ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
Dian Arum Lestariningsih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan; (2) masa kerja; (3) usia guru.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA negeri dan SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Populasi 1.286 orang. Sampel penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1 Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam Gamping, dan SMA Santo Mikael yang berjumlah 322 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan one way Anova.
ABSTRACT
TEACHER COMPETENCE ANALYSIS PERCEIVED FROM PROFESSION LEVEL, PERIOD OF WORKING, AND AGE OF TEACHERS
A Survey : Teachers from Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency
Dian Arum Letariningsih Sanata Dharma University
2015
The purpose of this research is to know : (1) what there are differences between teacher competence perceived from professional level; (2) the period working; (3) age of teachers.
This research is a survey for teachers in Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency. The population is 1.286 teachers. The samples of this research were 322 teachers from Public Senior High School 1 in Seyegan, Public Senior High School 1 in Ngaglik, Public Senior High School 1 in Kalasan, Public Senior High School 1 in Depok, Public Senior High School in Cangkringan, Kolombo Private Senior High School in Sleman, Angkasa Adisucipto Private Senior High School, Islam Private Senior High School in Gamping, and Santo Mikael Private Senior High School. Techniques of collecting data were questionnaires. Data were analyzed by applying descriptive technique and one way Anova.
i
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI
GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Dian Arum Lestariningsih NIM: 111334025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahan Karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus
Orangtua saya Bapak Jemina dan Ibu Wahyuningsih
Kakak saya FX Yemi Eka Putranto & Lusia Pusparatri Handayani
Adik saya Triyana Wahyudianta
v
MOTTO
“Hormatilah ayahmu dan ibumu
-- ini adalah suatu perintah yang
penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan
panjang umurmu di bumi.”
(Efesus 6:2-3)
“Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7)
“Kekuatan terbesar adalah DOA”
(Penulis)
“Bersyukur dalam segala keadaan
adalah
cara kita menikmati karya TUHAN”
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 September 2015 Penulis
vii
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dian Arum Lestariningsih
Nomor Mahasiswa : 111334025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU. Survei: Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 28 September 2015
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
ANALISIS KOMPETENSI GURU DITINJAU DARI GOLONGAN JABATAN, MASA KERJA, DAN USIA GURU
Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di Wilayah Kabupaten Sleman
Dian Arum Lestariningsih Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan; (2) masa kerja; (3) usia guru.
Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru SMA negeri dan SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman. Populasi 1.286 orang. Sampel penelitian ini adalah guru SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1 Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam Gamping, dan SMA Santo Mikael yang berjumlah 322 guru. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis menggunakan teknik deskriptif dan one way Anova.
ix ABSTRACT
TEACHER COMPETENCE ANALYSIS PERCEIVED FROM PROFESSION LEVEL, PERIOD OF WORKING, AND AGE OF TEACHERS
A Survey : Teachers from Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency
Dian Arum Letariningsih Sanata Dharma University
2015
The purpose of this research is to know : (1) what there are differences between teacher competence perceived from professional level; (2) the period working; (3) age of teachers.
This research is a survey for teachers in Public Senior High School and Private Senior High School in Sleman Regency. The population is 1.286 teachers. The samples of this research were 322 teachers from Public Senior High School 1 in Seyegan, Public Senior High School 1 in Ngaglik, Public Senior High School 1 in Kalasan, Public Senior High School 1 in Depok, Public Senior High School in Cangkringan, Kolombo Private Senior High School in Sleman, Angkasa Adisucipto Private Senior High School, Islam Private Senior High School in Gamping, and Santo Mikael Private Senior High School. Techniques of collecting data were questionnaires. Data were analyzed by applying descriptive technique and one way Anova.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas semua karunia dan
kasih-Nya yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Penulis menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Kompetensi
Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru”. Skripsi
merupakan survei pada Guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di
wilayah Kabupaten Sleman. Skripsi disusun untuk memenuhi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari adanya campur tangan pihak lain
yang dengan tulus dan rela mengorbankan waktu dan pikiran untuk membimbing
penulis sampai penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Atas terselesainya skripsi
ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta;
3. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik dan saran
xi
4. Segenap dosen Program Studi Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan ilmunya selama penulis menepuh pendidikan
di Universitas Sanata Dharma.
5. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
kelancaran proses belajar selama ini;
6. Bapak/Ibu Guru SMA N 1 Godean, SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1
Ngaglik, SMA Negeri 1 Kalasan, SMA Negeri 1 Depok, SMA Negeri 1
Cangkringan, SMA Kolombo Sleman, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Islam
Gamping, dan SMA Santo Mikael yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
penelitian;
7. Orang tuaku yang tersayang Bapak Jemina dan Ibu Wahyuningsih yang selalu
memberiku kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, nasihat, dukungan doa dan
materi;
8. Kakakku FX Yemi Eka Putranto berserta istri Lusia Pusparatri Handayani yang
selalu memberiku semangat, nasihat, dan dukungan doa;
9. Adikku Triyana Wahyudianta yang selalu memberiku semangat, nasihat, dan
dukungan doa;
10. Gregorius Septa Angga yang telah memberikan dukungan dan doanya selama
pengerjaan skripsi ini;
11. Seluruh mahasiswa angkatan 2011 yang juga telah memberi masukan dan
dukungannya, terimakasih untuk kebersamaannya selama empat tahun di
xii
12. Teman-temanku tercinta yang berjuang bersama dari SMA, Okta, Ani, Tety,
Genes, Dwek yang senantiasa memberi dukungan dan juga sarannya dalam
penyelesaian makalah ini;
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
rekan-rekan yang sedang menyusun skripsi.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 4
xiv
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ... 7
A. Kompetensi ... 7
B. Guru ... 12
C. Golongan Jabatan ... 26
D. Masa Kerja ... 28
E. Usia ... 29
F. Penelitian Lain Yang Relevan ... 30
G. Kerangka Berpikir ... 31
H. Hipotesis ... 34
BAB III. METODE PENELITIAN... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 36
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 37
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 47
G. Teknik Validitas dan Riliabilitas ... 48
H. Teknik Analisis Data ... 54
BAB IV. GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 57
A. SMA Negeri 1 Seyegan ... 57
B. SMA Negeri 1 Ngaglik ... 59
C. SMA Negeri 1 Kalasan ... 63
xv
E. SMA Negeri 1 Cangkringan ... 69
F. SMA Kolombo ... 72
G. SMA Angkasa Adisutjipto ... 74
H. SMA Islam Gamping ... 76
I. SMA Santo Mikael ... 78
BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Deskripsi Data ... 80
B. Analisis Data ... 97
C. Pembahasan ... 108
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 116
A. Kesimpulan ... 116
B. Keterbatasan ... 116
C. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 120
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pangkat dan Golongan Ruang ... 27
Tabel 3.1 Data Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta berakreditasi A 37 Tabel 3.2 Data Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta yang dijadikan sampel ... 42
Tabel 3.3 Kompetensi Pedagogik ... 43
Tabel 3.4 Kompetensi Profesional... 44
Tabel 3.5 Kompetensi Kepriadian ... 44
Tabel 3.6 Kompetensi Sosial ... 45
Tabel 3.7 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 45
Tabel 3.8 Variabel Golongan Jabatan ... 46
Tabel 3.9 Variabel Masa Kerja ... 47
Tabel 3.10 Variabel Usia Guru ... 47
Tabel 3.11 Rangkuman Uji Validitas untuk Analisis Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru (Pertama) ... 50
Tabel 3.12 Rangkuman Uji Validitas untuk Analisis Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru (Kedua) ... 51
Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ... 81
Tabel 5.2 Responden Penelitian SMA Negeri ... 81
Tabel 5.3 Responden Penelitian SMA Swasta ... 81
Tabel 5.4 Golongan Jabatan Responden ... 82
Tabel 5.5 Masa Kerja Responden ... 83
Tabel 5.6 Usia Responden ... 84
Tabel 5.7 Perhitungan PAP Tipe II ... 85
Tabel 5.8 Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan pada SMA Negeri... 86
xvii
Tabel 5.10 Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja pada
SMA Negeri... 90
Tabel 5.11 Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja pada SMA Swsata ... 93
Tabel 5.12 Kompetensi Guru ditinjau dari Usia pada SMA Swsata ... 95
Tabel 5.13 Kompetensi Guru ditinjau dari Usia pada SMA Swsata ... 96
Tabel 5.14 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Golongan Jabatan pada SMA Negeri ... 98
Tabel 5.15 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Golongan Jabatan pada SMA Swasta... 99
Tabel 5.16 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Masa Kerja pada SMA Negeri... 100
Tabel 5.17 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Masa Kerja pada SMA Swasta ... 101
Tabel 5.18 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Usia Guru pada SMA Negeri... 102
Tabel 5.19 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Usia Guru pada SMA Swasta ... 103
Tabel 5.20 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ... 104
Tabel 5.21 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Golongan Jabatan ... 105
Tabel 5.22 Hasil Uji Beda Data Berdasarkan Masa Kerja ... 106
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ... 124
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ... 131
Lampiran 3. Tabel-r Product Moment ... 136
Lampiran 4. Data Induk Penelitian ... 138
Lampiran 5. Uji Normalitas ... 164
Lampiran 6. Uji Homogenitas dan Uji Anova ... 186
Lampiran 7. Contoh Kuesioner yang diisi ... 190
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan sosok yang mengemban tanggung jawab
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang telah
dijelaskan dalam UU No 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Pendidikan
Nasional, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan
anak bangsa tetapi juga bertujuan membentuk watak dan
kepribadian peserta didik dengan demikian tugas guru menjadi
lebih berat. Guru juga mempunyai tugas mendidik peserta didik
agar mempunyai moral yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Guru
harus memiliki moral dan kepribadian yang baik, karena guru
merupakan suri tauladan bagi anak didik dan dalam masyarakat
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen mengamanatkan bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional di bidang
pendidikan. Atas dasar amanat ini profesi guru perlu dikembangkan
sebagai profesi yang bermartabat. Sebagai tenaga profesional, guru
dituntut mampu melaksanakan sistem dan tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan nasional yang dimaksud adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa
guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dibuktikan dengan dimilikinya sertifikat pendidik oleh
guru. Sejalan dengan hal ini, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan program
antara lain pelaksanaan sertifikasi guru, peningkatan kualifikasi,
masalah tambahan (penghargaan akhir masa bakti bagi guru dan
beasiswa bagi putra-putri guru berprestasi/berdedikasi).
Di proses belajar mengajar, semua siswa menginginkan
guru mereka maksimal dalam melakukan kegiatan belajar mereka
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, mendidik
dengan baik, dan menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar
mengajarnya sehingga dapat berdampak pada tujuan pendidikan
yang akan dicapai. Tidak hanya itu, guru pun juga harus
memasyarakat/bersosialisasi dengan guru yang lain, karyawan, para
siswa, bahkan pada masyarakat di lingkungan sekolah tersebut.
Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus memiliki beberapa
kompetensi, diantaranya: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Namun, peneliti melihat pada kenyataan yang ada sewaktu
melaksanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL), kompetensi
yang dimiliki guru juga ada yang terbatas pada golongan jabatan,
masa kerja, dan usia guru. Karena biasanya guru yang usianya lebih
tua dan masa kerjanya sudah lama bisa lebih mengatur siswa
dibandingkan dengan guru muda atau baru menjadi guru.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis
tertarik untuk menyelidiki kompetensi yang dimiliki oleh guru.
“Analisis Kompetensi Guru Ditinjau dari Golongan Jabatan, Masa Kerja, dan Usia Guru”. Penelitian ini merupakan survei pada guru-guru Sekolah Menengah Atas Negeri dan Swasta di
wilayah Kabupaten Sleman.
B. Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang terpapar diatas penulis
memperoleh gambaran dimensi yang begitu luas. Akan tetapi,
penelitian ini akan memfokuskan pada varibel golongan jabatan,
masa kerja guru, dan usia guru. Sedangkan cangkupan dalam
kompetensi guru mencakum 4 komponen yaitu komponen
pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah ini, maka rumusan
masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan
jabatan guru?
2. Apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja
guru?
D. Tujuan penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau
dari golongan jabatan guru
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau
dari masa kerja guru.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi guru ditinjau
dari usia guru.
E. Manafaat penelitian
Hasil penulisan ini di harapkan bermanfaat untuk :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi oleh pemakai
atau peneliti selanjutnya dalam meneliti mengenai analisis
kompetensi guru.
2. Bagi Sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah dapat mendukung para
guru untuk melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan
3. Bagi guru
Diharapkan guru mempunyai kompetensi-kompetensi tersebut guna
menunjang proses pembelajaran dengan lenih baik.
4. Bagi Dinas Pendidikan
Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mengevalusi guru dilihat dari kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial.
5. Bagi penulis
Untuk menambah pengalaman serta memberikan bekal mengenai
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kompetensi
1. Pengertian Kompetensi
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dan
perilaku seseorang. Istilah kompetensi mempunyai banyak makna.
Menurut Lefrancois (Mulyasa, 2009:37) mengemukakan,
kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang
dihasilkan dari proses belajar.
Cowell (Mulyasa, 2009:28) juga mengartikan kompetensi
sebagai suatu keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif.
Kompetensi dikategorikan dari tingkat sederhana atau dasar hingga
lebih sulit atau kompleks yang pada gilirannya akan berhubungan
dengan proses penyusunan bahan atau pengalaman belajar, yang
lazimnya terdiri dari: (1) Penguasaan minimal kompetensi dasar;
(2) Praktik kompetensi dasar; (3) Penambahan, penyempurnaan,
atau pengembangan terhadap kompetensi atau keterampilan.
Kompetensi menurut UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal (1), “Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah kemampuan setiap individu mampu melakukan
suatu kinerja yang mencakup aspek pengetahuan dan keterampilan
dengan yang berlangsung lama sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
2. Definisi Kompeteni guru
Mengembangkan potensi bagi guru menjadi keharusan, karena
tugasnya adalah mendidik dengan pengetahuan dan kearifannya.
Menurut muhibbin syah dalam Ann (2014) mengemukakan bahwa
kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab
dan layak.
Dengan demikian nampak bahwa kompetensi guru adalah
kemampuan dan wewenang untuk memenuhi spesifikasi tertentu
dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 UU
Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005, meliputi kompetensi
pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Berikut masing-masing pejelasan dari kompetensi diatas:
a. Kompetensi Pedagogis (Mulyasa, 2009: 59-60)
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan paal 28 ayat 3
yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan, dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang
guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogis merupakan
kemampuan guru dalam pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) Pengembangan kurikulum/silabus
4) Perencanaan pembelajaran
5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6) Pemanfaatan hasil belajar
7) Evaluasi hasil belajar
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Menurut Theodore (Mulyasa, 2009:103) kepribadian
diartikan sebagai organisasi sikap-sikap (predispositions) yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke
lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek
terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dalam
pembelajaran apapun jenis mata pelajarannya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
(Mulyasa 2009;43):
1) Berakhlak mulia
2) Arif dan bijaksana
3) Mantap
4) Berwibawa
5) Stabil
6) Dewasa
7) Jujur
8) Mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat
9) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
10) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
c. Kompetensi Profesional
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat
(3) butir c dikemukakan bahwa maksud dengan kompetensi
profesional adalah kempuan penugasan materi pembelajaran secara
didik memenuhi stnar kompetensi yang ditetapkan dalam stanar
pendidikan nasional.
Oleh sebab itu tingkat profesionalitas seorang guru dapat
dilihat dari kompetensi sebagai berikut (Mulyasa, 2009:158):
1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan
2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan
3) Kemampuan dalam penugasan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan
4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan
strategi pemebalajaran
5) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan
sumber belajar
6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pemeblajaran
7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran
8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang
9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir
ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
d. Kompetensi Sosial (Mulyasa, 2009:149-150)
Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir (d) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
sosiasl adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih
lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat,
sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
2) Menggunkan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
4) Bergaul secara umum dengan masyarakat sekitar
Guru adalah makhluk sosial, yang kehidupannya tidak bisa
terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak
terbatas pada pembelajaran disekolah tetapi juga pada pendidikan
yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
B. Guru
Dalam Undang-Undang Nomor 14 Pasal 1 Tahun 2005 Tentang
guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur
Guru dalam bahasa jawa adalah menunjuk pada seorang yang
harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat.
Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan diyakkini sebagai kebenaran oleh semua
murid. Sedangkan ditiru artinya seorang guru harus menjadi suri
teladan (panutan) bagi semua muridnya.
Secara tradisional guru adalah seorang yang berdiri didepan
kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Guru sebagai
pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua
yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai
fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi
dasar dan kemampuannya secara optimal, hanya saja ruang
lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah
negeri ataupun swasta.
1. Pengertian guru menurut para ahli:
a. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik,
yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi,
sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri
b. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional,
yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang
dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau
keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
c. Menurut Keputusan Men.Pan Guru adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di
sekolah.
d. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
2. Tugas para pendidik
a. Tenaga Pembimbing (tugas bimbingan konseling sekolah)
adalah tenaga kependidikan yang dengan keahliannya
membimbing peserta didik agar mengenali dirinya (termasuk
kemampuan potensi), mengutuhkan perkembangan dirinya,
agar mampu membuat pilihan yang tepat serta
pencapaiannya, dan agar peserta didik mencapai perkembangan
dirinya secara optimal.
b. Tenaga Pengajar adalah tenaga kependidikan yang tugas
utamanya menyampaikan bahan ajar kepada peserta didik, baik
bersifat akdemis, maupun bersifat ketrampilan. Kegiatan
mengajar hendaknya berupa semua usaha pembelajaran peserta
didik.
c. Tenaga Pelatih atau instruktur latihan ketrampilan adalah
tenaga kependidikan yang secara bertahap serta sistematis
melatih peserta didik untuk menguasai ketrampilan tertentu
yang menjadi sasaran pembelajarannya
3. Peran guru
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian
tentang peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam
telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988),
Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun
peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
b. Guru Sebagai Pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik
dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman
dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor
di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik
dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat
sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam
memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: membuat
ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya,
merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan,
memberikan pandangan yang bervariasi, menyediakan media
untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode
pembelajaran, memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran
memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus senantiasa
berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat
yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual
yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut :
1) Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai.
2) Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa
peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak
hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara
psikologis.
3) Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
d. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga
menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih
ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis
kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu
menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan
mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai
e. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap
untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan
dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat
secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
f. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada
jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna
dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini
kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
genearasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru
harus menjadi pribadi yang terdidik.
g. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat
kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini
tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh guru : sikap dasar, bicara dan
gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir,
perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup
secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta
didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya
hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang
menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa
yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika
memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap
h. Guru Sebagai Pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang
pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk
dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.
Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya,
maka dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi
benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat
terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu
juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat
melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku
dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh
masyarakat.
i. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi
lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu guru adalah
seorang pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangannya
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas.
Sebagai orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia
tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.
j. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh
adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak
ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi
ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta
didik akan menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak
melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan
bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik
dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
k. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan berbagai
kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang
direkayasa. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan
didiknya. Mengembangkan fungsi ini guru harus terampil
dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur,
sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang
dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
l. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu,
serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali
memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan
baik, maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru
pada semua peranannya.
m. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah dan guru adalah seorang pemindah
kemah, yang suka memindah-mindahkan dan membantu
peserta didik dalam meninggalkan hal lama menuju sesuatu
yang baru yang bisa mereka alami. Guru berusaha keras untuk
mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan dan kebiasaan
yang menghalangi kemajuan serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang
lebih sesuai. Guru harus memahami hal yang bermanfaat dan
tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.
n. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan
dengan keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya
muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan
lingkungan, tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu
diperoleh melalui cerita. Guru tidak takut menjadi alat untuk
menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu
sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia.
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat
pengukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana
memecahkan masalah yang sama dengan yang dihadapinya,
menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak diperlukan
oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan
mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan
gagasan kehidupan di masa mendatang.
o. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak
terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga
tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami
respon-respon pendengarnya, dan merencanakan kembali
pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru
berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam
yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang
aktor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha
p. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi
peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan
dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self
image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari
perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah melaksanakan
peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang
dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai kesulitan
dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
q. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun
yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur
yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut. Penilaian harus adil dan
r. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia
terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan
manusia sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet
terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu adalah
kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap
apa yang akan diawetkan.
s. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan
rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi,
suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa
mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah
seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu. Serta
mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada
muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan
potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru.
Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak
menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.
guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada yang
menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan
terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya
masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa guru adalah
seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak
didiknya agar bermanfaat dimasa yang akan datang.
C. Golongan Jabatan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim,
1991:428), golongan adalah kelompok dan jabatan adalah
pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan
dalam suatu organisasi. Sedangkan Samana (1994:80) menyatakan
bahwa jabatan guru adalah fungsional, yang perkembangan
karirnya lebih didasarkan pada disiplin kerja.
Berikut ini merupakan matriks perjenjangan jabatan, pangkat,
dan golongan ruang dari profesi guru, yang sekaligus menjadi arah
Tabel 2.1
Pangkat dan Golongan Ruang
No Jabatan Guru Pangkat dan golongan ruang
1.
Pengadaan Pegawai Sipil mendapatkan golongan ruang bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu:
a. Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah Sekolah Dasar atau yang setingkat;
b. Golongan ruang I/c bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau yang
setingkat;
c. Golongan ruang II/a bagi yang pada saat melamar
Belajar/Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Diploma I,
atau yang setingkat;
d. Golongan ruang II/b bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat
Belajar/Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa,
Diploma II;
e. Golongan ruang II/c bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda,
Akademi, atau D III;
f. Golongan ruang III/a bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah
Sarjana (SI), atau Diploma IV;
g. Golongan ruang III/b bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah
Dokter, Ijazah Apoteker, dan Magister (S2) atau Ijazah lain
yang setara,
h. Golongan ruang III/c bagi yang pada saat melamar
serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah
Doktor (S3).
D. Masa kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634)
zaman atau lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Dan
yang dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Dengan
demikian masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan
sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi
melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi.
Masa kerja guru adalah waktu mulai bekerjanya seorang guru.
Bagi guru PNS masa kerja dihitung mulai dari diterbitkannya surat
keterangan melaksanakan tugas berdasarkan SK CPNS. Bagi guru
non PNS masa kerja dihitung selama guru mengajar yang
dibuktikan dengan Surat Keputusan dari Sekolah berdasarkan surat
pengangkatan dari yayasan.
E. Usia
Usia adalah masa antara kelahiran dan tanggal sekarang, umur
(Salim, 1991:696). Menurut Wikipedia Indonesia
(http://id.wikipwedia.org/wiki/Umur), umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik
yang hidup maupun yang mati. Misalnya, umur manusia dikatakan
lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu
dihitung. Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih
melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
Menurut Hidayat(http://nursyifa.hypermart.net/kisah%20kisah/
untukapamanusiadiberiumur.htm ), ada 3 (tiga) macam umur yaitu:
a. Umur yang bersifat kronologis. Umur ini dihitung berapa
banyak kalender dihabiskan. Umur yang bersifat kronologis
tidak mengenal kata surut, progres terus. Tidak akan kembali
waktu yang sudah berlalu.
b. Umur berdimensi intelektual psikologis. Yaitu bisa saja
seseorang secara kronologis sudah tua, tapi pendidikannya
rendah, tidak berkembang emosinya, maka seperti
anak-anak.
c. Umur psikologis spiritual. Umur secara kronologis sudah tua
juga secara intelektual pintar.
F. Penelitian lain yang relevan
Kerangka teori penelitian yang dilakukan oleh peneliti Natalia dari
Universitas Sanata Dharma (USD) dengan judul: Persepsi guru
terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat
pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Survei:
guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten
Sleman.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia, menunjukkan bahwa:
(1) Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi
0,563>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,785 < Ftabel sebesar 2,40); (2) tidak
ada perbedaan persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam
jabatan ditinjau dari golongan jabatan (asymp.sig. sebesar 0,862>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,380 < Ftabel sebesar 2,25); (3)
persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau
dari masa kerja (asymp.sig. sebesar 0,404>α=0,05 dan Fhitung sebesar
0,1.045 < Ftabel sebesar 1,91); (4) persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari usia guru (asymp.sig. sebesar 0,538>α=0,05 dan Fhitung sebesar 0,781 < Ftabel sebesar 2,40).
G. Kerangka Berpikir
1. Kompetensi Guru ditinjau dari Golongan Jabatan
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Konteporer (Salim,
1991:428), golongan adalah kelompok dan jabatan adalah
pekerjaan/kedudukan dalam suatu organisasi. Sedangkan Samana
(1994:80) menyatakan bahwa jabatan guru adalah fungsional, yang
perekembangan karirnya lebih didasarkan pada disiplin kerja. Jadi
dapat disimpulkan bahwa golongan jabatan adalah
pekerjaan/kedudukan dalam sebuah organisai.
Golongan jabatan yang dimiliki oleh setiap guru terkadang juga
menghantarkan seorang guru menjadi guru yang profeional yang
diidamkan oleh anak didik. Guru yang memiliki golongan jabatan
guru yang memiliki golongan jabatan lebih rendah. Guru yang
memiliki golongan jabatan yang lebih tinggi biasanya berkualitas
baik pula dan menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan
sebuah pola pendidikan yang efektif dibandingkan dengan guru
yang golongan jabatanya masih rendah. Biasanya guru dengan
golongan jabatan yang tinggi dijadikan panutan oleh guru-guru
yang golongannya masih rendah.
2. Kompetensi Guru ditinjau dari Masa Kerja
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1982:634) menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau
lama waktu yang tertentu permulaan dan batasnya. Dan yang
dimaksud kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Dengan
demikian masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan
sesuatu, yaitu pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi
melalui kontrak dan ada yang tidak dibatasi.
Guru yang masa kerjanya lebih lama pasti mempunyai
kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan guru yang masa
kerjanya dibawah lima tahun, ini terjadi karena guru yang masa
kerjanya sudah lama akan lebih terbiasa dengan pekerjaan yang
dilakukan disekolah. Jika dilihat dari kompetensi pedagogik pasti
guru tersebut lebih ceketan mendidik siswanya didalam mengikuti
proses belajar mengajar berlangsung dibandingkan guru yang baru.
dijadikan panutan bagi guru yang masa kerjanya baru sebentar dan
jika dilihat dari kompetensi profesional, pastinya guru yang masa
kerjanya lama akan lebih profesional karena sudah lebih
berpengalaman. Kompetensi sosial unruk guru yang masa kerjanya
sudah lama pastinya akan lebih mampu mengakrabkan dari pada
sesala situasi, baik keada karyawan, siswa, bahkan masyarakat
sekitar sekolah.
3. Kompetensi Guru ditinjau dari Usia Guru
Usia adalah masa antara kelahiran dan tanggal sekarang, umur
(Salim, 1991:696). Menurut Wikipedia Indonesia
(http://id.wikipwedia.org/wiki/Umur), umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, baik
yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia dikatakan
lima belas tahun diukur sejak dia ahir hingga waktu umur itu
dihitung. Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih
melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
tertentu
Guru yang mempunyai usia yang jauh lebih tua pasti akan lebih
bisa memahami an menjalankan kompetensi bidang pedagogik,
kepribadian, profesional, dan soasial dari usia lebih matang dan
H. Hipotesis Hipotesis I :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan
jabatan guru
Ha : Ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari golongan jabatan
guru
Hipotesis II :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja
guru
Ha : Ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari masa kerja guru
Hipotesis III :
Ho : Tidak ada perbedaan kompetensi guru ditinjau dari usia guru
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian
penjelasan (explanatory atau confirmatory researcrh). Penelitian
penjelasan (explanatory atau confirmatory research) menyoroti
hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesa
yang telah dirumuskan sebelumnya. Walaupun uraiannya juga
mengandung deskripsi, tetapi sebagai penelitian relasional
fokusnya terletak pada penjelasan hubungan-hubungan antar
variabel (Masri Singarimbun, 1981:3).
Pada umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian
yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk
mewakili seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok” (Masri Singarimbun, 1981:3).
Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif
dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama kepada
banyak orang, untuk kemudian seluruh jawaban yang diperoleh
peneliti dicatat, diolah dan dianlisis (Prasetyo dan Miftahul,
kuantitatif. Metode Kuantitatif adalah semua informasi dan data
diwujudkan dalam bentuk angka dan analisisnya menggunakan
analisis statistik.
B. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015
2. Tempat Penelitian
Yang akan menjadi tempat penelitian survei ini bertempatkan di
SMA Negeri dan SMA Swasta Kabupaten Sleman yang telah
berakreditasi A.
C. Subyek dan obyek penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pihak-pihak yang diharapkan dapat
memberikan informasi yang berguna bagi penelitian. Pada
penelitian ini subyek penelitian yang dipakai adalah guru SMA
negeri maupun SMA swasta di wilayah Kabupaten Sleman.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah kompetensi guru ditinjau dari golongan
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek pebelitian (Arikunto,
2000:130). Populasi adalah sekumpulan orang, kejadian atau benda
yang dijadikan obyek penelitian (Darmawan, 2013:139). Dalam
penelitian ini populasinya adalah guru yang berada di SMA Negeri
dan SMA Swasta yang telah berakreditasi A.
Tabel 3.1
No Jenis Status NSS Nama Sekolah Akreditasi
Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki. Sempel yang
baik yaitu sampel yang representatif artinya sampel yang
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive
sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu (Sugiyono, 2010:78). Dalam teknik ini anggota populasi
yang akan diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan
keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari
populasi yang tidak terpilih karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu tetapi tetap memperhatikan kerepresentatifan sampel yang
diambil.
Peneliti memilih sekolah SMA negeri dan SMA swasta yang
berakreditasi A di wilayah Kabupaten Sleman dengan memilih
sampel yang dianggap representatif.
Untuk memperoleh jumlah sampel yang representatif dapat
ditentukan α =5% sampel penelitian ini dihitung dengan rumus
berdasarkan proporsi yang dikemukan oleh Krejcie dan Morgan
dalam (Michael dan Isaac, 1971: 192), yaitu:
Keterangan:
S = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi
P = Proporsi dalam populasi (0,5) d = Ketelitian eror (0,05)
Perhitungannya untuk sampel SMA negeri
Jumlah sampel dari data diatas 215,949 yang dibulatkan
menjadi 216. Berdasarkan perhitungan peneliti, maka peneliti
memutuskan menambah 10% lebih banyak untuk mengantisipasi
kesalahan/kerusakan data pada saat kuesioner dibagikan.
Perhitungannya sebagai berikut :
= 216 + (216 x 10%)
= 216 + 21,6
= 237,6
Maka sampel penelitian pada siswa sebanyak 237,6 dibulatkan
Dan perhitungan untuk SMA swasta sebagai berikut:
,03
Jumlah sampel dari data diatas adalah133,03 dan dibulatkan
menjadi 133. Berdasarkan perhitungan peneliti, maka peneliti
memutuskan menambah 10% lebih banyak untuk mengantisipasi
kesalahan/kerusakan data pada saat kuesioner dibagikan.
Perhitungannya sebagai berikut :
= 133+ (133 x 10%)
= 133 +13,3
= 146,3
Maka sampel penelitian pada siswa sebanyak 146,3 dibulatkan
menjadi 146 guru yang tersebar pada SMA Swasta.
Jadi total semua sampel yang akan digunakan adalah 383
responden. Pada tabel dibawah ini, tersaji sampel yang dipilih oleh
Tabel 3.2
Data SMA Negeri dan SMA Swasta yang telah dijadikan sampel
No Nama Sekolah
Jumlah Sampel
1 SMA Negeri 1 Seyegan 45
2 SMA Negeri 1 Ngaglik 50
3 SMA Negeri 1 Kalasan 45
4 SMA Negeri 1 Depok 41
5 SMA Negeri 1 Cangkringan 45
6 SMA Kolombo Sleman 29
7 SMA Angkasa Adisutjipto 35
8 SMA Islam Gamping 29
9 SMA Santo Mikael 18
Total Responden 337
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Narbuko, 2007: 118).
Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah :
a. Variabel bebasnya adalah golongan jabatan, masa kerja, dan
usia guru.
Dalam penelitian analisis kompetensi guru ditinjau dari golongan
jabatan, masa kerja, dan usia guru mencakup 4 dimensi, yaitu: (a)
kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi
profesional, dan (d) kompetensi sosial. Berikut ini adalah tabel
7 Berkomunikasi yang lebih efektif
dengan peserta didik 13
8 Penilaian dan evaluasi 14
Tabel 3.6 Kompetensi Sosial
No Indikator Pernyataan
Positif Negatif 1 Bersifat inklusif, bertindak obyektif,
dan tidak diskriminasi 32 33
2 Berkomunikasi dengan baik 34
3 Beradaptasi dengan baik 35
Dikembangkan dari skripsi : Natalia Niken Krisnawati mahasiswa Universitas Sanata Dharma (USD) dengan judul “Persepsi guru terhadap program sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan, golongan jabatan, masa kerja, dan usia guru. Survei : Guru-guru Sekolah Menengah Pertama Negeri dan Swasta Kabupaten Sleman”.
Pengukuran variabel kompetensi guru ditinjau dari golongan
jabatan, masa kerja, dan usia guru didasarkan pada
indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah
menggunakan skala likert. Skala likert adalah skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok mengenai suatu fenomena sosial. Berikut
ini disajikan tabel skoring berdasarkan skala likert yang digunakan
2. Variabel Golongan Jabatan
Golongan jabatan adalah pekerjaan/kedudukan dalam suatu
organisasi. Sedangkan Samana (1994:80) menyatakan bahwa
jabatan guru adalah fungsional, yang perkembangan karirnya lebih
didasarkan pada disiplin kerja. Pemberian skor golongan jabatan
guru dalam penelitian ini, tampak dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.8
Variabel Golongan Jabatan
Keterangan Skor
a. Pengatur Muda, II/a
b. Pengatur Muda Tingkat I, II/b c. Pengatur, II/c l. Pembina Utama Madya, IV/d m. Pembina Utama, IV/e
Masa kerja adalah lamanya waktu untuk melakukan sesuatu, yaitu
pekerjaan tersebut. Dalam bekerja ada yang dibatasi melalui
kontrak dan ada yang tidak dibatasi. Pemberian skor untuk variabel
Tabel 3.9
Usia guru adalah umur seorang guru saat ia masih melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu. Pemberian
skor untuk variabel usia guru adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
kepada responden, terutama pada penelitian survey (Narbuko,
2007:76). Kuesioner yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah
kuesioner dengan tipe pilihan, yaitu kuesioner yang harus dijawab
oleh responden dengan cara tinggal memilih satu jawaban yang
sudah tersedia.
G. Teknik Validitas dan Reliabilitas
Teknik pengujian instrumen penelitian yang digunakan adalah uji
validitas dan uji reabilitas.
1. Pengujian Validitas
Menurut Azwar (2009:5-6) validitas adalah sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan
mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan
fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, sesuai dengan maksud
dilakukannnya pengukuran tersebut.
Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi
product mement dari Karl Pearson dengan rumus (Arikunto,
200:225):
∑ ∑ ∑
Keterangan
N = Total responden
Y = Total Item
X = Total dari setiap item
rxy = Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan
menunjukan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang
diukur. Selanjutnya nilai koefisisen korelasi ini dibandingkan
dengan r korelasi product moment pada tabel dk = n-2 dan taraf
signifikansi 5%. Jika nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir pernyataan tesebut dapat dikatakan valid, dan jika nilai rhitung lebih kecil dari pada rtabel, maka butir pernyataan tesebut dapat dikatakan tidak valid.
Uji validitas terhadap item-item pertanyaan variabel analisis
kompetensi guru dilakukan pada guru-guru di sekolah menengah
atas di Kabupaten Sleman di luar yang menjadi sampel penelitian
ini. Rangkuman uji validitas untuk variabel kompetensi guru
ditinjau dari golongan jabatan, masa kerja dan usia guru adalah