• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji Tahun 2014"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Rahmawati NIM : 1111053100017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Penyelenggaraan ibadah haji yang diselenggarakan setiap tahun selalu tidak luput dari perhatian masyarakat luas khususnya umat Islam, karena disamping menyangkut hajat orang banyak, penyelenggaraan ibadah haji juga sangat berkaitan dengan pelayanan jamaah haji yang harus diberikan sejak pendaftaran, pelunasan, pemberangkatan, pengasramaan, transportasi, akomodasi, katering, dan pelayanan bimbingan manasik peribadatan.

Penyelenggaraan ibadah melibatkan beberapa lembaga dan kementrian terkait yang dibentuk dalam suatu organisasi yang bertugas melaksanakan operasional penyelenggara ibadah haji dari tingkat pusat, provinsi, embarkasi, dan di Arab Saudi sejak dari perencanaa, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi agar jamaah haji dapat melaksanakan ibadah dengan tertib, aman, nyaman sehingga proses ibadah haji dijalankannya sebagai ketentuan manasik haji. Organisasi penyelenggaraan ibadah haji di embarkasi yang disebut dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi mengemban tugas dan bertanggung jawab melaksanakan tata kelola pelayanan jamaah haji di Embarkasi baik saat keberangkatan maupun kepulangan dari Arab Saudi setelah melaksanakan ibadah haji, khususnya PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam hal ini peneliti mengamati langsung subyek yang diteliti melakukan wawancara dengan anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 untuk mengetahui bagaimana manajemen yang dilakukan PPIH, apa saja aspek pelayanan yang diberikan pada jamaah dan adakah faktor penghambat maupun pendukung serta peneliti mengamati buku-buku yang dapat menunjang kelengkapan data.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah penerapan manajemen pelayanan yang dilakukan oleh PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014 berjalan dengan baik mulai dari penerapan perencanaan, pengorganisasian yang sudah kordinasi, penggerakkan, pengawasan, dan evaluasi. Beberapa aspek pelayanan yang diberikan kepada jamaah haji adalah meliputi pelayanan masuk asrama, kesehatan, akomodasi, konsumsi, bimbingan manasik ibadah, paspor haji, gelang identitas, living cost, biaya hidup selama di Arab Saudi dan pelayanan keberangkatan ke bandara Halim Perdana Kusuma. Jika dilihat dari segi penggerakkan dan pengorganisasian ketua PPIH telah menentukan tugas-tugas kepada para anggota untuk melayani jamaah secara maksimal berdasarkan pedoman dan SOP. Pengawasan kinerja PPIH Embarkasi Jakarta, dilakukan Inspektur Jendral Kementerian Agama evaluasi yang dilakukan PPIH Embarkasi Jakarta sudah sesuai harapan untuk menjadikan kegiatan pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji lebih baik dan meningkat pada tahun mendatang

Kata kunci:Manajemen pelayanan penyelenggara ibadah haji

(6)

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang

Maha pengasih dan Maha Penyayang tanpa kasih saying serta Inayah-Nya tak

mungkin penulis dapat mencapai pendidikan sampai strata satu (S1).

Shalawat serta salam semoga senantiasa teriringi kehadiran junjungan Nabi

Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya

sampai akhir zaman. Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan kasih

sayangnya dan membesarkan dengan penuh kasih sayangnya dan membesarkan

dengan penuh kesabaran, serta selalu memberikan do’a, semoga selalu dalam

lindungan Allah ibuku tercinta. Amiin Atas do’a dan usaha serta perjalanan

panjang akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah tugas penting yang

mempertaruhkan segenap keilmuan yang penulis pelajari selama menuntut ilmu di

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan bukan semata-mata atas usaha penulis saja melainkan bantuan dari

berbagai pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu penulis hingga selesai.

Untuk itu dari lubuk hati yang paling dalam, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed selaku Wakil Dekan bidang Akademik,

Dr. Hj. Raudhanah, M.Ag selaku Wakil Dekan Bidang Administratif, Dr.

Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

(7)

bangku kuliah.

3. Drs. Ahmad Kartono M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya, tenaga serta pikiran untuk memberikan arahan

dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Suparto, M.Ed, Ph.D dan Drs. Sugiharto, MA selaku Penguji I dan

Penguji II yang telah memnguji penulis dengan baik dan memberikan

nilai dengan bijak

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku

kuliah

6. Pimpinan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

memberikan pelayanan dan fasilitasnya.

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang telah melayani penulis dengan baik dan sabar

8. Seluruh Dosen Penguji, Ketua Sidang Munaqasah, dan Sekertaris yang

telah memberikan kesempatan pada penulis untuk mempersentasikan

hasil skripsi ini

9. Maaji tersayang, baba Neli tersayang beserta tujuh kakak-kakakku yang

selalu mendoakan penulis dan mendukung agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

(8)

11.Diyen Febianti, Eddy Rahmadi, Ratna Gardina, dan Siti Chairuwidha

adik-adikku yang setia membantu penulis dalam segi apapun agar

penulis mudah mengerjakan skripsi

12.Siti Khodijah dan Adie Habibie teman seperjuangan dalam mengerjakan

skripsi, sehingga kita bisa menjadi sarjana pertama di MHU angkatan

2011

13.Teman-teman MHU 2011 yang setia menyemangatkan penulis terutama

perempuan-perempuan kesayangan Rizka, Qmay, April, Putri, Difla,

Pipit, Andin

Begitu banyak nama yang tidak tercantum dalam penulisan skripsi

ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis kembalikan. Semoga

semua telah diberikan pada penulis dapat menjadi berkah dan amal

ibadah yang pahalanya selalu mengalir

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Penulis

Rahmawati

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

C. Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodelogi Penelitian ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 14

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA A. Manajemen ... 17

1. Pengertian Manajemen... 17

2. Fungsi Manajemen ... 18

3. Unsur-Unsur Manajemen ... 21

B. Pelayanan ... 22

1. Pengertian Pelayanan ... 22

2. Standar Pelayanan ... 24

3. Dimensi Kualitas Pelayanan ... 26

4. Ciri – ciri Pelayanan yang Baik ... 27

C. Manajemen Pelayanan ... 30

1. Pengertian Manajemen Pelayanan ... 30

2. Manajemen Pelayanan Haji ... 30

D. Unsur – Unsur Penyelenggaraan Haji Embarkasi Jakarta ... 31

1. Jamaah Haji ... 31

2. Pembiayaan haji ... 33

3. Sarana Transportasi ... 34

4. Hubungan Antar Negara ... 36

5. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI ... 49

A. Visi dan Misi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ... 49

B. Landasan, Tugas dan Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta ... 49

1. Landasan Kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta ... 49

2. Tugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ... 50

3. Fungsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ... 50

C. Pengankatan dan Masa Kerja Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi ... 51

(10)

1. Tugas Pengarah ... 54

2. Tugas Unsur Pimpinan ... 54

3. Tugas Unsur Pembantu Pimpinan ... 55

4. Tugas Unsur Pelaksana dan Pembantu Pelaksana ... 57

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA A. Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Jakarta terhadap Jamaah Haji 2014 ... 67

1. Menentukan Perencanaan (Planning) ... 69

2. Melakukan Pengorganisasian (Organizing) ... 74

3. Mengadakan Penggerakkan (Actuating) ... 74

4. Menjalankan Pengawasan (Controling) ... 76

5. Melakukan Evaluasi (Evaluating) ... 77

B. Aspek Pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta terhadap Jamaah Haji 2014 ... 78

1. Aspek Pelayanan Pemberangkatan ... 78

a. Pelayanan One Stop Servise ... 78

b. Pelayanan Asrama ... 83

c. Pelayanan Katering ... 85

d. Pelayanan Pembinaan Jamaah dan Manasik Haji ... 87

e. Pelayanan Bandara... 88

2. Aspek Pelayanan Pemulangan ... 90

a. Pelayanan Bandara... 90

b. Pelayanan Asrama ... 91

C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Memberikan Pelayanan kepada Jamaah Haji 2014 ... 92

1. Faktor Pendukung Pemberangkatan ... 93

2. Faktor Penghambat Pemberangkatan ... 93

3. Faktor Pendukung Pemulangan ... 94

4. Faktor Penghambat Pemulangan ... 94

D. Analisis terhadap Manajemen Pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta 1. Perencanaan (Planning) ... 95

2. Pengorganisasian (Organizing) ... 95

3. Penggerakkan (Actuating) ... 96

4. Pengawasan (Controling) ... 99

5. Evaluasi (Evaluating) ... 99

BAB V PENUTUP ... 100

A. KESIMPULAN ... 100

B. SARAN ... 102

(11)
(12)

A. Latar Belakang Masalah

Haji diambil dari etimologis bahasa Arab dimana kata haji berarti qashd,

yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara’ haji ialah

menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan

amalan-amalan ibadah tertentu pula dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam

yang memiliki kemampuan (istita’ah) mengerjakannya. Oleh karena itu

diantara syarat wajib haji selain harus beragama Islam, berakal sehat, baligh,

juga diisyaratkan memiliki kemampuan, baik kemampuan dalam soal harta,

fisik maupun mental, dan merdeka (bukan hamba sahaya). 1

Keislaman seseorang tidak akan sempurna sebelum ia mengerjakan

ibadah haji ke Baitullah. Meskipun demikian kewajiban haji hanya sekali

seumur hidup, selebihnya adalah sunnah bagi mereka yang mampu

melaksanakannya.

Kesatuan umat Islam dari seluruh penjuru dunia terlihat jelas dalam pelaksanaan ibadah haji yang diselenggarakan setiap tahun. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia bertemu diatas tanah yang sangat luas yang disebut ‘’Padang Arafah’’, dalam satu waktu, dan satu wilayah mereka melaksanakan

1 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia

(Jakarta: CV. Duta Peraga, 2010), h.12

1

(13)

manasik haji yaitu wukuf. Jadi, haji merupakan moment pertemuan tahunan bagi umat Islam. Dimana mereka datang dari penjuru dunia.2

Doa yang disampaikan oleh jamaah haji saat berada di Baitullah sangat

efektif dan berpeluang besar diijabah oleh Allah Swt. Tak heran bila ibadah

haji akrab dengan namanya doa. Sepanjang siang dan malam di masjid, di

pemondokan di pasar, dan di perjalanan, zikir dan doa tak henti-hentinya

diucapkan oleh jamaah. Secara khusyuk doa disampaikan dari dalam hati,

diucapkan dengan lidah, lalu diekspresikan dengan gerakan dua tangan

menengadah ke atas dan anggukan kepala, tampak betul kesungguhan hamba

saat berdoa. 3

Dalam Al-qur’an surat Al Hajj ayat 27-28 Allah berfirman :

































Artinya :

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah di tentukan atas rezki yang Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk

2 Thariq Muhammad, Rahasia Terindah Haji dan Umroh, cetakan 1 (Jakarta selatan:

Duta Press, 2008), h.12

3 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta:

CV. Duta Peraga, 2010), h. 180

(14)

dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (Q. S. Al Hajj : 27 dan 28)4

Ayat tersebut diatas secara tersirat memberikan dasar pengetahuan dan

pemahaman tentang pengelolaan haji atau manajemen haji antara lain

penyampaian informasi, proses perjalanan, angkutan/transportasi, kendala

yang akan dihadapi sampai dengan masalah manasik dan hikmah ibadah haji.

Untuk terlaksananya penyelenggaraan ibadah haji bagi jamaah haji

Indonesia yang tertib, aman, dan lancar, Kementerian Agama dalam hal ini

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah berkewajiban

melaksanakan tugas dari aspek pembinaan, pelayanan, dan perlindungan

kepada jamaah haji sejak mulai pendaftaran dan tercatat di Siskohat Kemenag

secara online dan real time masa tunggu (waiting list), keberangkatan dari

Tanah Air ke Arab Saudi, selama pelaksanaan ibadah di Tanah Suci, sampai

akhirnya kembali lagi ke Tanah Air. Secara tekstual, pelayanan prima kepada

jamaah bertujuan untuk memenuhi kepuasan jamaah dan memberikan fokus

pelayanan kepada jamaah.5

Penyelenggaraan Ibadah haji bukanlah pekerjaan yang sederhana,

khususnya dalam hal pelayanan jamaah, mengingat jumlah jamaah haji

Indonesia yang harus dikelola adalah merupakan jamaah terbanyak di dunia.

Maka perlu adanya manajemen yang memiliki fungsi merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, serta mengawasi

kegiatan pelaksanaan haji untuk tercapainya penyelenggaraan haji yang

aman, lancar, nyaman, tertib teratur, dan ekonomis. Manajemen haji lebih

4

Al-qur’an Digital

5 Ibid., h. 232

(15)

dititik beratkan pada sektor jasa pelayanan dengan memberikan kepuasan

yang prima kepada jamaah.6 Sebagaimana pelayanan jamaah haji yang

diberikan oleh Panitia dan Petugas Haji di asrama haji embarkasi, karena

asrama haji merupakan tempat proses kesiapan administratif dan dokumen

terakhir bagi jamaah haji dan mereka dapat beristirahat dalam waktu kurang

lebih 24 jam serta mendapat pelayanan lainnya seperti pemeriksaan

kesehatan, penimbangan barang bawaan (bagasi) dan manasik haji yang

sebelumnya sudah diberikan di kota masing-masing.

Asrama haji embarkasi Jakarta Pondok Gede menerapkan sistem

pelayanan satu atap, dimana semua unsur petugas pelayanan berada dalam

satu ruangan untuk memproses administrative dan dokumen, membagikan

perlengkapan haji kepada jamaah antara lain buku kesehatan, paspor, gelang

identitas, dan uang living cost. Hal tersebut sejalan dengan amanat

Undang-Undang No.13 tahun 2008 pasal 11 bahwa Menteri membentuk Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di tingkat pusat, di daerah yang memiliki

embarkasi, dan di Arab Saudi.7

Secara khusus yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tugas dan

fungsi dari PPIH Embarkasi Jakarta. Dimana tugas dan fungsi Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta adalah

menyelenggarakan operasional pemberangkatan dan pemulangan haji di

asrama haji embarkasi sesuai dengan kebijakan Direktorat Jenderal

6 Hanan Alatif dan Nizam Ahmad, Manajemen haji (Jakarta: Nizam Press, 2004) h. 19 7 Republika Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Penyelenggaraan Haji dan umrah, (Jakarta: Sekertariat Negara, 2008), Pasal.13

(16)

Penyelenggaraan Haji dan Umrah, meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian, pelayanan pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji

meliputi antara lain pelayanan dokumen, akomodasi, pembinaan jamaah dan

petugas, keamanan, perbekalan, penerbangan, imigrasi, bea cukai, dan

kesehatan serta mengkoordinasikan kegiatan pelayanan dengan unsur instansi

terkait.8

Adapun jumlah anggota Personil PPIH Embarkasi Jakarta disesuaikan

dengan kebutuhan organisasi sebanyak 23 orang, dan keanggotaan PPIH

Embarkasi jakarta terdiri dari unsur Pejabat Kantor Wilayah Kementerian

Agama dan instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya PPIH Embarkasi

Jakarta mengangkat pembantu panitia yang disebut dengan pembantu PPIH

Embarkasi sebanyak 65 orang. Menurut ketentuan jumlah pembantu PPIH

embarkasi disesuaikan dengan kebutuhan, dengan ketentuan jumlah

maksimum 1 :75 bagi embarkasi yang jamaahnya kurang dari 10.000,

sedangkan embarkasi yang jamaahnya lebih dari 10.000 orang, maka jumlah

pembantu PPIH 1 :100 (1 orang petugas pembantu PPIH melayani 100 orang

jamaah)9

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi PPIH dengan baik maka perlu

adanya manajemen yang baik karena manajemen merupakan aktivitas untuk

mengatur kegunaan sumber daya manusia bagi tercapainya tujuan organisasi

8 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkas,

( Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h. 24

9 Ibid., h. 26

(17)

secara efektif.10 Dalam hal pelayanan haji tentunya yang diberikan PPIH

kepada jamaah haji yaitu berupa jasa maka perlu adanya pelayanan yang

berkualitas karena jika layanan jasa yang diterima melampaui atau melebihi

harapan jamaah, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang

ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa yang diterima lebih rendah dari harapan,

maka kualitas jasa dipersepsikan buruk.

Disinilah peran PPIH dalam membantu jamaah haji dengan pelayanan 24

jam yang diberikan PPIH selama di asrama haji Jakarta Pondok Gede

sebelum di berangkatkan ke Tanah Suci, untuk mempersiapkan segala

keperluan jamaah yang akan melaksanakan ibadah haji. PPIH sebagai

perwakilan dari pemerintah harus memberikan pelayanan yang terbaik untuk

jamaah sesuai dengan biaya yang mereka keluarkan, sehingga masyarakat

Indonesia khususnya jamaah haji dapat menilai kesungguhan pemerintah

sebagai penyelenggara haji yang baik dan profesional.

Beberapa kelemahan PPIH Embarkasi Jakarta 2014 yang ditemui oleh

penulis dalam praktikum berkaitan dengan manajemen pelayanan yang

diberikan PPIH kepada jamaah haji antara lain :

1. PPIH Bidang Penerimaan dan Pemberangkatan terutama penguusan

terhadap jamaah udzur kurang santun jamaah dalam memberikan

pelayanan pemeriksaan barang di x-ray,

2. PPIH Bidang Pembinaan Jamaah dan Petugas terutama Seksi Pemantapan

Manasik Haji masih kurang melakukan sosialisasi untuk mengajak

10 Zaini Muchtarom, Dasar - Dasar Manajemen dakwah (Yogyakarta: Al-amin IKFA,

1996) cet ke-1, h.37

(18)

jamaah dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang dilaksanakan ba’da

ashar sehingga banyak jamaah yang tidak ikut serta, pengetahuan tentang

manasik masih perlu ditingkatkan karena masih banyak dijumpai jamaah

haji yang berkonsultasi,

3. PPIH Bidang Dokumen masih kurang teliti dalam penulisan nama jamaah

secara lengkap dalam rangka pengolahan kloter, rombongan dan data

manifest,

4. PPIH Bidang Kesehatan kurang professional ketika menghadapi jamaah

yang belum suntik maningitis dan melakukan pemeriksaan akhir,

5. PPIH Bidang Penerimaan bersikap kurang ramah terhadap Tim Kesehatan

Haji Daerah (TKHD) ketika lembar biru dan Surat Panggilan Masuk

Asrama (SPMA) TKHD tersebut hilang.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian manajemen pelayanan PPIH Embarkasi Jakarta Pondok Gede kemudian penulis menjadikan bahan dan skripsi dengan judul ’’Manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Embarkasi Jakarta Pada Musim Haji 2014“

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu Manajemen

Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta

Pada Musim Haji 2014, sehingga diharapkan dapat terarah dan terfokus

pada masalah manajemen pelayanan haji yang dilaksanakan oleh PPIH

(19)

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah suatu pernyataan yang dirumuskan dalam

kalimat tanya, bersifat padat isi, jelas maksudnya sehingga memberikan

petunjuk tentang kemungkinan mengumpulkan data guna menjawab

pernyataan yang terkandung didalamnya.11

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim haji 2014?

b. Aspek pelayanan apa saja yang diberikan PPIH Embarkasi Jakarta

terhadap jamaah haji tahun 2014?

c. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta

terhadap jamaah haji 2014?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang

sudah dinyatakan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui sistem manajemen Pelayanan Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim

haji 2014

(20)

b. Untuk mengetahui aspek pelayanan apa saja yang diberikan PPIH

Embarkasi Jakarta terhadap jamaah haji tahun 2014?

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat

pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi

Jakarta terhadap jamaah haji 2014

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian pelayanan (PPIH) Embarkasi Jakarta dapat

diketahui melalui dua pendekatan sebagai berikut:

a. Teoritis yaitu menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam

memperoleh informasi tentang pelayanan yang diberikan PPIH

terhadap jamaah haji 2014

b. Praktisi

1) Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta dapat

memberikan pelayanan terbaik dan berupaya meningkatkan

pelayanan kepada jamaah haji, PPIH juga sebagai referensi

manajemen pelayanan yang efektif dan efesien agar tidak terjadi

kesalahan dalam proses pelayanan yang diberikan.

2) Jamaah haji adalah sebagai salah satu sumber informasi mengenai

pelayanan yang diberikan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(21)

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penyusunan skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif yaitu melakukan penelitian untuk menghasilkan data berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati dengan memilih metode kualitatif, penulis mengharapkan dapat

memperoleh data yang lengkap dan akurat. Ditinjau dari sifat penyajian

datanya, penulis menggunakan metode deskriptif yang mana metode

deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi.12

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Embarkasi Jakarta tahun 2014

b. Objek penelitian ini adalah manajemen pelayanan yang diberikan

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta

terhadap jamaah haji tahun 2014

3. Pemilihan Informan

Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah Pejabat dan Staf

Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji Kanwil Kemenag DKI Jakarta

yang juga sebagai salah satu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)

Embarkasi Jakarta 2014 dengan menetapkan subjek penelitian

menggunakan sampel teoritis yang dipilih dengan kriteria tertentu,

12 Rahmat Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

2002), Cet.11, h.24

(22)

berdasarkan teori sesuai studi-studi sebelumnya, atau sesuai tujuan

penelitian. Hal ini dilakukan agar sampel sungguh-sungguh mewakili

(bersifat representative terhadap fenomena yang dipelajari)13

Peneliti tidak mungkin melakukan penelitian pada berbagai

kelompok yang berbeda, akan tetapi pemilihan orang yang tepat menjadi

penting untuk memperoleh data yang paling akurat sesuai dengan

masalah dan tujuan penelitian, dan harus menentukan secara hati-hati

waktu dan kondisi yang tepat untuk mewawancarai atau mengawasi

responden.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari

responden dalam hal ini data dari hasil wawancara dengan informan

dan dari pihak Panitia Penyelenggara Ibadah haji (PPIH) Embarkasi

Jakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data tidak langsung yaitu informan lain

yang mengetahui tentang manajemen pelayanan Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji, catatan-catatan, dokumen-dokumen serta

sumber lainnya yang berkaitan dengan pelayanan haji.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

13 Poewandari Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Jakarta:

LPSP3 fakultas pesikolog UI, 2000) h.102

(23)

Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke

lapangan dengan mendatangi narasumber yaitu Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta, hal ini guna mengetahui

keadaan sebenarnya yang terjadi pada lokasi penelitian yang berkaitan

dengan manajemen pelayanan PPIH Embarkasi, telah dilakukan

observasi selama 10 kali.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam

proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang

berinteraksi dan memengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut

adalah pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang

dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.14

Untuk mendapatkan data yang valid dan sah penulis melakukan

wawancara langsung dengan Bapak Panca, Bapak Aan dan Bapak H.

Ahmad Syukri selaku pejabat Badan Pengelola Asrama Haji Jakarta

dan selaku anggota PPIH Embarkasi Jakarta tahun 2014.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen.15 Penulis menggunakan data-data dan sumber

yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas, sedangkan

data-data ini, penulis peroleh dari buku-buku dan arsip-arsip PPIH

Embarkasi Jakarta tahun 2014 dan lain sebagainya yang dapat

mendukung serta berkaitan dengan masalah penelitian.

14Effebdi Sofian, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 2012), h.207

15Usman Husain dan Akbar Setiady Purnomo, Metedologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2003), CET. Ke-4, h.53

(24)

d. Teknis Analisis Data

Setelah data yang dibutuh dalam penyusunan skripsi ini

terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data.

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang

lebih mudah di baca dan di interprestasikan.16 Teknik pengelolaan

data yang peneliti gunakan dalam mengolah data penelitian adalah

dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, dan bahan pustaka

dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti mencoba

memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian

menganalisa data dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.

e. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dari penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Desertasi)”, karangan Hamid Nasution dkk CeQDA UIN Syarif

Hidayatullah, 2007.17

f. Tempat dan Waktu Penelitian

1) Tempat Penelitian

Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengambil lokasi

di salah satu asrama haji di Indonesia yaitu Asrama Haji Jakarta

Pondok Gede yang beralamat di Jalan Raya Pondok Gede Jakarta

Timur telephone. 021 8009421 dan Kantor Wilayah Kementerian

Agama DKI Jakarta

16Ibid., h. 250

17 Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi),

(Jakarta: Karangan Hamid Nasution dkk CeQDA UIN Syarif Hidayatullah, 2007 ), cet.pertama

(25)

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Maret 2015

sampai akhir Mei 2015

E. Tinjauan Pustaka

Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang harus,

diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun setelah penulis

mengadakan kajian kepustakaan, penulis menemukan beberapa skripsi yang

memiliki judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul

tersebut antara lain:

1. Ahmad Jauhari, ‘’Strategi mutu pelayanan dalam meningkatkan

kepuasan jama’ah haji PT. Dua Ribu Wisata’’ skripsi ini menjelaskan

strategi pelayanan yang dilakukan travel PT. Dua Ribu Wisata dalam

melayani jamaah umrah dan haji, tetapi skripsi tidak menjelaskan

kelebihan dan kekurangan mutu pelayanan PT. Dua Ribu Wisata agar

mengetahui peningkatan pelayanan di tahun sebelumnya.18

2. Nursyamsiah, ‘’Analisis politik, ekonomi social dan Teknologi (PEST)

pada pengelolaan Asrama haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, skripsi ini

hanya menganalisis tentang politik, akonomi social dan teknologi pada

pengelolaan asrama haji, sebaiknya penulis juga meneliti tentang fungsi

asrama haji yaitu tempat penyelenggaraan ibadah haji karena asrama haji

18

Jauhari Ahmad, ‘’Strategi mutu pelayanan dalam meningkatkan kepuasan jama’ah haji

(26)

merupakan asset pemerintah dalam meningkatkan kepuasan jamaah haji

tiap tahunnya19

3. Rohayati Qosidah, “ Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji

Jakarta Pondok Gede Pada Musim Haji Tahun 2010”Skripsi ini hanya

menjelaskan pelayanan yang di dapat jamaah di asrama haji embarkasi

Jakarta, skripsi ini tidak menjelaskan bagaimana pembentukkan petugas

haji, dan yang dijelaskan dalam skripsi ini petugas haji hanya BPAH saja

seharusnya anggota Kanwil Kementrianpun ikut serta dalam

pennyelenggaraan haji di asrama haji embarkasi.20

Maka untuk menyempurnakan tiga skripsi yang penulis kaji pustakanya,

penulis meneliti manajemen pelayanan yang diberikan petugas haji yaitu PPIH

Embarkasi mulai dari pemberangkatan sampai pemulangan jamaah.

Penulispun meneliti aspek apa saja yang diberikan petugas haji dan

mengetahui kelebihan maupun kekurangan dalam melayani jamaah haji tahun

2014.

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih mudah memahami pembahasan dan penulisan skripsi, maka

penulis menguraikan secara rinci masalah demi masalah yang pembahasannya

terbagi menjadi lima bab dan masing-masing bab mempunyai sub bab dengan

sistematika sebagai berikut:

19

Nursyamsiah, ‘’Analisis politik, ekonomi social dan Teknologi (PEST) pada

pengelolaan Asrama haji Embarkasi Jakarta-Bekasi, mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah

2010

20

Qosidah Rohayati, “ Manajemen Pelayanan Pemondokan Asrama Haji Jakarta Pondok

(27)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA

Terdiri dari beberapa hal diantaranya : pengertian tetang

manajemen, pelayanan, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) Embarkasi,

BAB III : GAMBARAN UMUM PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI

Yang terdiri dari gambaran umum Panitia Penyelenggara

Ibadah Haji (PPIH), landasan, tugas dan fungsi PPIH Embarkasi, keangotaan PPIH Embarkasi, susunan organisasi PPIH Embarkasi, uraian tugas PPIH Embarkasi

BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI EMBARKASI JAKARTA

Pada bab ini maka penulis berkonsentrasi kepada

manajemen Pelayanan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta pada musim haji 2014 dan faktor pendukung serta penghambat manajemen pelayanan terhadap jamaah haji 2014

BAB V : PENUTUP

Menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang

(28)

EMBARKASI JAKARTA

A. Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen berasal dari kata “to manage“ yang berarti mengatur,

mengurus, atau mengelola. Dari arti tersebut, secara substantif, makna

manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan.

Dengan demikian muncul pertanyaan apa yang dikelola dan siapa yang

bertindak sebagai pengelola.

Melayu S.P. Hasibuan menjelaskan bahwa manajemen dalam bahasa

inggris, artinya to manage, yaitu mengatur. Oleh karena itu menurutnya,

pertanyaan yang muncul adalah apa yang diatur, mengapa harus diatur,

siapa yang mengatur, bagaimana mengaturnya, dan dimana harus diatur.

Maka manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia secara efektif, dengan didukung oleh

sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan.21

Manajemen adalah upaya mengatur dan mengarahkan berbagai

sumber daya, mencakup manusia (man), uang (money), barang (material),

mesin (mechine), metode (methode), dan pasar (market). Serta ilmu seni

yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif,

21. Anton Athoillah, M.M, Dasar- dasar Manajemen (Bandung: Pustaka Setia, 2010, h.13

17

(29)

dengan didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi

untuk mencapai tujuan.22

Menurut James A.F Stoner manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota

organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai

tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari definisi di atas terlihat bahwa

stoner telah menggunakan kata proses, bukan seni. Mengartikan

manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah

kemampuan atau keterampilan pribadi, sedangkan suatu proses adalah

secara sistematis untuk melakukan pekerjaan.23

Atmodiwirio S. mengemukakan manajemen adalah proses bekerja

sama antara individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam

mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan

kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah

organisasi baik organisasi swasta atau pemerintah.24

2. Fungsi Manajemen

Menurut George R. Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi dari pada

manajemen yang disingkat menjadi POAC, yakni sebagai berikut :25

a. Planning (Perencanaan)

Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penemuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan di masa

22 Hasibuan Malayu S.P., Manajemen dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 2 23

Handoko Hani, Manajemen (Yogyakarta: BPF, 1986), edisi ke-2, h.8

24 Atmodiwirjo, s. Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005), cet

1, h..6

25 Maringan Masry Simbolon, Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta:

Ghalia Indonesia, 2004), h.36

(30)

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah

ditentukan. Perencanaan adalah perencanaan tentang apa yang akan

dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis besar apa yang

akan dituju. Perencanaan merupakan suatu perumusan dari

persoalan-persoalan tentang apa dan bagaimana sesuatu pekerjaan hendak

dikerjakan. Perencanaan merupakan suatu persiapan (preparation)

untuk tindakan-tindakan kemudian.

b. Organizing (pengorganisasian)

Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

1) Organisasi sebagai alat dari manajemen

Ialah organisasi sebagai wadah/tempat manajemen sehingga

memberikan bentuk bagian manajemen yang memungkinkan

manajemen dapat bergerak dan manajemen dapat dikaitkan.

2) Organisasi sebagai fungsi manajemen

Ialah organisasi dalam arti dinamis (bergerak), yaitu

organisasi memberikan kemungkinan tempat manajemen bergerak

dalam batasan-batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti,

bahwa organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian

pekerjaan.

c. Actuating (Penggerakan)

Pergerakkan adalah suatu fungsi pembimbingan dan pemberian

pimpinan serta pergerakkan orang-orang agar orang-orang atau

(31)

d. Controlling (Pengendalian/pengawasan)

Menurut Mc. Farland pengawasan adalah suatu proses dimana

pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang

dilakukan olehbawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,

kebijakan yang telah ditentukan.26

Melihat kompleksitas masalah yang ada dalam pelaksanaan haji

diperlukan adanya sistem manajemen yang dapat menjalankan fungsi

merencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkordinasi, dan

mengawasi pelaksanaan kegiatan haji demi terlaksananya pelaksanaan

ibadah haji dengan aman, lancar, tertib, teratur, dan ekonomis. Manajemen

haji lebih dititik beratkan pada sektor jasa pelayanan dengan memberikan

kepuasan yang prima kepada jamaah haji.

Secara garis besar manajemen haji mengahadapi enam tugas utama:

a. Melakukan hubungan kenegaraan dalam tataran diplomatik dengan

negara tujuan yaitu Arab Saudi

b. Menyusun rencana dan program untuk mencapai tujuan dan misi

pelaksanaan haji secara keseluruhan

c. Menanggung dampak dan tanggung jawab social dalam

keseluruhan aspek pelaksanaan haji

d. Menyelenggarakan operasional haji dengan aman, selamat, tertib,

teratur, dan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

26 Ibid., h.61

(32)

e. Mengakomodasi perbedaan aliran keagamaan (madzhab) yang

dianut masyarakat dan besarnya jumlah jamaah haji dengan porsi

yang terbatas

f. Pelestarian nilai-nilai haji dalam kaitannya dengan hubungan social

kemasyarakatan

Keenam tugas ini dilakukan secara simultan dalam satu siklus yang

berkelanjutan setiap tahunnya, dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan

dan bertindak manajerial yang seragam, untuk mengupayakan pelayanan

yang optimal.27

3. Unsur-Unsur Manajemen

Unsur atau komponen merupakan bagian terpenting yang harus tersedia

dalam suatu pelaksanaan kegiatan. Dalam hal ini Abdul Sanie membagi

unsur alat manajemen (tool of management) kedalam enam bagian

diantaranya :28

a. Man, yakni tenaga kerja manusia, sumber daya manusia ( SDM )

yang ada pada sebuah lembaga, SDM yang ada akan berpengaruh

pada lancar atau tidaknya manajemen lembaga dalam melaksanakan

tujuan yang dilaksanakan.

b. Money, yakni pembiayaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

Dana tersebut dapat diperoleh dari pemerintah setempat atau dari

donatur yang secara sukarela memberikan sumbangan demi kemajuan

27 Hanan Alatif dan Nizam Ahmad, Manajemen haji (Jakarta: Nizam Press, 2004), h.

18-19

(33)

sebuah proses dakwah.Disamping itu dana juga dapat diperoleh dari

lembaga usaha yang dikembangkan.

c. Methods, yakni cara atau sistem untuk mencapai tujuan. Dalam

penentuan metode ini harus direncanakan secara matang sehingga

tidak terjadi kevakuman di tengah jalan.

d. Materials, yakni bahan-bahan yang diperlukan dalam mencapai

tujuan atau misi lembaga. Bahan ini harus mendukung proses

pencapaian tujuan yang direncanakan oleh sebuah lembaga.

e. Machines, yakni alat-alat yang diperlukan, dalam hal ini alat-alat

yang digunakan bertujuan untuk memaksimalkan bahan-bahan yang

tersedia.

f. Market, yakni tempat untuk menawarkan hasil produksi dalam hal ini

misi lembaga dapat diterima oleh masyarakat yang pada gilirannya

mereka dapat menerima produk yang telah diciptakan.

B. Pelayanan

1. Pengertian Pelayanan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pelayanan diartikan sebagai

kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau

jasa.29

29 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarts: Balai

pustaka, 2002), edisi ke 3, cet ke 2 h.446

(34)

Tentang pengertian pelayanan para ahli mengemukakan pendapatnya

yang berbeda-beda satu sama lain. Diataranya para ahli yang

mengemukakan pendapat layanan yaitu sebagai berikut :

a. Menurut AS.Moenir, pelayanan sebagai proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktifitas orang lain yang langsung diterima.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pelayanan merupakan

tindakan yang dilakukan orang lain agar masing-masing

memperoleh keuntungan yang diharapkan dan mendapatkan

kepuasan.30

b. Menurut H.N Cason, mendefinisikan pelayanan sebagai tindakan

yang dinyatakan atau dikerjakan untuk menyenangkan, mencari

petunjuk atau memberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan

menciptakan good will atau nama baik serta peningkatan,

penjualan, serta pendapatan.31

c. Pelayanan menurut Atep Adya Brata adalah segala usaha

penyediaan fasilitas dalam rangka mewujudkan kepuasan pada

calon pembeli atau pelanggan sebelum atau sesudah terjadinya

transaksi.32

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa

pelayanan adalah sesuatu tindakan atau usaha yang dilakukan oleh orang

lain atau lembaga atau oleh perusahaan kepada pembeli dan pelanggan

30

AS Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.15

31 Herbert N Cason, Petunjuk Praktis dalam Berusaha (Surabaya: Usaha Nasional, 1981),

h. 13

(35)

agar masing-masing memperoleh keuntungan yang diharapkan dan

terwujudnya kepuasan, selanjutnya dalam hal melayani pembeli dan

pelanggan, kualitas pelayanan pun perlu diperhatikan karena jika layanan

jasa yang diterima melampaui atau melebihi harapan pelanggan, maka

kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang ideal ataupun

sebaliknya, adapun bentuk pelayanan menurut Drs. H.A.S. Moenir adalah

Layanan umum yang dilakukan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas

dari 3 macam, yaitu : (1) layanan dengan lisan, (2) layanan dengan

tulisan, (3) layanan dengan perbuatan. Ketiga bentuk layanan itu tidak

selamanya berdiri sendiri secara murni, melainkan sering berkombinasi.33

Penulis menyimpulkan bahwa dalam operasional penyelenggaraan

haji yang berperan banyak adalah layanan secara perbuatan, jenis layanan

ini tidak terhindar dari layanan lisan, dan antara layanan perbuatan

dengan layanan lisan sering bergabung.Jadi tujuan utama jamaah adalah

mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan,

bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan. Disinilah faktor

kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap jamaah haji, disertai

kualitas hasil yang memadai.

2. Standar Pelayanan

Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai

suatu pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung

33 A.S. Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara,

2010), cet 9, h.190

(36)

baku pelayanan. Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis merupakan

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang

menginginkannya.34

Dalam teori pelayanan, Standar pelayanan prima setidaknya berisi

tentang dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu

penyelesaian, biaya pelayanan, produk dan program pelayanan, sarana

dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawas intern,

penanganan pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan.

Standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengaduan.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk

pengaduan.

c. Biaya pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rincian yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

(37)

d. Produk pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang

memadai oleh penyelenggara pelayanan publik

e. Sarana dan prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

penyelenggara pelayanan publik

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan

tetap berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan

prilaku yang dibututhkan.35

3. Dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Zeithmal yang dikutip dalam majalah Manajemen

Usahawan Indonesia, perwujudan kepuasan pelanggan dapat

didefinisikan melalui lima dimensi kualitas pelayanan yaitu :

a. Keandalan (reliability) merupakan kemampuan untuk

melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya,

b. Keresponsifan (responsiveness) merupakan pemberian pelayanan

secara cepat dan tanggap,

c. Jaminan (assurance) merupakan pengetahuan kemampuan, dan

kesopanan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa

percaya para pelanggan kepada perusahaan,

35 Rahmayanty Nina, Manajemen Pelayanan Prima, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.

89

(38)

d. Empati (empaty) merupakan memberikan perhatian yang tulus

dan bersifat individual yang diberikan kepada para pelanggan

dengan berupaya memahami keinginan konsumen,

e. Berwujud (tangible) kebutuhan pelanggan yang berfokus pada

penampilan barang atau jasa, ini mencangkup antara lain: fasilitas

fisik, perlengkapan, penampilan pegawai dan sarana

komunikasi.36

4. Ciri – ciri Pelayanan yang Baik

Pelayanan yang baik adalah kemampuan perusahaan dalam

memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang sudah

ditetapkan. Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh sumber daya manusia

dan sarana serta prasarana yang dimiliki. Banyak perusahaan yang ingin

dianggap selalu yang terbaik dimata pelanggan. Karena pelanggan akan

menjadi setia terhadap produk yang ditawarkan. Di samping itu

perusahaan juga berharap pelayanan yang diberikan kepada pelanggan

dapat ditularkan kepada orang lainnya. Hal ini merupakan promosi

tersendiri bagi perusahaan yang berjalan terus secara berantai dari mulut

ke mulut. Dengan kata lain pelayanan yang baik akan meningkatkan

image perusahaan dimata pelanggannya. Image ini harus selalu dibangun

agar citra perusahaan dapat selalu meningkat. Demikian pula SDM

pelayanan haji, dimana penyelenggara dalam hal ini Kementerian Agama

36 Aviliani dan Wilfridus, Membangun Kepuasan Pelanggan melalui Kualitas Pelayanan (Jakarta,: Manajemen, Usahawan Indonesia, 1997), h.10-11

(39)

dianggap baik, Jika mampu memberikan kepuasan pelayanan kepada

jamaah haji

Menurut Kasmir, beberapa ciri pelayanan yang baik bagi perusahaan

yang harus melayani pelanggan, yaitu : tersedianya karyawan yang baik,

tersedianya sarana dan prasarana yang baik, bertanggung jawab pada

setiap jamaah sejak awal hingga selesai, mampu melayani secara cepat

dan tepat, mampu berkomunikas, memiliki kemampuan dan pengetahuan

yang baik dan berusaha memahami kebutuhan pelanggan.37

Ciri pelayanan yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Kasmir

tersebut, dapat dijelaskan berkaitan dengan pelayanan haji sebagai

berikut :38

a. Tersedianya petugas haji yang baik

Kenyamanan jamaah sangat tergantung pada petugas yang baik

dan mampu melayani. Petugas haji harus berpenampilan ramah, sopan

dan menarik, tanggap, pandai berbicara, menyenangkan, serta pintar.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik

Pada dasarnya jamaah ingin dilayani secara prima. Untuk melayani

jamaah, salah satu yang paling penting diperhatikan disamping

kualitas, kuantitas dan sumber daya manusia adalah sarana dan

prasarana yang dimiliki perusahaan. Peralatan dan fasilitas yang

dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk menerima jamaah harus

37 Kasmir, Etika Costumer Service (Jakarta: , PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.186

38

Qasidah Rohayati, Manajemen Pelayanan pemondokan Asrama haji Jakarta Pondok Gede Pada musim haji tahun 2010 (Jakarta: 2011) h. 20

(40)

dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup sehingga membuat

jamaah nyaman dan betah dalam ruangan tersebut.

c. Bertanggung jawab kepada jamaah dari awal sampai selesai

Dalam menjalankan kegiatan pelayanan dari awal sampai selesai

petugas haji bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diinginkan

oleh jamaah haji.

d. Mampu melayani secara cepat dan tepat

Mampu melayani secara cepat dan tepat artinya dalam melayani

jamaah dan tidak membuat kesalahan dalam arti pelayanan yang

diberikan tidak sesuai dengan standar dan keinginan jamaah.

e. Mampu berkomunikasi

Mampu berkomunikasi artinya petugas harus mampu berbicara

kepada jamaah dengan baik memahami keinginan jamaah. Bahasa

yang digunakan adalah bahasa yang jelas dan mudah dimengerti.

f. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik

Karena tugas petugas haji selalu berhubungan dengan jamaah,

maka dia harus mempunyai pengetahuan tentang perhajian dan

kemampuan yang baik dalam melayani jamaah sehingga dapat

(41)

g. Berusaha memahami kebutuhan jamaah

Petugas harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan jamaah,

baik berkaitan dengan pelayanan umum, pelayanan kesehatan, dan

bimbingan ibadah.

C. Manajemen Pelayanan

1. Pengertian Manajemen Pelayanan

Pengertian pelayanan menurut Gronroos adalah suatu/serangkaian

aktivitas yang bersifat kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai

akibat adanya interaksi antara konsumen atau pelanggan dengan karyawan

atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan masalah konsumen atau pelanggan.

Sedangkan pengertian manajemen pelayanan merupakan suatu

proses penerapan ilmu dan seni untuk menyusun rencana,

mengkoordinasikan, dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas pelayanan demi

tercapainya tujuan-tujuan pelayanan.39

Menurut penulis kelebihan manajemen pelayanan adalah ruang

lingkup manajemen pelayanan cukup luas meliputi pelayanan barang, jasa,

dan administrative yang dilayani oleh instansi pemerintah pusat, daerah,

dan lain-lain. Sedangkan kelemahan manajemen pelayanan adalah sifatnya

yang kasat mata jadi sulit menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara

langsung, karena harus membutuhkan wawancara terhadap pelanggan.

39

Winarsih septi Atik dan Ratminto, Manajemen Pelayanan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 23

(42)

2. Manajemen Pelayanan Haji

Manajemen pelayanan haji adalah kegiatan merencanakan,

mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan pelaksanaan

haji demi terlaksananya ibadah haji dengan aman, lancar, nyaman, tertib,

teratur, dan ekonomis yang mentitikberatkan pada sektor pelayanan

dengan memberikan kepuasan yang prima kepada calon jamaah,40 yang

meliputi pendaftaran haji, pembinaan jamaah, pelayanan kesehatan,

akomodasi, transportasi, dan penanganan dokumen.

3. Landasan Pelayanan

Sejumlah peraturan yang berkaitan dengan pelayanan antara lain:

a. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perbaikan Mutu

Pelayanan Aparatur Pemerintahan kepada Masyarakat

b. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan Publik

c. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan

Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah41

D.Unsur-Unsur Penyelenggaraan Haji Embarkasi Jakarta

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional dan menjadi

tanggung jawab pemerintahan yang pelaksanaannya dikordinasikan oleh

40

Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.19

41

Winarsih septi Atik dan Ratminto, Manajemen Pelayanan, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 30

(43)

Menteri Agama dengan melibatkan berbagai instansi dan unit terkait,

termasuk hubungan bilateral dengan pemerintah Arab Saudi.42

Umat islam yang akan menunaikan ibadah haji tidak dapat

melaksanakan haji diluar waktu dan tempat yang telah ditentukan. Selain

itu, tempat yang dituju adalah Negara lain sehingga mempunyai keterkaitan

dengan peraturan yang berlaku dalam hubungan Internasional.43

Penyelenggaraan ibadah haji di Asrama Haji Embarkasi Jakarta

melibatkan beberapa unsur diantaranya :

1. Jamaah Haji

Arti haji dalam ensiklopedia Islam menyengaja atau menuju dan

mengunjungi.44Sedangkan menurut istilah syara’ haji ialah sengaja

mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan serangkaian amal ibadah

sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.45

Arti jama’ah dalam ensiklopedia bahasa Indonesia adalah wadah

bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah.46 Secara etimologi atau

bahasa arab memiliki arti berkumpul. Sedangkan jamaah menurut

istilah kata jamaah dapat diartikan sebagai pelaksana ibadah secara

bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam.47

42 Kementrian Agama RI ditjen PHU, Intisari Langkah-langkah Pembenahan Haji,

(Jakarta: Sekertariat Kementrian Agama, 2010), h.104

43

Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet ke-1 h.10

44 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia (Jakarta,: CV. Duta Peraga, 2010), h.87

45 Ibid ., h.12

46 Zurizal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah ( Jakarta,: Lembaga Penelitian Universitas

Islam, 2008), h.185

47 Ibid., h.186

(44)

Dari penjelasan dapat dikemukakan bahwa pengertian jamaah haji

adalah sejumlah orang yang secara bersama-sama melaksanakan

ibadah haji dengan mengunjungi baitullah untuk melaksanakan rukun

islam yang ke lima dipimpin oleh pembimbing atau petugas haji.

Ibadah yang merupakan rukun Islam kelima ini adalah wajib

dilaksanakan oleh umat islam yang memiliki kemampuan (istita’ah)

mengerjakannya. Diantara syarat wajib selain harus beragama islam,

berakal, baligh, juga diisyaratkan memiliki kemampuan untuk

melaksanakannya, baik kemampuan dalam soal harta, fisik, maupun

mental dan merdeka.

Dapat dipahami bahwa kriteria mampu itu adalah segala sesuatu

yang menjadikannya bisa melakukan rukun haji dengan sempurna,

tanpa ada hambatan apapun.Tanpa hambatan disini maksudnya ada

rasa aman selama perjalanan, nafkah keluarga yang ditinggal selama

haji cukup, dan bagi perempuan ada yang menjaga baik mahramnya

atau bersama perempuan yang dipercaya.48

2. Pembiayaan Haji

Pembiayaan penyelenggaraan haji berasal dari jamaah yang

membayar sejumlah dana untuk menunaikan ibadah haji kepada

Menteri Agama melalui bank penerima setoran yang ditunjuk

pemerintah. Biaya yang dibayar oleh jamaah inilah yang disebut

dengan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) atau dahulu

48 Kementrian Agama RI Ditjen PHU, Dinamika dan perspektif haji di Indonesia

(Jakarta: , Duta Peraga, 2010), h.89

(45)

dikenal dengan Ongkos Naik Haji (ONH), besarnya BPIH bervariasi

setiap tahunnya sesuai dengan fluktuasi nilai tukar valuta asing dan

konsisi perekonomian.

Penetapan BPIH dilakukan oleh Presiden atas usul Menteri Agama

setelah mendapat persetujuan DPR RI, yang selanjutnya digunakan

untuk keperluan penyelenggaraan ibadah haji.

Komponen-komponen yang menjadi tolak ukur BPIH, antara lain

dalam bentuk US Dollar untuk biaya penerbangan Indonesia-Arab

Saudi dan biaya operasional Arab Saudi, sedangkan biaya tambahan

dalam bentuk rupiah adalah untuk operasional dalam negri.

Komponen biaya yang harus diperhitungkan meliputi :

a. Keperluan didalam negri, yaitu biaya pemeriksaan kesehatan,

pengurusan kelengkapan administrative, termasuk perizinan

b. Biaya transportasi, yaitu perjalanan dari daerah ke terminal atau

pelabuhan atau bandara udara transit sebelum berangkat ke Arab

Saudi dan sebaliknya setelah melaksanakan haji

c. Biaya transportasi dari Negara asal ke Arab Saudi dengan jenis

transportasi yang dipilih

d. Biaya di Arab Saudi yaitu “general servise”, akomodasi,

konsumsi, transportasi antar kota perhajian, ziarah dan

keperluan lainnya.49

49 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet

ke-1 h.12

(46)

Berbeda dengan BPIH Jamaah Haji Reguler yang

ditetapkan pemerintah dengan DPR, besaran BPIH haji khusus

berbeda-beda, tergantung paket yang ditawarkan Penyelenggara

Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang memiliki izin dari Kemenag

sebagai penyelenggara. Namun demikian, Kemenag melalui

Keputusan Menteri Agama menetapkan bahwa BPIH bagi jamaah

haji khusus paling sedikit USD 8.000. BPIH untuk haji khusus

ditetapkan pemerintah lebih tinggi dari pada haji reguler karena

terdapat perbedaan signifikan atas fasilitas yang dapat dinikmati

oleh jamaah haji. 50

3. Sarana Transportasi

Transportasi yang aman dan lancar memegang peran yang cukup

menentukan dalam pelaksanaan haji. Pergerakan jamaah haji dari

daerah asal, dari mana perjalanan dimulai, menuju ke Arab Saudi

sampai kembali ke daerah asal dimana perjalanan diakhiri memerlukan

sarana transportasi yang sesuai dengan jarak tempuh perjalanan.

Penyediaan transportasi darat oleh Naqabah Ammah Lissyayarat

yaitu asosiasi perusahaan angkutan darat di bawah tanggung jawab

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk melayani jamaah haji.

Penyediaan transportasi darat jamaah haji berupa angkutan antar kota

perhajian dan angkutan dari pemondokan ke Masjidil Haram.51

50http://www.daftarhajiumroh.com/biayahaji/

51 Republik Indonesia, PMA No 4 tahun 2014 tentang penyediaan transportasi darat jamaah Indonesia di Arab Saudi (Jakarta: Sekertariat Kementrian, 2014)

(47)

Pelayanan angkutan perhajian di Arab Saudi terbagi dalam tiga

tipe layanan. Dari data transportasi yang ada di Sekretariat Daker

Makkah, bisa diketahui bahwa tiga tipe layanan angkutan jamaah itu

terdiri dari: pertama, layanan angkutan shalawat. Tipe ini merupakan

layanan angkutan untuk mobilisasi jamaah dari pemondokan menuju

Masjidil Haram (pulang pergi). Angkutan ini berupa bus dengan tiga

pintu transportasi shalawat disediakan bagi jamaah haji Indonesia yang

tinggal di wilayah Aziziyah, Mahbas Jin, Ma’abdah dan Rezakhir,

serta Bakhutmah. Layanan angkutan berikutnya adalah transportasi

antar kota perhajian. Sarana transportasi ini akan melayani 8 rute yaitu

Madinah ke Makkah, Makkah ke Madinah, Makkah ke Bandara

Jeddah, Madinah ke Bandara Jeddah, Bandara Jeddah ke Makkah,

Bandara Jeddah ke Madinah, Bandara Madinah ke Pemondokan

Madinah, dan Pemondokan Madinah ke Bandara Madinah. Tipe

layanan angkutan transportasi yang ketiga adalah angkutan Armina

(Arafah – Muzdalifah – Mina). Layanan ini mencakup perjalanan dari

Makkah ke Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah yang diperkirakan

menempuh jarak sekitar 21 km.

4. Hubungan Antar Negara

Hubungan antar Negara yang baik merupakan salah satu faktor

penentu dalam penyelengaraan haji. Buruknya hubungan antar Negara

akan menyebabkan kesulitan yang akan dialami oleh calon haji

(48)

Kondisi haji memerlukan pengaturan dan pengorganisasian yang

melibatkan hubungan antar Negara, sehingga dengan melihat kondisi

dan kemampuan yang dimiliki, pemerintah arab Saudi menetapkan

peraturan pemerintah Arab Saudi tentang penyelenggaraan haji yang

harus ditaati oleh seluruh jamaah haji, peraturan tersebut disebut

Ta’limatul hajj.

5. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

Operasional penyelenggaraan ibadah haji melibatkan banyak

lembaga pemerintah dan non pemerintah yang bertugas sesuai dengan

fungsi dan peran masing-masing, tidak hanya ditangani oleh

Kementerian Agama saja. Dalam negri pelayanan jamaah haji pada

tingkat nasional, khususnya di Indonesia ditangani oleh Kementerian

dan lembaga terkait seperti Kementerian Kehakiman dan Hak asasi

Manusia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan,

Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negri, Bank Indonesia,

lembaga keuangan (Bank milik pemerintah dan swasta), perusahaan

penerbangan, biro perjalanan haji, organisasi kemasyarakatan dan

lembaga keagamaan Islam. Sedangkan di Arab Saudi, ditangani oleh

Kementerian Haji Arab Saudi, Muasassah, Majmuah, Naqobah,

Imigrasi, Bea Cukai, Kesehatan, Perhubungan, dan seluruh unsur

pelayanan oleh pemerintah Arab Saudi, dengan melibatkan perwakilan

(49)

Karena melibatkan hubungan antara pemerintah (Government to

government) dan demikian banyak pihak serta lembaga yang secara

institusional mempunyai wewenang terhadap pelaksanaan haji maka

diperlukan suatu sistem untuk menangani masalah haji, dan dalam

kaitan inilah organisasi pelaksanaan haji berperan dalam mengurus,

mengelola, menata laksana dan mengatur pelaksanaan haji.52

Undang-undang nomor 13 tahun 2008 tentang penyelenggaraan

ibadah haji pasal 11 menjelaskan bahwa Menteri membentuk Panitia

Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah yang memiliki

embarkasi, dan di Arab Saudi.53

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Jakarta

adalah sekelompok panitia yang diangkat oleh Direktur Jenderal atas

usul Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi embarkasi

setempat yang bersifat non permanen sistem.

Dan penulis membahas tentang Panitia Penyelenggara Ibadah Haji

(PPIH) di embarkasi Jakarta yang mempunyai tugas bertanggung

jawab pada terlaksananya pembinaan, pelayanan umum, bimbingan

ibadah, dan pelayanan kesehatan serta perlindungan haji setiap jamaah

di embarkasi dan jamaah yang dilayani adalah jamaah haji regular.

Pelayanan yang diberikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di

embarkasi Jakarta meliputi:

52 Nidjam Ahmad dan Hanan Alatief, Manajemen Haji (Jakarta: Nizam press, 2004), cet

ke-1 h.13

53Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Pasal 11

(50)

a. Penerimaan dan Pemberangkatan

Jamaah haji ketika masuk ke asrama haji panitia wajib

menerima dengan baik untuk pemeriksaan one stop servise, panitia

penerima jamaah memberikan tanda pengenal jamaah 24 jam

sebelum jamaah masuk asrama, melayani jamaah yang udzur,

mengurus barang bawaan jamaah yang udzur, melaporkan data

jamaah transit, memantau bus jamaah dari asrama ke bandara.54

b. Penanganan Dokumen

Dokumen (record) adalah informasi yang diciptakan, diterima

dan dikelola sebagai bukti maupun informasi yang oleh organisasi

atau perorangan, digunakan untuk memenuhi kewajiban hukum

atau transaksi bisnis.55

Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa dokumen

adalah suatu data atau fakta yang dapat digunakan sebagai

informasi dalam melakukan suatu keterangan.

Berkaitan dengan pembahasan tentang dokumen, KeMenterian

Agama RI menjelaskan bahwa definisi dokumen haji adalah suatu

data yang berisikan identitas jamaah haji yang digunakan untuk

kelengkapan perjalanan haji. Dokumen haji adalah dokumen resmi

jamaah haji berupa paspor dan dokumen perjalanan lainnya.56

54

Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Pedoman Kerja PPIH Embarkasi

(Jakarta: Kementrian Agama, 2010), h.33

55 Badri Munir, Manajemen Administrasi Perkantoran Modern (Jakarta: Erlangga, 2007),

h. 82

(51)

Perjalanan Haji adalah perjalanan antar Negara yang

didalamnya berlaku hukum Internasional , diantaranya adalah

kelengkapan dokumen perjalanan yang diatur dengan peraturan

pemerintahan nomor 36 tahun 1992 tentang surat Perjalanan

Republik Indonesia, yaitu paspor. Penggunasan paspor dilihat dari

jenisnya ada empat macam, yaitu paspor diplomatik, paspor dinas,

paspor umum dan paspor haji.

Setiap warga Negara yang hendak menunaikan ibadah haji

harus menggunakan Paspor Haji yang dikeluarkan oleh Menteri

Agama dan telah mendapatkan visa haji dari pemerintahan Arab

Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Indonesia. Paspor haji

berwarna coklat merupakan dokumen resmi yang harus dimiliki

oleh setiap calon haji untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji

dan pemiliknya wajib melakukan pengamanan atas paspor yang

dimiliki serta hanya diberikan kepada calon jamaah haji yang telah

terdaftar resmi di Kementerian Agama.Berbeda dengan jenis

paspor lainnya, paspor tersebut hanya berlaku untuk satu musim

haji, demikian juga dengan visa yang diberikan oleh pemerintah

Arab Saudi berlaku sebatas hanya untuk kota-kota perhajian, yaitu

Jeddah, Mekkah, Madinah. Blanko paspor haji dicetak oleh

Kementerian Agama dan tidak ada interaksi langsung dengan calon

(52)

komputerisasi samp

Gambar

Tabel 4.1: Rencana Pemberangkatan Jamaah Haji No Asal Daerah Kloter Jamaah Petugas
Tabel 4.2: Rencana Perjalanan Haji No
Tabel 4.3: Alur Pelayanan Satu Atap
Tabel 4.4: Alur Bagasi Jamaah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Afzalur Rahman, Al- Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Bina Aksara.. mengamati, mendengarkan, dan meniru. Belajar akan lebih baik jika si subyek belajar itu

Adapun kesimpulannya KBIH Al-Ikhwan menerapkan unsur-unsur manajemen yang baik sehingga dalam memberikan pelayanan ibadah haji bisa secara optimal, sehingga dapat memberikan

PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DALAM PRESPEKTIF ISLAM (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Indeks Tahun 2008-2014) ” adalah benar -benar

Anggota Departemen Kewirausahaan PEMA FK USU Periode 2013-2014 2.. Anggota Departemen Kewirausahaan PEMA FK USU Periode 2014-2015

Untuk pelaksanaan kampanye Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 sesuai dengan Tahapan Kampanye, maka KPU Kota Cirebon melakukan rapat koordinasi dan konsolidasi