• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kontribusi dan Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Kontribusi dan Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sanawiya, Sonjaya (2015) mengambil penelitian yang berjudul “Analisis Kontribusi dan Efektivitas Pajak Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Jayapura”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi pajak hotel dan restoran serta tingkat efektivitasnya terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Jayapura. Metode dalam penelitian ini adalah analisis kontribusi dan analisis efektivitas. Hasil penelitian ini didapatkan besarnya perhitungan kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap PAD Kabupaten Jayapura tahun 2008-2012 termasuk dalam kriteria analisis kontribusi yang rendah. Artinya realisasi dari penerimaan pajak hotel dan restoran belum dapat diandalkan sebagai penerimaan pajak daerah Kabupaten Jayapura. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan tingkat efektivitas penerimaaan pajak hotel dan restoran menunjukkan bahwa efektivitasnya selalu masuk dalam kategori sangat efektif, Hal ini menunjukkan kinerja pemerintah dalam pemungutan pajak hotel dan restoran dinilai baik.

Penelitian lain dilakukan oleh Arifin, dkk. (2015) berjudul “Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Suatu Studi Di Dinas Pendapatan Kota Manado)”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang menggunakan data sekunder yaitu data penerimaan pajak hotel Kota Manado pada tahun 2010 s/d 2014, hasil yang didapat berdasarkan target pajak hotel yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Manado. Pajak hotel

(2)

yang berada di Kota Manado dapat dikatakan cukup memberikan kontribusi yang baik pada periode 2010 s/d 2014 yaitu sebesar Rp. 66.946.272.913 yang artinya pajak hotel rata-rata menyumbang 7,58% per tahun untuk Pendapatan Asli Daerah Kota Manado. Maka dari itu pajak hotel di Kota Manado cukup berkontribusi dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aznedra (2017) judul penelitian

“Pengaruh Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Wilayah Kota Batam Tahun 2012-2014 (Studi Kasus Dinas Pendapatan Asli Daerah di Kota Batam)”. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh kontribusi penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah di Kota dan wilayah Batam tahun 2012-2014 dan untuk mengetahui pengaruh kontribusi penerimaan perpajakan pajak hotel dan restoran secara bersama terhadap pendapatan di Kota Batam tahun 2012-2014. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Populasi peneltian ini adalah laporan realisasi pajak hotel dan pajak restoran tahun 2012-2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pajak hotel variabel parsial namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Lalu pajak restoran sebagian berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dan pajak atas pajak hotel dan restoran berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan.

Pada penelitian Sahrudin (2017) dalam Jurnal Bisnis Terapan dan Ekonomi Vol. 3 No. 4 dengan judul “Upaya Peningkatan Pajak Daerah Dalam Mendukung

(3)

Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Bima”. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui potensi, efesiensi dan efektifitas pajak daerah dan upaya untuk meningkatkan penerimaan dari pajak daerah , tempat penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bima menggunakan data primer dan data sekunder. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan dari masing-masing potensi pajak di daerah Kabupaten Bima belum mendekati potensi rill.

B. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Yani (2009:51), Pendapatan Asli daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

b. Sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 127, Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1) Hasil Pajak Daerah 2) Hasil Retribusi Daerah.

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

(4)

4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2. Pajak Daerah

a. Pengertian Pajak Daerah

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pasal 1 angka 10, pengertian Pajak Daerah yaitu kontribusi wajib kepala daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat mamaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

b. Dasar Hukum Pajak Daerah

Peraturan Perundang-undangan mengenai Pendapatan Asli Daerah antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah menggantikan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000

4) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

(5)

c. Jenis Pajak Daerah

Jenis pajak daerah menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:

1) Pajak Provinsi

a) Pajak Kendaraan Bermotor;

b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d) Pajak Air permukaan dan;

e) Pajak Rokok.

2) Pajak Kabupaten a) Pajak Hotel;

b) Pajak Restoran;

c) Pajak Hiburan;

d) Pajak Reklame;

e) Pajak Penerangan Jalan;

f) Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan;

g) Pajak Parkir;

h) Pajak Air Tanah;

i) Pajak Sarang Burung Walet;

(6)

j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan.

d. Wajib Pajak, Subjek Pajak, Objek Pajak 1) Wajib Pajak

Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

2) Subjek Pajak

Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, menetapkan Subjek Pajak sebagai berikut:

a) (i) orang pribadi atau (ii) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

b) Badan usaha yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia.

c) Bentuk usaha tetap.

3) Objek Pajak

Objek Pajak daerah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pribadi atau badan yang dapat menimbulkan hutang pajak daerah.

(7)

e. Jenis dan Tarif Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, Tarif jenis pajak daerah yaitu:

1) Pajak Provinsi

a) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air sebesar 10%;

b) Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air sebesar 20%;

c) Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebesar 10%;

d) Tarif Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan sebesar 10%;

e) Tarif Pajak Rokok sebesar 10%;

2) Pajak Kabupaten/Kota

a) Tarif Pajak Hotel sebesar 10%;

b) Tarif Pajak Restoran sebesar 10%;

c) Tarif Pajak Hiburan sebesar 35%;

d) Tarif Pajak Reklame sebesar 25%;

e) Tarif Pajak Penerangan Jalan sebesar 10%;

f) Tarif Pajak Mineral bukan Logan dan Batuan sebesar 25%;

g) Tarif Pajak Parkir sebesar 30%;

h) Tarif Pajak Air Bawah Tanah sebesar 20%;

i) Tarif Pajak Sarang Burung Walet sebesar 10%;

j) Tarif Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebesar 0,3%;

(8)

k) Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar 5%.

3. Retribusi Daerah

a. Pengertian Retribusi Daerah

Zuraida (2013:88) mengatakan retribusi ialah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa maupun pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

b. Jenis-Jenis Retribusi Daerah

Ada 3 jenis retribusi daerah menurut Zuraida (2013:89), sebagai berikut:

1) Retribusi Jasa Umum

Objek retribusi jasa umum ialah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan, berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Pasal 109. Sedangkan Subjek retribusi jasa umum berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Pasal 125 Ayat 1 adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Dan Wajib retribusi jasa umum ialah orang pribadi atau badan yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut atau pemotong retribusi jasa umum.

(9)

2) Retribusi Jasa Usaha

Objek Retribusi jasa usaha menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Pasal 126 adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, meliputi:

a. Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum di manfaatkan secara optimal; dan/atau

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Subjek retribusi jasa usaha ialah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa usaha yang bersangkutan. Sedangkan Wajib retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong.

3) Retribusi Perizinan Tertentu

Objek perizinan tertentu berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Pasal 140 ayat 1 ialah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

(10)

Jenis retribusi perizinan tertentu meliputi reribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, retribusi izin mendirikan bangunan, retribusi izin trayek, retribusi izin gangguan, dan retribusi izin usaha perikanan.

Orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah disebut sebagai Subjek retribusi perizinan tertentu, sedangkan orang pribadi atau badan yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotong retribusi perizinan tertentu disebut sebagai Wajib retribusi perizinan tertentu.

4. Pajak Hotel

a. Pengertian Pajak Hotel

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Pengertian Hotel berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 21 adalah fasilitas yang menyediakan jasa penginapan termasuk jasa lainnya dengan dipungut biaya, yang termasuk juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.

b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel

Siahaan (2009:329) menyatakan bahwa dasar hukum pemungutan pajak hotel sebagai berikut:

(11)

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3) Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 1 tahun tentang Pajak Daerah.

4) Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 64 Tahun 2017 perubahan kedua atas peraturan Bupati Nomor 46 Tahun 2011 tentang Tata cara pemungutan Pajak Hotel.

c. Wajib, Subjek dan Objek Pajak Hotel

Objek pajak hotel berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah Pasal 32 ayat 1 adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. Jasa penunjang tersebut adalah fasilitas telepon, faksimilie, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

Menurut Zuraida (2013:54) yang menjadi subjek pajak hotel adalah adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang telah diberikan oleh pengusaha hotel. Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang pekerjannya melakukan usaha di bidang

(12)

penginapan, termasuk di dalamnya pengusaha tempat kos, wisma, pondok wisata, dan gedung pertemuan yang bertanggung jawab sepenuhnya untuk menyetor pajak yang terutang.

d. Dasar Pengenaan Pajak Hotel

Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pemakaian jasa hotel. Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dari realisasi penerimaan pajak hotel dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan, Siahaan (2009:304).

5. Pajak Restoran

a. Pengertian Pajak Restoran

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 22 dan 23, pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Sedangkan yang dimaksud dengan restoran menurut Zuraida (2013:55) adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga atau katering.

(13)

b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Restoran

Siahaan (2009:329) menyatakan bahwa dasar hukum pemungutan pajak restoran adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

2) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

3) Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 1 tahun 2018 tentang Pajak Daerah.

4) Peraturan Bupati Kabupaten Mojokerto Nomor 65 Tahun 2017 perubahan kedua atas Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran.

c. Wajib, Subjek dan Objek Pajak Restoran

Berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2009 Pasal 37 ayat 1 yang menjadi objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan oleh restoran meliputi pelayanan penjualan makanan dan atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi ditempat pelayanan maupun ditempat lain. Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, café, bar dan sejenisnya.

Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak restoran menurut Siahaan (2009:330) adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan atau minuman dari restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak restoran adalah konsumen yang membeli makanan dan atau

(14)

minuman dari restoran. Sedangkan yang menjadi wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjannya melakukan usaha di bidang rumah makanan.

d. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Restoran

Dasar pengenaan Pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh restoran. Jika pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa harga jual atau penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat pembelian makanan dan atau minuman. Tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan, Siahaan (2009:331).

6. Efektivitas

Efektivitas menurut Edward (2013) merupakan hubungan antara keluaran dan dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.dapat dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan.

Semakin besar output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang ditentukan maka semakin efektif proses kerja suatu unit.

Menurut Halim (2004:164) Efektivitas pemungutan pajak hotel dapat dihitung dengan rasio efektivitas dibawah ini:

Rasio Efektivitas = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐻𝑜𝑡𝑒𝑙/𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛

𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐻𝑜𝑡𝑒𝑙/𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛 x 100%

(15)

7. Kontribusi

Kontribusi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi kontribusi ialah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi menurut Halim (2004:163) yaitu:

Kontribusi = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝐻𝑜𝑡𝑒𝑙/𝑅𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟𝑎𝑛

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐴𝐷 X100%

Tabel 2.1 Klasifikasi Kriteria Konribusi Persentase Pajak Daerah

Prosentase Kriteria

0,00% - 10% Sangat Kurang

10,00% - 20% Kurang

20,00% - 30% Sedang

30,00% - 40% Cukup Baik

40,00% - 50% Baik

Diatas 50% Sangat Baik

Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 Pedoman Penilaian Kerja dan Kinerja Keuangan

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Kriteria Konribusi Persentase Pajak Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil percobaan dalam variasi data training, tingkat akurasi yang dihasilkan oleh 91 ekspresi matematika hasil tulisan tangan seseorang menghasilkan tingkat

Pada studi ini, kebutuhan ruang dihitung melalui jumlah kebutuhan pangan seluruh penduduk Provinsi Sumatera Utara yang disesuaikan dengan Sasaran Konsumsi Pangan

Peneliti melakukan pengamatan pada kehidupan santri di pesantren seputar attacment style santri terhadap Pembina di dalam pondok, selain sebagai observer, tugas peneliti

Berdasarkan hasil di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dari hasil analisis data pada penelitian ini diperoleh bahwa

Jika pada suhu tertentu waktu paro reaksi orde pertama 2A 2B + C adalah 3 jam, maka jumlah A yang terurai dalam waktu 9 jam adalah.... Setiap kenaikan 10 laju reaksi menjadi

5 Mar 20XA Thariq menerima transfer dari BMS cabang solo sebesar Rp 5.000.000 10 Mar 20XA Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank peduli syariah (BPS) yang. pernah

kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sisitematika bahasan. Bab kedua, bab ini membahas profil K.H. Muhammad Dawam Saleh dalam kehidupan

Kemudian diperoleh temuan bahwa terdapat tujuh tema baru, yaitu : (1) Masalah pada sertifikasi guru khususnya terkait jam mengajar dan kelas; (2) Masalah pada guru