• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang atau secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang atau secara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Cyberbullying

1. Bullying

a. Pengertian Bullying

Bullying diartikan sebagai suatu kegiatan atau perilaku agresif yang dilakukan dengan

sengaja oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang-ulang atau secara terus menerus kepada seseorang atau sekelompok orang yang tidak bisa mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebuah penyalahgunaan kekuasaan atau juga kekuatan secara sistematik3

Pengertian Bullying menurut para Ahli 1) Menurut Olweus

Bullying merupakan tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang dengan berulang kali dan dari waktu ke waktu kepada seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai penyalahgunaan kekuasaan/kekuatan sistematis

2) Menurut Wicaksana

Bullying adalah kekerasan fisik dan psikologis jangka panjang yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak bisa membela diri dalam situasi di mana ada keinginan untuk menyakiti atau menakut-nakuti orang tersebut atau membuatnya murung.

3) Menurut Black and Jackson

Bullying merupakan tipe perilaku agresif proaktif dimana ada aspek yang disengaja untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, ada ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, dan status sosial, dan dilakukan berulang kali oleh satu atau beberapa orang terhadap orang lain. 4

4) Menurut Sejiwa

Bullying diartikan sebagai tindakan penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa

3Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarta Santosa, 2017, FAKTOR YANG Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying, Jurnal Penelitian & PMM, Vol 4, No 2, Universitas Padjajaran

4Titi Keke,All about bully, Cet I,(Jakarta: Rumah Media, 2019), hal, 8-9

(2)

11

tertekan, trauma dan tak berdaya5 5) Menurut Ken Rigby

Bullying diartikan sebagai sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat tersebut dilakukan dengan aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang. 6

Dari Pengertian bullying menurut para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan sebuah perilaku yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok orang yang dengan sengaja melakukan penindasan atau kekerasan secara terus-menerus yang memiliki tujuan menyakiti korban.

Dalam perilaku bullying terjadi karena adanya berbagai unsur dalam bullying tersebut. Menurut Diena Haryana yang termasuk dalam unsur-unsur bullying adalah :

1) Pelaku Bullying

Pelaku bullying pada umumnya seseorang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan di atas korbannya. Pelaku bullying umumnya tempramental, kuat, dan berfisik besar.

2) Korban bullying

Korban bullying biasanya memiliki fisik yang kecil, dan seseorang yang rendah akan kepercayaan dirinya.

3) Saksi Bullying

Saksi bullying biasanya berperan serta dengan dua cara yaitu : mendukung pelaku bullying dengan menyuaraki, atau diam dan bersikap acuh. 7

Dari unsur-unsur bullying menurut Diena Haryana diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam bullying terdapat 3 unsur meliputi pelaku bullying, korban bullying, dan saksi bullying. Yang dimana pelaku bullying merupakan seseorang yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan untuk melakukan perilaku bullying

5Muhh Asiddiq, 2017, Deskripsi Perilaku Bullying, Jurnal EL-Tarbawy, Vol 01, No 01, Universitas IAIN Kendari

6Ela Zain Zakiyah, Sahadi Humaedi, Meilanny Budiarti Santoso, 2017, Faktor yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying, Vol 4, No 2, Jurnal Penelitian & PMM, Universitas Padjajaran

7 Yayasan Sejiwa, 2008, Bullying Mengatasi Kekerasaan Disekolah Dan Lingkungan Sekitar Anak, Grasindo, Jakarta, hlm 3

(3)

12

terhadap korban. Dan korban bullying merupakan seseorang yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan dan biasanya memiliki postur tubuh yang lebih kecil dan tidak memiliki kepercayaan diri. Dan untuk saksi korban bullying merupakan seseorang yang ikut serta dengan dua cara yaitu kadang mengikuti untuk mendukung si pelaku bullying atau diam dan bersikap tidak peduli.

Menurut B. Coloroso, terdapat 4 unsur dalam perilaku Bullying pada seseorang, yaitu menjadi berikut :

1. Ketidakseimbangan kekuatan

Pelaku bullying mampu saja orang yg lebih tua, lebih akbar, lebih bertenaga, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi pada status sosial, berasal asal ras yg berbeda, atau bahkan tak berjenis kelamin yang sama.

Sejumlah akbar gerombolan seorang yang melakukan bullying bisa menciptakan ketidakseimbangan.

2. Niat untuk mencederai

Bullying berarti mengakibatkan kepedihan emosional atau luka secara fisik, memerlukan tindakan untuk mampu melukai, serta menibulkan rasa senang pada hati sang pelaku waktu menyaksikan luka tersebut.

3. Ancaman agresi lebih lanjut

Baik berasal pihak pelaku juga pihak korban mengetahui bahwa bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi pulang. Bullying tidak dimaksudkan menjadi peristiwa yang hanya terjadi sekali.

4. Teror

(4)

13

Bullying artinya kekerasan sistematika yg dipergunakan buat

mengintimidasi dan memelihara penguasaan. Teror yang menusuk tepat terhadap korban bukan hanya adalah sebuah cara buat mencapai tujuan tindakan bullying, teror itulah yg ialah tujuan asal tindakan bullying tersebut.8

Berdasarkan unsur-unsur bullying menurut B. Coloroso diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam unsur bullying terdapat 4 unsur meliputi, ketidakseimbangan kekuatan yang artinya pelaku bullying disini bisa saja

memiliki postur tubuh yang tinggi, besar, lebih tua, lebih mahir secara verbal, dan bisa saja berasal dari ras yang berbeda. Untuk unsur yang kedua yaitu niat untuk mencederai yang berarti menyebabkan suatu kepedihan emosional atau luka secara fisik. Untuk unsur yang ketiga yaitu ancaman agresi lanjut yang berarti bullying tersebut bisa jadi akan berlanjut atau dilakukan kembali. Bullying tidak

hanya dilakukan satu kali. Dan unsur yang terakhir yaitu teror yang artinya hal yang menusuk tepat terhadap korban bukan hanya suatu cara mencapai tujuannya.

Tetapi teror tersebut merupakan tujuan dari tindakan bullying.

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai Bullying dan beberapa unsur yang terlibat. Bisa disimpulkan bahwa Bullying dapat diartikan sebagai segala bentuk penindasan tau kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat ataupun berkuasa dengan sengaja terhadap orang lain yang

8 B. Coloroso, 2006, Penindasan Tertindas Dan Penonton. Resep Pemutus Rantai Kekerasan Anak Dari Prasekolah hingga SMU, Serambi, Jakarta, hlm.44

(5)

14

memiliki tujuan untuk menyakiti dan dilakukan dengan secara terus-menerus atau berulang-ulang.

b. Bentuk Bullying

Bullying merupakan tindakan yang dilakukan dengan sadar dan disengaja oleh

pihak yang melakukannya. Pelaku bullying pada umumnya memiliki alasan tersendiri dalam melakukan hal tersebut. Dengan demikian, Menurut Coloroso bullying dibagi menjadi empat bentuk, yaitu :

1) Bullying Fisik

Bullying fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling dapat diidentifikasikan diantara bentuk-bentuk bullying yang lain. Jenis Bullying secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi orang yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik korban. Semakin kuat dan semakin dewasa pelaku bullying, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan jika tidak dimasukkan untuk mencederai secara serius.

2) Bullying Verbal

Kekerasan verbal merupakan bentuk penindasan yang sangat umum dilakukan, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Kekerasan ini terjadi ketika pelaku melakukan intimidasi melalui kata-kata mereka terhadap seorang korban. Intimidasi yang dilakukan seperti nama julukan buruk, celaan, hinaan, fitnah, gosip, dan pernyataan-pernyataan yang masih harus diselidiki kebenarannya.

3) Bullying Relasional

Jenis bullying relasioanl ini paling sulit untuk dideteksi dari luar.

Penindasan relasional merupakan pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Perilaku penindasan relasional ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

4) Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bentuk bullying yang terbaru dikarenakan semakin berkembangnya teknologi, internet, dan media sosial. Pada intinya korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku

(6)

15

bullying baik melalui sms, pesan di internet, dan media sosial lainnya. 9 Dari penjelasan bentuk bullying diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk bullying memiliki 4 bentuk yaitu Bullying fisik yang paling tampak dan paling mudah diidentifikasikan diantara bentuk-bentuk bullying yang lainnya. Bullying verbal merupakan sebuah bentuk penindasan yang paling umum dilakukan. Hal ini terjadi dikarenakan pelaku melakukan intimidasi melalui kata-kata mereka.

Bentuk yang ketiga yaitu bullying rasional merupakan bullying yang sangat sulit untuk dilihat karena bullying ini merupakan pelemahan harga diri korban. Untuk bentuk yang terakhir yaitu cyberbullying yang merupakan bentuk bullying yang dilakukan di media sosial. Disini korban menerima pesan negative dari pelaku yang dilakukan di media sosial.

2. Cyberbullying

a. Pengertian Cyberbullying

Cyberbullying merupakan tindakan yang dilakukan di dunia maya. Sesungguhnya

masih sulit untuk menentukan sebuah tindakan dapat disebut cyberbullying atau tidak. Jika seseorang menerima pesan yang dirasa menyakitinya, maka tindakan tersebut dapat disebut seseorang sebagai cyberbullying. Namun bisa jadi oranag yang mengirimkan pesan hanya mengganggap bahwa pesan yang dikirim merupakan sebuah gurauan dan tidak sama sekali berniat untuk menyinggung.

Maka disini perlu dijelaskan bahwa definisi cyberbullying untuk memberikan batasan mengenai perilaku yang dapat disebut sebagai tindak cyberbullying.

9Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), Bullying Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan LingkunganSekitar Anak,(Jakarta: PT Grasindo, 2008), hal, 3-4.

(7)

16

Cyberbullying didefinisikan sebagai tindakan bullying/intimidasi yang melibatkan

penggunaan media sosial. 10

Pengertian Cyberbullying menurut para ahli : 1) Menurut Smith

Cyberbullying merupakan bentuk perilaku agresif, intens, yang sifatnya terjadi berulang kali atau lebih dari satu kali, yang mana dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan teknologi dan elektronik sebagai media untuk menyerang orang tertentu.

2) Menurut Kowalski

Cyberbullying merujuk kepada bullying yang terjadi melalui instant messaging, email, chat room, website, video game, atau melalui gambaran atau pesan yang dikirim melalui telepon selular. 11

3) Menurut Olweus

Cyberbullying merupakan perilaku agresif, intens, berulang yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dengan menggunakan bentuk-bentuk pemanfaatan teknologi dan elektronik sebagai media untuk menyerang orang tertentu. 12

Dari pengertian Cyberbullying menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa cyberbullying adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan untuk menyakiti seseorang dengan memberikan kata-kata kasar, mengumbar keburukan, bahkan memberikan ancaman membahayakan yang menngintimidasi seseorang di media sosial.

a. Bentuk Cyberbullying

Cyberbullying tidak hanya mencakup di pengertiannya saja. Ditinjau lebih

lanjut, Menurut Willard perbuatan cyberbullying secara holistik ini selanjutnya terbagi sebagai beberapa bentuk sebagai berikut :

10Rr. Arry Kurnia Suryaningrum, 2019, Cyberbullying dalam Media Sosial Instagram, Vol 1, No 1, Jurnal VoxPop, Universitas Veteran Jawa Timur.

11Ananda Amalia Syam, 2015, Tinjauan Kriminologis Kejahatan Cyberbullying, Univesitas Hasanuddin Makasar, Hal 24

12Karina Ayu Ningtyas, 2015, Hubungan Antara Pola Pengunaan Situs Jejaring Social Facebook dengan Kerentanan Viktimisasi Cyber Harrasment pada Anak, Universitas Indonesia, Hal 35-36

(8)

17

1) Flaming

Flaming merupakan perilaku yang berupa mengirimkan pesan teks menggunakan kata-istilah kasar, dan frontal. perilaku ini umumnya didalam chat di media umum seperti mengirimkan gambar-gambar yang bertujuan untuk menghina orang yang dituju.

2) Harassment

Tindakan mengirim pesan-pesan dengan kat-kata yg tidak sopan, yg ditujukan kepada seseorang yang berupa gangguan yang dikirimkan melalui email, Whatsapp, maupun pesan yg berbasis media umum yang dilakukan secara terus menerus. Harassment merupakan akibat asal tindakan flaming dalam jangka panjang. Harassment dilakukan dengan saling berbalas pesan yang bisa dianggap perang teks.

3) Denigration

Sikap yang mengumbar atau memberikan hal-hal yg jelek wacana seorang pada internet, yg mempunyai tujuan buat merusak nama biak atau reputasi orang tadi. seperti seseorang yang mengirimkan gambar- gambar seorang yg sudah diubah sebelumnya menjadi lebih sensual supaya korban menerima cemooh serta penilaian jelek dari orang lain.

4) Impersonation

Merupakan perilaku yang berpura-pura atau berperan menjadi orang lain serta lalu mengirimkan pesan-pesan yg buruk .

5) Outing serta Trickery

Outing merupakan perilaku yang berbagi misteri atau foro-foro

(9)

18

eksklusif seseorang. Trickery merupaan sikap yg membujuk seseorang menggunakan tipu daya (cara lain ) tujuannya supaya menerima informasi (foto tau hal langsung lainnya) yang bersifat rahasia.

6) Exclusion

Artinya sebuah sikap yang dengan sengaja mengeluarkan seseorang dari grup online tertentu.

7) Cyberstalking

Merupakan perilaku yg berupa ancaman atau intimidiasi berbahaya yg dilakukan secara berulang-ulang memakai media umum.

Dari bentuk-bentuk Cyberbullying diatas mampu disimpulkan bahwa cyberbullying tidak terlepas berasal perbuatan yang bertujuan buat merugikan

seorang atau individu yang mempunyai unsur-unsur berupa perilaku mengancam, mencemarjan nama baik seseorang secara langsung maupun tidak langsung (seperti menyalahgunakan identitas orang yang bersangkutan buat tujuan yg tak baik, serta membentuk korban atau orang yg dituju ini merasa tidak nyaman, terancam, tak damai, dan yang paling parah menyebabkan seorang kehilangan nyawanya sesuai berasal beberapa masalah terkait.

b. Subjek dan Objek pada Cyberbullying

Kejahatan intinya tumbuh serta berkembang dalammasyarakat, tidak terdapat kejahatan tanpa rakyat memiliki penjahat sinkron dengan jasanya.oleh karena itu, kejahatan cyberbullying terdapat sebab banyaknya masyarakat yang memakai internet buat berkominkasi setiap harinya.Cyberbullying dalam

(10)

19

global mayantara berpengaruh besar pada kehidupan remaja.

Para pakar menyatakan tidak ada jalan keluar dalam cyberbullying (noescape), juga menyatakan para remaja enggan memberitahu orang tua mereka mengenai insiden-insiden online yg terjadi pada mereka disebabkan mereka tidak mau orang tua membatasi hasrat buat menggunakan internet.oleh karena itu, cyberbullying bisa menjadi beban bagi para remaja karena dapat terjadi saat yg lama .Tindakan cyberbullying di global maya tidak menunjuk kepada wanita saja atau pria saja, dengan istilah lain cyberbullying tidak mengenal jenis kelamin (gender).13

Tindakan cyberbullying pada dunia maya atau sosial media tidak selalu mengarah kepada perempuan saja melainkan juga laki-laki, dengan kata lain cyberbullying tidak mengenal dengan jenis kelamin (gender). Cyberbullying

terdiri dari dua individu yang bersangkutan, yaitu :

A. Pelaku : merupakan seorang yang secra sadar dan langsung berperilaku agresi baik fisik, verbal, atau psikologis kepada orang lain di media cyber. Pelaku adalah subjek.

B. Korban: merupakan seseorang yang menjadi sasaran atau terget dari penindasan dan perundungan yang dilakukan oleh pelaku.

Korban adalah objek dari cyberbullying. Berbeda dengan pelaku bullying konvensional, dimana pelaku dapat berupa subjek tunggal yang melakukan serangan terhadap korban.14

13Maulida Nur Muhlishotin, 2017, CYBERBULLYING PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, Hukum Pidana Islam, Vol 3, No 2, Universitas UIN Surabaya

14Bayu Utomo, 2020, Perlindungan Hukum Terhadap Korban Cyberbullying, Universitas Pancasila Tegal, hal 41

(11)

20

Tidak sinkron menggunakan pelaku bullying konvensional, pada mana pelaku dapat berupa subjek tunggal yang melakukan agresi terhadap korban, pada kejahatan mayantara pelaku dapat dicirikan sebagai 2, yaitu:

a. pelaku utama, merupakan seorang yg memicu maupun memulaipertama kali penindasan terhadap seorang. Pelaku utama dapat dipandang pada bentuk postingan yg menjadi pemicu utama baik berupa status juga kiriman gambar yang bertujuan mengejek atau menghina, merendahkan, berbagi gosip atau rumor,mengancam maupun menghancurkan rekanan.

b. Pelaku pembantu, apabil orang tersebut ikut berperan dalam mengirimkan pesan berunsur cyberbullying pada tautan, status maupun gambar yg diberikan pelaku primer ditujkan buat objek sasaran yaitu korban. Pelaku pembantu sebagai representasi wujud cyberbullying yang nyata dimana mayorias serangan terhadap korban dilakukan oleh pelaku pembantu. Dalam beberapa kasus, pelaku utama juga dapat berperan menjadi pelaku pembantu, yaitu turut menyerang korban dengan terus mengirimkan pesan cyberbullying pada tautan yang dikirimkanya sendiri.15

Dari subjek dan objek diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaku cyberbullying disini sebagai subjek dan korban cyberbullying sebagai objeknya. Namun berbeda dalam bullying konvensional, pelaku dapat berupa subjek tunggal dan dalam kejahatan mayantara pelaku dapat dicirikan menjadi dua , yaitu pelaku utama dan pelaku pembantu.

15Maulida Nur Muhlishotin, 2017, CYBERBULLYING PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM, Hukum Pidana Islam, Vol 3, No 2, Universitas UIN Surabaya

(12)

21

b. Unsur-unsur Tindak Pidana Cyberbullying

Unsur-unsur yang mempengaruhi suatuseseorang dikatakanmelakukan suatu perbuatan yang disebut sebagaiTindak Pidana sekiranyaagar semakinjelas bagi penulis untukmemahami, yakni sebagai berikut:

1) Unsur Objektif:

Merupakan unsur di luar pelaku (dader). Buku Tongat tentang hukum pidana yang sebenarnya menjelaskan bahwa ada dua faktor subjektif selain tujuan. Kedua unsur ini mencakup beberapa klasifikasi lainnya. Itu adalah:

a) Sebuah sertifikat Yang kami maksud disini adalah bentuk ide yang bagus Konteks "lakukan" dan "jangan lakukan". Jelas bahwa baik

"melakukan" dan "tidak melakukan" dilarang oleh hukum.

Dari uraian di atas, penulis dapat memahami bahwa perbuatan ini dapat dianggap sebagai unsur hukum pidana dalam bentuk apapun, sepanjang hal itu sesuai dengan kategori pelanggaran yang dilarang oleh undang-undang. Anda dapat mengutip contoh berikut. Dalam Pasal 242 KUHP, unsur objektif berupa perbuatan “melakukan” yang dilarang adalah “pembuktian palsu”. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) bertujuan untuk “meninggalkan orang yang membutuhkan”.

b) Akibat adalah suatu bentuk akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku, unsur akibat adalah keadaan mutlak suatu kejahatan berat.

Contoh: Misalnya, dalam Pasal 338 KUHP, unsur objektif berupa

(13)

22

“akibat” yang dilarang dan diancam oleh hukum adalah kematian seseorang.

Pelaku tidak dapat berbicara tentang tindak pidana dalam arti bahwa mereka dapat dianggap telah melakukan tindak pidana tanpa akibat yang bersifat wajib. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan pembunuhan kehilangan nyawanya, seperti jika seseorang melakukan pencurian, atau jika seseorang mengalami kerugian serius atau bahkan cedera.

c) Kondisi atau masalah tertentu yang dilarang atau diancam oleh hukum.

Terminologi di sini adalah suatu keadaan yang dilarang dan diancam oleh hukum. Salah satu contohnya adalah ketentuan Pasal 282 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan unsur kejahatan “umum”.

2) Unsur subyektif Ini adalah unsur yang terkandung dalam pelaku (dader).

Buku Tongat tentang hukum pidana substantif menjelaskan:

a) Pertanggungjawaban

1. Seseorang bertanggung jawab atas tindakannya jika tiga kondisi berikut terpenuhi. Hal ini karena keadaan jiwa seseorang adalah keadaan dimana seseorang dapat memahami nilai perbuatannya dan juga nilai hasil perbuatannya. , Dia memahami nilai dari tindakannya. Nilai dari hasil perbuatannya.

(14)

23

2. Keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa, sehingga ia dapat menentukan

3. Orang itu harus sadar perbuatan mana yang dilarang danperbuatan mana yang tidak dilarang oleh undang-undang.

Kesalahan (schuld)

(1) Dolus atau kesengajaan (2) Culpa atau ketidaksengajaan16

Tetapi dalam Undang-Undang Informasi dan Teknologi tidak terdapat unsur yang jelas mengenai Cyberbullying. Hanya terdapat unsur penghinaan,

pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan. Sedangkan dalam jenis Cyberbullying tidak hanya mengandung unsur penghinaan, pencemaran nama

baik, pengancaman dan pemerasan saja. Pasal 27 ayat (3) dan (4) Undang- Undang informasi dan Teknologi belum menyangkut unsur dari Flaming, Harrasment(gangguan), Impersonation (peniruan), Outing (menyebarkan

rahasia orang lain), Trickery (tipu daya), Exclusion (pengeluaran), Cyberstalking. 17

Dari penjelasan Unsur-Unsur Tindak Pidana Cyberbulying di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam unsur Objektif merupakan unsur yang terdapat di luar diri pelaku. Sedangkan unsur Subjektif terdapat di dalam diri pelaku yang dijabarkan dengan pertanggungjawaban. Dalam unsur Objektif

16Ibid

17Anastasia Siwi Fatma Utami, 2018, Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cybrbullying Pada Kalangan Remaja, Jurnal Humanivora, Vol 18, No 2

(15)

24

dan unsur Subjektif disini terkandung beberapa klarifikasi yaitu perbuatan, akibat, keadaan dan masalah-masalah tertentu.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Cyberbullying 1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan merupakan suatu yang melindungi, dan juga semua makhluk hidup sangat membutuhkan perlindungan. Perlindungan dapat dberikan dalam berbagai macam bentuk, namun halmya yang penulis bahas dalam tugas akhir ini adalah perlindungan nasional dalam bentuk hukum. Dalam hal ini, kita memiliki hak dan kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum adalah hak semua warga negara.

Pengertian perlindungan menurut Perturan Perundang-Undangan:

a. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga: Segalaupaya yamg ditujukam untuk memberikan rasa aman kpada korbanyang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupunnberdasarkan penetapan pengadilan.

b. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Daksi dan Korban adalah: Segalaupaya pmenuhan hak dan pemberiannbantuan untuk memberikan rasaaman kepada Saksi dan/ atau Korbanyang wajib dilaksanakan oleh LPSK ataulembaga lanya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.

c. Menurut PP No. 2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan Korban dan Saksi Pelanggaran HAM yangBerat: Suatu bentuk pelayananyang wajib dilaksanakan oleh apara penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rssa aman baik fisik bahkan mental, kepada korbandan saksi, dari ancaman, gangguan,

(16)

25

terror, dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.

Dalam mendefisinisikan prinsiprinsip perlindungan hukum di Indonesia,

landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara. Konseps perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsep-konsep Rechtstaat dan “ Rule of The Law “. Dengan menggunakan konsepsi Barat sebagaikerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip

perlindungam hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungam terhadap harkat dan martabat manusia yang berakar pada Pancasila.Prinsipperlindungan hukum terhadap tindak pemerintah

menekankan dan bersumber darikonsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia ditujukan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah.18

Perlindungan hukum menurut para ahli diantaranya:

a. Menurut Satjipto Raharjo Perlindungan Hukum ialah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yamg dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikam kepada masyarakat untuk mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.19

b. Menurut Philiphus M. Hadjon Perlindungan Hukum merupakan perlindungan akan harkat martabat, dan pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum darikesewenangan.20

18 Bernard L. Tanya. Yoan N. Simanjuntak dan Markus Y. Huge. Hal 72-73

19 Soetjipto Rahardjo. 1983. Permasalahan Hukum Di Indonsia. Bandung. Alumni.Hal. 121.

20 Philipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya. Bina Ilmu. Hal. 38.

(17)

26

c. Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum ialah berbagai upaya hukum yang wajib diberikan dari aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, berbagai ancaman dari pihakmanapun.21

d. Menurut Muktie A. Fadjar Perlindungan Hukum merupakan penyempitan dari arti Perlindungan, dalm hal ini hanta perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalan interaksinyadenfan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek hukum manusia memiliki hak dan kewajibam untuk melakukan suatu tindakan hukum. 22 Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinys suatu pelanggaran. Halini terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang memiliki maksud untuk mencegah suatu pelanggaran dan juga memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu hal kewajiban.

b. Perlindungan hukum Represif

Perlindungan hukum disini adalah perlindungan akhir yang isinya berupa saksi semacam denda, penjara, dan hukuma tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa ata bahkan telah dilakukan suatu pelanggaran. 23

Aturan mengenai perlindungan korban cyberbullying dinilai sangat diperlukan mengingat jumlah korban yang sangat menderita di media sosial semakin meningkat. Perlindungan berupa rehabilitasi jika korban mengalami depresi, dan mengembalikan kehormatan korban yang meyakini namanya telah dicemarkan.

Perlindungan Hukum dapat diartikan sebagai perlindungan yang diberikan kepada

21 CST Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

22Muktie. A. Fadjar. 2005. Tipe Negara Hukum. Malang. Bayumedia Publishing. Hal.74.

23M.Huesin Maruapey, 2017, Penegakan Hukum dan Perlindungan Negara, Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi, Vol VII, No 1.

(18)

27

badan hukum dalam bentuk dokumen hukum. Oleh karena itu dapat diartikan dalam berbagai cara, dan perlindungan hukum merupakan gambaran dari fungsi hukum itu sendiri: konsep bahwa hukum dapat memberikan keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.

1. Pengertian Korban

Menurut Stanch, korban kejahatan dalam sistem peradilan pidana secara luas diartikan sebagai korban dan merupakan orang-orang yang menderita akibat ketidakadilan. Stanchu mengatakan para korban ini memiliki dua sifat utama (tidak dapat dicabut): padding (sakit) dan ketidakadilan (injustice). Menurut Kamus Kejahatan Korban adalah orang yang menyebabkan penderitaan fisik atau mental, kerugian harta benda, atau kematian sebagai akibat dari perbuatan atau usaha untuk melakukan kejahatan ringan yang dilakukan oleh pelaku atau oleh orang lain.

jumlah orang. sakit, dll.” adalah korban pelanggaran atau tindakan kriminal.

Menurut Arif Gosita, korban adalah orang yang menderita secara lahir dan batin sebagai akibat perbuatan orang lain yang mencari kepuasan diri sendiri atau orang lain, yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi orang yang menderita.

Istilah “penderitaan fisik dan mental (fisik dan mental) korban” digunakan di sini, yang juga bertentangan dengan hak asasi korban.

Dari segi hukum, pengertian korban diatur dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Tindak pidana tersebut disebabkan oleh kerugian fisik, mental dan/atau ekonomi. Menurut ungkapan tersebut, korbannya adalah:

1. Semua orang,

(19)

28

2. Pengalaman penderitaan fisik, 3. Kerugian ekonomi,

4. Konsekuensi dari kegiatan kriminal.

Korban kejahatan berbicara terlebih dahulu, tetapi tentu saja individu atau individu korban. Pandangan ini tidak salah, karena memang demikian halnya dengan kejahatan pada umumnya di masyarakat. Misalnya, pembunuhan, penguntitan, pencurian, dll. Pada tahap perkembangan ini, korban kejahatan tidak hanya individu, tetapi juga berbagai orang yang kompleks. Tidak hanya sejumlah besar (orang), tetapi juga perusahaan, institusi, pemerintah, negara, dan negara yang diakui. Korban juga dapat berarti “individu atau kelompok, privat dan publik”.

Dalam arti luas, korban digambarkan sebagai:

a. Korban individu adalah setiap individu yang menderita penderitaan mental, material dan immaterial.

b. Pengorbanan institusional adalah setiap institusi yang menyebabkan kerugian dalam menjalankan fungsinya yang mengakibatkan kerugian jangka panjang sebagai akibat dari kebijakan publik, politik sipil, atau bencana alam.

c. Pengorbanan lingkungan terutama bergantung pada pelestarian penggundulan hutan, tanah longsor, banjir dan kerusakan alam, kelestarian tidak hanya tumbuhan, hewan, manusia dan semua lingkungan alam tempat masyarakat hidup, tetapi juga semua makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang. Kebakaran tersebut telah memicu kebijakan pemerintah yang salah arah dan perilaku individu dan masyarakat yang tidak bertanggung

(20)

29

jawab.

d. Korban masyarakat, negara dan negara adalah mereka yang diperlakukan tidak adil, dan diskriminasi, redistribusi hasil pembangunan, dan hak-hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial dan hak budaya tidak ditingkatkan setiap tahun.

2. Hak- Hak dan Kewajiban Korban

Tentu saja, setiap orang yang menderita dan kehilangan berhak memperoleh keuntungan dengan pengorbanan. Hak-hak tersebut antara lain tertuang dalam berbagai ketentuan hukum, pendapat ahli dan pendapat hukum. Sehubungan dengan beberapa hak umum yang diberikan kepada korban kejahatan atau keluarganya, antara lain :

1) Hak atas ganti rugi atas penderitaan yang diderita. Kompensasi ini dapat atau mungkin diberikan oleh pelaku atau pihak lain, misalnya negara atau badan khusus yang dibentuk untuk menyelesaikan masalah ganti rugi bagi korban kejahatan.

2) Hak atas bantuan dan rehabilitasi

3) Hak atas perlindungan dari ancaman penjahat

4) Hak atas bantuan hukum

5) Hak memiliki harta benda (property)

6) Hak atas perawatan kesehatan

(21)

30

7) Hak untuk diberitahu bila pelaku kejahatan akan dikeluarkan dari tahanan sementara, atau bila pelaku buron dari tahanan

8) Hak untuk memperoleh informasi tentang penyidikan polisi berkaitan dengan kejahatan yang menimpa korban

9) Hak atas kebebasan pribadi/kerahasian pribadi, seperti merahasiakan nomor telepon atau identitas korban.

Hak-hak korban yang termuat dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban 24

a. Melindungi keselamatan pribadi, keluarga, dan harta bendanya serta bebas dari 4.444 ancaman terkait kesaksian yang diinginkan, diberikan, atau diberikannya. hujan.

b. Ikut serta dalam pemilihan dan definisi perlindungan dan dukungan keamanan

c. Memberikan informasi tanpa tekanan d. Penerjemah

e. Tidak ada pertanyaan yang membingungkan f. Dapatkan informasi tentang perkembangan kasus

g. Mendapatkan informasi mengenai putusan di pengadilan h. Mengetahui dalamhal terkait terpidana dibebaskan i. Menerima identitas baru

j. Memperoleh tempat tinggal baru

24 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan saksi dan korban

(22)

31

k. Menerima ongkos kirim pengganti sesuai kebutuhan liter.

l. Mendapat saran

m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir

Sekalipun hak-hak korban kejahatan telah tersedia secara memadai, mulai asal hak atas bantuan keuangan (finansial) sampai hak atas pelayanan medis dan donasi hukum, tidak berarti kewajiban dari korban kejahatan diabaikan eksistensinya sebab melalui peran korban dan keluarganya dibutuhkan penanggulangan kejahatan dapat dicapai secara signifikan. buat itu, terdapat beberapa kewajiban awam dari korban kejahatan, diantaranya, menjadi berikut :

a. Kewajiban tidak melakukan upaya main hakim sendiri/balas dendam terhadap pelaku (tindakan Pembalasan)

b. Kewajiban mengupayakan pencegahan asal kemungkinan terulangnya tindak pidana

c. Kewajiban menyampaikan info yg memadai mengenai terjadinya kejahatan pada pihak yg berwenang

d. Kewajiban buat tidak mengajukan tuntutan yg terlalu berlebihan pada pihak lain e. Kewajiban buat menajdi saksi atas suatu kejahatan yang menimpa dirinya,

sepanjang tidak membahayakan bagi korban dan keluarganya

f. Kewajiban buat membantu banyak sekali pihak yg berkepentingan pada upaya penanggulangan kejahatan

g. Kewajiban buat bersedia dibina dan membina diri sendiri buat tidak sebagai

(23)

32

korban lagii

Menurut Arif Gosita yg dikutip pada buku G.Widiartana Viktimologi Perspektif Korban pada Penanggulangan Kejahatan, kewajiban- kewajiban korban merupakan:

1. tidak sendiri membentuk korban dengan melakukan pembalasan(eigenrechting).

2. Berpartisipasi dengan masyarakat mencegah pembuatan korban lebih banyak lagi.

3. Mencegah kehancuran si Produsen korban, baik sang berasal diri sendiri maupun orang lain.

4. Ikut serta membina penghasil korban.

5. Bersedia dibina atau membina diri sendiri buat tidak menjadi korban lagi.

6. tidak menuntu kompensasi yg tidak sinkron dengan kemampuan oembuat korban.

7. menyampaikan kesempatan pada Produsen korban buat menyampaikan kompensasi di pihak korban sinkron menggunakan kemampuannya ( mencicil bertahap/imbalan jasa).

8. menjadi saksi Jika tidak membahayakan diri sendiri serta ada jaminan.

Kewajiban korban diatas terlihat hanya ialah kewajiban moral serta hanya sedikit pula yang ialah kewajiban aturan, yg knsekuensinya adalah tidak adanya paksaan buat korban, dalam hal ini korban kejahatan buat memenuhinya.Peraturan perundang undangan yang belum mengatur secara khusus kewajiban korban merupakan galat satu yang membentuk kewajiban korban hanya mwnjadi kewajiban moral. pada Undang-Undang No 31 tahun 2014 wacsna proteksi Saksi serta Korban pula tidak dijelaskan secara spesifik ihwal kewajiban yg wajib dijalankan korban, terlebih kewajiban yg bersifat kewajiban hukum, hal ini berdampak luas akan posisi korban yang akan diperankan dalam proses peradilan pidana. contohnya kewajiban buat tidak main hakim sendiri meskipun itu dilakukan

(24)

33

menjadi salah satu upaya pembalasan terhadap pelaku atau kewajiban buat berpartisipasi mencegah pembuatan korban lebih lanjut.Hal yg terpenting pada sini ialah bagaimana pemerintah beserta warga bisa menyediakan saluran dan wahana supaya korban dapat menjalankan kewajibannya itu sebagai akibatnya bisa menghindar berasal perubahan menjadi korban.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Mitra Bestari adalah para ahli di bidang hukum yang berasal dari Universitas di Indonesia dan / atau dari luar negeri, yang mempunyai kompetensi untuk menelaah naskah sesuai

$es yang lebih baruan dikembangkan% :oberts <pperception $est for )hildren 2:<$)3% lebih dekat untuk memenuhi standar psikometri untuk penyusunan tes dan e'aluasi daripada

Dari Tabel 2 terlihat, bahwa momen maksimum (positif dan negatif) pada kondisi rusak dengan beban hidup 3% beban D, nilainya telah melewati momen tahanan

Peningkatan Kreativitas melalui Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran Seni Grafis Cetak Tinggi Bahan Alam di SD Sistem pendidikan Sekolah Dasar, sebagaimana diungkapkan

Hasil belajar yang didapatkan pada pra siklus adalah dengan jumlah siswa yang tuntas 27 dan siswa yang belum tidak tuntas sebanyak 9 siswa, dengan persentase

Hubungan yang terjadi adalah semakin baik derajat modified Singh index maka semakin memiliki kecenderungan terjadi fraktur collum femur, dan semakin jelek

Intoleransi laktosa sekunder biasanya merupakan kelainan yang bersifat sementara sebagai kelanjutan dari diare akut, atau berhubungan dengan intoleransi protein