• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG : KAJIAN SEMANTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG : KAJIAN SEMANTIK."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI

DALAM BAHASA JEPANG

(KAJIAN SEMANTIK)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat guna Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

oleh

Siti Nur Isnaini

NIM 1107301

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ungkapan

~nakerebanaranai

dan

~nakerebaikenai

dalam Bahasa Jepang

(Kajian Semantik)

Oleh Siti Nur Isnaini

S.S STBA JIA, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

© Siti Nur Isnaini 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SITI NUR ISNAINI

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing

Yuyu Yohana Risagarniwa, M.Ed., Ph.D. NIP.196305251992031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang

Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian tentang ‘Ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai dalam

Bahasa Jepang (Kajian Semantik)’ ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya pembelajar

Bahasa Jepang yang belum tahu tentang perbedaan dari toui hyougen bentuk

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai dalam kalimat bahasa Jepang. Dari wawancara dengan, beberapa pembelajar bahasa Jepang tentang bagaimana makna dan pemakaian

kedua bentuk toui hyougen tersebut ternyata masih banyak yang belum memahaminya.

Selama ini keduanya dianggap sama dan tidak ada perbedaan sama sekali.

Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik. Dalam penelitian ini diteliti sejumlah 60 data kalimat yang terdiri dari 44 data kalimat ~nakerebanaranai, dan 16 data kalimat bentuk ~nakerebaikenai. Data tersebut diambil dari jitsurei dari novel dan film lalu dianalisis.

Dari hasil penelitian diperoleh makna ungkapan ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai, persamaan dan perbedaan kedua ungkapan tersebut. Persamaan keduanya diantaranya adalah bermakna kewajiban dan keperluan. Dan perbedaan

keduanya adalah bahwa ~nakerebanaranai mengandung syarat, takdir, dan objektifitas

tinggi. Sedangkan ~nakerebaikenai tidak terdapat syarat dan takdir di dalamnya dan lebih cenderung subjektif.

(6)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

In Japanese language, there are many category grammatical. One of them is modality. Toui modality or in japanese language toui hyougen is modality that indicates duty, obligation or necessity. This research’s purposes are to analyze about the meaning of ~nakerebanaranai, nakerebaikenai, what the same and difference of ~nakerebanaranai and ~nakerebaikenai.

For analyze, the writer use japanese novels and films.The used methods is descriptive analytic. As a conclusion, from sixty sentences of ~nakerebanaranai and ~nakerebaikenai have a different meaning.The same meaning of both are duty, necessity and obligation and has objectivity. And the difference of both are ~nakerebanaranai mean fate and conditional and has subjectivity.

(7)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan... ...i

Abstrak...ii

K a t a P e n g a n t a r. . . v

Ucapan Terimakasih...vi

Daftar Isi... ...vii

Daftar Gambar Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lat ar Bel akang Masal ah...1

2.2 Rumusan Masalah... ...3

1.3 Tujuan Penelitian...4

1.4 Manfaat Penelitian...4

1.5 Sistematika Penulisan... ...4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1Pengertian Semantik...6

2.2Pengerti an Sinonim...7

2.3P e n g e r t i a n M o d a l i t a s . . . 1 2 2.4Ungkapan ~Nakerebanaranai Dan ~Nakerebaikenai...14

(8)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian...23

3.2Sumber Data...23

3.3Teknik Pengumpulan Data...24

3.4Teknik Analisa Data... ...25

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1A n a l i s i s M a k n a U n g k a p a n ~ N a k e r e b a n a r a n a i. . . 2 7 4.2Analisis Makna Ungkapan ~Nakerebaikenai...49

4.3P e r s a m a a n M a k n a U n g k a p a n ~ N a k e r e b a n a r a n a i D a n ~Nakerebaikenai....56

4.4P e r b e d a a n M a k n a U n g k a p a n ~ N a k e r e b a n a r a n a i D a n ~Nakerebaikenai... ....61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan...66

5.2 Saran...67

(9)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Masalah

Bahasa memegang peranan yang penting sebagai alat komunikasi.

Keberhasilan komunikasi merupakan keberhasilan dari penyampaian pesan

dengan pemakaian bahasa yang digunakan. Bahasa menandakan eksistensi

manusia sebagai makhluk yang berfikir, yang membedakan manusia dengan

makhluk lainnya di kehidupan ini untuk menyampaikan ide, gagasan, perasaan

dan emosi, sehingga bahasa sangat penting. Menurut Samsuri (1994 : 4) bahasa

adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran dan perasaannya,

keinginan, perbuatannya untuk mempengaruhi dan dipengaruhi dan bahasa adalah

dasar pertama-tama, paling berurat, berakar dari manusia.

Mempelajari sebuah bahasa asing seperti Bahasa Jepang bagi pembelajar

yang berbahasa ibu bukan Jepang pasti akan mengalami kesulitan ketika

mempelajarinya, terutama dalam memahami makna ungkapan dan

penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang. Bahasa Jepang berbeda dengan

bahasa Indonesia secara tata bahasa, misalnya dalam pemakaian pola kalimat.

Dalam tata bahasa bahasa Jepang terdapat ungkapan-ungkapan yang digunakan

ketika berkomunikasi yang disebut sebagai hyougen yang memiliki banyak jenis, misalkan bentuk perintah. Bentuk perintah dalam bahasa Jepang dapat

menggunakan bentuk perintah atau bentuk keharusan. Dalam bentuk keharusan

atau harus dapat digunakan dengan beberapa bentuk misalkan dengan

(10)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) 彼 私たち お互い 助け合わ けれ い し し 言う。

(ejje.weblio.jp)

Kare wa watashitachi ni otagaini tasukeawanakerebanaranai to shibashiba iu. Dia sering mengatakan bahwa kami harus saling membantu.

2)人 皆 法 を 守 け れ い 。 国 王 も 例 外 い 。 (ejje.weblio.jp)

Hito wa mina hou o mamoranakerebanaranai. Kokuou totemo reigai dewanai.

Manusia semuanya harus mematuhi peraturan. Raja juga tanpa pengecualian.

3) 友達 助け合わ けれ いけ い。(ejje.weblio.jp)

Tomodachi wa tasukeawanakerebaikenai. Teman harus saling membantu.

4) 彼 も う こ れ 以 上 飲 ま さ い う し け れ い け い 。 (ejje.weblio.jp)

Kare ni mou kore ijou nomasanaiyouni shinakerebaikenai. Kita harus melakukan sesuatu agar dia tidak minum ini lagi.

Pada contoh kalimat di atas, pembelajar mungkin menganggap bahwa

pemakaian ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai tidak berbeda dan memiliki arti sama yaitu „harus‟ dalam bahasa Indonesia, namun jika diperhatikan

bahwa ungkapan ~nakerebanaranai menyatakan sesuatu keharusan yang dilakukan karena tingkat kebutuhan yang wajib dengan mempertimbangkan

situasi menurut pandangan umum, sedangkan ~nakerenaikenai menyatakan sesuatu keharusan yang dilakukan berdasarkan pandangan pribadi menurut

pandangan umum hal tersebut merupakan keharusan.

Bentuk pemakaian yang bervariasi ternyata masih membingungkan bagi

pembelajar. Selama ini pula sepengetahuan penulis bahwa bentuk

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai adalah sama saja yaitu menyatakan ungkapan keharusan dalam bahasa Jepang, namun ternyata keduanya adalah

berbeda. Tidak semua orang khususnya pembelajar bahasa Jepang yang

mengetahui letak perbedaannya. Di samping itu dalam buku-buku ajar terkadang

(11)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak memberikan pengertian yang lebih terhadap makna dan pemakaian

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk lebih memastikan lagi tentang belum pahamnya pembelajar bahasa Jepang tentang

makna dan perbedaan pemakaian dari keduanya maka peneliti mencoba

mewawancarai beberapa mahasiswa tentang kedua pola tersebut. Wawancara ini

bukan dijadikan sebagai data utama tetapi hanya tambahan untuk menguatkan

hipotesa saja. Dari hasil wawancara pada mahasiswa STBA JIA Bekasi semester 3

(angkatan 2012/2013) hampir 80% tidak memahami situasi pemakaian pola

tersebut. Sedangkan dari kelas menengah yaitu mahasiswa semester 5 begitu juga,

dari 17 responden 10% saja yang memahami makna dan pemakaian keduanya.

Tidak jauh berbeda dengan pembelajar STBA JIA, hasil yang sama juga

didapat terhadap mahasiswa pasca jurusan pendidikan bahasa Jepang UPI

angkatan 2011/2012. Dari 9 orang semuanya tidak memahami secara detail makna

dan pemakaian kedua pola tersebut. Yang mereka tahu bahwa keduanya memiliki

arti keharusan, sedang perbedaannya kurang begitu memahami dalam pemakaian

pada kalimat bahasa Jepang.

Dalam buku ajar yang beredar dan digunakan oleh para pembelajar bahasa

Jepang di Indonesia masih sedikit yang membahas secara detail tentang kedua

pola tersebut. Mungkin dikarenakan masalah waktu pengajaran yang terbatas dan

harus mengejar target untuk mencapai tujuan pemahaman pembelajar sehingga

tidak terlalu diberikan penjelasan tentang pemakaiannya.

Dilatarbelakangi oleh masih adanya pembelajar yang tidak dapat

membedakan pemakaian dari salah satu jenis toui hyogen yaitu ~nakerebanaranai

dan ~nakerebaikenai maka peneliti ingin meneliti tentang ungkapan

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai dalam bahasa Jepang sehingga dari hasil penelitian ini dapat membantu pembelajar bahasa Jepang dalam mempelajari

ungkapan bahasa Jepang terutama kedua pola tersebut untuk lebih memudahkan

(12)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian berjudul “Ungkapan ~Nakerebanaranai

dan ~Nakerebaikenai dalam Bahasa Jepang” ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah makna ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai.

2. Apa persamaan makna ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai. 3. Apa perbedaan makna ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai. 1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa saja makna ungkapan ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai.

2. Untuk mengetahui apa persamaan makna ungkapan ~nakereba naranai dan

~nakerebaikenai dalam kalimat.

3. Untuk mengetahui apa perbedaan makna ungkapan ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai. 1.4Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, diharapkan nantinya dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Dapat memberikan pengetahuan mengenai makna, persamaan dan

perbedaan makna ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai.

b. Dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kajian ilmu

bahasa tentang makna ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai

dalam bahasa Jepang.

2. Secara Praktis

a. Bagi pembelajar, dapat lebih menerapkan pengetahuan linguistik tentang

ungkapan toui hyougen dalam bahasa Jepang secara khusus.

b. Bagi pengajar, dapat memberikan pemahaman lebih dalam lagi tentang

(13)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

~nakerebaikenai dalam bahasa Jepang sehingga dapat mempermudah dalam pengajaran Bahasa Jepang.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN yang terdiri dari Latar belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI Pengertian Semantik, Pengertian Sinonim,

Pengertian Modalitas, Ungkapan ~Nakerebanaranai dan ~Nakerebaikenai, dan Penelitian Terdahulu.

Bab III METODOLOGI PENELITIAN terdiri dari Metode Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.

Bab IV ANALISIS DATA terdiri dari Analisis Makna ~Nakerebanaranai, Analisis Makna ~Nakerebaikenai, Persamaan Makna ~Nakerebanaranai dan

~Nakerebaikenai, serta Perbedaan Makna ~Nakerebanaranai dan

~Nakerebaikenai.

Bab V SIMPULAN DAN SARAN terdiri dari Simpulan dan Saran.

(14)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

(15)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Penelitian adalah cara memahami sesuatu melalui penyelidikan atau

melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu

yang dilakukan dengan hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya

(Wiraartha, 2006: 67). Djajasudarma (2006: 4) menyebutkan bahwa metode

penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan

penelitian atau dalam mengumpulkan data. Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia

(2008: 910) mengatakan bahwa metode adalah cara teratur yang digunakan untuk

melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuatu yang dikehendaki; cara kerja

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif

yaitu mendeskripsikan tentang ungkapan keharusan atau toui hyougen dalam bahasa Jepang dengan mengumpulkan data-data tentang bentuk pola

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai dari sumber data lalu disusun, diklasifikasikan, dianalisa dan diinterpretasikan apa adanya. Metode deskriptif ini

menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual yang

timbul dengan cara menjabarkan, memotret segala permasalahan yang dijadikan

pusat perhatian peneliti dan dibeberkan begitu saja (Sutedi, 2009: 58).

3.2Sumber Data

Data dari penelitian ini diambil dari data jitsurei yaitu data yang merupakan kalimat asli bukan kalimat buatan dari peneliti. Semua data diambil

(16)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kokoro

Dalam penelitian ini, digunakan teknik dengan metode simak dengan

teknik catat dan rekam. Peneliti menggunakan metode deskriptif dengan urutan

pengumpulan data sebagai berikut :

1. Menyimak yaitu peneliti menyimak atau mengamati penggunaan kalimat yang

terdapat pola ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai.

2. Menyadap kalimat-kalimat yang terdapat ungkapan ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai yaitu mendengar lewat film dari pemakaian bahasa dari sumber data.

3. Menyimak bebas libat cakap yaitu peneliti tidak terlibat langsung dengan para

penutur data. Peneliti tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang

yang saling berbicara, baik dalam dialog, konversasi atau imbal wicara.

4. Merekam dilakukan ketika ada kalimat dari film yang harus dicatat untuk lebih

memperjelas pemakaian kalimat pemakaian bentuk ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai.

5. Mencatat data kalimat yang terdapat ungkapan ~nakerebanaranai dan

(17)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1. METODE DAN TEKNIK PENYEDIAAN DATA

Sudaryanto (1993 : 136)

3.4Teknik Analisa Data

Tahap analisis adalah tahap yang paling penting dan sentral sebagai

puncak dari segala tahap penelitian. Pada tahap ini menentukan ditemukan

tidaknya kaidah yang menjadi sumber sekaligus titik sasaran obsesi setiap

penelitian (Sudaryanto, 1993: 8). Dari data-data yang terkumpul yang diambil dari

beberapa sumber data seperti novel dan film kemudian dianalisa satu persatu

sehingga diketahui maknanya. Setelah mendapatkan maknanya maka akan dicari

persamaan dan perbedaan kedua ungkapan tersebut dengan teknik

mensubstitusikan diantara keduanya. (Sutedi, 2011 : 146-149) mengatakan bahwa

cara menganalisis sinonim adalah sebagai berikut:

1. Menentukan objek yang akan diteliti

2. Mencari literatur yang relevan

3. Mengumpulkan jitsurei

4. Mengklasifikasi setiap jitsurei

5. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

(18)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Membuat simpulan/generalisasi

Misalkan pada contoh kalimat di bawah ini :

27) 父 病気 性質 し 運動 慎ま れ ら い ,床 上

からも ほ 外へ 出 かった (Kokoro : 61)

Chichi wa byouki no seishitsu toshite, undou o tsutsushimanakerebanaranainode, yuka o agetekaramo, hotondo soto e denakatta.

Ayah karena keadaan penyakitnya, harus hati-hati dalam bergerak, setelah bangun tidur pun, hampir-hampir tidak dapat pergi keluar.

Dari kalimat di atas bentuk ungkapan ~nakerebanaranai + node

menggambarkan sebuah alasan dimana sang ayah harus bergerak dengan hati-hati

mengingat penyakitnya yang bisa saja tiba-tiba kambuh. Kalimat tersebut selain

bermakna kewajiban juga bermakna suatu aturan yang harus ditaati, tidak boleh

diremehkan. Jika sampai diremehkan akan berakibat fatal untuk kondisi kesehatan

si ayah. Setelah didapat makna ungkapan tersebut, selanjutnya akan dicari

persamaan dan perbedaan makna dari ungkapan ~nakerebanaranai dan

(19)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai memiliki fungsi yang sama sebagai toui hyougen yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘harus’. Tidak

banyak perbedaan dalam makna dari kedua bentuk ungkapan tersebut. Dalam

penelitian 60 data kalimat yang terdiri dari 44 data kalimat ~nakerebanaranai, dan 16 data kalimat bentuk ~nakerebaikenai setelah dideskripsikan akan terlihat makna dari masing-masing kalimat tersebut. Dari hasil penelitian ‘Ungkapan

~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenaidalam Bahasa Jepang’ dan dihubungkan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini maka peneliti mendapatkan

beberapa simpulan. Dari hasil analisis data penelitian ini ternyata mendukung

teori sebelumnya. Simpulan itu adalah sebagai berikut :

1. Ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai memiliki makna antara lain kewajiban, keperluan.

2. Dalam ungakapan ~nakerebaikenai terkandung makna keharusan, kewajiban dan keoerluan namun sifatnya agak longgar, tidak seperti pada

~nakerebanaranai

3. Persamaan ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai adalah sebagai berikut :

a. Ungkapan ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai sama-sama memiliki makna kewajiban baik itu kewajiban untuk diri sendiri atau untuk

orang lain.

b. Ungkapan ungkapan ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai sama-sama memiliki makna perlunya dalam menaati suatu aturan.

(20)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Ungkapan ~nakerebanaranai memiliki makna keharusan/kewajiban yang menyangkut takdir, aturan, syarat dan hal yang bersifat umum.

b. Ungkapan ~nakerebaikenai memiliki makna keharusan/kewajiban yang bersifat subjektif, tidak terdapat hal yang mengandung syarat ataupun takdir.

5.2 SARAN

Berdasar hasil penelitian tentang Ungkapan ~nakerebanaranai dan

~nakerebaikenai maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Untuk para pembelajar agar dapat lebih menambah ilmu pengetahuan

terutama tentang semantik, karena keduanya sangat penting guna

membantu pembelajar dalam memahami kalimat bahasa Jepang. Selain

itu memahami sinonim dalam bahasa Jepang juga merupakan hal yang

penting agar kita dapat mengerti makna dari sinonim tersebut.

2. Untuk para pengajar sebaiknya memberikan materi dengan penjelasan

yang detil tentang sinonim dalam Bahasa Jepang, bagaimana makna

dan penggunaannya dalam kalimat supaya pembelajar dapat

memahaminya dengan baik.

3. Dan untuk kedepannya diharapkan akan ada banyak lagi penelitian

(21)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

3A Network. 1992. Shin Nihongo No Kiso I. Tokyo : 3A

3A Network. 2008. Minna No Nihongo II. Surabaya : IMAF Press. Alwasilah, A.C. 2011. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Alwi, Hasan. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, A. Dan Agustina, L. 2010. Sosiolonguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta.

Chino, Naoko. 2000. Nihongo Kihon Bunkei Jiten. Tokyo : Koudansha Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Desmita, Liza. 2013. Penggunaan Nakerebanaranai, Beki, dan Hazu Sebagai Modalitas Deontik (Toui) dan Modalitas Epistemik (Gaigen). Skripsi FKIP Universitas Riau Pekanbaru : Tidak diterbitkan.

Etsuko Tomomatsu, Jun Miyamoto, Masako Wakuri Dkk. 2000. Donnatoki dou tsukau nihongo hyougen bunkei 200. Tokyo : Alc

Goumaru, Shizuka. 1995. ‘Nakerebanaranai To Bekida’ dalam Gakujutsu Giseki vol. 6 p. 29-39.

Gumbira, Nur Rani. 2012. Analisis Makna Verba Omou dan Kangaeru Sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Hayashi, Dai. 2001. Nihongo Kyouiku Handobukku. Tokyo : Taishukan.

Hidetoshi, Kenbou. 2001. Sanseido Kokugo Jiten. Japan : Sanseido.

Hoko, Shigawa. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou to Kangaekata No Pointo. Tokyo : 3A

Hymes, D. 1964. Language in Culture and Society. New York : Harper and Row

(22)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Isao. Iori. 2002. Chuujoukyuu O Oshieru Hito No Tame No Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo : 3A Network

Isao, Iori. 2003. Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo : 3A Network

Kahoru, H&Yuuko, S. 1996. Hitoride Manaberu Nihongo Bunpou. Tokyo : Bonjinsha.

Kindaichi, Haruhiko. 1995. Nihongo Daijiten. Tokyo : Kodansha.

Kokusho. 2003. Nihongo Nouryoku Shiken Chokuzentaisaku. Tokyo : Kokusho

Kuntjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta : Aksara Baru

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa : Tahapan strategi, metode, dan tekniknya. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Makino, Seiichi. 1996. Uchi To Soto No Gengo Bunkagaku. Tokyo : ALC. Makino, S & Tsutsui, M. 2000. A Dictionray Intermediate Japanese

Grammar. Tokyo : The Japan Times.

Matsuura Kenji. 1994. Nihongo-Indonesiago Jiten. Kyoto : Kyoto Sangyo University Press.

Meliani, Dewi. 2006. Analisis Hyougen yang Menyatakan Larangan dalam Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Mihoko, Murata. 2008. Taikei Nihongo Bunpou. Tokyo : Suzusawa

Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Ningsih, Nida. 2009. Analisis Penggunaan Ungkapan ~nakerebanaranai

dan ~bekida. Skripsi FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Poerwo, B.K. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta : Kanisius.

Rahmalina, Reny. 2014. Kontrastivitas Makna Kata Kowai Dan Osoroshii Dalam Bahasa Jepang Dengan Kata Takut Dalam Bahasa Indonesia. Tesis pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak diterbitkan

(23)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Malang: Sastra Hudaya. Shibamon, Fumi & Kitagawa, Etsuko. 2000. Koi wo Suru Hito Shinai Hito.

Kyoto : PHP Interface

Soseki, Natsume. 1949. Kokoro. Tokyo : Kadogawa

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Sudjianto. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sudjito. 1989. Sinonim. Bandung : Sinar Baru.

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito. Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung :

Humaniora.

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.

Takeshi, Hashiuchi. 1999. Discourse. Tokyo : Kurashio Shuppan. Tanaka, Mariko. 2006. Enjeru nooto. Tokyo : Meisou

Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Jepang Indonesia, Jakarta : Dian Rakyat Tokugawa, Munemasa & Miyazima, Tatou. 1972. Ruigigo Jiten. Tokyo Tokyo Gaikokugo Daigaku Ryuugakusei Nihongo Kyouiku Sentaa. (1994).

Shokyuu Nihongo. Tokyo : Bonjinsha.

W. S., Hasanuddin. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.

Yasuhiko, Nomura. 1996. ‘~Bekida, ~Nakerebanaranai, ~Zaruenai’ dalam

Nihongo Gakka.Vol. 6 p. 69-80.

Yasushi, S & Tasaku, T. 1996. Nihongo Bunpou No Sho Mondai. Tokyo : Hitsuji Shoubou.

(24)

Siti Nur Isnaini, 2015

UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yoshiyuki, Morita. 1996. Imibunseki No Houhou. Tokyo : Hitsuji Shoubou. Naoko, Tamura. Meidai youso no modaritika ni tsuite –Nakerebanaranai ya

moii nado o rei ni.

www.google.com

www.dictionary.goo.ne.jp

www.ejje.weblio.jp

Gambar

Gambar 3.1.  METODE DAN TEKNIK PENYEDIAAN DATA

Referensi

Dokumen terkait

Berubah strukturnya karena sebagian anggota keluarga tersebut tidak lagi tinggal bersama dengan keluarganya namun dari beberapa kasus yang terdapat pada masyarakat Desa

Untuk memenuhi syarat sebagai calon lisensi, pemohon harus mengikuti kualifikasi minimal yang dianggap oleh Dewan diperlukan untuk keselamatan publik dan

Penelitian tentang smart parking sebenarnya sudah banyak dilakukan dengan berbagai metode dan berbagai objek, namun penelitian ini mengacu pada jurnal “A Navigation

Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,

[r]

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Cipocok Jaya 1 menggunakan dua kelas, yaitu kelas VA digunakan untuk kelas kontrol dan VC digunakan untuk kelas eksperimen dimana

[r]

[r]