• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tanggapan Pemerintah Belanda Terhadap Perjuangan Emansipasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "A. Tanggapan Pemerintah Belanda Terhadap Perjuangan Emansipasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 52 BAB IV

TANGGAPAN PENJAJAH TERHADAP PERJUANGAN EMANSIPASI ORGANISASI WANITA TAMANSISWA YOGYAKARTA

A.

Tanggapan Pemerintah Belanda Terhadap Perjuangan Emansipasi Organisasi Wanita Taman Siswa Yogyakarta.

Pada tahun 1932 pergerakan kebangsaan Indonesia menghadapi undang- undangOnderwijs Ordonnantie(peraturan sekolah liar) yang dibuat oleh pemerintah Belanda. Onderwijs Ordonnantie diberlakukan pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Oktober 1932. Isi dari Onderwijs Ordonnantie yaitu pemerintah Hindia Belanda mempunyai hak untuk mengurus sekolah-sekolah partikelir atau sekolah-sekolah liar yang tidak dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda, walaupun sekolah tersebut tidak mendapatkan biaya dari pemerintah Belanda namun pemerintah Belanda tetap mengurus dan mengawasi kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung di sekolah tersebut.

Onderwijs Ordonnantie meliputi ijin mendirikan sekolah partikelir (sekolah swasta), ijin

mengajar bagi guru-guru yang akan memberikan pelajaran di sekolah partikelir dan isi pelajaran tidak melanggar peraturan-peraturan dari pemerintah Hindia Belanda atau sesuai dengan sekolah negeri.1Onderwijs Ordonnantiediberlakukan oleh Belanda pada sekolah-sekolah swasta di Indonesia karena ketakutan pemerintah Belanda terhadap

1Buku Peringatan Tamansiswa, Taman Siswa 30 Tahun 1922-1952, (Yogyakarta:

Percetakan Tamansiswa, 1952), hlm. 232.

(2)

commit to user

muncul dan berkembangnya nasionalisme dan wawasan kebangsaan Indonesia yang dimulai dari ajaran-ajaran di sekolah. Karena kemunculan sekolah-sekolah swasta tidak dapat dibendung oleh pemerintah Belanda maka pemerintah Belanda mengambil siasat untuk mengeluarkan kebijakaOnderwijs Ordonnantie dengan maksud menghambat pengajaranyaitu melarang dan mengawasi apabila dalam sekolah tersebut mengajarkan ilmu politik yang berpotensi dapat menentang kebijakan-kebijakan yang nantinya akan dibuat oleh pemerintah Belanda, sehingga terkesan pemerintah Belanda dapat mengendalikan suatu sekolah swasta dari dalam sekolah tersebut tanpa harus melarang keberadaan sekolah yang telah berdiri. Onderwijs Ordonnantie merupakan alat dari pemerintah Hindia Belanda untuk menahan laju pengajaran sekolah-sekolah partikelir yang bersifat revolusioner, dan Onderwijs Ordonnantie diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dalam kurun waktu yang tidak tertentu.2

Onderwijs Ordonnantie telah menghambat perjuangan bangsa Indonesia. Selain

itu Onderwijs Ordonnantie juga telah merampas kemerdekaan Taman Siswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan dan kebudayaan nasional.

Dari keadaan tersebut maka munculah insiatif untuk melawan Onderwijs Ordonnantie.

Inisiatif untuk melawan Onderwijs Ordonnantie berasal dari Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara mengirim telegram kepada pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 1 Oktober 1932, isi telegram dari Ki Hadjar Dewantara tersebut adalah mengenai tekad Taman Siswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa untuk melawan Onderwijs Ordonnantie dengan tidak mendukung peraturan yang dibuat oleh pemerintah Belanda

2Abdurrahman Suryomiharjo, Budi Utomo Cabang Betawi, (Jakarta: Sinar Harapan, 1980), hlm. 104.

(3)

commit to user

tersebut. Ki Hadjar Dewantara menginginkan kegiatan belajar-mengajar baik di lingkungan Tamansiswa maupun Wanita Taman Siswa tidak mendapatkan pengawasan yang ketat dari pemerintah Belanda. Pada tanggal 3 Oktober 1932 Ki Hadjar Dewantara mengeluarkan maklumat, isi dari maklumat tersebut adalah mengenai bahayanya Onderwijs Ordonnantiedan sikap yang akan ditentukan oleh Taman Siswa dan Organisasi

Wanita Taman Siswa.3 Sikap yang ditentukan oleh Taman Siswa dan Wanita Taman Siswa tersebut adalah menentang keberadaan Onderwijs Ordonnantiedan menginginkan agar Taman Siswa dan Wanita Taman Siswa diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar serta diberi kebebasan untuk berorganisasi.

Pernyataan-pernyataan dari Ki Hadjar Dewantara yang ditujukan kepada pemerinah Hindia Belanda telah menyebabkan Taman Siswa ditutup dan disegel oleh pemerintah Hindia Belanda sehingga Taman Siswa serta Wanita Taman Siswa Yogyakarata tidak dapat melaksanakan aktifitas belajar-mengajar. Walaupun Taman Siswa telah ditutup dan disegel oleh pemerintah Hindia Belanda, tidak menyurutkan perjuangan Ki Hadjar Dewantara dan mengajak Wanita Taman Siswa untuk menentang undang-undangOnderwijs Ordonnantiebuatan Belanda yang membatasi kegiatan sekolah- sekolah partikelir (swasta) untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

3Buku Peringatan Tamansiswa, Taman Siswa 30 Tahun 1922-1952, (Yogyakarta:

Percetakan Tamansiswa, 1952), hlm. 238.

(4)

commit to user

Pesan yang diamanatkan oleh Ki Hadjar Dewantara kepada para Wanita Taman Siswa adalah sebagai berikut:

1. Srikandi-srikandi majulah ke muka.

2. Sumbadra-sumbadra dirikanlah balatentara “palang merah” dan peliharalah kawan-kawanmu yang jatuh.4

Ki Hadjar Dewantara bersama-sama dengan Ki Suwandi melakukan kampanye- kampanye untuk menyadarkan pemerintah Hindia Belanda. Nyi Hadjar Dewantara selaku pemimpin Wanita Taman Siswa memerintahkan para guru di Taman Siswa serta Wanita Taman Siswa untuk melakukan “gerilya pendidikan” yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan secara sembunyi-sembunyi. “Gerilya pendidikan” tersebut dilakukan dengan cara menyelenggarakan pendidikan di rumah guru atau pendidikan yang diselenggarakan di rumah sukarelawan guru.5 Sehingga para murid yang ingin melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang normalnya dilaksanakan di lingkungan Taman Siswa harus dilaksanakan di rumah-rumah guru Taman Siswa yang bersedia menjadi sukarelawan untuk rumahnya dijadikan tempat belajar mengajar layaknya sebuah sekolah.

Aksi gerilya pendidikan ini tidak lantas luput dari pengawasan pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda mengetahui bahwa kegiatan belajar-mengajar di lingkungan Taman Siswa dan Wanita Taman Siswa Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara gerilya pendidikan di rumah-rumah para guru Taman Siswa Yogyakarta.

4Bambang Sukawati Dewantara, Nyi Hadjar Dewantara Dalam Kisah dan Data, (Jakarta: Gunung Agung, 1973), hlm. 116.

5Darsiti Soeratman, Wanita Taman Siswa dan Hidup Kekeluargaan, (Yogyakarta:

Badan Pusat Wanita Taman Siswa, 1979), hlm. 42.

(5)

commit to user

Tidak sedikit guru-guru dari Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa yang ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Semangat perjuangan dari guru-guru maupun murid-murid Tamansiswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa telah memunculkan simpatik dari organisasi-organisai lainnya. Ratusan pejuang bergabung dengan Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa sebagai sukarelwan untuk menjadi guru atau pengajar di dalam organisasi tersebut. Dari keadaan tersebut guru-guru atau pengajar di Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa bertambah banyak dan sekolah-sekolah Taman Siswa tersebar luas hingga ke daerah-daerah.

PemberlakuaOnderwijs Ordonnantieoleh pihak pemerintah Belanda secara tidak langsung telah mempersatukan pergerakan kebangsaan Indonesia. “Gerilya Pendidikan”

yang telah dilakukan oleh Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa telah menyudutkan posisi pemerintah Hindia Belanda. Setelah terjadi keadaan tersebut kemudian pemerintah Hindia Belanda menarik kembali Onderwijs Ordonnantie pada tanggal 13 Februari 1933. Keberhasilan Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara bersama Taman Siswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa di dalam melawan Onderwijs Ordonnantie semakin menjunjung nama Taman Siswa dan Organisasi Wanita

Taman Siswa, dan hal ini membuktikan bahwa kaum pria dan kaum wanita adalah mitra sejajar.6

6Fauzie Ridjal, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm. 93.

(6)

commit to user

B. Tanggapan Pemerintah Jepang Terhadap Perjuangan Emansipasi Organisasi Wanita Taman Siswa Yogyakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, hampir seluruh pergerakan Indonesia tidak melakukan kegitan-kegiatan. Keadaan pergerakan kaum wanita Indonesia tidak jauh berbeda dengan pergerakan Indonesia pada umumnya. Hal ini berkaitan dengan maklumat pemerintah Jepang pada tanggal 20 Maret 1942. Isi dari maklumat tersebut adalah melarang semua kegiatan politik, selain itu juga secara resmi membubarkan semua perkumpulan yang ada dan membentuk organisasi baru. Tujuan dari kebijakan pemerintah Jepang ini adalah untuk menghapus pengaruh-pengaruh barat dan mobilisasi bangsa Indonesia.7

Usaha-usaha pemerintah Jepang untuk menghapus pengaruh-pengaruh barat, antara lain:

1. Melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris serta memajukan pemakaian bahasa Jepang.

2. Melarang penerbitan buku-buku yang menggunakan bahasa Belanda dan berbahasa Inggris.

3. Memperkenalkan kalender Jepang.

4. Meruntuhkan patung-patung Eropa.

5. Memberi nama baru kota-kota di Indonesia, misalnya Batavia menjadi Jakarta.8

7Yayasan Wanita Pejoeang, Perjuangan Wanita Indonesia 10 Windu Setelah Kartini 1904-1984, (Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1984), hlm. 81.

8Pringgodigdo, A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1977), hlm. 103.

(7)

commit to user

Strategi pemerintah Jepang untuk memobilisasi bangsa Indonesia adalah dengan memberi janji yaitu untuk kemakmuran bersama di Asia Timur Raya untuk bangsa Asia, Birma untuk bangsa Birma, dan Indonesia untuk bangsa Indonesia.

Situasi dan kondisi pusat Taman Siswa Yogyakarta tidak jauh berbeda dengan pergerakan Indonesia pada umumnya. Pada awal pendudukan Jepang, pusat Taman Siswa di Yogyakarta libur selama 10 hari. Keadaan cabang-cabang Taman Siswa berbeda dengan keadaan pusat Tamansiswa di Yogyakarta. Beberapa cabang Taman Siswa ditinggalkan oleh para pamongnya dan menjadi guru di sekolah-sekolah pemerintah Jepang. Para guru di Taman Siswa lebih memilih untuk menjadi guru di sekolah-sekolah pemerintah Jepang karena berkaitan dengan kepercayaan sebagian guru di Taman Siswa bahwa kedatangan bangsa Jepang akan memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Taman Siswa maupun Organisasi Wanita Taman Siswa harus diserahkan kepada pemerintah Jepang. Beberapa cabang Taman Siswa yang ditutup untuk kemudian dijadikan sekolah bentukan pemerintah Jepang adalah di Priangan, Pekalongan, Bojonegoro, Probolinggo dan Besuki.9

Secara tidak langsung, pendudukan Jepang telah menguntungkan bagi Taman Siswa dan Organisasi Taman Siswa Wanita Yogyakarta karena pusat Taman Siswa di Yogyakarta menjadi banyak didatangi oleh siswa-siswa terutama mantan siswa cabang- cabang Taman Siswa yang ditinggalkan oleh para pamongnya atau mantan siswa cabang- cabang Taman Siswa yang ditutup oleh pemerintah Jepang. Hampir setiap hari Taman Siswa di Yogyakarta diramaikan oleh siswa-siswanya. Keadaan pusat Taman Siswa dan

9Soeratmi Iman Soedijat, Peranan Wanita Pejuang Meraih Kemerdekaan, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Taman Siswa, 1977), hlm, 71.

(8)

commit to user

Organisasi Wanita Taman Siswa di Yogyakarta diibaratkan seperti sekaten atau pasar malam. Dari keadaan tersebut, kegiatan-kegiatan Organisasi Wanita Taman Siswa lebih menitikberatkan di dalam Taman Siswa dari pada kegiatan-kegiatan di luar Taman Siswa.10

Kurang-lebih selama dua tahun, pusat Taman Siswa di Yogyakarta bertambah besar. Perkembangan pusat Taman Siswa di Yogyakarta menyebabkan pemerintah Jepang khawatir. Pemerintah Jepang mengeluarkan peraturan “Sekolah Partikelir”. Isi peraturan Sekolah Partikelir yaitu hanya boleh membuka sekolah kejuruan dan tidak diperbolehkan membukak sekolah guru. Tujuan dari kebijakan pemerintah Jepang ini adalah untuk merekrut tenaga-tenaga muda sesuai dengan kepentingan pemerintah Jepang.

Pada tanggal 18 Maret 1944 pusat Taman Siswa di Yogyakarta mengambil dua keputusan, keputusan tersebut adalah:

1. Mengubah Taman-Dewasa menjadi Taman-Tani.

2. Membuka Taman-Madya dan Taman-Guru.11

Taman-Tani secara resmi dibuka pada tanggal 19 Juni 1944. Pelajaran yang diberikan di Taman-Tani sama dengan pelajaran yang diberikan di Taman-Dewasa, namun ditambah dengan pelajaran bahasa Nippon, pelajaran olahraga, pelajaran kemiliteran dan pelajaran pertanian. Pada tanggal 2 Agustus 1944 pusat Tamansiswa di

10Dewantara, Ki Hadjar, op.cit., hlm. 96.

11Dewantara, Ki Hadjar, Azas dan Dasar-dasar Taman Siswa, (Yogyakarta:

Majelis Luhur Taman Siswa, 1964), hlm. 58.

(9)

commit to user

Yogyakarta membuka Taman-Rini. Pelajaran yang diberikan di Taman-Rini sama dengan pelajaran yang diberikan di Taman-Dewasa, dan ditambah dengan pelajaran keputrian.

Pada dasarnya pelajaran yang diberikan di Taman-Dewasa, Taman-Madya dan Taman- Guru tetap diajarkan oleh Taman Siswa.12

Kehidupan Taman Siswa pusat dan Organisasi Wanita Taman Siswa di Yogyakarta statis sehingga kegiatan belajar-mengajar tidak berkembang. Artinya Taman Siswa akan dibuka kembali pada saat yang tepat. Biaya hidup Taman Siswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa diperoleh dari sumbangan keluarga suci dan kebudayaan. Keluarga suci dan kebudayaan adalah keluarga besar Taman Siswa yang menganggap Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak, dan asas Taman Siswa 1922 dianggap sebagai ibu. Anggota keluarga suci ini adalah para guru yang mengajar utuk sekolah Taman Siswa.

Sumbangan dari keluarga suci dan kebudayaan suci ini digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:

1. Memelihara kebudayaan.

2. Memberikan uang tunggu untuk teman-teman seperjuangan.

3. Membiayai sekolah anak-anak guru Tamansiswa.13

Adanya kebijakan peleburan organisasi wanita dan pelarangan untuk berorganisasi serta membuat organisasi baru yang diberlakukan oleh pemerintah Jepang

12Darsiti Soeratman, Wanita Tamansiswa dan Hidup Kekeluargaan, (Yogyakarta:

Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1979), hlm. 83.

13Dewantara, Ki Hadjar, Karya Ki Hadjar Dewantara, bagian II kebudayaan, (Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, 1994), hlm. 142.

(10)

commit to user

membuat hubungan pusat Taman Siswa dan Organisasi Wanita Taman Siswa dengan cabang-cabangnya terhenti, baik dengan cabang-cabang di Jawa maupun yang berada di luar Jawa terputus sama sekali.

Pada jaman pendudukan Jepang, Organisasi Wanita Taman Siswa tidak dapat mengadakan hubungan. Meskipun demikian, perjuangan emansipasi wanita terus dilakukan oleh kaum wanita Indonesia. Perjungan kaum wanita di Indonesia tidak berjalan sendiri-sendiri, namun dengan para pemimpin.14

Sebagian besar wanita Indonesia termasuk para Wanita Taman Siswa mengikuti organisasi-organisasi wanita yang dibentuk oleh pemerintah Jepang. Tujuannya adalah memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang ada untuk tujuan persiapan kemerdekaan Indonesia. Organisasi-organisasi wanita yang dibentuk oleh pemerintah Jepang merupakan bagian dari organisasi-organisasi wanita yang mempunyai kegiatan seperti pada umumnya. Kegiatan-kegiatan organisasi wanita sangat dibatasi oleh pemerintah Jepang. Macam-macam kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Jepang antara lain adalah latihan kemiliteran, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK), memasak untuk dapur umum dan lain-lainnya.

Pemerintah Jepang membentuk Gerakan Tiga A pada tanggal 29 April 1942 di Jakarta yang dipimpin oleh Mr. Raden Samsoedin. Gerakan Tiga A tersebut bersemboyan

“Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Gerakan Tiga A mempunyai bagian wanita yang diberi nama Gerakan Isteri Tiga A. Selain itu

14Fauzie Ridjal, Dinamika Gerakan Perempuan di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993), hlm 127.

(11)

commit to user

gerakan Tiga A mempunyai tujuan untuk mendukung perang Jepang dan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.15

Tanggal 9 Maret 1943, pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau Poetra di Jakarta yang dipimpin oleh Empat Serangkai. Poetra dibentuk oleh pemerintah Jepang di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Poetra mempunyai bagian wanita yang disebut dengan Barisan Pekerja Perempuan Poetra. Barisan Pekerja Perempuan Poetra di tingkat pusat dipimpin oleh Nyi Soenaryo Mangunpuspito. Nyi Sunaryo Mangunpuspito dibantu oleh Nyi Sunaryati Sukemi, Ibu Sukamti Suryochondro, Ibu Burdah Yusupadi dan S.K. Trimurti. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Barisan Pekerja Perempuan Poetra antara lain adalah memberantas buta huruf, memintal benang dan macam-macam kegiatan kerajinan tangan lainnya.

Selain Barisan Pekerja Perempuan Poetra, pemerintah Jepang juga mendirikan organisasi wanita bernama Fujinkai. Fujinkai didirikan oleh pemerintah Jepang dari tingkat atas sampai tingkat bawah yang dipimpin oleh istri kepala daerah. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan oleh Fujinkai antara lain adalah kepalangmerahan, penggunaan senjata, penyelenggaraan dapur umum dan mengerjakan keperluan serdadu-serdadu misalnya memasang kanncing baju, membuat kaos kaki dan lainnya. Pemerintah Jepang juga mendirikan Barisan Putri. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Barisan Putri antara lain adalah latihan militer, palang merah atau Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dan macam-macam ketrampilan misalnya memasak untuk dapur

15Pringgodigdo, A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1977), hlm. 119.

(12)

commit to user

umum, menjahit, kerajinan, memintal dan menenun, menyanyi dan deklamasi serta ceramah.16

Pada tanggal 1 Maret 1944, pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai atau Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa. Jawa Hokokai mempunyai bagian wanita yang diberi nama Jawa Hokokai Fujinkai. Fujinkai-fujinkai yang sudah ada menjadi bagian wanita dari Jawa Hokokai daerah. Pengurus pusat Jawa Hokokai adalahh, ketua Nyi Sunaryo Mangunpuspito, wakil ketua I dan II adalah Ibu Wiria Atmadja dan Ibu Maskun, penulis I dan II adalah Ibu Maryati Adnan dan Ibu Rosn Jamin dan sebagai anggota Ibu Siti Maryam, Ibu Sutarman, Ibu S.R. Tambuan, Ibu Artinah Samsudin dan Ibu Hanafi Abuhanifah.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh Jawa Hokokai Fujinkai antara lain adalah:

1. Mengobarkan semangat cinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia.

2. Menganjurkan untuk rela berkorban bagi Tanah Air dan Bangsa Indonesia.

3. Menyiapkan tenaga-tenaga wanita untuk garis belakang.

4. Menganjurkan hidup sederhana.

5. Meningkatkan hasil bumi terutama bahan makanan dan bahan pakaian.

6. Meningkatkan pekerjaan tangan dan industri rumah.

7. Menyelenggarakan latihan-latihan.

8. Memberantas pengangguran.

16Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Kenangan Tujuh Dasawarsa Wanita Tamansiswa, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1992), hlm. 85.

(13)

commit to user

Jawa Hokokai Fujinkai mempunyai bagian pemudi yang bernama Joshi Seinenkai.

Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Joshi Seinenkai antara lain adalah:

1. Palang merah, bela diri, berbaris dan memegang senjata.

2. Latihan bahaya udara, kunjungan ke rumah sakit tentara dan membuat makanan tahan lama.

3. Mengadakan dapur umum, dapur keliling dan dapur tetap.

Pemerintah Jepang juga membentuk Barisan Srikandi yang merupakan bagian dari Jawa Hokokai Fujinkai. Anggota dari Barisan Srikandi adalah putri-putri yang berumur 15 tahun sampai 20 tahun dan belum bersuami.17

Pada tahun 1945 sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia organisasi-organisasi wanita yang dibentuk oleh pemerintah Jepang dibubarkan.

Organisai-organisasi wanita yang pada masa pendudukan pemerintah Jepang dilebur untuk kemudian dibentuk Fujinkai setelah Indonesia merdeka kembali seperti semula dengan memisahkan diri untuk membentuk organisasi-organisasi yang bergerak dalam memperjuangkan emansipasi bagi kaum wanita Indonesia. Begitu juga yang terjadi pada Organisasi Wanita Taman Siswa Yogyakarta yang setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia mulai terbentuk kembali seperti saat sebelum dileburkan oleh pemerintah Jepang.

Organisasi-organsasi wanita yang sebelumnya bernama Fujinkai membentuk organisasi baru yang lebih bersifat memperjuangkan emansipasi bagi kaum wanita di

17Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 22 Desember 1928 – 2 Desember 1958, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm. 61-62.

(14)

commit to user

Indonesia, organisasi ini diberi nama Persatuan Wanita Indonesia (Perwani). Persatuan Wanita Indonesia didirikan di daerah-daerah termasuk di Yogyakarta dimana terdapat Organisasi Wanita Taman Siswa. Tujuan dibentuknya Persatuan Wanita Indonesia adalah menyediakan dan mengarahkan tenaga-tenaga wanita untuk mempertahankan dan memelihara kemerdekaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Persatuan Wanita Indonesia adalah:

1. Mengucapkan pekik “Merdeka”.

2. Mengibarkan bendera merah-putih.

3. Memakai lencana merah-putih.

4. Membantu Komite Nasional Indonesia (KNI) di daerah.18

Bulan November 1945 Persatuan Wanita Indonesia mendirikan Wanita Negara Indonesia (Wani) di Surakarta dan pergerakan Wanita Negara Indonesia dipimpin oleh Ibu Suwarni Pringgodigdo, Sri Mangunsarkoro dan Ibu Soesilowati. Persatuan Wanita Indonesia, Wanita Negara Indonesia dan juga Wanita Tamansiswa selain memperjuangkan emansipasi bagi kaum wanita juga melaksanakan tugas menyediakan dapur-dapur umum untuk menyediakan bahan makanan bagi para pejuang dan membantu Palang Merah Indonesia (PMI) melaksanak tugas merawat orang sakit.

Tanggal 15-17 Desember 1945, organisasi Wanita Indonesia mengadakan konggres di Kalten. Konggres ini diprakarsai oleh Nyi D.M. Hadiprabowo yang merupakan pengurus dari Organisasi Wanita Tamansiswa Yogyakarta. Selain itu, peran Organisasi Wanita Tamansiswa dalam konggres ini adalah sebagian anggotanya ada yang

18 Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm. 70.

(15)

commit to user

menjadi anggota di badan gabungan Konggres Wanita Indonesia. Susunan panitia konggres adalah ketua oleh Ibu D. Soesanto, penulisa I dan II Nyi Soeratmi Imam Soedijat dan Ibu Sri Soedari Imam Pamoedja, bendahari I dan II adalah Ibu Din Soerjodinigrat dan Ibu Soekardi. Organisasi Wanita yang menghadiri konggres ini adalah Wanita Negara Indonesia, Pemuda Putri Indonesia (PPI), Pengurus Besar Aisyiyah dan Organisasi Wanita Tamansiswa Yogyakarta.19

Konggres menghasilkan keputusan antara lain:

1. Badan Konggres Wanita Berkedudukan di Solo.

2. Menetapkan program kerja di bidang sosial, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan bidang penerangan.

3. Membentuk badan Pusat Tenaga Perjuangan Wanita Indonesia (PTPWI) di Yogyakarta.

4. Badan Konggres Wanita Indonesia mempunyai kewajiban, antara lain:

a. Menyelenggarakan Konggres

b. Mengadakan pertemuan antara pengurus organisasi yang tergabung dalam Konggres Wanita Indonesia.

c. Mewakili pergerakan wanita Indonesia ke luar dan ke dalam negeri.20 Organisasi Wanita Taman Siswa mengikti konggres ini dengan tujuan untuk menentukan satu ideologi dan ingin mempunyai suatu badan persatuan yaitu Organisasi Wanita Indonesia. Selain itu, Organisasi Wanita Taman Siswa dan Organisasi Wanita

19 Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm. 85.

20 Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm 86-87.

(16)

commit to user

Indonesia mulai bekerjasama setelah terbentuknya Badan Konggres Wanita Indonesia untuk lebih memajukan hak-hak serta emansipasi bagi kaum wanita di Indonesia untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang layak serta mendapatkan kedudukan dalam suatu organisasi yang sama pentingnya dengan kedudukan kaum laki-laki dalam suatu organisasi.21

21 Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm. 88-89.

Referensi

Dokumen terkait

Muka laut di pantai Indonesia yang berbatasan dengan Samudra Pasifik seperti di Kepulauan Talaud, Halmahera dan utara Papua ternyata lebih tinggi dari pada muka laut

Dari hasil clustering data titik gempa pulau Sumatera dari tahun 2013 hingga tahun 2018 dengan metode Fuzzy Possibilistic C-Means data terkluster berdasarkan kedalaman saja,

Secara mendalam Ki Hadjar Dewantara tidak sepakat dengan system pendidikan yang diwariskan oleh kolonial belanda, orientasi pada pendidikan warisan tersebut hanya pada segi

Parfum Laundry Tumbang Titi Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik.. BERIKUT INI PANGSA PASAR

Perbedaannya adalah tugas akhir ini berkas tanda air asli diikutkan sebagai masukan proses decoding, cara ini mempercepat proses decoding sehingga tidak

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes GEFT (Group Embedded Figure Test), tes soal materi bilangan bulat dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori dan sejarah watermarking, mulai dari digital watermarking sampai ke audio watermarking, konsep suara digital dan cara

Perbedaan yang paling mendasar jika kita menggunakan pemograman terstruktur seperti DFD dengan UML adalah, Data Flow Diagram sebagai tools design system