• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII

SMP NEGERI 1 KISARAN T.A 2013/2014

Oleh :

Lidya Sari Nasution 409311024

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah,

rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi yang berjudul ”Perbedaan Hasil Belajar

Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV di Kelas

VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasihkepadaBapak Drs.

Yasifati Hia, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd,

Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku

dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan

penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku dosen pembimbing

akademik yang selama ini telah memberikan bimbingan dan saran selama

perkuliahan berlangsung.Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan beserta para

staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.Dselaku Dekan

FMIPA berserta jajarannya dan seluruh staff pegawai UNIMED. Bapak Drs.

Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry, M.Si selaku

Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Matematika, Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak

memberikan ilmunya kepada penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada

Bapak Drs. H. Aswin Lubis selaku Kepala SMP Negeri 1 Kisaran dan Ibu Rosach

Ratna Tobing, S.Pd selaku guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1

(4)

v

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada IbundaNurleli

Manurung,Ayahanda Ibnu Hajar Nasution, kakek (Nazaruddin Nasution, alm. H.

Ilyas Zaily & alm. Zakaria Manurung) dan Nenek (almh. Chadijah, Hj. Nuraini&

Masfah Lubis) serta Ibu dr. Rifwani dan Uwak Abdul Majid yang terus

memberikan motivasi, moril dan materil serta doa demi keberhasilan penulis

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adikku Dara, Aldi, Ulfa dan

Rizka yang selalu memberikan dukungan dan motivasi..

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Abangda „Yudhi

Junika, Ikbal Tambunan, Yoki affriandy,M. Aswin, yang selalu memberi

motivasi, dukungan dan bantuan-bantuan untuk penulis menyelesaikan skripsi

ini.Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaikku

Arlina Rangkuti, Swarenda Septia, Tika Andriani, zizah dan teman-teman di kos “adk wulan, adk ainun dan eva yanti, beserta teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas Eks‟09Matematika yang telah banyak membantu

penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak

yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya yang turut memberi semangat

dan bantuan kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan

skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari isi

maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2014 Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DAN TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATERI PLSV DI KELAS VII

SMP NEGERI 1 KISARAN T.A. 2013/2014

LIDYA SARI NASUTION (409311024) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe Snowball Throwing Pada materi SPLV dikelas VII SMP Negeri 1 Kisarn T.A. 2013/2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP 1 Kisaran T.A. 2013/2014 yang terdiri dari 8 kelas. Dari 8 kelas dipilih 2 kelas secara acak yaitu kelas VII3 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen A dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan kelas VII4 sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen B dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, dimana kedua kelas ini yang dijadikan sampel dalam penelitian. Instrumen penelitian ini berupa pretes dan postes yang berbentuk essay tes dan sebanyak 5 soal. Sebelum instrumen diberikan pada siswa terlebih dahulu divalidkan kepada satu orang dosen matematika dan orang guru matematika.

Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Berdasarkan hasil analisis, pada kelas eksperimen A ( tipe think pair share ) diperoleh rata-rata siswa 40,75 dan postes 76,47 maka tingkat perubahan kelas eksperimen A adalah 35,72. Sedangkan pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata pretes 43,11 dan postes 61,67 maka tingkat perubahan kelas eksperimen B adalah 18,56

Uji hipotesis, dari perhitungan data siswa diperoleh pada dk = 68 dan taraf nyata α = 0,05 dan � 1−1

2∝

=�0,975 diperoleh ttabel = 1,997 dan thitung = 5,96.

(6)

vi

2.1.3. Pembelajaran Matematika 15

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.4.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 20 2.1.4.2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif 22

2.1.4.3. Manfaat Pembelajaran Kooperatif 23

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS 24

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing 28

2.2. Materi Ajar 33

2.2.1. Persamaan Linear Satu Variabel 33

2.2.2. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan Substitusi 34 2.2.3. Menentukan Bentuk Setara dari PLSV 35

2.2.4. Penyelesaian PLSV Bentuk Pecahan 37

2.2.5. Membuat Model Matematika dan Menyelesaiakan soal cerita dgn

PLSV 38

2.3. Kerangka Konseptual 39

2.4. Penelitian Yang Relevan 40

2.4. Hipotesis 40

BAB III METODE PENELITIAN

(7)

vii

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 41

3.2.1. Populasi 41

3.2.2. Sampel Penelitian 41

3.3. Variabel Penelitian 42

3.4. Definisi Operasional 43

3.5. Jenis dan Desain Penelitian 44

3.6. Prosedur Penelitian 45

3.7. Instrument Penelitian 47

3.8 Tehknik Analisis Data 47

3.8.1. Menghitung Rata-Rata Skor 48

3.8.2. Menghitung Standart Deviasi 48

3.8.3. Uji Normalitas 48

3.8.4. Uji Homogenitas 49

3.8.5. Uji Hipotesis 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Nilai Post-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 52

4.2. Uji Prasyarat Data 53

4.2.1. Uji Normalitas Data 54

4.2.2. Uji Homogenitas Data 54

4.2.3. Pengujian Hipotesis 55

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 59

5.2. Saran 59

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian 3

Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif 20 Tabel 2.2. Persamaan dan Perbedaan Tipe TPS dan Snowball Throwing 32

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 44

Tabel 4.1. Data Pos-Test Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 51 Tabel 4.2 Ringkasan Rata-Rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Kedua Kelas 52 Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 54

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

x

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Data Post-Test Kelas Eksperimen I dan Eksperimen II 53 Diagram 4.3 Ringkasan Data Pre-Test Dan Post-Test Kelas Eksperimen

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran

Kooperatif TPS 62

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran

Kooperatif TPS 68

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) Pembelajaran

Kooperatif Snowball Throwing 74

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II) Pembelajaran

Kooperatif Snowball Throwing 81

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 87

Lampiran 6. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I 90 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 91

Lampiran 8. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II 95

Lampiran 9. Kisi - Kisi Pre Test 97

Lampiran 10. Kisi - Kisi Post Test 98

Lampiran 11. Pretest 99

Lampiran 12. Post Test 100

Lampiran 13. Alternatif Jawaban Pretest ( Test Awal) 101 Lampiran 14. Alternatif Jawaban Post Test ( Test Akhir) 104

Lampiran 15. Pedoman Penskoran Tes 108

Lampiran 16. Daftar Nama Kelas Eksperimen A 110 Lampiran 17. Daftar Nama Kelas Eksperimen B 111 Lampiran 18. Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen A 112 Lampiran 19. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data

Pretes Kelas Eksperimen A 113

Lampiran 20. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data

Postest Kelas Eksperimen A 114

Lampiran 21. Hasil Belajar PLSV Siswa Kelas Eksperimen B 115 Lampiran 22. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data

Pretes Kelas Eksperimen B 116

Lampiran 23. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians Data

Postest Kelas Eksperimen B 117

Lampiran 24. Data Hasil Selisih Pretes Dan Postes 118 Lampiran 25. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians

Peningkatan (Selisih Postes dan Pretes) Hasil Belajar

PLSV Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 120 Lampiran 26. Perhitungan Uji Normalitas Data 122

Lampiran 27. Perhitungan Uji Homogenitas 133

Lampiran 28. Perhitungan Uji Hipotesis 135

Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian 140

Lampiran 30. Tabel Chi-Kuadrat 147

Lampiran 31. Tabel Distribusi Nilai F 148

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber

daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan

mampu bersaing. Sumber daya yang berkualitas hanya dapat dihasilkan melalui

pendidikan yang berkualitas. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang

mengemban tugas yang sangat berat, yaitu membentuk individu-individu agar

mempunyai wawasan dan pengetahuan luas serta keahlian sesuai dengan

kebutuhan zaman. Sehingga harapan masyarakat untuk memiliki sumber daya

manusia yang berkualitas dan berkuantitas dapat terpenuhi.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran dinilai cukup memegang

peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika

merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan

sistematik. Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu

menguasai pelajaran matematika. Cocroft (dalam Abdurrahman 2009:253)

mengemukakan bahwa:

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1). Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2). Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3). Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4). Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5). Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; (6). Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang matang.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Cornellius (dalam

Abdurrahman,2009:253) mengemukakan :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berfikir yang jelas (2) sarana untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Besarnya peranan matematika tersebut menuntut siswa harus mampu

(13)

2

matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa.

Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi

matematika kurang menggembirakan.

Hal ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Program for International

Student Assessment (http://kampus.okezone.com/2013/01/08/) : “Pada

pemeringkatan Programme for International Student Assessment (PISA) terakhir,

kemampuan literasi matematika siswa Indonesia sangat rendah. Indonesia

menempati peringkat ke-61 dari 65 negara peserta pemeringkatan”.

Senada dengan keterangan di atas, Mohammad Nuh

(http://sains.kompas.com/2012/06/02/) mengemukakan bahwa: “Siswa yang

mengikuti ujian nasional 2012 tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus

terbanyak dalam mata pelajaran Matematika, kemudian diikuti Bahasa Inggris,

IPA, dan Bahasa Indonesia, ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh”.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah

dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Rendahnya hasil belajar siswa

dikarenakan guru dalam menerangkan materi matematika kurang jelas dan kurang

menarik perhatian siswa dan pada umumnya guru terlalu cepat dalam

menerangkan materi pelajaran. Disamping itu penggunanaan metode pengajaran

yang digunakan guru kurang tepat, sehingga siswa dalam memahami dan

menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Berdasarkan observasi dikelas kelemahan belajar matematika diantaranya adalah

(1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit, (2)

siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam

mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang

belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode mengajar yang digunakan

guru.

Ketakutan pada pelajaran matematika dapat juga disebabkan oleh

pandangan bahwa matematika merupakan seperangkat fakta-fakta yang harus

dihafal. Hal ini berarti rendahnya prestasi atau hasil belajar tersebut dapat

(14)

3

matematika. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, kecepatan

dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti

buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan

rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin

memperkuat anggapan bahwa „Matematika adalah pelajaran yang sulit dan

menakutkan‟.

Seperti yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2009:252), “dari berbagai

bidang studi yang diajar disekolah, matematika merupakan bidang studi yang

dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan

lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Anggapan tersebut juga dapat disimpulkan dari hasil observasi pada 13

Mei 2013, pada materi PLSV. Tes yang diberikan kepada siswa yaitu siswa

diminta untuk mengerjakan 4 soal yang berhubungan dengan materi PLSV. Hasil

yang diperoleh dari tes tersebut kurang memuaskan seperti ditunjukkan pada

tabel berikut ini:

Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian

Nilai Jumlah siswa

Dari tabel diatas diperoleh, rata-rata ( x ) =

36 1300

= 36,11. Ada 99,5 % (35

(15)

4

65. dari data tersebut jelas bahwa hasil belajar matematika pada materi PLSV di

SMP N 1 Kisaran masih rendah.

Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika

materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan

pengajaran yang telah ditentukan untuk dicapai. Ada beberapa faktor atau

komponen yang harus dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti dikatakan

oleh Nurhayati (http://www.depdiknas.go.id):

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataannya menunjukkan selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi guru.

Diantara faktor tersebut, salah satu faktor yang mendapat perbaikan adalah

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru merupakan salah satu yang

mempengaruhi dalam proses belajar siswa, bertanggung jawab dalam usaha

meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Lie (2008:3):

Paradigma lama adalah guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Banyak guru dan dosen masih menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengaharapkan siswa Duduk, Diam, Dengar, Catat, Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lainnya.

Kutipan-kutipan di atas juga hampir sama dengan hasil wawancara peneliti

dengan salah seorang guru matematika SMP N 1 Kisaran, ibu Rosach Ratna, S.Pd,

yang menyatakan bahwa: ketika ia mengajar di kelas, diawali dengan

menyampaikan materi pelajaran setelah itu memberikan beberapa contoh, dan

kemudian memberikan latihan-latihan soal yang berhubungan dengan materi yang

diajarkan.

Karena itu, untuk mengatasi masalah ini, peranan guru sangatlah penting,

sebab kesulitan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika akan menyebabkan

rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, banyak upaya

yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi rendahnya hasil belajar siswa,

(16)

5

bidang studi, menambah sarana dan prasarana, mengadakan perbaikan kurikulum.

Namun semua usaha itu belum mendatangkan hasil yang menggembirakan.

Rendahnya hasil pembelajaran matematika disekolah bukan hanya dipengaruhi

oleh semua faktor saja. Selain itu Soedjadi (2004:2) mengatakan bahwa:

Pembelajaran matematika selama ini cenderung berpusat pada guru dan cenderung bersifat memberi tahu. Dalam matematika sangat diperlukan aktifitas, tanpa aktifitas belajar mengajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Permasalahan rendahnya hasil belajar matematika juga dialami siswa SMP

N 1 Kisaran, salah satunya pada materi PLSV. Beberapa masukan yang

diungkapkan oleh ibu Rosach Ratna, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika

bahwasanya banyak siswa yang kesulitan dalam melakukan penyetaraan dari

PLSV dengan cara kedua ruas ditambah, dikurangi, dikalikan atau dibagi dengan

bilangan yang sama. Misalnya pada penjumlahan dan pengurangan, siswa masih

bingung menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif begitu juga

sebaliknya apabila menjumlahkan bilangan positif dengan bilangan negatif.

Begitu juga dengan perkalian dan pembagian, siswa masih banyak yang tidak

hapal perkalian. Sehingga guru kewalahan jika harus mengajari

penjumlahan/pengurangan bilangan posif dengan bilangan negatif dan perkalian

yang semestinya diajarkan dibangku Sekolah Dasar (SD).

Oleh karena faktor ini merupakan hal yang mendasari sehingga penelitian

dilakukan disekolah ini dengan materi tersebut. Dalam proses pembelajaran,

setiap kegiatan harus dapat mendorong siswa agar aktif sehingga dapat memahami

konsep dan prosedur matematika. Untuk mengatasi masalah yang ada, hendaknya

guru mampu memberi inovasi pada metode pembelajaran yang digunakan selama

ini. Metode pembelajan yang digunakan hendaknya variatif, sesuai dengan materi

pelajaran yang disampaikan, mampu diterima oleh siswa yang memiliki gaya

belajar yang berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan oleh: Auliyawati

(http://www.one.indoskrip.com)

(17)

6

siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan prestasi belajar kurang memuaskan. Siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam menerapkan metode mengajar. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang inovatif dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa.

Faktor lain yang mempunyai andil yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan belajar matematika adalah pemilihan metode pembelajaran.

penggunaan metode pembelaran dalam menyajikan pelajaran sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan

mengatasi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran matematika.

Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika kelas VII SMP N 1

Kisaran, diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar yang terjadi masih

bersifat teacher oriented. Guru lebih banyak menjelaskan, dan memberikan

informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Guru kurang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk beraktivitas dalam proses belajar seperti

mengajukan pertanyaan, berdiskusi, mengemukakan pendapat, melakukan

presentasi, dan mengambil kesimpulan mengenai konsep/materi yang dibahas.

Guru juga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai benar atau

tidaknya pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa guru kurang mampu memilih dan menentukan model

pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka seorang guru harus mampu memilih

dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan

kebutuhan belajar siswa. Salah satu solusinya adalah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan daya fikir

siswa, partisipasi siswa, dan mudah diterapkan dikelas. Seperti yang diungkapkan

oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :

(18)

7

Selanjutnya Ibrahim,dkk (2010:16) menyatakan bahwa:

Teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individu atau model kooperatif sangat efektif terhadap hasil belajar siswa dalam semua tingkat kelas.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe dan dalam hal ini penulis

tertarik meneliti kooperatif tipe TPS dan Snowball Throwing.

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sering juga disebut

dengan teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Model pembelajaran ini adalah salah

satu model pembelajaran cooperatif learning.

Dimana pada model pembelajaran ini siswa dapat belajar dan bekerja sama

dalam kelompok kecil yang bersifat collaborative. Seperti yang diungkapkan

Ibrahim,dkk (2010:26) bahwa :

Think-Pair-Share adalah cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas, model pembelajaran ini memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Senada dengan yang dikemukakan Lie (2008 :57) bahwa :

Model pembelajaran kooperatif teknik TPS ini unggul dalam membantu siswa untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu permasalahan.

Think Pair Share (TPS) merupakan suatu teknik sederhana dengan

keuntungan besar. Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa

lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan

di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share (TPS) juga dapat memperbaiki rasa

percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari 3 tahapan, yaitu thinking, pairing, dan sharing. Guru tidak lagi sebagai

satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut

untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

(19)

8

Dari kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya melibatkan peran

aktif siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif tipe

think-pair-share (TPS) ini siswa diharapkan mengalami pembelajaran matematika

yang lebih menarik, menyenangkan bagi siswa, lebih mengaktifkan siswa dan

meningkatkan hasil belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing merupakan salah satu

modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan

merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik

yaitu saling melemparkan bola salju (Snowball Throwing) yang berisi pertanyaan

kepada sesama teman. Seperti yang dikemukakan oleh Istarani (2012 : 12)

mengemukakan :

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penyampaian materi, lalu membentuk kelompok dan ketua kelompoknya yang kemudian masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya serta dilanjutkan dengan masing-masing peserta didik diberi satu lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing melibatkan siswa

berperan aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar. Melalui model

pembelajaran snowball throwing ini diharapkan siswa belajar dan mengalami

bukan menghapal sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna, menarik,

menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dan prestasi

belajar siswa.

Dari penjelasan diatas kedua metode hampir sama menyebabkan peneliti

melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua metode yaitu metode

pembelajaran TPS dan Snowball Throwing pada materi PLSV. Selain dari alasan

itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat metode

mana yang lebih efektif diajarkan pada materi PLSV. Berdasarkan dari penelitian

sebelumnya dalam “Perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

(20)

9

Accelerated Instruction (TAI) pada pokok bahasan Logaritma di kelas X SMA

AR-RAUDHATUL HASANAH Medan Tahun Ajaran 2010/2011”, menyatakan

bahwa pembelajaran tipe TPS lebih tinggi daripada pembelajaran tipe TAI. Begitu

juga Fadillah (2011), Penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball

Throwing pada pokok bahasan himpunan di kelas VII SMP N 1 Tanjung Morawa

T.A. 2010/2011, disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran konvensional pada pokok bahasan himpunan. Untuk lebih

mengetahui keefektifan kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan

penelitian di SMP N 1 Kisaran. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang

diperoleh peneliti bahwa disekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang

menerapkan metode yang diteliti oleh peneliti.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan untuk mengadakan

penelitian dengan judul : “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di Kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3. Kegiatan pembelajaran yang masih berpusat kepada guru.

4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu, penelitian ini

hanya dibatasi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

(21)

10

perbedaannya terhadap hasil belajar siswa pada materi persamaan linear satu

variabel di kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas , maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat Perbedaan Hasil Belajar

Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Dan Tipe Snowball Throwing Pada Materi PLSV Di

Kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A 2013/2014?”

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil

belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Snowball Throwing pada materi PLSV di

kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk dapat mempertimbangkan dan memilih

model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika yang

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Siswa

Sebagai alternatif usaha meningkatkan kemampuan siswa dan

mengaktifkan siswa serta dapat menjalin hubungan yang lebih baik

diantara siswa lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dalam

pembelajaran matematika.

3. Bagi Sekolah

Sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah

terutama dalam pembelajaran matematika.

(22)

11

Sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran

yang lebih tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah pada masa

yang akan datang.

5. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan dan pembanding untuk penelitian dalam

(23)

59 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bab terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa: Terdapat perbedaan hasil belajar

siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS

dengan tipe Snowball Throwing pada materi Persamaan Linier Satu Variabel di

kelas VII SMP Negeri 1 Kisaran T.A. 2013/2014.

5.2. Saran

1. Kepada guru matematika dapat menerapkan pembelajaran tipe TPS dan

tipe Snowball Throwing sebagai salah satu model pembelajaran yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe

TPS dan Snowball Throwing agar dapat memaksimalkan waktu sebaik

mungkin dan persiapan yang matang.

3. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melanjutkan bentuk penelitian

ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat sebagai bahan

(24)

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mulyono., (2009). Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar.

Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi., (2010), Manajemen Penelitian, Penerbit PT. Rineka Cipta,

Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, (2009), http://buku.infogue.com/hasil_belajar_pengertian

dan_definisi (diakses April 2010)

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program

Studi Pendidikan FMIPA Unimed, FMIPA Unimed.

Hartono, (2008), http://eprints.um.ac.id/4805/1/A/410050187.pdf (diakses Mei

2010)

Holil, Anwar, (2007), http://anwarholil.blogspot.

com/2007/09/pendidikan-inovatif.html. (diakses Mei 2010)

Isjoni, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Media Persana,

Medan.

Kiranawati, (2007) http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/19/snowball throwing

(diakses Mei 2010)

Kompas. 2012. Kelulusan Ujian Matematika. http://sains.kompas.com/read/

2012/06/02/10035432/Banyak.Siswa.Tak.Lulus.Ujian.Matematika

Lie, Anita.(2004). Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas,

Grasindo: Jakarta.

Nadia, R. 2013. Penyebab Indeks Matematika Siswa RI Terendah di Dunia.

http://kampus.okezone.com/read/2013/01/08/373/743021/penyebab-indeks-matematika-siswa-ri-terendah-di-dunia

Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban), Grasindo, Jakarta.

Roestiyah http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-

(25)

61

Sagala, Syaiful., (2011), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Afabeta,

Bandung.

Sanjaya, W., (2008), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana , (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja

Rosdakarya, Bandung.

Sudrajat, Akhmad, (2009), http://akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses Mei

2010)

Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,

Surabaya.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Kencana,

Jakarta.

Trimo dan Rusantiningsih, (2008), http://research engines.com/0408trimo.html

(diakses Mei 2010)

Widodo, Rachmad, http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model

Gambar

Tabel 1.1 Data Hasil Pra Penelitian Tabel 2.1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
tabel berikut ini:

Referensi

Dokumen terkait

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM 2013-2014: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dari analisis terhadap teks yang ditampilkan Solopos dapat diketahui bagaimana netralitas media dalam kampanye pilgub. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

(2) Efektivitas pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran mata pelajaran ekonomi antara lain: (a) pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran yang sudah

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui pengaruh metode latihan soal- soal dalam pembelajaran akuntansi keuangan terhadap prestasi belajar siswa, (2)

Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta.. Tjokroprawiro,

Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Visual Branding Grup Band “Holy Spirit”. Adapun permasalahan yang dikaji adalah merancang promosi “Holy Spirit” agar lebih di

Hipotesis diuji menggunakan Anava (Analisis variansi). Dari hasil analisis dapat disimpulkan: 1) ada pengaruh metode siklus belajar 5E dan inkuiri terbimbing terhadap