• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP MASALAH PALESTINA(2005-2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP MASALAH PALESTINA(2005-2013)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN POLITIK LUAR NEGERI REPUBLIK ISLAM IRAN PADA

MASA PEMERINTAHAN MAHMOUD AHMADINEJAD TERHADAP MASALAH PALESTINA (2005-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

Oleh

Yuvita Anugerah putri

0809258

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)

Kebijakan Politik Luar Negeri

Republik Islam Iran Pada Masa

pemerintahan Mahmoud

Ahmadinejad Terhadap Masalah

Palestina (2005-2013)

Oleh

Yuvita Anugerah putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial

© Yuvita Anugerah Putri 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah palestina 2005-2013.” Permasalahan utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana Ahmadinejad berusaha mewujudkan bangsa Palestina yang merdeka dan berdaulat. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Metode historis yang dimaksud adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman peninggalan masa lampau. Tahap-tahap dalam metode ini meliputi: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah studi literatur berupa pengkajian buku-buku yang relevan.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat keterhubungan arah kebijakan politik Luar Negeri Iran dengan permasalahan yang dialami Palestina. Palestina sendiri mengalami situasi yang masih dalam penguasaan negara lain yaitu Israel sejak tahun 1948 hingga sekarang. Sosok Ahmadinejad yang merupakan sosok fundamentalis Islam memberikan angin baru dalam perjuangan bangsa Palestina. Ahmadinejad adalah sosok yang dinilai apa adanya dan provokatif dalam menyuarakan isu Palestina dan Israel. Sangat jarang ditemui sosok yang terang-terangan memposisikan dirinya sebagai sosok yang anti Barat ataupun anti Israel, oleh karena itu penelitian ini berfokus pada periode Ahmadinejad menjadi presiden (2005-2013). Selama itu pula Ahmadinejad berperan menjadi perantara rakyat Palestina kepada dunia dalam menyuarakan apa yang dirasakan dan diharapkan penduduk Palestina.Latar belakang Ahmadinejad terlibat dalam isu Palestina sendiri selain karena alasan kemanusiaan, juga karena didorong oleh semangat Revolusi Islam yang salah satu isi tujuan revolusi tersebut adalah membebaskan Palestina dari Israel. Karena begitu intensifnya sehingga Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sangsi kepada Ahmadinejad karena dinilai melakukan pengancaman terhadap Israel. Sampai masa jabatannya habis sebagai Presiden terdapat kemajuan yang cukup menggembirakan dialami penduduk Palestina, hal ini dikerenakan diakuinya Palestina menjadi sebuah negara semakin mendapatkan dukungan dari berbagai negara. Berdasarkan hasil voting dalam sidang Umum PBB status Palestina berubah menjadi anggota penuh setelah sebelumnya hanya menjadi peninjau.

(6)

ABSTRACT

This thesis entitled "Policy Foreign Policy In the Islamic Republic of Iran Mahmoud Ahmadinejad Reign 2005-2013 Against Palestinian problem." The main issues raised in this paper is how Ahmadinejad tried to realize the Palestinian people an independent and sovereign. The method used in this thesis is the historical method. Historical method in question is the process of critically examine and analyze the recorded legacy of the past. The stages in this method include: heuristics, criticism, interpretation and historiography. Research techniques used in this thesis is the study of literature in the form of assessment of relevant books.The purpose of this research is to see the connectedness towards the Iranian Foreign policy with the problems experienced by the Palestinians. Palestinians themselves have a situation that is still in control of another state, namely Israel since 1948 until now. The figure of Ahmadinejad who is a figure of fundamentalist Islam gives a new wind in the Palestinian struggle. Ahmadinejad is a person who assessed what is and provocative in voicing the issue of Palestine and Israel. Very rare figure who openly positioning himself as someone who is anti-Western or anti-Israel, therefore, this study focuses on the period of Ahmadinejad became president (2005-2013). Ahmadinejad during the same role as intermediary of the Palestinian people to the world in expressing what is perceived and expected Palestinians.Background Ahmadinejad was involved in the Palestinian issue aside for humanitarian reasons, also driven by the spirit of the Islamic Revolution that one of the goals the contents of the revolution is to liberate Palestine from Israel. Because it is so intensive that the UN Security Council to impose sanctions Ahmadinejad as judged conduct or threats to Israel. Until his term runs out as President there was encouraging progress experienced by the Palestinian population, it because recognition of Palestine as a nation is increasingly gaining support from many countries. Based on the results of voting in the UN General Assembly changed the status of Palestine became a full member after previously only being an observer.

(7)

DAFTAR ISI

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ...14

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian... ...43

(8)

BAB IV AHMADINEJAD DAN PERMASALAHAN PALESTINA

4.1 Situasi Sosial-Politik Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad ...54

4.1.1 Profil Negara Iran ...54

4.1.2Sistem Pemerintahan Iran...56

4.1.3Proses Pemilihan Presiden Tahun 2005 ...64

4.2 Penyebab Iran Terlibat dalam Permasalahan Palestina ...67

4.2.1 Awal Mula Hubungan Iran-Palestina ...67

4.2.1.1Hubungan Iran-Palestina Pasca Revolusi 1979 ...68

4.2.1.2Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Rasfsanjani.. ...71

4.2.1.3 Hubungan Iran-Palestina Pada Masa Khatami... ...75

4.2.2 Alasan Ahmadinejad Melibatkan Diri Dalam Permasalahan Palestina ...77

4.3 Kebijakan Yang Dikeluarkan Ahmadinejad Dalam Menyelesaikan Permasalahan Palestina...81

4.3.1 Dasar Kebijakan Luar Negeri Ahmadinejad...81

4.3.2 Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad ...86

4.3.3 Solusi Yang Diajukan Ahmadinejad... 94

4.4 Dampak Yang Dirasakan Palestina Atas Upaya Yang Dilakukan Ahmadinejad Dalam Penyelesaian Konflik Dengan Israel ...97

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ...100

DAFTAR PUSTAKA ...103 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan yang sampai saat ini masih

bergejolak, salah satu yang masih menjadi sumber pergolakannya adalah masalah

Palestina. Permasalahan Palestina pada kenyataannya memperlihatkan tatanan

politik luar negeri berbagai negara, termasuk negara-negara yang berada dalam

kawasan Timur Tengah. Dari seluruh negara yang termasuk di kawasan Timur

Tengah ataupun negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Iran adalah

negara yang menarik untuk disorot dalam hal kebijakan politik luar negerinya,

karena perjalanan sejarah negeri ini tidak bisa dipisahkan dari apa yang terjadi di

Palestina.

Republik Islam Iran merupakan negara yang mengalami pasang surut

dalam mengeluarkan kebijakan mengenai permasalahan Palestina, negara yang

sering disebut negeri kaum Mullah ini adalah negara yang mengalami perubahan

kebijakan politik luar negerinya mengenai Palestina secara dramatis. hal tersebut

terjadi pada masa kepemimpinan Syah Reza Pahlevi sebagai seorang raja dan

pasca Iran mengalami sebuah Revolusi yang terjadi pada tahun 1979.

Iran pada masa pendeklarasian Israel sebagai sebuah negara pada tahun

1948 belum menjadi negara yang berada di belakang Palestina seperti

negara-negara Arab ataupun negara-negara-negara-negara timur tengah lainnya pada masa itu. Namun

Pemerintahan ini masih berada dalam pengaruh barat yang kuat oleh karena itu

kebijakan-kebijakan politik luar negeri maupun dalam negeri cenderung

menguntungkan pihak Amerika Serikat dan Israel. Kedekatan antara Iran dan

Israel pada masa itu menjadi salah satu keresahan warga negaranya sendiri salah

satu nya yang dirasakan oleh ulama besar Iran yaitu, Imam Khomeini hal tersebut

tersirat dalam ucapannya pada 3 Juni Tahun 1963 sebagai berikut:

(10)

adalah, jika kita tidak mengatakan tiga hal tersebut, maka apa lagi yang mesti dikatakan selain itu? Semua kesulitan kita, tanpa kecuali, berasal dari tiga hal tersebut (Khomeini, 2004: 84).

Pernyataan Imam Khomeini di atas menyiratkan beberapa hal, salah satu

nya adalah pemerintahan Iran berupaya menutup segala keburukan pemerintahan

nya, Pahlevi pun menjamin keberadaa Israel selama Ia berkuasa dan pada

dasarnya Ia menggambarkan kuatnya hubungan pemerintahannya dengan kaum

zionis. Apa yang terjadi dalam pemerintahan Pahlevi terlebih mengenai jalinan

kerjasama antara Pahlevi dengan Israel bukannya tanpa disadari oleh masyarakat

Iran sendiri dan pada akhirnya permasalahan Palestina merupakan salah satu

faktor pendorong pergerakan kaum Islam Fundamentalis untuk melaksanakan

gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini pun berkali-kali

menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah mendapat inspirasi dari

perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel” (Khomeini, 2004: xxi).

Pergerakan Khomeini didasarkan pada usaha mewujudkan sebuah

pemerintahan yang bebas dari pengaruh barat, atau pemerintahan Islam yang

berbasis pada Al-Quran. Perjuangannya dianggap berbahaya sehingga Khomeini

pun diasingkan ke Perancis pada November 1964 (Labib et al, 2006: 10), Usaha

melengserkan Pahlevi pun berjalan secara tidak langsung, segala pemikirannya

dituangkan dalam buku yang lahir di pengasingan. Dengan jalan yang cukup

panjang terjadilah sebuah revolusi pada 10 Februari 1979. Setelah itu mulailah

sebuah pemerintahan baru dengan tatanan kenegaraan yang menggunakan syariat

Islam oleh karena itu revolusi tersebut kita kenal dengan sebutan revolusi Islam

Iran. Di tahun yang sama juga tepatnya 7 Agustus 1979, Imam Khomeini

membuat sebuah gertakan bagi kaum muslimin di dunia untuk sama-sama

memperhatikan kondisi Palestina dengan menetapkan Hari Al Quds Sedunia,

berikut adalah ucapan beliau saat menetapkan hari besar tersebut:

(11)

demonstrasi solidaritas kaum muslim sedunia, mengumandangkan dukungan mereka atas hak-hak rakyat Muslim” (Khomeini, 2004: 225).

Mewujudkan cita-cita menghilangkan dominasi Israel dan Amerika

Serikat tidak perlu menunggu lama, dengan tanpa ragu-ragu pemerintahan Iran

yang baru, mengganti Kedutaan Besar Israel untuk Iran menjadi Kedutaan Besar

Palestina dan diikuti dengan pengusiran para diplomat Amerika di Taheran. Tak

berselang lama juga PLO yang diketuai oleh Yasser Arafat menjadi tamu

kenegaraan pertama di negeri yang berubah menjadi Republik Islam Iran tersebut

(Khomeini, 2004: xxi). Satu tahun setelah pendeklarasian kemerdekaan Palestina

tepatnya pada tanggal 3 Juni 1989 sang imam besar wafat. Sepeninggal Imam

besar Ayatullah Khomeini, Iran pun tetap menjadi Republik Islam Iran namun

yang menjadi menarik adalah bagaimana kelanjutan kebijakan politik luar negeri

pemerintahan Iran. Karena Iran sendiri memiliki politik dalam negeri yang

dinamis.

Birn Izdy memaparkan lima fase kebijakan luar negeri Iran mengenai

permasalahan Palestina dalam bukunya yang berjudul "Madkhal Ela Al-Siyasah

Al-Kharigiyah Li-Gumhouriyat Eiran Al-Eslamiyah" (1999) , penjelasan tersebut

dikutip oleh Taryudi dalam artikel yang berjudul strategi politik Iran di jalur

Gaza (http:///www.eramuslim.com), Dr. Birn Izdy adalah mantan petinggi di

kementerian luar negeri Iran. Periodesisasi yang ia buat adalah sebagai berikut:

Fase Pertama: 1979-1980, dimana kubu liberal-konservatif memegang

kebijakan neo-konservatif dalam upaya menjalin hubungan bilateral antara Iran

dan masyarakat internasional. Fase Kedua: 1980-1988, yang bisa disebut sebagai

fase radikalis pola interaksi Iran kepada bangsa dunia tanpa mengindahkan

mediasi pemerintahan, yang justru mengakibatkan instabilitas dalam negeri Iran.

Fase Ketiga: 1988-1997, menunjukkan sikap moderat, menerapkan pola santun

strategi luar negeri Iran, dan obsesi memperbaiki serta meningkatkan harmonisasi

hubungan bilateral. Presiden Hasyemi Rafsanjani bersama Menlu nya Dr. Ali

Akbar Vilayati berhasil menata kembali keretakan hubungan Iran dengan

masyarakat dunia. Beberapa pointer yang dicapai, antara lain: eksistensi

(12)

Arab; pencabutan isolasi masyarakat internasional atas Iran paska revolusi;

penerimaan Barat dan dibukanya pangsa pasar Eropa; legalisasi dunia atas

revitalisasi angkatan perang Iran; penyebaran pemikiran revolusi melalui kran

kebudayaan; dan, Iran diajak menyelesaikan krisis di Afghanistan dan kawasan

Timteng.

Fase Keempat: 1997-2005, semasa Muh. Khatami berkuasa. Pandangan

reformisnya seringkali menimbulkan konflik internal dengan kubu konservatif

yang loyal memelihara amanat revolusi . Ini pulalah yang menjadi akar carutmarut

nya pemerintahan dalam negeri Khatami. Lain halnya mengenai iklim politik luar

negeri Iran, Khatami benar-benar lentur terhadap Barat bahkan untuk pertama

kalinya ia mengadakan kontak politik dengan Moshe Katsav, Presiden Israel pada

April 2005, hal yang tak pernah dilakukan pendahulunya semenjak revolusi

ditabuh.

Dari paparan mengenai fase-fase di atas dapat ditafsirkan bahwa seorang

pemimpin negara dalam hal ini seorang presiden memiliki peran yang sangat

penting dalam pengambil langkah dan arah kebijakan politik luar negeri Iran.

Latar belakang seorang presiden mempengaruhi dinamika politik luar negeri Iran

yang tidak bisa terlepas dengan hubungan Iran dengan negara-negara barat

ataupun negara Timur Tengah lainnya.Tidak bisa dipungkiri setelah revolusi Iran,

negara tersebut menjadi sorotan dunia, Iran dinilai sebagai sebuah negara yang

tidak memiliki hubungan yang baik dengan Amerika Serikat dan Israel, oleh

karena itu dinamika yang terjadi dalam kebijakan luar negeri Iran sebagaimana

yang dipaparkan Birn Izdy bisa berdampak pada sikap Iran dalam isu Palestina.

Sampai pada masa pergantian presiden Iran yang keenam ke yaitu dimasa

pencalonan pertama Mahmoud Ahmadinejad pada 2005, dunia seolah kembali

dalam situasi dimana pergolakan antara Iran dan dunia barat kembali meningkat.

Ahmadinejad menjadi sosrotan besar di segala pemberitaan baik media Barat

maupun media Iran sendiri. Hal tersebut dikarenakan sejak pencalonannya

Ahmadinejad telah menunjukan afiliasinya pada kubu ultra-konservatif atau

kaum fundamentalis (ushuuli) yaitu berarti konsisten memegang nilai-nilai Islam

(13)

tahun kebalakang (terutama pada masa pemerintahan khatami), makna istilah “fundamentalis” sendiri menurut Ahmadinejad berarti konsistensi memegang teguh nilai-nilai Islam dan revolusi (El-Gogary, 2006: 45). Ahmadinejad pun

terpilih secara dramatis sebagai presiden selanjutnya mengalahkan mantan

presiden Iran periode 1989-1997, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani.

Sosok Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis

dan revolusionis adalah alasan mengapa penulis memfokuskan penelitian ini pada

masa pemerintahan Ahmadinejad, atau merupakan fase kelima dari paparan Dr.

Birn Izdy . Seperti di paragraf sebelumnya Ahmadinejad mengingatkan kita pada

sosok Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, dan

Ahmadinejad pun hadir di saat pemerintahan Khatami sudah dinilai memasukan

nilai-nilai liberalisme yang bertolak belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.

Perjalanan pemerintahan Ahmadinejad sangat menarik, karena Ia dihadapkan pada

berbagai macam tantangan baik dalam negeri dengan lawan-lawan politik yang

menjadi oposisi pemerintah nya yang tentu tidak sepenuhnya sepaham dengan

kebijakan-kebijakan dengan Ahmadinejad. Selain itu tantangan lainnya datang

dari hubungan Iran dalam peta perpolitikan dunia terlebih erat hubungannya

dengan Israel dan negara-negara pendukung Israel seperti Amerika Serikat,

begitu pula tantangan Ahmadinejad dalam mewujudkan revolusi yang sebenarnya,

revolusi Islam yang belum berakhir selama Palestina belum lepas dari belenggu

Israel seperti amanah dari sang Imam besar Khomeini tentang keterhubungan

Revolusi Islam dengan gerakan Pembebasan Palestina. Bukanlah hal yang mudah

untuk kembali mengembalikan Iran seperti Iran pasca revolusi 1979, yang sudah

terpatri seperti Iran yang anti barat, fundamentalis dan dapat bertahan dalam

konstelasi politik liberalis yang sangat dihindari Iran.

Penelitian ini bukan hanya semata-mata menjelaskan mengenai

kebijakan-kebijakan luar negeri Iran selama masa pemerintahan Ahmadinejad mengenai

Palestina saja, namun pada dasarnya juga menyoroti solusi atau jalan tengah yang

diupayakan Iran untuk menyelesaikan segala kerumitan dan permasalahan yang

terjadi di Palestina. Terlebih dalam masa pemerintahan Ahmadinejad yang

(14)

Israel seolah berada dalam situasi yang semakin memprihatinkan dengan

berlasungnya blokade jalur Gaza pada tahun 2007 dan terjadinya agresi besar pada

Gaza yang diawali dengan serangan udara di langit Gaza pada 27 Desember 2008

(Zulkifli,2009:15) situasi tersebut berlangsung cukup lama hingga 21 Januari

2009. Blokade Gaza bukan hanya blokade secara wilayah namun juga blokade

secara ekonomi bahkan segala macam bantuan asing yang datang hanya bisa

disalurkan mengguakan angkutan darat saja, bantuan yang masuk sulit untuk

menembus Gaza apabila disalurkan dengan transportasi laut ataupun udara, hal ini

tercermin dalam peristiwa penyerbuan kapal laut Mavi Marmara yang membawa

bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza. Peristiwa yang terjadi pada 31 Mei 2010

menewaskan 9 warga negara Turki dan melukai 50 relawan yang berasal dari

berbagai negara tersebut.

Konflik Palestina dan Israel sendiri telah berlangsung cukup lama kurang

lebih enam puluh tahun lebih . Sejak masa imperium Ustmani bahkan sebelumya

dimasa kekhalifahan Islam, di tanah Yerusallem ini terdapat tiga kelompok

masyarakat yang berbeda dalam keyakinan yaitu Islam, Kristen dan Yahudi oleh

karena itu Yerussalem juga disebut sebagai kota suci tiga agama. Pada saat itu

ketiga unsur masyarakat tersebut bisa hidup berdampingan, situasi ini berubah

sejak seorang penulis bernama Theodor Herzl seorang Yahudi asal Hongaria

yang menyerukan pendirian sebuah negara Yahudi di Palestina, atau di tempat

lain gagasan ini tertulis dalam bukunya berjudul Der Judenstaat pada 1896.

Situasi pun berkembang pada saat adanya dukungan Inggris terhadap

gagasan tersebut dalam sebuah Deklarasi yaitu, Deklarasi Balfour pada November

1917, sejak itu pula terjadi pendudukan Palestina oleh Inggris. Sampai akhirnya

Inggris mengalihkan pendudukannya pada orang-orang Yahudi dan terjadilah

pendeklarasian berdirinya sebuah negara bernama Israel pada 14 Mei 1948. Hal

ini terjadi sebagai dampak dari peristiwa holocaust yang dilakukan oleh NAZI

terhadap Yahudi di wilayah kekuasaan NAZI pada saat perang dunia ke II,

pemberian tanah Palestina dinilai sebagai solusi atas holocaust yang dialami

orang-orang Yahudi. Alasan mengapa bangsa Yahudi memilih kawasan Palestina

(15)

alasan lainnya tercermin dalam slogan mereka yaitu, a land with no people with

no land, Palestina adalah tanah tanpa penduduk yang diperuntukan bagi bangsa

yang tidak memiliki tanah. Dimulai lah Al-Nakba atau hari malapetaka bagi rakyat

Palestina hingga kini (Sulaeman, 2008: 66-94). Sejak itu pula terjadilah

pengusiran besar-besaran warga Palestina, sehingga sebagian besar rakyat menjadi

pengungsi di berbagai negara yang terdekat. Sedangkan untuk warga yang tetap

bertahan mulai terisolasi dalam intimidasi-intimidasi militer israel.

Oleh karena itu berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti bermaksud

mengangkat hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul Kebijakan Politik

Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Ahmadinejad

Terhadap Masalah Palestina 2005-2013. Maksud yang terkandung pada judul di

atas adalah tanggapan, sikap dan pendirian yang diperlihatkan oleh presiden

Ahmadinejad yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan luar negeri nya

mengenai Palestina yang dikeluarkan selama masa jabatannya sebagai presiden

yaitu pada tahun 2005 sampai dengan 2013 terhadap permasalahan atau konflik

yang terjadi di Palestina.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan utama yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana

kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan Ahmadinejad terhadap

penyelesaian masalah Palestina 2005-2013?”. Sedangkan untuk menjawab

rumusan masalah tersebut, penulis membatasinya dalam beberapa pertanyaan

berikut ini:

1. Bagaimana gambaran situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum

Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden ?

2. Apakah yang menyebabkan Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian

Konflik Palestina-Israel?

3. Peran apakah yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya mengatasi

(16)

4. Bagaimana dampak kebijakan politik luar negeri Ahmadinejad terhadap

upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah untuk

memaparkan kebijakan politik luar negeri Iran pada masa pemerintahan

Ahmadinejad terhadap masalah Palestina 2005-2013. Adapun tujuan khusus dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan situasi sosial-politik yang terjadi di Iran sebelum

Ahmadinejad menjabat sebagai Presiden.

2. Menganalisis penyebab Iran melibatkan diri dalam upaya penyelesaian

Konflik Palestina-Israel.

3. Mendeskripsikan peran apasaja yang dilakukan Ahmadinejad dalam upaya

mengatasi permasalahan Palestina selama masa kepemimpinannya sejak

2005- 2013.

4. Mengidentifikasi dampak kebijakan politik luar negeri yang dikeluarkan

Ahmadinejad terhadap upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel.

1.4Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharap akan memberikan manfaat yang bisa

dirasakan oleh berbagai pihak antarain sebagai berikut:

1. Untuk Jurusan Pendidikan Sejarah UPI :

a. Sebagai upaya memperkaya tulisan mengenai sejarah Asia Barat Daya/Timur-

Tengah di Jurusan Pendidikan Sejarah Khususnya mengenai Sejarah Iran dan

Palestina.

b. Lebih lanjut bisa dijadikan bahan rujukan dalam mata kuliah lainnya seperti

(17)

2. Untuk Peneliti :

Kelak sebagai tenaga pengajar dapat memeberikan pendalaman materi

dalam pembahasan bahan ajar di kelas XII yaitu pada perkembangan sejarah

dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian karya ilmiah

ini adalah metode historis yang merupakan suatu metode yang lazim

dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode historis yaitu, suatu proses

pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta

peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Begitupun dengan

penjelasan yang deberikan oleh Gottschalk mengenai metode Historis yaitu suatu

usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan

mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta,

menilai dan manfsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif

untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung

pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman

dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 2008: 39).

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan

penelitian sejarah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ismaun (2005:48-50),

adalah sebagai berikut:

1.Heuristik

Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik

merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik

yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber,

melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai

surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji

dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut

(18)

diberbagai perpustakaan antara lain perpustakaan UPI, Perpustakaan Museum

Asia-Afrika, perpustakaan Universitas Indonesia, perpustakan Departemen luar

negeri (Ali Alatas) dan perpustakaan CSIS, juga dilakukan dengan mencari

buku-buku yang berkaitan di toko-toko buku-buku antara lain Palasari, Gramedia, Dewi

Sartika. Namun penulis tidak menutup kemungkinan untuk dilakukannya

wawancara dengan perwakilan dari kedua negara yaitu, Iran dan Palestina

melaliui Kedutaan Besar yang berada di Jakarta, wawancara ini dilakukan demi

terkumpulnya sumber-sumber yang bisa dipergunakan untuk tahapan penelitian

selanjutnya.

2.Kritik Sumber

Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis

lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk

dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis

lakukan. Krtik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal.

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber

yang diperoleh. Apabila penulis melakukan sumber dalam bentuk lisan maka

penulis wajib mempertimbangkan hal-hal seperti latar belang sumber, umur,

ataupun daya ingat sumber lisan tersebut dengan begitu penulis bisa mendapatkan

sumber lisan yang dapat dipertanggung jawabkan kesaksiannya. Namun apabila

sumber yang penulis gunakan berupa sumber tertulis maka penulis akan

melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber dengan

membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber tersebut untuk

digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini merupakan

sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber yang

ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka penulis

diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk

menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan

masalah yang penulis angkat.

3.Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap

(19)

diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara

menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga

mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala

bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama

masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai

dengan 2013.

4.Historiografi

Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu

dengan menulis hasil penelitian yang telah dilakukan, tentu merupakan buah dari

ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin

(2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas

dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang

baik dan benar . Tulisan tersebut penulis tuangkan dengan judul “ Kebijakan

Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud

Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)”.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun Sistematika dalam penulisan penelitian ini menurut Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2014, adalah

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang

menguraikan alasan dan latar belakang sejarah melakukan penelitian ini . Untuk

memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan

perumusan dan pembatasan masalah sehingga permasalahan dapat dikaji dalam

penulisan skripsi. Pada bagian akhir bab ini akan dimuat tentang metode dan

teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis yang akan menjadi kerangka dan

pedoman penulisan dan bagian terakhir dari bab ini adalah sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoritik dan Tinjauan Kepustakaan. Dalam bab ini

dipaparkan mengenai sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan

sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian

(20)

nya. Dan dalam bab ini pula dijelaskan tinjauan teoritis yang akan menjadi

kerangka berpikir penulis adalam memaparkan dan menganalisa temuan-temuan

atau fakta-fakta mengenai penelitian ini. Dan dalam bab ini pula kan dijelaskan

konsep yang menunjang dalam pembahasan penelitian.

Bab III Metodelogi Penelitian. Dalam bab ini diterangkan mengenai

serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian

guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji

oleh penulis. Diantaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang

dibutuhkan dalam penulisan ini. Setelah heuristik, maka langkah selanjutnya

adalah kritik, yaitu proses pengolahan data-data yang telah didapatkan dari

langkah heuristik sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliabel dan

otentik. Interpretasi adalah langkah selanjutnya setelah kritik dilakukan, yaitu

penafsiran sejarawan terhadap data-data yang telah disaring. Selanjutnya tahap

akhir adalah historiografi, yaitu penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang

enak untuk dibaca dan dinikmati.

Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina. Dalam bab ini penulis

akan mendeskripsikan mengenai peran Iran dalam upaya penyelesaian

permasalahan Palestina, dalam bab ini merupakan jawaban dari rumusan masalah

yang telah disusun pada Bab I.

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan

sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini serta sebagai

inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu dalam bab ini penulis

juga menguraikan hasil-hasil temuannya tentang permasalahan yang dikaji pada

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Teknik Penelitian

Pada bab ini penulis akan menjelaskan proses berlangsungnya penelitian

yang dilakukan,dari metodologi penelitian yang digunakan dalam mengkaji

permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul, “ Kebijakan Politik

Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan Mahmoud

Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2013)” hingga teknik

pelaksanaan penelitian yang dilakukan. Sjamsuddin (2007: 15) menjelaskan

metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan suatu

penyelidikan. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah oleh karena itu, metode

yang digunakan oleh dalam penelitian ini dalah metode historis dengan

menggunakan teknik studi litelatur.

Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis

rekaman dan peninggalan masa lampau (Gosttchlak, 2008: 39). Begitupula

pengertian metode historis menurut Ismaun (2005: 48-50) yaitu metode yang

digunakan oleh para sejarawan untuk merekontruksi masa lalu. Dari kedua

definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah merupakan suatu

metode yang tepat digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau permasalahan

secara empirik, deskriptif, dan analisis.

Ismaun (2005:48-50) memaparkan terdapat empat tahapan dalam metode

historis ini, tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Ini adalah tahapan awal dari penulis untuk melakukan penilitian heuristik

merupakan pengumpulan sumber-sumber yang dianggap sesuai dengan topik

yang dipilih. Cara yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan sumber,

melalui: buku-buku, website, jurnal, dokumen, juga artikel-artikel dari berbagai

surat kabar yang berkaitan dan dinilai relevan dengan permasalahan yang dikaji

dalam hal ini mengenai kebijakan politik luar negeri Iran yang menyangkut

(22)

2. Kritik Sumber

Setelah sumber-sumber ditemukan maka tahapan selanjutnya yang penulis

lakukan adalah dengan melakukan kritik sumber. Tahapan ini sangat perlu untuk

dilaksanakan karena akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian yang penulis

lakukan. Kritik sumber terdapat dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal.

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber

yang diperoleh. Dikarenakan penulis gunakan berupa sumber tertulis maka

penulis akan melakukan kritik eksternal dengan mencari kebenaran sumber

dengan membuktikan keontentikan sumber tersebut atau sesuaikah sumber

tersebut untuk digunakan. Selanjutnya akan dilakukan kritik internal, kritik ini

merupakan sebuah upaya dari penulis untuk menelaah isi dari sumber-sumber

yang ditemukan. Apabila ditemukan sumber yang saling bertentangan maka

penulis diwajibkan untuk mencari sumber pembanding, hal ini dilakukan untuk

menemukan fakta-fakta dari sumber yang benar-benar relevan dan sesuai dengan

masalah yang penulis angkat. Sumber yang dimaksud adalah berupa buku, artikel,

surat kabar ataupun hasil penelitian sebelumya berupa skripsi ataupun tesis dan

jurnal.

3. Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap ketiga dalam penelitian sejarah, dalam tahap

ini penulis memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang

diperoleh pada tahapan sebelumnya. Interpretasi dilakukan dengan cara

menghubungkan atau merangkaikan fakta-fakta satu sama lainnya sehingga

mendapatkan sebuah gambaran berupa deskripsi yang jelas mengenai segala

bentuk kebijakan politik luar negeri Iran mengenai permasalahan Palestina selama

masa pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad pertama pada tahun 2005 sampai

dengan 2013.

4. Historiografi

Tahapan ini adalah tahap akhir dari penelitian sejarah sejarah, yaitu

(23)

ketiga tahap penelitian yang sudah dijalankan. Historiografi menurut Sjamsuddin

(2007: 156 ) dilakukan dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas

dan gaya bahasa yang sederhana juga menggunakan tata bahasa penulisan yang

baik dan benar.

Sementara itu Sjamsuddin (2007: 89) mengemukakan bahwa terdapat

enam langkah yang harus dilaksanakan dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik

3. Membuat catatan tentang segala sesuatu yang dianggap penting dan

relevan dengan topik

4. Mengevaluasi secara kritis semua bukti yang telah dikumpulkan (kritik

sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu

pola yang benar dengan sistematika yang sidah ditentukan.

6. Menyajikannya dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya dengan pembaca sejelas mungkin agar dapat

dimengerti.

Pendekatan historis yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini

didukung pula dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan

interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu yang

dominan, yang ditunjang atau dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai

pelengkap, sehingga dalam hal ini sejarah menggunakan konsep-konsep ilmu

sosial sebagai alat analisisnya (Sjamsuddin, 2008: 306)

Secara garis besar, langkah-langkah penelitian tersebut penulis bagi ke

dalam tiga tahapan yaitu, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan

laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Tahapan ini merupakan kegiatan awal bagi penulis untuk melakukan

penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik

(24)

digunakan adalah metode historis dengan menggunakan teknik penelitian studi

literatur. Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahap ini

adalah sebagai berikut:

3.2.1 Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian

adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Sejak di masa perkuliahan

sebelumnya penulis memang memiliki keterkaitan mengenai sejarah

negara-negara Asia Barat dan karena itu pula penulis cukup banyak membaca buku-buku

mengenai negara-negata Timur Tengah. Sehingga kemudian pada akhirnya

penulis memilih kajian mengenai Sejarah kawasan Asia Barat dengan

memfokuskan pada tema Kebijakan Politi Luar Nederi Iran Terhadap

Permasalahan Palestina di masa Ahmadinejad menjadi Presiden Tahun

2005-2013.

Judul tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan dan

Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sebagai judul skripsi yaitu.

Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa Pemerintahan

Mahmoud Ahmadinejad (2005-2009) Judul tersebut kemudian disetujui oleh

TPPS dan penulis mulai menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian merupakan tahap kedua yang harus

dilaksanakan setelah mengajukan tema penelitian. Rancangan penelitian yang

berupa proposal penelitian, kemudian diserahkan kepada TPPS untuk

dipresentasikan dalam seminar, namun sebelum serahkan terlebih dahulu harus

dibicarakan dengan ketua TPPS yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si.

Setelah proposal tersebut mendapatkan persetujan, maka pengesahan untuk

penyusunan skripsi ini dikeluarkan melalui surat keputusan (SK) Ketua Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan sekaligus penentuan calon pembimbing I dan

(25)

judul penelitian, latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah,

tujuan penelitian, serta pembahasan tinjauan pustaka yang didalamnya berisi

daftar literatur dan konsep-konsep penting yang digunakan oleh penulis dalam

pembahasan masalah, dan juga dipaparkan secara singkat mengenai metodologi

penelitian dan yang terakhir adalah sistematika penulisan.

Proposal penelitian skripsi yang telah disusun oleh peneliti, kemudian

diseminarkan pada tanggal 08 Juni 2012. Seminar diselenggarakan berdasarkan

Surat Keputusan No. 039/TPPS/JPS/2012 dengan judul skripsi yang disetujui

adalah “ Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Islam Iran Pada Masa

Pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad Terhadap Masalah Palestina (2005-2009).

Surat keputusan dan seminar yang diselenggarakan, selanjutnya menentukan pula

pembimbing I dan II, yaitu Bapak Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum, bagai Dosen

Pembingbing I, dan Bapak Drs. R.H Achamd Iriyadi sebagai pembimbing II.

3.2.3 Mengurus Perizinan

Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan dan memperlancar penulis

dalam melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan

dalam kajian skripsi ini, sebagai bukti bahwa peneliti tercatat sebagai bagian dari

civitas akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu, peneliti

memilih dan menentukan lembaga atau instansi yang dapat memberikan

konstribusi terhadap penelitian ini. Setelah itu, peneliti mengurus surat

perijinannya ke Jurusan Pendidikan Sejarah yang kemudian diserahkan kepada

Bagian FPIPS agar diperoleh ijin dari Dekan FPIPS. Adapun surat perijinan

tersebut diantaranya ditujukan kepada pihak Pihak CSIS.

3.2.4 Proses Bimbingan

Pada tahap ini, penulis mulai melaksanakan proses bimbingan, baik

dengan pembimbing I maupun dengan pembimbing II. Proses bimbingan

dilakukan melalui kesepakatan antara kedua belah pihak. Hal ini dilakukan agar

terjalin komunikasi yang baik antara penulis dan pihak pembimbing berkenaan

(26)

bimbingan ini adalah untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan

skripsi melalui saran ataupun kritikan bagi penulis.

Proses bimbingan dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat bebas,

pada setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan

dilakukan secara berkesinambungan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV

hingga BAB V. dengan demikian, akan terjalin suatu penyusunan skripsi yang

baik berdasarkan hasil komunikasi atau diskusi antara penulis dan pembimbing

mengenai kekuarangan setiap babnya dalam skripsi. Terdapat hal yang penting

yang terjadi dalam masa bimbingan ini, terdapat perubahn periode penelitian.

Awal nya penelitian difokuskan pada masa periode pertama Ahmadinejad menjadi

presiden, namun karena Ahmadinejad menjabat selama dua periode maka tahun

kajian pun berkembang menjadi 2005 sampai dengan 2013.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses

penyusunan skripsi ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus

dilakukan berdasarkan metode historis. Langkah-langkah tersebut dibagi kedalam

beberapa bagian yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan sumber)

Heuristik adalah tahapan awal yang menentukan kelanjutan dalam

penelitian ini lanjut atau tidak, pengumpulan sumber terlebih dalam metode

penelitian menggunakan studi Litelatur adalah salah kunci penting sebuah

penelitian yang baik. Langkah heuristik yang dilakukan oleh penulis ialah mencari

sumber yang relevan dengan tema penelitian lalu kemudian dikumpulkan menjadi

satu kumpulan sumber yang akan dikaji untuk melakukan penelitian ini.

Sumber-sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu yang langsung atau

tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan atau kegiatan

manusia pada masa lampau (past actually). Secara garis besar, sumber sejarah

(27)

peninggalan-peninggalan (relics atau remain) dan kedua, catatan-catatan (record)

yang terbagi kedalam bentuk tulisan dan lisan (Sjamsuddin, 2007: 97).

Pada tahap heuristik ini peneliti mencari sumber-sumber literatur berupa

buku-buku ataupunjurnal dengan cara mengunjungi perpustakaan dan lembaga

studi kajian Internasional ataupun toko-toko buku. Berikut adalah paparan

lengkap nya:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), heuristik di

perpustakaan almamater sendiri adalah yang pertama kali dilakukan, di

perpustaakn UPI tidak begitu banyak buku yang didapatkan mengenai

Ahmadinejad, namun hanya mendapatkan buku mengenai Timur Tengah

Pasca penguasaan Inggris di wilayah tersebut, buku itu berjudul The

Middle East Since Camp David yang ditulis Robert O. Freedman serta

pada akhirnya menemukan buku-buku penunjang mengenai sosiologi yang

digunakan dalam kajian teori antara lain buku Sosiologi Berparadigma

Ganda karya George Ritzer juga buku yang berjudul Teori Sosiologi

Modern yang juga merupakan karya Ritzer dan Goodman.

2. Perpustakaan Museum Asia-Afrika (KAA), sejak merancang penelitian

dalam bentuk proposal penulis cukup sering mengunjungi perpustakaan

ini, dan karena penelitian ini mengenai sejarah kawasan maka dari itu

penulis berpikir museum Asia-Afrika adalah pilihan tepat, namun karena

buku-buku mengenai Iran ataupun Palestina lebih banyak buku-buku tua

dan tidak cukup relevan. Namun di perpustakaan ini penulis mendapatkan

salah satu buku penting berjudul Ahmadinejad; David di Tengah Angkara

Goliath Dunia karya Muhsin Labib, Ibrahim Muharram, Musa Kazman

dan Alfian Hamzah

3. Perpustakaan Batu Api Jatinangor, pada penulis hanya mendapatkan buku

yang sama seperti di Museum KAA, sepertinya buku karya Labib,dkk

adalah buku yang cukup mudah didapatkan, hal tersebut dimungkinkan

juga karena buku yang diterbitkan oleh Mizan ini diterbitkan untuk semua

(28)

4. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI), Berangkat ke UI dilakukan awal

tahun 2013 tepatnya tanggal 3 Januari 2013. Di perpustakaan ini pula

banyak sekali referensi buku yang sangat relevan dengan penelitian

didapatkan antara lain, Eksistensi Palestina di Mata Taheran dan

Washington karya M. Riza Sihbudi, dan hasil-hasil tesis yang sangat

relevan antara lain Politik Luar Negeri Iran Pada Pemerintahan

Ahmadinejad dalam Hubungnanya Dengan Amerika Serikat periode

(2005-2009) hasil penelitian dari Indri Hapsari juga Tesis yang berjudul

Geopolitik dalam Konflik Regional Studi Kasus Kepentingan Iran dalam

Kelompok Hizbullah (Perang Israel-Hizbulloh 2006) karya Fahmi

Salsabila.

5. Perpustakaan Departemen Luar Negeri Indonesia / Perpustakaan Ali

Alatas (Jakarta), penulis mengunjungi perpustakaan yang berada di area

perkantoran Kemenlu ini pada tanggal 4 Januari 2013, sebenarnya ini

adalah perpustakaan yang sangat membantu dalam menemukan

sumber-sumber asing mengenai Iran karena yang didapat dari perpustakaan ini

adalah buku-buku luar negeri maupun Jurnal Internasional yang belum

dialih bahasakan kedalam Bahasa Indonesia, buku yang didapat antara

lain, The Rise of Nuclear Iran (how Tehran Defies the West) karya Dore

Gold, The Persian Puzzle (The Conflict between Iran-America) karya

Kenneth M. Pollack juga buku tua sejarah Iran dimasa Shah Reza Pahlevi

yang dikeluarkan oleh Departemen informasi dan Pariwisata Iran yang

berjudul Basic Fact About Iran. Dan di perpustakaan ini pula penulis

mendapatkan akses untuk mendownload jurnal luar negeri yang berjudul

Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence of

Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy jurnal tersebut ditulis oleh

Maximillian Terhalle yang diterbitkan di Yale University.

6. Perpustakaan Centre for Strategic and International Studies (CSIS)

Jakarta, saat datang pada tanggal 2 Januari 2013 penulis tidak memperoleh

buku yang dibutukan karena CSIS sedang dalam masa renovasi besar

(29)

CSIS lah penulis mendapatkan rekomendasi untuk ke Perpustakaan Ali

Alatas.

7. Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di

Perpustakaan penulis kembali dapat mengakses jurnal dan hasil-hasil Tesis

mengenai Iran.

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya yang

dilakukan oleh penulis adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik eksternal

maupun internal. Proses kritik sumber dilakukan oleh penulis setelah penulis

melakukan pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian.

Tujuan dari kegiatan kritik sumber ini adalah untuk menguji kebenaran dan

ketepatan dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber sehingga diperoleh

fakta-fakta yang sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber

yang benar atau yang meragukan. Proses awal kritik sumber yang dilakukan oleh

penulis ialah dengan cara mengkaji terlebih dahulu sumber-sumber yang telah

dikumpulkan apakah sumber-sumber tersebut relevan dengan tema kajian

penelitian.

Dalam metode sejarah, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu

kritik eksternal dan kritik eksternal dan kritik internal. Adapun kritik yang

dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal pada dasarnya lebih kepada upaya peneliti menguji hal-hal

mengenai aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal sendiri lebih

menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah itu. Sejarawan harus

memutuskan apakah kesaksian atau data yang diperoleh dari berbagai sumber itu

(30)

aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber

itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa

sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak.

Sedangkan menurut Sjamsuddin (2007 : 130) menjelaskan setelah tahapan

historiografi sejarawan hendaknya melakukan “kegiatan-kegiatan analitis” hal itu merupakan langkah penulisan sejarah yang terdapat dalam buku Langois dan

Seignobos. Kegiatan analitis tersebut berupa kritik terhadap dokumen-dokumen

setelah sejarawan mendapatkan arsip-arsip. Kritik eksternal (“external criticism”)

dimulai dengan memproses evidensi langkah tersebut dimulai dengan melakukan;

1. Menegakan kembali (re-establish) teks yang benar (critism of restoration)

2. Menetapkan di mana, kapan, dan oleh siapa dokumen itu ditulis (critism of

origin)

3. Mengklasifikasikan dokumen itu menurut sistem kategori-kategori yang diatur

sebelumnya (system of preset eategories)

Tujuan dari dilakukannya kritik eksternal tersebut adalah untuk

menghindari pemalsuan sebuah sumber, untuk itu sejarawan dituntut untuk

mengerahkan segala kemampuan dan dituntut untuk menggabungkan antara sikap

skeptis, akal sehat dan tebakan inteligen, itulah fungsi kritik sebenarnya sehingga

karya sejarah dapat dipertanggung jawabkan. Kritik sumber umumnya dilakukan

terhadap sumber primer atau utama (Sjamsuddin, 2007 : 130-134). Lebih lanjut

Sjamsuddin menjelaskan (2007: 134) kritik eksternal adalah suatu penelitian

mengenai asal usul sumber, apakah dari sumber tersebut telah mengalami

perubahan atau tidak, kritik eksternal haruslah mengedepankan fakta dari

kesaksian.

Dalam Ilmu sejarah dikenal jenis-jenis sumber sejarah, yaitu sumber

pertama ( primary sources) adalah sumber asli, dan sumber kedua (secondary

sources) adalah segala apapun yang ditulis sejarawan sekarang atau sebelumnya

berdasarkan sumber pertama, dan untuk selanjutnya jika sumber kedua dukutip

maka akan menjadi sumber ketiga dan seterusnya (Sjamsuddin, 2007: 107).

(31)

sumber yang sezaman dengan peristiwa yang terjadi, sumber asli dapat berupa

dokumen yang dicetak, kronik, autobiografi, memoir, surat kabar, publikasi

umum, surat-surat pribadi, catatan harian, notulen rapat dan sastra.

Karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber kedua atau

sumber yang telah mengalami pengutipan dari sumber asli maka dari itu peneliti

tidak melakukan kritik eksternal pada litelatur-litelatur yang telah ditemukan pada

proses historiografi.

3.3.2.2 Kritik Internal

Kritik internal dilakukan oleh peneliti dengan cara membaca keseluruhan

isi (content )sumber kemudian membandingkan dengan sumber lainnya, Kritik

internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut

Ismaun (2005:50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya,

tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan

kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian-kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk

menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian

intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian

dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah

diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

Dalam tahap kritik internal pun peneliti mencoba melakukan upaya

membandingkan buku-buku yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji

sumber-sumber yang sudah didapatkan, guna mendapatkan kebenaran yang dapat

dipertahankan. Misalnya, peneliti mencoba membandingakan buku yang isinya

membahas mengenai sosok Ahmadinejad yang dinilai sebagai sosok yang

fundamentalis dan hal tersebut lah alasan mengapa Barat ataupun Israel memilih

dalam posisi kontra dengan Ahmadinejad. Membahas mengenai hal tersebut bisa

dikaji melalui buku- buku yang berbeda penulis dan penerbit, penulis ingin

(32)

semua buku menyiratkan hal yang senada, dihampir setiap buku menjelaskan

keteguhan Ahmadinejad untuk mempertahankan nilai-nilai dan prinsip revolusi

Islam 1979. Kalangan yang masih setia dan teguh dengan nila-nilai revolusi Islam

dalam buku Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath Dunia dikenal

sebagai sosok atau kalangan ushul-geroi itupun ditulis di buku-bulu lainnya

dalam buku Ahmadinejad the Nuclear Savior of Tehran kalangan fundamentalis

mengguakan istilah yang sedikit berbeda yaitu ushuuli oleh karena itu penulis

menggunakan sumber atau buku pembading untuk mencari tahu kebenarai isi

buku tersebut.

Dalam proses kritik internal dengan membandingkan berbagai buku,

penulis mendapatkan hasil bahwa dalam pembahasan di setiap buku yang

dibandingkan tidak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan ditemukan hanya

dalam segi kelengkapan isi buku tersebut dan penggunaan gaya bahasa yang

sedikit berbeda. Kelengkapan pembahasan buku tersebut dinilai pada seberapa

dalam pembahasan tersebut mengkaji suatu kajian yang penulis teliti. Adapun

tujuan dilakukan nya kritik internal ini ialah untuk menguji aspek “dalam” yaitu

isi dari sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian/tulisan dan

memutuskan kesaksian tersebut dapat diandalkan atau tidak (Sjamsuddin, 2007:

143). Kritik internal juga dilakukan sebenarnya sudah dimulai dalam masa

pencarian sumber, Ahmadinejad dalam sebagian buku-buku yang diterbitkan di

Indonesia lebih banyak digambarkan dalam sosok yang hampir sempurna sebagai

pemimpin negaranya dan Ahmadinejad digambarkan sebagai sosok yang luar

biasa bagi perjuangan Palestina, namun dengan digunakannya atau ditemukannya

sumber yang ditulis oleh penulis Barat dalam hal ini penulis Amerika serikat

yaitu jurnal Revolutionary Power and Socialization; Explaininig the Persistence

of Revolutionary Zeal in Iran’s Foreign Policy ditulis oleh Maximillian Terhalle

yang diterbitkandi Yale University. adalah upaya untuk menguji isi buku-buku

yang terbit di Indonesia.

(33)

Setelah melakukan kritik dan analisis sumber, peneliti melaksanakan

tahap interpretasi. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah

mengolah, menyusun, dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya.

Kemudian fakta yang telah diproses dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain

sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu

dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya

(Ismaun, 2005: 38). Dengan kegiatan ini maka diperoleh suatu gambaran terhadap

pokok-pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian.

Dalam tahap intrepertasi ini untuk mempertajam analisa yang nantinya

akan mengasilkan fakta-fakta sejarah peneliti menggunakan pendekatan berbagai

ilmu sosial lainnya anatar lain ilmu politik, ilmu Hubungan Internasional dan

konsep-konsep ilmu sosiologi. Dalam ilmu sosiologi peneliti mengintrepetasikan

situasi yang terjadi di Palestina menggunakan teori Konflik menurut Lewis Coser

dan untuk menjelaskan atau mengintrepretasikan segala kebijakan Ahmadinejad

untuk Palestina konsep ilmu yang digunakan adalah ilmu politik dan Hubungan

Internasional, konsep yang digunakan antara lain adalah teori diplomasi dan teori

kebijakan luar negeri dan dari segala pendekatan tersebut konsep ilmu sejarah

yang banyak berperan dalam intrepretasi data-data yang didapat, konsep sejarah

yang paling mudah digunakan adalah what?, who?, when?, why?, where? Dan

how? Dengan begitu penulis akan bisa menghubungkan fakta satu dengan fakta

lainnya yang akan menghasilkan sebuah hipotesis.

Dalam intreperetasi tahap awal yang dilakukan dapat diketahui bahwa

permasalahan Palestina dengan Israel menjadi salah satu fokus utama

Ahhmadinejad setelah terpilih menjadi presiden pada tahun 2005, segala yang

berhubungan dalam upaya membebaskan Palestina dari penjajahan Israel selalu

dilakukan Ahmadinejad dengan tidak biasa mulai dari orasi-orasi mengenai

kejamnya Zionis hingga dari kebijakannya membantu Hamas dalam persenjataan,

karena ketidak biasaannya itulah Ahmadinejad menjadi sorotan dunia dan

permasalahan Palestina mendapat perhatian dari negara-negara lain dengan

semakin banyaknya dukungan terhadap Palestina.

(34)

3.3.4 Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang

tidak terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada bagian ini

peneliti menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah

dikumpulkan, seleksi, analisis, dan rekontruksi secara analitis dan imajinatif

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan. Hasil rekontruksi tersebut peneliti

tuangkan melalui penulisan sejarah atau disebut historiografi. Historiografi

merupakan puncak dalam prosedur penelitian sejarah dan merupakan bagian

terakhir dari metode sejarah.

Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya

pikiran dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan

dan catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis

dan analisis sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian

atau penemuan dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi

(Sjamsuddin, 2007: 156).

Laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang

disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan

menggunakan metode-metode yang telah dirumuskan dan teknik penulisan yang

sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas

Pendidikan Indonesia. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,

Tujuan penelitian, manfaat penelitian, Metode Penelitian dan struktur

Organisasi Skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoretik, pada bab ini dilakukan sebuah

pengkajian sumber-sumber utama yang didapatkan dengan menganalisa

litelatur mengenai Sejarah Iran, Biografi Ahmadinejad, dan kebijakan

Luar Negeri Iran terhadap Palestina. Sedangkan Kajian teoretiknya adalah

(35)

Bab III Metodologi Penelitian, pada bab ini dijelaskan penggunaan metode

penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah dengan

menggunakan studi litelatur dalam teknik penelitiannya

Bab IV Ahmadinejad dan Permasalahan Palestina, dalam bab pembahasan ini

adalah pemaparan hasil intrepretasi yang dilakukan sebelumnya yang

sesuai dengan rumusan masalah, terdiri dari pembahasan 1. Situasi

sosial-politik Iran sebelum Ahmadinejad menjadi Presiden. 2. Penyebab

Ahmadinejad melibatkan diri dalam permasalahan Palestina. 3. Upaya

yang dilakukan Ahmadinejad dalam menyelesaikan konflik

Palestina-Israel. 4. Dampak dari upaya yang dilakukan Ahmadinejad terhadap

Palestina

Bab V Kesimpulan. Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil dari penelitian yang

(36)

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas

permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh peneliti di dalam bab sebelumnya.

Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

dibahas, yaitu:

Iran adalah negara berkembang di Asia Barat yang memiliki banyak

potensi baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia, Kekayaan Iran

datang dari pengolahan Minyak Bumi Gas maupun pengayaan Uranium (bahan

baku nuklir) menjadikan posisi Iran dan Politik negara ini diperhitungkan baik

dikawasan Timur Tengah sendiri maupun oleh Dunia Barat. Wajah Iran yang kita

kenal saat ini yang dikenal sebagai negara “anti barat” atau “anti-western

country” tidak dapat dipungkiri karena revolusi Islam Iran pada 1979. Sebelum Pemerintahan Ahmadinejad pada tahun 2005, Iran dipimpin oleh Muhammad

Khatami yang merupakan tokoh reformis Iran yang menginginkan Iran lebih

membuka kerjasama dengan negara-negara yang selama ini dihindari Iran dalam

berkerjasa. Khatami sudah dinilai memasukan nilai-nilai liberalisme yang bertolak

belakang dengan prinsip kaum fundamentalis.

Ahmadinejad yang menempatkan dirinya seorang fundementalis dan

revolusionis, membawa situasi Iran yang mengingatkan semua orang pada sosok

Imam Khomeini sebagai pelopor terjadinya revolusi 1979, Ahmadinejad memiliki

pandangan mengenai Palestina yang bersumber dari pandangan Khomaeni.

Revolusi Islam Iran yang diperjuangkan saat itu merupakan bentuk penolakan

terhadap dominasi Israel maupun Amerika Di Iran. Terdapat dua alasan yang

membuat Ahmadinejad memperkuat politik luar negerinya. Pertama, tekanan dan

serbuan yang luas dari hegemoni barat dan peran vital energi nuklir dalam

kemajuan dan pembangunan negara mengharuskan pemerintah Ahmadinejad

memperkuat politik luar negerinya. Politik luar negeri Iran dalam periode pertama

lebih aktif bergerak dalam permasalahan regional Timur Tengah antaralain

(37)

gerakan pembebasan Palestina dikarenkan latar belakang Ahmadinejad yang

begitu meneladani Imam Khomeini, pada masa Revolusi 1979 Palestina

merupakan salah satu faktor pendorong pergerakan kaum Islam fundamentalis

untuk melaksanakan gerakan pembaharuan, semasa hidupnya Imam Khomeini

pun berkali-kali menegaskan, perlawanan rakyat Iran terhadap rezim Syah

mendapat inspirasi dari perjuangan bangsa Palestina, dan bahwa tujuan akhir

revolusi Islam Iran adalah pembebasan Palestina. Dengan kata lain, “revolusi

belum selesai selama Palestina masih dijajah Israel”. Politik Luar Negeri Iran

adalah bertumpu pada prinsip “tidak Barat dan tidak Timur tapi Islam” atau “laa

Syar’qiayah wa laa gharbiyyah” . Prinsip yang diperkenalkan Khomeini menjadikan syariat Islam sebagai pemandu kebijakan luar negeri Iran hingga saat

ini.

Oleh Karena situasi yang terjadi di Palestina bagi Iran merupakan

pelanggaran berat terhadap agama Islam dan nilai kemanusiaan. Ahmadinejad

sangat ingin menciptakan perdamaian di dunia khususnya yang paling penting

adalah ingin menciptakan perdamaian dikawasan Timur Tengah. Menurut

Ahmadinejad belum terciptanya perdamaian di kawasan Timur Tengah belum

terlaksana diakibatkan karena adanya rezim Zionis yang dimotori Amerika

Serikat. Rezim ini diyakini oleh Ahamdinejad sebagai rezim penjajah yang ilegal.

Ahmadinejad juga menganggap bahwa Amerika serikat dan negara-negara barat

lainnya yang mendukung rezim Zionis adalah adalah masalah utama dalam

tersendatnya perdamaian di kawasan Timur Tengah

Peran Ahmadinejad dalam membangkitkan semua kalangan mengenai

palestina dilakukan dengan frontal dan tanpa berbasa-basi, Dihampir semua

kesempatan Ahmadinejad mencoba membawa permasalahan Palestina untuk

ditelaah bersama-sama, karena salah satu perkataannya yang kontroversial

mengenai Israel harus hilang dari peta yang sangat digembor-gemborkan media,

Israel melaporkan hal ini ke PBB, dan PBB melaui Dewan Keamanan

mengeluarkan sebuah sangsi kepada Ahmadinejad tertanggal 28 Agustus 2005.

Solusi yang diupayakan Ahmadinejad adalah penyatuan antara Palestina

(38)

dalam pandangan Ahmadinejad solusi tersebut merupakan solusi terbaik yang bisa

diambil karena dengan bersatunya dua pihak dimungkinkan terjadinya perdamain

yang abadi. Opsi lain dalam penyelesain konflik ini adalah “two state solution”

dimana solusinya adalah membagi wilayah menjadi dua negara yaitu, Palestina

dan Israel yang sama-sama merdeka dan diakui oleh bangsa-bangsa lain. Syarat

untuk diakui sebagai sebuah negara adalah pengakuan secara de facto dan de jure

dan Upaya tersebut membuahkan hasil pada 2012 , dimana status Palestina diakui

sebagai sebuah negara. Perkembangan tersebut merupakan langkah besar dalam

perjuangan bangsa Palestina memperjuangkan keadilan, berdasarkan hasil voting

lebih dari dua pertiga dari 193 negara-negara anggota PBB mengakui status

Palestina sebagai negara berdaulat pada tanggal 29 September 2012. Setelah

kenaikan status Palestina inilah kita dapat mengukur sejauh mana Ahamdinejad

memberikan dampak terhadap perjuangan Palestina karena setelah itu warga Gaza

menyambut sukacita berita tersebut dengan tidak melupakan Iran sebagai salah

satu negara yang memberikan perhatian dan bantuan secara nyata kepada

Palestina, masyarakat Iran membuat beberapa papan reklame dengan ucapan

terimakasih kepada Iran atas perjuangannya meyuarakan ketidakadilan di

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pegadaian Dalam Memenuhi Kebutuhan Likuiditas Masyarakat Terkait Pemenuhan Aspek Kepatuhan, maka diketahui bahwa belum ada penelitian yang serupa dengan apa yang menjadi bidang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Tiara Ayudia Virgiawati 2014 Universitas

lembaga (badan) yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang keuangan yang secara.. langsung maupun tidak langsung menghimpun dana dengan cara

Variabel LDR, IPR, LAR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Rasio Kecukupan Modal Inti (TIER

Tes Kemampuan akhir siswa dilakukan untuk melihat hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran materi redoks dengan menerapkan model kooperatif tipe course

Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian terdahulu oleh Agil Rozandi Dharma (2013) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh negatif signifikan APB terhadap ROA pada Bank

“Analisis Volume Perdagangan Saham dan Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011”, Jurnal Fakultas