• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. diakui bahwa telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. diakui bahwa telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tentang ekowisata dan strategi pengembangan daya tarik wisata diakui bahwa telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Wall (1999) tentang Ecotourism: Change, Impacts, and Opportunities yang dimuat dalam jurnal The Ecotourism Equation : Measuring The Impacts. Geoffrey Wall menyebutkan bahwa ecotourism is an agent of change. bahwa Pengukuran atas dampak pariwisata penuh dengan tantangan dalam menilai dampak secara umum dan pariwisata secara khususnya. Oleh sebab itu disarankan agar informasi yang tepat lebih bermanfaat daripada ukuran rangkuman dan indikator pengukuran dan karakteristiknya. Demikian pula dengan penelitian dampak pariwisata tidak bersifat komulatif karena adopsi paradigma penelitian yang tidak tepat dan tidak memadai karena tidak memperhatikan konteks dimana dampaknya terjadi. Perspektif yang luas melibatkan indikator ekonomi, lingkungan, dan sosial penting untuk diperhatikan dan informasi yang banyak sangat berguna untuk menunjukkan daya dukung dan manfaat.

Menurut BarkauskienedanSnieska (2013), tentang “Ecotourism as an integral part of sustainable tourism development” menyebutkan bahwa ekowisata

sebagai salah satu jenis pariwisata yang paling cepat berkembang di dunia.

Ekowisata sebagai alat pembangunan berkelanjutan memberikan manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi jangka panjang dan merupakan prioritas tepat dalam

(2)

pembangunan ekonomi negara. Lebih lanjut Barkauskiene dan Snieska menyebutkan bahwa aspek utama pariwisata adalah ekonomi, ekologis, sosial dan budaya. Aspek politik dan perubahan pemasaran juga mempengaruhi pengembangan pariwisata. Mereka menegaskan bahwa unsur-unsur utama yang terlibat dalam pengembangan ekowisata yakni penghormatan terhadap integritas ekosistem, partisipasi lokal dan peluang ekonomi bagi masyarakat setempat. Hasil analisis mereka SWOT menunjukkan bahwa ekowisata tidak hanya memiliki banyak keunggulan di Lithuania yang memungkinkannya berhasil, akan tetapi juga kekurangan yang menghambat pengembangan ekowisata. Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian besar ancaman dapat memberikan pengembangan perspektif ekowisata di Lituania. Namun menjelajahi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ekowisata dengan analisis SWOT ekotourisme di Lituania menunjukkan arah pariwisata di Lithuania tapi juga di pasar pariwisata internasional.

Penelitian ekowisata yang dilakukan di Puerto Riko oleh Hall dan Day (2011) yang dimuat dalam Journal of Cave and Karst Studies, menyebutkan bahwa ekowisata dan berbasis alam landscape karst yakni sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup, drainase permukaan, dan gua yang sering difokuskan di kawasan lindung dan signifikan baik secara ekonomi maupun potensi dampak. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa lima negara persemakmuran memiliki kars di dalam hutan di Puerto Riko merupakan fokus utama ekowisata karena mudah di akses dan memiliki sumber penting rekreasi, dampak rendah dan pendidikan.

(3)

Penelitian lain yang telah dilakukan tentang strategi pengembangan pariwisata misalnya, yang dilakukan Budiarta (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng-Bali”. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan meliputi: 1) strategi pengembangan produk wisata budaya, diimplementasikan melalui program- program seperti mengembangkan dan menciptakan berbagai macam atraksi wisata budaya dan melestarikan keaslian daya tarik wisata budaya yang ada; 2) strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan melalui program menjaga keamanan daya tarik wisata budaya yang ada oleh masyarakat dan petugas dari kepolisian; 3) strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata. Strategi ini diimplementasikan dengan program menyediakandan memelihara fasilitas kamar mandi atau toilet, fasilitas parkir, memperbaiki jalan alterrnatif dari Desa Sawan menuju Desa Pegayaman, menyediakan fasilitas akomodasi, menyediakan fasilitas rumah makan, dan membangun pasar seni; 4) strategi promosi dilakukan dengan memperluas pangsa pasar ke Asia, Australia, Amerika Serikat dan Afrika. Mendirikan touristinformation services (TIS) di sekitar Pura Beji. Bekerjasama dan melakukan promosi ke BPW agar daya tarik wisata tersebut dimasukkan dalam program wisata (tour itinerary). 5) Strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, dilakukan lewat program memberikan pelatihan dan penyuluhan pariwisata kepada masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budiarta tentang strategi pengembangan pariwisata budaya yang dimiliki Desa Sangsit memiliki kesamaan

(4)

dengan penelitian ini, perbedaannya adalah penelitian Budiarta dilakukan pada objek wisata yang luas dan berfokus pada keberagaman potensi yang dimiliki berupapura. Sementarapenelitian ini berlokasi pada objek yang akan dikembangkan membahas strategi ditinjau dari aspek 4A dari pariwisata dan mengetahui upaya pemerintah dalam pengembangan bird watchingsebagai daya tarik wisata di Kampung Isyo Rhepang Muaif Distrik Nimbokrang Kabupaten Jayapura.

Hasil penelitian tesis Darsana (2011) tentang “Kepariwisataan Pulau Nusa Penida. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daya tarik wisata kondisi lingkungan internal dan eksternal serta merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata kawasan Barat Pulau Nusa Penida. Metode analisis yang digunakan adalah analisis matriks IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary) serta analisis matriks

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa potensi wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida yang dapat dikembangkan adalah potensi keindahan alam seperti pantai dengan hamparan pasir putihdan pemandangan bawah laut wisata religi dan spiritual serta pembudidayaan rumput laut. Pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida berada pada posisi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisisnyalingkungan internal dan eksternal pariwisata kawasan barat Pulau Nusa Penida menggunakan Strategi SO (Strength Opportunity) adalah strategi pengembangan daya tarik wisata (melalui program penataan kawasan pariwisata inventarisasi daya tarik wisata serta kenyamanan

(5)

dan keamanan berwisata) Strategi ST (Strength Threat)adalah strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan (melalui program peningkatan kualitas lingkungan kualitas kehidupan sosial budaya peningkatan perekonomian masyarakat). Strategi WO (Weakness Opportunity) adalah strategi pengembangan promosi (melalui program promosi dan pengadaan tourist information center) dan strategi WT (Weakness Threat) dengan strategi pengembangan sumber daya manusia dan pembentukan lembaga pengelola pariwisata.

Penelitian Rero (2011) tentang pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Pengembangan wisata spiritual merupakan suatu peluang untuk menambah khasanah daya tarik wisata di Kota Larantukademi pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi Kota Larantuka, menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan menentukan strategi pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kekuatan kota Larantuka meliputi keindahan alam keanekaragaman flora dan fauna terletak di ibu kota kabupaten kedekatan dengan pelabuhan kualitas jalan yang baik posisi objek wisata yang sangat strategis kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct). Kelemahan kota Larantuka meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan kurang ketersediaan angkutan wisata kurangnya sarana pariwisata kurang tersedianya lahan parker masih minimnya fasilitas toilet untuk umum kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima belum adanya pengelola daya tarikbelum maksimalnya upaya promosi belum tersedianya Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal

(6)

Eksternal (IE) diketahui bahwa posisi lingkungan internal dan eksternal kota Larantuka adalah pada sel V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan adalah pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah). Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa empat strategi alternatif yang relevan diterapkan adalah strategi pengembangan produk strategi pengembangan promosi strategi pariwisata berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

2.2 KonsepEkowisata

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) yaitu ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata

ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan agar daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya juga tetap terjaga.

Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia (Fandeli, 2000).

Ekowisata adalah bentuk pariwisata yang sangat dekat dengan prinsip pelestarian lingkungan. Dalam mengembangkan strategi ekowisata ini digunakan pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan. Dengan demikian ekowisata sangat layak dalam pengelolaan kesinambungan dari ekosistem. Secara langsung maupun

(7)

tidak langsung, aktivitas ekowisata juga memainkan peran yang signifikan dalam upaya melindungi dan mengelola habitat dan spesies alami yang dijumpai didalamnya, dan menciptakan manfaat ekonomi untuk komunitas di sekitarnya (Butarbutar et al. , 2013).

2.3 Daya Tarik Wisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 menjelaskan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yangmemiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuankunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata merupakan suatu tempat yang menarik yang menjadi tempat kunjungan wisatawan. Tempat tersebut mempunyai sumber daya baik alamiah maupun buatan manusia seperti keindahan alam pegunungan pantai flora dan fauna bangunan kuno bersejarah monumen-monumen candi-candi, tarian, atraksi, dan kebudayaan khas lainnya. Menurut Yoeti (2006:55-56) daya tarik wisata dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut:

1. Daya tarik wisata alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai, dan pemandangan alam lainnya.

2. Daya tarik wisata dalam bentuk bangunan, yang meliputi arsitektur bersejarah dan modern, peninggalan arkeologi, lapangan golf, toko dan tempat-tempat perbelanjaan lainnya.

3. Daya tarik wisata budaya, yang meliputi sejarah, foklor, agama, seni, teater, hiburan, dan museum.

(8)

4. Daya tarik wisata sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat, bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilitas, dan pelayanan masyarakat.

Daya tarik wisata alam yaitu daya tarik wisata berupa keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam yang meliputi: 1) lingkungan perairan laut berupa bentang darat pantai, bentang laut, kolam air, dan dasar laut, 2) lingkungan perairan darat; dan 3) lingkungan hutan pegunungan dengan flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Daya tarik wisata alam yaitu, gua, pantai, danau, gunung, taman laut, taman nasional, taman wisata alam, hutan raya, air terjun, dan lain sebagainya. Daya tarik wisata budaya adalah hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya meliputi peninggalan sejarah berupa bangunan atau artefak yang memiliki nilai sejarah dan keunikan tertentu, maupun daya tarik wisata budaya etnik dan tradisi masyarakat, yang merupakan aktivitas, adat dan tradisi khas yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu entitas masyarakat. Daya tarik wisata budaya antara lain, situs purbakala, candi, perkampungan tradisional yang memiliki adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas. Daya tarik wisata buatan manusia adalah daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artificial dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan budaya. Daya tarik wisata buatan antara lain taman hiburan dan rekreasi, kawasan pariwisata atau resort terpadu, spa dan wellnesscentre, dan pemandian air panas.

Daya tarik wisata juga memiliki beberapa komponen sebagaimana yang diutarakan oleh Damanik dan Weber (2006:13) bahwa daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat hal yakni, memiliki keunikan, orisinalitas, otentisitas,

(9)

dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orisinalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentisitas mengacu pada keaslian. Bedanya dengan orisinalitas adalah otentisitas lebih sering dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata.

Otentisitas merupakan kategori nilai yang memadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja.

2.3.1 Destinasi Pariwisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa destinasi pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata kawasan geografis berada dalam satu atau lebih wilayah administratif. Di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Suwena dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Dasar Pariwisata mendefinisikan destinasi pariwisata merupakan tempat dimana segala kegiatan pariwisata bisa dilakukan, dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata, perlu ada unsur pokok yang harus mendapat perhatian, agar wisatawan bisa tenang, aman, dan nyaman pada saat berkunjung. Unsur pokok penting dalam meningkatkan pelayanan bagi wisatawan sehingga wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi. Adapun unsur pokok tersebut antara lain daya tarik wisata

(10)

prasarana wisata sarana wisata tata laksana atau infrastruktur dan masyarakat atau lingkungan.

Suatu destinasi pariwisata hendaknya memenuhi beberapa syarat yaitu (a) ketersediaan sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (b) sesuatu yang dapat dilakukan (something to do); dan (c) sesuatu yang dapat dibeli (something to buy) (Suwena, 2010:85). Perkembangan spektrum pariwisata yang makin luas menyebabkan syarat tersebut perlu ditambah yaitu: (d) sesuatu yang dinikmati yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa wisatawan dan (e) sesuatu yang berkesan sehingga mampu menahan wisatawan dalam waktu yang lebih lama atau merangsang kunjungan ulang.

2.3.2 Komponen Destinasi Pariwisata

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita sehari-hari. Wisatawan membutuhkan makan dan minum tempat menginap serta alat transportasi yang membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan tersebut daerah tujuan wisata harus didukung oleh empat komponen utama atau yang dikenal dengan istilah “4A” Cooper (1993) sebagai berikut.

(11)

1. Atraksi (attraction)

Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah.

Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat menikmati keindahan alam menyaksikan budaya yang unik atau mempelajari sejarah daerah tersebut.

Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (tourismresources). Ada tiga modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu: 1) NaturalResources (alami) seperti iklim gunungdanau pantai hutan dan bukit 2) atraksi wisata budaya seperti:

arsitektur rumah tradisional di desa situs arkeologi benda-benda seni dan kerajinan ritual atau upacara budaya festival budaya kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari keramahtamahan, makanan dan 3) atraksi wisata buatan seperti: acara olahraga berbelanja pameran konferensi dan festival musik.

2. Fasilitas (amenities)

Secara umum pengertian fasilitas adalah segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah:

a) usaha penginapan (accommodation) seperti: hotel, losmen, guesthouse, homestay, dan vila;

(12)

b) usaha makanan dan minuman seperti: restoran, warung, bar dan café;

c) transportasi dan infrastruktur.

3. Aksesibilitas (access)

Aksesibilitas berhubungan dengan mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau daerah tujuan wisata yang diinginkannya. Akses berkaitan dengan infrastruktur transportasi seperti lapangan udara terminal bus, kereta api, jalan tol termasuk di dalamnya teknologi transportasi yang mampu menghemat waktu dan biaya untuk menjangkau daerah tujuan wisata. Di sisi lain akses diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain.

Tanpa adanya kemudahan transferabilitas tidak akan ada pariwisata.

4. Pelayanan tambahan (ancillaryservice)

Pelayanan tambahan (ancillaryservice) disebut juga pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah di daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan tambahan yang disediakan adalah pemasaran pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik dan telepon) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dengan peraturan perundang-undangan, baik di daerah tujuan wisata maupun di jalan raya.

Keempat komponen tersebut, merupakan daya tawar untuk menarik minat wisatawan melakukan suatu kunjungan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwena, 2010:85)

(13)

Selain ke empat komponen dari destinasi pariwisata terdapat juga satu prinsip dari komponen pariwisatayaitu CBT (Comunitty Based Tourism). Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip- prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dan dampak pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah penerapan Community Based Tourism (CBT) sebagai pendekatan pembangunan. Definisi CBT yaitu: 1) bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata 2) masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan 3) menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Suansri (2003:14) dalam jurnal Nurhidayati (2007) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungansosial dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan Atau alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

(14)

Berdasarkan konsep tersebut dapat ditemukan benang merah konsep suatu daya tarik wisata yang memiliki potensi. Potensi tersebut dapat di lihat dari komponen destinasi pariwisata.

2.3.3 Konsep Strategi

Rangkuti (2001:3-4) telah menghimpun beberapa pengertian strategidi antaranya sebagai berikut.

1. Chandler (1962) menyatakan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya.

2. Learned Christensen Andrews dan Guth (1965) mengatakan bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada

3. Hamel dan Prahalad (1995) menyatakan strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (bersifat meningkat) terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudat pandang, tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi.

2.4 Landasan Teori

Dalam menganalisis pengembangan bird watching sebagai daya tarik wisata di Kampung Isyo Rhepang Muaif kabupaten Jayapura terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penentuan strategi pengembangan

(15)

yang sesuai. Berikut ini akan dikemukakan teori-teori yang memiliki relevansi dalam penelitian ini.

2.4.1 Teori Partisipasi

Keberhasilan pengembangan sebuah daya tarik wisata sangat tergantung dari berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya dukungan atau partisipasi masyarakat lokal dimana daya tarik wisata tersebut dikembangkan. Keterlibatan masyarakat lokal dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa pengembangan sebuah daya tarik wisata dari oleh dan untuk masyarakat.

Partisipasi sebagai proses aktif mengandung arti orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan suatu hal. Mardikanto (2003:237) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan tanggung jawab dan manfaat.

Pitana (2002:56) mendefinisikan partisipasi tidak hanya kontribusi tenaga waktu dan materi lokal secara cuma-cuma, untuk mendukung berbagai program dan proyek pembangunan melainkan keterlibatan secara aktif dalam setiap proses.

Peran aktif yang dimaksudkan mulai dari perencanaan penentuan rancangan pelaksanaan sampai dengan pengawasan dan penikmatan hasil bagi masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata. Partisipasi dari masyarakat lokal digambarkan sebagai peluang masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang pada masyarakat untuk

(16)

memobilisasi kemampuan mengelola sumber daya membuat keputusan dan melakukan kontrol terhadap kegiatan yang mempengaruhi hidupnya.

Pendekatan partisipatif adalah semua metode yang dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk aktif dan berkontribusi dengan adil terhadap kemampuan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dirinya agar masyarakat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan kemampuan apa yang dimiliki.

Partisipasi masyarakat lokal mutlak diperlukan dalam rangka menentukan arah pengembangan sebuah daerah tujuan wisata membantu memberdayakan sumber daya masyarakat dengan memberikan pekerjaan atau lapangan kerja dan sebagai lembaga kontrol terhadap eksploitasi sumber daya alam dan budaya masyarakat lokal secara berlebihan.

Menurut Apsari (2005) konsep partisipasi dalam pengelolaan berkelanjutan masyarakat dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhannya.

Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk pariwisata harus dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat dalam bentuk: 1).

peningkatan kesempatan kerja 2). diversifikasi kegiatan ekonomi masyarakat setempat 3). meningkatkan pasar untuk produk-produk mereka dan 4).

memperbaiki infrastruktur.

Pretty’s Typology of Participation Scheyvens dalam Kusuma Dewi (2012:25) secara umum mengemukakan tentang dua jenis partisipasi antara lain sebagai berikut.

(17)

1). Partisipasi Pasif (passive participation). Masayarakat dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan dirancang dan dikontrol oleh orang lain atau pihak lain. Apabila dikaitkan dengan masyarakat dalam aspek pariwisatapartisipasi ini ditandai dengan minimnya keterlibatan masyarakat dalam proses kegiatan pariwisata di daerah pembangunan pariwisata serta kurangnya kontrol masyarakat atas perkembangan pariwiwisata di daerah tersebut. Keterlibatan masyarakat terbatas hanya sebagai pelaku kegiatan pariwisata bukan sebagai perancang dan pengawas atau pengontrol.

2). Partisipasi aktif (active participation) yaitu proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari pemasalahan yang dihadapi dengan melakukan suatu perencanaan pengelolaan sampai pada tahap pengawasan. Dalam aspek pariwisata ditunjukkan dengan mudahnya masyarakat lokal mendapat informasi tentang pembangunan pariwisata di daerahnya, dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan pariwisata dengan memperhatikan sumber daya yang mereka miliki.

Teori partisipasi digunakan untuk membedah rumusan masalah nomor dua, mengenai partisipasi stakeholders dalam pengembangan bird watching sebagai daya tarik wisata di kabupaten Jayapura.

Melalui teori partisipasi penelitian ini dapat menjelaskan peran pemerintah Kabupaten Jayapura dan partisipasi masyarakat kempung Rhepang Muaif. Fungsi manajemen yang telah dilakukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pengevaluasian. Oleh karena itu penelitian ini dapat

(18)

menemukan jenis peran pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan bird watching sebagai daya tarik wisata.

2.4.2 Teori Pengembangan Pariwisata

Strategi merupakan suatu proses penentuan nilai pilihan dan pembuatan keputusan dalam pemanfaatan sumber daya yang menimbulkan suatu komitmen bagi organisasi yang bersangkutan kepada tindakan-tindakan yang mengarah pada masa depan (Marpaung, 2000:52).

Menurut Hatten (1998) dalam Salusu (1998:7), menyatakan konsep strategi selalu memberikan perhatian serius terhadap perumusan tujuan dan sasaran organisasi. Sedangkan, Amirullah (2004:4) juga menyatakan bahwa strategi sebagai suatu rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Rencana dalam mencapai tujuan tersebut sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal perusahaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2005:538), mendefinisikan pengembangan sebagai suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna, sehingga pengembangan merupakan suatu proses/ aktivitas memajukan sesuatu yang dianggap perlu untuk ditata sedemikian rupa dengan meremajakan atau memelihara yang sudah berkembang agar menjadi menarik dan lebih berkembang.

Menurut Suwantoro (2002:88-89), pengembangan adalah memajukan dan memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Lebih lanjut, Suwantoro

(19)

memaparkan mengenai prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan, yaitu:

1) Harus dibantu oleh proses perencanaan dan partisipasi masyarakat.

2) Harus ada kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial budaya dan masyarakat.

3) Hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola sedemikian rupa sehingga lingkungan lestari untuk jangka panjang.

4) Aktivitas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang tidak dapat diterima oleh masyarakat.

5) Pengembangan pariwisata tidak boleh tumbuh terlalu cepat dan berskala kecil atau sedang.

6) Pada lokasi harus ada keharmonisan antara hubungan wisatawan, tempat dan masyarakat setempat.

7) Keberhasilan pada setiap aktivitas tergantung pada keharmonisan antara pemerintah, masyarakat setempat dan industri pariwisata.

8) Pendidikan yang mengarah pada sosio-cultural pada setiap tingkatan masyarakat yang berkaitan dengan aktivitas pariwisata, termasuk juga perilaku wisatawan harus serius diorganisasikan.

9) Peraturan perundang-undangan yang secara pasti melindungi budaya harus dikeluarkan dan dilaksanakan sekaligus merevitalisasinya.

10) Investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kebiasaan, norma dan nilai tempat. Sedangkan hal-hal yang menimbulkan dampak negatif dihindarkan dan dampak positifnya dimanfaatkan.

(20)

Yoeti (1997:104), memaparkan pengembangan pariwisata pada suatu daerah memiliki tiga tujuan utama, yaitu :

1) Pengembangan perekonomian daerah, yakni pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan keuntungan dan manfaat bagi masyarakat banyak.

2) Pengembangan pariwisata juga bersifat non ekonomis, yakni dengan majunya pembangunan dan pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata, hasrat dan keinginan masyarakat setempat untuk memelihara semua aset wisata yang ada di daerah itu semakin meningkat, sehingga suasana yang nyaman, bersih dan indah serta lingkungan yang terpelihara akan memberikan kesenangan dan kepuasan bagi wisatawam yang mengunjungi daerah itu.

3) Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata juga untuk meningkatkan penerimaan suatu negara, mendorong pembangunan daerah, mengenal sikap dan budaya orang lain (wisatawan) sehingga terjalin interaksi antara masyarakat dengan para wisatawan, juga terpadunya antara pemerintah, badan usaha dan masyarakat dalam mengelola potensi pariwisata.

Menilik beberapa konsep tersebut, yang dimaksud dengan strategi pengembangan pariwisata dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan rencana atau upaya yang bersifat komprehensif dan terpadu untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan pada suatu daya tarik wisata. Proses ini diawali dengan perencanaan yang matang dan bersifat holistik dengan

(21)

memperhatikan berbagai potensi dan kondisi riil setempat sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam mengembangkan potensi bird watchingmenjadi suatu daya tarik wisata yang berbasis ekowisata.

2.5 Model Penelitian

Kampung Isyo Rhepang Muaif memiliki potensi ekowisata yaitu flora dan fauna endemik, asli ciri khas daerah Nimbokrang. Tetapi dengan pola hidup masyarakat Kampung Isyo Rhepang Muaif yang bergantung terhadap hutan dan dengan mata pencaharian sebagai petani tradisional dengan ladang berpindah membuat masyarakat Kampung menebang hutan yang menjadi habitat flora dan fauna endemik. Oleh karena itu menjadi suatu ancaman terhadap kerusakan lingkungan dan musnahnya flora dan fauna endemik. Untuk itu diperlukan suatu pengembangan ekowisata dalam mendukung pelestarian lingkungan. Dengan adanya persepsi dari masyarakat dan wisatawan terhadap pengembangan ekowisata diharapkan dapat membuat suatu strategi pengembangan ekowisata dalam mendukung pelestarian lingkungan di Kampung Isyo Repang Muaif dengan menggunakan Analisis SWOT. Kemudian dari hasil penelitian ini bisa memberikan rekomendasi bagi pemerintah dan masyarakat.

Dampak Ekonomi:

Meningkatnya wisatawan di dunia untuk menikmati wisata alam menyebabkan berbagai pihak tidak saja berupaya mengelola pariwisata alam

(22)

namun tujuan panjangnya adalah bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat lokal agar kesejahtraan mereka meningkat dan berkelanjutan. Bagi masyarakat Kabupaten Jayapura, aktivitas atraksi wisata bird watchingdi Kampung Isyo Rhepang Muaif, kecamatan Nimbokrang Kabupaten Jayapura akan menumbuhkan lapangan kerja mulai dari pelayanan hotel, restoran, cendera mata, perencanaan perjalanan, dan pramuwisata (tour guide). Namun, masih minimnya pengembangan sumber daya, keterlibatan masyarakat terutama dalam menyediakan akomodasi, berperan dalam moda transportasi di dalam kegiatan wisata ini menjadikan program ini tidak belum bermamfaat banyak bagi peningkatan perekonomian masyrakat. Padahal sektor pariwisata adalah merupakan salah satu leading sektor dan tumpuan bagi upaya peningkatan kesejahtraan penduduk di kampung Isyo Rhepang Muaif kecamatan Nimbokrang Kabupaten Jayapura. Sehingga perlu ditata ulang merencanakan kawasan ini agar masyrakat dapat berperan lebih banyak seperti misalnya dalam penyediaan akomodasi, kuliner, transportasi dan yang lainnya.

Potensi pengembangan atraksi wisata bird watchingdi kampung Isyo Rhepang Muaif, kecamatan Nimbokrang, Jaya Pura belum berjalan optimal.

Sehingga sasaran sosial pengembangan pariwisata adalah upaya meningkatkan penerimaan devisa, memperluas kesempatan kerja dan dapat memberi sumbanganyang berarti bagi kesejahteraan rakyat juga belum dapat dilaksanakan.

Peneglolaan sumber daya masih minim, kemampuan SDM masih rendah dan program kegiatan ini juga tidak banyak melibatkan dunia pendidikan sehingga program ini terasa asing dan terancam ketidakberlanjutan bagi generasi

(23)

mendatang. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi keberlanjutan progam ini untuk mendatang. Padahal melalui pariwisata, tidak saja ekonomi masyrakat yang akan meningkat, tapi perbaikan kehidupan sosial masyarakat seperti pendidikan, kesehatan juga berpeluang untuk ditingkatkan kualitasnya.

Untuk melakukan kajian terhadap masalah ini aspek-aspek yang menjadi kendala perlu dikaji yaitu aspek lingkungan eksternal dan internal terhadap pengembangan bird watching sebagai daya tarik wisata. Sebuah kawasan memiliki lingkungan yang dapat dipisahkan menjadi lingkungan bagian dalam yang disebut lingkungan internal dan lingkungan bagian luar kawasan yang disebut lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) dan lingkungan eksternal merupakan peluang (opportunity) dan ancaman (treath) Berikut bagan model penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2. 1

(24)

Gambar 2. 1.

Model Penelitian Kepariwisataan Kabupaten

Jayapura

Sosial Budaya

Ecotourism atau Bird Watching

KONSEP 1. Daya Tarik Wisata 2. Destinasi Pariwisata 3. Komponen Destinasi 4. Konsep Strategi

TEORI 1. Teori Partisipasi 2. Teori Pengembangan

Apa Potensi bird watching?

Bagaimana Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jayapura?

Bagaimana Strategi Pengembangan bird watching?

Analisis SWOT

Kearifan Lokal Sumber Daya Alam

(25)

Simpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 2.2 tentang model penelitian dapat dijelaskan bahwa topik mengenai ekoleksikon nijo pada guyub tutur Lio-Flores dalam pengobatan tradisional,

Dari segi kelembagaan, kegiatan arisan amal ini dibentuk dengan cara paguyuban untuk mengikat anggota arisan, dan sistem yang dijalankan menyerupai bank dan

Berikut hasil rekapitulasi kuisioner tertutup kepentingan atribut untuk Kipas angin KAD-927 PL dapat dilihat pada tabel 4.5.. Tabel 4.5 Rekapitulasi Kuesioner

Meskipun kami baru saja berdiri dibandingkan dengan para pesaing kami, Rukama Creative Studio berusaha memberikan pengalaman baru bagi para klien dimana kita

Dalam upaya mewujudkan visi dan misi dinas, pada tahun 2014 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang telah menyelesaikan berbagai kegiatan, paling tidak dalam kerangka

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak perlu didesain agar menarik dan memenuhi fungsinya sebagai sarana untuk bermain dan belajar bagi anak. Kegiatan pembelajaran di TK perlu

Aplikasi “Aplikasi Pembelajaran Sandi Morse”berbasis android dibuat melalui tahap analisis yaitu dengan menggunakan analisis kebutuhan dan analisis kelayakan, setelah

Penelitian Laksminy menjelaskan strategi transfer bahasa dari orang tua kepada anak, bahasa mana yang akan dipilih dalam lingkungan keluarganya, namun dalam