• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAWASLU PROVINSI BANTEN LAPORAN AKHIR DIVISI HUKUM, DATA DAN INFORMASI TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAWASLU PROVINSI BANTEN LAPORAN AKHIR DIVISI HUKUM, DATA DAN INFORMASI TAHUN 2019"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAWASLU

PROVINSI BANTEN

LAPORAN AKHIR DIVISI HUKUM, DATA DAN

INFORMASI

TAHUN 2019

(2)

1 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……… 2

A. Latar Belakang ……….. 2

B. Dasar Hukum Penyusunan Laporan ………. 4

C. Ruang Lingkup ………. 5

D. Maksud dan Tujuan Laporan ………..6

BAB II TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN ………. 7

A. Tugas ………. 7

B. Wewenang ……….7

C. Kewajiban ………..7

BAB III DIVISI HUKUM, DATA, DAN INFORMASI ………. 9

A. Kegiatan/Program Divisi Hukum, Data, Dan Informasi ………...9

1. Sosialisasi Produk Hukum ……….9

2. Pengelola Media Informasi ………11

3. Rapat Koordinasi Kode Etik Penyelenggara Pemilu ……….13

4. Pelatihan Saksi Partai Politik ………16

5. Bimbingan Teknis Pendampingan Advokasi Hukum ………18

6. Pemberian Keterangan pada Sengketa Hasil Pemilu (PHPU) …………21

BAB IV PENUTUP ……… 54

A. Kesimpulan ………54

(3)

2 BAB I

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan Negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi,

"Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar" serta Pasal 22E Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menggariskan enam kriteria pemilu demokratis, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Sejatinya, pemilu harus berjalan baik secara prosedural dan substansial.

Pemilu baik secara prosedural jika prasyaratnya sudah terpenuhi dan pemilu berhasil secara substansial jika tujuannya tercapai. Prasyarat pemilu menggariskan adanya kebebasan dalam memilih, terwujudnya partisipasi masyarakat, dan arena berkompetisi politik yang fair.

Pelaksanaan pemilu tanpa hadirnya pengawasan secara struktural dan fungsional yang kokoh berpotensi besar akan menimbulkan hilangnya hak pilih warga negara, maraknya politik uang, kampanye hitam, dan pemilu yang tidak sesuai aturan. Dampak lanjutan pemilu yang tidak berintegritas adalah timbulnya sengketa dan gugatan hasil pemilu.

Bagi Indonesia, pemilu merupakan salah satu tolok ukur berjalannya demokratisasi, karena itu pemilu harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi sebagaimana terdapat dalam ketentuan UUD 1945, dimana pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, sesuai dengan kaidah-kaidah universal penyelenggaraan pemilu yang demokratis.

Terkait dengan pentingnya pemilu dalam proses demokratisasi tersebut, maka penting untuk mewujudkan pemilu yang memang benar-benar mengarah pada nilai-nilai demokrasi dan mendukung demokrasi itu sendiri. Artinya, pentingnya pemilu yang dapat menyalurkan dan mewujudkan aspirasi suara rakyat dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan negara, bukan hanya secara formal pemberian legitimasi pemegang kekuasaan. Dengan begitu keberhasilan pemilu yang dilaksanakan merupakan kemenangan bagi semua komponen bangsa,

(4)

3 bukan hanya milik kemenangan peserta pemilu. Untuk mewujudkan hal tersebut, selain pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil, pemilu juga mengikat keseluruhan proses pemilu dan semua pihak yang terlibat, baik penyelenggara pemilu, peserta, pemilih, bahkan pemerintah.

Oleh karenanya dalam mengukur penyelenggaraan pemilu yang demokratis,tidak dapat dilepaskan dari bekerjanya berbagai komponen penyelenggaraan pemilu itu sendiri yang meliputi regulasi yang mengaturnya, penyelenggara pemilu, birokrasi, partisipasi politik masyarakat, serta partai politik atau peserta pemilu, dimana bekerjanya berbagai komponen pemilu tersebut harus memenuhi prinsip-prinsip atau parameter pemilu yang demokratis.

Dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum telah mengatur mengenai Lembaga penyelenggara pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lembaga yang dimaksud adalah Badan Pengawas Pemilihan Umum (disingkat Bawaslu). Bawaslu hadir sebagai salah satu tuntutan adanya pembentukan penyelenggara pemilu yang bersifat mandiri, menjalankan pemilu yang berkualitas dengan meminimalisasi campur tangan penguasa dalam pelaksanaan pemilu.

Bawaslu hadir menjadi solusi terhadap berbagai tuntutan untuk melakukan pengawasan dan penindakan atas berbagai pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh siapa pun, termasuk kepada penyelenggara pemilu karena mereka tidak luput dari potensi melakukan pelanggaran. Dalam mendukung tugas dan fungsi Bawaslu sebagai pengawas pemilu dibutuhkan suatu divisi atau bagian khusus dalam struktur organisasi Bawaslu yakni Divisi Hukum, Data dan Informasi yang memiliki peran merancang regulasi yang akan dijadikan sebagai dasar-dasar berpijak secara teknis kelembagaan dalam bergerak. Divisi Hukum, Data dan Informasi memiliki peranan evaluator serta regulator dalam mengevaluasi produk Undang-Undang, norma-norma yang ditelisik kemudian dirumuskan secara konkrit untuk menjadi peraturan kelembagaan serta merumuskan dan menerjemahkan peraturan dan kewenangan Bawaslu.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Dalam menjalankan tugasnya, Bawaslu perlu melakukan pertanggungjawaban dan pelaporan mengenai bentuk pelaksanaan tugas pengawasan seluruh tahapan

(5)

4 Penyelenggaraan Pemilu dan tugas lainnya yang disampaikan secara periodik untuk setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tanpa terkecuali bagi Divisi Hukum, Data, dan Informasi untuk dapat menyajikan laporan yang menggambarkan kegiatan Divisi Hukum, Data, dan Informasi dalam penyelenggaraan pemilihan umum Tahun 2019.

Untuk itu, perlu diatur sistematika dan mekanisme penyusunan laporan akhir sebagai bentuk pertanggungjawaban Divisi Hukum, Data, dan Informasi yang dapat disampaikan kepada publik serta jajaran pengawas pemilu terkait kegiatan divisi Hukum, Data, dan Informasi serta produk hukum yang telah dihasilkan. Laporan yang disusun berdasarkan Tahapan Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 yang meliputi semua kegiatan Divisi Hukum, Data dan Informasi yang sudah dilakukan Bawaslu di Provinsi selama proses Pemilu 2019. Selain itu, Laporan Komprehensif Pengawasan akan menjadi bagian dari upaya Bawaslu menjadi Pusat Kajian Publik tentang Pemilihan Umum.

B. DASAR HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

3. Peraturan Bawaslu Nomor 7 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan

4. Peraturan Bawaslu Nomor 22 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Dalam Perselisihan Hasil Di Mahkamah Konstitusi

5. Peraturan Bawaslu Nomor 26 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum

6. Peraturan Bawaslu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum Di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum

(6)

5 7. Peraturan Bawaslu Nomor 6 Tahun 2017 tentang Kode Etik Pegawai Badan

Pengawas Pemilihan Umum

8. Peraturan Mahkamah Konstitusi nomor 2 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Tahapan, Kegiatan, dan Jadwal Penanganan Perkara Hasil Pemilihan Umum;

9. Peraturan Mahkamah Konsitusi Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Tata Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 10. Peraturan Mahkamah Konsitusi Nomor 6 Tahun 2018

Tentang Pedoman Penyusunan Permohonan Pemohon, Jawaban Termohon, Keterangan Pihak Terkait dan Keterangan Bawaslu dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Presiden dan Wakil Presiden

C. RUANG LINGKUP

Divisi Hukum, Data dan Informasi Bawaslu Provinsi Banten dalam melaksanakan fungsinya memiliki ruang lingkup diantaranya :

1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang- undangan dan produk hukum

2. Penyusunan analisis atau kajian Hukum

3. Pelaksanaan advokasi hukum, pendampingan hukum, konsultasi hukum, kajian hukum

4. Penyuluhan peraturan perundang- undangan

5. Pelaksanaan pendokumentasian informasi dan produk hukum

(7)

6 D. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBUATAN LAPORAN

Adapun Maksud dan Tujuan Pembuatan Laporan Divisi Hukum, Data dan Informasi yaitu :

1. Memberikan gambaran umum Divisi Hukum, Data dan Informasi dari hasil pengawasan pada setiap tahapan Pemilihan Umum Tahun 2019.

2. Sebagai bahan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sebagai Divisi Hukum, Data dan Informasi Pemilihan Umum Tahun 2019.

3. Sebagai bahan analisis dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 2019.

4. Tuntunan normatif peraturan perundang-undangan tentang Pengawasan Pemilihan Umum tahun 2019 mengenai laporan pertanggungjawaban.

5. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pelaksanaan tugas Badan Pengawas Pemilihan Umum di masa yang akan datang.

(8)

7 BAB II

TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN DIVISI HUKUM, DATA DAN INFORMASI A. TUGAS

Didalam Peraturan Bawaslu Nomor 7 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Pasal 203 Bagian Hukum, Hubungan Masyarakat dan Data Informasi mempunyai tugas Melakukan penyiapan kajian hukum, advokasi, dan konsultasi hukum, fasilitasi pengelolaan urusan hubungan masyarakat koordinasi dokumentasi data dan informasi, dan pelayanan informasi di daerah provinsi.

B. WEWENANG

Divisi hukum, data dan informasi dalam menjalankan tugasnya, memiliki wewenang diantaranya :

1. Memfasilitasi konsultasi, pendampingan hukum dan/atau pemberian advokasi hukum bagi Bawaslu Kabupaten/Kota

2. Melakukan pendokumentasian dokumen hukum

3. Pengelolaan jaringan dokumentasi dan informasi hukum serta pelayanan data dan informasi hukum di daerah provinsi

C. KEWAJIBAN

Divisi Hukum, Data dan Informasi memiliki kewajiban dalam melaksanakan tugasnya, adapun kewajiban divisi hukum, data dan informasi yaitu :

1. Melakukan analisa serta perumusan kebijakan teknis advokasi hukum di lingkungan Bawaslu Provinsi

2. Melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan dan administrasi hukum

3. Melakukan penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pendampingan hukum dalam perselisihan hasil Pemilu di Mahkamah Konstitusi

(9)

8 4. Melakukan penyiapan bahan penyusunan pertimbangan dan pendapat

hukum;

5. Melakukan dokumentasi informasi hukum dan produk hukum;

6. Fasilitasi dukungan administratif dan teknis supervisi dan pendampingan penanganan pelanggaran Pemilu di Bawaslu Kabupaten/Kota.

(10)

9 BAB III

DIVISI HUKUM, DATA DAN INFORMASI

1. SOSIALISASI PRODUK HUKUM

Sosialisasi dan publikasi akan produk peraturan perundang-undangan sudah diatur dalam UU No 12 Tahun 2011. Hukum tidaklah semata-mata domainnya penguasa, tetapi sekaligus bagian penting dari kebutuhan setiap masyarakat. Artinya dalam upaya membangun sebuah organisasi yang taat hukum, dan membangun kesadaran hukum setiap elemen organisasi atau instansi, penggunaan rumusan “dengan di-undangkannya

suatu produk hukum, maka setiap orang dianggap mengetahuinya”, sudah seharusnya dibarengi dengan berbagai upaya lain yang didukung dengan sarana dan prasarana, dan bahkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, sehingga memudahkan setiap jajaran di suatu instansi atau organisasi mengetahui informasi dari produk hukum terbaru. Dalam konteks ini, sosialisasi hukum dan penyebaran informasi produk hukum baru, tentunya berkembang dalam bentuknya yang lebih luas dan efektif.

Kewenangan utama Pengawas Pemilu adalah mengawasi pelaksanaan tahapan Pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pidana Pemilu dan kode etik. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Pengawas Pemilu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Bawaslu dengan tugas dan fungsinya memiliki kewajiban untuk melakukan sosialisasi produk hukum yang terkait dengan pemilihan umum dimulai dari tahapan persiapan pemilu hingga penetapan pemilu.

Selanjutnya sebagai bentuk mengupayakan setiap orang dalam tahu dengan hukum yang berlaku di suatu organisasi atau instansi adalah masalah penting yang sering terabaikan, belum dikelola dengan optimal. Keadaannya akan semakin parah, apabila ketika suatu instansi atau organisasi mempunyai

(11)

10 peraturan perundang-undangan atau produk hukum yang sangat banyak dan banyak jenis dan tingkatannya. Belum lagi, jika terjadi pembuatan peraturan perundang-undangan yang intensitasnya sangat tinggi, baik dalam arti perubahan, pergantian, pencabutan maupun pembuatan undang-undang atau produk hukum yang baru. Hal ini jelas makin membutuhkan perhatian akan perlunya sosialisasi kepada setiap elemen jajaran bawaslu dan pengawas pemilu terkait dengan produk-produk hukum bersangkutan.

Dalam halnya terhadap pengawasan pemilu, elemen penting yang menjadi dasar dan pendukung dalam bertindak dan melakukan suatu putusan dan kegiatan adalah adanya produk hukum yang mendasarinya. Dan oleh karena itu diperlukannya sosialisasi produk hukum kepada setiap jajaran pengawas pemilu agar terciptanya pemilu yang tertib serta taat berlandaskan aturan hukum yang ada dan mengikat.

Sebagai salah satu bentuk penguatan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan pemilu, dilaksanakan Sosialisasi Produk Hukum yang dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2019 bertempat di Hotel Le Dian, Serang, Banten. Sosialisasi Produk Hukum memiliki maksud untuk Mendukung jalannya pengawasan pemilu mulai dari pengawasan pemungutan dan penghitungan suara, rekapitulasi, penetapan hingga mekanisme penanganan pelanggaran etik dengan produk hukum yang telah diatur serta bentuk langkah pencegahan terhadap potensi terjadinya pelanggaran pemilu.

Adapun tujuan diselenggarakannya sosialisasi produk hukum yaitu :

a. Memberikan pemahaman keseluruh jajaran bawaslu mengenai produk hukum Bawaslu sehingga adanya kesepahaman dan sinegritas dalam menjalan tugas dan fungsi berdasarkan hukum atau peraturan yang mengatur.

b. Seluruh Jajaran Bawaslu diharapkan mampu menjadi pelaksana Pemilu yang taat hukum, taat regulasi yang mengatur semua tahapan pemilu.

Sosialisasi Produk hukum diharapkan mampu menambah informasi pemahaman terkait produk hukum yang diatur didalam peraturan bawaslu dalam mendukung pengawasan pemilu serta secara khusus dapat mengimplementasikan produk hukum sehingga dapat mencapai hasil taat pada

(12)

11 undang-undang pemilu untuk mewujudkan pemilu yang jujur, langsung, umum, bebas, rahasia, dan adil.

2. PENGELOLA MEDIA INFORMASI

Media kerap diartikan sebagai wadah hal tersebut dapat dilihat dari KBBI bahwa media dapat diartikan sebagai alat, atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk. Tidak hanya media cetak, terdapat juga media elektronik yang diistilahkan sebagai sarana media massa yang memergunakan alat-alat elektronik modern, sedangkan media massa merupakan sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sedangkan secara lebih khusus pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis dan elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Dapat disimpulkan bahwa media adalah alat untuk menyampaikan informasi kepada penerima dan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian agar terjadi komunikasi yang efektif dan efisien.

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi

(13)

12 suatu negara dari sistem dinamis. Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan, negentropy, Persepsi, Stimulus, komunikasi, kebenaran, representasi, dan rangsangan mental. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi dan alirannya.Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di dalamnya.

Dengan demikian pengertian dari media informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi, media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual”. Fungsi dari Media Informasi adalah menunjang atau memperbaharui informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bawaslu memuat berbagai arsip jenis peraturan-peraturan tentang kepemiluan sangat membantu untuk ranah internal ataupun masyarakat luas dalam mencari informasi yang berkaitan dengan kepemiluan dan lain-lain.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang dan kewajiban Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu) Banten, dalam rangka

(14)

13 mengoptimalkan pengelolaan pelayanan informasi dan dokumentasi pengawasan pemilu umum bagi kebutuhan public serta dalam rangka tertib administrasi di lingkungan, Bawaslu Banten membentuk Tim Pengembangan Media Center Bawaslu Banten Media Center dapat meningkatkan pelayanan public supaya masyarakat mampu mengakses informasi terkait pengawasan pemilu dan hasil kegiatan Bawaslu Banten.

3. RAPAT KOORDINASI KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU Etika dirumuskan sebagai nilai-nilai dan

norma-norma moral yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat untuk mengatur tingkah lakunya, yang bertujuan untuk menciptakan hubungan antar manusia dalam masyarakat secara harmonis tentang tingkah laku manusia dari sudut kebaikannya. Hal yang dibicarakan dan

dianalisis dalam etika, adalah tema-tema sentral mengenai hati nurani, kebebasan, tanggung jawab, norma, hak dan kewajiban, serta nilai-nilai kebaikan.

Kuantitas penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) tidak dengan sendirinya menghasilkan penyelenggara pemilu yang bebas dari kasus pelanggaran-pelanggaran pemilu baik yang dilakukan penyelenggara atau peserta pemilu. Pelanggaran pemilu dapat dibagi menjadi dua, pelanggaran administratif pemilu (election malpractice) dan pelanggaran kejahatan pemilu (election fraud). Kedua bentuk pelanggaran pemilu ini menjadi ancaman penyelenggaraan sekaligus bertentangan dengan normanorma pemilu demokratik.

(15)

14 Dalam konteks Indonesia, norma-norma pemilu universal dapat dilihat dari frase pasal 2 UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu DPR, DPD dan DPRD yaitu prinsip “langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Prinsip pemilu demokratik juga mengikat penyelenggara pemilu (KPU dan Bawaslu) agar menjamin pelaksanaan pemilu dilakukan secara demokratik tanpa syarat. Dalam pasal 3 UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, disebutkan bahwa penyelenggara wajib melaksanakan 11 prinsip etik sebagai penyelenggara pemilu yaitu mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, profesional, akuntabel, efektif dan efisien. Pasal 3 di atas menjadi norma etik yang mengikat penyelenggara pemilu (KPU dan jajarannya, Bawaslu dan jajarannya), untuk konsisten dan integritas tinggi menerapkan norma-norma pemilu demokratik di atas sebagai landasan penyelenggaraan tahapan-tahapan pemilu.

Terkait dengan Kode Etik Penyelenggara Pemilu, maka terhadap istilah

“Kode Etik”, diartikan sebagai satu kesatuan landasan norma moral, etis dan filosofis yang menjadi pedoman bagi perilaku penyelenggara pemilihan umum yang diwajibkan, dilarang, patut atau tidak patut dilakukan dalam semua tindakan dan ucapan. Kode Etik merupakan rambu-rambu dalam bertindak bagi Penyelenggara pemilu.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Bersama Komisi Pemilihan

Umum,Badan Pengawas Pemilihan Umum, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012 Nomor 11 Tahun 2012 tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan Umum (selanjutnya disebut saja Peraturan Kode Etik Pemilu), telah ditentukan bahwa bahwa Kode Etik Pemilu ini berlandaskan pada: (1) Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Undang- Undang; (3) sumpah/janji jabatan sebagai Penyelenggara Pemilu; dan (4) asas Penyelenggara Pemilu.

Berdasarkan data yang ada pada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu Republik Indonesia (DKPP-RI), bahwa sejak bulan Juni 2012 sampai

(16)

15 dengan Juni 2015, terdapat 1658 pengaduan dugaan pelanggaran Kode Etik Pemilu yang dilakukan oleh oknum Penyelenggara Pemilu.

Sehingga diharapkan dengan adanya sosialisasi kode etik bagi pengawas pemilu dapat meminimalisir pelanggaran kode etik pemilu yang dilakukan penyelenggara pemilu, dalam hal ini adalah Bawaslu sebagai pengawas pemilu.

Apabila semua penyelenggara pemilu dapat memiliki kesadaran tentang kode etik ini, maka pemilu yang demokratis dapat tercapai dengan mudah.

Rapat Koordinasi Kode Etik bagi Penyelenggara Pemilu Tahun 2019 diselenggarakan dengan maksud :

a. Jajaran Bawaslu hingga Kabupaten/Kota harus paham dan selalu menjaga tindakan agar tetap sesuai dengan kode etik penyelenggara pemilu dan undang-undang.

b. Pedoman sikap, perilaku, perbuatan, tulisan dan ucapan Pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan sehari-hari sebagai penyelenggara pemilihan umum.

Rapat Koordinasi Kode Etik bagi Penyelenggara Pemilu Tahun 2019 diselenggarakan dengan tujuan :

a. Menjaga dan memelihara netralitas, imparsialitas, dan asas-asas penyelenggaraan

Pemilu yang jujur, adil, dan demokratis

b. Menjaga dan memelihara tertib sosial dalam penyelenggaraan Pemilu

c. Mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan jabatan, baik langsung maupun tidak langsung.

Bawaslu Provinsi Banten melaksanakan Rapat Koordinasi Kode Etik Penyelenggara Pemilu yang dilaksanakan di Le Dian, Serang, Banten pada hari Kamis-Jum’at, 11-12 April 2019 sebagai salah satu bentuk persiapan jajaran pengawas pemilu Bawaslu Provinsi Banten dan Kabupaten/Kota untuk melakukan pengawasan dan menyukseskan Pemilihan Umum Tahun 2019.

Setelah diadakannya Rapat Koordinasi Kode Etik Penyelenggara Pemilu diharapkan agar setiap elemen penyelenggara pemilu dapat menjaga integritas,

(17)

16 kehormatan, kemandirian, dan kredibilitas sebagai penyelenggara pemilu dalam mengawasi setiap tahapan Pemilihan Umum Tahun 2019.

4. PELATIHAN SAKSI PARTAI POLITIK

Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilu, perlu diperkuat peran saksi khususnya dalam proses pemungutan dan penghitungan suara. Salah satu metode penguatan saksi peserta melalui pelatihan saksi yang diselenggarakan oleh Bawaslu. Hal ini penting karena mengingat Pemilu 2019 merupakan pemilu pertama dimana pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi serta DPRD Kab/Kota diselenggarakan secara bersaman dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Penyelenggaraan secara serentak ini secara teknis memiliki beban dan tanggungjawab yang lebih besar bila dibandingkan dengan Pemilu secara terpisah. Maka penting dilakukan penguatan terhadap berbagai elemen yang dapat mendorong keberhasilan penyelenggaraan Pemilu.

Sesuai dengan pasal 351 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Bawaslu bertugas melakukan pelatihan bagi saksi Peserta Pemilu. Saksi yang bertugas untuk mengawal proses pemungutan dan penghitungan suara, baik saksi dari pasangan calon, Partai Politik peserta Pemilu, atau calon anggota DPD. Pelatihan saksi yang digelar oleh Bawaslu bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saksi pemilu, khususnya dalam penyelenggaraan Pemungutan dan Penghitungan suara dalam Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kab/Kota.

(18)

17 Pelatihan saksi peserta Pemilu bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan saksi Peserta Pemilu dalam pemungutan dan penghitungan suara.

b. Meningkatkan keterampilan saksi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara.

Dalam melaksanakan pelatihan, Bawaslu Banten bertugas :

a. Melakukan koordinasi dengan peserta pemilu di tingkat kab/kota

b. Menerima daftar nama peserta dan tingkatan pelatihan dari masing- masing peserta pemilu.

c. Menetapkan jadwal pelaksanaan pelatihan meliputi rancangan waktu dan kebutuan pelaksanaan pelatihan, di setiap kab/kota untuk masing-masing peserta pemilu dengan mempertimbangkan daftar nama saksi/peserta pelatihan yang disampaikan lebih awal oleh Peserta Pemilu secara resmi dari Pengurus Partai Politik Peserta Pemilu tingkat Kab/Kota dan tim kampanye tingkat kab/kota dari pasangan calon.

d. Menyampaikan pemberitahuan pelaksanaan pelatihan kepada peserta pemilu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pelaksanaan pelatihan.

e. Melakukan Training of Trainer (TOT) bagi Bawaslu Kabupaten/Kota.

f. Melakukan supervisi pelaksanaan pelatihan saksi peserta pemilu yang dilaksanakan oleh Bawaslu Kabupaten/Kota dan;

(19)

18 5. BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN ADVOKASI HUKUM

Bantuan hukum adalah suatu usaha bagi setiap individu atau badan hukum yang merasa dirugikan haknya atau atas kepentingannya untuk memperoleh keadilan dan perlindungan atau kepastian hukum, menurut cara-cara yang ditetapkan dalam undang-undang. Upaya Hukum dilakukan

melalui bantuan hukum/advokasi sebagai usaha untuk memperbaiki kekeliruan dalam suatu keputusan hakim dalm rangka memperoleh kebenaran dan keadilan. Bantuan Hukum merupakan sebuah bentuk pelayanan untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang dikecualikan dari hak menerima nasehat hukum.

Hak atas bantuan hukum merupakan salah satu dari hak asasi yang harus direkognisi dan dilindungi. Dengan mengacu kepada Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 termasuk ketentuan Pasal 28 Huruf D ayat (1) dan Pasal 28 Huruf I ayat (1) UUD 1945 yang telah diamandemen tersebut maka hak atas bantuan hukum harus dipandang sebagai suatu lembaga yang wajib dimiliki dan hanya ada di dalam sistem negara hukum. Adanya prinsip hukum yang berdaulat (supremacy of law) dan adanya jaminan terhadap setiap orang yang diduga bersalah untuk mendapatkan proses peradilan yang adil (fair trial) merupakan syarat yang harus dijamin secara absolut dalam negara

hukum.

Bantuan Hukum merupakan hak asasi manusia tiap individu. Hal ini diatur secara tegas didalam peraturan perundang-undangan Undang-Undang

(20)

19 Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Negara secara tegas akan memberikan dukungan dalam penyelenggaraan dan pendanaan terhadap pemberian bantuan hukum dan menjamin hak warganya, sehingga persamaan warga negara di hadapan hukum.

Dalam perkembangannya maka adanya program bantuan hukum juga merupakan bagian yang terpenting dari rekognisi dan perlindungan hak asasi manusia. Salah satu bentuk dari bantuan hukum tersebut adalah adanya pembelaan atau pendampingan.

Dalam hal pemberian bantuan hukum oleh Bawaslu diatur didalam Peraturan Bawaslu Nomor 26 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum, dimana salah satu dapat diberikan kepada pengawas pemilu, pejabat dan pegawai yang mendapatkan permasalahan hukum

sebagai salah satu tugas dan fungsi organisasi dalam membantu dan menjamin hak setiap individu tanpa terkecuali.

Bantuan hukum yang dapat diberikan meliputi sebagai berikut : a. Perkara Perdata,

b. Perkara Pidana; dan

c. Perkara Tata Usaha Negara

Selain bantuan hukum tersebut diatas, juga diberikan paling sedikit terhadap:

a. Perkara kode etik;

b. Uji materiil Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;

(21)

20 c. Uji materiil peraturan perundang-undangan di bawah Undang-undang;

d. Pengaduan Hukum;

e. Konsultasi Hukum;

f. Alternatif penyelesaian sengketa; dan

g. Permasalahan hukum lain yang melibatkan Bawaslu.

Bimbingan Teknis Pendampingan Advokasi Hukum diselenggarakan dengan maksud:

a. Jajaran Bawaslu hingga Kabupaten/Kota dapat memahami bentuk teknis pendampingan advokasi/ bantuan hukum kepada pengawas pemilu, pegawai, maupun mantan pegawai pemilu yang memiliki kaitan dengan tugas dan kewajiban selama bekerja di Bawaslu.

b. Jajaran Bawaslu hingga Kabupaten/Kota dapat memberikan kajian pertimbangan hukum mengenai objek pengaduan hukum.

Bimbingan Teknis Pendampingan Advokasi Hukum ini bertujuan untuk : a. Menjamin terlaksananya pendampingan hukum bagi setiap jajaran

Bawaslu

b. Menyelesaikan permasalahan hukum jajaran Bawaslu

c. Mencegah segala bentuk dan jenis penyalahgunaan tugas, wewenang, dan jabatan, baik langsung maupun tidak langsung;

Dengan diadakannya Bimbingan Teknis Pendampingan Advokasi Hukum, diharapkan menghasilkan output pemahaman mekanisme tata cara pemberian bantuan advokasi/ bantuan hukum serta jajaran bawaslu dapat melakukan pendampingan secara langsung terhadap jajaran bawaslu lainnya dalam menyelesaikan permasalahan hukum melalui negosiasi, mediasi atau musyawarah dan konsiliasi dengan para pihak.

(22)

21 6. PEMBERIAN KETERANGAN PADA SENGKETA HASIL PEMILU (PHPU)

Kewenangan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagaimana disebutkan dalam Pasal 24C ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.

Pemberian Keterangan oleh Bawaslu diatur Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 4 Tahun 2018 tentang Tata Beracara dalam Perkara Hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden serta Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 Tahun 2018 tentang Tata Beracara dalam Perkara Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR dan Anggota DPRD. Bawaslu dan/atau jajarannya secara berjenjang bertindak sebagai pemberi keterangan dalam pemeriksaan perkara PHPU Presiden dan Wakil Presiden dan perkara PHPU Anggota Legislatif DPR dan DPRD yang terkait dengan Permohonan yang diperiksa oleh Mahkamah.

Di Dalam Peraturan Bawaslu sendiri diatur dalam Perbawaslu Nomor 22 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Dalam Perselisihan Hasil di Mahkamah Konstitusi Pasal 2, Bawaslu memiliki kedudukan secara lisan maupun tertulis sebagai pemberi keterangan. Penyusunan keterangan tertulis yang disusun oleh Bawaslu menurut Perbawaslu Nomor 22 Tahun 2018 Pasal 8 ayat (1) harus sesuai dengan pokok permohonan yang didalilkan, dokumen serta alat bukti, putusan rapat pleno serta hasil pengawasan.

Bawaslu sebagai pihak pemberi keterangan dalam memberikan keterangan tertulis dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Tahun 2019 di Mahkamah Konstitusi telah mempersiapkan pembekalan terhadap jajaran pengawas pemilu di Bawaslu Provinsi serta Bawaslu Kabupaten Kota.

(23)

22 A. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden

Dalam PHPU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2019, Mahkamah Konstitusi telah resmi meregistrasi perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) untuk capres dan cawapres Pemilu 2019 yang telah diajukan oleh Pasangan Calon (Paslon) 02 Prabowo-Sandiaga.

Dalam permohonan yang diajukan oleh Paslon 02, terdapat inventarisasi dalil- dalil permohonan PHPU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yaitu :

TABEL.

Dalil Permohonan PHPU Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Permasalahan Hukum/Isu yang

didalilkan Uraian Dalil

Dugaan Pelanggaran yang terjadi secara Terstruktur, Sistematis dan Masif

Ketidaknetralan Aparatur Negara : Polisi dan Intelejen

Diskriminasi Perlakuan dan Penyalahgunaan Penegakkan Hukum

Penyalahgunaan Birokrasi dan BUMN

Penyalahgunaan Anggaran Belanja Negara dan/Program Pemerintah

Penyalahgunaan Anggaran BUMN Pembatasan Kebebasan Media dan Pers Argumentasi Kecurangan Kuantitatif

dalam Pilpres 2019

Daftar Pemilih Tetap Tidak Masuk Akal Kekacauan Situng KPU dalam kaitannya dengan DPT

Dokumen C7 secara sengaja dihilangkan di berbagai Daerah

Dari dalil permohonan diatas, Pemohon mendalilkan yang memiliki kaitannya dengan Provinsi Banten dan Bawaslu Provinsi Banten perlu memberikan keterangan atas dalil permohonan tersebut adalah pada dalil permohonan Argumentasi Kecurangan Kuantitatif dalam Pilpres 2019 terkait Daftar Pemilih Tetap Tidak Masuk Akal. Pemohon mendalilkan bahwa pada Data DPT yang tidak valid dengan data yang ada di Dukcapil, mulai dari data tanggal lahir yang

(24)

23 sama, pemilih dibawah 17 tahun, ada data diatas usia 90 tahun, 1 KK terdiri dari puluhan bahkan ratusan anggota keluarga lebih, serta DPT Ganda. Dalam dalil permohonannya tersebut, Pemohon mendalilkan atau menyebut Provinsi Banten pada Data DPT bahwa dengan data DPT yang tidak masuk akal dan tidak pernah terselesaikan dengan tuntas menimbulkan masalah yang sangat substantive dalam pelaksanaan pemilu. Sistem keamanan IT KPU yang tidak terstandarisasi yang menyebabkan adanya intruder yang berhasil melakukan ötak-atik” data atau tepatnya manipulasi data ke dalam sistem IT KPU sehingga menyebabkan pengaturan suara DPT berkode khusus sangat mungkin dilakukan dengan mudah dan berakibat sangat fatal pada seluruh Rekap Suara Digital di Pemilu 2019.

Adapun agenda sidang gugatan Pilpres 2019 yang telah dirancang oleh Mahkamah Konstitusi yakni 11 Pencatatan permohonan prabowo-sandi dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi (BRPK) dan menyampaikan salinan permohonan Prabowo-Sandi kepada Termohon, pihak terkait dan Bawaslu.

(25)

24 B. Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Anggota DPR, DPD, DPRD

Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

Timeline Waktu persidangan PHPU Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota di Mahkamah Konstitusi

Timeline Bawaslu Provinsi Banten sebagai Pihak Pemberi Keterangan dalam sidang PHPU Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

(26)

25

(27)

26

NO NOMOR REGISTER PERKARA JENIS PEMILU DAPIL PARPOL 1 NOMOR 27-01-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD PROVINSI DAPIL BANTEN 6

KOTA TANGERANG PKB

2 NOMOR 35-13-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota

KOTA TANGERANG SELATAN TANGERANG 1 (KAB.

TANGERANG)

HANURA

3 NOMOR 54-14-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPR RI DAPIL BANTEN 1 DEMOKRAT

4 NOMOR 54-14-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota KOTA CILEGON 1 DEMOKRAT

5 NOMOR 74-03-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota KOTA TANGERANG SELATAN 1 PDIP

6 NOMOR 128-12-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota

SERANG 2

(KAB. SERANG) PAN

7 NOMOR 169-04-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota TANGERANG 5

(KAB. TANGERANG) GOLKAR

8 NOMOR 192-05-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPR RI

DAPIL BANTEN I DAPIL BANTEN III KOTA TANGERANG SELATAN 5

NASDEM

9 NOMOR 206-07-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota PANDEGLANG 5 BERKARYA

Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) khususnya pemilihan umum anggota DPR dan DPRD, terdapat 9 (sembilan) Permohonan perkara dari pemohon (partai politik) di wilayah tingkat Kabupaten/Kota daerah Provinsi Banten yang diregister oleh Mahkamah Konstitusi, permohonan tersebut yaitu :

TABEL.

Permohonan register PHPU Legislatif Bawaslu Provinsi Banten

(28)

27 Pada sidang Pemeriksaan Pendahuluan di Mahkamah Konstitusi, Bawaslu Provinsi Banten memberikan keterangan sebanyak 6 (enam) permohonan perkara dari pemohon (partai politik) di wilayah tingkat Kabupaten/Kota daerah Provinsi Banten, diantaranya :

TABEL.

Permohonan register PHPU Legislatif Bawaslu Provinsi Banten Setelah sidang Pemeriksaan Pendahuluan

NO NOMOR REGISTER PERKARA JENIS PEMILU DAPIL PARPOL

1 NOMOR 27-01-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD PROVINSI DAPIL BANTEN 6

KOTA TANGERANG PKB

2 NOMOR 35-13-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota

KOTA TANGERANG SELATAN TANGERANG 1 (KAB.

TANGERANG)

HANURA

NOMOR 54-14-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPR RI DAPIL BANTEN 1 DEMOKRAT

NOMOR 54-14-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota KOTA CILEGON 1 DEMOKRAT 4 NOMOR 74-03-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota KOTA TANGERANG SELATAN 1 PDIP

5 NOMOR 192-05-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPR RI

DAPIL BANTEN I DAPIL BANTEN III KOTA TANGERANG SELATAN 5

NASDEM

6 NOMOR 206-07-16/PHPU.DPR-DPRD/XVII/2019 DPRD Kab/Kota PANDEGLANG 5 BERKARYA

3

(29)

28 Berikut tabel pokok permohonan PHPU pada Perselisihan Hasil Pemilu DPD, DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota Bawaslu Provinsi Banten

TABEL.

Pokok Permohonan dan Pemberian Keterangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Legislatif Bawaslu Provinsi Banten di Mahkamah Konstitusi

No. Pemohon Pokok-Pokok

Permohonan Keterangan Bawaslu

1.

PKB

27-01- 16/PHPU.DPR DPRD/XVII/2019

Pemohon dalam

permohonannya

mendalilkan yang pada pokok permohonannya mengenai telah terjadinya pengurangan perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan penambahan perolehan suara Partai Amanat Nasional (PAN) di Daerah Pemilihan Banten 6 Kota Tangerang pada Formulir Model DAA1-DPRD Provinsi (tanpa menyebutkan Kelurahan) di beberapa Kecamatan di

Kota Tangerang

diantaranya Kecamatan

Karang Tengah,

Kecamatan Ciledug, dan Kecamatan Larangan.

• Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Banten (Bawaslu Provinsi Banten) menyampaikan telah melakukan serangkaian kegiatan pengawasan hingga tahap pelaksanaan Rapat Pleno Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara pada beberapa Kecamatan yang didalilkan oleh pemohon di Kota Tangerang dan dari hasil pengawasan dalam rapat pleno tersebut, tidak ada keberatan dari peserta pemilu atau kejadian khusus yang dicatatkan dalam Formulir Model DA2-KPU.

• Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kota Tangerang, yang dilaksanakan pada tanggal 04 sampai dengan 08 Mei 2019, tidak ada keberatan yang dituliskan dalam Formulir Model DB2-KPU terkait Perolehan Suara PKB dan perolehan suara PAN di Daerah Pemilihan Banten 6 Kota Tangerang.

• Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan penyandingan data dengan membandingkan data antara C1 yang dengan DAA-1 yang dimiliki oleh Bawaslu di beberapa TPS yang didalilkan oleh pemohon dalam permohonannya, namun tidak

(30)

29 ditemukan perbedaan hasil perolehan suara antara PKB dan PAN dalam Formulir Model C1 dan Formulir Model DAA1 sebagaimana dalil Pemohon.

2.

HANURA

35-13- 16/PHPU.DPR- DPRD/XVII/2019

Pemohon mendalilkan dalam permohonannya mendalilkan yang pada pokok permohonannya mengenai adanya perbedaan perolehan suara antara Formulir Model C1- DPRD Kab/Kota dengan Formulir Model DAA1- DPRD Kab/Kota di Daerah Pemilihan 1 Kabupaten Tangerang untuk Partai Nasional Demokrat terhadap Partai Hanura.

Bawaslu Provinsi Banten menyampaikan dalam keterangannya telah melakukan pengawasan rapat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara 2019 di tingkat Kabupaten Tangerang telah dilaksanakan pada tanggal 30 April 2019 sampai dengan 08 Mei 2019, dan tidak ada keberatan khususnya terkait Partai Hanura.

Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan pemeriksaan terhadap Formulir Model DB1-DPRD Kab/Kota dan Formulir Model DA1-DPRD Kab/Kota (untuk Kecamatan Tigaraksa dan Jambe) sesuai dengan dalil permohonan yang dimohonkan pemohon. Pemohon dalam permohonannya juga mendalilkan terjadinya penambahan jumlah perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa di Formulir Model DAA1-DPRD Kab/Kota pada Kecamatan Ciputat Timur dan pengurangan jumlah perolehan suara Partai Hanura. Dalam hal ini, Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan persandingan data hasil Perolehan Suara Tingkat Kecamatan Pemilihan Umum 2019, berupa data Formulir Model C1-DPRD Kab/Kota Bawaslu dan Formulir Model DAA1- DPRD Kab/Kota terdapat selisih (pengurangan) perolehan suara untuk Partai Hanura di TPS 58 Cireundeu dan selisih (penambahan) perolehan suara

(31)

30 untuk Partai Kebangkitan Bangsa di TPS 36 Rengas, namun berdasarkan hasil pengawasan Bawaslu Kota Tangerang Selatan dalam Rapat Rekapitulasi Penghitungan perolehan suara di Tingkat Kota Tangerang Selatan Pemilihan Umum 2019, penambahan perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa di Kecamatan Ciputat Timur sudah diselesaikan pada saat Rekapitulasi Penghitungan perolehan suara di Tingkat Kecamatan Ciputat Timur Pemilihan Umum 2019 dan Pengurangan perolehan suara Partai Hanura (Pemohon) sudah diselesaikan pada saat Rekapitulasi Penghitungan perolehan suara di Tingkat Kecamatan Ciputat Timur Pemilihan Umum 2019 serta tidak ada pengisian Model DA2- KPU Pernyataan Keberatan Saksi atau Catatan Kejadian Khusus Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kecamatan.

3.

DEMOKRAT

54-14- 16/PHPU.DPR- DPRD/XVII/2019

• Pemohon mendalilkan

pada pokoknya

mengenai adanya selisih sebanyak 3.000 (tiga ribu) suara dari hasil penyandingan

sinkronisasi data C1 dengan DAA1 dan DA1 di 26 (dua puluh enam) Kecamatan 68 (enam puluh delapan) Kelurahan dan 137 (seratus tiga puluh tujuh) TPS di Daerah Pemilihan I Provinsi Banten.

• Bawaslu Provinsi Banten menyampaikan bahwa telah dilakukan pengawasan terhadap Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten Pandeglang dan terdapat keberatan atas perolehan suara Partai Demokrat di Kecamatan Bojong dan Kecamatan Jiput terkait permintaan pengecekan ulang Formulir Model C1-DPR ke Formulir Model DAA1-DPR sampai ke Formulir Model DA1-DPR se- Kecamatan Bojong dan se- Kecamatan Jiput dan atas hal

(32)

31 tersebut, KPU Kabupaten Pandeglang tidak memperkenankan pengecekan perolehan suara yang berbeda dari Formulir Model C1- DPR ke Formulir Model DA1-DPR di Kecamatan Bojong dan Jiput, sedangkan pada Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara untuk Kabupaten Lebak tidak ada keberatan yang dituliskan dalam Formulir Model DB2-KPU Pernyataan Keberatan Saksi atau Catatan Kejadian Khusus, khususnya terkait Perolehan Suara Partai Demokrat di Kabupaten Lebak. Akan tetapi keberatan muncul pada saat Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Provinsi Banten Pemilihan Umum Tahun 2019 yang dilaksanakan pada tanggal 07 sampai dengan 12 Mei 2019, keberatan tersebut dituliskan didalam Formulir Model DC2-KPU Pernyataan Keberatan Saksi atau Catatan Kejadian Khusus terkait tidak dilakukannya penghitungan ulang soal surat suara tidak sah DPR RI di beberapa kecamatan di Kabupaten Lebak.

• Telah dilakukan penyandingan antara Formulir Model C1-DPR yang telah direkap didalam Formulir Model DAA1-DPR dengan Formulir Model DA1-DPR untuk perolehan suara Partai Demokrat di Daerah Pemilihan I Provinsi Banten pada wilayah Kabupaten Pandeglang dan terdapat selisih suara di beberapa

(33)

32 kelurahan pada wilayah Kabupaten Pandeglang.

• Pemohon dalam permohonannya

mendalilkan Perolehan suara untuk Partai Demokrat khususnya untuk Calon Anggota DPR RI atas nama Vivi Sumantri Jayabaya, S.Sos., M.Si dan Rizki Aulia Rahman pada Daerah Pemilihan I Provinsi Banten

Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan persandingan data antara Formulir Model DB1-DPR dengan Formulir Model DC1-DPR untuk Daerah Pemilihan I Provinsi Banten dan tidak ditemukan perbedaan jumlah perolehan suara sebagaimana didalilkan oleh Pemohon dalam permohonannya.

• Dalil permohonan mengenai adanya keterlibatan Bupati Pandeglang Hj. Irna Narulita terhadap pemenangan Calon Nomor Urut 2 (dua) atas nama Rizki Aulia Rahman Natakusumah yang direncanakan melalui Rapat Koordinasi Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Bawaslu Provinsi Banten menerangkan bahwa Bawaslu Kabupaten Pandeglang telah menerima laporan dugaan pelanggaran dengan nomor register laporan 01/LP/PL/KAB/11.06/II/2019 yang dilaporkan oleh Saudara Yandi Isnendi perihal keterlibatan OPD dalam Netralitas ASN. Bawaslu Kabupaten Pandeglang telah melakukan klarifikasi terhadap pelapor, saksi, dan terlapor serta telah dilakukan kajian, dugaan pelanggaran tersebut telah ditindaklanjuti ke instansi lain yaitu Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) dan ditembuskan kepada Bupati Pandeglang selaku Pejabat Pembina Kepegawaian. Terhadap penerusan rekomendasi Bawaslu tersebut, Komisi Aparatur Sipil Negara telah merekomendasikan kepada Bupati Pandeglang selaku Pejabat Pembina Kepegawaian untuk memberikan teguran keras kepada para terlapor.

• Adanya dugaan praktik Bawaslu Provinsi Banten memberi

(34)

33 politik uang yang

diberikan oleh dan/atau kepada seluruh jaringan Kepala desa se- Kabupaten Pandeglang yang menjadi salah satu dalil yang dimohonkan oleh pemohon

keterangan bahwa Bawaslu Kabupaten Pandeglang tidak pernah mendapatkan temuan dan/atau menerima laporan dugaan pelanggaran politik uang yang diberikan oleh dan/atau kepada seluruh jaringan Kepala Desa se-Kabupaten Pandeglang sampai ke Tingkat RW dan RT.

• Pemohon dalam permohonannya

menyebutkan adanya berbagai kegiatan kewilayahan Aparatur Kecamatan menggiring masyarakat BERIKRAR untuk mendukung dan memilih Calon Anggota Legislatif yang memiliki hubungan darah langsung dengan Bupati Pandeglang.

Bawaslu Provinsi Banten melalui Bawaslu Kabupaten Pandeglang menemukan dugaan pelanggaran Nomor 01/TM/PL/KAB/11.06/II/2019 dalam acara Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) di Kecamatan Cigeulis, Cimanggu, dan Cibaliung yang dihadiri oleh Saudara Dimyati Natakusumah (Calon Anggota DPR Daerah Pemilihan Banten I dari Partai Keadilan Sejahtera/

orangtua dari saudara Rizki Aulia Rahman Natakusumah). Terhadap temuan tersebut, Bawaslu Kabupaten Pandeglang telah melakukan klarifikasi terhadap penemu, saksi, dan terlapor serta telah melakukan kajian perihal dugaan tersebut. Temuan tersebut tidak ditindaklanjuti dikarenakan tidak memenuhi unsur pelanggaran, namun Bawaslu Kabupaten Pandeglang memberikan Rekomendasi untuk memberikan pembinaan terhadap Camat di 3 (tiga) wilayah tersebut.

• Pemohon mendalilkan adanya cacat prosedur (Error in Procedural), karena perolehan suara Calon Anggota Legislatif Nomor Urut 2 Rizki Aulia Rahman Natakusumah

Bawaslu Provinsi Banten menerangkan bahwa Bawaslu Kabupaten Pandeglang tidak pernah mendapat temuan dan/atau menerima laporan dugaan pelanggaran tentang keberpihakan Termohon baik secara sendiri-sendiri maupun bersama- sama dengan jajaran pemegang

(35)

34 diperoleh dari tindakan

penyalahgunaan

kewenangan yang dimiliki oleh Termohon selaku penyelenggara pemilu baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama yang diduga keras bersama dengan jajaran pemegang kekuasaan di Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang disinyalir memihak serta terlibat secara aktif untuk memenangkan Nomor Urut 2 Rizki Aulia Rahman Natakusumah

kekuasaan di Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang disinyalir memihak serta terlibat secara aktif untuk memenangkan Nomor Urut 2 Rizki Aulia Rahman Natakusumah.

• Pemohon dalam permohonannya

mendalilkan telah melayangkan Laporan Pengaduan kepada Bawaslu Provinsi Banten pada tanggal 16 Mei 2019 dan menurut Pemohon, laporan tersebut tidak ditanggapi oleh Bawaslu Provinsi Banten sehingga Pemohon melaporkan kepada Bawaslu RI yang diterima pada tanggal 23 Mei 2019

Bawaslu Provinsi Banten memberikan Keterangan bahwa benar dan telah menerima laporan pelanggaran Administrasi yang di register dengan Nomor

01/LP/PL/ADM/Prov/11.00/V/2019 tanggal 16 Mei 2019 dilaporkan oleh Saudari Vivi Sumantri Jayabaya melalui Kuasa Hukumnya Ferry Renaldy S.H.

Atas laporan dugaan pelanggaran tersebut Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan pemeriksaan pendahuluan pada tanggal 20 Mei 2019. Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan serangkaian sidang Administrasi secara terbuka untuk mendengarkan laporan pelapor, jawaban terlapor, pemberi keterangan, serta pemeriksaan bukti terhadap laporan pelanggaran

Administrasi Nomor

01/LP/PL/ADM/Prov/11.00/V/2019 yang

(36)

35 dilaporkan oleh Saudari Vivi Sumantri Jayabaya melalui Kuasa Hukumnya Ferry Renaldy S.H., dan Bawaslu Provinsi Banten memutuskan bahwa terlapor tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan perbuatan Pelanggaran Administratif Pemilu.

• Pemohon mendalilkan bahwa berdasarkan hasil penyandingan data Formulir Model C1- DPRD Kab/Kota dengan Formulir Model DAA1-

DPRD Kab/Kota

Pemohon terdapat selisih suara sebanyak 71 (tujuh puluh satu) suara di Kota Cilegon

Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan pengawasan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kota Cilegon Pemilihan Umum Tahun 2019, serta melakukan pengawasan tehadap Hasil Rekapitulasi Penghitungan perolehan suara pada setiap tingkatan Daerah Pemilihan I Kota Cilegon dan didalam Form A Pengawasan dinyatakan bahwa atas keberatan yang diterima oleh pihak KPU terhadap keberatan Partai Demokrat telah dilakukan pembukaan kotak suara dan C1 Plano dengan hasil tidak terbukti.

Sedangkan untuk hasil persandingan data Formulir Model DA1-DPRD Kab/Kota yang dimiliki Bawaslu Kota Cilegon dan Formulir Model DAA1- DPRD Kab/Kota partai Demokrat Daerah Pemilihan I Kota Cilegon pada masing- masing Kelurahan tidak ditemukan perbedaan angka sebagaimana didalilkan oleh pemohon dalam pokok permohonannya.

4.

PDIP

74-03- 16/PHPU.DPR- DPRD/XVII/2019

Pemohon dalam

permohonannya

mendalilkan telah terjadi penambahan perolehan suara Partai Gerindra dan pengurangan perolehan

• Bawaslu Provinsi Banten telah melakukan pengawasan terhadap Rekapitulasi di tingkat Kota Tangerang Selatan dan tidak ada keberatan yang dituliskan dalam Formulir Model DB2- KPU Pernyataan Keberatan Saksi atau

(37)

36 suara Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan.

Catatan Kejadian Khusus Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara di Tingkat Kabupaten/Kota Pemilihan Umum Tahun 2019, khususnya terkait Perolehan Suara PDIP dan perolehan suara Partai Gerindra di Daerah Pemilihan 1 Kota Tangerang Selatan.

Namun dalam proses rekapitulasi tersebut terdapat keberatan yang disampaikan oleh saksi PDIP mengenai adanya perbedaan perolehan suara tanpa dapat menunjukkan bukti, sehingga protes tersebut tidak dapat ditindaklanjuti.

• Bahwa Bawaslu Kota Tangerang Selatan mendapatkan laporan dari panitia pengawas pemilu Kecamatan Ciputat, perihal Salinan Formulir Model DAA1-DPRD Kab/Kota di masing- masing kelurahan di Kecamatan Ciputat tidak seketika diberikan kepada saksi partai politik dan Pengawas Pemilu setelah selesainya rekapitulasi di masing-masing kelurahan pada tingkat Kecamatan Ciputat.

• Dokumen Formulir Model DAA1-DPRD Kab/Kota di Kelurahan Cipayung telah terlebih dahulu beredar tanpa ditandatangani PPK dan saksi. Atas kejadian tersebut, Bawaslu Kota Tangerang Selatan melalui Panwaslu Kecamatan Ciputat meminta PPK Kecamatan Ciputat untuk menarik seluruh Dokumen Formulir Model DAA-1 yang telah diberikan kepada saksi partai dan diganti dengan yang telah ditandatangani. Selanjutnya Bawaslu Kota Tangerang Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi materi

Kelurahan Jomblang sendiri terdapat 12 warga yang ikut berpartisipasi dalam peningkatan SDM KSB di tahun 2015 (BPBD 2016). Bencana yang terjadi tidak hanya merusak

Potensi penghambatan dinyatakan dalam persen (%) penghambatan yang didapat dari selisih antara purata aktivitas pada konsentrasi tertentu propil p- benzoil-oksibenzoat dengan

Pasal 20 ayat (1) menyebutkan “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang”, Sedangkan Presiden hanya memiliki hak mengajukan

Melalui kegiatan pembelajaran Project Basic Learning, peserta didik diharapkan mampu untuk : 1) merancang proposal kegiatan pameran; 2) merancang gambar ruang untuk pemeran karya

Tabel 4 dan Gambar 11 menunjukkan kadar mineral dan vitamin B1 lebih tinggi dengan pemasakan menggunakan microwave dibandingkan dengan pengukusan namun kadar

Dilihat dari tingkat pendidikan, sosial ekonomi kedua informan tersebut sudah mencapai tahap menengah dimana diharapkan ketiga informan tersebut memperoleh kesempatan untuk

Gambar 2 menunjukkan perubahan konsentrasi MB ketika larutan berkontak dengan katalis baik ketika ada ataupun tanpa peroksida.. A) Perubahan konsentrasi MB dalam larutan selama