KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA
MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP MASALAH PALESTINA (2005-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh
Yuvita Anugerah putri
0809258
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Kebijakan Politik Luar Negeri
Republik Islam Iran Pada Masa
pemerintahan Mahmoud
Ahmadinejad Terhadap Masalah
Palestina (2005-2013)
Oleh
Yuvita Anugerah putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial
© Yuvita Anugerah Putri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah palestina 2005-2013.” Permasalahan utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana Ahmadinejad berusaha mewujudkan bangsa Palestina yang merdeka dan berdaulat. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Metode historis yang dimaksud adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap dalam metode ini meliputi: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah studi literatur berupa pengkajian buku-buku yang relevan.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat keterhubungan arah kebijakan politik Luar Negeri Iran dengan permasalahan yang dialami Palestina. Palestina sendiri mengalami situasi yang masih dalam penguasaan negara lain yaitu Israel sejak tahun 1948 hingga sekarang. Sosok Ahmadinejad yang merupakan sosok fundamentalis Islam memberikan angin baru dalam perjuangan bangsa Palestina. Ahmadinejad adalah sosok yang dinilai apa adanya dan provokatif dalam menyuarakan isu Palestina dan Israel. Sangat jarang ditemui sosok yang terang-terangan memposisikan dirinya sebagai sosok yang anti Barat ataupun anti Israel, oleh karena itu penelitian ini berfokus pada periode Ahmadinejad menjadi presiden (2005-2013). Selama itu pula Ahmadinejad berperan menjadi perantara rakyat Palestina kepada dunia dalam menyuarakan apa yang dirasakan dan diharapkan penduduk Palestina.Latar belakang Ahmadinejad terlibat dalam isu Palestina sendiri selain karena alasan kemanusiaan, juga karena didorong oleh semangat Revolusi Islam yang salah satu isi tujuan revolusi tersebut adalah membebaskan Palestina dari Israel. Karena begitu intensifnya sehingga Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sangsi kepada Ahmadinejad karena dinilai melakukan pengancaman terhadap Israel. Sampai masa jabatannya habis sebagai Presiden terdapat kemajuan yang cukup menggembirakan dialami penduduk Palestina, hal ini dikerenakan diakuinya Palestina menjadi sebuah negara semakin mendapatkan dukungan dari berbagai negara. Berdasarkan hasil voting dalam sidang Umum PBB status Palestina berubah menjadi anggota penuh setelah sebelumnya hanya menjadi peninjau.
ABSTRACT
This thesis entitled "Policy Foreign Policy In the Islamic Republic of Iran Mahmoud Ahmadinejad Reign 2005-2013 Against Palestinian problem." The main issues raised in this paper is how Ahmadinejad tried to realize the Palestinian people an independent and sovereign. The method used in this thesis is the historical method. Historical method in question is the process of critically examine and analyze the recorded legacy of the past. The stages in this method include: heuristics, criticism, interpretation and historiography. Research techniques used in this thesis is the study of literature in the form of assessment of relevant books.The purpose of this research is to see the connectedness towards the Iranian Foreign policy with the problems experienced by the Palestinians. Palestinians themselves have a situation that is still in control of another state, namely Israel since 1948 until now. The figure of Ahmadinejad who is a figure of fundamentalist Islam gives a new wind in the Palestinian struggle. Ahmadinejad is a person who assessed what is and provocative in voicing the issue of Palestine and Israel. Very rare figure who openly positioning himself as someone who is anti-Western or anti-Israel, therefore, this study focuses on the period of Ahmadinejad became president (2005-2013). Ahmadinejad during the same role as intermediary of the Palestinian people to the world in expressing what is perceived and expected Palestinians.Background Ahmadinejad was involved in the Palestinian issue aside for humanitarian reasons, also driven by the spirit of the Islamic Revolution that one of the goals the contents of the revolution is to liberate Palestine from Israel. Because it is so intensive that the UN Security Council to impose sanctions Ahmadinejad as judged conduct or threats to Israel. Until his term runs out as President there was encouraging progress experienced by the Palestinian population, it because recognition of Palestine as a nation is increasingly gaining support from many countries. Based on the results of voting in the UN General Assembly changed the status of Palestine became a full member after previously only being an observer.
DAFTAR ISI
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ...11
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...14
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian... ...43
BAB IV AHMADINEJAD DAN PERMASALAHAN PALESTINA
4.1 Situasi Sosial-Politik Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad ...54
4.1.1 Profil Negara Iran ...54
4.1.2Sistem Pemerintahan Iran...56
4.1.3Proses Pemilihan Presiden Tahun 2005 ...64
4.2 Penyebab Iran Terlibat dalam Permasalahan Palestina ...67
4.2.1 Awal Mula Hubungan Iran-Palestina ...67
4.2.1.1Hubungan Iran-Palestina Pasca Revolusi 1979 ...68
4.2.1.2Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Rasfsanjani.. ...71
4.2.1.3 Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Khatami... ...75
4.2.2 Alasan Ahmadinejad Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Palestina ...77
4.3 Kebijakan Yang Dikeluarkan Ahmadinejad Dalam Menyelesaikan Permasalahan Palestina...81
4.3.1 Dasar Kebijakan Luar Negeri Ahmadinejad...81
4.3.2 Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad ...86
4.3.3 Solusi Yang Diajukan Ahmadinejad... 94
4.4 Dampak Yang Dirasakan Palestina Atas Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad Dalam Penyelesaian Konflik Dengan Israel ...97
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...100
DAFTAR PUSTAKA ...103 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sampai saat ini masih
bergejolak, salah satu yang masih menjadi sumber pergolakannya adalah masalah
Palestina. Permasalahan Palestina pada kenyataannya memperlihatkan tatanan
politik luar negeri berbagai negara, termasuk negara-negara yang berada dalam
kawasan Timur Tengah. Dari seluruh negara yang termasuk di kawasan Timur
Tengah ataupun negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Iran adalah
negara yang menarik untuk disorot dalam hal kebijakan politik luar negerinya,
karena perjalanan sejarah negeri ini tidak bisa dipisahkan dari apa yang terjadi di
Palestina.
Republik Islam Iran merupakan negara yang mengalami pasang surut
dalam mengeluarkan kebijakan mengenai permasalahan Palestina, negara yang
sering disebut negeri kaum Mullah ini adalah negara yang mengalami perubahan
kebijakan politik luar negerinya mengenai Palestina secara dramatis. hal tersebut
terjadi pada masa kepemimpinan Syah Reza Pahlevi sebagai seorang raja dan
pasca Iran mengalami sebuah Revolusi yang terjadi pada tahun 1979.
Iran pada masa pendeklarasian Israel sebagai sebuah negara pada tahun
1948 belum menjadi negara yang berada di belakang Palestina seperti
negara-negara Arab ataupun negara-negara-negara-negara timur tengah lainnya pada masa itu. Namun
Pemerintahan ini masih berada dalam pengaruh barat yang kuat oleh karena itu
kebijakan-kebijakan politik luar negeri maupun dalam negeri cenderung
menguntungkan pihak Amerika Serikat dan Israel. Kedekatan antara Iran dan
Israel pada masa itu menjadi salah satu keresahan warga negaranya sendiri salah
satu nya yang dirasakan oleh ulama besar Iran yaitu, Imam Khomeini hal tersebut
tersirat dalam ucapannya pada 3 Juni Tahun 1963 sebagai berikut:
adalah, jika kita tidak mengatakan tiga hal tersebut, maka apa lagi yang mesti dikatakan selain itu? Semua kesulitan kita, tanpa kecuali, berasal dari tiga hal tersebut (Khomeini, 2004: 84).
Pernyataan Imam Khomeini di atas menyiratkan beberapa hal, salah satu
nya adalah pemerintahan Iran berupaya menutup segala keburukan pemerintahan
nya, Pahlevi pun menjamin keberadaa Israel selama Ia berkuasa dan pada
dasarnya Ia menggambarkan kuatnya hubungan pemerintahannya dengan kaum
zionis. Apa yang terjadi dalam pemerintahan Pahlevi terlebih mengenai jalinan
kerjasama antara Pahlevi dengan Israel bukannya tanpa disadari oleh masyarakat
Iran sendiri dan pada akhirnya permasalahan Palestina merupakan salah satu
faktor pendorong pergerakan kaum Islam Fundamentalis untuk melaksanakan
gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini pun berkali-kali
menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah mendapat inspirasi dari
perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel” (Khomeini, 2004: xxi).
Pergerakan Khomeini didasarkan pada usaha mewujudkan sebuah
pemerintahan yang bebas dari pengaruh barat, atau pemerintahan Islam yang
berbasis pada Al-Quran. Perjuangannya dianggap berbahaya sehingga Khomeini
pun diasingkan ke Perancis pada November 1964 (Labib et al, 2006: 10), Usaha
melengserkan Pahlevi pun berjalan secara tidak langsung, segala pemikirannya
dituangkan dalam buku yang lahir di pengasingan. Dengan jalan yang cukup
panjang terjadilah sebuah revolusi pada 10 Februari 1979. Setelah itu mulailah
sebuah pemerintahan baru dengan tatanan kenegaraan yang menggunakan syariat
Islam oleh karena itu revolusi tersebut kita kenal dengan sebutan revolusi Islam
Iran. Di tahun yang sama juga tepatnya 7 Agustus 1979, Imam Khomeini
membuat sebuah gertakan bagi kaum muslimin di dunia untuk sama-sama
memperhatikan kondisi Palestina dengan menetapkan Hari Al Quds Sedunia,
berikut adalah ucapan beliau saat menetapkan hari besar tersebut:
demonstrasi solidaritas kaum muslim sedunia, mengumandangkan dukungan mereka atas hak-hak rakyat Muslim” (Khomeini, 2004: 225).
Mewujudkan cita-cita menghilangkan dominasi Israel dan Amerika
Serikat tidak perlu menunggu lama, dengan tanpa ragu-ragu pemerintahan Iran
yang baru, mengganti Kedutaan Besar Israel untuk Iran menjadi Kedutaan Besar
Palestina dan diikuti dengan pengusiran para diplomat Amerika di Taheran. Tak
berselang lama juga PLO yang diketuai oleh Yasser Arafat menjadi tamu
kenegaraan pertama di negeri yang berubah menjadi Republik Islam Iran tersebut
(Khomeini, 2004: xxi). Satu tahun setelah pendeklarasian kemerdekaan Palestina
tepatnya pada tanggal 3 Juni 1989 sang imam besar wafat. Sepeninggal Imam
besar Ayatullah Khomeini, Iran pun tetap menjadi Republik Islam Iran namun
yang menjadi menarik adalah bagaimana kelanjutan kebijakan politik luar negeri
pemerintahan Iran. Karena Iran sendiri memiliki politik dalam negeri yang
dinamis.
Birn Izdy memaparkan lima fase kebijakan luar negeri Iran mengenai
permasalahan Palestina dalam bukunya yang berjudul "Madkhal Ela Al-Siyasah
Al-Kharigiyah Li-Gumhouriyat Eiran Al-Eslamiyah" (1999) , penjelasan tersebut
dikutip oleh Taryudi dalam artikel yang berjudul strategi politik Iran di jalur
Gaza (http:///www.eramuslim.com), Dr. Birn Izdy adalah mantan petinggi di
kementerian luar negeri Iran. Periodesisasi yang ia buat adalah sebagai berikut:
Fase Pertama: 1979-1980, dimana kubu liberal-konservatif memegang
kebijakan neo-konservatif dalam upaya menjalin hubungan bilateral antara Iran
dan masyarakat internasional. Fase Kedua: 1980-1988, yang bisa disebut sebagai
fase radikalis pola interaksi Iran kepada bangsa dunia tanpa mengindahkan
mediasi pemerintahan, yang justru mengakibatkan instabilitas dalam negeri Iran.
Fase Ketiga: 1988-1997, menunjukkan sikap moderat, menerapkan pola santun
strategi luar negeri Iran, dan obsesi memperbaiki serta meningkatkan harmonisasi
hubungan bilateral. Presiden Hasyemi Rafsanjani bersama Menlu nya Dr. Ali
Akbar Vilayati berhasil menata kembali keretakan hubungan Iran dengan
masyarakat dunia. Beberapa pointer yang dicapai, antara lain: eksistensi
Arab; pencabutan isolasi masyarakat internasional atas Iran paska revolusi;
penerimaan Barat dan dibukanya pangsa pasar Eropa; legalisasi dunia atas
revitalisasi angkatan perang Iran; penyebaran pemikiran revolusi melalui kran
kebudayaan; dan, Iran diajak menyelesaikan krisis di Afghanistan dan kawasan
Timteng.
Fase Keempat: 1997-2005, semasa Muh. Khatami berkuasa. Pandangan
reformisnya seringkali menimbulkan konflik internal dengan kubu konservatif
yang loyal memelihara amanat revolusi . Ini pulalah yang menjadi akar carutmarut
nya pemerintahan dalam negeri Khatami. Lain halnya mengenai iklim politik luar
negeri Iran, Khatami benar-benar lentur terhadap Barat bahkan untuk pertama
kalinya ia mengadakan kontak politik dengan Moshe Katsav, Presiden Israel pada
April 2005, hal yang tak pernah dilakukan pendahulunya semenjak revolusi
ditabuh.
Dari paparan mengenai fase-fase di atas dapat ditafsirkan bahwa seorang
pemimpin negara dalam hal ini seorang presiden memiliki peran yang sangat
penting dalam pengambil langkah dan arah kebijakan politik luar negeri Iran.
Latar belakang seorang presiden mempengaruhi dinamika politik luar negeri Iran
yang tidak bisa terlepas dengan hubungan Iran dengan negara-negara barat
ataupun negara Timur Tengah lainnya.Tidak bisa dipungkiri setelah revolusi Iran,
negara tersebut menjadi sorotan dunia, Iran dinilai sebagai sebuah negara yang
tidak memiliki hubungan yang baik dengan Amerika Serikat dan Israel, oleh
karena itu dinamika yang terjadi dalam kebijakan luar negeri Iran sebagaimana
yang dipaparkan Birn Izdy bisa berdampak pada sikap Iran dalam isu Palestina.
Sampai pada masa pergantian presiden Iran yang keenam ke yaitu dimasa
pencalonan pertama Mahmoud Ahmadinejad pada 2005, dunia seolah kembali
dalam situasi dimana pergolakan antara Iran dan dunia barat kembali meningkat.
Ahmadinejad menjadi sosrotan besar di segala pemberitaan baik media Barat
maupun media Iran sendiri. Hal tersebut dikarenakan sejak pencalonannya
Ahmadinejad telah menunjukan afiliasinya pada kubu ultra-konservatif atau
kaum fundamentalis (ushuuli) yaitu berarti konsisten memegang nilai-nilai Islam
tahun kebalakang (terutama pada masa pemerintahan khatami), makna istilah “fundamentalis” sendiri menurut Ahmadinejad berarti konsistensi memegang teguh nilai-nilai Islam dan revolusi (El-Gogary, 2006: 45). Ahmadinejad pun
terpilih secara dramatis sebagai presiden selanjutnya mengalahkan mantan
presiden Iran periode 1989-1997, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani.
Sosok Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis
dan revolusionis adalah alasan mengapa penulis memfokuskan penelitian ini pada
masa pemerintahan Ahmadinejad, atau merupakan fase kelima dari paparan Dr.
Birn Izdy . Seperti di paragraf sebelumnya Ahmadinejad mengingatkan kita pada
sosok Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, dan
Ahmadinejad pun hadir di saat pemerintahan Khatami sudah dinilai memasukan
nilai-nilai liberalisme yang bertolak belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.
Perjalanan pemerintahan Ahmadinejad sangat menarik, karena Ia dihadapkan pada
berbagai macam tantangan baik dalam negeri dengan lawan-lawan politik yang
menjadi oposisi pemerintah nya yang tentu tidak sepenuhnya sepaham dengan
kebijakan-kebijakan dengan Ahmadinejad. Selain itu tantangan lainnya datang
dari hubungan Iran dalam peta perpolitikan dunia terlebih erat hubungannya
dengan Israel dan negara-negara pendukung Israel seperti Amerika Serikat,
begitu pula tantangan Ahmadinejad dalam mewujudkan revolusi yang sebenarnya,
revolusi Islam yang belum berakhir selama Palestina belum lepas dari belenggu
Israel seperti amanah dari sang Imam besar Khomeini tentang keterhubungan
Revolusi Islam dengan gerakan Pembebasan Palestina. Bukanlah hal yang mudah
untuk kembali mengembalikan Iran seperti Iran pasca revolusi 1979, yang sudah
terpatri seperti Iran yang anti barat, fundamentalis dan dapat bertahan dalam
konstelasi politik liberalis yang sangat dihindari Iran.
Penelitian ini bukan hanya semata-mata menjelaskan mengenai
kebijakan-kebijakan luar negeri Iran selama masa pemerintahan Ahmadinejad mengenai
Palestina saja, namun pada dasarnya juga menyoroti solusi atau jalan tengah yang
diupayakan Iran untuk menyelesaikan segala kerumitan dan permasalahan yang
terjadi di Palestina. Terlebih dalam masa pemerintahan Ahmadinejad yang
Israel seolah berada dalam situasi yang semakin memprihatinkan dengan
berlasungnya blokade jalur Gaza pada tahun 2007 dan terjadinya agresi besar pada
Gaza yang diawali dengan serangan udara di langit Gaza pada 27 Desember 2008
(Zulkifli,2009:15) situasi tersebut berlangsung cukup lama hingga 21 Januari
2009. Blokade Gaza bukan hanya blokade secara wilayah namun juga blokade
secara ekonomi bahkan segala macam bantuan asing yang datang hanya bisa
disalurkan mengguakan angkutan darat saja, bantuan yang masuk sulit untuk
menembus Gaza apabila disalurkan dengan transportasi laut ataupun udara, hal ini
tercermin dalam peristiwa penyerbuan kapal laut Mavi Marmara yang membawa
bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Peristiwa yang terjadi pada 31 Mei 2010
menewaskan 9 warga negara Turki dan melukai 50 relawan yang berasal dari
berbagai negara tersebut.
Konflik Palestina dan Israel sendiri telah berlangsung cukup lama kurang
lebih enam puluh tahun lebih . Sejak masa imperium Ustmani bahkan sebelumya
dimasa kekhalifahan Islam, di tanah Yerusallem ini terdapat tiga kelompok
masyarakat yang berbeda dalam keyakinan yaitu Islam, Kristen dan Yahudi oleh
karena itu Yerussalem juga disebut sebagai kota suci tiga agama. Pada saat itu
ketiga unsur masyarakat tersebut bisa hidup berdampingan, situasi ini berubah
sejak seorang penulis bernama Theodor Herzl seorang Yahudi asal Hongaria
yang menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina, atau di tempat
lain gagasan ini tertulis dalam bukunya berjudul Der Judenstaat pada 1896.
Situasi pun berkembang pada saat adanya dukungan Inggris terhadap
gagasan tersebut dalam sebuah Deklarasi yaitu, Deklarasi Balfour pada November
1917, sejak itu pula terjadi pendudukan Palestina oleh Inggris. Sampai akhirnya
Inggris mengalihkan pendudukannya pada orang-orang Yahudi dan terjadilah
pendeklarasian berdirinya sebuah negara bernama Israel pada 14 Mei 1948. Hal
ini terjadi sebagai dampak dari peristiwa holocaust yang dilakukan oleh NAZI
terhadap Yahudi di wilayah kekuasaan NAZI pada saat perang dunia ke II,
pemberian tanah Palestina dinilai sebagai solusi atas holocaust yang dialami
orang-orang Yahudi. Alasan mengapa bangsa Yahudi memilih kawasan Palestina
alasan lainnya tercermin dalam slogan mereka yaitu, a land with no people with
no land, Palestina adalah tanah tanpa penduduk yang diperuntukan bagi bangsa
yang tidak memiliki tanah. Dimulai lah Al-Nakba atau hari malapetaka bagi rakyat
Palestina hingga kini (Sulaeman, 2008: 66-94). Sejak itu pula terjadilah
pengusiran besar-besaran warga Palestina, sehingga sebagian besar rakyat menjadi
pengungsi di berbagai negara yang terdekat. Sedangkan untuk warga yang tetap
bertahan mulai terisolasi dalam intimidasi-intimidasi militer israel.
Oleh karena itu berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti bermaksud
mengangkat hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul Kebijakan Politik
Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Ahmadinejad
Terhadap Masalah Palestina 2005-2013. Maksud yang terkandung pada judul di
atas adalah tanggapan, sikap dan pendirian yang diperlihatkan oleh presiden
Ahmadinejad yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan luar negeri nya
mengenai Palestina yang dikeluarkan selama masa jabatannya sebagai presiden
yaitu pada tahun 2005 sampai dengan 2013 terhadap permasalahan atau konflik
yang terjadi di Palestina.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan utama yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana
kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad terhadap
penyelesaian masalah Palestina 2005-2013?”. Sedangkan untuk menjawab
rumusan masalah tersebut, penulis membatasinya dalam beberapa pertanyaan
berikut ini:
1. Bagaimana gambaran situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum
Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden ?
2. Apakah yang menyebabkan Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian
Konflik Palestina-Israel?
3. Peran apakah yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya mengatasi
4. Bagaimana dampak kebijakan politik luar negeri Ahmadinejad terhadap
upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk
memaparkan kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan
Ahmadinejad terhadap masalah Palestina 2005-2013. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum
Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden.
2. Menganalisis penyebab Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian
Konflik Palestina-Israel.
3. Mendeskripsikan peran apasaja yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya
mengatasi permasalahan Palestina selama masa kepemimpinannya sejak
2005- 2013.
4. Mengidentifikasi dampak kebijakan politik luar negeri yang dikeluarkan
Ahmadinejad terhadap upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel.
1.4Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat yang bisa
dirasakan oleh berbagai pihak antarain sebagai berikut:
1. Untuk Jurusan Pendidikan Sejarah UPI :
a. Sebagai upaya memperkaya tulisan mengenai sejarah Asia Barat Daya/Timur-
Tengah di Jurusan Pendidikan Sejarah Khususnya mengenai Sejarah Iran dan
Palestina.
b. Lebih lanjut bisa dijadikan bahan rujukan dalam mata kuliah lainnya seperti
2. Untuk Peneliti :
Kelak sebagai tenaga pengajar dapat memeberikan pendalaman materi
dalam pembahasan bahan ajar di kelas XII yaitu pada perkembangan sejarah
dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian karya ilmiah
ini adalah metode historis yang merupakan suatu metode yang lazim
dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode historis yaitu, suatu proses
pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta
peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Begitupun dengan
penjelasan yang deberikan oleh Gottschalk mengenai metode Historis yaitu suatu
usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan
mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta,
menilai dan manfsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif
untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung
pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman
dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2008: 39).
Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan
penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun (2005:48-50),
adalah sebagai berikut:
1.Heuristik
Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik
merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik
yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber,
melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai
surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji
dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut
diberbagai perpustakaan antara lain perpustakaan UPI, Perpustakaan Museum
Asia-Afrika, perpustakaan Universitas Indonesia, perpustakan Departemen luar
negeri (Ali Alatas) dan perpustakaan CSIS, juga dilakukan dengan mencari
buku-buku yang berkaitan di toko-toko buku-buku antara lain Palasari, Gramedia, Dewi
Sartika. Namun penulis tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya
wawancara dengan perwakilan dari kedua negara yaitu, Iran dan Palestina
melaliui Kedutaan Besar yang berada di Jakarta, wawancara ini dilakukan demi
terkumpulnya sumber-sumber yang bisa dipergunakan untuk tahapan penelitian
selanjutnya.
2.Kritik Sumber
Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis
lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk
dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis
lakukan. Krtik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal.
Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber
yang diperoleh. Apabila penulis melakukan sumber dalam bentuk lisan maka
penulis wajib mempertimbangkan hal-hal seperti latar belang sumber, umur,
ataupun daya ingat sumber lisan tersebut dengan begitu penulis bisa mendapatkan
sumber lisan yang dapat dipertanggung jawabkan kesaksiannya. Namun apabila
sumber yang penulis gunakan berupa sumber tertulis maka penulis akan
melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber dengan
membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber tersebut untuk
digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini merupakan
sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber yang
ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka penulis
diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk
menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan
masalah yang penulis angkat.
3.Interpretasi
Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap
diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara
menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga
mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala
bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama
masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai
dengan 2013.
4.Historiografi
Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu
dengan menulis hasil penelitian yang telah dilakukan, tentu merupakan buah dari
ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin
(2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas
dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang
baik dan benar . Tulisan tersebut penulis tuangkan dengan judul “ Kebijakan
Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud
Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)”.
1.6 Struktur Organisasi Skripsi
Adapun Sistematika dalam penulisan penelitian ini menurut Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014, adalah
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang
menguraikan alasan dan latar belakang sejarah melakukan penelitian ini . Untuk
memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan
perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam
penulisan skripsi. Pada bagian akhir bab ini akan dimuat tentang metode dan
teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis yang akan menjadi kerangka dan
pedoman penulisan dan bagian terakhir dari bab ini adalah sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritik dan Tinjauan Kepustakaan. Dalam bab ini
dipaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan
sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian
nya. Dan dalam bab ini pula dijelaskan tinjauan teoritis yang akan menjadi
kerangka berpikir penulis adalam memaparkan dan menganalisa temuan-temuan
atau fakta-fakta mengenai penelitian ini. Dan dalam bab ini pula kan dijelaskan
konsep yang menunjang dalam pembahasan penelitian.
Bab III Metodelogi Penelitian. Dalam bab ini diterangkan mengenai
serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian
guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji
oleh penulis. Diantaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang
dibutuhkan dalam penulisan ini. Setelah heuristik, maka langkah selanjutnya
adalah kritik, yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari
langkah heuristik sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan
otentik. Interpretasi adalah langkah selanjutnya setelah kritik dilakukan, yaitu
penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring. Selanjutnya tahap
akhir adalah historiografi, yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang
enak untuk dibaca dan dinikmati.
Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina. Dalam bab ini penulis
akan mendeskripsikan mengenai peran Iran dalam upaya penyelesaian
permasalahan Palestina, dalam bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah
yang telah disusun pada Bab I.
Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan
sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini serta sebagai
inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu dalam bab ini penulis
juga menguraikan hasil-hasil temuannya tentang permasalahan yang dikaji pada
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan proses berlangsungnya penelitian
yang dilakukan,dari metodologi penelitian yang digunakan dalam mengkaji
permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul, “ Kebijakan Politik
Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud
Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)” hingga teknik
pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Sjamsuddin (2007: 15) menjelaskan
metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan suatu
penyelidikan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah oleh karena itu, metode
yang digunakan oleh dalam penelitian ini dalah metode historis dengan
menggunakan teknik studi litelatur.
Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau (Gosttchlak, 2008: 39). Begitupula
pengertian metode historis menurut Ismaun (2005: 48-50) yaitu metode yang
digunakan oleh para sejarawan untuk merekontruksi masa lalu. Dari kedua
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah merupakan suatu
metode yang tepat digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau permasalahan
secara empirik, deskriptif, dan analisis.
Ismaun (2005:48-50) memaparkan terdapat empat tahapan dalam metode
historis ini, tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik
merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik
yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber,
melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai
surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji
dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut
2. Kritik Sumber
Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis
lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk
dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis
lakukan. Kritik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal.
Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber
yang diperoleh. Dikarenakan penulis gunakan berupa sumber tertulis maka
penulis akan melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber
dengan membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber
tersebut untuk digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini
merupakan sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber
yang ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka
penulis diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk
menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan
masalah yang penulis angkat. Sumber yang dimaksud adalah berupa buku, artikel,
surat kabar ataupun hasil penelitian sebelumya berupa skripsi ataupun tesis dan
jurnal.
3. Interpretasi
Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap
ini penulis memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang
diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara
menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga
mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala
bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama
masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai
dengan 2013.
4. Historiografi
Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu
ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin
(2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas
dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang
baik dan benar.
Sementara itu Sjamsuddin (2007: 89) mengemukakan bahwa terdapat
enam langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian sejarah, yaitu:
1. Memilih suatu topik yang sesuai
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik
3. Membuat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap penting dan
relevan dengan topik
4. Mengevaluasi secara kritis semua bukti yang telah dikumpulkan (kritik
sumber)
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu
pola yang benar dengan sistematika yang sidah ditentukan.
6. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
mengkomunikasikannya dengan pembaca sejelas mungkin agar dapat
dimengerti.
Pendekatan historis yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini
didukung pula dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan
interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu yang
dominan, yang ditunjang atau dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai
pelengkap, sehingga dalam hal ini sejarah menggunakan konsep-konsep ilmu
sosial sebagai alat analisisnya (Sjamsuddin, 2008: 306)
Secara garis besar, langkah-langkah penelitian tersebut penulis bagi ke
dalam tiga tahapan yaitu, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan
laporan penelitian.
3.2 Persiapan Penelitian
Tahapan ini merupakan kegiatan awal bagi penulis untuk melakukan
penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik
digunakan adalah metode historis dengan menggunakan teknik penelitian studi
literatur. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahap ini
adalah sebagai berikut:
3.2.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian
Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian
adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Sejak di masa perkuliahan
sebelumnya penulis memang memiliki keterkaitan mengenai sejarah
negara-negara Asia Barat dan karena itu pula penulis cukup banyak membaca buku-buku
mengenai negara-negata Timur Tengah. Sehingga kemudian pada akhirnya
penulis memilih kajian mengenai Sejarah kawasan Asia Barat dengan
memfokuskan pada tema Kebijakan Politi Luar Nederi Iran Terhadap
Permasalahan Palestina di masa Ahmadinejad menjadi Presiden Tahun
2005-2013.
Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan
Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sebagai judul skripsi yaitu.
Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan
Mahmoud Ahmadinejad (2005-2009) Judul tersebut kemudian disetujui oleh
TPPS dan penulis mulai menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal.
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian
Penyusunan rancangan penelitian merupakan tahap kedua yang harus
dilaksanakan setelah mengajukan tema penelitian. Rancangan penelitian yang
berupa proposal penelitian, kemudian diserahkan kepada TPPS untuk
dipresentasikan dalam seminar, namun sebelum serahkan terlebih dahulu harus
dibicarakan dengan ketua TPPS yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si.
Setelah proposal tersebut mendapatkan persetujan, maka pengesahan untuk
penyusunan skripsi ini dikeluarkan melalui surat keputusan (SK) Ketua Jurusan
Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan sekaligus penentuan calon pembimbing I dan
judul penelitian, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah,
tujuan penelitian, serta pembahasan tinjauan pustaka yang didalamnya berisi
daftar literatur dan konsep-konsep penting yang digunakan oleh penulis dalam
pembahasan masalah, dan juga dipaparkan secara singkat mengenai metodologi
penelitian dan yang terakhir adalah sistematika penulisan.
Proposal penelitian skripsi yang telah disusun oleh peneliti, kemudian
diseminarkan pada tanggal 08 Juni 2012. Seminar diselenggarakan berdasarkan
Surat Keputusan No. 039/TPPS/JPS/2012 dengan judul skripsi yang disetujui
adalah “ Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa
Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2009).
Surat keputusan dan seminar yang diselenggarakan, selanjutnya menentukan pula
pembimbing I dan II, yaitu Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum, bagai Dosen
Pembingbing I, dan Bapak Drs. R.H Achamd Iriyadi sebagai pembimbing II.
3.2.3 Mengurus Perizinan
Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan dan memperlancar penulis
dalam melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan
dalam kajian skripsi ini, sebagai bukti bahwa peneliti tercatat sebagai bagian dari
civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu, peneliti
memilih dan menentukan lembaga atau instansi yang dapat memberikan
konstribusi terhadap penelitian ini. Setelah itu, peneliti mengurus surat
perijinannya ke Jurusan Pendidikan Sejarah yang kemudian diserahkan kepada
Bagian FPIPS agar diperoleh ijin dari Dekan FPIPS. Adapun surat perijinan
tersebut diantaranya ditujukan kepada pihak Pihak CSIS.
3.2.4 Proses Bimbingan
Pada tahap ini, penulis mulai melaksanakan proses bimbingan, baik
dengan pembimbing I maupun dengan pembimbing II. Proses bimbingan
dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar
terjalin komunikasi yang baik antara penulis dan pihak pembimbing berkenaan
bimbingan ini adalah untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan
skripsi melalui saran ataupun kritikan bagi penulis.
Proses bimbingan dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat bebas,
pada setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan
dilakukan secara berkesinambungan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV
hingga BAB V. dengan demikian, akan terjalin suatu penyusunan skripsi yang
baik berdasarkan hasil komunikasi atau diskusi antara penulis dan pembimbing
mengenai kekuarangan setiap babnya dalam skripsi. Terdapat hal yang penting
yang terjadi dalam masa bimbingan ini, terdapat perubahn periode penelitian.
Awal nya penelitian difokuskan pada masa periode pertama Ahmadinejad menjadi
presiden, namun karena Ahmadinejad menjabat selama dua periode maka tahun
kajian pun berkembang menjadi 2005 sampai dengan 2013.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses
penyusunan skripsi ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus
dilakukan berdasarkan metode historis. Langkah-langkah tersebut dibagi kedalam
beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
3.3.1 Heuristik (Pengumpulan sumber)
Heuristik adalah tahapan awal yang menentukan kelanjutan dalam
penelitian ini lanjut atau tidak, pengumpulan sumber terlebih dalam metode
penelitian menggunakan studi Litelatur adalah salah kunci penting sebuah
penelitian yang baik. Langkah heuristik yang dilakukan oleh penulis ialah mencari
sumber yang relevan dengan tema penelitian lalu kemudian dikumpulkan menjadi
satu kumpulan sumber yang akan dikaji untuk melakukan penelitian ini.
Sumber-sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu yang langsung atau
tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan
manusia pada masa lampau (past actually). Secara garis besar, sumber sejarah
peninggalan-peninggalan (relics atau remain) dan kedua, catatan-catatan (record)
yang terbagi kedalam bentuk tulisan dan lisan (Sjamsuddin, 2007: 97).
Pada tahap heuristik ini peneliti mencari sumber-sumber literatur berupa
buku-buku ataupunjurnal dengan cara mengunjungi perpustakaan dan lembaga
studi kajian Internasional ataupun toko-toko buku. Berikut adalah paparan
lengkap nya:
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), heuristik di
perpustakaan almamater sendiri adalah yang pertama kali dilakukan, di
perpustaakn UPI tidak begitu banyak buku yang didapatkan mengenai
Ahmadinejad, namun hanya mendapatkan buku mengenai Timur Tengah
Pasca penguasaan Inggris di wilayah tersebut, buku itu berjudul The
Middle East Since Camp David yang ditulis Robert O. Freedman serta
pada akhirnya menemukan buku-buku penunjang mengenai sosiologi yang
digunakan dalam kajian teori antara lain buku Sosiologi Berparadigma
Ganda karya George Ritzer juga buku yang berjudul Teori Sosiologi
Modern yang juga merupakan karya Ritzer dan Goodman.
2. Perpustakaan Museum Asia-Afrika (KAA), sejak merancang penelitian
dalam bentuk proposal penulis cukup sering mengunjungi perpustakaan
ini, dan karena penelitian ini mengenai sejarah kawasan maka dari itu
penulis berpikir museum Asia-Afrika adalah pilihan tepat, namun karena
buku-buku mengenai Iran ataupun Palestina lebih banyak buku-buku tua
dan tidak cukup relevan. Namun di perpustakaan ini penulis mendapatkan
salah satu buku penting berjudul Ahmadinejad; David di Tengah Angkara
Goliath Dunia karya Muhsin Labib, Ibrahim Muharram, Musa Kazman
dan Alfian Hamzah
3. Perpustakaan Batu Api Jatinangor, pada penulis hanya mendapatkan buku
yang sama seperti di Museum KAA, sepertinya buku karya Labib,dkk
adalah buku yang cukup mudah didapatkan, hal tersebut dimungkinkan
juga karena buku yang diterbitkan oleh Mizan ini diterbitkan untuk semua
4. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Berangkat ke UI dilakukan awal
tahun 2013 tepatnya tanggal 3 Januari 2013. Di perpustakaan ini pula
banyak sekali referensi buku yang sangat relevan dengan penelitian
didapatkan antara lain, Eksistensi Palestina di Mata Taheran dan
Washington karya M. Riza Sihbudi, dan hasil-hasil tesis yang sangat
relevan antara lain Politik Luar Negeri Iran Pada Pemerintahan
Ahmadinejad dalam Hubungnanya Dengan Amerika Serikat periode
(2005-2009) hasil penelitian dari Indri Hapsari juga Tesis yang berjudul
Geopolitik dalam Konflik Regional Studi Kasus Kepentingan Iran dalam
Kelompok Hizbullah (Perang Israel-Hizbulloh 2006) karya Fahmi
Salsabila.
5. Perpustakaan Departemen Luar Negeri Indonesia / Perpustakaan Ali
Alatas (Jakarta), penulis mengunjungi perpustakaan yang berada di area
perkantoran Kemenlu ini pada tanggal 4 Januari 2013, sebenarnya ini
adalah perpustakaan yang sangat membantu dalam menemukan
sumber-sumber asing mengenai Iran karena yang didapat dari perpustakaan ini
adalah buku-buku luar negeri maupun Jurnal Internasional yang belum
dialih bahasakan kedalam Bahasa Indonesia, buku yang didapat antara
lain, The Rise of Nuclear Iran (how Tehran Defies the West) karya Dore
Gold, The Persian Puzzle (The Conflict between Iran-America) karya
Kenneth M. Pollack juga buku tua sejarah Iran dimasa Shah Reza Pahlevi
yang dikeluarkan oleh Departemen informasi dan Pariwisata Iran yang
berjudul Basic Fact About Iran. Dan di perpustakaan ini pula penulis
mendapatkan akses untuk mendownload jurnal luar negeri yang berjudul
Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence of
Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy jurnal tersebut ditulis oleh
Maximillian Terhalle yang diterbitkan di Yale University.
6. Perpustakaan Centre for Strategic and International Studies (CSIS)
Jakarta, saat datang pada tanggal 2 Januari 2013 penulis tidak memperoleh
buku yang dibutukan karena CSIS sedang dalam masa renovasi besar
CSIS lah penulis mendapatkan rekomendasi untuk ke Perpustakaan Ali
Alatas.
7. Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di
Perpustakaan penulis kembali dapat mengakses jurnal dan hasil-hasil Tesis
mengenai Iran.
3.3.2 Kritik Sumber
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya yang
dilakukan oleh penulis adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik eksternal
maupun internal. Proses kritik sumber dilakukan oleh penulis setelah penulis
melakukan pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian.
Tujuan dari kegiatan kritik sumber ini adalah untuk menguji kebenaran dan
ketepatan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber sehingga diperoleh
fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber
yang benar atau yang meragukan. Proses awal kritik sumber yang dilakukan oleh
penulis ialah dengan cara mengkaji terlebih dahulu sumber-sumber yang telah
dikumpulkan apakah sumber-sumber tersebut relevan dengan tema kajian
penelitian.
Dalam metode sejarah, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu
kritik eksternal dan kritik eksternal dan kritik internal. Adapun kritik yang
dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
3.3.2.1 Kritik Eksternal
Kritik eksternal pada dasarnya lebih kepada upaya peneliti menguji hal-hal
mengenai aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal sendiri lebih
menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah itu. Sejarawan harus
memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu
aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber
itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa
sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak.
Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007 : 130) menjelaskan setelah tahapan
historiografi sejarawan hendaknya melakukan “kegiatan-kegiatan analitis” hal itu merupakan langkah penulisan sejarah yang terdapat dalam buku Langois dan
Seignobos. Kegiatan analitis tersebut berupa kritik terhadap dokumen-dokumen
setelah sejarawan mendapatkan arsip-arsip. Kritik eksternal (“external criticism”)
dimulai dengan memproses evidensi langkah tersebut dimulai dengan melakukan;
1. Menegakan kembali (re-establish) teks yang benar (critism of restoration)
2. Menetapkan di mana, kapan, dan oleh siapa dokumen itu ditulis (critism of
origin)
3. Mengklasifikasikan dokumen itu menurut sistem kategori-kategori yang diatur
sebelumnya (system of preset eategories)
Tujuan dari dilakukannya kritik eksternal tersebut adalah untuk
menghindari pemalsuan sebuah sumber, untuk itu sejarawan dituntut untuk
mengerahkan segala kemampuan dan dituntut untuk menggabungkan antara sikap
skeptis, akal sehat dan tebakan inteligen, itulah fungsi kritik sebenarnya sehingga
karya sejarah dapat dipertanggung jawabkan. Kritik sumber umumnya dilakukan
terhadap sumber primer atau utama (Sjamsuddin, 2007 : 130-134). Lebih lanjut
Sjamsuddin menjelaskan (2007: 134) kritik eksternal adalah suatu penelitian
mengenai asal usul sumber, apakah dari sumber tersebut telah mengalami
perubahan atau tidak, kritik eksternal haruslah mengedepankan fakta dari
kesaksian.
Dalam Ilmu sejarah dikenal jenis-jenis sumber sejarah, yaitu sumber
pertama ( primary sources) adalah sumber asli, dan sumber kedua (secondary
sources) adalah segala apapun yang ditulis sejarawan sekarang atau sebelumnya
berdasarkan sumber pertama, dan untuk selanjutnya jika sumber kedua dukutip
maka akan menjadi sumber ketiga dan seterusnya (Sjamsuddin, 2007: 107).
sumber yang sezaman dengan peristiwa yang terjadi, sumber asli dapat berupa
dokumen yang dicetak, kronik, autobiografi, memoir, surat kabar, publikasi
umum, surat-surat pribadi, catatan harian, notulen rapat dan sastra.
Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber kedua atau
sumber yang telah mengalami pengutipan dari sumber asli maka dari itu peneliti
tidak melakukan kritik eksternal pada litelatur-litelatur yang telah ditemukan pada
proses historiografi.
3.3.2.2 Kritik Internal
Kritik internal dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca keseluruhan
isi (content )sumber kemudian membandingkan dengan sumber lainnya, Kritik
internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut
Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya,
tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan
kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk
menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian
intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian
dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah
diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.
Dalam tahap kritik internal pun peneliti mencoba melakukan upaya
membandingkan buku-buku yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji
sumber-sumber yang sudah didapatkan, guna mendapatkan kebenaran yang dapat
dipertahankan. Misalnya, peneliti mencoba membandingakan buku yang isinya
membahas mengenai sosok Ahmadinejad yang dinilai sebagai sosok yang
fundamentalis dan hal tersebut lah alasan mengapa Barat ataupun Israel memilih
dalam posisi kontra dengan Ahmadinejad. Membahas mengenai hal tersebut bisa
dikaji melalui buku- buku yang berbeda penulis dan penerbit, penulis ingin
semua buku menyiratkan hal yang senada, dihampir setiap buku menjelaskan
keteguhan Ahmadinejad untuk mempertahankan nilai-nilai dan prinsip revolusi
Islam 1979. Kalangan yang masih setia dan teguh dengan nila-nilai revolusi Islam
dalam buku Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath Dunia dikenal
sebagai sosok atau kalangan ushul-geroi itupun ditulis di buku-bulu lainnya
dalam buku Ahmadinejad the Nuclear Savior of Tehran kalangan fundamentalis
mengguakan istilah yang sedikit berbeda yaitu ushuuli oleh karena itu penulis
menggunakan sumber atau buku pembading untuk mencari tahu kebenarai isi
buku tersebut.
Dalam proses kritik internal dengan membandingkan berbagai buku,
penulis mendapatkan hasil bahwa dalam pembahasan di setiap buku yang
dibandingkan tidak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan ditemukan hanya
dalam segi kelengkapan isi buku tersebut dan penggunaan gaya bahasa yang
sedikit berbeda. Kelengkapan pembahasan buku tersebut dinilai pada seberapa
dalam pembahasan tersebut mengkaji suatu kajian yang penulis teliti. Adapun
tujuan dilakukan nya kritik internal ini ialah untuk menguji aspek “dalam” yaitu
isi dari sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian/tulisan dan
memutuskan kesaksian tersebut dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 2007:
143). Kritik internal juga dilakukan sebenarnya sudah dimulai dalam masa
pencarian sumber, Ahmadinejad dalam sebagian buku-buku yang diterbitkan di
Indonesia lebih banyak digambarkan dalam sosok yang hampir sempurna sebagai
pemimpin negaranya dan Ahmadinejad digambarkan sebagai sosok yang luar
biasa bagi perjuangan Palestina, namun dengan digunakannya atau ditemukannya
sumber yang ditulis oleh penulis Barat dalam hal ini penulis Amerika serikat
yaitu jurnal Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence
of Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy ditulis oleh Maximillian Terhalle
yang diterbitkandi Yale University. adalah upaya untuk menguji isi buku-buku
yang terbit di Indonesia.
Setelah melakukan kritik dan analisis sumber, peneliti melaksanakan
tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah
mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya.
Kemudian fakta yang telah diproses dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu
dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya
(Ismaun, 2005: 38). Dengan kegiatan ini maka diperoleh suatu gambaran terhadap
pokok-pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
Dalam tahap intrepertasi ini untuk mempertajam analisa yang nantinya
akan mengasilkan fakta-fakta sejarah peneliti menggunakan pendekatan berbagai
ilmu sosial lainnya anatar lain ilmu politik, ilmu Hubungan Internasional dan
konsep-konsep ilmu sosiologi. Dalam ilmu sosiologi peneliti mengintrepetasikan
situasi yang terjadi di Palestina menggunakan teori Konflik menurut Lewis Coser
dan untuk menjelaskan atau mengintrepretasikan segala kebijakan Ahmadinejad
untuk Palestina konsep ilmu yang digunakan adalah ilmu politik dan Hubungan
Internasional, konsep yang digunakan antara lain adalah teori diplomasi dan teori
kebijakan luar negeri dan dari segala pendekatan tersebut konsep ilmu sejarah
yang banyak berperan dalam intrepretasi data-data yang didapat, konsep sejarah
yang paling mudah digunakan adalah what?, who?, when?, why?, where? Dan
how? Dengan begitu penulis akan bisa menghubungkan fakta satu dengan fakta
lainnya yang akan menghasilkan sebuah hipotesis.
Dalam intreperetasi tahap awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa
permasalahan Palestina dengan Israel menjadi salah satu fokus utama
Ahhmadinejad setelah terpilih menjadi presiden pada tahun 2005, segala yang
berhubungan dalam upaya membebaskan Palestina dari penjajahan Israel selalu
dilakukan Ahmadinejad dengan tidak biasa mulai dari orasi-orasi mengenai
kejamnya Zionis hingga dari kebijakannya membantu Hamas dalam persenjataan,
karena ketidak biasaannya itulah Ahmadinejad menjadi sorotan dunia dan
permasalahan Palestina mendapat perhatian dari negara-negara lain dengan
semakin banyaknya dukungan terhadap Palestina.
3.3.4 Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)
Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang
tidak terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada bagian ini
peneliti menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah
dikumpulkan, seleksi, analisis, dan rekontruksi secara analitis dan imajinatif
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan. Hasil rekontruksi tersebut peneliti
tuangkan melalui penulisan sejarah atau disebut historiografi. Historiografi
merupakan puncak dalam prosedur penelitian sejarah dan merupakan bagian
terakhir dari metode sejarah.
Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil
penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya
pikiran dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan
dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis
dan analisis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian
atau penemuan dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi
(Sjamsuddin, 2007: 156).
Laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang
disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan
menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknik penulisan yang
sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas
Pendidikan Indonesia. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
Tujuan penelitian, manfaat penelitian, Metode Penelitian dan struktur
Organisasi Skripsi.
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretik, pada bab ini dilakukan sebuah
pengkajian sumber-sumber utama yang didapatkan dengan menganalisa
litelatur mengenai Sejarah Iran, Biografi Ahmadinejad, dan kebijakan
Luar Negeri Iran terhadap Palestina. Sedangkan Kajian teoretiknya adalah
Bab III Metodologi Penelitian, pada bab ini dijelaskan penggunaan metode
penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah dengan
menggunakan studi litelatur dalam teknik penelitiannya
Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina, dalam bab pembahasan ini
adalah pemaparan hasil intrepretasi yang dilakukan sebelumnya yang
sesuai dengan rumusan masalah, terdiri dari pembahasan 1. Situasi
sosial-politik Iran sebelum Ahmadinejad menjadi Presiden. 2. Penyebab
Ahmadinejad melibatkan diri dalam permasalahan Palestina. 3. Upaya
yang dilakukan Ahmadinejad dalam menyelesaikan konflik
Palestina-Israel. 4. Dampak dari upaya yang dilakukan Ahmadinejad terhadap
Palestina
Bab V Kesimpulan. Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil dari penelitian yang
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.
Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang
dibahas, yaitu:
Iran adalah negara berkembang di Asia Barat yang memiliki banyak
potensi baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, Kekayaan Iran
datang dari pengolahan Minyak Bumi Gas maupun pengayaan Uranium (bahan
baku nuklir) menjadikan posisi Iran dan Politik negara ini diperhitungkan baik
dikawasan Timur Tengah sendiri maupun oleh Dunia Barat. Wajah Iran yang kita
kenal saat ini yang dikenal sebagai negara “anti barat” atau “anti-western
country” tidak dapat dipungkiri karena revolusi Islam Iran pada 1979. Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad pada tahun 2005, Iran dipimpin oleh Muhammad
Khatami yang merupakan tokoh reformis Iran yang menginginkan Iran lebih
membuka kerjasama dengan negara-negara yang selama ini dihindari Iran dalam
berkerjasa. Khatami sudah dinilai memasukan nilai-nilai liberalisme yang bertolak
belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.
Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis dan
revolusionis, membawa situasi Iran yang mengingatkan semua orang pada sosok
Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, Ahmadinejad memiliki
pandangan mengenai Palestina yang bersumber dari pandangan Khomaeni.
Revolusi Islam Iran yang diperjuangkan saat itu merupakan bentuk penolakan
terhadap dominasi Israel maupun Amerika Di Iran. Terdapat dua alasan yang
membuat Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan
serbuan yang luas dari hegemoni barat dan peran vital energi nuklir dalam
kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad
memperkuat politik luar negerinya. Politik luar negeri Iran dalam periode pertama
lebih aktif bergerak dalam permasalahan regional Timur Tengah antaralain
gerakan pembebasan Palestina dikarenkan latar belakang Ahmadinejad yang
begitu meneladani Imam Khomeini, pada masa Revolusi 1979 Palestina
merupakan salah satu faktor pendorong pergerakan kaum Islam fundamentalis
untuk melaksanakan gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini
pun berkali-kali menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah
mendapat inspirasi dari perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir
revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi
belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel”. Politik Luar Negeri Iran
adalah bertumpu pada prinsip “tidak Barat dan tidak Timur tapi Islam” atau “laa
Syar’qiayah wa laa gharbiyyah” . Prinsip yang diperkenalkan Khomeini menjadikan syariat Islam sebagai pemandu kebijakan luar negeri Iran hingga saat
ini.
Oleh Karena situasi yang terjadi di Palestina bagi Iran merupakan
pelanggaran berat terhadap agama Islam dan nilai kemanusiaan. Ahmadinejad
sangat ingin menciptakan perdamaian di dunia khususnya yang paling penting
adalah ingin menciptakan perdamaian dikawasan Timur Tengah. Menurut
Ahmadinejad belum terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah belum
terlaksana diakibatkan karena adanya rezim Zionis yang dimotori Amerika
Serikat. Rezim ini diyakini oleh Ahamdinejad sebagai rezim penjajah yang ilegal.
Ahmadinejad juga menganggap bahwa Amerika serikat dan negara-negara barat
lainnya yang mendukung rezim Zionis adalah adalah masalah utama dalam
tersendatnya perdamaian di kawasan Timur Tengah
Peran Ahmadinejad dalam membangkitkan semua kalangan mengenai
palestina dilakukan dengan frontal dan tanpa berbasa-basi, Dihampir semua
kesempatan Ahmadinejad mencoba membawa permasalahan Palestina untuk
ditelaah bersama-sama, karena salah satu perkataannya yang kontroversial
mengenai Israel harus hilang dari peta yang sangat digembor-gemborkan media,
Israel melaporkan hal ini ke PBB, dan PBB melaui Dewan Keamanan
mengeluarkan sebuah sangsi kepada Ahmadinejad tertanggal 28 Agustus 2005.
Solusi yang diupayakan Ahmadinejad adalah penyatuan antara Palestina
dalam pandangan Ahmadinejad solusi tersebut merupakan solusi terbaik yang bisa
diambil karena dengan bersatunya dua pihak dimungkinkan terjadinya perdamain
yang abadi. Opsi lain dalam penyelesain konflik ini adalah “two state solution”
dimana solusinya adalah membagi wilayah menjadi dua negara yaitu, Palestina
dan Israel yang sama-sama merdeka dan diakui oleh bangsa-bangsa lain. Syarat
untuk diakui sebagai sebuah negara adalah pengakuan secara de facto dan de jure
dan Upaya tersebut membuahkan hasil pada 2012 , dimana status Palestina diakui
sebagai sebuah negara. Perkembangan tersebut merupakan langkah besar dalam
perjuangan bangsa Palestina memperjuangkan keadilan, berdasarkan hasil voting
lebih dari dua pertiga dari 193 negara-negara anggota PBB mengakui status
Palestina sebagai negara berdaulat pada tanggal 29 September 2012. Setelah
kenaikan status Palestina inilah kita dapat mengukur sejauh mana Ahamdinejad
memberikan dampak terhadap perjuangan Palestina karena setelah itu warga Gaza
menyambut sukacita berita tersebut dengan tidak melupakan Iran sebagai salah
satu negara yang memberikan perhatian dan bantuan secara nyata kepada
Palestina, masyarakat Iran membuat beberapa papan reklame dengan ucapan
terimakasih kepada Iran atas perjuangannya meyuarakan ketidakadilan di