commit to user
RETRBUSI DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SRAGEN
Tesis
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S – 2
Program Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi
Ekonomi Sumberdaya Manusia dan Pembangunan
Martani Setyawati
NIM : S 4209022
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN
RETRBUSI DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SRAGEN
Disusun Oleh :
Martani Setyawati
S4209022
Telah disetujui dan di sahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal : __________________
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Tim Penguji ____________
Pembimbing Utama Prof. Dr. Tulus Haryono. M.Ek ____________
Pembimbing Pendamping Dra. Izza Mafruhah, M.Si ____________
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Magister Ekonomi dan Studi Dan Pembangunan
Prof. Drs. Suranto. M.Sc., P.hD. Dr. J.J. Sarungu. MS
commit to user
Pahlawan bukanlah orang yang berani menetakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan sebenarnya ialah orang yang sanggup menguasai dirinya dikala ia marah. - Nabi Muhammad Saw
Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. - Martin Vanbee
PERSEMBAHAN
Karya Kecil ini aku persembahkan untuk:
Alloh Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta tak lupa ucapan
terima kasih buat::
1. Kedua orang tuaku yang tiada henti membimbing dan membesarkanku.
2. Suami dan anakku yang selalu memotivasiku untuk lebih baik.
3. Teman-teman di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen yang telah
dengan suka rela membantu menyediakan data.
4. Teman-teman Almamaterku Magister Studi Ekonomi dan Pembangunan yang
satu pembimbing yang telah berjuang bersama-sama dalam rangka proses
bimbingan.
commit to user
Alhamdulilah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Pemurah atas rahmat dan anugerah yang penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul : Analisis Pengaruh Penerimaan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen.
Penulis menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari sempurna, terlebih kebatasan penulis dalam wawasan dan pengalaman terkait obyek yang diteliti. Namun demikian harapan kami semoga Tesis ini bermanfaat bagi pembaca yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
Dalam penyusunan Tesis ini berbagai kendala dihadapi penulis, namun demikian rasanya menjadi ringan ketika ketulusan-ketulusan hadir dari berbagai pihak yang mengulurkan bantuan kepada penulis. Oleh stebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Yang telah berkenan memberikan arahan.
2. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Direktur Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret beserta Staf Pengelola.
3. Prof. Dr. Tulus Haryono, M. Ek selaku Pembimbing I yang memberikan
motivasi, bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si selaku Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran senantiasa memberi dorongan serta meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan.
5. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen.
6. Teman-teman di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sragen
7. Segenap Dosen Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
8. Segenap Karyawan dan Karyawati Program Studi Magister Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
sendiri kalianlah yang menjadi semangatku untuk maju.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu, yang telah membantu keberhasilan penyusunan Tesis ini.
Surakarta, Nopember 2010
commit to user
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRACT v
INTISARI vi
MOTO v
PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Pendapatan Asli Daerah 6
B. Retribusi Daerah 7
C. Jenis Retribusi 8
BAB III : KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 11
A. Kerangka Pemikiran 11
B. Hipotesis 13
BAB IV : METODE PENELITIAN 18
A. Obyek Penelitian 18
B. Data Penelitian 18
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN 25
A. Gambaran Penerapan Otonomi Daerah di Kab Sragen 25
B. Deskripsi Data Penelitian 27
1. PAD Tahun 2000-2009 27
2. Retribusi Daerah Tahun 2000-2009 31
C. Analisis Data 38
1. Uji Hipotesis 38
2. Uji Asumsi Klasik 41
\ D. Pembahasan 44
1. Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap PAD 44
2. Pengaruh Retribusi Jasa Layanan Umum Terhadap PAD 46
3. Pengaruh Retribusi Jasa Usaha Terhadap PAD 47
4. Pengaruh Retribusi Perijinan Khusus Terhadap PAD 49
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN 51
A. Kesimpulan 51
B. Implikasi Manajerial 52
commit to user
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Pengaruh Retribusi Daerah
Terhadap PAD Kabupaten Sragen ………... 13 Gambar 5.2 Grafik Target dan Realisasi PAD Kabupaten Sragen
Tahun 2000 – 2009 ………..………. 29 Gambar 5.3 Grafik Komposisi PAD Kabupaten Sragen ……….. 30
Gambar 5.4 Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Retribusi
Daerah Kabupaten Sragen 2000 – 2009 ..……….. 33 Gambar 5.5 Grafik Komposisi Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten
Halaman
Tabel 5.1 Target dan Realisasi PAD Kabupaten Sragen
Tahun 2000-2009 ……….……….. 29
Tabel 5.2 Komposisi PAD Kabupaten Sragen 2000-2009 ………...………. 30
Tabel 5.3 Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000–2009 ………. 33
Tabel 5.4 Komposisi Pendapatan Retribusi Daerah dan Kontribusi Terhadap PAD Kabupaten Sragen 2000 – 2009 ……… 34
Tabel 5.5 Data Kuartal Komposisi Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009 ………….………. 36
Tabel 5.6 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ..……….. 39
Tabel 5.7 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 40
Tabel 5.8 Nilai Durbin-Watson ……….…….……… 41
Tabel 5.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ………. 42
commit to user
Halaman
Lampiran 1 Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen ……….57
Lampiran 2 Data PAD Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009 ……… 59
Lampiran 3 Diskriptif Data Penelitian ………102
ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN
RETRBUSI DAERAH TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SRAGEN
Martani Setyawati NIM : S 4209022
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009.
Jenis data yang digunakan adalah data data sekunder (time series) dengan kurun waktu kuartal dan tahunan yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dan Dinas Perdagangan dan Perpajakan Daerah Kabupaten Sragen. Untuk mengetahui pengaruh variabel Retribusi Jasa umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Khusus terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD) digunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menujukkan 1) Retribusi Daerah yaitu retribusi jasa pelayanan umum, retribusi jasa usaha dan Retribusi perijinan khusus berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009 dengan rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten Sragen tahun 2000-2009 sebesar 54,9%. 2) Retribusi jasa pelayanan umum berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009. Rata – rata kontribusi retribusi jasa pelayanan umum terhadap PAD Kabupaten Sragen tahun 2000-2009 sebesar 48,77 %, 3) Retribusi jasa usaha berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009 dengan rata – rata kontribusi retribusi jasa usaha terhadap PAD Kabupaten Sragen tahun 2000-2009 sebesar 4,84%, dan 4) Retribusi perijinan khusus berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009 dengan rata – rata kontribusi retribusi jasa perijinan khusus terhadap PAD Kabupaten Sragen tahun 2000-2009 sebesar 2,54%.
Kata kunci:
commit to user
ANALYSIS EFFECT OF RETRBUSI RECEPTION AREA
ON ORIGINAL LOCAL REVENUE IN DISTRICT REGIONAL
SRAGEN
MARTANI SETYAWATI NIM : S 4209022
The aims of this study is determine the effect of Retribution on region income Sragen Regency Year 2000-2009.
Types data is secondary (time series) with quarterly and annual period obtained from the Local Revenue Service and the Office of Trade and Taxation Sragen Regency. To determine the effect of variable levies public service, business service levies and levies on real income of the Special Permits (PAD) used multiple linear regression analysis.
The results showed 1) local retribution of public services retribution, business services retribution, special permits retribution affect local revenues (PAD) Sragen Regency in 2000 - 2009 with average contribution on PAD Sragen Regency years of 2000-2009 54.9%. 2) public services retribution affect local revenues (PAD) Sragen Regency in 2000 – 2009, with average contribution on PAD Sragen year 2000-2009 amounted to 48.77%, 3) business services retribution affect local revenues (PAD) Sragen Regency in 2000 – 2009, with average contribution on PAD Sragen year 2000-2009 amounted to 4.84%, and 4) special licensing levies affect local revenues (PAD) Sragen Regency in 2000 – 2009, with average contribution on PAD Sragen year 2000-2009 amounted to 2.54%.
Keywords:
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum di UU Otonomi
Daerah No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang telah
menggantikan UU No. 22 tahun 1999. Pelaksanaan kebijakan pemerintah
Indonesia tentang Otonomi Daerah, dimulai secara efektif pada tanggal 1
Januari 2001, merupakan kebijakan yang dipandang sangat demokratis dan
memenuhi aspek desentralisasi yang sesungguhnya. Desentralisasi sendiri
mempunyai tujuan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan
kepada masyarakat, pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan,
pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
dan antar daerah (dalam Sidik et al, 2002).
Otonomi daerah berlaku di Indonesia berdasarkan UU 22/1999
(direvisi menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintahan Daerah memisahkan
dengan tegas antara fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan pembedaan
fungsi tersebut, menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif terjadi
commit to user
pemerintahan, peraturan perundang-undangan secara implisit merupakan
bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif, dan publik.
Dalam UU No.32/2004 disebutkan bahwa untuk pelaksanaan
kewenangan Pemda, Pemerintah Pusat (Pempus) akan mentransfer Dana
Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari
pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, pemda
mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD),
pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana
tersebut diserahkan kepada Pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari
Pempus diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemerintah
Daerah (Pemda) untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat.
Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan
dan akuntabel.
Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah
kewewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang
bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi
ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan.
Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber (Pendapatan Asli
Daerah) di mana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari
Terwujudnya pelaksanaan otonomi daerah, terjadi melalui proses
penyerahan sejumlah kekuasaan/kewenangan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah di mana implementasi kebijakan desentralisasi memerlukan
banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang secara signifikan
menentukankeberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan
daerah untuk membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang
dimilikinya, di samping faktor-faktor lain seperti kemampuan personalia di
daerah dan kelembagaan pemerintah daerah.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber
penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu
daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi
daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi
daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang
terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut.
Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin khusus yang disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda kepada
pribadi/badan, diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah
dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan
dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan sektor retribusi daerah lebih potensial
sebagai sumber keuangan daerah daripada sumber-sumber yang lainnya,
commit to user
1. Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat
dilakukan berulang kali. Siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dapat dikenakan retribusi. Faktor perbedaan antara
pungutan retribusi dengan sumber-sumber pendapatan yang lain adalah
ada tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.
2. Pelaksanaan pemungutan retribusi dapat dilakukan di luar waktu yang
telah ditentukan oleh petugas perundang-undangan selama pemerintah
daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan pemerintah pusat.
3. Sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi
masyarakat di suatu daerah. Artinya, semakin maju dan berkembang
tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi
yang bisa dipungut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang perumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
Apakah Retribusi Daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah,
tujuan penelitian ini yaitu :
Mengetahui pengaruh Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009.
D. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak saja bagi
subjek permasalahan yang relevan dengan administrasi publik,
khususnyaadministrasi keuangan daerah yang menjadi tema dan ruang
lingkup penelitian ini, tetapi juga mencakupdisiplin ilmu lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
2. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi
aparatur pemerintah(khususnya aparatur Pemerintah Daerah Kota Sragen)
yang dapat menjadi bahan masukan dalam pengembilan kebijakan dimasa
datang.
3. Di samping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu penelitian
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain
dengan menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga
menggunakan sumber dananya sendiri yaitu PAD.Menurut UU No. 33 Tahun
2004, PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
PAD memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian
daerah. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD yang positif
mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan per kapita yang lebih
baik (Harianto dan Adi,2007). Apabila suatu daerah PAD-nya meningkat
maka dana yang dimiliki pemerintah akan meningkat pula. Peningkatan ini
akan menguntungkan pemerintah, karena dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan daerahnya.
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos
Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos
Penerimaan Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam. (Bastian, 2002).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
B. Retribusi Daerah
Jenis pungutan seperti retribusi mempunyai pengertian lain dibanding
dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung
dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan
semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran
uang kuliah, karcis masuk terminal, kartu langganan.
Pungututan retribusi di Indonnesia didasarkan pada Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal
1 angka 26 Undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah,
yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran
kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa
negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau
kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan
atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
commit to user
masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat
dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa
layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan. Disamping itu
menurut Kaho, ada beberapa ciri-ciri retribusi yaitu :
1) Retibusi dipungut oleh negara
2) Dalam pungutan terdapat pemaksaan secara ekonomis
3) Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk
4) Retribusi yang dikenakan kepada setiap orang / badan yang
menggunakan / mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.
C. Jenis Retribusi
Retribusi daerah menurut UU nomor 34 tahun 2000 dan PP nomor 66
tahun 2001 dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa pelayanan yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orangpribadi atau badan. Adapun jenis-jenis retribusi
jasa umum terdiri atas retribusi:
(1) pelayanan kesehatan
(2) pelayanan sampah/kebersihan
(3) penggantian biaya cetak KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan akte
catatan sipil
(4) pelayanan pemakaman/pengabuan mayat
(6) pelayanan pasar
(7) pengujian kendaraan bermotor
(8) pemeriksaan alat pemadam kebakaran
(9) penggantia biaya cetak peta
(10) pengujian kapal perikanan.
2. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan
yang disediakan oleh pemerintah daerahdengan meng-anut prinsip
komersial, artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh pihak
swasta. Retribusi jasa usaha terdiri atas retribusi:
(1) pemakaian kekayaan daerah
(2) pasar grosir atau pertokoan
(3) tempat pelelangan
(4) terminal
(5) tempat khusus parkir
(6) tempat penginapan/pesanggrahan/vila
(7) penyedotan kakus
(8) rumah potong hewan (RPH)
(9) pelayanan pelabuhan kapal
(10) tempat rekreasi dan olah raga
(11) penyeberangan di atas air
(12) pengolahan limbah cair
commit to user
3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi yang dikenakan atas pemberian
izin dari pemerintah daerah kepada orangpribadi atau badan yang
melakukan aktivitas tertentu. Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang publik, penggunaan sumber
daya alam, barang, sarana dan pra-sarana, atau fasilitas tertentu yang dapat
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis
retribusi perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:
(1) Izin mendirikan bangunan (IMB)
(2) Izin tempat penjualan minuman beralkohol
(3) Izin tempat penjualan obat (toko obat)
(4) Izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie)
(5) Izin usaha perdagangan (SIUP)
(6) Izin tempat usaha (SITU)
commit to user
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita
(Boediono, 1985). Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk
peningkatan yang berkelanjutan Produk Domestik Regional Daerah / PDRB
(Saragih, 2003 ; Kuncoro, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan Lin & Liu
(2000) menunjukkan desentralisasi memberikan dampak yang sangat berarti
bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Oates (1995), Lin dan Liu (2000) yang
membuktikan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara
desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini mendukung
sintesa yang menyatakan bahwa, pemberian otonomi yang lebih besar akan
memberikan dampak yang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah
yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai
potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik (Lin dan Liu, 2000;
Mardiasmo, 2002; Wong, 2004).
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
dan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
commit to user
merupakan hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh daerah.
Sumber-sumber pendapatan potensial yang dimiliki Daerah akan
menentukan juga tingkat kemampuan keuangannya. Setiap Daerah
mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan ekonomi,
sumber daya alam, besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan besaran
penduduk.
Gambar 1
Kerangka Penelitian Pengaruh Retribusi Daerah terhadap PAD Kabupaten Sragen Tahun 2000 -2009
Pajak daerah merupakan sumber penghasilan yang universal yang
dapat ditemui hampir di semua negara di dunia yang menerapkan kebijakan
desentralisasi. Sedangkan untuk retribusi daerah baru bisa dilakukan apabila
ada pelayanan atau jasa nyata yang diterima oleh wajib retribusi dari
Pemerintah Daerah. Retribusi dibagi atas tiga golongan retribusi, yaitu: (1)
Retribusi jasa umum, (2) Retribusi jasa usaha dan (3) Retribusi untuk perijinan
Retribusi Daerah Sragen 2000 - 2009
PAD Kab Sragen 2000 - 2009 H2
Retribusi jasa umum (X1)
Retribusi jasa usaha (X2)
Retribusi untuk perijinan tertentu (X3)
H3
H4
tertentu. Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 1.
B. Hipotesis
Kebijakan otonomi daerah merupakan pendelegasian kewenangan
yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan, sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia (SDM) dalam kerangka desentralisasi
fiskal. Dalam menghadapi desentralisasi fiskal menunjukkan bahwa potensi
fiskal pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat
beragam. Perbedaan ini pada gilirannnya dapat menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang beragam pula.
Pada hakekatnya pendapatan daerah secara langsung diperoleh dari
mekanisme pajak dan retribusi daerah atau pungutan lainnya yang dibebankan
kepada masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan
prinsip kewajaran horisontal dan kewajaran vertikal.
Prinsip kewajaran horisontal mempersyaratkan bahwa masyarakat
dalam posisi yang sama harus diperlakukan sama. Sedangkan prinsip
kewajaran vertikal dilandasi pada konsep kemampuan wajib pajak/retribusi
untuk membayar, artinya bagi masyarakat berkemampuan membayar tinggi
akan dibebankan pajak/retribusiyang tinggi pula. Sudah barang tentu untuk
menyeimbangkan kedua prinsip tersebut pemerintah daerah dapat menerapkan
kebijakan diskriminasi tarif yangrasional untuk menghilangkan rasa
commit to user
mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata agar secara relatif dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya
dalam pengelolaan pelayanan umum. Sehubungan dengan hal itu, pendapatan
daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuksetiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan asli daerah (PAD), (1)
pendapatan yang diperoleh dan dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (2) Dana
perimbangan; bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke
pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dan (3) Pendapatan daerah lainnya yang sah.
Retribusi daerah menurut UU nomor 34 tahun 2000 dan PP nomor 66
tahun 2001 dapat dikelompokkan sebagai berikut: (1) Retribusi jasa umum,
(2) Retribusi jasa usaha dan (3) Retribusi perizinan tertentu.
Hasil penelitian Eka, (2000)terhadap kemampuan pembiayaan daerah,
khususnya yang berasal dari pos PAD (Pendapatan Asli Daerah) menjadi
penting, mengingat masih rendahnya sumbangan dari pos PAD terhadap
keseluruhan pendapatan dalam APBD. Gambaran data BPS pada tahun
1999/2000 menunjukkan bahwa jumlah APBD untuk tingkat Propinsi secara
nasional adalah sebesar Rp 10.576,55 miliar, dengan jumlah total PAD-nya
hanya sebesar Rp 3.231,41 miliar (30,55% dari total APBD). Komponen pajak
daerah memberikan sumbangan yang terbesar terhadap PAD, yaitu sebesar
BUMD sebesar 3,0%; dan lain-lain PAD sebesar 5,1%. Khusus untuk Jawa
Tengah, jumlah total APBD-nya sebesar Rp 640,38 miliar, dengan jumlah
total PAD hanya sebesar Rp 237,71 miliar (37,12% dari total APBD Jawa
Tengah). Kompo-nen pajak daerah memberikan sumbangan yang terbesar
terhadap PAD Jawa Tengah, yaitu sebesar 84,8%. Sedang retribusi daerah
memberikan kontri-busi sebesar 11,5%; laba BUMD sebesar 0,6%; dan
Lain-lain PAD sebesar 3,2%.
Haasil penelitian Mulyanto (2002) dalam kajian terhadap potensi
Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya untuk pos pajak daerah dan
retribusi daerah yang terdiri dari (1) Retribusi jasa umum, (2) Retribusi jasa
usaha dan (3) Retribusi perizinan tertentu; memegang peranan yang sangat
penting bagi pemerintah daerah dalam merencanakan dan menyusun target
pendapatan dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Hasil penelitian Achmad Lutfi, (2006), menunjukkan bahwa retribusi
daerah, merupakan mekanisme pasar dalam sektor publik, dimana terjadi suatu
transaksi antara pemerintah dengan warga masyarakat memiliki kaitan erat
antara sejumlah uang yang dibayarkan dengan manfaat yang diterima. Dengan
menggunakan pengertian ini, maka retribusi dapat mencakup (1) Retribusi jasa
umum, (2) Retribusi jasa usaha dan (3) Retribusi perizinan tertentu. Hasil
penelitian Achmad Lutfi, (2006), menunjukkan bahwa salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang merupakan pendapatan yang diperoleh tingkat
pemerintahan lokal (Pemda) digali oleh pemerintah daerah dari
commit to user
ini tercakup komponen-komponen penerimaan yang berasal dari hasil
perolehan pajak daerah, retribusi daerah, bagian daerah yang berasal dari laba
Badan Usaha Milik Daerah, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Hasil penelitian Riduansyah (2003), komponen retribusi daerah di
Kabupaten Bogor terhadap total penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun
anggaran 1993/1994-2000 berkisar antara 8,36%-23,05%, dengan rata-rata
kontribusi per tahunnya sebesar 15,61 % dengan pertumbuhan per tahun
5,08%. Kontribusi retribusi terbesar terhadap total penerimaan APBD
diberikan oleh retribusi pasar dan retribusi terminal. Retribusi pasar pada
periode ini memberikan rata-rata kontribusi sebesar 3,25% per tahunnya dan
tumbuh rata-rata sebesar 1,44% per tahun. Sedangkan retribusi terminal, pada
kurun waktu yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 2,93% per
tahun dan tumbuh rata-rata sebesar 5,02% per tahunnya.
Hasil analisis Jati (2006) terhadap kontribusi pajak dan retribusi daerah
Tingkat II di Jawa Timur menunjukkan bahwa kontribusi pajak dan retribusi
daerah terhadap PAD rata-rata 70%. Sedangkan dengan statistik indusktif
metode one way ANOVA tidak terdapat perbedaan kontribusi secara signifikan
antara daerah Tingkat II di Jawa Timur. Hal ini berarti seluruh pemerintah
daerah kabupaten/kota di jawa timur mengandalkan pajak dan retribusi daerah
sebagai sumber dominan PAD. Sedangkan pos penerimaan yang lain relatif
tidak kurang diperhitungkan.
Berdasarkan uraian diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
1. Diduga Retribusi Daerah berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Sragen
Tahun 2000 -2009.
2. Diduga Retribusi jasa umum berpengaruh terhadap PAD Kabupaten
Sragen Tahun 2000 -2009.
3. Diduga Retribusi jasa usaha berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Sragen
Tahun 2000 -2009.
4. Diduga Retribusi perizinan tertentu berpengaruh terhadap PAD Kabupaten
commit to user
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah pemerintah daerah di Kabupaten
tahun 2000 – 2009 dengan alasan ketersediaan data.
B. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan dari informasi dengan teknik dari : (1) Observasi atau
Pengamatan yang dilaksanakan di Kabupaten Sragen; (2) Wawancara secara
mendalam (in-dept interview) dengan aparatur pemerintah Kabupaten Sragen
(Bapeda, Bagian Hukum, Dinas Pendapatan Daerah); dan (3) Dokumentasi
berupa gambar/foto-foto lokasi penelitian.
Data sekunder (time series) dengan kurun waktu kuartal dan tahunan
yang diperoleh dari, Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dan Dinas
Perdagangan dan Perpajakan Daerah Kabupaten Sragen dan lembaga-lembaga
terkait, serta berbagai buku yang berhubungan dengan pendapatan daerah.
C. Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh variabel Retribusi Jasa umum, Retribusi
Jasa Usaha dan Retribusi Perijinan Khusus terhadap Pendapatan Asli daerah
(PAD) digunakan analisis regresi linier berganda, uji t, uji F dan koefisien
determinasi. Dengan persamaan regresi linier berganda adalah :
PAD = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
PAD = Pendapatan Asli daerah
X1 = Retribusi Jasa umum
X2 = Retribusi Jasa Usaha
X3 = Retribusi Perijinan tertentu
a = Konstanta
b1- b3 = Koefisien variabel X1 –X3
e = Variabel pengganggu
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk dapat memenuhi beberapa
unsur akurasi daya penduga parameter yang tidak bias, untuk melihat
tingkat ketelitian yang akan mencerminkan tingkat efisien hasil analisis
dan keajegan (konsisten) hasil yang diperoleh sehingga persamaan regresi
yang dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi (Ghozali,
2005).
a. Uji Normalitas
Dalam menguji normalitas pada penelitian ini digunakan
kolmogorov-smirnov. Jika kolmogorov-smirnov hitung lebih besar
dari kolmogorov-smirnov tabel maka sebaran data dikatakan
mendekati distribusi normal atau normal. Sebaliknya, jika
commit to user
maka sebaran data dikatakan tidak mendekati distribusi normal atau
tidak normal (Ghozali, 2009).
b. Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas menggunakan bantuan SPSS
dilakukan dua tahap, yaitu menghitung nilai residual absolutnya
terlebih dahulu baru menghitung korelasi antara nilai variabel dengan
nilai residual. Kiteria yang digunakan utuk menyatakan apakah terjadi
heteroskedastisitas atau tidak diantara data – data pengamatan dapat
dilihat nilai koefisien signifikansinya ( dalam hal ini ditetapkan alfa =
5% ). Apabila koefisien signifikansi lebih besar dari alfa (5%), maka
dapat dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas diantara data
pengamatan tersebut (Ghozali, 2005).
c. Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi antara variabel independennya. Multikolinieritas
yang berbahaya terjadi apabila nilai dari variance inflation factor
(VIF) lebih besar dari 10 (Ghozali, 2005).
d. Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah regresi hasil
pengolahan ada korelasi antara residual pada satu pengamatan dengan
autokorelasi adalah biasnya varian dengan nilai yang lebih kecil dari
nilai yang sebenarnya, sehingga nilai R2 dan F cenderung
overestimated. Cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan
menggunakan pengujian Durbin Watson (DW) dengan ketentuan :
nilai DW antara 1,65 sampai 2,35 dapat disimpulkan tidak ada
Autokorelasi (Ghozali, 2005).
2. Uji t
Uji ini untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan <0,05, maka
dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen secara individu. Sebaliknya jika
nilai signifikan > 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan
(Ghozali, 2009).
3. Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Apabila nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, apabila nilai
signifikan > 0,05 tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti
variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
commit to user
4. Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar sumbangan pengaruh variabel independen terhadap naik turunnya
variabel dependen. Jika R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variabel
independen secara bersama berpengaruh terhadap variabel dependen
sehingga model yang digunakan dapat dikatakan baik (Ghozali, 2005).
D. Definisi Operasional
1. Pendapatan asli daerah (PAD, Y), yaitu pendapatan yang diperoleh dan
dipungut oleh pemerintah daerah Sragen berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa pelayanan yang disediakan
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orangpribadi atau badan. Adapun jenis-jenis retribusi
jasa umum terdiri atas retribusi:
(1) pelayanan kesehatan
(2) pelayanan sampah/kebersihan
(3) penggantian biaya cetak KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan akte
catatan sipil
(4) pelayanan pemakaman/pengabuan mayat
(5) pelayanan parkir di tepi jalan umum
(6) pelayanan pasar
(8) pemeriksaan alat pemadam kebakaran
(9) penggantia biaya cetak peta
(10) pengujian kapal perikanan.
3. Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan
yang disediakan oleh pemerintah daerahdengan meng-anut prinsip
komersial, artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh pihak
swasta. Retribusi jasa usaha terdiri atas retribusi:
(1) pemakaian kekayaan daerah
(2) pasar grosir atau pertokoan
(3) tempat pelelangan
(4) terminal
(5) tempat khusus parkir
(6) tempat penginapan/pesanggrahan/vila
(7) penyedotan kakus
(8) rumah potong hewan (RPH)
(9) pelayanan pelabuhan kapal
(10) tempat rekreasi dan olah raga
(11) penyeberangan di atas air
(12) pengolahan limbah cair
(13) penjualan produk usaha daerah.
4. Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi yang dikenakan atas pemberian
izin dari pemerintah daerah kepada orangpribadi atau badan yang
commit to user
pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang publik, penggunaan sumber
daya alam, barang, sarana dan pra-sarana, atau fasilitas tertentu yang dapat
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis
retribusi perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:
(1) Izin mendirikan bangunan (IMB)
(2) Izin tempat penjualan minuman beralkohol
(3) Izin tempat penjualan obat (toko obat)
(4) Izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie)
(5) Izin usaha perdagangan (SIUP)
(6) Izin tempat usaha (SITU)
commit to user
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah data time series (kuartal), berupa Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dan Retribusi Daerah berupa (1) Retribusi jasa umum, (2)
Retribusi jasa usaha dan (3) Retribusi perizinan tertentu Kabupaten Sragen tahun
2000 - 2009. Data diambil dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) dan
Dinas Perdagangan dan Perpajakan daerah Kabupaten Sragen
A. Gambaran Penerapan Otonomi Daerah di Kabupaten Sragen
Menurut UU No 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5 Otonomi Daerah adalah
hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi daerah membawa dampak
perubahan yang baik dalam perencanaan dan pembangunan daerah. Dalam
rangka otonomi daerah di Kabupaten Sragen, pembangunan telah dilakukan
diberbagai bidang meliputi: pembangunan ekonomi, pembangunan sumber
daya manusia dan pembangunan infrastruktur.
Pembangunan ekonomi dilakukan dengan mempertahankan dan
mengembangkan sektor industri tekstil yang merupakan industri terbesar di
Kabupaten Sragen, mengembangkan industri kecil, mempromosikan daerah
wisata, meningkatkan potensi pertanian, perkebunan, peternakan,
pertambangan serta potensi lain yang ada. Pembangunan sumberdaya manusia
commit to user
kebijakan, seperti: beasiswa pelajar berprestasi dari Bupati, mendirikan
AKPER Yapenas, mencanangkan program pendidikan guru SD (PG SD)
dengan biaya pemerintah, meningkatkan kualitas guru SD, SMP, dan SMU
(Wajib S1), program GNOTA, insentif bagi guru SD, SMP, dan SMU Negeri,
pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.
Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan gedung DPRD baru,
pembangunan perumahan dan pemukiman, pembangunan jalan raya dan
perbaikan jalan-jalan desa, penyedian air bersih, telepon dan listrik, serta
infrastruktur lain.
Dengan pemberlakuan otonomi daerah, Pemerintah Kabupaten Sragen
mengajukan beberapa Peraturan Daerah (Perda) untuk mengimbangi
pembangunan yang telah dilakukan. Perda tersebut mencakup perihal
anggaran daerah, pendirian kantor pemerintah baru, rencana strategi
pembangunan agribisnis, pendirian Perusahaan Daerah (Perusda), pendirian
Badan Perwakilan Desa (BPD), pemeliharaan lingkungan dan peraturan
retribusi/pungutan daerah dan lain-lain. Beberapa pajak daerah dan pungutan
daerah yang mengalami perkembangan untuk meningkatkan sumber
pendapatan antara lain: Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pajak hotel dan
restoran, retribusi pasar, retribusi terminal, pajak iklan, pungutan pada Kartu
Tanda Penduduk (KTP), retribusi parkir, izin gangguan, pajak rekreasi, izin
transportasi, pungutan konsultasi medis di Puskesmas dan perijinan trayek.
Dengan pelaksanaan otonomi daerah dibidang politik, tercermin dalam
secara langsung oleh rakyat. Sebelum penerapan otonomi daerah, Bupati
dipilih dan ditentukan oleh pemerintah pusat. Di era otonomi daerah ini
pemilihan langsung oleh rakyat dirasa lebih baik, karna masyarakat
mengetahui profil-profil calon pemimpinnya sehingga masyarakat mengetahui
kepada siapa mereka menitipkan aspirasi dan pembangunan daerahnya.
Pemerintah Kabupaten Sragen tidak hanya meningkatkan pungutan
terhadap masyarakat tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat
sebagai imbal balik dari besarnya pungutan yang diambil. Pelayanan tersebut
seperti layanan satu atap terhadap pengurusan surat-surat (KTP, Akta lahir,
izin usaha dan lain-lain) dan masyarakat diberi kemurahan untuk mengetahui
info-info tentang kebijakan pemerintahan dan pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintahan melalui Sragen website (www.Sragen.go.id).
B. Diskripsi Data Penelitian
[image:42.612.134.508.226.470.2]2. Pendapatan Asli Daerah Tahun 2000 – 2009
Tabel 4.1 menunjukkan target dan realisasi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Sragen sejak tahun 2000 sampai tahun 2009.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa, realisasi PAD selalu
melebihi target yang telah ditentukan dengan prosentase rata – rata
realisasi terhadap target sebesar 111,66% dengan variasi dari 103,920%
sampai 120,791%. Prosentase realisasi terkecil terjadi pada tahun 2000 dan
prosentase realisasi terbesar dicapai pada tahun 2007. Nominal PAD
Kabupaten Sragen bervariasi dari Rp 8,876,264,968.00 pada tahun 2000
commit to user
mencapai Rp72,681,309,220.00.Hasil ini menunjukkan kinerja dari Dinas
Perdagangan dan Pajak Daerah Kabupaten Sragen dalam melaksanakan
[image:43.612.156.501.207.650.2]fungsinya sudah baik.
Tabel 4.1
Target dan Realisasi PAD Kabupaten Sragen 2000 – 2009
Sumber : Dipenda Sragen (2000 - 2009)
Rp-Rp10,000,000,000.00 Rp20,000,000,000.00 Rp30,000,000,000.00 Rp40,000,000,000.00 Rp50,000,000,000.00 Rp60,000,000,000.00 Rp70,000,000,000.00 Rp80,000,000,000.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Total PAD
Target Realisasi
Gambar 2
Tabel 4.2 menunjukkan komposisi realisasi Pendapatan Asli
[image:44.612.101.551.188.614.2]Daerah (PAD) Kabupaten Sragen sejak tahun 2000 sampai tahun 2009.
Tabel 4.2
Komposisi PAD Kabupaten Sragen 2000 – 2009
Sumber : Dipenda Sragen (2000 - 2009)
Rp-Rp5,000,000,000.00 Rp10,000,000,000.00 Rp15,000,000,000.00 Rp20,000,000,000.00 Rp25,000,000,000.00 Rp30,000,000,000.00 Rp35,000,000,000.00 Rp40,000,000,000.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba Usaha Pendapatan Lain-Lain
Gambar 3
commit to user
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa, komponen
penyumbang PAD Kabupaten Sragen rata-rata terbesar dalam sepuluh
tahun taerakhir adalah retribusi daerah (54,90%), dan yang paling sedikit
adalah laba usaha daerah sebesar (6,08%), sementara pajak daerah
menyumbang (17,46%) dan pendapatan lain-lain menyumbang 22,19%.
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 2 dapat diketahui bahwa
prosentase sumbangan pajak daerah terhadap PAD paling besar terjadi
pada tahun 2009 sebesar 22,355% dan yang paling kecil terjadi pada tahun
2003 sebesar 11,482%. Realisasi pajak daerah paling besar terjadi pada
tahun 2009 sebesar Rp 16,248,229,466.00 dan yang paling kecil terjadi
pada tahun 2000 yaitu sebesar. Rp 1,705,105,416.00.
Prosentase sumbangan retribusi daerah terhadap PAD paling besar
terjadi pada tahun 2000 yaitu 65,975%, sedangkan sumbangan terkecil
terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 38,335%. Realisasi retribusi daerah
yang dicapai paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp
39,619,411,243.00, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2000 yaitu
Rp 5,856,124,691.00.
Prosentase sumbangan laba usaha daerah terhadap PAD paling
besar terjadi pada tahun 2000 sebesar 10,539 %, dan yang paling kecil
terjadi pada tahun 2001 yaitu 2,674%. Realisasi laba usaha daerah yang
dicapai paling besar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar
Rp 4,662,634,227.00, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2001
Prosentase sumbangan pendapatan lain-lain terhadap PAD paling
besar terjadi pada tahun 2003 sebesar 44,357% %, dan yang paling kecil
terjadi pada tahun 2000 yaitu 10,539%. Realisasi pendapatan lain-lain
yang dicapai paling besar terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar
Rp 19,063,370,837.00 sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2001
yaitu sebesar Rp 935,468,009.00.
[image:46.612.148.509.204.461.2]
3. Retribusi Daerah Tahun 2000 – 2009
Tabel 4.3 menunjukkan target dan realisasi retribusi daerah
Kabupaten Sragen sejak tahun 2000 sampai tahun 2009. Berdasarkan
tabel tersebut dapat diketahui bahwa, realisasi retribusi daerah selalu
melebihi target yang telah ditentukan dengan prosentase rata – rata
realisasi terhadap target sebesar 111,488%. Target realisasi pendapatan
dari retribusi daerah yang tidak tercapai hanya pada tahun 2000 yaitu 98%.
Prosentase realisasi terbesar terjadi tahun 2007 mencapai 124,466%.
Realisasi pendapatan dari retribusi daerah Kabupaten Sragen
bervariasi dari Rp 5,856,124,691.00pada tahun 2000 dan terus mengalami
peningkatan tiap tahun sampai pada tahun 2009 dapat mencapai
Rp 39,619,411,243.00. Hasil ini menunjukkan kinerja dari Dinas
Perdagangan dan Pajak Daerah Kabupaten Sragen dalam melaksanakan
commit to user
Tabel 4.3
Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Sragen 2000 – 2009
Sumber : Dipenda Sragen (2000 - 2009)
Rp-Rp5,000,000,000.00 Rp10,000,000,000.00 Rp15,000,000,000.00 Rp20,000,000,000.00 Rp25,000,000,000.00 Rp30,000,000,000.00 Rp35,000,000,000.00 Rp40,000,000,000.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Retribusi Daerah
Target Realisasi
Gambar 4
Grafik Target Dan Realisasi Pendapatn Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009
Tabel 4.4 menunjukkan komposisi realisasi retibusi daerah dan
kontribusinya pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sragen
Rp-Rp5,000,000,000.00 Rp10,000,000,000.00 Rp15,000,000,000.00 Rp20,000,000,000.00 Rp25,000,000,000.00 Rp30,000,000,000.00 Rp35,000,000,000.00 Rp40,000,000,000.00
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
[image:48.612.125.539.178.550.2]Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha Retribusi Perijinan
Tabel 4.4
Komposisi Pendapatan Retribusi Daerah dan Kontribusinya terhadap PAD Kabupaten Sragen 2000 – 2009
Sumber : Dipenda Sragen (2000 - 2009)
Gambar 5
Grafik Komposisi Pendapatn Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000 - 2009
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa, komponen
retribusi daerah penyumbang PAD Kabupaten Sragen rata-rata terbesar
commit to user
(48,77%), dan yang paling sedikit adalah pendapatan retribusi perijinan
khusus (2,54%), sementara kontribusi retribusi jasa usaha terhadap PAD
sebesar (4,84%).
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa
prosentase kontribusi retribusi jasa pelayanan umum terhadap PAD paling
besar terjadi pada tahun 2000 sebesar 59,24% dan yang paling kecil terjadi
pada tahun 2003 sebesar 32,82%. Realisasi retribusi jasa pelayanan umum
paling besar terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 39,619,411,243.00 dan
yang paling kecil terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar Rp
5,258,331,636.00.
Prosentase kontribusi retribusi jasa usaha terhadap PAD paling
besar terjadi pada tahun 2008 yaitu 6,30%, sedangkan sumbangan terkecil
terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 3,38%. Realisasi retribusi jasa usaha
yang dicapai paling besar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar
Rp 4,142,920,373.00 sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2000
yaitu Rp 393,576,114.00.
Prosentase kontribusi retribusi perijinan khusus terhadap PAD
paling besar terjadi pada tahun 2001 dan 2006 sebesar 2,85 %, dan yang
paling kecil terjadi pada tahun 2003 yaitu 2,01%. Realisasi retribusi
perijinan khusus yang dicapai paling besar terjadi pada tahun 2009 yaitu
sebesar Rp 1,892,480,757.00, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun
Tabel 4.5
Data Kuartal Komposisi Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Sragen Tahun 2000 – 2009
commit to user
Tabel 4.5 menunjukkan komposisi realisasi retibusi daerah dan
Kabupaten Sragen sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 berupa data
kuartal (tiga bulanan).
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa retribusi jasa
pelayanan umum paling besar didapatkan pada kuartal II (Juni) 2009 yaitu
sebesar Rp 11.489.629.200,00 sedangkan yang terkecil terjadi pada kuartal
I (Maret) 2000 yaitu sebesar Rp 1.104.249.600,00. Retribusi atas jasa
pelayanan umum yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau badan berasal dari retribusi 1) pelayanan kesehatan, 2)
pelayanan sampah/kebersihan, 3) penggantian biaya cetak KTP (Kartu
Tanda Penduduk) dan akte catatan sipil, 5) pelayanan
pemakaman/pengabuan mayat, 6) pelayanan parkir di tepi jalan umum, 7)
pelayanan pasar, 8) pengujian kendaraan bermotor, 9) pemeriksaan alat
pemadam kebakaran, 10) penggantia biaya cetak peta, dan 11) pengujian
kapal perikanan.
Retribusi jasa usaha paling besar dicapai pada kuartal I (Maret)
2008 yaitu sebesar Rp 1.118.588.500,00 sedangkan yang terkecil terjadi
pada kuartal I (Maret) 2000 yaitu sebesar Rp 86.586.700.00. Retribusi jasa
usaha ini merupakan retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerahdengan meng-anut prinsip komersial,
artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh pihak swasta.
daerah, 2) pasar grosir atau pertokoan, 3) tempat pelelangan, 4) terminal,
5) tempat khusus parkir, 6) tempat penginapan/pesanggrahan/vila, 7)
penyedotan kakus, 8) rumah potong hewan (RPH), 9) pelayanan pelabuhan
kapal, 10) tempat rekreasi dan olah raga, 11) penyeberangan di atas air,
12) pengolahan limbah cair dan 13) penjualan produk usaha daerah.
Retribusi perijinan khusus paling besar dicapai pada kuartal I
(Maret) 2009 yaitu sebesar Rp 1.118.588.500,00 sedangkan yang terkecil
terjadi pada kuartal II (Juni) 2008 yaitu sebesar Rp 49.2045.000.00.
Retribusi perijianan khusus merupakan retribusi yang dikenakan atas
pemberian izin dari pemerintah daerah kepada orangpribadi atau badan
yang melakukan aktivitas tertentu. Pemberian izin tersebut dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang publik, penggunaan
sumber daya alam, barang, sarana dan pra-sarana, atau fasilitas tertentu
yang dapat melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan. Jenis retribusi perizinan khusus tersebut meliputi retribusi 1)
Izin mendirikan bangunan (IMB), 2) Izin tempat penjualan minuman
beralkohol, 3) Izin tempat penjualan obat (toko obat), 4) Izin gangguan
(HO = Hoereg Ordonantie), 5) Izin usaha perdagangan (SIUP), 6) Izin
commit to user
C. Analisis Data
1. Uji Hipotesis
Pengaruh – pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dalam penelitian digunakan analisis regresi linear berganda, uji
t, uji F dan koefisien determinasi dalam menguji hipotesis yang diusulkan
dalam penelitian ini. Regresi linear berganda digunakan untuk menguji
pengaruh variabel independen Retribusi jasa pelayanan umum (X1),
Retribusi jasa usaha (X2) dan Retribusi perijinan khusus (X3) terhadap
[image:53.612.145.516.196.668.2]variavel dependen PAD (Y).
Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis regresi linear berganda
variabel independen Dana Pihak Ketiga (X1), CAR (X2) dan NPLs (X3)
terhdap variabel dependen kredit investasi (Y1).
Tabel 4.6
Hasil regersi linear berganda pengaruh variabel Retribusi atas jasa pelayanan umum (X1), Retribusi jasa usaha (X2) dan Retribusi
perijinan khusus (X3) terhadap variavel dependen PAD (Y)
variabel independen
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
Konstranta 791893968 555148720 1.426 0.162
Retribusi jasa pelayanan umum
0.748 0.323 0.393 2.320 0.026*
Retribusi jasa
usaha 15.305 5.787 0.372 2.645 0.012*
Retribusi
perijinan khusus 3.863 2.389 0.220 2.462 0.015*
F hitung 159.524 R Square 0.930
Sinifikansi 0.000 Adjusted R Square 0.924
R 0.964 Dependent Variable: PAD (Y)
*) Signifikan pada α = 5%
Berdasarkan Tabel 4.6 persamaan regresi linear yang dihasilkan adalah
sebagai berikut :
Y1 = 791893968 + 0.748X1 + 15.305X2 + 3.863 X3 + e
Dari hasil perhitungan diatas, hasil pengujian hipotesis untuk variabel
dependen kredit modal kerja menunjukkan :
a. Pengaruh Retribusi daerah yang terdiri dari Retribusi jasa pelayanan
umum (X1), Retribusi jasa usaha (X2) dan Retribusi perijinan khusus
(X3) secara serempak terhadap PAD Kabupaten Sragen periode 2000 –
2009 adalah signifikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung
(159,524) lebih besar dari F tabel (±4,96), dan nilai signifikansinya
(0,00) lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini menjadikan hipotesis 1 (satu)
dalam penelitian ini diterima.
b. Pengaruh retribusi jasa pelayanan umum (X1) terhadap PAD
Kabupaten Sragen periode 2000 –2009 adalah signifikan, hal ini
ditunjukkan dengan nilai thitung (2.320) lebih besar dari t tabel (±1,96),
dengan signifikansi 0,026 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Koefisien
regresi retribusi jasa pelayanan umum sebesar 0,748 artinya jika nilai
variabel retribusi jasa pelayanan umum meningkat sebesar satu juta
rupiah sedangkan nilai variabel lain tetap (ceteris paribus), maka akan
mengakibatkan naiknya nilai variabel PAD sebesar 0,748 juta rupiah.
c. Pengaruh retribusi jasa usaha (X2) terhadap PAD Kabupaten Sragen
periode 2000 –2009 adalah signifikan, hal ini ditunjukkan dengan nilai
commit to user
yang berarti lebih kecil dari 0,05. Koefisien regresi retribusi jasa usaha
sebesar 15.305 artinya jika nilai variabel retribusi jasa pelayanan
umum meningkat sebesar satu juta rupiah sedangkan nilai variabel lain
tetap (ceteris paribus), maka akan mengakibatkan naiknya nilai
variabel PAD sebesar 15.305 juta rupiah. Kondisi ini menjadikan
hipotesis 3 (tiga) dalam penelitian ini diterima.
d. Pengaruh retribusi perijinan khusus (X3) terhadap PAD Kabupaten
Sragen periode 2000 –2009 adalah signifikan, hal ini ditunjukkan
dengan nilai thitung (2.462) lebih besar dari t tabel (±1,96), dengan
signifikansi 0,015 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Koefisien regresi
retribusi jasa pelayanan umum sebesar 3.863 artinya jika nilai variabel
retribusi jasa pelayanan umum meningkat sebesar satu juta rupiah
sedangkan nilai variabel lain tetap (ceteris paribus), maka akan
mengakibatkan naiknya nilai variabel PAD sebesar 3.863 juta rupiah.
Kondisi ini menjadikan hipotesis 4 (empat) dalam penelitian ini
diterima.
e. Koefisien determinasi (R2) dalam regresi linear berganda diatas
sebesar 0,964, hal ini menunjukkan bahwa model dari Retribusi jasa
pelayanan umum (X1), Retribusi jasa usaha (X2) dan Retribusi
perijinan khusus (X3) secara serempak dapat menjelaskan terhadap
varian PAD Kabupaten Sragen periode 2000 – 2009 sebesar 96,4%,
sedangkan 3,6 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimodelkan
2. Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda,
sebelum melakukan regresi linier berganda harus dipenuhi atau terbebas
dari asumsi klasik, maka untuk mengetahui hal tersebut, harus dilakukan
uji asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik tersebut antara lain
normalitas, multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda,
sebelum melakukan regresi linier berganda harus diketahui faktor
pengganggu atau residualnya berdistribusi normal ataukah tidak. Uji
[image:56.612.169.510.210.635.2]normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
40 .0000000 .96076892 .138 .138 -.102 .870 .435 N Mean Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Standardized Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Sumber : data sekunder diolah (2010)
Berdasarkan Uji Kolmogorov Smirnov pada Tabel 4.7 di atas
commit to user
tersebut diketahui dari Nilai K-S untuk residual PAD sebesar 0,870
dengan probabilitas signifikansi 0,435 jauh diatas α = 0.05, jadi dapat
disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal.
b. Multikolineraitas
Uji multikolineritas dalam penelitian ini dideteksi dengan nilai
Tolerance dan VIF. Pada Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa tidak ada
variabel independen yang memiliki Tolerance kurang dari 0,10 dan
VIF lebih besar dari 10,00, yang berarti bahwa tidak ada korelasi antar
variabel . Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas
[image:57.612.172.508.212.575.2]antar variabel independen dalam model regresi.
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Tolerance VIF
Dependen Independen
PAD
Retribusi atas jasa
pelayanan umum 0.677 4.766
Retribusi jasa
usaha 0.837 4.165
Retribusi
perijinan khusus 0.120 1.950
Sumber : data sekunder diolah (2010)
c. Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Durbin
Watson (DW). Nilai DW pada penelitian ini sebesar 2,507 (Tabel 4.9)
Tabel 4.9 Nilai Durbin-Watson
Model Summaryb
.964a .930 .924 1446541303 2.507
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X3, X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Sumber : data sekunder diolah (2010)
Nilai tersebut dibandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (40) dan jumlah
variabel independen (k = 3), tabel Durbin Watson menunjukkan nilai
dl = 1.48 dan nilai du =1.69. Oleh karena nilai DW 2,507 lebih besar
dari batas atas (du) 1.457 dan lebih kecil dari 4 –1,457 (2.54), maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif
pada model regresi karena nilai DW tersebut terletak di daerah no
autocorrelations.
d. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas Uji yang harus dilakukan selanjutnya
yaitu uji heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance
dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam
penelitian ini pengujian heteroskedastisitas dengan metode Glejser
yaitu meregresikan nilai residual yang diperoleh dengan
[image:58.612.176.516.107.475.2]commit to user
Tabel 4.10
Hasil uji heteroskedastisitas
Variabel
thitung Sig
Dependen Independen Residual _ P AD Retribusi atas jasa pelayanan umum -0.139 0.890 Retribusi jasa
usaha -1.341 0.188
Retribusi
perijinan khusus 1.036 0.307
Sumber : data sekunder diolah (2010)
Hasil regresi residual dengan variabel independen
menunjukkan nilai t hitung yang lebih kecil dari t tabel (1,96) atau
signifikansinya lebih besar dari 0,05. dengan demikian dapat
disimpulkan tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
D. Pembahasan
1. Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap PAD
Temuan pertama dalam penelitian ini adalah retribusi daerah yang
terdiri dari retribusi jasa pelayanan umum, retribusi jasa usaha dan
Retribusi perijinan khusus berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009.
Rata-rata kontribusi retribusi daerah terhadap PAD Kabupaten
Sragen tahun 2000-2009 merupakan yang paling besar dibandingkan
kontribusi pajak daerah, bagian laba usaha daerah maupun pendapatan
daerah merupakan pendapatan asli daerah yang sangat penting di
Kabupaten Sragen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
Lin & Liu (2000) yang menunjukkan bahwa desentralisasi memberikan
dampak yang sangat berarti bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Oates
(1995), Lin dan Liu (2000) yang membuktikan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara desentralisasi fiskal dengan pertumbuhan
ekonomi. Hasil ini mendukung sintesa yang menyatakan bahwa,
pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih
besar bagi pertumbuhan ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk
mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi lokal untuk
kepentingan pelayanan publik (Lin dan Liu, 2000; Mardiasmo, 2002;
Wong, 2004).
Sumber-sumber pendapatan potensial yang dimiliki Daerah akan
menentukan juga tingkat kemampuan keuangannya. Setiap Daerah
mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan ekonomi,
sumber daya alam, besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan besaran
penduduk. Pajak daerah merupakan sumber penghasilan yang universal
yang dapat ditemui hampir di semua negara di dunia yang menerapkan
kebijakan desentralisasi. Sedangkan untuk retribusi daerah baru bisa
dilakukan apabila ada pelayanan atau jasa nyata yang diterima oleh wajib
commit to user
retribusi, yaitu: (1) Retribusi jasa umum, (2) Retribusi jasa usaha dan (3)
Retribusi untuk perijinan tertentu.
2. Pengaruh Retribusi Jasa Pelayanan Umum Terhadap PAD
Temuan kedua dalam penelitian ini adalah retribusi jasa pelayanan
umum yang terdiri dari retribusi 1) pelayanan kesehatan, 2) pelayanan
sampah/kebersihan, 3) penggantian biaya cetak KTP (Kartu Tanda
Penduduk) dan akte catatan sipil, 5) pelayanan pemakaman/pengabuan
mayat, 6) pelayanan parkir di tepi jalan umum, 7) pelayanan pasar, 8)
pengujian kendaraan bermotor, 9) pemeriksaan alat pemadam kebakaran,
10) penggantia biaya cetak peta, dan 11) pengujian kapal perikanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Kabupaten Sragen tahun 2000 – 2009.
Rata – rata kontribusi retribusi jasa pelayanan umum terhadap
PAD Kabupaten Sragen tahun 2000-2009 merupakan yang paling besar
dibandingkan kontribusi retribusi jasa usaha dan retribusi perijinan khusus,
yaitu sebesar 48,77 %. Hasil ini menunjukkan bahwa retribusi jasa
pelayanan umum merupakan komponen retribusi daerah yang sangat
penting di Kabupaten Sragen.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Eka, (2000) tentang
kemampuan pembiayaan daerah, khususnya yang berasal dari pos PAD
(Pendapatan Asli Daerah) di wilayah Jawa tengah berasal dari kontribusi
Hasil ini juga mendukung hasil penelitian Mulyanto (2002) dalam
kajian terhadap potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya untuk
pos pajak daerah dan retribusi daerah yang terdiri dari (1) Retribusi jasa
umum, (2) Retribusi jasa usaha dan (3) Retribusi perizinan tertentu;
memegang peranan yang sangat penting bagi pemerintah daerah dalam
merencanakan dan menyusun target pendapatan dalam APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah).
Hasil ini juga mendukung hasil penelitian Riduansyah (2003),
tentang komponen retribusi daerah di Kabupaten Bogor terhadap total
penerimaan APBD dalam kurun waktu tahun anggaran 1993/1994-2000
berkisar antara 8,36%-23,05%, dengan rata-rata kontribusi per tahunnya
sebesar 15,61 % dengan pertumbuhan per tahun 5,08%. Kontribusi
retribusi terbesar terhadap total penerimaan APBD diberikan oleh retribusi
pasar dan retribusi terminal. Retribusi pasar pada periode ini memberikan
rata-rata kontribusi sebesar 3,25% per tahunnya dan tumbuh rata-rata
sebesar 1,44% per tahun. Sedangkan retribusi terminal, pada kurun waktu
yang sama memberikan rata-rata kontribusi sebesar 2,93% per tahun dan
tumbuh rata-rata sebesar 5,02% per tahunnya.
3. Pengaruh Retribusi Jasa Usaha Terhadap PAD
Temuan ketiga dalam penelitian ini adalah retribusi jasa usaha
yang terdiri dari retribusi:1) pemakaian kekayaan daerah, 2) pasar grosir
atau pertokoan, 3) tempat pelelangan, 4) terminal, 5) tempat khusus parkir,
commit to user
potong hewan (RPH), 9) pelayanan pelabuhan kapal, 10) tempat rekreasi
dan olah raga, 11) penyeberangan di atas air, 12) pengolahan limbah cair
dan 13) penjualan produk usaha daerah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pendapatan asl