• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN. responden berupa jenis kelamin dalam penelitian ini tidak diuji.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN. responden berupa jenis kelamin dalam penelitian ini tidak diuji."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

F. Karakteristik Responden 1. Usia

Usia pada penelitian ini dibatasi untuk pekerja yang berusia lebih dari 40 tahun saja, karena menurut Hardjana (1994) dalam Sulistyorini (2014) menyatakan bahwa pekerja yang berumur dibawah 40 tahun lebih banyak mengalami stres kerja dari pada pekerja yang berumur diatas 40 tahun.

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini responden dibatasi untuk pekerja berjenis kelamin laki-laki saja, karena menurut Lahey (2004) dalam Sulistyorini 2014), menyatakan bahwa wanita rata-rata rentan menghadapi stres dibandingan pria. Jenis kelamin dalam penelitian ini sudah homogen dan sudah cukup untuk mengurangi bias, maka dari itu karakteristik responden berupa jenis kelamin dalam penelitian ini tidak diuji.

G. Analisis Univariat 1. Kelelahan Kerja

Berdasarkan pengukuran dan pengolahan data yang telah dilakukan, pekerja yang memiliki tingkat kelelahan berat (>580,0) sebanyak 4 orang, tingkat kelelahan sedang (410,0-580,0) sebanyak 28 orang, dan tingkat kelelahan ringan (240,0-410,0) sebanyak 4 orang serta

(2)

commit to user

tidak terdapat responden yang memiliki tingkat kelelahan normal (150,00- 240,0). Responden pada penelitian ini paling banyak pada kategori kelelahan kerja sedang. Berdasarkan karakteristik seluruh responden berjenis kelamin laki-laki, Suma’mur (2009) berpendapat bahwa laki-laki memiliki kekuatan kerja otot yang lebih dibandingkan dengan perempuan, namun berdasarkan karakteristik usia responden, seluruh responden berusia diatas 40 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh,dkk (2014), diketahui bahwa pada usia diatas 40 tahun cenderung mengalami kelelahan kerja yang diikuti dengan menurunnya kemampuan organ sehingga menyebabkan pekerja akan semakin mudah mengalami kelelahan kerja. Melihat hal ini, sebaiknya perusahaan memberlakukan istirahat yang cukup serta menyediakan air minum kepada para pekerja.

2. Masa Kerja

Berdasarkan pengambilan dan pengolahan data yang dilakukan, responden dengan masa kerja baru (<6 tahun) sebanyak 1 orang (2,8%), masa kerja sedang (6-10 tahun) sebanyak 7 orang (19,4%), dan masa kerja lama (>10 tahun) sebanyak 28 orang (77,8%). Masa kerja memiliki pengaruh yang penting dalam memicu munculnya stres kerja, menurut Boediono dkk (2003) masa kerja dapat berpengaruh terjadinya stres kerja terhadap para pekerja apabila masa kerja semakin lama.

3. Stres Kerja

(3)

commit to user

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, sebanyak 13,9% pekerja mengalami stres kerja rendah (140-175), 61,1% pekerja mengalami stres kerja sedang (105-139), 25% pekerja mengalami stres kerja tinggi (70-104) dan tidak terdapat pekerja yang mengalami stres kerja sangat tinggi (35-69). Pengukuran stres kerja dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Health and Safety Executive (2003) dengan menggunakan skala likert, sehingga hasil dari pengukuran tingkat stres kerja semakin rendah skor stres kerja maka seseorang tersebut akan mengalami tingkat stres kerja yang semakin tinggi. Tingkat stres kerja pada pekerja yang berbeda ini disebabkan karena adanya beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Responden pada penelitian ini paling banyak pada kategori stres kerja sedang. Berdasarkan karakteristik responden berusia diatas 40 tahun, Hardjana (1994) dalam Sulistyorini (2014) berpendapat bahwa pekerja yang berusia dibawah 40 tahun lebih banyak mengalami stres kerja dibandingkan pekerja yang berusia diatas 40 tahun, karena semakin bertambah usia seseorang akan lebih mudah untuk menurunkan tingkat stres kerja, namun dengan adanya pekerja yang memiliki masa kerja lama dengan pekerjaan yang monoton akan berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja (Boediono dkk, 2003). Stres kerja yang tinggi dapat menimbulkan efek negatif yang secara potensial berbahaya (Hakim &

Sugiyanto,2016). Menurut Anoraga (2009), stres kerja akan berdampak seperti pekerja mogok bekerja, masuk kerja dengan keadaan lesu, sering

(4)

commit to user

terjadi konflik dengan pimpinan atau dengan sesama pekerja. Stres kerja juga dapat menimbulkan reaksi terhadap tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan penyakit psikis, kecelakaan kerja, hingga gangguan jiwa, maka dari itu perlu adanya program pencegahan stres akibat kerja dengan melakukan berbagai pendekatan (Roestam, 2003). Pencegahan stres kerja yang dapat dilakukan di perusahaan antara lain dengan mengadakan relaksasi serta pemberian reward.

H. Analisis Bivariat

1. Hubungan Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja

Hasil uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja diperoleh hasil (p-value = 0,027) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan stres kerja. Nilai koefisien korelasi adalah -0,368 yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan yang rendah antara kelelahan kerja dengan stres kerja serta menunjukkan bahwa adanya tingkat hubungan negatif yaitu berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil nilai variabel lainnya, sehingga semakin besar nilai kelelahan kerja maka semakin kecil nilai stres kerja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelelahan kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan stres kerja, pekerja yang mengalami kelelahan tinggi diikuti dengan skor stres kerja yang menurun.

Hal ini terjadi karena pengukuran stres kerja dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Health and Safety Executive (2003) dengan

(5)

commit to user

menggunakan skala likert, semakin rendah skor stres kerja maka tingkat stres kerja semakin tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kelelahan kerja maka pekerja tersebut akan semakin mengalami stres kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih (2012), dengan hasil yang signifikan (p-value = 0,008) bahwa semakin tinggi tingkat kelelahan kerja maka stres kerja semakin meningkat. Salah satu risiko kelelahan kerja adalah timbulnya stres akibat kerja. Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh manusia (Adila,2010).

Hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja menunjukkan hasil yang rendah, hal ini dikarenakan pekerja yang bekerja di bagian produksi PT Danar Hadi Surakarta memiliki hubungan dalam pekerjaan yang baik, sehingga pekerja yang mengalami kelelahan tinggi dengan adanya hubungan yang baik akan menurunkan tingkat stres kerja mereka.

Menurut Munandar (2008), hubungan yang tidak baik antar organisasi kerja merupakan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya stres di tempat kerja.

2. Hubungan Masa Kerja dengan Stres Kerja

Hasil uji korelasi Pearson untuk menguji hubungan masa kerja dengan stres kerja menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja dengan (p-value = 0,037). Nilai koefisien korelasi adalah -0,349 yang menunjukkan bahwa tingkat hubungan yang

(6)

commit to user

rendah serta menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif yaitu berlawanan arah, semakin besar nilai satu variabel maka semakin kecil nilai variabel lainnya, sehingga semakin besar nilai masa kerja maka semakin kecil nilai stres kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiyanto dan Pratiwi (2011), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan stres kerja dengan p-value = 0,019.

Hasil pengukuran stres kerja dalam penelitian ini menggunakan kuesioner Health and Safety Executive (2003) dengan menggunakan skala likert, semakin rendah skor stres kerja maka tingkat stres kerja semakin tinggi. Sehingga dapat diketahui bahwa pekerja dengan masa kerja yang lama akan cenderung mengalami stres kerja yang tinggi hal ini disebabkan karena kemungkinan pekerja yang bekerja terlalu lama akan mengalami kebosanan akibat pekerjaan yang monoton. Hal ini didukung dengan penelitian Ibrahim (2016), yang menyatakan bahwa masa kerja pekerja yang semakin lama akan dapat menimbulkan stres kerja karena rutinitas kerja yang selalu monoton. Menurut Boediono dkk (2003), semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin menimbulkan kebosanan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atiqoh dkk (2014) bahwa semakin lamanya bekerja akan berpengaruh terhadap mekanisme dalam tubuh yang ditunjukkan dengan penurunan fungsi psikologi dan fisiologi pekerja.

(7)

commit to user I. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji syarat regresi linier yang telah dilakukan menunjukkan bahwa uji regresi linier tidak dapat dilakukan karena syarat linier tidak terpenuhi. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tidak linier.

J. Keterbatasan Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain :

1. Penelitian ini menggunakan kuesioner stres kerja sehingga bersifat subyektif.

2. Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi stres kerja seperti kondisi kesehatan, status gizi tidak diteliti, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.

3. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dimana data diambil pada waktu yang bersamaan sehingga hanya dapat menggambarkan keadaan waktu dilaksanakannya penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur

This paper comments about video streaming application using MPEG-4 as the codec that introduce better error resilience and UDP Lite protocol as the transport

Sehingga diperlukan saling ketergantungan antar variabel untuk dapat memberikan kinerja yang memuaskan, seperti pada hasil kuisioner yang telah dibagikan kepada

Dengan banyaknya masalah tersebut perlu adanya suatu pengendalian internal gaji yang sebaik mungkin sehingga pimpinan perusahaan dapat melaksanakan fungsi pengendalian

Menurut Alemi, Shahriari, dan Nielsen (1988), kriging adalah teknik interpolasi linear yang menggunakan autokorelasi spasial antar pengamatan untuk mengestimasi

Beberapa Bahasan Khotbah Jumat 12 Juni 2015 Membicarakan Jalsah Salanah Jerman; menyaksikan berkali lipat karunia Allah dalam lawatan ke Jerman; seiring bertambahnya

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul;

Seperti pada eksperimen pembelajaran metode ‘ Chinese style of learning ’ di sekolah-sekolah Inggris tersebut diatas, kunci keberhasilan siswa-siswi di sekolah Shanghai dan Hong Kong