasuk daerah kering, seperti di Kabupaten Buleleng, Karangasem, dan

Klungkung, justru populasi babi didominasi oleh babi bali, seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 1. Hal ini menunjukkan keunggulan babi bali dibandingkan

babi ras terhadap berbagai keterbatasan sumberdaya yang ada di daerah kering.

Tabel 1. Populasi Babi di Bali pada Tahun 2013

Kabupaten/ Kota

Babi Bali

Babi Ras dan Persilangannya

Total (ekor) Jumlah

(ekor) %

Jumlah

(ekor) %

Denpasar . . 16.335 100,00 16.335 Badung 1.087 1,28 83.684 98,72 84.771 Gianyar 2.606 1,94 131.732 98,06 134.338

#!" #!" + , ( (-++ .( /,- (/ /+

!" & 0 1( ,11 - , 1 /+ /.-// / 1

Bangli 12.601 18,46 55.646 81,54 68.247

# !" (/ 1./ ,/-. 1 +. ( - 1 ,+.

Jembrana 5.785 8,40 63.109 91,60 68.894 Tabanan 4.796 5,23 86.976 94,77 91.772 Bali 253.959 29,80 598.360 70,20 852.319 Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali 2013 (diolah)

Menurut Sihombing (1997) dan Budaarsa (2012), babi bali ada dua jenis.

(12)

12 moyangnya berasal dari Ciri.cirinya: berwarna hitam dan bulunya

agak kasar, punggungnya agak melengkung ke bawah namun perutnya tidak

sampai menyentuh tanah, serta cungurnya relatif panjang. Jenis yang kedua

terdapat di Bali bagian utara, tengah, barat, dan selatan. Jenis ini mempunyai ciri.

ciri hampir sama dengan jenis yang pertama. Jenis yang kedua ini punggungnya

sangat melengkung ( ), perutnya besar dan sering menyentuh tanah pada

saat bunting atau gemuk. Warnanya hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan

keempat kakinya serta kadang.kadang di dahinya ada belang berwarna putih,

kepalanya pendek sekitar 24.28 cm, telinga tegak dan pendek (10.11 cm), tinggi

pundak sekitar 48.54 cm, panjang tubuh sekitar 90 cm, lingkar dada 81.94 cm,

dan panjang ekor sekitar 20.22 cm. Puting susu induk 12.14 buah dan rata.rata

jumlah anak per kelahiran 12 ekor.

Babi bali memiliki kelemahan tapi juga kelebihan dibandingkan babi ras.

Kelemahan babi bali adalah dalam hal pertumbuhan, tapi ia memiliki berbagai

kelebihan dalam hal pemeliharaan, ketahanan terhadap lingkungan yang ekstrim,

citarasa, dan sangat cocok sebagai babi guling. Pertumbuhan babi bali lebih

lambat dibandingkan babi ras. Menurut Budaarsa (2012; 2014), babi bali dapat

mencapai berat 90.100 kg dalam waktu 8.10 bulan, sedangkan babi ras hanya 5.6

bulan. Babi bali mempunyai persentase karkas 56,25% (daging 48,50%, lemak

13,46%, tulang 16,24%, dan kulit 21,80%), sedangkan landrace 67,47%

(Budaarsa, 1997). Namun demikian, ia juga menyatakan bahwa babi bali adalah

babi yang tahan menderita, masih mampu bertahan hidup walau diberi pakan

seadanya, dan lebih hemat terhadap air, sehingga peternak di daerah miskin

memberikan istilah (bisa diajak hidup melarat) pada babi ini.

Keunggulan tersebut membuat babi jenis ini menjadi pilihan peternak di daerah.

daerah kering atau miskin, karena di daerah itu ia masih mampu berproduksi

dengan baik, sementara jenis babi ras tidak. Contohnya, di Kecamatan Grokgak

76,17% dari populasi babi yang ada di daerah itu merupakan babi bali, dan

bahkan di Kecamatan Nusa Penida mencapai 91,10%. Babi ras walaupun

pertumbuhannya lebih cepat tapi ia juga menuntut pakan yang juga berkualitas.

Hal ini membuat pemeliharaan babi ras tidak bisa terlepas dari penggunaan pakan

(13)

13 Disamping berbagai kelebihan di atas, babi bali juga memiliki citarasa

yang lebih gurih, dan sangat cocok dipakai sebagai babi guling (Budaarsa, 2012;

2014). Ia menyatakan bahwa babi bali yang merupakan babi tipe lemak, memiliki

lemak punggung yang lebih tebal, sehingga akan menghasilkan kulit babi guling

yang lebih tebal pula dan lebih empuk dibandingkan babi ras. Kulit Babi guling

merupakan bagian dari babi guling yang paling disukai oleh konsumen. Selain itu

ia juga menjelaskan bahwa lemak di bawah kulit pada babi bali ketika diguling

akan mencair dan meresap ke dalam daging dan keluar melumuri kulit dan

memberi aroma yang spesifik. Hal ini juga di dukung oleh Suarna dan Suryani

(2014) yang menyatakan bahwa babi bali sangat potensial sebagai babi guling

karena komposisi lipatan lemak di bawah kulit akan memberikan aroma dan

tekstur babi guling yang sangat baik. Kelebihan tersebut membuat permintaan

babi bali untuk dijadikan babi guling sangat tinggi. Namun karena

ketersediaannya terbatas, tingginya permintaan tersebut belum dapat dipenuhi

secara maksimal. Menurut Miwada (2014), sekitar 37,20% dari jumlah

warung makan babi guling di Bali menggunakan babi bali sebagai bahan bakunya.

Bahkan di beberapa daerah, karena adanya suatu kepercayaan tertentu, dalam

membuat babi guling untuk sesaji, masih fanatik harus menggunakan babi bali.

& % !'

Merurut Soeharjo dan Patong (1973), usahatani merupakan proses

pengorganisasian faktor.faktor produksi seperti alam, tenaga kerja, modal, dan

pengeloaan, yang diusahakan oleh perorangan maupun sekumpulan orang untuk

menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang

lain disamping motif untuk mencari keuntungan. Hal ini juga didukung oleh

Tjakrawiralaksana dan Soeriatma (1983) yang mendefinisikan usahatani sebagai

suatu organisasi produksi dilapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang

mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga

tani, unsur modal, dan unsur pengelolaan yang perannya dibawakan oleh

seseorang yang disebut sebagai petani. Menururt Soekartawi (1990), tujuan

usahatani dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu memaksimumkan keuntungan

(14)

14 mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk

memperoleh keuntungan yang maksimum. Sedangkan konsep minimisasi biaya

adalah bagaimana menekan biaya produksi sekecil.kecilnya untuk mencapai

tingkat produksi tertentu.

( ! '0 !- !2 3 !- 2 ! ' 4 & % !'

Manurut Soekartawi (2002), penerimaan usahatani adalah nilai produksi

( ) dari suatu usahatani, yang sering juga disebut sebagai

penerimaan kotor usahatani ( ) atau pendapatan kotor usahatani . Nilai

produksi tersebut merupakan hasil perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual. bagi produk yang dihasilkan tapi tidak dijual, misalnya karena

dikonsumsi sendiri juga harus diperhitungkan sebagai penerimaan. Analisis

penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi analisis parsial dan analisis

keseluruhan usahatani. Analisis parsial dilakukan untuk mengetahui penerimaan

dari satu cabang usahatani, sedangkan analisis keseluruhan dilakukan untuk

mengetahui penerimaan dari keseluruhan cabang usahatani.

Biaya usahatani disebut juga sebagai pengeluaran usahatani (

! ), yang didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai

atau dikeluarkan di dalam produksi (Soekartawi 1986). Menurut Soekartawi

(2002), biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1) biaya tetap

( ! ); dan 2) biaya tidak tetap ( " ). Biaya tetap merupakan biaya

yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang

diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya.kecilnya biaya ini tidak tergantung

pada besar.kecilnya produksi. Sedangkan biaya tidak tetap yang juga sering

disebut sebagai biaya variabel, merupakan biaya yang besar.kecilnya berubah.

ubah sesuai dengan besar.kecilnya produksi. Jadi biaya ini sangat dipengaruhi

oleh besar.kecilnya produksi. Menurut Soekartawi (1986), pengeluaran

usahatani mencakup pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai. Pengeluaran

tunai merupakan pengeluaran apa adanya yang secara nyata dilakukan oleh petani,

baik untuk biaya tetap maupun biaya tidak tetap, seperti biaya untuk membeli

pakan ternak, obat.obatan, dan upah tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan

(15)

15 tapi tetap diperhitungkan sebagai biaya, misalnya biaya sewa lahan milik sendiri

dan upah tenaga kerja keluarga.

Pendapatan usahatani atau sering disebut sebagai pendapatan bersih

usahatani ( ) merupakan selisih antara penerimaan usahatani atau

pendapatan kotor dengan biaya usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur

imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktor.faktor produksi tenaga

kerja, lahan, modal, dan pengelolaan (Soekartawi . 1986). Ia menambahkan

pula jika pendapatan bersih tersebut dikurangi dengan bunga untuk membayar

modal pinjaman maka hasilnya disebut sebagai penghasilan bersih usahatani (

).

Soeharjo dan Patong (1973) menyatakan bahwa pendapatan yang besar

tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Salah satu ukuran pendapatan

yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pencapaian pendapatan adalah

# $ ) Analisis R/C digunakan untuk mengetahui

besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Semakin

besar nilai R/C tersebut maka semakin baik usahatani tersebut. Nilai R/C

yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha tersebut

menguntungkan, dan sebaliknya jika kurang dari satu. Dan jika R/C dari

suatu usaha sama dengan 1, berarti usaha tersebut tidak untung tetapi juga tidak

rugi, yang sering disebut berada dalam keadaan impas (" ).

/ 0 & !

Menurut Kotler dan Amstrong (2001), pemasaran merupakan suatu proses

sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa

yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik

produk dan nilai dengan orang lain. Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus

(1987), pemasaran pertanian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang hasil pertanian dari

produsen ke konsumen, termasuk kegiatan yang merubah bentuk produk yang

ditujukan untuk mempermudah penyaluran dan memberikan kepuasan yang lebih

tinggi kepada konsumen. Dengan demikian, pemasaran tidak hanya sebatas

(16)

16 pelanggan. Hal.hal yang penting diperhatikan dalam memasarkan suatu produk

antara lain: pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen,

mengembangkan produk yang mempunyai nilai superior, penetapan harga yang

sesuai, dan promosi yang efektif.

# ! 2 ! 0* " 0 & !

Adanya jarak antara produsen dan konsumen menyebabkan proses

penyaluran produk (barang dan jasa) dari produsen ke konsumen sering

melibatkan beberapa lembaga perantara. Rangkaian organisasi atau lembaga yang

saling tergantung yang terlibat dalam proses berpindahnya barang atau jasa dari

tangan produsen ke konsumen di sebut dengan saluran pemasaran (Kotler, 2002).

Lembaga.lembaga perantara yang terlibat tersebut dapat berbentuk perorangan

maupun dalam bentuk kelembagaan atau badan usaha yang disebut sebagai

lembaga tataniaga/pemasaran. Lembaga pemasaran timbul karena adanya

keinginan konsumen untuk memperoleh produk sesuai dengan waktu, tempat, dan

bentuk yang diinginkan. Panjang pendeknya atau banyaknya lembaga.lembaga

pemasaran yang dilalui oleh suatu produk akan sangat mempengaruhi keuntungan

dari produk tersebut dan pembagian penerimaan yang diterima oleh masing.

masing lembaga pemasaran yang terlibat. Semakin jauh jarak antara produsen

dengan konsumen, maka saluran pemasaran yang terbentuk akan semakin

panjang, dan dapat melibatkan lembaga pemasaran yang juga semakin banyak.

Menurut Sudiyono (2002), tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan

fungsi.fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal

mungkin. Konsumen akan memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran

tersebut berupa marjin pemasaran. Ia juga menambahkan bahwa lembaga

pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan kepemilikan dan

penguasaannya terhadap produk yang dipasarkan. Pertama, lembaga yang tidak

memiliki tapi menguasai produk, seperti agen perantara, makelar (" ,

" dan " % " ). Kedua, lembaga yang memiliki dan menguasai

produk yang dipasarkan, seperti pedagang pengumpul, tengkulak, eksportir, dan

(17)

17 yang dipasarkan, seperti perusahaan.perusahaan penyedia fasilitas transportasi,

asuransi pemasaran, dan perusahaan penentu kualitas produk pertanian.

, #!"&' 0 & !

Berbagai tindakan.tindakan sering kali sangat diperlukan untuk

meningkatkan nilai “guna” suatu produk untuk dapat memenuhi keinginan

konsumen sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan. Dengan

demikian maka hal tersebut akan dapat memperlancar proses penyampaian barang

atau jasa dari tingkat produsen ke konsumen. Peningkatan nilai “guna” ini

terwujud hanya apabila lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat melaksanakan

tindakan.tindakan tertentu yang dapat meningkatkan nilai “guna” tersebut. Setiap

bentuk kegiatan atau tindakan.tindakan yang dapat meningkatkan nilai “guna”

suatu produk disebut sebagai fungsi pemasaran (Sudiyono, 2002). Menurut

Limbong dan Sitorus (1987), fungsi.fungsi pemasaran dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu 1) fungsi pertukaran ( ! ), 2) fungsi fisik

( % % ), dan 3) fungsi fasilitas ( ).

Fungsi pertukaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

perpindahan hak milik dari barang atau jasa yang dipasarkan yang terdiri atas

fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Fungsi pembelian bertujuan sebagai

sarana untuk memperoleh persediaan barang, sedangkan fungsi penjualan

bertujuan untuk meningkatkan nilai dari suatu barang. Dalam melaksanakan

fungsi penjualan, produsen atau lembaga pemasaran yang berada pada rantai

pemasaran sebelumnya harus memperhatikan kualitas, kuantitas, tempat, bentuk,

waktu, dan harga, yang diinginkan oleh konsumen ataupun lembaga pemasaran

yang berada pada rantai pemasaran berikutnya. Fungsi fisik merupakan semua

tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga menambah

guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk. Fungsi ini sangat penting dalam

pemasaran, karena mempertahankan atau bahkan dapat meningkatkan nilai mutu

suatu produk. Fungsi fisik dapat dibagi atas fungsi pengolahan, fungsi

penyimpanan, dan fungsi pengangkutan. Fungsi fasilitas merupakan semua

tindakan yang berhubungan dengan kegiatan standarisasi, grading, penanggungan

(18)

18

1 # # &

Menurut Limbong dan Sitorus (1987), struktur pasar dinyatakan sebagai

suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan maupun

industri, jumlah perusahaan ( ) dalam suatu pasar, distribusi perusahaan

menurut berbagai ukuran (pangsa pasar yang terkonsentrasi atau menyebar),

deskripsi produk, dan syarat.syarat untuk keluar masuk pasar. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi struktur pasar antara lain: (1) banyaknya penjual dan

pembeli serta bagaimana sebaran pangsa masing.masing, (2) produk yang dijual

apakah homogen atau terdiferensiasi, (3) ada tidaknya hambatan untuk keluar

masuk pasar, dan (4) tingkat kemudahan dalam akses informasi oleh pelaku pasar.

Berdasarkan faktor.faktor tersebut maka secara garis besar struktur pasar

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar tidak

bersaing sempurna (Kotler, 2003, dan Sugiarto et al, 2005). Suatu ciri dari pasar

yang bersaing sempurna adalah terdapat banyak penjual dan pembeli, barang dan

jasa yang diperdagangkan bersifat homogen, penjual dan pembeli berperan

sebagai serta bebas keluar masuk pasar. Pasar bersaing tidak sempurna

dapat dibedakan menjadi beberapa macam, ditinjau dari sisi penjual dan sisi

pembeli. Dari sisi penjual, pasar tidak bersaing sempurna dapat dibedakan

menjadi pasar monopoli, monopolistik, dan oligopoli. Sedangkan dari sisi pembeli

dapat dibedakan menjadi pasar monopsonistik, pasar monopsoni, dan pasar

oligopsoni.

+ 5'&' !&' 0 & !

Kinerja pemasaran dapat dinilai dengan menggunakan konsep efisiensi

pemasaran. Menurut Mubyarto (1991), kegiatan pemasaran dikatakan efisien

apabila kegiatan ini dapat memberikan suatu balas jasa yang seimbang kepada

semua pihak yang terlibat seperti petani dan pedagang perantara, serta mampu

menyampaikan komoditas hasil pertanian dari petani ke konsumen. Pendekatan

yang dapat digunakan dalam penentuan efisiensi pemasaran, yaitu melalui

pendekatan yang dikenal dengan S.P.C Melalui pendekatan ini,

(19)

19

keragaan pasar ( ), dan tingkah laku pasar ( ).

Menurut Sudiyono (2002), beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur efisiensi pemasaran adalah margin pemasaran, harga ditingkat

konsumen, ketersediaan fasilitas fisik, dan intensitas persaingan pasar. Indikator

lain yang juga sering digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran adalah pangsa

produsen ( ), dan rasio keuntungan terhadap biaya.

Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan

oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Semakin panjang

saluran pemasaran, maka semakin besar margin pemasaran (Daniel, 2004).

Margin pemasaran terdiri atas biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Biaya

pemasaran merupakan pengorbanan atau biaya yang dikeluarkan oleh lembaga.

lembaga yang terlibat untuk melakukan fungsi.fungsi pemasaran. Sedangkan

keuntungan pemasaran adalah selisih antara penerimaan dengan biaya pemasaran.

Keuntungan tersebut merupakan pendorong bagi lembaga pemasaran untuk ikut

memasarkan produk yang bersangkutan. Semakin banyak lembaga.lembaga

pemasaran yang terlibat dalam penyaluran produk dari titik produsen ke

konsumen maka akan semakin besar margin pemasaran tersebut. Tingginya

margin pemasaran yang diakibatkan oleh tingginya biaya pemasaran

menunjukkan bahwa pemasaran tersebut belum efisien. Melalui analisis margin

pemasaran dapat diketahui penyebab tingginya margin pemasaran sehingga dapat

dicari solusi permasalahan agar distribusi margin pemasaran dapat tersebar merata

diantara lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat.

Pangsa produsen ( ) merupakan bagian yang diterima petani

dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang dinyatakan dalam bentuk

persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). memiliki hubungan yang

negatif dengan margin pemasaran. Semakin tinggi margin pemasaran maka

akan semakin rendah. Tingkat efisiensi pemasaran suatu produk

pertanian juga dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran.

Melalui Rasio keuntungan terhadap biaya dapat ditentukan apakah pemasaran

suatu produk tertentu memberikan suatu balas jasa yang adil kepada semua pihak

yang terlibat dalam memasarkan produk tersebut. Hal ini juga akan menunjukkan

(20)

20

( 6 &' 2 ! 7 # ! ' ' !

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang akan dilaksanakan di Desa

Gerokgak Kabupaten Buleleng dan Desa Datah Kabupaten Karangasem.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja didasarkan pada pertimbangan bahwa

kedua daerah tersebut merupakan basis peternakan babi bali. Penelitian ini akan

dilaksanakan sejak Bulan Juni hingga Nopember 2015.

( ) !'& - &36!2 !- 2 ! 62 !"#03# !

Jenis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder, yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer akan

dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung terhadap

responden. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan bantuan kuisioner.

Responden dalam penelitian ini terdiri atas: peternak babi bali, lembaga.lembaga

pemasaran yang terlibat dalam pemasaran babi bali, dan beberapa %

yang kompeten dalam bidang babi bali. Jumlah peternak yang akan dijadikan

responden berjumlah 100 orang. Penelusuran terhadap lembaga.lembaga

pemasaran yang terlibat akan dilakukan dengan teknik &" ' %

yang akan dijadikan responden adalah tokoh.tokoh yang kompeten

dalam bidang babi bali, yang berasal dari Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan, perguruan tinggi, dan tokoh peternak. Sedangkan data sekunder akan

dikumpulkan dari dokumentasi yang dimiliki oleh instansi.instansi yang terkait.

( ( !"6 % ! 2 ! ! '&'&

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif

yang diperoleh digunakan untuk mendeskripsikan saluran pemasaran, lembaga

pemasaran dan fungsi.fungsinya, dan struktur pasar babi bali. Sedangkan data

kuantitatif berupa biaya.biaya dan penerimaan dari usahatani babi bali yang

(21)

21 (" ( $ marjin pemasaran, rasio keuntungan terhadap

biaya, dan . Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer.

( ( ! '&'& !2 3 !

Pendapatan dari usahatani babi bali merupakan selisih antara penerimaan

dari usahatani babi bali dengan semua biaya usahatani babi bali. Dengan

demikian maka pendapatan dari usahatani babi bali dapat ditentukan dengan

rumus berikut (Soekartawi, 2002):

Pd = TR . TC

dimana,

Pd = pendapatan dari usahatani babi bali (Rp/kg), TR = penerimaan dari usahatani babi bali (Rp), TC = total biaya usahatani babi bali (Rp).

Penerimaan dari usahatani babi bali (TR) merupakan nilai produksi (

( dari usahatani babi bali dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan

tersebut akan ditentukan berdasarkan perkalian antara jumlah produksi dengan

harganya, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR = Q . PQ

dimana,

Q = produksi yang diperoleh dari usahatani babi bali (kg),

PQ = harga produk yang dihasilkan dari usahatani babi bali (Rp/kg).

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Dengan demikian biaya usahatani babi bali akan ditentukan dengan rumus

berikut:

(22)

22 Zi = jumlah fisik dari input ke.i yang membentuk biaya tidak tetap (unit) Pxi = harga dari input ke.i yang membentuk biaya tetap (Rp/unit)

Pzi = harga dari input ke.i yang membentuk biaya tidak tetap (Rp/unit) i = 1,2,3,...,n

Biaya investasi seperti bangunan kandang, peralatan, dan lain.lain akan

diperhitungkan sebagai biaya penyusutan dan akan di kelompokkan ke dalam

biaya tetap. Biaya penyusutan akan diperhitungkan dengan metode garis lurus

(Ibrahim 2003) sebagai berikut:

n NS HB

P = −

dimana,

P = biaya penyusutan (Rp/periode waktu) HB = harga beli aset (Rp)

NS = nilai sisa aset (Rp)

n = umur ekonomis (perode waktu)

( ( ! '&'& 89

Besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan

pada usahatani babi bali akan ditentukan dengan mencari nilai R/C . Nilai

R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani tersebut

menguntungkan, dan sebaliknya jika kurang dari satu. Jika R/C sama dengan

1, berarti usaha tersebut berada dalam keadaan impas. R/C akan ditentukan

dengan membagi total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) dari usahatani

babi bali, seperti rumus berikut ini.

TC TR

R/C =

( ( ( ! '&'& ' ' 03 &

Suatu usaha dikatakan berada dalam keadaan impas (" ) yaitu

ketika usaha tersebut berada dalam keadaan tidak untung tetapi juga tidak rugi.

Keadaan tersebut menandakan bahwa total penerimaan ( ) sama

dengan total biaya ( ). Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat

(23)

23 produksi dalam kondisi impas (Ibrahim, 2003). Produksi dalam keadaan impas

akan ditentukan sebagai berikut:

VC) (P

TFC Q

Q BEP

− =

dimana,

QBEP = Produksi babi dalam keadaan impas (kg),

PQ = harga babi per kg (Rp), TFC = total biaya tetap (Rp), VC = biaya tidak tetap per kg (Rp).

Sedangkan harga babi bali dalam keadaan impas akan ditentukan sebagai berikut:

Q TVC TFC

PBEP = +

dimana,

PBEP = harga babi per kg dalam keadaan impas (Rp) , TFC = total biaya tetap (Rp),

TVC = total biaya tidak tetap (Rp),

Q = produksi babi (kg).

( ( / ! '&'& 0* " 2 ! # ! 3 0 & !

Lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat, serta saluran pemasaran dalam

pemasaran babi bali dapat diidentifikasi dengan melakukan wawancara terhadap

para peternak. Dari hasil wawancara tersebut akan diketahui kepada siapa mereka

menjual, dan terus ditelusuri hingga babi tersebut sampai ke tangan konsumen.

Dengan demikian akan diketahui lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat

dalam pemasaran babi bali serta saluran pemasarannya.

( ( ! '&'& #!"&' 0 & !

Analisis ini digunakan untuk mengetahui kegiatan pemasaran yang

dilakukan oleh lembaga.lembaga pemasaran dalam menyalurkan babi bali dari

peternak hingga sampai ke tangan konsumen. Fungsi.fungsi lembaga pemasaran

tersebut akan dilihat berdasarkan fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi

pembelian dan penjualan, fungsi fisik yang terdiri dari fungsi pengangkutan,

penyimpanan, dan pengolahan, serta fungsi fasilitas yang terdiri dari standarisasi,

(24)

24 ( ( , ! '&'& # # &

Analisis struktur pasar dapat diidentifikasi dari jumlah penjual dan

pembeli, pangsa pasar dari penjual maupun pembeli, apakah produk homogen

atau terdiferensiasi, hambatan keluar masuk pasar, dan mudah.tidaknya

memperoleh informasi pasar.

( ( 1 ! '&'& "'! 0 & !

Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang diterima

petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Semakin kecil perbedaan

tersebut maka pemasaran dikatakan semakin efisien. Margin pemasaran terdiri

dari dua komponen yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Dengan

demikian secara matematis, margin pemasaran tersebut akan ditentukan sebagai

berikut (Limbong dan Sitorus, 1987):

Mi = Psi . Pbi

Mi = Ci + πi

Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut maka diperoleh

keuntungan dari lembaga pemasarean pada tingkat ke.i adalah

πi = Psi . Pbi . Ci

dimana:

Mi ) margin pemasaran pasar tingkat ke.i (Rp/kg) Psi = harga jual pasar di tingkat ke.i (Rp/kg) Pbi = harga beli pasar di tingkat ke.i (Rp/kg)

πi = keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke.i (Rp/kg) i = 1,2,3,...,n

( ( + ! '&'&

, merupakan bagian yang diterima oleh peternak dari harga

yang dibayarkan oleh konsumen akhir, yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

Semakin besar maka pemasaran dikatakan semakin efisien.

Secara matematis akan ditentukan sebagai berikut:

100% . P P F

k p

(25)

25 dimana:

FS = (%)

Pp = harga babi di tingkat peternak (Rp/kg)

Pk = harga babi yang dibayarkan oleh konsumen akhir (Rp/kg)

( ( 1 ! '&'& &'6 #! #!" ! % 2 3 ' 4

Rasio keuntungan terhadap biaya pada masing.masing lembaga pemasaran

akan ditentukan sebagai berikut :

Rasio Keuntungan terhadap Biaya (%) = π !100%

dimana:

πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke.i Ci = Biaya pemasaran lembaga ke.i i = 1,2,3,...,n

Semakin merata Rasio Keuntungan terhadap Biaya diantara lembaga.

lembaga pemasaran yang terlibat, maka kegiatan pemasaran tersebut semakin adil

memberikan balas jasa kepada lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat tersebut,

sesuai pengorbanan yang dilakukan. Artinya, kegiatan pemasaran tersebut

(26)

26

( / " ! ' ! ' ' !

0* " ! ' ! ' ' !

Data Analisis

Pemasaran

Output 1 :

1. Saluran pemasaran 2. Lembaga-lembaga

pemasaran dan fungsinya 3. Struktur pasar

Analisis Pendapatan dan Pemasaran

Pengumpulan Data (primer dan

sekunder)

Analisis Kuantitatif-Deskriptif

Output 3 :

Efisiensi Pemasaran 1. Margin pemasaran 2. Farmer’s share 3. Rasio keuntungan

terhadap biaya Survei Analisis

Kualitatif -deskriptif

Output 2 :

1. Penerimaan, Biaya, Pendapatan 2. R/C Ratio

(27)

27

/ ! '&'& !2 3 ! & % !' *' '

Analisis pendapatan peternak pada usahatani penggemukan babi bali di

daerah penelitian meliputi analisis Pendapatan dari Usahatani Penggemukan dan

Pembibitan

/ ! '&'& !2 3 ! ' & % !' !"" 0# ! *' '

Rata.rata jumlah babi yang dipelihara peternak dalam satu periode

penggemukan berkisar antara 1.60 ekor. Babi yang mulai digemukkan adalah

setelah lepas sapih (umur 2 bulan). Lama penggemukan berkisar dari 1.10 bulan.

Namun yang paling banyak dilakukan peternak adalah selama 1 bulan. Hal ini

terjadi karena permintaan babi pada umur tersebut sangat tinggi disamping juga

perputaran uang yang cukup cepat.

Pakan yang diberikan pada masa penggemukan berupa pakan tradisional

hasil sampingan dari pertanian seperti pelepah daun talas, batang pisang, ketela

rambat, dagdag see, daun pisang, dan lain.lainya, bungkil kelapa ( ) serta sisa

dapur dimana pakan tersebut diperoleh dengan tanpa mengeluarkan biaya. Namun

demikian peternak juga memberikan pakan tambahan seperti polar (dedak

gandum) dan pakan pabrikan komersial (c ). Pemberian polar rata.rata

sekitar 0,44 kg/ekor/hari sedangkan pakan komersial 0,22kg/ekor/hari. Obat.

obatan hanya diberikan ketika babi peliharaan mengalami sakit. Peternak tidak

melakukan vaksinasi maupun memberikan vitamin pada ternak yang dipelihara.

Biaya pakan pada usaha ini mencapai 22,44% dari total biaya. Sedangkan biaya

bibit mencapai 70,87% dari biaya total. Hasil survei menunjukkan bahwa seorang

karyawan dapat memelihara 60 ekor babi penggemukan dengan waktu bekerja

selama 3 jam per hari.

Hasil analisa pendapatan terhadap usahatani penggemukan dengan skala

pemeliharaan sebanyak 60 ekor dalam satu periode produksi (1 bulan)

menunjukkan bahwa usahatani penggemukan babi bali cukup menguntungkan

(28)

28 adalah sekitar Rp. 5.883.333 atau sekitar Rp. 98.056/ekor. Usaha ini

menghasilkan R/C sebesar 1,17. Artinya, besarnya penerimaan peternak dari

setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 1,17 seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 2.

* !2 3 ! ' & % !' !"" 0# ! *' '

Usahatani pembibitan babi bali yang dimaksud dalam hal ini merupakan

usahatani pengembangbiaakkan babi bali dengan tujuan untuk menghasilkan

anak.anak babi yang selanjutnya anak.anak tersebut akan dijual. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa satu siklus atau satu periode produksi dari usaha

pembibitan yaitu rata.rata sekitar 205,02 hari yang terdiri atas masa bunting 115,4

(29)

29 kembali (masa kering) selama 25,33 hari. Hasil survei menunjukkan bahwa

jumlah anak per kelahiran per induk ( * ) mencapai 9.13 ekor dengan

rataan 10,52 ekor. Namun sayang angka kematiannya ( ) masih cukup

tinggi, yaitu berkisar antara 4.33,33% dengan rataan 15,91%. Dengan demikian

rata.rata jumlah anak yang bisa dipanen per ekor induk per kelahiran hanya 8,85

ekor. Hal ini terjadi karena manajemen pemeliharaan yang masih perlu

ditingkatkan. Misalnya kandang yang lebih bagus sehingga anak babi terhindar

dari cuaca buruk (panas, hujan, angin), anjing yang sering memangsa babi,

maupun hal.hal lain yang merugikan. Di masa depan perbaikan tata laksana

perbibitan sangat penting untuk ditingkatkan sehingga jumlah anak yang dapat

dipanen meningkat sehingga pendapatan peternak juga meningkat.

Sistem pengawinan induk babi dilakukan dengan cara kawin alami

(menggunakan pejantan) yang biasanya diperoleh dari menyewa milik peternak

lain di sekitar lokasi peternak. Biaya mengawinkan induk dalam satu kali kawin

rata.rata adalah Rp. 50.000,.. dari induk rata.rata

mencapai 1,30.

Jenis pakan yang diberikan pada induk baik pada ketiga masa tersebut

sama yaitu berupa pakan tradisional hasil sampingan dari pertanian seperti

pelepah daun talas, batang pisang, ketela rambat, dagdag see, daun pisang, dan

lain.lainnya, bungkil kelapa (usam), serta sisa dapur dimana pakan tersebut

diperoleh dengan tanpa mengeluarkan biaya. Namun demikian peternak juga

memberikan pakan tambahan seperti polar (dedak gandum) dan dedak padi yang

diperoleh membeli. Pemberian polar maupun dedak padi rata.rata sekitar 0,5

kg/ekor/hari. Obat.obatan hanya diberikan ketika babi peliharaan mengalami

sakit. Peternak tidak melakukan vaksinasi maupun memberikan vitamin pada

ternak yang dipelihara. Biaya pakan pada usaha ini mencapai 51,49% dari total

biaya. Peternak melakukan pemeliharaan babi hanya dengan menggunakan tenaga

kerja keluarga. Biaya tenaga kerja diperhitungkan dengan pendekatan upah buruh

sebesar Rp. 60.000/hari (per HKSP = 1 hari kerja setara pria). Share biaya ini

mencapai 26,37% dari total biaya.

Hasil analisa pendapatan terhadap usahatani pembibitan babi bali

(30)

30 menguntungkan bagi peternak. Besarnya pendapatan yang diperoleh peternak dari

usaha tersebut adalah sekitar Rp. 1.447.729,. per periode per ekor induk. Usaha

ini menghasilkan R/C sebesar 1,69. Artinya, besarnya penerimaan peternak dari

setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 1,69 seperti yang dapat

dilihat pada Tabel 3. Jika biaya tenaga kerja tidak diperhitungkan sebagai biaya

tentu akan menambah pendapatan bagi peternak, sehingga menjadi Rp.

1.999.442,. per ekor induk per periode produksi.

* ( !2 3 ! ' & % !' 0*'*' ! *' '

No Jumlah Satuan

Harga (Rp/satuan)

Jumlah (Rp)

Share dari Total Biaya (%)

1 Penerimaan

Penjualan anak 8,85 Ekor 400.000 3.539.940 169,20

2 Biaya

A Biaya Variabel

Biaya Pakan

Polar 134,65 Kg 5.500 740.588 35,40

Dedak Padi 134,65 2.500 336.631 16,09 Obat-obatan (insidentil) 1 Unit 50.000 50.000 2,39 Biaya mengawinkan 1,3 Unit 50.000 65.000 3,11

Kastrasi 1 Unit 50.000 50.000 2,39

Jumlah Biaya Variabel 1.242.219 59,37

B Biaya Tetap

Penyusutan kandang 1 unit 110.779 110.779 5,29 Penyusutan Induk 1 Unit 187.500 187.500 8,96 Tenaga Kerja 9,20 HKSP 60.000 551.713 26,37

Jumlah Biaya Tetap 849.992 40,63

Total Biaya 2.092.211 100,00

3 Pendapatan 1.447.729 69,20

4 R/C 1,69

/ 0* ! 0#0 0 & ! *' '

Pemasaran sebagai salah satu mata rantai sistem agribisnis peternakan

memainkan peranan yang sangat penting bagi pengembangan usaha. Walaupun

peternakan babi di daerah penelitian merupakan peternakan rakyat dengan skala

(31)

31 responden menyatakan bahwa alasan utama mereka memelihara babi adalah

untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dengan memanfaatkan hijauan atau

limbah pertanian lainnya yang merupakan hasil sampingan dari kebun, dan atau

tegalan mereka serat pemanfaatan limbah dapur. Hal ini sesuai juga dengan hasil

penelitian pada peternakan rakyat yaitu ternak sapi yang disponsori oleh ACIAR

(2010) yang menyatakan bahwa alasan utama peternak memelihara sapi adalah

untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Hal ini mengindikasikan bahwa sapi

yang dihasilkan harus dipasarkan dengan cara yang lebih efisien sehingga

memberikan tambahan pendapatan yang lebih tinggi bagi para peternak. Dengan

demikian maka pemasaran merupakan salah satu kunci sukses yang harus

diperhatikan untuk mencapai hal tersebut.

Pemasaran babi bali yang dihasilkan oleh peternak di lakukan di lokasi

kandang. Para pembeli biasanya datang langsung ke lokasi kandang untuk

membeli babi. Para pembeli yang datang adalah para peternak lainnya untuk

dipelihara maupun para pengepul (pedagang pengumpul) untuk dijual kembali.

Sistem penjualan babi bali yang dihasilkan peternak dilakukan secara sendiri.

sendiri tanpa dikoordinir oleh suatu organisasi kelompok. Penjualan babi bali

umumnya dilakukan dengan tanpa timbangan, namun beberapa pembeli sudah

menggunakan timbangan khususnya pada babi dewasa (celeng). Peternak

biasanya memperoleh informasi harga dari para peternak lain yang sudah lebih

dahulu menjual maupun dari pengepul (pedagang pengumpul) dan penyotek

(informan).

Berdasarkan tujuan pemeliharaannya, peternak babi dapat digolongkan

menjadi peternak pembibitan (memelihara induk untuk menghasilkan bibit),

peternak penggemukan. Peternak pembibitan biasanya menjual anak.anak babi

pada umur sekitar 70 hari. Sedangkan peternak penggemukan biasanya membeli

babi dari peternak pembibitan untuk kemudian dipelihara sebelum dijual.

Penggemukan dilakukan selama 1 bulan sampai 10 bulan. Sebagian besar babi

yang banyak dipasarkan adalah babi muda dengan umur sekitar 3 bulan yaitu

untuk memenuhi permintaan bahan baku babi guling pelengkap upakara yadnya

(banten). Daerah utama tujuan pemasaran babi bali jenis ini adalah beberapa

(32)

32 (celeng) hasil penggemukan umumnya untuk memenuhi permintaan lokal di

sekitar daerah penelitian. Rata.rata harga babi bali pada umur 70 hari (lepas sapih

Rp. 400.000/ekor, setelah digemukkan selama 1 bulan (sampai umur 3 bulan)

harganya mencapai Rp. 662.500/ekor. Harga babi dewasa hasil penggemukan

rata.rata Rp. 25.000/kg.

/ ( 5'&' !&' 0 & ! *' '

Efisiensi pemasaran babi bali dianalisis melalui model SCP ( structure,

conduct, and performance) pemasaran.

/ ( # # & : ;

Babi bali yang dijual oleh peternak mempunyai karakteristik yang hampir

sama. Babi yang dipasarkan umumnya anak babi, babi muda maupun babi

dewasa. Anak babi biasanya dipasarkan sebagai ternak bibit baik untuk

penggemukkan maupun induk. Pembelinya adalah peternak lainnya yang

memelihara babi. Sedangkan babi muda umur sekitar 3 bulan pembelinya

umumnya adalah pedagang pengumpul (pengepul), yang selanjutnya akan dijual

kembali. Ternak dewasa (celeng) umumnya dijual kepada konsumen (masyarakat)

yang membutuhkan babi yang biasanya digunakan untuk keperluan ucara

keagamaan. Lembaga pemasaran yang menjadi responden dan terlibat dalam

sistem pemasaran babi bali terdiri atas 100 peternak selaku produsen, 5 penyotek,

3 pengepul, 3 pedagang antar daerah, 5 Pembuat babi guling. Jika dilihat dari

jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran babi bali, di tingkat

Desa, peternak menghadapi struktur pasar yang mengarah pada pasar oligopsoni

(pasar tidak bersaing sempurna). Artinya, di tingkat desa hanya ada beberapa

pengepul yang beroperasi membeli babi sedangkan para peternak jumlahnya

banyak. Dengan demikian pedagang pengepul merupakan penentu haraga (

) sedangkan peternak menjadi pengikut harga ( )

/ ( ' # & : ;

Dalam penelitian ini perilaku pasar dilihat dari kegiatan pembelian,

(33)

33 pasar. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa proses pembentukan harga pada

peternak produsen di desa dengan pedagang pengumpul (pengepul) yang datang

melalui proses tawar menawar, namun demikian pengepul lebih dominan atau

mempunyai posisi tawar yang lebih kuat dalam penentuan harga. Sebelum

menjual babi peternak biasanya mencari informasi harga dari penyotek, pedagang

pengumpul, dan juga dari peternak dari peternak lainnya yang sebelumnya telah

menjual babi. Informasi tersebut digunakan oleh peternak untuk menentukan

kepada siapa dan harga berapa mereka harus menjual babinya. Peternak responden

pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam memasarkan babinya terutama

pada hari.hari menjelang hari raya Agama Hindu. Hal ini terjadi karena babi bali

banyak dibutuhkan untuk dijadikan sebagai bahan babi guling pelengkap upakara

yadnya. Dalam memperoleh babi, para pengepul umumnya mempunyai informan

yang ada di desa.desa disekitar lokasi peternak yang disebut sebagai penyotek.

Penyotek biasanya diberikan imbalan berupa komisi sebesar Rp. 15.000,. per ekor

babi yang diperoleh pengepul. Sistem pembayaran yang dilakukan pengepul pada

umumnya adalah tunai, dimana pembayaran akan dilakukan sebelum babi diambil

oleh pengepul. Pengepul dan peternak umumnya memiliki hubungan yang sangat

baik dan akrab, sehingga peternak biasanya sudah berlangganan dengan pengepul

tertentu. Persaingan yang terjadi di antara pedagang biasanya dalam bentuk harga.

Harga yang diberikan oleh pedagang pengepul bervariasi sesuai dengan kualitas

babi yang diperjualbelikan. Kualitas tersebut menyangkut kondisi tubuh (gemuk

atau kurus). Yang lebih gemuk tentu lebih disukai oleh pembeli sehingga

harganya lebih mahal. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa Jumlah

pengepul yang membeli babi di daerah penelitian sangat terbatas, yaitu hanya 3

orang. Siasat pasar yang dilakukan oleh peternak produsen adalah melakukan

penjualan kepada pembeli yang menawar dengan harga paling tinggi.

/ ( ( " ! & : ; *' '

/ ( ( # ! 0 & ! *' '

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemasaran babi bali memiliki

beberapa macam saluran pemasaran. Saluran.saluran tersebut dapat dilihat pada

(34)

34 Berdasarkan gambar tersebut di atas, pemasaran babi bali memiliki 4 macam

saluran pemasaran yaitu:

1. Peternak → Peternak Konsumen

2. Peternak → Konsumen Lokal

3. Peternak → Pengepul → Pedagang Antar Daerah → Pedagang

Pembuat Babi Guling → Konsumen

4. Peternak → Penyotek→ Pengepul→Pedagang Antar Daerah →

Pedagang Pembuat Babi Guling → Konsumen

Berdasarkan gambar di atas, peternak menyalurkan babinya kepada peternak

konsumen, konsumen lokal, penyotek, dan pengepul. Peternak konsumen

merupakan konsumen yang membeli babi dengan tujuan untuk dipelihara

kembali. Sedangkan konsumen lokal merupakan konsumen yang berada disekitar

lokasi peternak, yang membeli babi dengan tujuan untuk dipotong. Hasil Pengepul

Gambar 2. Saluran Pemasaran Babi Bali

Pedagang antar Daerah Konsumen

Lokal

Pedagang Babi Guling

Konsumen Lembaga

Peternak

Produsen Konsumen Peternak

10% 25%

40%

Keterangan:

: Lembaga Pemasaran : Saluran babi hidup : Saluran babi guling

Penyotek

(35)

35 penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 65% babi yang dipasarkan oleh

peternak dibeli oleh pengepul, baik melalui penyotek (40%) maupun tanpa

melalui penyotek (25%). Sekitar 10% babi yang dipasarkan peternak, dibeli

langsung oleh peternak konsumen, dan sisanya (20%) dibeli oleh konsumen lokal

yang berada disekitar lokasi peternak dengan tujuan untuk dipotong.

/ ( ( 0* " 0 & ! *' '

Lembaga pemasaran adalah lembaga atau orang yang menjadi perantara

dalam penyaluran babi bali yang dihasilkan oleh peternak ke tangan konsumen

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran babi bali yang dihasilkan

peternak adalah pengepul, pedagang antar daerah, dan pedagang pembuat babi

guling.

!" 3#

Pengepul merupakan pedagang pengumpul yang berkeliling di desa sekitar

tempat tinggalnya untuk membeli babi dari para peternak dengan tujuan untuk

dijual kembali. Pengepul umumnya adalah orang yang sudah dikenal oleh

peternak. Hubungan Pengepul dan peternak sangat baik/dekat, sehingga ketika

peternak ingin menjual babi, ia akan menghubungi pengepul tersebut secara

langsung atau melalui anak buah pengepul yang ada di desa.desa yang disebut

sebagai Penyotek. Pengepul akan berfungsi sebagai yaitu menberikan

informasi kepada pengepul berupa babi yang akan dijual, siapa penjualnya

(peternak), dan dimana lokasinya. Jika pengepul berhasil membeli babi yang telah

diinformasikan tersebut maka ia akan memberikan imbalan kepada penyotek

berupa komisi yaitu sebesar Rp. 15.000,. per ekor. Atas informasi dari penyotek

atau dari peternak langsung, belantik mendatangi alamat peternak (lokasi

kandang) dan melakukan dengan peternak. Setelah terjadi kesepakatan harga

maka babi akan dibayar sebelum di bawa oleh pengepul tersebut.Pengepul

biasanya sudah memiliki langganan yang membeli babinya yang disebut sebagai

(36)

36

2 " !" ! %

Pedagang antar daerah merupakan pedagang yang membeli babi dari

pengepul yang selanjutnya akan disalurkan kepada pedagang pembuat babi guling

yang banyak terdapat di Kota.kota seperti di Kota Denpasar, Badung, dan

Tabanan. Pedagang ini umumnya juga sudah memiliki beberapa orang pembeli

yang sudah menjadi langganan. Pedagang antar daerah biasanya mendatangi

pengepul untuk mengambil babi yang telah dipesan. Pengiriman babi dilakukan

dengan menggunakan mobil Dalam satu pengiriman, jumlah babi yang

dikirim berkisar antara 30.70 ekor. Babi tersebut selanjutnya di sebarkan kepada

pedagang pembuat babi guling sesuai dengan pesananya. Jumlah pengiriman

sangat dipengaruhi oleh hari raya keagamaan khususnya Agama Hindu.

Menjelang hari.hari raya Hindu jumlah permintaan babi meningkat dan

puncaknya terjadi pada menjelang Hari Raya Sugian.

2 " !" 0*# *' # '!"

Pedagang pembuat babi guling merupakan pedagang perantara yang

membeli babi dari pedagang antar daerah untuk diolah menjadi babi guling yang

selanjutnya akan dijual kepada konsumen yang telah memesan sebelumnya.

Pedagang ini menjual babi guling dalam bentuk utuh (satu ekor utuh). Pedagang

ini merupakan penentu harga ( ). Konsumen dari babi guling adalah

konsumen perorangan maupun konsumen lembaga seperti hotel, restoran dan lain.

lain. Babi guling dibeli konsumen dengan tujuan untuk langsung dikonsumsi

misalnya untuk pesta maupun dipakai sebagai sarana pelengkap upakara yadnya

(" ). Setelah upakara yadnya selesai dihaturkan sebagai persembahan, maka

babi gulingnya biasanya akan dikonsumsi. Babi yang banyak digunakan sebagai

babi guling adalah babi bali dengan berat sekitar 12.20 kg per ekor.

/ ( ( ( #!"&'< #!"&' 0* " 0 & ! *' '

Setiap bentuk kegiatan atau tindakan.tindakan yang dapat memperlancar

proses penyampaian barang tersebut disebut sebagai fungsi pemasaran. Berbagai

(37)

37 pemasaran tersebut. Fungsi pemasaran di atas dapat dikelompokkan menjadi

fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.

Lembaga.lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran babi bali

melakukan fungsi.fungsi pemasaran untuk memperlancar penyampaian babi bali

tersebut ke tangan konsumen. Fungsi.fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

lembaga.lembaga pemasaran tersebut adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan

fungsi fasilitas, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Fungsi.Fungsi Lembaga Pemasaran Babi Bali

Lembaga Pemasaran Fungsi

Pemasaran

Aktifitas Saluran

Pemasaran

Peternak Pertukaran penjualan 1,2

Pengepul Pertukaran Pembelian dan

penjualan

3,4

Fisik Pengangkutan 3,4

Pemeliharaan (penyimpanan)

3,4

Fasilitas Penanggungan risiko 3,4

Informasi pasar 3,4

Penyotek Fasilitas Informasi pasar 4

Pedagang Antar Daerah Pertukaran Pembelian dan penjualan

3,4

Fisik Pengangkutan 3,4

Fasilitas Penanggungan risiko 3,4

Informasi pasar Pedagang Pembuat

Babi Guling

Pertukaran Pembelian dan penjualan

3,4

Fisik Pengolahan 3,4

Penyimpanan 3,4

Fasilitas Penanggungan risiko 3,4

Tabel ini menunjukkan bahwa fungsi.fungsi pemasaran yang dilakukan oleh

lembaga.lembaga pemasaran sapi bibit menyangkut beberapa aktifitas yang secara

rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

#!"&' !" 3#

Dalam pemasaran babi bali, pengepul mempunyai fungsi.fungsi

pemasaran antara lain; fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi

pertukaran merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak

(38)

38 penjualan. Dalam menjalankan fungsi ini pengepul melakukan aktifitas pembelian

dan penjualan. Aktifitas pembelian dilakukan sebagai sarana untuk memperoleh

persediaan babi bali, sedangkan fungsi penjualan bertujuan untuk meningkatkan

nilai dari babi bali tersebut dengan melakukan penjualan terhadap babi tersebut.

Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pengepul dapat dilihat pada saluran 3 dan

saluran 4.

Fungsi fisik merupakan semua tindakan yang berhubungan langsung

dengan kegunaan bentuk, waktu, dan tempat. Aktifitas yang dilakukan oleh

pengepul dalam hal ini adalah aktifitas pengangkutan dan aktifitas penyimpanan

(pemeliharaan sementara). Aktifitas pengangkutan merupakan aktifitas

mengangkut babi dari kandang peternak ketempat penampungan sementara

(kandang stok). Aktifitas ini dapat dilihat pada saluran 3 dan 4.

Aktifitas penyimpanan merupakan aktifitas pemeliharaan sementara yang

dilakukan oleh pengepul untuk menimbulkan kegunaan bentuk dan waktu.

Kegunaan bentuk yang dimaksud disini adalah dengan pemeliharaan tersebut

maka kualitas bibit tersebut dapat ditingkatkan. Dalam hal ini pengepul membeli

bibit yang agak kurus kemudian dengan aktifitas pemeliharaan yang baik babi

tersebut akan menjadi lebih gemuk dan baru kemudian akan dijual. Aktifitas ini

dapat dilihat pada saluran 3 dan 4. Selain menimbulkan kegunaan bentuk, aktifitas

penyimpanan (pemeliharaan sementara) tersebut juga menimbulkan kegunaan

waktu. Kegunaan waktu maksudnya adalah dimana belantik akan menjual babi

tersebut di atas pada waktu yang tepat sehingga harganya menjadi lebih tinggi.

Fungsi fasilitas dari pengepul merupakan aktifitas yang berhubungan

dengan kegiatan penanggungan resiko dan informasi pasar. Aktifitas ini dapat

dilihat pada saluran 3 dan 4. Aktifitas penanggungan risiko yang dimaksud di sini

adalah bahwa semua risiko atau kemungkinan negatif yang terjadi setelah babi itu

berpindah tangan dari peternak ke pengepul adalah ditanggung oleh pengepul

tersebut. Misalnya dalam aktifitas pengangkutan bisa saja terjadi kecelakaan, babi

mengalami patah tulang dan lain sebagainya merupakan tanggung jawab

pengepul. Pengepul juga berfungsi sebagai sumber informasi pasar terutama

Gambar

Tabel 1.  Populasi Babi di Bali pada Tahun 2013
Gambar 2. Saluran Pemasaran Babi Bali
Tabel 4. Fungsi.Fungsi Lembaga Pemasaran Babi Bali
Tabel 5 menunjukkan bahwa pada saluran pemasaran 1, ��������� �����
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Kota Bandar Lampung mengupayakan sumber- sumber penerimaan pendapatan asli daerah melalui jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor, yang diselenggarakan

Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah disamping Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang

Upaya Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk optimalisasi pengelolaan parkir dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah telah dilakukan baik

Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli Daerah disamping Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang

Di antara berbagai jenis penerimaan daerah yang menjadi sumber daya sepenuhnya dapat dikelola oleh daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka untuk itu upaya

Budidaya tambak adalah teknologi pemeliharaan udang/ bandeng di tambak berupa pengendalian lingkungan su- paya menjadi habitat yang baik bagi pertumbuhan ban- deng/udang,

Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen

Penggunaan teknologi yang kurang maksimal T 4.2 Matrix Evaluasi Internal Faktor Berikut analisis faktor lingkungan internal usaha sporuts di Bali dilihat pada tabel di bawah ini: