PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII
SMP NEGERI 1 KISARAN T.A 2013/2014
Oleh :
Lidya Sari Nasution 409311024
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,
rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar
Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV di Kelas
VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasihkepadaBapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd,
Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan
penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing
akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran selama
perkuliahan berlangsung.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para
staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.Dselaku Dekan
FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staff pegawai UNIMED. Bapak Drs.
Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku
Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak
memberikan ilmunya kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada
Bapak Drs. H. Aswin Lubis selaku Kepala SMP Negeri 1 Kisaran dan Ibu Rosach
Ratna Tobing, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1
v
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada IbundaNurleli
Manurung,Ayahanda Ibnu Hajar Nasution, kakek (Nazaruddin Nasution, alm. H.
Ilyas Zaily & alm. Zakaria Manurung) dan Nenek (almh. Chadijah, Hj. Nuraini&
Masfah Lubis) serta Ibu dr. Rifwani dan Uwak Abdul Majid yang terus
memberikan motivasi, moril dan materil serta doa demi keberhasilan penulis
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Dara, Aldi, Ulfa dan
Rizka yang selalu memberikan dukungan dan motivasi..
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Abangda „Yudhi
Junika, Ikbal Tambunan, Yoki affriandy,M. Aswin, yang selalu memberi
motivasi, dukungan dan bantuan-bantuan untuk penulis menyelesaikan skripsi
ini.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaikku
Arlina Rangkuti, Swarenda Septia, Tika Andriani, zizah dan teman-teman di kos “adk wulan, adk ainun dan eva yanti, beserta teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas Eks‟09Matematika yang telah banyak membantu
penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang turut memberi semangat
dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
Medan, Februari 2014 Penulis,
iii
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII
SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014
LIDYA SARI NASUTION (409311024) ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe Snowball Throwing Pada materi SPLV dikelas VII SMP Negeri 1 Kisarn T.A. 2013/2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP 1 Kisaran T.A. 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas. Dari 8 kelas dipilih 2 kelas secara acak yaitu kelas VII3 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen A dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan kelas VII4 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen B dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, dimana kedua kelas ini yang dijadikan sampel dalam penelitian. Instrumen penelitian ini berupa pretes dan postes yang berbentuk essay tes dan sebanyak 5 soal. Sebelum instrumen diberikan pada siswa terlebih dahulu divalidkan kepada satu orang dosen matematika dan orang guru matematika.
Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Berdasarkan hasil analisis, pada kelas eksperimen A ( tipe think pair share ) diperoleh rata-rata siswa 40,75 dan postes 76,47 maka tingkat perubahan kelas eksperimen A adalah 35,72. Sedangkan pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pretes 43,11 dan postes 61,67 maka tingkat perubahan kelas eksperimen B adalah 18,56
Uji hipotesis, dari perhitungan data siswa diperoleh pada dk = 68 dan taraf nyata α = 0,05 dan � 1−1
2∝
=�0,975 diperoleh ttabel = 1,997 dan thitung = 5,96.
vi
2.1.3. Pembelajaran Matematika 15
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 16
2.1.4.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20 2.1.4.2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 22
2.1.4.3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif 23
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 24
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing 28
2.2. Materi Ajar 33
2.2.1. Persamaan Linear Satu Variabel 33
2.2.2. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan Substitusi 34 2.2.3. Menentukan Bentuk Setara dari PLSV 35
2.2.4. Penyelesaian PLSV Bentuk Pecahan 37
2.2.5. Membuat Model Matematika dan Menyelesaiakan soal cerita dgn
PLSV 38
2.3. Kerangka Konseptual 39
2.4. Penelitian Yang Relevan 40
2.4. Hipotesis 40
BAB III METODE PENELITIAN
vii
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 41
3.2.1. Populasi 41
3.2.2. Sampel Penelitian 41
3.3. Variabel Penelitian 42
3.4. Definisi Operasional 43
3.5. Jenis dan Desain Penelitian 44
3.6. Prosedur Penelitian 45
3.7. Instrument Penelitian 47
3.8 Tehknik Analisis Data 47
3.8.1. Menghitung Rata-Rata Skor 48
3.8.2. Menghitung Standart Deviasi 48
3.8.3. Uji Normalitas 48
3.8.4. Uji Homogenitas 49
3.8.5. Uji Hipotesis 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Nilai Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 52
4.2. Uji Prasyarat Data 53
4.2.1. Uji Normalitas Data 54
4.2.2. Uji Homogenitas Data 54
4.2.3. Pengujian Hipotesis 55
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 59
5.2. Saran 59
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian 3
Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif 20 Tabel 2.2. Persamaan dan Perbedaan Tipe TPS dan Snowball Throwing 32
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 44
Tabel 4.1. Data Pos-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 51 Tabel 4.2 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Kedua Kelas 52 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 4.1 Data Post-Test Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 53 Diagram 4.3 Ringkasan Data Pre-Test Dan Post-Test Kelas Eksperimen
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran
Kooperatif TPS 62
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran
Kooperatif TPS 68
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran
Kooperatif Snowball Throwing 74
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran
Kooperatif Snowball Throwing 81
Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 87
Lampiran 6. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I 90 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 91
Lampiran 8. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II 95
Lampiran 9. Kisi - Kisi Pre Test 97
Lampiran 10. Kisi - Kisi Post Test 98
Lampiran 11. Pretest 99
Lampiran 12. Post Test 100
Lampiran 13. Alternatif Jawaban Pretest ( Test Awal) 101 Lampiran 14. Alternatif Jawaban Post Test ( Test Akhir) 104
Lampiran 15. Pedoman Penskoran Tes 108
Lampiran 16. Daftar Nama Kelas Eksperimen A 110 Lampiran 17. Daftar Nama Kelas Eksperimen B 111 Lampiran 18. Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen A 112 Lampiran 19. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen A 113
Lampiran 20. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Postest Kelas Eksperimen A 114
Lampiran 21. Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen B 115 Lampiran 22. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen B 116
Lampiran 23. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Postest Kelas Eksperimen B 117
Lampiran 24. Data Hasil Selisih Pretes Dan Postes 118 Lampiran 25. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians
Peningkatan (Selisih Postes dan Pretes) Hasil Belajar
PLSV Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 120 Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Data 122
Lampiran 27. Perhitungan Uji Homogenitas 133
Lampiran 28. Perhitungan Uji Hipotesis 135
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian 140
Lampiran 30. Tabel Chi-Kuadrat 147
Lampiran 31. Tabel Distribusi Nilai F 148
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber
daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan
mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui
pendidikan yang berkualitas. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang
mengemban tugas yang sangat berat, yaitu membentuk individu-individu agar
mempunyai wawasan dan pengetahuan luas serta keahlian sesuai dengan
kebutuhan zaman. Sehingga harapan masyarakat untuk memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkuantitas dapat terpenuhi.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang
peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika
merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan
sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
menguasai pelajaran matematika. Cocroft (dalam Abdurrahman 2009:253)
mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2). Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5). Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6). Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang matang.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornellius (dalam
Abdurrahman,2009:253) mengemukakan :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas (2) sarana untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu
2
matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.
Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika kurang menggembirakan.
Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Program for International
Student Assessment (http://kampus.okezone.com/2013/01/08/) : “Pada
pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir,
kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia
menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan”.
Senada dengan keterangan di atas, Mohammad Nuh
(http://sains.kompas.com/2012/06/02/) mengemukakan bahwa: “Siswa yang
mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus
terbanyak dalam mata pelajaran Matematika, kemudian diikuti Bahasa Inggris,
IPA, dan Bahasa Indonesia, ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh”.
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Rendahnya hasil belajar siswa
dikarenakan guru dalam menerangkan materi matematika kurang jelas dan kurang
menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam
menerangkan materi pelajaran. Disamping itu penggunanaan metode pengajaran
yang digunakan guru kurang tepat, sehingga siswa dalam memahami dan
menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.
Berdasarkan observasi dikelas kelemahan belajar matematika diantaranya adalah
(1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit, (2)
siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam
mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang
belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode mengajar yang digunakan
guru.
Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh
pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus
dihafal. Hal ini berarti rendahnya prestasi atau hasil belajar tersebut dapat
3
matematika. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, kecepatan
dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti
buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan
rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin
memperkuat anggapan bahwa „Matematika adalah pelajaran yang sulit dan
menakutkan‟.
Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2009:252), “dari berbagai
bidang studi yang diajar disekolah, matematika merupakan bidang studi yang
dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan
lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Anggapan tersebut juga dapat disimpulkan dari hasil observasi pada 13
Mei 2013, pada materi PLSV. Tes yang diberikan kepada siswa yaitu siswa
diminta untuk mengerjakan 4 soal yang berhubungan dengan materi PLSV. Hasil
yang diperoleh dari tes tersebut kurang memuaskan seperti ditunjukkan pada
tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian
Nilai Jumlah siswa
Dari tabel diatas diperoleh, rata-rata ( x ) =
36 1300
= 36,11. Ada 99,5 % (35
4
65. dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar matematika pada materi PLSV di
SMP N 1 Kisaran masih rendah.
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau
komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti dikatakan
oleh Nurhayati (http://www.depdiknas.go.id):
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru.
Diantara faktor tersebut, salah satu faktor yang mendapat perbaikan adalah
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru merupakan salah satu yang
mempengaruhi dalam proses belajar siswa, bertanggung jawab dalam usaha
meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Lie (2008:3):
Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengaharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat, Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lainnya.
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sama dengan hasil wawancara peneliti
dengan salah seorang guru matematika SMP N 1 Kisaran, ibu Rosach Ratna, S.Pd,
yang menyatakan bahwa: ketika ia mengajar di kelas, diawali dengan
menyampaikan materi pelajaran setelah itu memberikan beberapa contoh, dan
kemudian memberikan latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang
diajarkan.
Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting,
sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, banyak upaya
yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi rendahnya hasil belajar siswa,
5
bidang studi, menambah sarana dan prasarana, mengadakan perbaikan kurikulum.
Namun semua usaha itu belum mendatangkan hasil yang menggembirakan.
Rendahnya hasil pembelajaran matematika disekolah bukan hanya dipengaruhi
oleh semua faktor saja. Selain itu Soedjadi (2004:2) mengatakan bahwa:
Pembelajaran matematika selama ini cenderung berpusat pada guru dan cenderung bersifat memberi tahu. Dalam matematika sangat diperlukan aktifitas, tanpa aktifitas belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.
Permasalahan rendahnya hasil belajar matematika juga dialami siswa SMP
N 1 Kisaran, salah satunya pada materi PLSV. Beberapa masukan yang
diungkapkan oleh ibu Rosach Ratna, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika
bahwasanya banyak siswa yang kesulitan dalam melakukan penyetaraan dari
PLSV dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan
bilangan yang sama. Misalnya pada penjumlahan dan pengurangan, siswa masih
bingung menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif begitu juga
sebaliknya apabila menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif.
Begitu juga dengan perkalian dan pembagian, siswa masih banyak yang tidak
hapal perkalian. Sehingga guru kewalahan jika harus mengajari
penjumlahan/pengurangan bilangan posif dengan bilangan negatif dan perkalian
yang semestinya diajarkan dibangku Sekolah Dasar (SD).
Oleh karena faktor ini merupakan hal yang mendasari sehingga penelitian
dilakukan disekolah ini dengan materi tersebut. Dalam proses pembelajaran,
setiap kegiatan harus dapat mendorong siswa agar aktif sehingga dapat memahami
konsep dan prosedur matematika. Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya
guru mampu memberi inovasi pada metode pembelajaran yang digunakan selama
ini. Metode pembelajan yang digunakan hendaknya variatif, sesuai dengan materi
pelajaran yang disampaikan, mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh: Auliyawati
(http://www.one.indoskrip.com)
6
siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar kurang memuaskan. Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.
Faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan
keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan metode pembelajaran.
penggunaan metode pembelaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan
mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika kelas VII SMP N 1
Kisaran, diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar yang terjadi masih
bersifat teacher oriented. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan
informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Guru kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajar seperti
mengajukan pertanyaan, berdiskusi, mengemukakan pendapat, melakukan
presentasi, dan mengambil kesimpulan mengenai konsep/materi yang dibahas.
Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai benar atau
tidaknya pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa guru kurang mampu memilih dan menentukan model
pembelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih
dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan
kebutuhan belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan daya fikir
siswa, partisipasi siswa, dan mudah diterapkan dikelas. Seperti yang diungkapkan
oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :
7
Selanjutnya Ibrahim,dkk (2010:16) menyatakan bahwa:
Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individu atau model kooperatif sangat efektif terhadap hasil belajar siswa dalam semua tingkat kelas.
Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan dalam hal ini penulis
tertarik meneliti kooperatif tipe TPS dan Snowball Throwing.
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sering juga disebut
dengan teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Model pembelajaran ini adalah salah
satu model pembelajaran cooperatif learning.
Dimana pada model pembelajaran ini siswa dapat belajar dan bekerja sama
dalam kelompok kecil yang bersifat collaborative. Seperti yang diungkapkan
Ibrahim,dkk (2010:26) bahwa :
Think-Pair-Share adalah cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas, model pembelajaran ini memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
Senada dengan yang dikemukakan Lie (2008 :57) bahwa :
Model pembelajaran kooperatif teknik TPS ini unggul dalam membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu permasalahan.
Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan
keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa
lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan
di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa
percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut
untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
8
Dari kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya melibatkan peran
aktif siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share (TPS) ini siswa diharapkan mengalami pembelajaran matematika
yang lebih menarik, menyenangkan bagi siswa, lebih mengaktifkan siswa dan
meningkatkan hasil belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing merupakan salah satu
modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan
merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik
yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan
kepada sesama teman. Seperti yang dikemukakan oleh Istarani (2012 : 12)
mengemukakan :
Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penyampaian materi, lalu membentuk kelompok dan ketua kelompoknya yang kemudian masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya serta dilanjutkan dengan masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing melibatkan siswa
berperan aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Melalui model
pembelajaran snowball throwing ini diharapkan siswa belajar dan mengalami
bukan menghapal sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna, menarik,
menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dan prestasi
belajar siswa.
Dari penjelasan diatas kedua metode hampir sama menyebabkan peneliti
melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua metode yaitu metode
pembelajaran TPS dan Snowball Throwing pada materi PLSV. Selain dari alasan
itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat metode
mana yang lebih efektif diajarkan pada materi PLSV. Berdasarkan dari penelitian
sebelumnya dalam “Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
9
Accelerated Instruction (TAI) pada pokok bahasan Logaritma di kelas X SMA
AR-RAUDHATUL HASANAH Medan Tahun Ajaran 2010/2011”, menyatakan
bahwa pembelajaran tipe TPS lebih tinggi daripada pembelajaran tipe TAI. Begitu
juga Fadillah (2011), Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP N 1 Tanjung Morawa
T.A. 2010/2011, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada pokok bahasan himpunan. Untuk lebih
mengetahui keefektifan kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan
penelitian di SMP N 1 Kisaran. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang
diperoleh peneliti bahwa disekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang
menerapkan metode yang diteliti oleh peneliti.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk mengadakan
penelitian dengan judul : “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di Kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.
2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.
3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu, penelitian ini
hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
10
perbedaannya terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan linear satu
variabel di kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas , maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar
Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di
Kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014?”
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil
belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Snowball Throwing pada materi PLSV di
kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan untuk dapat mempertimbangkan dan memilih
model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika yang
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi Siswa
Sebagai alternatif usaha meningkatkan kemampuan siswa dan
mengaktifkan siswa serta dapat menjalin hubungan yang lebih baik
diantara siswa lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
terutama dalam pembelajaran matematika.
11
Sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran
yang lebih tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada masa
yang akan datang.
5. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan masukan dan pembanding untuk penelitian dalam
59 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan hasil belajar
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan tipe Snowball Throwing pada materi Persamaan Linier Satu Variabel di
kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014.
5.2. Saran
1. Kepada guru matematika dapat menerapkan pembelajaran tipe TPS dan
tipe Snowball Throwing sebagai salah satu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe
TPS dan Snowball Throwing agar dapat memaksimalkan waktu sebaik
mungkin dan persiapan yang matang.
3. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melanjutkan bentuk penelitian
ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat sebagai bahan
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mulyono., (2009). Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar.
Rineka Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi., (2010), Manajemen Penelitian, Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2009), http://buku.infogue.com/hasil_belajar_pengertian
dan_definisi (diakses April 2010)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program
Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.
Hartono, (2008), http://eprints.um.ac.id/4805/1/A/410050187.pdf (diakses Mei
2010)
Holil, Anwar, (2007), http://anwarholil.blogspot.
com/2007/09/pendidikan-inovatif.html. (diakses Mei 2010)
Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persana,
Medan.
Kiranawati, (2007) http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/snowball throwing
(diakses Mei 2010)
Kompas. 2012. Kelulusan Ujian Matematika. http://sains.kompas.com/read/
2012/06/02/10035432/Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matematika
Lie, Anita.(2004). Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,
Grasindo: Jakarta.
Nadia, R. 2013. Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia.
http://kampus.okezone.com/read/2013/01/08/373/743021/penyebab-indeks-matematika-siswa-ri-terendah-di-dunia
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban), Grasindo, Jakarta.
Roestiyah http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-
61
Sagala, Syaiful., (2011), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Afabeta,
Bandung.
Sanjaya, W., (2008), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.
Sudjana, Nana , (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sudrajat, Akhmad, (2009), http://akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses Mei
2010)
Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,
Surabaya.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana,
Jakarta.
Trimo dan Rusantiningsih, (2008), http://research engines.com/0408trimo.html
(diakses Mei 2010)
Widodo, Rachmad, http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model